Anda di halaman 1dari 17

ASESMEN LITERASI

Disusun guna memenuhi salah satu tugas mata kuliah Literasi Dasar
Dosen pengampu : Drs. Nyoto Hardjono, M.Pd.

KELOMPOK 3 :
1. Afiatin Azizah (952023760)
2. Agil Kurniawati (952023761)
3. Agnes Yunita Prihasti (962023762)
4. Alan Setyo Bawono (952023763)
5. Amelia Zahrotun Ni’mah (952023765)

PENDIDIKAN PROFESI GURU


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami haturkan kepada Tuhan yang telah melimpahkan keberkahannya
sehingga kami bisa menyelesaikan makalah “Asesmen / penilaian Literasi”. Tidak lupa, kami
juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah turut memberikan kontribusi,
dalam penyusunan makalah ini. Tentu saja, tidak akan bisa maksimal jika tidak mendapat
dukungan dari berbagai pihak. Sebagai penyusun, kami menyadari masih terdapat
kekurangan. Baik dari penyusunan maupun tata bahasa penyampaian dalam karya ilmiah ini.
Oleh karena itu, kami dengan rendah hati menerima saran dan kritik dari pembaca. Sehingga
kami dapat memperbaiki makalah ini. Kami berharap semoga makalah yang kami susun
memberikan manfaat dan juga inspirasi untuk pembaca.

i
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL............................................................................ i
KATA PENGANTAR ......................................................................... ii
DAFTAR ISI ........................................................................................ ii
BAB 1 PENDAHULUAN ................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ......................................................................... 1
1.2 Rumusan masalah ..................................................................... 2
1.3 Tujuan....................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN ..................................................................... 3
2.1 Asesmen/ Penilaian Literasi ................................................... 3
2.2 Prinsip Penilaian Literasi ...................................................... 6
2.3 Asesmen Kompetensi Minimum (AKM)............................... 8
BAB III PENUTUP ............................................................................. 13
3.1 Simpulan ................................................................................. 13
3.2 Saran........................................................................................ 13
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................... 14

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Asesmen (Assessment) atau pengukuran hasil belajar ialah pengumpulan
informasi yang relevan, yang dapat dipertanggungjawabkan dalam rangka pengambilan
keputusan menurut Maemonah (2018 : 3). Selanjutnya menurut Resti dan Kresnawati
(Shalehah dkk, 2022) asesmen merupakan kegiatan untuk mengungkapkan kualitas
proses dan hasil belajar. Asesmen dapat juga diartikan sebagai penerapan atau
penggunaan alat penilaian untuk mendapatkan informasi sebanyak-banyaknya tentang
keberhasilan peserta dalam menguasai kompetensi tertentu. Dalam Penilaian Asesmen
Nasional salah satunya yaitu Asesmen Kompetensi Minimum (AKM).
Asesmen Kompetensi Minimum (AKM) merupakan penilaian terhadap
kemampuan minimum peserta didik. Kemampuan minimum ini meliputi kemampuan
mendasar yang harus dikuasai peserta didik dalam jenjang tertentu. Asesmen
Kompetensi Minimum (AKM) meliputi literasi membaca dan numerasi, beberapa
kemampuan yang dianggap sebagai keterampialan abad ke-21. Pengembangan soal-soal
AKM sangat penting karena dapat menyiapkan peserta didik untuk memiliki kecakapan
dan wawasan luas di abad ke-21, selain itu AKM sangat diperlukan oleh semua peserta
didik untuk mampu mengembangkan kapasitas diri serta turut berpartisipasi secara aktif
dan positif pada masyarakat (Shalehah dkk, 2022). Selanjutnya Pusmenjar (2020a)
menyatakan bahwa apabila menguasai kecakapan abad ke-21 peserta didik akan
mampu belajar dan berinovasi, terampil menggunakan serta memanfatkan
teknologi/media informasi, dan mampu berkerja serta bertahan melalui kecakapan
hidup (life skill) yang ia miliki. Di dalam instrumen Asesmen Kompetensi Minimum
(AKM) yaitu literasi membaca dan numerasi dirancang untuk menghasilkan informasi
memicu perbaikan kualitas belajar serta mengajar. Pengambangan Asesmen
Kompetensi Minimum (AKM) menyajikan berbagai masalah dengan berbagai konteks
yang diharapkan mampu diselesaikan oleh peserta didik dengan kemampuan literasi
membaca dan numerik. Penulis akan mengulas lebih dalam mengenai pengertian
Asesmen/Penilaian Literasi, Prinsip penilaian literasi, dan pengertian Asesmen
Kompetensi Minimum (AKM) dalam makalah yang berjudul “Asesmen Literasi AKM”
.

1
1.2. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian Asesmen/Penilaian literasi ?


2. Bagaimana prinsip penilaian literasi ?
3. Apa pengertian Asesmen Kecukupan Minimum (AKM) ?
4. Bagaimana implementasi Asesmen Kecukupan Minimum (AKM) di sekolah ?

1.3. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian Asesmen/Penilaian Literasi.
2. Untuk mengetahui prinsip Penilaian Literasi.
3. Untuk mengetahui pengertian Asesmen Kecukupan Minimum (AKM).
4. Untuk mengetahui implementasi asesmen kecukupan minimum (AKM) di sekolah.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Asesmen/ Penilaian Literasi


Penilaian menurut Permendikbud No. 23 Tahun 2016 adalah proses pengumpulan
dan pengolahan informasi untuk mengukur pencapaian hasil belajar peserta didik. Proses
tersebut dilakukan melalui berbagai teknik penilaian, menggunakan berbagai instrumen,
dan berasal dari berbagai sumber agar lebih komprehensif. Penilaian harus dilakukan
secara efektif. Oleh sebab itu, pengumpulan informasi yang akan digunakan untuk
mengukur pencapaian hasil belajar peserta didik harus lengkap dan akurat agar
dihasilkan keputusan yang tepat.
Penilaian bukan sekadar untuk mengetahui pencapaian hasil belajar peserta didik.
Penilaian dapat meningkatkan kemampuan peserta didik dalam proses belajar. Selama
ini, seringkali penilaian cenderung dilakukan hanya untuk mengukur hasil belajar peserta
didik. Sehingga, penilaian diposisikan seolah-olah sebagai kegiatan yang terpisah dari
proses pembelajaran. Penilaian seharusnya dilaksanakan melalui tiga pendekatan, yaitu
assessment of learning (penilaian akhir pembelajaran), assessment for learning (penilaian
untuk pembelajaran), dan assessment as learning (penilaian sebagai pembelajaran).
Selanjutnya, literasi adalah kemampuan membaca dan menulis. Dalam pengertian
luas, literasi meliputi juga kemampuan berbicara, menyimak, dan berpikir sebagai
elemen di dalamnya (Cooper, 1993). Seseorang disebut literat apa-bila ia memiliki
pengetahuan dan kemampuan yang benar untuk digunakan dalam setiap kegiatan yang
menuntut fungsi literasi secara efektif dalam masyarakat; dan keliteratan yang
diperolehnya melalui membaca, menulis, dan aritmetika itu memungkinkan untuk
dimanfaatkan bagi dirinya sendiri dan perkembangan masyarakatnya (Baynham, 1995).
Secara tradisional, istilah literasi mengacu pada kemampuan seseorang untuk
membaca dan menulis namun belakangan ini istilah tersebut telah ditafsirkan ulang
untuk mencakup mendengarkan, melihat, berbicara, dan melakukan serta faktor budaya
dan sosial yang mempengaruhi kemampuan tersebut. Langkah pertama menuju
pengajaran literasi adalah melakukan penilaian, namun tujuan akhir tetap fokus pada
proses literasi siswa dan prestasi siswa. Sebagai seorang guru, memulai dengan penilaian
literasi akan membantu dalam menentukan jenis alat yang diperlukan untuk mendukung
sistem pemrosesan literasi setiap siswa.

3
Berbagai kegiatan yang disiapkan untuk dilakukan oleh anak hendaknya juga
dapat dinilai guna mengetahui tingkat ketercapaian pembelajaran literasi. Penilaian
tersebut sebaiknya dilakukan ketika anak melakukan kegiatan yang telah direncanakan
oleh guru. Penilaian hendaknya dilakukan secara holistik dan integratif agar guru dapat
mengetahui dengan jelas bagaimana kemampuan anak. Hasil penilaian dapat digunakan
untuk pengambilan keputusan oleh guru dan orangtua.
Melihat penjelasan sebelumnya, seorang guru harus menguasai beberapa
pengetahuan terkait dengan penilaian pendidikan khususnya terkait penilaian literasi.
Menurut Kusaeri & Suprananto (2012: 17) diantaranya yaitu :
1) Mampu memilih prosedur-prosedur penilaian yang tepat untuk membuat
keputusan pembelajaran
2) Mampu mengembangkan prosedur penilaian yang tepat untuk membuat
keputusan pembelajaran.
3) Mampu dalam melaksanakan, melakukan penilaian, serta menafsirkan hasil
penilaian yang telah dibuat.
4) Mampu menggunakan hasil-hasil penilaian untukmembuat keputusan-keputusan
di bidang Pendidikan.
5) Mampu mengembangkan prosedur penilaian yang valid dan menggunakan
informasi penilaian.
6) Mampu dalam mengkomunikasikan hasil penilaian
Penilaian kemampuan literasi anak yang dilakukan oleh guru menggunakan
teknik penilaian pengamatan, hasil karya, dan anekdot. Penilaian dilakukan saat proses
pembelajaran berlangsung dalam artian bahwa anak yang dinilai tidak merasa bahwa
dirinya sedang diamati. Jadi guru disini melakukan penilaian otentik kepada anak-anak
ketika pembelajaran. Seperti yang telah dijelaskan oleh Morison (2012: 160) bahwa
penilaian otentik adalah evaluasi pembelajaran anak dan kegiatan belajar yang mereka
lakukan sebenarnya. Begitupula dengan hasil karya anak, anak dapat menyimpan hasil
karyanya dan mengetik namanya pada hasil karya tersebut di komputer masing-masing.
Prosedur penilaian yang dilakukan adalah pencatatan perkembangan anak,
perangkuman catatan, dan pendeskripsian dalam bentuk kalimat singkat yang meliputi
kompetensi dalam kurikulum yang diterapkan. Prosedur penilaian ini disesuaikan dengan
prosedur penilaian perkembangan anak pada kurikulum yang diterapkan. Seperti yang
telah terlutis dalam pedoman penilaian kurikulum 2013 (Kemendikbud, 2015: 17) bahwa

4
semua data yang telah diolah dapat dikumpulkan ke dalam satu format sehingga mudah
untuk dibaca hasil dari capaian kemampuan anak pada tiap kompetensi dasar.
Guru juga harus memahami bahwa keterampilan membaca dan menulis diperoleh
dari serangkaian kegiatan membaca dan menulis itu sendiri serta pengaplikasian
keterampilan dan strategi dalam kegiatan tersebut. Oleh karena itu, saat melakukan
penilaian literasi, guru harus memperhatikan tujuan berikut ini :
1) Memonitor proses belajar peserta didik.
2) Mengidentifikasi tingkat keterampilan membaca peserta didik.
3) Mendiagnosa permasalahan dalam membaca.
4) Mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan dalam menulis.
5) Mengidentifikasi perkembangan ejaan peserta didik.
6) Mendokumentasikan hasil proses belajar peserta didik.
7) Menunjukkan hasil terbaik dari pekerjaan peserta didik.
Penilaian proses dilakukan selama proses pembelajaran berlangsung dalam
kegiatan belajar-mengajar. Dalam proses pembelajaran tersebut, guru hendaknya
memperhatikan aktivitas, respon, kegiatan, minat, sikap, dan upaya-upaya peserta didik
dalam mengikuti proses pembelajaran. Berdasarkan hal tersebut, perkembangan,
kemajuan, masalah, dan kesulitan belajar peserta didik akan diketahui. Informasi yang
harus terekam melalui proses ini meliputi tiga ranah, yakni ranah kognisi, afeksi, dan
psikomotor. Oleh karena itu, untuk mendapatkan informasi tentang ketiga ranah tersebut
dalam proses belajar dibutuhkan berbagai macam bentuk penilaian baik tes maupun non-
tes. Beberapa bentuk penilaian yang dapat digunakan adalah observasi Catatan Anekdot,
tugas kinerja, rubric, portofolio. Beberapa bentuk penilaian yang perlu diterapkan
diantaranya yaitu :
1) Observasi Catatan Anekdot
Catatan anekdot merupakan catatan singkat dan informal yang ditulis
guru. Tulisan ini mencakup bagaimana sikap peserta didik dalam belajar,
pertanyaan yang diajukan peserta didik, serta strategi dan keterampilan yang
diaplikasikan maupun yang tidak. Catatan ini pun memuat sikap atau
keterampilan yang diharapkan muncul di kegiatan berikutnya. Catatan anekdot
sangat baik dilakukan karena akan mencatat informasi yang bermanfaat untuk
disampaikan kepada orang tua. Catatan ini bisa dimasukkan ke dalam portofolio
sehingga guru bisa melihat perjalanan belajar peserta didik.

5
2) Tugas Kinerja
Penilaian kinerja merupakan bentuk penilaian yang menuntut peserta didik
mempraktikkan dan mengaplikasikan pengetahuan yang sudah dipelajari ke
dalam berbagai macam konteks sesuai dengan kriteria yang diinginkan. Target
pencapaian hasil belajar dalam penilaian kinerja dapat meliputi aspek-aspek: 1)
pengetahuan; 2) praktik dan aplikasi pengetahuan; 3) kecakapan dalam berbagai
jenis keterampilan komunikasi, visual, karya seni, dan lain-lain; 4) produk (hasil
karya); dan 5) sikap (berhubungan dengan perasaan, sikap, nilai, minat, motivasi).
Jadi dalam hal ini penilaian kinerja dapat mengukur kompetensi yang mencakup
aspek pengetahuan, keterampilan, dan sikap.
3) Rubrik
Rubrik adalah suatu instrumen yang digunakan untuk menilai sikap,
keterampilan, dan pengetahuan peserta didik melalui suatu produk atau kinerja.
Di dalam rubrik terdapat kriteria yang harus dinilai. Selain itu juga, di dalam
rubrik terdapat level yang menunjukkan tingkatan pencapaian. Rubrik
memberikan manfaat saat guru akan menilai suatu produk atau kinerja yang tidak
bisa dinilai melalui tes. Rubrik dapat memperlihatkan kelemahan dan kekuatan
setiap peserta didik di area tertentu. Hal ini sangat membantu guru dalam
membuat program pembelajaran selanjutnya.
4) Portofolio
Tindak lanjut yang dilakukan guru setelah melakukan penilaian
kemampuan literasi anak adalah melakukan refleksi apakah indikator yang
diharapkan tercapai atau butuh pengulangan untuk menuntaskannya. Capaian
perkembangan literasi anak yang berkualitas akan meningkatkan peluang bagi
anak untuk mencapai prestasi akademik dan sosial yang baik. Hal ini akan
sangat baik apabila bisa diketahui oleh orangtua secara intensif. Oleh karena
itu, sekolah dapat membuat program yang dikhususkan untuk orangtua agar
bisa memantau kemampuan literasi anaknya secara intensif.

2.2 Prinsip Penilaian Literasi


Pelaksanaan penilaian literasi di kelas diperlukan adanya prinsip-prinsip dalam
penilaian literasi yang berguna sebagai tolak ukur dalam perkembangan literasi. Menurut
Cooper, D. & Kiger (2003) terdapat delapan prinsip dalam pelaksanaan penilaian literasi
di kelas, diantaranya adalah sebagai berikut:

6
1. Penilaian yang dilakukan merupakan proses berkelanjutan dalam pembelajaran
dari peserta didik yang dapat dilihat saat peserta didik berbicara, mendengarkan,
membaca, menulis, atau melihat sesuatu. Dalam menilai peserta didik bukan
hanya dilakukan secara singkat untuk mengukur kemampuan tertentu tetapi dalam
melakukan penilaian dilakukan secara berkesinambungan dari berbagai
kemampuan yang dimiliki sehingga penilaian tersebut sesuai dengan apa yang
hendak diukur.
2. Penilaian ialah bagian dari intruksi. Pernyataan tersebut memiliki arti penilaian
dapat membuat peserta didik jelas terlibat dalam kegiatan intruksional.
3. Penilaian adalah autentik yang artinya di dalam penilaian nantinya guru
diharapkan mampu membuat kesesuaian tugas penilaian dengan realita yang ada
sekarang. Brown (2004) menyatakan penilaian atau tes yang autentik itu penilaian
yang didalamnya terdapat bahasa yang alami atau wajar untuk sering digunakan,
soal-soal yang dibuat harus kontekstual, topik yang digunakan harus bermakna
dalam artian menarik serta yang relevan dengan peserta didik, rangkaian dari soal
dapat membentuk cerita serta tugas-tugas yang diberikan tidak jauh dari tugas
dalam kehidupan nyata. Contohnya Misalnya, jika guru akan mengadakan tes
membaca atau reading comprehension. Hal pertama yang harus dilakukan guru
yaitu mencari referensi bacaan yang sedang tren di kalangan peserta didik seperti
dampak penggunaan media sosial, bullying atau lainnya yang bertujuan untuk
membuat peserta didik semangat dalam mengerjakan tes.
4. Penilaian merupakan proses kolaboratif dan reflektif yang memungkinkan peserta
didik belajar sendiri di luar ruang kelas. Dengan adanya prinsip tersebut peserta
didik akan berusaha melakukan kerja sama baik dengan kelompok maupun
dengan guru sehingga akan tercipta sikap tanggung jawab serta menghormati.
5. Penilaian bersifat multidimensi karena berbagai ukuran menghasilkan ukuran
yang lebih andal. Menulis portofolio dengan draf, penilaian diri, revisi, dan
produk akhir menawarkan gambaran yang lebih lengkap tentang kinerja menulis
peserta didik pada akhir semester kerja daripada tugas menulis tunggal.
6. Penilaian mempertimbangkan faktor budaya, perkembangan peserta didik, dan
akomodasi perlu dibuat di semua bidang ini ketika mempertimbangkan langkah-
langkah penilaian. Pertimbangan dari faktor budaya, perkembangan peserta didik
dan akomodasi akan memudahkan peserta didik dalam memahami serta

7
mengerjakan tes karena disesuaikan dengan kebutuhan peserta didik serta
memudahkan guru untuk menilai peserta didik.
7. Penilaian mengidentifikasi kekuatan serta kebutuhan peserta didik, dan ini
menyediakan tempat untuk memulai dan membangun saat peserta didik bergerak
menuju pembelajaran baru.
8. Penilaian mencerminkan pemahaman tentang bagaimana peserta didik belajar
membaca, menulis, dan menggunakan bahasa.
Dengan adanya pengetahuan tentang prinsip-prinsip penilaian literasi yang
telah diuraikan di atas, maka penilaian literasi yang dilakukan di sekolah akan lebih
valid dan reliabel dalam menilai peserta didik. Penilaian yang valid menurut grunlund
(1998) dalam buku (Zulaiha & Mulyono, 2020) mengatakan jika penilaian yang valid
ialah ketika hasil dari penilaian yang diperoleh tersebut sesuai, bermakna, serta
bermanfaat sehingga sejalan dengan tujuan adanya pelaksaaan penilaian tersebut.
Sedangkan tes yang reliabel adalah tes yang dapat menguji kekonsistenan jawaban
dari peserta didik. Maka dari itu, dalam pembuatan penilaian literasi peserta didik
harus memperhatikan pedoman atau prinsip penilaian literasi sehingga penilaian
tersebut dapat dipertangggung jawabkan kebenarannya.

2.3 Asesmen Kompetensi Minimum (AKM)


Asesmen Kompetensi Minimum (AKM) merupakan penilaian kompetensi
mendasar yang diperlukan oleh semua peserta didik untuk mampu mengembangkan
kapasitas diri dan berpartisipasi positif pada masyarakat. Terdapat dua kompetensi
mendasar yang diukur AKM, yaitu literasi membaca dan literasi matematika-numerasi.
Baik pada literasi membaca maupun literasi matematika-numerasi, kompetensi yang
dinilai mencakup keterampilan berpikir logis-sistematis, keterampilan bernalar
menggunakan konsep dan pengetahuan yang telah dipelajari, serta keterampilan memilah
serta mengolah informasi. AKM menyajikan masalah-masalah dengan beragam konteks
yang diharapkan mampu diselesaikan oleh peserta didik menggunakan kompetensi
literasi membaca dan literasi matematika-numerasi yang dimilikinya. AKM
dimaksudkan untuk mengukur kompetensi secara mendalam, tidak sekadar penguasaan
konten.
Literasi membaca didefinisikan sebagai kemampuan untuk memahami,
menggunakan, mengevaluasi, merefleksikan berbagai jenis teks tertulis untuk
mengembangkan kapasitas individu sebagai warga Indonesia dan warga dunia serta

8
untuk dapat berkontribusi secara produktif kepada masyarakat. Numerasi adalah
kemampuan berpikir menggunakan konsep, prosedur, fakta, dan alat matematika untuk
menyelesaikan masalah sehari-hari pada berbagai jenis konteks yang relevan untuk
individu sebagai warga Indonesia dan warga dunia.
Asesmen dilakukan untuk mendapatkan informasi dan mengetahui capaian
peserta didik terhadap kompetensi yang diharapkan. AKM untuk menghasilkan informasi
yang memicu perbaikan kualitas belajar-mengajar yang pada gilirannya dapat
meningkatkan hasil belajar peserta didik. Dalam pembelajaran terdapat tiga komponen
penting, yaitu kurikulum (apa yang diharapkan akan dicapai), pembelajaran (bagaimana
mencapai) dan asesmen (apa yang sudah dicapai). Asesmen dilakukan untuk
mendapatkan informasi mengetahui capaian murid terhadap kompetensi yang
diharapkan. Asesmen Kompetensi Minimum dirancang untuk menghasilkan informasi
yang memicu perbaikan kualitas belajar-mengajar, yang pada gilirannya dapat
meningkatkan hasil belajar murid.
Pelaporan hasil AKM dirancang untuk memberikan informasi mengenai tingkat
kompetensi murid. Tingkat kompetensi tersebut dapat dimanfaatkan guru berbagai mata
pelajaran untuk menyusun strategi pembelajaran yang efektif dan berkualitas sesuai
dengan tingkat capaian murid. Dengan demikian “Teaching at the right level” dapat
diterapkan. Pembelajaran yang dirancang dengan memperhatikan tingkat capaian murid
akan memudahkan murid menguasai konten atau kompetensi yang diharapkan pada suatu
mata pelajaran.

Soal AKM diharapkan tidak hanya mengukur topik atau konten tertentu, tetapi
berbagai konten, tingkat kognitif, dan konteks. Konten pada literasi membaca
menunjukkan jenis teks yang digunakan, dalam hal ini dibedakan dalam dua kelompok,
yaitu teks informasi dan teks fiksi.
Tingkat kognitif menunjukkan proses berpikir yang dituntut atau diperlukan
untuk dapat menyelesaikan masalah atau soal. Proses kognitif pada literasi membaca dan
literasi matematika-numerasi dibedakan menjadi tiga level. Pada literasi membaca, level
tersebut adalah menemukan informasi, interpretasi dan integrasi, serta evaluasi dan
refleksi. Pada literasi matematika-numerasi, ketiga level tersebut adalah knowing
9
(pengetahuan dan pemahaman), applying (penerapan), dan reasoning (penalaran).
Konteks menunjukkan aspek kehidupan atau situasi untuk konten yang digunakan.
Konteks pada AKM dibedakan menjadi tiga, yaitu personal, sosial budaya, dan saintifik.
Bentuk soal AKM bervariasi, yaitu :
1. Pilihan Ganda
Soal pilihan ganda terdiri atas pokok soal dengan beberapa pilihan jawaban.
Peserta didik diminta menjawab soal dengan memilih satu jawaban benar dari
beberapa pilihan jawaban yang disediakan. Jumlah pilihan jawaban disesuaikan
dengan jenjangnya.
2. Pilihan Ganda Kompleks
Soal pilihan ganda kompleks terdiri atas pokok soal dan beberapa pernyataan
yang harus dipilih atau direspons. Pernyataan-pernyataan atau pilihan-pilihan
jawaban harus merupakan satu kesatuan konsep/rincian kompetensi. Ada dua
model soal pilihan ganda kompleks yang digunakan dalam AKM yaitu :
- Peserta didik memilih pada kotak atau kolom yang disediakan di depan setiap
pernyataan yang sesuai dengan permasalahan pada pokok soal.
- Peserta didik memilih pada kolom Ya/Tidak, Benar/Salah, atau kategori lain di
belakang setiap pernyataan yang sesuai dengan permasalahan pada pokok soal.
3. Menjodohkan
Bentuk soal menjodohkan mengukur kemampuan peserta didik dalam
mencocokkan dan menghubungkan antara dua pernyataan yang disediakan. Soal
ini terdiri atas dua lajur. Lajur pertama (sebelah kiri) berupa pokok soal dan lajur
kedua (sebelah kanan) berupa jawaban.
4. Isian atau Jawaban Singkat
Soal isian dan jawaban singkat adalah soal yang menuntut peserta didik untuk
memberikan jawaban secara singkat, berupa kata, frasa, angka, atau simbol.
Perbedaannya adalah soal isian disusun dalam bentuk kalimat berita, sementara
itu soal jawaban singkat disusun dalam bentuk pertanyaan.
5. Uraian
Soal uraian adalah soal yang jawabannya menuntut peserta didik untuk mengingat
dan mengorganisasikan gagasan-gagasan dengan cara mengemukakan atau
mengekspresikan gagasan tersebut dalam bentuk uraian tertulis. Pada soal uraian
disediakan pedoman penskoran yang merupakan acuan dalam pemberian skor.
Jawaban peserta didik akan dinilai berdasarkan kompleksitas jawaban.

10
Pemberian skor soal pilihan ganda, pilihan ganda kompleks, menjodohkan, dan
isian/uraian singkat dilakukan secara objektif. Sementara itu, untuk soal uraian,
penilaian dilakukan oleh penskor dengan mengacu pada pedoman penskoran.
Pedoman penskoran dibuat oleh penulis soal ketika menulis soal.
Contoh Soal Literasi Membaca Kelas 5

1. Tentukan setiap pernyataan berikut sesuai dengan isi teks ataukah tidak!

Tidak
Pernyataan Sesuai
Sesuai

Perjalanan kedua sahabat kemungkinan melewati


padang pasir

Kedua orang tetap bersahabat dalam kondisi marah


maupun susah

Pesan yang baik dituliskan di atas pasir, oesan yang


buruk dituliskan di atas batu

2. Pilihlah pesan-pesan yang merupakan simpulan dari teks!


 Jangan mengingat kesalahan orang lain terlalu lama

11
 Pertemanan sejati akan terbentuk setelah melewati masa perkelahian
 Persahabatan memerlukan sikap memaafkan dan membalas kebaikan
 Jika diberi kebaikan oleh orang lain harus segera membalasnya

12
BAB III
PENUTUP

3.1 Simpulan
Berdasarkan pembahasan yang telah dipaparkan, maka dapat disimpulkan bahwa;
1. Asesmen/penilaian literasi merupakan kegiatan yang dilakukan untuk mengukur
kualitas kemampuan peserta didik dalam memahami, menerapkan dan mengevaluasi
berbagai informasi yang diperoleh untuk menyelesaikan masalah dan
mengembangkan diri peserta didik. Asesmen/ Penilaian literasi berguna membantu
guru dalam menentukan jenis alat yang diperlukan untuk mendukung sistem
pemrosesan literasi setiap siswa. Untuk itu, guru harus mengetahui penilaian literasi.
2. Prinsip penilaian literasi merupakan bagian terpadu pada proses pembelajaran.
Prinsip-prinsip dalam penilaian literasi yang berguna sebagai tolak ukur dalam
perkembangan literasi. Terdapat delapan prinsip penilaian literasi yaitu ; Penilaian
yang dilakukan merupakan proses berkelanjutan, Penilaian bagian dari intruksi,
Penilaian autentik, Penilaian merupakan proses kolaboratif dan reflektif, Penilaian
bersifat multidimensi, Penilaian mempertimbangkan faktor budaya, perkembangan
peserta didik, dan akomodasi, mengidentifikasi kebutuhan peserta didik, serta
penilaian mencerminkan pemahaman tentang bagaimana peserta didik belajar.
3. Asesmen Kompetensi Minimum (AKM) merupakan penilaian kompetensi mendasar
yang diperlukan oleh semua peserta didik untuk mampu mengembangkan kapasitas
diri dan berpartisipasi positif pada masyarakat. AKM dirancang untuk menghasilkan
informasi yang memicu perbaikan kualitas belajar-mengajar, yang pada gilirannya
dapat meningkatkan hasil belajar murid. Implementasi AKM disekolahyang dapat
dilakukan oleh guru adalah dengan menggunakan bentuk-bentuk soal AKM yang
bervariasi seperti pilihan ganda, pilihan ganda kompleks, menjodohkan, isian atau
jawaban singkat, serta uraian.
3.2 Saran
Sebagai seorang guru diharapkan untuk mampu melakukan asesmen/penilaian
literasi sesuai dengan prinsip penilaian dan asesmen kompetensi minimum.

13
DAFTAR PUSTAKA
Brown H. D. (2004). Language Assessment: Principles And Classroom Practices. White
Plains, NY: Pearson Education.
Cooper, D. & Kiger, N. D. (2003). Literacy: Helping Children Construct Meaning. New
York: Houghton Mifflin Company.
Kemendikbud. (2020). AKM dan Implikasinya pada Pembelajaran. Jakarta : Kemendikbud.
Diakses pada 15/12/2023 pukul 23:40 melalui
https://repositori.kemdikbud.go.id/19690/1/file_akm2.pdf
Zulaiha & Mulyono. (2020). Meningkatkan Literasi Penilaian Kelas: Prinsip-prinsip dan
Langkah-langkah Praktis. Depok: PT RajaGrafindo Persada

14

Anda mungkin juga menyukai