Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

AKM (Asesment Kompetensi Minimim)


“Di Ajukan Untuk Memenuhi Tugas Terstruktur Pada Mata Kuliah Evaluasi Pembelajaran TIK”

DOSEN PENGAMPU :
Iltavia, M.Pd

Disusun Oleh :
Kelompok 11
Tessya Putri Camela 2521088
Muhammad Al Fatih 2521090

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAAN


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TEKNIK INFORMATIKA DAN KOMPUTER
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)
SJECH M.DJAMIL DJAMBEK BIKITTINGGI
TAHUN AKADEMIK 2023/2024
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, kami panjatkan
puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya yang telah melimpahkan Rahmat, hidayah, dan InayahNya
kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan Makalah evaluasi dalam pendidikan ini.

Adapun penyusunan makalah ini telah kami upayakan dengan semaksimal mungkin dan
tentunya dengan bantuan berbagai pihak. Namun tidak lepas dari semua itu, kami menyadari
sepenuhnya bahwa ada kekurangan baik dari segi penyusunan bahasanya maupun segi lainnya.
Semua itu bukan unsur kesengajaan kami, tetapi dikarenakan kurangnya ilmu dan pengetahuan
kami dalam ilmu ini.

Oleh karena itu, dengan lapang dada dan tangan terbuka, kami membuka selebarlebarnya
bagi pembaca yang ingin memberi saran dan kritik kepada kami, sehingga kami dapat
memperbaiki makalah ini kedepannya agar lebih baik lagi.

Bukittinggi, 07 Desember 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .............................................................................................i


DAFTAR ISI ............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ...............................................................................................1
B. Rumusan Masalah ..........................................................................................2
C. Tujuan Penulis ................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
A. Konsep Dasar .................................................................................................3
B. Survei Karakter, dan Survei Lingkungan Belajar ..........................................6
C. Implementasi AKM .........................................................................................10
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan ....................................................................................................12
B. Saran ...............................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA ..............................................................................................14

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada tahun 2021, pemerintah mengeluarkan kebijakan baru yaitu program
“Merdeka Belajar” untuk memperbaiki mutu pendidikan di Indonesia. Mutu pendidikan
dapat ditingkatkan melalui pengembangan kemampuan literasi dan numerasi siswa dengan
Asesmen Kompetensi Minimum (AKM), yang merupakan suatu instrumen asesmen
nasional yang menguji kemampuan literasi membaca dan numerasi siswa. Melalui AKM,
transformasi pendidikan di Indonesia diharapkan dapat lebih kreatif dan inovatif.
Penelitian ini berjenis penelitian kualitatif dengan pendekatan studi kasus. Pada penelitian
ini digunakan triangulasi sumber. Hasil penelitian menunjukkan bahwa persiapan sekolah
dalam menghadapi AKM meliputi, penyediaan sarana dan prasarana, mengadakan
pelatihan bagi guru, serta membekali siswa dengan tryout. Kendala sekolah dalam
pelaksanaaan AKM, yaitu belum stabilnya jaringan internet, jumlah modul pembelajaran
belum mencukupi, guru menerapkan metode ceramah, sedikitnya waktu persiapan,
kesulitan guru dalam mengembangkan penilaian dan menyusun soal berbasis AKM, dan
beberapa siswa yang belum pandai membaca.
Pada skala internasional instrumen penilaian (assessment) yang digunakan adalah
PISA (Programme for International Student Assessment) dan TIMSS (Trend In
International Mathematics And Science Study). Berdasarkan hasil survei OECD 2018,
peringkat PISA Indonesia berada pada peringkat 73 dari 78 negara (Know and Do 2019).
Sementara nilai TIMSS Indonesia yang dilakukan oleh siswa kelas 4 tahun 2015 pada
kategori kemampuan matematika Indonesia menempati peringkat 44 dari 49 negara, dan
pada kategori kemampuan sains menempati peringkat 46 dari 49 negara (Hunt et al. 2013).
Upaya Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan RI untuk meningkatkan sistem pendidikan
di Indonesia yakni dengan meluncurkan suatu kebijakan baru dalam program merdeka
belajar yaitu Asesmen Nasional sebagai pengganti Ujian Nasional. Asesmen Nasional
(AN) merupakan upaya untuk memetakan dan mengevaluasi secara komprehensif mutu
proses serta hasil belajar satuan pendidikan dasar dan menengah di seluruh Indonesia
(Kemendikbud 2021). Penerapan Asesmen Nasional membutuhkan dukungan dari satuan

1
pendidikan terkait, agar siswa dapat melakukan persiapan dalam menghadapi Asesmen
Nasional secara optimal. Perlunya persiapan yang matang dikarenakan penilaian mutu
sekolah pada jenjang pendidikan dasar dan menengah dinilai berdasarkan hasil siswa dalam
menyelesaikan Asesmen Nasional mulai dari literasi, numerasi, dan karakter
(Kemendikbud 2021). Asesmen nasional meliputi 3 instrumen, yaitu Asesmen Kompetensi
Minimum (AKM), Survei Karakter, dan Survei Lingkungan Belajar.
B. Rumusan Masalah
1. Apa saja Konsep Dasar AKM?
2. Apa itu Survei Karakter dan Survei Lingkungan Belajar?
3. Apa Implementasi AKM?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk Mengetahui Konsep Dasar AKM
2. Untuk Mengetahui Survei Karakter dan Survei Lingkungan Belajar
3. Untuk Mengetahui Implementasi AKM

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Konsep Dasar
Nadiem Makarim sebagai Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud)
menyebutkan bahwa AKM adalah bagian dari program Asesmen Nasional dan menjadi
bagian dari reformasi pendidikan. Kompetensi Minimum adalah kompetensi yang benar-
benar minimum atau dasar yang sangat diperlukan siswa (literasi dan numerasi) untuk
mempelajari semua materi pembelajaran. Asesmen Kompetensi Minimum adalah penilaian
kompetensi yang sangat diperlukan siswa (literasi dan numerasi) untuk mempelajari materi
pembelajaran.(Kemendikbud, 2020) Asesmen Kompetensi Minimum (AKM) merupakan
penilaian kompetensi mendasar yang diperlukan oleh semua murid untuk mampu
mengembangkan kapasitas diri dan berpartisipasi positif pada masyarakat. Terdapat dua
kompetensi mendasar yang diukur AKM, yaitu literasi membaca dan literasi matematika
(numerasi). Baik pada literasi membaca maupun numerasi, kompetensi yang dinilai
mencakup keterampilan berpikir logis-sistematis, keterampilan bernalar menggunakan
konsep dan pengetahuan yang telah dipelajari, serta keterampilan memilah serta mengolah
informasi. AKM menyajikan masalah-masalah dengan beragam konteks yang diharapkan
mampu diselesaikan oleh murid menggunakan kompetensi literasi membaca dan numerasi
yang dimilikinya. AKM dimaksudkan untuk mengukur kompetensi secara mendalam, tidak
sekedar penguasaan konten.
Literasi membaca didefinisikan sebagai kemampuan untuk memahami,
menggunakan, mengevaluasi, merefleksikan berbagai jenis teks tertulis untuk
mengembangkan kapasitas individu sebagai warga Indonesia dan warga dunia serta untuk
dapat berkontribusi secara produktif kepada masyarakat.
Numerasi adalah kemampuan berpikir menggunakan konsep, prosedur, fakta, dan
alat matematika untuk menyelesaikan masalah sehari-hari pada berbagai jenis konteks
yang relevan untuk individu sebagai warga Indonesia dan warga dunia.
1. Tujuan AKM

3
Dalam pembelajaran terdapat tiga komponen penting, yaitu kurikulum (apa yang
diharapkan akan dicapai), pembelajaran (bagaimana mencapai) dan asesmen (apa yang
sudah dicapai). Asesmen dilakukan untuk mendapatkan informasi mengetahui capaian
murid terhadap kompetensi yang diharapkan. Asesmen Kompetensi Minimum dirancang
untuk menghasilkan informasi yang memicu perbaikan kualitas belajar-mengajar, yang
pada gilirannya dapat meningkatkan hasil belajar murid. Pelaporan hasil AKM dirancang
untuk memberikan informasi mengenai tingkat kompetensi murid. Tingkat kompetensi
tersebut dapat dimanfaatkan guru berbagai mata pelajaran untuk menyusun strategi
pembelajaran yang efektif dan berkualitas sesuai dengan tingkat capaian murid. Dengan
demikian “Teaching at the right level” dapat diterapkan. Pembelajaran yang dirancang
dengan memperhatikan tingkat capaian murid akan memudahkan murid menguasai konten
atau kompetensi yang diharapkan pada suatu mata pelajaran.

2. Komponen Instrumen AKM


Untuk memastikan AKM mengukur kompetensi yang diperlukan dalam
kehidupan, juga sesuai dengan pengertian Literasi Membaca dan Numerasi yang telah
disampaikan terdahulu, soal AKM diharapkan tidakhanya mengukur topik atau konten
tertentu tetapi berbagai konten, berbagai konteks dan pada beberapa tingkat proses
kognitif.
Konten pada Literasi Membaca menunjukkan jenis teks yang digunakan,
dalam hal ini dibedakan dalam dua kelompok yaitu teks informasi dan teks fiksi. Pada
Numerasi konten dibedakan menjadi empat kelompok, yaitu Bilangan, Pengukuran
dan Geometri, Data dan Ketidakpastian, serta Aljabar.
Tingkat kognitif menunjukkan proses berpikir yang dituntut atau diperlukan
untuk dapat menyelesaikan masalah atau soal. Proses kognitif pada Literasi Membaca
dan Numerasi dibedakan menjadi tiga level. Pada Literasi Membaca, level tersebut
adalah menemukan informasi, interpretasi dan integrasi serta evaluasi dan refleksi.
Pada Numerasi, ketiga level tersebut adalah pemahaman, penerapan, dan

4
penalaran.(Kemendikbud, 2021)
Konteks menunjukkan aspek kehidupan atau situasi untuk konten yang
digunakan. Konteks pada AKM dibedakan menjadi tiga, yaitu personal, sosial budaya,
dan saintifik.

Bentuk Soal :
1. Pilihan Ganda (hanya 1 jawaban yang benar)

5
2. Pilihan Ganda Kompleks (jawaban benar lebih dari 1)
3. Menjodohkan
4. Isian Titik-titik
5. Uraian
B. Survei Karakter dan Survei Lingkungan Belajar
1. Survei Karakter
Karakter sering dianggap sebagai karakteristik unik yang melekat pada masing-
masing individu. Selain itu, karakter juga dianggap sebagai sesuatu yang mengarahkan
munculnya perilaku tertentu. Hal ini dikarenakan karakter tidak dapat dilepaskan dari
sikap dan nilai yang dimiliki oleh individu. Sering kali karakter dikaitkan dengan
karakteristik psikologis yang mengarahkan individu berperilaku secara moral dalam
kehidupan sehari-hari) (Fleeson et al., 2014). Tidak mengherankan apabila perwujudan
karakter yang baik dihubungkan dengan perilaku yang ditampilkan saat berinteraksi
dengan orang lain atau masyarakat seperti kebaikan, kedermawanan, dan toleransi (Baehr,
2017).
Tidak dapat dipungkiri bahwa terdapat banyak karakter yang mungkin melekat
pada individu dan karakter memiliki variasi yang cukup beragam. Dalam kajian mengenai
keterampilan yang dibutuhkan pada abad ke-21, Griffin dan Care (2014) menegaskan
pentingnya penguasaan keterampilan baru dan keterampilan tradisional demi
mempersiapkan individu yang dapat berperan efektif sebagai siswa, pekerja, dan warga
negara. Secara umum, kerangka kerja yang diusulkan meliputi cara berpikir, cara bekerja,
alat bekerja, dan hidup di dunia.(Safari, 2021)
Walaupun selalu mempertimbangkan keterampilan yang dibutuhkan untuk
bersaing secara global di abad ke-21 serta berbagai pengukuran yang sudah pernah
dilakukan sebelumnya, namun pengembangan survei karakter siswa ini tetap selaras pada
karakter yang tercantum dalam Profil Pelajar Pancasila, yang dikembangkan berdasarkan
jati diri bangsa Indonesia. Profil Pelajar Pancasila memiliki semangat untuk
menghidupkan kembali nilai-nilai Pancasila yang merupakan ideologi bangsa Indonesia.
Profil Pelajar Pancasila dapat didefinisikan sebagai karakter dan kemampuan yang
merupakan perwujudan nilai-nilai Pancasila yang sehari-hari dibangun dan dihidupkan
dalam diri setiap individu siswa di Indonesia. Pada Profil Pelajar Pancasila terdapat enam

6
karakter utama yaitu :
1. beriman, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berakhlak mulia,
2. gotong royong,
3. kreativitas,
4. nalar kritis,
5. kebinekaan global, dan
6. kemandirian.
Survei karakter siswa ini akan menghasilkan profil perkembangan karakter secara
umum, profil pencapaian setiap karakter, dan profil pencapaian indikator karakter. Adapun
profil perkembangan karakter secara umum sebagai berikut:

Dalam perumusan model konseptual, dilakukan penyelarasan antara rumusan


dalam Profil Pelajar Pancasila dengan berbagai hasil pengukuran yang pernah dilakukan
sebelumnya. Langkah ini diambil demi memastikan hasil pengukuran dapat dibandingkan
dengan upaya serupa yang pernah dilakukan di tingkat internasional. Dalam penelusuran,
digunakan sejumlah kata kunci yang diinspirasi oleh keenam karakter dalam Profil Pelajar
Pancasila.

2. Survei Lingkungan Belajar

7
Survei Lingkungan Belajar adalah alat ukur yang digunakan untuk mengevaluasi
dan memetakan aspek pendukung kualitas pembelajaran di lingkungan satuan pendidikan.

Hasil dari Informasi yang diperoleh pada survei lingkungan belajar adalah tentang
faktor-faktor dari aspek input dan proses pembelajaran yang berpotensi mempengaruhi
hasil belajar murid.
Satuan Pendidikan bisa dikatakan baik, jika satuan pendidikan tersebut mampu
memfasilitasi belajar murid melalui beberapa hal berikut:
1. proses pembelajaran yang berkualitas.
2. guru-guru yang secara konsisten melakukan refleksi dan memperbaiki praktik
pengajarannya.
3. kepala satuan pendidikan yang menerapkan visi, kebijakan, dan program yang berfokus
pada kualitas pembelajaran, dan
4. iklim satuan pendidikan yang aman, menghargai keragaman dan inklusif.
Apa saja yang menjadi kerangka besar dimensi dalam Survei Lingkungan Belajar?
Dalam Survei Lingkungan Belajar mencakup sembilan dimensi yang diasumsikan
mempengaruhi hasil belajar murid:
1. Latar belakang sosial-ekonomi murid, Murid dengan kondisi sosial- ekonomi yang
berbeda memiliki hak yang sama dalam mengakses dan memperoleh layanan pendidikan
yang berkualitas, seperti tingkat pendidikan orang tua dan fasilitas belajar yang tersedia di
rumah.
2. Kualitas pembelajaran di kelas, Seluruh kegiatan belajar mengajar di kelas, mencakup
indikator manajemen kelas, dukungan afektif, pembelajaran interaktif dan penyesuaian
cara mengajar dengan tingkat kemampuan murid.
3. Refleksi dan perbaikan pembelajaran oleh guru, Kemampuan pengembangan guru untuk
terus meningkatkan kompetensi melalui belajar mandiri dengan merefleksi praktik
pengajaran yang telah diterapkan dan juga belajar dari rekan guru.
4. Kepemimpinan instruksional, Kemampuan kepala satuan pendidikan dalam menyusun dan
mengkomunikasikan visi, misi, program, dan kebijakan yang mendukung guru dalam
meningkatkan mutu pembelajaran di satuan pendidikan.
5. Iklim keamanan di satuan pendidikan, satuan pendidikan yang memiliki kebijakan,
pemahaman, dan program terkait perundungan, hukuman fisik, kekerasan seksual dan

8
narkotika sehingga memberikan perlindungan dan rasa aman bagi warga satuan
pendidikan, baik secara fisik maupun psikologis.
6. Iklim kebinekaan di satuan pendidikan, lingkungan satuan pendidikan yang menghargai
keragaman agama maupun sosial-budaya dan dukungan kesetaraan hak.
7. Iklim kesetaraan gender, Bagaimana lingkungan satuan pendidikan berperilaku adil,
memberikan kesempatan yang sama bagi warga satuan pendidikan, baik laki-laki maupun
perempuan dalam menjalankan peran publik.seperti dukungan kepala satuan pendidikan
dan guru atas kesetaraan gender.
8. Iklim inklusivitas, Pengetahuan, penerimaan dan dukungan guru terhadap murid dengan
disabilitas serta murid cerdas istimewa dan murid bakat istimewa.
9. Dukungan orangtua dan murid terhadap program satuan pendidikan, partisipasi orangtua
dalam kegiatan satuan pendidikan, dan partisipasi murid dalam penyusunan program
satuan pendidikan.
Manfaat dari hasil survei lingkungan belajar:
1. Bagi Pemerintah Daerah/Dinas Pendidikan/Kantor Kemenag, Dapat memperoleh potret
mutu satuan pendidikan di wilayahnya yang kemudian digunakan sebagai bahan kebijakan
dalam mengevaluasi sistem pendidikan.
2. Bagi Kepala Satuan Pendidikan, Dapat memperoleh potret mutu satuan pendidikan secara
utuh dari input, proses dan hasil, guna peningkatan hasil mutu pendidikan.
3. Bagi Guru, Dapat mengetahui berbagai aspek pendukung suasana lingkungan belajar yang
lebih komprehensif.
4. Bagi Murid, Dapat memperoleh informasi rapor dan profil satuan pendidikan.
Dari seluruh manfaat yang dirasakan oleh kepala satuan pendidikan, guru maupun
peserta didik pada dasarnya diharapkan dapat menciptakan suasana lingkungan belajar
mengajar yang aman, nyaman dan menyenangkan.

9
C. Implementasi AKM

Peserta Asesmen Nasional adalah seluruh satuan pendidikan yang terdiri atas: kepala
sekolah, seluruh guru, dan murid yang dipilih secara acak oleh Kemdikbud. Jenjang
SD/MI/Paket A, kelas V maksimal 30 murid, jenjang SMP/MTS/Paket B kelas VIII,
SMA/MA/Paket C, SMK kelas IX maksimal 45 murid setiap satuan pendidikan.

Siswa yang memiliki hambatan intelektual atau hambatan lainnya sehingga tidak
memungkinkan untuk mengerjakan asesmen secara mandiri/tanpa bantuan, tidak mengikuti
Asesmen Nasional, misalnya siswa pada SLB A, SLB C, dan SLB G. Bila siswa pada SLB
lainnya juga mengalami hambatan untuk pelaksanaan secara mandiri juga tidak diikutkan
sebagai peserta Asesmen Nasional. Namun guru dan kepala satuan pendidikan tetap mengikuti
Asesmen Nasional, khususnya sebagai peserta survei lingkungan belajar.

Peserta AKM adalah semua murid yang menjadi responden Asesmen Nasional. Guru
maupun kepala sekolah TIDAK mengerjakan AKM. Asesmen Nasional dilaksanakan di
seluruh sekolah, madrasah dan satuan pendidikan kesetaraan di wilayah Indonesia. . Semua
satuan pendidikan wajib mengikuti Asesmen Nasional. Jika jumlah murid kurang dari 45, maka
semua murid akan menjadi responden. Begitu pula dengan satuan pendidikan di jenjang
SD/MI/ Paket A, jika jumlah murid kurang dari 30, maka semua murid akan menjadi
responden.

Asesmen Nasional terdiri atas: (1) AKM, (2) Survei Karakter, dan (3) Survei
Lingkungan Belajar. Pelaksanaan Asesmen Nasional untuk murid akan dilaksanakan selama
dua hari. Hari pertama untuk Asesmen Literasi Membaca dan Survei Karakter, sedangkan hari
kedua untuk Asesmen

Numerasi dan Survei Lingkungan Belajar. Alokasi waktu sesi asesmen maupun survei
berbeda untuk murid kelas V dengan murid kelas VIII serta XI. Alokasi waktu asesmen dapat
dilihat pada tabel berikut:

10
Setiap sesi memerlukan waktu maksimal 140 menit untuk jenjang SD
sederajat dan 165 menit untuk jenjang SMP/SMA sederajat. Oleh karena itu, dalam
satu hari dapat diselenggarakan 3 sesi tes. Pembagian waktu setiap sesi
digambarkan pada tabel berikut:

11
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Konsep Dasar Asesmen Kompetensi Minimum (AKM) menjadi sorotan utama sebagai
bagian integral dari program Asesmen Nasional di Indonesia. Mendikbud Nadiem Makarim
menggarisbawahi bahwa AKM bertujuan untuk menilai kompetensi mendasar literasi
membaca dan numerasi pada setiap murid, dengan fokus pada keterampilan berpikir logis,
penerapan konsep, dan kemampuan memilah informasi. Tujuan AKM tidak hanya sebatas
pengukuran, melainkan juga sebagai instrumen untuk memicu perbaikan dalam kualitas
belajar-mengajar, memungkinkan guru untuk merancang strategi pembelajaran yang sesuai
dengan tingkat capaian murid. Aspek penting lainnya melibatkan komponen instrumen AKM,
bentuk soal yang beragam, serta pelaksanaan Survei Karakter dan Survei Lingkungan Belajar,
yang semuanya merupakan langkah-langkah menuju peningkatan mutu pendidikan secara
menyeluruh.

Implementasi AKM melibatkan seluruh satuan pendidikan dengan peserta asesmen dari
kepala sekolah, guru, hingga murid yang dipilih secara acak. Proses pelaksanaan Asesmen
Nasional dilakukan dalam dua sesi, fokus pada literasi membaca dan numerasi, serta survei
karakter dan lingkungan belajar. Dengan demikian, AKM diharapkan menjadi landasan yang
kuat untuk meningkatkan efektivitas pembelajaran, mengukur mutu pendidikan secara holistik,
dan mendukung pembentukan karakter siswa dalam konteks pendidikan di Indonesia.

B. Saran
Demikianlah makalah yang kami susun dengan judul “Asesment Kompetensi
Minimum (AKM)”. Dalam penyusunan makalah ini kami merasa masih banyak
kekurangan-kekurangan baik pada teknis penyusunan, maupun pada materi.
Mengingat akan kemampuan yang kami miliki, untuk itu kritik dan saran dari
semua pihak sangat kami harapkan demi penyempurnaan penyusunan makalah yang akan
datang.

12
Semoga makalah ini memberikan manfaat dan faedah untuk dunia ilmu dan
pengembangannya. Terutama bagi penyusun dan semua pihak yang membacanya, baik
dalam lingkup lembaga pendidikan maupun selainnya

13
DAFTAR PUSTAKA

Kemendikbud. (2020). AKM dan implikasinya pada pembelajaran. Pusat Asesmen Dan
Pembelajaran Badan Penelitian Dan Pengembangan Dan Perbukuan Kementerian
Pendidikan Dan KebudayaanPembelajaran Badan Penelitian Dan Pengembangan Dan
Perbukuan Kementerian Pendidikan Dan Kebudayaan, 1–37.

Kemendikbud. (2021). Asesmen Nasional: Lembar Tanya Jawab. Kementerian Pendidikan Dan
Kebudayaan,1–32.
https://hasilun.puspendik.kemdikbud.go.id/akm/file_akm_202101_1.pdf

Safari. (2021). Pengenalan Asesmen Kompetensi Minumim (AKM) 2021. Pusat Asesmen Dan
Pembelajaran (PUSMENJAR).

14

Anda mungkin juga menyukai