Anda di halaman 1dari 11

DOI: 10.21776/ub.gramaswara.2023.003.02.

02

Pelatihan Pembuatan Soal Literasi Numerasi Berbasis Asesmen


Kompetensi Minimum (AKM) kepada Guru MA Al–Asy’ari Jombang
Afi Ni’amah
STKIP PGRI Jombang

Masriatus Sholikhah
STKIP PGRI Jombang
marish.sholikhah@gmail.com

Febyana Samara Talen


STKIP PGRI Jombang

Abstrak
Kegiatan pengbadian masyarakat dilakukan di MA Al-Asy’ari bertujuan untuk
memberikan materi dan praktek pengembangan soal literasi kepada para dewan guru.
Pelaksanaan kegiatan sosialisasi didasarkan karena adanya permasalahan yang dihadapi
oleh beberapa guru tentang materi pelatihan yang mereka peroleh pada tahun 2021 lalu.
Secara garis besar, permasalahan para guuru meliputi; 1) kesulitan dalam memahami cara
membuat soal literasi , dan 2) kebingungan dalam menyusun kisi-kisi soal literasi.
Berdasarkan permasalahan tersebut, tim abdimas bersinergi dengan pihak madrasah untuk
memberikan sosialisasi dalam pengembangan soal literasi yang meliputi: 1) langkah-
langkah pembuatan soal litterasi, dan 2) penyusunan kisi-kisi soal literasi. Adapun solusi
dari permasalahan tersebut akan dijabarkan dengan terperinci yang dilaksanakan dalam 3
tahapan utama, yakni perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi. Tim abdimas memetakan
beberapa temuan diantaranya adalah adanya peningkatan dari pemahaman teori yang telah
dilaksanakan pada keiatan sebelumnya menuju pada pemahaman aplikasi pembuatan soal
literasi AKM yang telah disesuaikan dengan kebutuhan Mata Pelajaran para peserta.
Selanjutnya pada tahapan evalusi didapati bahwa selama masa pendampingan pembuatan
scontoh soal AKM di dapati bahwa peserta telah memahami dengan baik pengembangan
soal literasi.

Kata kunci: AKM; pendampingan; soal literasi; hambatan pembuatan soal

PENDAHULUAN
Pada masa ini masyarakat telah memasuki era yang secara umum disebut sebagai abad 21.
Masa ini merupakan knowledge age (masa pengetahuan) karena kegiatan untuk memenuhi
kebutuhan apapun dilandaskan pada pengetahuan dan kemampuan dalam bersaing pada
kehidupan sehari-hari (Mukhadis, 2013). Sebagaimana ilmu pengetahuan yang berkembang
pada abad 21 lebih berorientasi pada teknologi maka menuntut peserta didik untuk memiliki 3
keterampilan, yakni learning skills, literacy skills, dan life skills. Keterampilan pertama
meliputi 4 hal yang disebut The Four C’s, diantaranya yaitu critical thinking, creativity,
collaboration, dan communication (Tim GLN, 2017). Keterampilan yang kedua meliputi
information literacy, media literacy, dan technology literacy. Sedangkan keterampilan terakhir
meliputi 5 kemampuan yang terdiri dari flexibility, leadership, initiative, productivity, dan
59 | J u r n a l G r a m a s w a r a V o l . 3 N o . 2
social skills. Dengan berlandaskan uraian tersebut dapat dipahami latar belakang pemerintah
Indonesia menerbitkan kebijakan pada akhir tahun 2020 dengan mengganti Ujian Nasional
menjadi Asesmen Nasional dengan sistem AKM, yakni sebagai bekal bagi peserta didik supaya
bisa bertahan dalam menjalani kehidupan sehari-hari dengan sebaik-baiknya tanpa adanya
masalah yang mempersulit atau menghalangi perjalanan hidupnya.
Permendikbud Nomor 20 tahun 2016 menyebutkan bahwa peserta didik harus mempunyai
keterampilan berpikir, kreatif, produktif, kritis, mandiri, kolaboratif, dan komunikatif dengan
pendekatan ilmiah atas pengetahuan yang telah dipelajari sekaligus mengembangkan sumber
lain secara mandiri. Uraian tersebut menjelaskan bahwa critical thinking sebagai keterampilan
pertama dari The Four C’s harus dikuasai oleh peserta didik. Posisi keterampilan pertama
tersebut disebabkan karena berpikir kritis (critical thinking) merupakan kemampuan untuk
berpikir pada tingkat tinggi atau berpikir secara kritis (King et al., 2016). Definisi lain juga
menyebut berpikir kritis sebagai salah satu keterampilan yang disebut sebagai HOTS (High
Order thinking Skills) selain pemecahan masalah, membuat keputusan, dan kreatif (Yuniar et
al., 2015). Kemampuan peserta didik untuk berpikir kritis dapat diukur dengan menggunakan
tes, demikian pula halnya dengan kemampuan literasi.
Kemampuan literasi seseorang diperlukan dalam menjalani kesehariannya berkomunikasi
dan bersosialisasi dengan masyarakat di sekitarnya. Hal ini disesuaikan dengan perhatian atas
perkembangan literasi merupakan hal yang sangat diperlukan karena setiap orang harus
memilikinya sebagai kemampuan dasar dalam hidup bermasyarakat (Lamada et al., 2019).
Kemampuan literasi didefinisikan sebagai kemampuan seseorang dalam melakukan penalaran
atas informasi yang diterima dalam berbagai konteks (Ekowati, Astuti, & Utami, 2019).
Mengingat pentingnya kemampuan literasi, perlu pula dipertimbangkan pembekalan
kemampuan literasi kepada peserta didik sekaligus cara mengukur penguasaan mereka atas
kemampuan literasi. Dengan berlandaskan pada pemikiran tersebut, pihak madrasah berinisiasi
mengadakan pelatihan menyusun soal beserta kisi-kisinya. Atas landasan tersebut maka pihak
madrasah mengajukan kesediaan tim abdimas untuk menyampaikan materi terkait penyusunan
soal beserta kisi-kisinya dalam suatu kegiatan sosialisasi. Belakangan, pelatihan dan
implementasi asesmen kompetensi minimum (AKM) di tingkat sangat digalakan sebab
memiliki banyak manfaat bagi guru dan siswa (Arif, 2019; Fiangga et al., 2019; Khayati &
Raharjo, 2020; Puspaningtyas & Ulfa, 2020). Meski demikian, banyak sekolah yang masih
beadaptasi terkait pemhaman konsep dan juga cara pembuatan soal secara detail sebab
kurikulum merdeka merupakan hal yang baru untuk diterapkan terlebih sistem AKM sebagai
sarana pelaksanaan asesmen nasional (Ekowati, Astuti, Utami, et al., 2019; Lamada & Rahman,
2019).
Program pelatihan yang dilakukan oleh Puspitaningtyas dan Ulfa (2019) menghasilkan
temuan bahwa pemberian soal AKM kepada siswa pada mata pelajaran matemtika dapat
meningkatkan ketermpilan berfikir kritis siswa pada sekolah SMA IT Fitrah Insani. Sependapat
dengan Puspanintyas dan Ulfa (2019), Fiangga (2019) juga menemukan bahwa penting
memberikan pelatihan AKM kepada guru sebab dapat membantu mereka dalam
mengkonstruksi soal literasi numerasi dengan lebih maksimal. Lebih lanjut, penelitian yang

60 | J u r n a l G r a m a s w a r a V o l . 3 N o . 2
dilaksanakan oleh arif (2019) juga menghasilkan temuan bahwa pemberian bermacam jenis
soal dengan variasi yang beragam juga memberi kemudahan bagi guru untuk memtakan
kemampuan matematis siswa. Seiring sejalan, hasil temuan Khayati dan Raharjo (2020)
mengeksplorasi lebih dalam dan ditemukan bahwa penerapan soal literasi sain dapat
mengidentifikasi keterampilan berfikir kritis para siswa kelas XI di tingkat SMA.
Meski demikian, tidak dapat dipungkiri bahwa sebagai kurikulum baru, jenis asesmen ini
membutuhkan perhatian khusus dari pemerintah perihal pelatihan dan pendampingan. Sebab
berdasarkan temuan dari Lamda dan Rahman (2019) dan Ekowati, dkk (2019) menjeaskan
bahwa ada banyak sekolah yang belum memberikan pelathan pembuatan soal literasi numerasi
khusu sesuai dengan pata pelajaran atau yang serumpun sehingga banyak guru yang masih
kebingungan dalam merumuskan teks dan juga soal yang akan digunakan.
Mejawab fenomena tersebut, tim abdimas mencoba memetakan akar masalah yang ada pada
MA Al-Asy’ari. Setelah mengetahui kesulitan yang dihadapi oleh beberapa guru yang memiliki
keinginan untuk lebih memahami tentang kemampuan literasi demi membekali peserta didik
dengan kemampuan literasi sekaligus cara mengukur pencapaiannya, maka tim abdimas
melakukan koordinasi dan mempersiapkan kegiatan pengabdiam masyarakat. Berdasarkan
hasil diskusi dengan kepala madrasah dan waka kurikulum maka permasalahan sekolah dalam
hal ini bisa di petakan menjadi 2 pokok masalah sebagai berikut: (1) bahwa soal literasi dalam
sistem AKM berbeda dengan sistem yang telah berjalan sebelumnya dalam hal mengukur
capaian peserta didik dalam jenjang sekolah dasar maupun tingkat menengah atau yang dikenal
dengan system Ujian Nasional (UN). Terkait capaian peserta didik diperlukan adanya tes untuk
mengukurnya. Supaya tes yang digunakan sebagai alat ukur mampu mengukur sesuai indikator
yang diharapkan maka diperlukan beberapa persiapan. Pokok masalah berikutnya, (2) yakni
diperlukan persiapan dalam menyusun tes sebagai alat ukur pencapaian peserta didik atas
kemampuan literasi. Persiapan yang diperlukan dalam menyusun tes dituangkan dalam bentuk
kisi-kisi soal. Dalam menyusun kisi-kisi soal diperlukan beberapa langkah yang diperlukan
untuk melengkapi beberapa poin yang tercantum dalam sebuah tabel sebagai format
penyusunan kisi-kisi soal. Untuk pelaksanaan kegiatan akan didiskusikan lebih lanjut
mengingat MA Al-Asy’ari yang notabene berada dalam lingkungan pesantren tentu saja
bernaung dibawah departemen keagamaan sehingga wacana untuk mendapat pelatihan
pengembangan soal berbasis literasi menaruh harapan sepenuhnya kepada tim abdimas.
Dengan kata lain, para dewan guru hingga hari ini belum mendapat sosialisasi atau pelatihan
dari dinas terkait mengenai penyusunan soal literasi. Berdasarkan paparan fenomena tersebut,
tim abdimas memetakan permasalah dari beberapa guru di madrasah tersebut adalah: 1)
mengalami kendala dalam memahami cara penyusunan soal literasi, dan 2) merasa perlu
memperdalam wawasan tentang penyusunan kisi-kisi soal literasi supaya lebih mudah dalam
membuat soal literasi dan sesuai target pencapaian.

METODE PENELITIAN

61 | J u r n a l G r a m a s w a r a V o l . 3 N o . 2
Pemberlakuan asesmen nasional yang mulai diluncurkan pada akhir 2020 merupakan
tantangan bagi para guru dalam menerapkan strategi pembelajaran di kelas. Sebab masih
banyak guru yang belum mapu membuat soal literasi numerasi berbasi AKM. Terkait masalah
tersebut, ada tiga solusi yang ditawarkan melalui diadakannya pelatihan dan pendampingan
AKM sebagaimana digambarkan pada gambar 1 di bawah ini:

• perizinan
Perencanaan
• kesepakatan

• sosialisasi
Pelaksanaan
• unjuk kerja

• soal literasi
Evaluasi
• kuesioner

Gambar 1. Tahapan Pelatihan dan Pendampingan

Tahapan pelaksanaan kegiatan pada gambar 1 tersebut dijelaskan sebagaimana uraian di


bawah ini:
1. Perencanaan
Sebelum melaksanakan kegiatan sosialisasi, tim abdimas melakukan observasi, perizinan,
dan kesepakatan lokasi beserta waktu pelaksanaan dengan pihak madrasah.Tahapan
perencanaan ini dilakukan pada tanggal 23 Februari 2022. Setelah menyepakati beberapa hal
terkait detail pelaksanaan program. selanjutnya tim abdimas melakukan koordinasi sekaligus
menyiapkan materi sosialisasi.
2. Pelaksanaan
Tahapan pelaksanaan merupakan kegiatan inti berupa sosialisasi pengembangan soal literasi
kepada para dewan guru MA Al-Asy’ari Keras. Kegiatan sosialisasi dilakukan dengan metode
ceramah, diskusi, tanya jawab, praktek, dan unjuk kerja. Uraian selengkapnya mengenai
pelaksanaan masing-masing kegiatan diuraikan sebagaimana berikut:
a. Sosialisasi
Kegiatan sosialisasi dimaksudkan untuk membekali pengetahuan kepada para guru tentang
pembuatan soal literasi dan penyusunan kisi-kisi soal literasi. Untuk menvalidasi pemantapan
materi yang disampaikan, para guru diarahkan untuk melakukan dikusi dan bekerja sama dalam
kelompok kecil. Dengan berdikusi dalam masing-masing kelompok maka para guru dapat

62 | J u r n a l G r a m a s w a r a V o l . 3 N o . 2
memantapkan materi yang dipahaminya bersama guru lain (peer debriefing) yang menjadi
anggotanya.
Setelah membekali pengetahuan, selanjutnya menginstruksikan para guru untuk
menerapkan pengembangan soal literasi dalam kelompok mereka.Hal ini dimaksudkan supaya
para guru dapat menerapkan dan merealisasikan pengetahuan mereka. Oleh karena itu diadakan
pula kegiatan praktek dalam kelompok kecil pada saat sosialisasi. Dalam hal ini tim abdimas
mendampingi masing-masing kelompok dalam mengembangkan soal literasi dan penyusunan
kisi-kisi soal sebagai realisasi dari sosialisasi dan memvalidasi kemampuan mereka dalam
mengembangkan soal literasi untuk memperbaiki pencapaian kemampuan literasi peserta
didik.
b. Unjuk Kerja
Dalam kegiatan sosialisasi diadakan kegiatan praktek dan pendampingan yang dilakukan
selama kegiatan sosialisasi. Karena kegiatan pendampingan dilaksanakan selama sosialisasi,
maka dapat diketahui pemahaman para guru dalam menerapkan materi yang disampaikan. Jika
para guru menemui masalah atau kesulitan ketikamenerapkannya, mereka memiliki peluang
untuk konsultasi dengan tim abdimas dan saling berbagi dengan sesame guru lainnya. Selama
kegiatan pendampingan, evaluasi kegiatan juga dilakukan sebagai refleksi keberhasilan
indikator yang dirumuskan terkait diadakannya kegiatan pada sekolah mitra. Penjelasan lebih
lanjut mengenai pelaksanaan kegiatan tercantum pada Gambar 2 di bawah ini:

Unjuk kerja
(praktek)
Sosialisasi

Pembukaan

Gambar 2. Pelaksanaan Kegiatan Sosialisasi

3. Evaluasi
Setelah melakukan sosialisasi sebagai realisasi program pengabdian masyarakat, tim
abdimas melakukan evaluasi terhadap kemampuan para guru dalam mengembangkan soal
literasi. Kegiatan ini dilakukan untuk mengetahui pencapaian indikator kegiatan sosialisasi.
Dalam hal ini tim abdimas menilai soal literasi yang telah dibuat oleh para guru dan menyebar
kuesioner. Penilaian soal literasi tersebut disesuaikan dengan indikator ketercapaian program
yang telah dirumuskan sebelum pelaksanaan program oleh tim abdimas.
HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Pembuatan soal literasi numerasi dengan pendekatan AKM
Pelatihan ini merupakan keberlanjutan dari pelatihan yang diadakan tahun lalu yang masih
fokus pada pemahaman konseptual AKM. Namun pada pelatihan ini lebih berfokus pada
63 | J u r n a l G r a m a s w a r a V o l . 3 N o . 2
pendampingan pembuatan pengembangan soal AKM berbasis literasi yang tentunya titik
tekannya lebih pada praktik pembuana soal. Pendampingan ini langsung menggiring peserta
agar membuat soal AKM berbasis literasi sesuai dengan jenis soal yang telah disepakati yakni
pilihan anda kompleks dan essay. Peserta membuat soal pada kertas folio yang disiapkan
pemateri dengan harapan para peserta tidak copy paste dari internet dan bisa berkreasi sendiri
dengan lansun menuliskannya pada kertas folio. Karena peserta berasa dari mapel yang
beragam, maka soal AKM berbasis literasi yang dibuat oleh para peserta juga beragam yang
terdiri dari guru MAPEL yang beragam yakni : Ekonomi, Pendidikan Kewarganegaraan,
Multimedia, Sosiologi, Bahasa Inggris, Bahasa Arab, Kimia, Biologi, dan Sejarah Kebudayaan
Islam (SKI). Dari soal yang telah dibuat oleh peserta dapat diketahuai bahwa tujuh peserta
membuat soal AKM jenis pilihan ganda kompleks yakni guru MAPEL Eknomi, Pendidikan
Kewarganegaraan, Sosiologi, Bahasa Inggris, Bahasa Arab, Kimia, Biologi, dan sejarah
kebudayaan islam (SKI) (lihat gambar 3). Sementara ada satu guru MAPEL yang membuat
soal AKM berbasis literasi jenis soal essay yakni guru MAPEL Multimedia (lihat gambar 4).

Gambar 3. Soal AKM Berbasis Literasi Jenis Soal Pilihan Ganda Kompleks

64 | J u r n a l G r a m a s w a r a V o l . 3 N o . 2
Gambar 4. Soal AKM Berbasis Literasi Jenis Soal Essay

Dari hasil pekerjaan peserta pendampinan menunjukkan bahwa 100% peserta sudah
memahami konsep AKM dan juga mampu mmbuat soal AKM berbasis literasi dalam jenis
pilihan ganda kompleks dan essay. Namun dalam Keberhasilan program selain karena
didukung koordinasi yang baik antara tim abdimas dengan pihak sekolah, juga karena kebaruan
materi yang disampaikan pada kegiatan pelatihan. Koordinasi yang baik menimbulkan
hubungan kekeluargaan antara tim abdimas dengan pihak sekolah sehingga mereka
memberikan respon yang leluasa selama kegiatan tanpa ada rasa canggung yang membatasi,
bahkan seringkali diselingi intermeso. Respon yang mereka ekspresikan menunjukkan seperti
mereka sedang berdiskusi dengan teman sejawat atau keluarga. Hubungan kekeluargaan
tersebut juga membuat para pemateri lebih leluasa dalam menyampaikan materi tanpa harus
memperhatikan formalitas. Di lain pihak, kebaruan materi membuat para peserta antusias
mengikuti kegiatan karena sikap mereka yang terbuka dengan perubahan tapi masih sedikit
menerima pelatihan untuk pengembangan proses KBM. Kebijakan penerapan AKM baru
diluncurkan pada akhir 2020 lalu dan rencananya akan direalisasikan pada tahun ini. Sikap
antusias para peserta juga dibuktikan adanya kiriman hasil kerja para guru dalam menyusun
soal AKM. Soal AKM yang mereka kirim juga membuktikan dukungan serta kesiapan mereka
dalam menerapkannya kepada para peserta didik selama KBM di kelas. Dengan demikian
mereka mampu membekali dan melatih peserta didik menggunakan soal yang mereka susun
untuk menjadikan pribadi yang kreatif, berkebhinekaan global, bergotong royong, bernalar
kritis, mandiri, dan beriman, bertakwa kepada Tuhan YME, dan berakhlak mulia sebagaimana
permendikbud nomor 22 tahun 2020.
2. Permasalahan dalam pembuatan soal literasi numerasi dengan pendekatan AKM
Dalam proses pelatihan, telah disebutkan bahwa peserta diharuskan mampu membuat 1 butir
soal terkait mata pelajaran yang diampu. Para peserta diberikan kebabasan penuh untuk
menentukan jenis soal yang akan mereka buat, namun guru dalam kelompok mata pelajaran
serumpun harus membuat jenis soal yang berbeda dari lima jenis soal berbasis AKM, yakni;
pilihan ganda, pilihan ganda kompleks, menjodohkan, isian singakat, dan essay. Tidak dapat
dipungkiri bahwa salaam pelaksanaan program, para peserta mengelami beberapa hambatan.
Adapun upaya untuk memetakan kesulitan dan solusi terkait pelakasanaan pelatihan dan
pendampingan pembuatan soal berbasis AKM dijabarkan berdasarkan hasil kuesioner. Peserta

65 | J u r n a l G r a m a s w a r a V o l . 3 N o . 2
diminta untuk menjawab 5 butir pertnyaan terkait pengalaman, kendala, dan solusi dalam
pembuatan soal berbasis AKM.
Diketahui bahwa 9 dari 10 peserta telah mengikuti pelatihan AKM sebelumnya (lihat
gambar 5). Sebenarnya program ini adalah kali kedua tim abdimas kami melaksanakan
program pelatihan terkait AKM di sekolah ini.

Pengalaman Mengikuti
Workshop AKM
1
Pernah

9 Tidak
Pernah

Gambar 5. Pengalaman mengikuti workshop AKM

Dari gambar 5 dapat dimaknai bahawa para peserta pelatihan telah memiliki background of
knowledge terkait bentuk soal, jenis soal, dan konsep dasar pembuatan soal berbasis AKM.
Sebab minimal mereka telah menerima materi terkait AKM dan AN dari dua sumber yang
menguatkan pemahaman konsep tersebut, dari pihak Kemenag dan Perguruan Tinggi (lihat
gambar 6).

Gambar 6. Pemateri pelatihan AKM

Para peserta juga mengakui bahwa 70% dari total peserta telah memiliki pengalaman
membuat dan mengimplementasikan soal berbasis AKM dalam proses pembelejaran mereka
selama satu tahun terakhir. Para guru melakukan hal tersebut pada kegiatan penilaian harian
(PH), penilaian tengah semester (PTS), dan penilaian akhir semester (PAS). Tujuh orang guru
tersebut adalah guru mata pelajaran umum seperti bahasa Indonesia, matematika, fisika, kimia,
biologi, ekonomi, dan sosiologi (lihat table 1).

66 | J u r n a l G r a m a s w a r a V o l . 3 N o . 2
Table 1. Pengembangan soal AKM
Pertanyaan Jawaban
Belum Sudah
Pernahkah Anda mengembangkan atau menyusun soal lll lllllll
berbasis AKM?
Pernahkah Anda mengaplikasikan soal berbasis AKM llll llllll
dalam kegiatan pembelajaran di kelas? Bagaimana
Anda mengaplikasikannya?

Tidak dapat dipungkiri bahwa prose pembuatan soal literasi numerasi berbasis AKM
memberikan kendala tersendiri bagi beberapa pesereta pelatihan, meski mereka telah bekerja
dalam tim serumpun mata pelajaran. Rerata para peserta mengalamai permasalahan yang sama
yakni belum menguasai konsep jenis soal, struktur soal AKM da membutuhkan waktu berlebih
untuk mempersiapkan soal sebelum tes berlangsung. Namun demikian. Meski deikian,
mayoritas peserta beranggapan bahwa penjabaran teks dan pemilihan jenis pertanyaandana
membuat teks soal (4 orang) dan soal yang variatif sesuai jenis soal AKM (3 orang) merupakan
tantangan terberat dalam proses membuat soal berbasis AKM (lihat gambar 7).

Gambar 7. Permasalahan yang dihadapi oleh peserta pelatihan.

Merespon permasalah diatas, para guru selama ini melakukan beberapa hal untuk
meminimlasir kesulitan yang dihadapi utaman ketika harus menyiapkan isntrumen penilaian
berupa tes pada sesi Ulangan Harian, PTS, dan PAT. Secara umum, Pusmenjar merupakan
salah satu media yang disediakan oleh pemerintah melalui Kemdikbud terkait instrument tes
pada Kurikulum Merdeka Belajar. Disni, para guru bisa mengakses materi, panduan singkat,
dan juga contoh soal literanis numerasi dari tingkat dasar hingga menengah keatas. Oleh
karenanya, berdiksui dengan kawan mata pelajaran serumpun merupakan pilihan kedua
tertinggi (5 orang) sesudah melakukan belajar mandiri melalui pusmenjar (6 orang). Meski
demikian, pelatihan AKM tetaplah merupakan salah satu solusi dalam mengurangi kesulitan
yang dihadapi oleh guru (lihat gamabr 8). Hanya saja, program pelatihan dan pembinaan yang
dilakukan oleh pihak terkait masih terbatas durasi dan kuota, artinya bergantung pada jadwal
workshop yang diadakan.

67 | J u r n a l G r a m a s w a r a V o l . 3 N o . 2
Gambar 8. Permasalahan yang dihadapi oleh peserta pelatihan.

Melihat data diatas, penting rasanya untuk tetap tetap melakukan pelatiha sejenis untuk
menguatkan implementasi kurikulum merdeka yang telah dipakai pada bberapa sekolah sejak
tahun 2020. Hal ini dapat dimaknai bahwa temuan pada program pengabdian ini seusia dengan
study literature pada penelitian terdahulu. Dengan demikian. Perlu kiranya ada gerakan
percepatan untuk meningkatkan pemahaman guru terkait konsep dan jenis soal AKM. Selai itu,
sangat penting pula untuk memberi pelatihan dan pendampingan terkait pembuatan soal lterasi
numerasi sebab kedua jenis soal ini dapat memabntu pemerintah dalam hal membangun sumber
daya manusia Indonesia sebagaiman standart minimum PISA.
SIMPULAN
Berdasarkan hasil perenungan panjang yang dimulai sejak masa observasi, pelaksanaan
program hingga evaluasi, tim abdimas menyimpulkan bahwa para dewan guru di MA Al-
Asy’ari telah mengetahui konsep dasar dan cara pembuatan soal literasi dan numerasi yang
digunakan pada saat HU, PTS, dan PAT dengan pendekatan AKM.
Para peserta pelatihan telah mampu membuat soal sederhana sesuai mata pelajaran yang
diampu dan bekerja dalam tim kecil serumpun untuk membuat beberapa jenis soal yang
berbeda. Adapun jenis soal yang telah berhasil dibuat selama pelatihan adalah jenis pilihan
ganda kompleks yakni guru MAPEL Eknomi, Pendidikan Kewarganegaraan, Sosiologi,
Bahasa Inggris, Bahasa Arab, Kimia, Biologi, dan sejarah kebudayaan islam (SKI) (lihat
gambar 3). Sementara ada satu guru MAPEL yang membuat soal AKM berbasis literasi jenis
soal essay yakni guru MAPEL Multimedia.
Implementasi soal literasi dan numerasi baru saja dilaksanakan sejak tahun 2021 melalui
proses asesmen nasional pada siswa kelas XI di sekolah ini. Untuk itu, wajar kiranya apabila
para guru mengalami beberapa hambatan dalam pembuatan soal berbask AKM yakni tipe
literasi dan numerasi. Umumnya mereka merasa bahwa untuk membuat soal membutuhkan
waktu yang cukup lama sebab beberapa dari mereka belum memahami konsep structural dan
membedakan jenis soal AKM dengan baik.
Untuk itu, diharapakan kedepan akan ada penguatan lanjutan berupa pelatihan serupa sesuai
mata pelajaran serumpun. Sebab bagaimanapun sekolah harus menyiapkan sumber daya
manusia yang berupa guru dan siswa untuk menghadapi ketrampilan abad 21.

68 | J u r n a l G r a m a s w a r a V o l . 3 N o . 2
UCAPAN TERIMA KASIH
Ucapan terimakasih tim abdimas ucapkan kepada pimpinan lembaga STKIP PGRI Jombang
yang telah mendanai program pengabdian kepada masyarakat ini. Selanjutnya tim abdimas
juga mengucapkan terimakasih kepada Pimpinan P3M beserta Jajarannya yang telah memberi
kesempatan, arahan dan bimbingan dalam terbentuknya program pengabdian masyarakat
dengan pendanaan internal kampus. Tak lupa untuk kepala madrasah MA Al-Asy’ary yang
telah mempercayakan solusi atas permasalahan peningkatan kemampuan kognitif guru dan
mengijinkan kami selalu melakukan pendampingan kepada para dewan guru dalam hal AKM,
dan tim mahasiwa, sungguh program ini tak akan terwujud tanba bantuan element-element
tersebut.

DAFTAR PUSTAKA
Arif, S. (2019). Higher Order Thinking Skills (HOTS) Analysis on Teachers’s Questions in the Final
Examination of Bahasa dan Sastra Indonesia at Senior High School 7 Medan. Budapest
International Research and Critics in Linguistics and Education (BirLE) Journal, 2(4), 172–
178. https://doi.org/10.33258/birle.v2i4.504
Ekowati, D. W., Astuti, Y. P., Utami, I. W. P., Mukhlishina, I., & Suwandayani, B. I. (2019). Literasi
Numerasi di SD Muhammadiyah. ELSE (Elementary School Education Journal) : Jurnal
Pendidikan dan Pembelajaran Sekolah Dasar, 3(1), 93.
https://doi.org/10.30651/else.v3i1.2541
Fiangga, S., M. Amin, S., Khabibah, S., Ekawati, R., & Rinda Prihartiwi, N. (2019). Penulisan Soal
Literasi Numerasi bagi Guru SD di Kabupaten Ponorogo. Jurnal Anugerah, 1(1), 9–18.
https://doi.org/10.31629/anugerah.v1i1.1631
Khayati, D. N., & Raharjo, R. (2020). Pengembangan Instrumen Tes Berbasis Literasi Sains untuk
Memetakan Critical Thinking dan Practical Skills Siswa pada Materi Sistem Peredaran Darah
Kelas XI SMA. Berkala Ilmiah Pendidikan Biologi (BioEdu), 9(3), 433–442.
https://doi.org/10.26740/bioedu.v9n3.p433-442
King, F., Goodson, & Rahani. (2016). Assessment Evaluation Service Program Higher Order Thingking
Skill A Publication of the Education Service Program.
Lamada, M., Rahman, E. S., & Herawati. (2019). Analisis Kemampuan Literasi Siswa SMK Negeri di
Kota Makassar. Jurnal Media Komunikasi Pendidikan Teknologi Dan Kejuruan, 6(1).
Mukhadis, A. (2013). Sosok Manusia Indonesia Unggul dan Berkarakter dalam Bidang Teknologi.
Prosiding Seminar Nasional Pendidikan, 264–278.
Permendikbud Nomor 20 tahun 2016
Puspaningtyas, N. D., & Ulfa, M. (2020). Pelatihan Soal Matematika Berbasis Literasi Numerasi pada
Siswa SMA IT Fitrah Insani. J. Pengabdian Masyarakat MIPA dan Pendidikan MIPA, 4(2),
137–140. https://doi.org/DOI: https://doi.org/10.21831/jpmmp.v4i2.37504
Tim GLN. 2017. Materi Pendukung Literasi Numerasi. Jakarta: Kemdikbud
Yuniar, M., Rahmat, C. R., & Saepulrohman. (2015). Analisis HOTS (High Order Thinking Skills)
pada Soal Objektif Tes dalam Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) Kelas V SD
Negeri 7 Ciamis. PEDADIDAKTIKA, 2(2), 187–195.

69 | J u r n a l G r a m a s w a r a V o l . 3 N o . 2

Anda mungkin juga menyukai