Anda di halaman 1dari 12

MEMBUDAYAKAN ASESMEN KOMPETENSI MINIMUM

MELALUI ASESMEN SUMATIF BERSAMA SECARA DARING


Oleh : Sarwono, S.Pd., M.Pd.

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Asesmen Kompetensi Minimum(AKM) lahir sebagai salah satu strategi
peningkatan kualitas pendidikan di Indonesia. AKM sebagai bagian dari Asesmen
Nasional yang pelaksanaanya dimulai tahun 2020 hasilnya belum sesuai dengan harapan.
Berbagai bukti dan penelitian sebelumnya dapat dijadikan pemantik untuk melakukan
perubahan. Berdasarkan survei yang dilakukan Program for International Student
Assessment (PISA) yang di rilis Organization for Economic Co-operation and
Development (OECD) pada 2019, Indonesia menempati peringkat ke 62 dari 70 negara,
atau merupakan 10 negara terbawah yang memiliki tingkat literasi rendah.
Contoh yang berbeda terlihat pada hasil Asesmen Nasional 2021 SMK Negeri 1
Purwojati yang disajikan laporannya pada Rapor Mutu Sekolah tahun 2022. Dalam
rapor itu nampak capaian nilai sekolah antara lain; 1) kemampuan literasi, 2.02 atau
mencapai kompetensi minimum; 2) proporsi kemampuan literasi siswa, mahir, 20%; 3)
proporsi kemampuan literasi siswa, cakap, 44,44%; 4) proporsi kemampuan literasi dasar
siswa, 35,56%, dan 5) proporsi kemampuan lieterasi perlu intervensi khusus, 0%.
https://raporpendidikan.kemdikbud.go.id/app. Dapat disimpulkan bahwa 35,56% siswa
masih berada pada kemampuan literasi dasar, yang perlu mendapat upaya sekolah
meningkatkan tingkat literasi ke arah cakap dan mahir.
Bukti lain di lapangan, masih terdapat miskonsepsi tentang literasi penyebeb
rendahnya literasi. Miskonsepsi tersebut antara lain; 1) Literasi bukan hanya kemampuan
membaca, tetapi juga kemampuan menalar; 2)Belajar untuk membaca, namun tidak
membaca untuk belajar; 3) Aktif membaca, tetapi tidak membaca aktif; 4) Lupa
menghubungkan kemampuan menulis dengan kemampuan membaca; 5) Tidak suka
membaca bukan bawaan lahir, tetapi potensi yang dapat dikembangkan.
Pada abad milenial ini beban guru dan siswa juga semakin bertambah seiring
dengan berkembangnya iptek. Guru maupun siswa dituntut untuk menguasai berbagai
literasi. Saat ini ada berapa jenis literasi yang kita kenal. Menurut Direktorat Sekolah
Dasar ada 6 jenis literasi, yaitu Literasi Baca Tulis, Literasi Numerasi, Literasi Sains,
Literasi Digital, Literasi Finansial, dan Literasi Budaya dan Kewargaan. Dilihat dari 6
macam literasi, PR kita menjadi lebih banyak untuk menyelesaikan persoalan kualitas
pendidikan. Tentu saja dari banyaknya masalah pendidikan bukanya kita menjadi pasrah.
Akan tetapi, justru kita harus bangkit mulai dari yang kecil, dan mulai dari sekarang.
Sekecil apapun usaha kita, pasti sangat bermanfaat bagi generasi selanjutnya ke depan.
Menyikapi keadaan ini, sesuai dengan tupoksinya kita dituntut bisa membenahi
bagian-bagian yang menjadi faktor penyebab rendahnya mutu pendidikan di Indonesia.
Salah satu upaya yang bisa dilakukan oleh pendidik selain meningkatkan profesionalisme
guru, masih banyak jalan lain seperti membudayakan literasi dan membudayakan
Asesmen Kompetensi Minimum.
Dari pelaksanaan ANBK yang sudah terlaksana beberapa tahun terakhir, hasil yang
diharapkan masih belum memuaskan semua pihak. Para guru sebagai ujung tombak
penentu kualitas pendidikan harus selalu meng-update dan meng-upgrade pengetahuan
dan keterampilan sesuai perkembangan masa kini. Pihak sekolah bisa mulai melakukan
workshop atau peningkatan lain seperti pelatihan-pelatihan. Sebagai contoh pelatihan
penyusunan soal yang bertipe Asesmen Kompetensi Minimum atau kegiatan lain yang
dapat mendongkrak kualitas pendidikan pada satuan pendidikan.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah terkait rendahnya capaian Asesmen di SMK


Negeri Purwojati dan faktor-faktor lainnya, dapat dirumuskan permasalahan sebagai
berikut: “Bagaimanakah Membudayakan Asesmen Kompetensi Minimum(AKM) melalui
Asesmen Sumatif Bersama secara Daring?”

C. Tujuan

Tujuan penulisan artikel ini meliputi :


1. Untuk mengetahui, “Bagaimanakah Membudayakan Asesmen Kompetensi
Minimum(AKM) melalui Asesmen Sumatif Bersama secara Daring?”
2. Untuk mengetahui, “Apakah Dampak Membudayakan Asesmen Kompetensi
Minimum(AKM) melalui Asesmen Sumatif Bersama secara Daring?”

D. Manfaat

1. Manfaat bagi Peserta Didik


a. Peserta didik terbimbing dan terarahkan sesuai dengan problematika yang
dihadapi dalam melaksanakan AKM.
b. Peserta didik di satuan pendidikan dapat semakin ditingkatkan capaian AKM
untuk menunjang nilai capaian sekolah dalam ANBK
2. Manfaat bagi Guru
a. Guru dapat memahami setiap teknik yang diguanakan untuk meningkatkan
AKM.
b. Guru dapat terbantu dalam penyelesaian problematika peserta didik terkait
AKM.
3. Manfaat bagi Satuan Pendidikan dan Masyarakat
a. Satuan pendidikan dan masyarakat dapat terbantu oleh guru terkait kelemahan
dalam mencapai AKM sekolah
b. Satuan pendidikan dapat meningkatkan capaian nilai AKM.
BAB II
KAJIAN TEORI

A. Membudayakan
Membudayakan berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan; 1) mengajar
supaya mempunyai budaya; mendidik supaya beradab(berbudaya); 2) membiasakan suatu
perbuatan yang baik sehingga dianggap sebagai berbudaya. Budaya sekolah adalah
sekumpulan nilai yang melandasi perilaku, kebiasaan, dan simbol-simbol yang
dipraktikkan oleh kepala sekolah, guru, staf, siswa, dan masyarakat sekitar sekolah. Deal
dan kennedy (Depdiknas, 2003:3) mendefinisikan kultur sekolah sebagai keyakinan dan
nilai-nilai milik bersama yang menjadi pengikat kuat kebersamaan sebagai warga
sekolah.
Jadi dapat ditarik simpulan bahwa membudayakan adalah membiasakan suatu
perbuatan atau perilaku, serta nilai atau simbol yang baik yang disegaja dalam suatu
lingkungan(sekolah) untuk mencapai tujuan tertentu. Jika diaplikasikan dalam program
sekolah, membudayakan merupakan bagian dari implementasi program sehingga kegiatan
itu akan berjalan dan berhasil secara maksimal.

B. Asesmen Kompetensi Mimimum(AKM)

Berdasarkan PP Nomor 57 Tahun 2021 tentang SNP, Pasal 43 ayat3, Evaluasi


dilaksanakan dalam bentuk: a) Asesmen Nasional(AN), b)Analisis data satuan
pendidikan, pendidik, tendik, dan pemerintah daerah. Penyiapan AN oleh Badan Standar,
Kurikulum, dan Asesmen Pendidikan dilakukan dalam bentuk instrumen soal Digital
yang merupakan dokumen bersifat rahasia.
Instrumen Asesmen Nasional meliputi: 1) AKM untuk mengukur hasil belajar
kognitif peserta didik dalam Literasi Membaca dan Numerasi; 2) Survei Karakter untuk
mengukur hasil belajar nonkognitif peserta didik; dan 3) Survei Lingkungan Belajar
untuk mengukur lingkungan belajar pada satuan pendidikan.
Bentuk soal, konten, level kognitif, dan konteks Asesmen Nasional dapat dijabarkan
sebagi berikut :
1. Bentuk soal Asesmen Nasional terdiri dari :
a. Bentuk soal objektif (Pilihan Ganda, Pilihan Ganda Kompleks, Menjodohkan, dan
Isian Singkat)
b. Bentuk soal nonobjektif(uraian)
2. Komponen AKM terdiri atas konten, level kognitif, dan konteks dengan rincian :
Aspek Literasi Membaca Numerasi
Konten Teks Sastra/Fiksi dan Teks Informasi Bilangan, Aljabar, Geometri dan
Pengukuran, Data dan
Ketidakpastian
Level 1. Menentukan Informasi 1. Pemahaman
Kogniti 2. Menafsirkan dan mengintegrasikan 2. Aplikasi
f 3. Mengevaluasi dan merefleksi 3. Penalaran
Konteks Personal, Sosial Budaya, Saintifik Personal, Sosial Budaya,
Saintifik

Asesmen Kompetensi Minimum yang selanjutnya disebuat AKM adalah pengukuran


kompetensi peserta didik dalam Literasi Membaca dan Literasi Matematika(Numerasi).
AKM merupakan bagian dari Asesmen Nasional. Pelaksanaan Asesmen Nasional
Berbasis Komputer pertama kali dilaksanakan pada tahun 2020. Hingga kini keterlibatan
peserta masih dilakukan berdasarkan sampel tiap satuan pendidikan yang secara acak
ditentukan oleh pemerintah.
C. Asesmen Sumatif Bersama(ASB)
Asesmen Sumatif Bersama(ASB) merupakan istilah yang secara mandiri dimuculkan
sebagai pengganti Ulangan Tengah Semester. Hal ini dilatarbelakangi oleh adanya
penggunaan dua kurikulum yang berbeda. Pada kurikulum merdeka yang berlaku untuk
kelas 10 terdapat istilah-istilah baru untuk evaluasi seperti asesmen, tes formatif, dan tes
sumatif. Oleh karena ada perbedaan penggunaan istilah seperti pada kurikulum 2013
untuk pelaksanaan Ulangan Tengah Semester disepakati istilah Asesmen Sumatif
Bersama.
Pelaksanaan ASB dilakukan dengan moda Daring atau menggunakan LMS Moodle.
Pada tahun-sebelumnya siswa menggunakan perangkat PC yang ada di Laboratorium
Komputer sekolah untuk mengerjakan UTS. Saat ini, seluruh siswa diupayakan
menggunakan HP Android untuk menggerjakan ASB.

D. Daring(LMS)
Daring singkatan dari Dalam Jaringan atau yang lebih dikenal dengan istilah on line.
Untuk aplikasi, pengguna dapat memilih aplikasi yang sesuai dengan kemampuan
personal dan kemampuan sarana dan prasarana satuan pendidikan. Sebagai contoh SMK
Negeri 1 Purwojati, menggunakan Learning Managemen System(LMS) berbasis Moodle
dengan alamat website: https://smkn1purwojati.com/my/
LMS adalah sebuah perangkat lunak yang dirancang untuk membuat
mendistribusikan, dan mengatur penyampaian konten pembelajaran. Dengan LMS
Moodle, guru dapat memanfaatkannya untuk kepentingan perencanaan pembelajaran,
proses pembelajaran, dan evaluasi pembelajaran. Guru bisa mengorganisasikan kelas
maya pada semua tingkat di satuan pendidikan. Semua guru dan siswa dapat didaftarkan
sebagai pengguna.
Dilihat dari sisi akses, guru dan siswa dapat dengan mudah menggunakannya melalui
perangkat laptop maupun hp android. Mereka bisa mengakses kapanpun dan di manapun
sepanjang para pengguna(guru) sudah mengatur penggunaan fasilitas dalam aplikasi
LMS tersebut.
Para siswa dapat dengan mudah membuka semua fitur dalam LMS seperti
mengunduh materi, mengerjakan tugas, masuk forum diskusi, mendengar atau melihat
tayangan audio video, mengerjakan tes atau ujian. Dari sisi guru, pengaturan skor(nilai)
tes maupun tugas amat sederhana. Sampai pada pengolahan hasil nilai, guru tinggal
mengunduh rekapnya dalam bentuk excel.
BAB III
PEMBAHASAN

A. Membudayakan AKM melalui ASB Daring


Bagaimanakah membudayakan AKM melalui ASB Daring? Untuk menjawab
pertanyaan tersebut, penulis memulai dari komitmen bagian kurikulum dan visi misi
sekolah yang dipercayakan kepada Kepala Sekolah. Bagian kurikulum dan Kepala
Sekolah berkomitmen bahwa untuk memulai sesuatu yang baru perlu konsep(ide),
sosialisasi, perencanaan, tindakan, dan evaluasi.
1. Tahap Persiapan
Komitmen sekolah diawali dari asumsi bahwa: 1) Sesuatu yang dianggap baru
dan sulit tidak akan terwujud manakala tidak dilakukan atau dicoba; 2) Lemahnya
literasi pada siswa harus ada upaya guru untuk mengatasinya; 3) Untuk
membudayakan AKM pada siswa harus telah terbudayakan pada guru; 4) Teknologi
internet bukanlah suatu yang hanya dipelajari tetapi harus diaplikasikan pada
kepentingan tertentu; 5) Perangkat canggih yang telah dimiliki siswa akan sia-sia
manakala hanya digunakan untuk media hiburan atau kesenangan semata.
Gagasan Asesmen Sumatif Bersama untuk membudayakan Asesmen
Kompetensi Minimum secara Daring didukung atas kajian sebagai berikut :
1) Sekolah sejak lama menggunakan LMS Moodle sebagai penunjang KBM;
2) Sekolah telah mengadakan survei kekuatan sinyal pada linkungan sekolah
terhadap penggunaan kartu operator seluler seperti Telkomsel, XL, Indosat,
Smarfreen, Tree;
3) Sekolah mengadakan survei kepemilikan HP pada seluruh siswa;
4) Sekolah telah mengadakan diklat bagi seluruh guru, bagaimana cara menyusun
soal bertipe AKM;
5) Sekola telah mengadakan Ujicoba penggunaan LMS yang diakses oleh seluruh
siswa(1141) secara bersamaan dengan hasil sangat lancar.
6) Sekolah telah melatih seluruh guru bagaimana mengungah soal AKM pada
aplikasi LMS
2. Tahap Sosialisasi
Setelah tahap persiapan sudah dirasa cukup sekolah (bagian kurikulum) berupaya
untuk memberikan sosialisasi kepada guru dan siswa atas renncana kegiatan Asesmen
Sumatif Bersama. Kegiatan apel pagi guru dan karyawan dimanfaatkan untuk
memberikan penjelasan terkait rencana sekolah akan mengadakan ASB secara
Daring. Sosialisasi terhadap siswa dilakukan pada setiap upacara hari Senin dan
melalui wali kelas.
3. Tahap Perecanaan
Pada tahap ini, bagian kurikulum memulai dengan menyusun SK Kepanitiaan dan
Surat Tugas penyusunan soal. Setelah SK dan Surat Tugas terdistribusikan ke seluruh
bagian, panitia atau guru bergerak sesuai dengan uraian tugas masing-masing. Panitia
menyusun rencana pelaksanaan yaitu menyusun jadwal ASB, membuat jadwal
pengawas, menyusun perangkat administrasi ruang, menyusun perangkat soal ASB,
menata ruang tes, dan mengungah Soal ASB ke dalam LMS.
Dalam tahap perencanaan panitia selalu mengantisipasi masalah yang mungkin
bisa terjadi, seperti: 1) perangkat HP siswa yang tidak mendukung saat digunakan; 2)
siswa lupa akun dan password LMS; 3) kendala teknis seperti sinyal, kehabisan,
kuota dan lain-lain. Antisipasi panitia adalah dengan menyediakan Laboratorium
Komputer dengan kelengkapan proktor, pengawas, dan teknisi.
4. Tahap Pelaksanaan
Pada tahap ini ASB berjalan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan.
Penyusunan soal sesuai dengan surat tugas yang dilengkapi petunjuk pedoman
penulisan soal. Jumlah soal normatif adaptif: 15 butir soal AKM  (khusus mata
pelajaran Matematika dan IPAS 10 butir soal AKM dan mata pelajaran kejuruan
(C3) berjumlah 5 soal AKM). Alokasi waktu pengerjaan untuk mata pelajaran
normatif adaptif : 45 menit, khusus mata pelajaran kompetensi kejuruan( C3): 75
menit. Jenis soal Hight Order Thinking skill dengan aspek kognitif mulai dari C4,
C5, dan C6.
Soal ASB yang telah selesai disusun diunggah oleh penyusun soal. Selanjutnya
bagian seksi naskah melakukan pengecekan atau validasi terhadap naskah, baik
sebelum atau sesudah naskah diunggah ke dalam LMS. Operator sekolah melakukan
enroll peserta pada masing-masing mata pelajaran yang diteskan.
Pengaturan penjadwalan asesmen berlangsung dengan sistem sesi kelas 10, sesi
kelas 11, dan sesi kelas 12. Masing-masing sesi tersedia 12 ruang tes. Sebelas ruang
utama dan 1 ruang cadangan (Lab) untuk mengantisipasi kendala selama tes. Pada
tiap ruang diawasi oleh satu orang pengawas. Panitia juga menugaskan 1 orang
proktor tiap 3 atau 4 ruang.
5. Tahap Evaluasi
Berdasarkan pantauan dan hasil wawancara kepada guru dan siswa, pelaksanaan
ASB berjalan dengan lancar tanpa kendala. Secara umum siswa memberikan respon
positif. Hanya ada sebagian kecil yang mengeluh terkait dengan tipe soal High Order
Thinking skill(HOTs) dan teks yang terlalu panjang.

B. Kelebihan dan Kelemahan(Dampak) AKM melalui ASB Daring bagi guru dan
siswa

Terdapat dampak positif dan negatif terhadap ASB secara Daring. Berikut ini penulis
tampilkan testimoni beberapa guru dan siswa yang diminta secara acak untuk
memberikan komentar.
1. Tanggapan atau testomoni Ibu Emy Setianingsih, S.Pd., (calon Guru Penggerak)
tentang Dampak AKM melalui ASB adalah sebagai berikut :
Kelebihan kegiatan ini bagi siswa
a) Melatih ketrampilan literasi dan numerasi
b) Membiasakan literasi digital sesuai dengan tuntutan pendidikan abad ke-21
c) Melatih berfikir dengan 4c sebagai kompetensi abad ke-21
d) Memanfaatkan gawai yang dimiliki dalam pembelajaran
e) Menyukai segala kegiatan yang dikaitkan dengan penggunaan gawai
Kelebihan kegiatan ini bagi guru
a) Membiasakan menyusun soal dengan tingkat berfikir analisis
b) Meningkatkan keterampilan mengupload soal dalam LMS
c) Memudahkan kegiatan koreksi sehingga menghemat waktu
d) Memudahkan kegiatan analisis soal asesmen
e) Memiliki dokumen hasil belajar murid yang bisa tersimpan dengan aman
Kelebihan kegiatan ini di bidang lain
a) Mengurangi limbah kertas di lingkungan sekolah
b) Mendukung kegiatan peduli lingkungan
Kelemahan kegiatan ini bagi siswa
a) Sulit menjaga integritas/ kejujuran dalam mengerjakan soal karena mudahnya
membuka jendela yang lain dalam gawainya yang bisa digunakan untuk mencari
jawaban
b) Kemungkinan terjadi gangguan di luar kendali seperti kondisi sinyal yang tidak
stabil dapat mengurangi konsentrasi murid dalam mengerjakan soal
Kelemahan kegiatan ini bagi Guru
a) Menyusun soal secara komprehensi karena keterbatasan ketrampilan setup soal di
LMS
2. Ibu Yanti S., S.Pd. (Guru Kejuruan Tata Busana), beliau menyapaikan testimoni
tentang kelebihan dan kekurangan ASB secara Daring.
Dampak positif
a) Guru lebih termotivasi untuk meningkatkan kualitas pembelajaran.
b) Guru berpikir lebih keras untuk menyusun soal hots.
c) Guru dapat melihat kekuatan dan kelemahan siswa dalam pembelajarn untuk
menentukan tindak lanjut yg lebih tepat.
Dampak negatif
a) Jumlah soal sedikit belum dapat dijadikan tolak ukur sepenuhnya atas materi
yang sudah disampaikan.
BAB IV
SIMPULAN

Membudayakan Asesmen Kompetensi Minimum(AKM) merupakan proses yang


harus terus kita lakukan. Saat ini penulis berupaya dengan model Asesmen Sumatif
Bersama secara Daring. Dari proses awal sampai dengan evaluasi akhir diperoleh
gambaran dan simpulan bahwa kegiatan ini perlu dilakukan di waktu-waktu yang akan
datang. Hal ini berdasarkan pantauan dan penilaian dari berbagai komponen.

Walaupun masih terdapat sisi kekurangan, namun masih lebih banyak sisi positif
yang bisa kita budayakan agar semua komponen di sekolah berperan aktif dalam
meningkatkan literasi dan numerasi.
DAFATAR PUSTAKA

Keputusan Kepala Badan Standar, Kurikulum, dan Asesmen Pendidikan, Kemdikbudrisek No.
013/H/PG.00/2022, tanggal 27 Maret 2022 tentang Prosedur Operasional Standar
Penyelenggaraan Asesmen Nasional Tahun 2022
Badan Standar, Kurikulum, dan Asesmen Pendidikan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan,
Riset, dan Teknologi Republik Indonesia, Panduan Pembelajaran dan Asesmen,
Pendidikan Anak Usia Dini, Pendidikan Dasar, dan Menengah, 2022
https://www.kompasiana.com/mianhutauruk/629ebfc9860ddb30f9642f62/rendahnya-tingkat-
literasi-di indonesia#:~:text=Berdasarkan%20survei%20yang%20dilakukan
%20Program,yang%20memiliki%20tingkat%20literasi%20rendah. Diunduh 19 Sept
2022
http://ditpsd.kemdikbud.go.id/artikel/detail/yuk-mengenal-6-literasi-dasar-yang-harus-kita-
ketahui-dan-miliki Diunduh 19 Sept 2022
https://kbbi.kemdikbud.go.id/
https://www.kemdikbud.go.id/main/blog/2019/12/hasil-pisa-indonesia-2018-akses-makin-
meluas-saatnya-tingkatkan-kualitas diunduh 19 Sept. 2022
https://www.kompas.com/edu/read/2020/04/21/150640071/5-penyebab-rendahnya-kemampuan-
literasi-siswa-indonesia?page=all diunduh 19 Sept. 2022
http://gieonedhana.blogspot.com/2011/11/pembentukan-budaya-sekolah.html diunduh 20 Sept.
2022
https://pahamify.com/blog/pahami-tips/buat-belajar/apa-itu-learning-management-system/
diunduh 20 September 2022

BIODATA PENULIS
Nama : Sarwono, S.Pd.,M.Pd.
NIP : 196910082008011012
Pangkat/Gol : Penata Tk.1/IIId
Unit Kerja : SMK Negeri 1 Purwojati
Email : onosarwono1@gmail.com
No. HP. : 08112610336
Pendidikan : S2/Magister Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Alamat : Jalan Gapura 56 No 19 Adisara RT 05 RW 02 Kec. Jatilawang 53174

Anda mungkin juga menyukai