Anda di halaman 1dari 17

ANALISIS MODUL BELAJAR SISWA

LITERASI DAN NUMERASI KELAS IV DITINJAU DARI ASPEK


ASESMEN KOMPETENSI MINIMUM (AKM)
LITERASI NUMERASI

ARTIKEL ILMIAH
BOOK CHAPTER

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar


Sarjana Pendidikan

Oleh
Ratih Sukmadewi
1401415359

JURUSAN PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2023
ARTIKEL ILMIAH
BOOK CHAPTER

ANALISIS MODUL BELAJAR SISWA


LITERASI DAN NUMERASI KELAS IV TEMA 4 SUBTEMA 1
DITINJAU DARI ASPEK AKM
LITERASI NUMERASI
Ratih Sukmadewi 1), Trimurtini, S. Pd., M. Pd 2)
Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Universitas Negeri Semarang.
1)2)

Email :
PENDAHULUAN
Pendidikan sebagai pondasi penting untuk keberlangsungan kehidupan manusia
perlu ditanamkan sejak di usia sekolah dasar. Pentingnya pendidikan yaitu memberikan
arahan dan tuntunan pada kehidupan seseorang agar memiliki wawasan yang luas,
mampu menghadapi segala persoalan di kehidupan sehari-hari, dan membentuk
karakter. Terhitung selama dua tahun semenjak virus pandemi covid-19 merebak segala
aktifitas dihentikan termasuk dalam dunia pendidikan. Virus covid-19 pertama kali
ditemukan di Indonesia pada 2 Maret 2020. Virus tersebut dikenal dengan istilah virus
corona (covid-19) yaitu penyakit menular yang disebabkan dari virus SARS-CoV-2.
Upaya pemerintah untuk mengurangi penyebaran kasus covid-19 yang telah banyak
memakan korban adalah membuat kebijakan menghentikan aktifitas belajar mengajar di
sekolah (pembelajaran luar jaringan/ luring) dan mengantinya dengan pembelajaran
daring (pembelajaran dalam jaringan/online) dalam proses belajar mengajar.
Terdapat kendala yang dirasakan guru dan siswa selama pembelajaran daring
diantaranya adalah pembelajaran dirasa kurang efektif dan kondusif, guru kesulitan
dalam mengetahui pemahaman peserta didik dari materi yang disampaikan, kesulitan
dalam membuat materi online, serta penurunan hasil belajar siswa baik secara
akademis, pengetahuan dan keterampilan (learning loss) akibat pembelajaran daring
yang berlangsung cukup lama. Dalam penyampaian materi terdapat juga kendala yang
dirasakan peserta didik selama pembelajaran di rumah yaitu materi yang disampaikan
guru kurang jelas, kurang inovatif dan tidak memaksimalkan keaktifan peserta didik
dalam proses belajar mengajar sehingga peserta didik merasa bosan dan kurang
bersemangat dalam menerima materi.
Upaya pemerintah dalam menangani persoalan learning loss yaitu dengan
dikeluarkannya Keputusan Mendikbud mengenai Pedoman Pelaksanaan Kurikulum
pada Satuan Pendidikan dalam Kondisi Khusus Nomor 719/ P/ 2020 mengatur
bagaimana pelaksanaan kurikulum di suatu lembaga pendidikan pada kondisi khusus.
Kebijakan Kondisi khusus merupakan seperangkat aturan yang diterapkan dalam
kondisi bencana yang diatur oleh Pemerintah Pusat dan Daerah yang berisi bahwa setiap
lembaga pendidikan bisa menerapkan : a) Kurikulum nasional yaitu kurikulum yang
selama ini diterapkan (kurikulum 2013), b) Kurikulum darurat kondisi khusus yang
telah disesuaikan, c) Kurikulum yang sudah diatur secara mandiri. Sejalan dengan telah
dibuat kebijakan tersebut Pusat Asesmen dan Pembelajaran serta para ahli dibidang
pendidikan juga melakukan upaya dalam melengkapi kurikulum darurat dengan
mencetak modul belajar literasi dan numerasi bagi peserta didik sekolah dasar. Pada
modul tersebut dibuat untuk guru, peserta didik, dan wali murid dalam memfasilitasi
pembelajaran pada kondisi khusus.
Hasil tes pengukuran capaian kompetensi literasi dan numerasi di siswa kelas
rendah dan kelas tinggi menjelaskan jika terdapat penurunan ketercapaian kompetensi
siswa secara signifikan. Capaian nilai rata-rata siswa yang memperoleh hasil belajar
rendah lebih banyak dibandingkan dengan capaian rata-rata hasil belajar siswa yang
memperoleh nilai tinggi (Musoffa, 2022). Penurunan kompetensi literasi dan numerasi
dapat dirasakan juga saat pembelajaran tatap muka terbatas di sekolah dimana saat
peserta didik ditanyai mengenai beberapa materi yang sudah disampaikan guru, siswa
tidak bisa menjawab pertanyaan dan menjelaskan materi yang sudah dibahas. Jadi dapat
disimpulkan bahwa dampak learning loss yaitu mengakibatkan penurunan pengetahuan
dan kompetensi literasi dan numerasi peserta didik.
Modul belajar siswa literasi dan numerasi di jenjang sekolah dasar adalah solusi
dampak dari learning loss dan sebagai upaya penguatan kompetensi literasi dan
numerasi peserta didik di sekolah dasar. Menurut Indra Charismiadji dalam Webinar
GREDU ft. Classin berpendapat bahwa learning loss terjadi tidak sepenuhnya akibat
dari pembelajaran daring. Learning loss terjadi karena cara guru mengajar yang hanya
memindahkan pembelajaran di dalam kelas kemudian diimplementasikan sama halnya
pada pembelajaran daring. Pada situasi tersebut guru menyampaikan materi
pembelajaran bersifat satu arah hingga berpengaruh pada siswa.
Asesmen Kompetensi Minimum (AKM) dibuat untuk memperoleh informasi
perbaikan kualitas pembelajaran dan hasil belajar siswa. Pelaksanaan AKM berfokus
pada mengembangkan kapasitas kemampuan literasi numerasi yang mendalam pada
siswa dan tidak hanya penilaian konten (Cahyana, 2020). Kompetensi yang dinilai pada
AKM adalah literasi membaca dan literasi matematika (numerasi) mencakup
keterampilan berpikir logis dan sistematis, keterampilan bernalar, dan keterampilan
mengelolah dan memilah informasi.
Faktanya terdapat siswa yang kesulitan dalam mencapai AKM. Hal ini dapat
disebabkan oleh beberapa faktor, salah satunya adalah bahan ajar yang digunakan guru
dalam penyampaian materi pada siswa. Oleh karena itu, penting untuk melakukan
analisis terhadap tingkat kesesuaian materi, dan soal dalam modul belajar ditinjau dari
AKM literasi dan numerasi. Analisis tersebut diharapkan dapat memberikan masukan
bagi pengembangan modul belajar agar lebih sesuai dengan AKM sehingga siswa dapat
lebih mudah mencapainya.
Berbagai penelitian terdahulu yang membahas mengenai analisis modul atau
bahan ajar yang antara lain : Pertama, Analisis Penggunaan Modul Belajar Kurkulum
Darurat Pada Pembelajaran Siswa Kelas V SD. Berdasarkan dari penelitian yang
dilakukan diketahui penggunaan modul belajar kurikulum darurat pada pembelajaran
siswa kelas V SD Inpres 10/73 Pancaitana telah berjalan akan tetapi masih perlu
dioptimalkan. Kendala penggunaan modul yang hanya tersedia dalam bentuk elektronik
sehingga membutuhkan fasilitas belajar (Makmur, Awaluddin, & Riska, 2022).
Kedua, “Efektifitas Penggunaan Modul Numerasi Jarak Jauh.” Berdasarkan hasil
penelitian dapat diambil kesimpulan yang antara lain : 1) ada 87,5% dari total siswa
yang mendapat hasil belajar mencapai KKM; 2) rata-rata presentase aktivitas siswa
sebanyak 87,5%; 3) presentase respon siswa sebanyak 94,38% siswa menunjukkan
respon positif; 4) hasil terlaksananya proses belajar mengajarmendapat rata-rata skor
sebanyak 3,65. Dapat disimpulkan bahwa pembelajaran jarak jauh dengan
menggunakan modul numerasi sudah efektif digunkan oleh siswa (Lestari, Rahayu.,
dkk, 21). Ketiga, Analisis Bahan Ajar Matematika Kelas V SD di Kota Malang. Dari
hasil penelitiannya menunjukkan bahwa bahan ajar Matematika untuk kelas V pola
penyusunan materinya dari umum ke khusus. Hal tersebut memberikan dampak pada
siswa yaitu siswa kesulitan dalam mengembangkan pengetahuan hingga sampai pada
tahap penemuan konsep (Sulistyani, Nawang., & Deviana, Tyas, 2019).
Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan kesesuaian materi, penjabaran
materi, dan bentuk soal pada modul belajar siswa literasi dan numerasi kelas IV tema 4
subtema 1 ditinjau dari asesmen kompetensi minimum (AKM) literasi nuerasi agar
dapat dijadikan acuan sebagai perbaikan kualitas bahan ajar untuk meningkatkan
kompetensi literasi dan numerasi pendidikan di Indonesia.

METODE PENELITIAN
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini merupakan pendekatan
deskriptif dan jenis penelitiannya adalah kualitatif. Menurut Bogdan dan Taylor
penelitian kualitatif adalah sebuah penelitian yang dapat berisi data deskriptif tulisan
atau lisan dari sesuatu hal yang diteliti. Penelitian deskriptif kualitatif adalah penelitian
yang didapatkan dari menggali secara mendalam / memahami permasalahan (Lexy J.
Moleong, 2013: 04).
Sumber data dalam penelitian ini adalah modul belajar siswa literasi dan
numerasi kelas 4 tema 4 subtema 1 (dilihat dari materi dan soal). Kemudian, pada
penelitian ini mengguakan teknik pegumpulan data dokumentasi. Teknik dokumentasi
digunakan untuk mengumpulkan data penelitian berdasarkan kesesuaian materi,
penjabaran materi dan soal pada modul belajar siswa literasi dan numerasi kelas 4 tema
4 subtema 1.
Analisis data yang digunakan berpedoman pada analisis data kualitatif. Menurut
Milles dan Hubberman (1992 : 16-21). Tahapan yang digunakan pada analisis data
antara lain : mereduksi data, menyajikan data, menarik kesimpulan dan verifikasi .
Berikut langkah-langkah dalam analisis data dipaparkan pada gambar 1.

Gambar 1.
Prosedur
Penelitian.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan, dapat diketahui bahwa hasil
penelitian ini terdiri dari 3 aspek yang akan dianalisis diantaranya : (1) analisis
kesesuaian materi dengan kurikulum dan (2) analisis kesesuaian soal dengan AKM.
Berikut penjelasan hasil penelitian yang telah dilakukan peneliti sebagai berikut.
1. Kesesuaian Materi dengan Kurikulum (Kompetensi Inti dan Kompetensi
Dasar)
Berdasarkan modul belajar literasi dan numerasi kelas IV tema 4
subtema 1 yang sudah dianalisis ditinjau dari kedalaman materinya sudah cukup
luas. Akan tetapi, materi yang dipaparkan di modul sulit dimengerti siswa.
Terdapat beberapa kalimat pada modul yang sulit dipahami siswa contoh
kalimatnya sebagai berikut :
1. Di modul halaman 14 kegiatan 1 “Ayo Berhitung” Intuisi Bilangan
terdapat kalimat “Perhatikan aturan perubahan dari satu angka ke
angka lainnya.
Terdapat kesalahan dalam pemberian intruksi pengerjaan soal yang
dapat membuat siswa kesulitan dalam menyelesaikan soal.
Jadi kalimat perbaikannya :
Dalam penyelesaian soal “Intuisi Bilangan” caranya dengan
menambahkan angka kelipatan dari bilangan sebelumnya atau
mengkalikan angka kelipatan dengan bilangan 1, 2, 3, 4, 5, dst.
2. Di modul halaman 15 kegiatan “Ayo Menyimak” Konsep
Matematika Faktor dan Kelipatan terdapat kalimat yang sulit
dipahami siswa dalam memahami konsep matematika untuk
menentukan kelipatan 12 pada kerincingan.
Diambil dari dialog Ayah dan Intan.
Ayah : ”Berapa tangkai yang dapat dibuat dari 12 keping besi
kerincingan jika setiap tangkai berisi keping besi yang sama
banyak?”
Sebaiknya dalam memulai pembicaraan mengenai konsep kelipatan
pada kerincingan, ayah sebaiknya memberikan contoh dan
penjelasannya terlebih dahulu baru memberikan pertanyaan
pemantik untuk Intan menentukan kelipatan 12.
Jadi perbaikan kalimatnya : Intan perhatikan kerincingan yang ayah
siapkan ini.
Bentuk kerincingan yang dibuat Intan seperti pada gambar 2.

Gambar 2. Kerincingan
(Sebelumnya ayah memancing Intan dengan pertanyaan) “Jika ayah
menyiapkan 3 tangkai besi berapa jumlah keping besi yang
dibutuhkan agar 12 keping besi yang ayah punya habis?”.
Lalu Intan memasukan 4 keping besi dengan jumlah sama banyak
pada setiap tangkai kerincingan. Kemudian Ayah mencoba lagi
dengan menyiapkan 4 tangkai besi dan meminta Intan untuk mengisi
tangkai dengan jumlah 3 keping besi yang sama banyak dari 12
keping besi yang dimiliki. Selanjutnya intan mempraktekkannya
sendiri seperti pada gambar 3.

Gambar 3. Kerincingan
Dari penerapan konsep matematika kerincingan yang sudah
dilakukan dengan Ayah, Intan dapat mengetahui faktor bilangan 12
yaitu 1, 2, 3, 4, 6, dan 12.
3. Pada modul halaman 16 terdapat kesalahan kalimat yang dapat siswa
kesulitan dalam memahami kesimpulan dari pengertian faktor dan
kelipatan.
Pada modul tertulis :
Kelipatan suatu bilangan adalah hasil perkalian bilangan itu dengan
bilangan asli.
Perbaikannya :
- Kelipatan adalah bilangan-bilangan yang merupakan hasil
perkalian suatu bilangan dengan bilangan asli.
Bilangan asli adalah bilangan bulat positif yang bukan 0 atau
bilangan positif yang dimulai dari angka 1, 2, 3, 4, 5, dst.
Tujuan adanya perbaikan adalah agar modul belajar dapat
dipelajari secara mandiri oleh siswa agar siswa tidak kebingungan dalam
pemahaman konsep matematika faktor dan kelipatan. Hal ini sejalan
dengan Prastowo (2015 : 106) yang menjelaskan bahwa modul ialah
sebuah bahan ajar yang disusun dengan sistematis dengan bahasa yang
mudah dipahami peserta didik sesuai tingkat pengetahuan dan usia
mereka, agar mereka dapat belajar mandiri tanpa bantuan dan bimbingan
oleh pendidik. Jika modul belajar literasi dan numerasi sudah sesuai
dengan tujuan dibuatnya modul maka akan memberikan manfaat pada
peserta didik. Dirjen PMTK (2008) menjelaskan manfaat modul yang
antara lain : (1) Meningkatkan efektifitas pembelajaran tanpa harus
melalu tatap muka secara teratur, (2) Memudahkan dalam menentukan
dan menetapkan waktu belajar peserta didik sesuai dengan kebutuhan
dan perkembangan peserta didik, dan (3) Dapat mengetahui kelemahan
atau kompetensi yang belum dicapai siswa berdasarkan capaian yang
ditetapkan pada modul.
Modul belajar memuat 7 kegiatan numerasi yang dapat diselenggarakan
dalam kurun waktu satu minggu antara lain : (1) Kegiatan Intuisi Bilangan berisi
kegiatan yang mengasah kemampuan siswa agar dapat “melihat” bilangan,
menghitung, hubungan antar besaran, dan sebagainya, (2) Konsep Matematika
yaitu kegiatan yang dipaparkan dari sebuah bacaan mrngenai konsep
matematikak yang diharapkan siswa dapat memahami konsep matematika, (3)
Eksplorasi Matematika yaitu siswa bereksplorasi dengan matematika untuk
membangun konsep matematika, (4) Latihan adalah kegiatan agar
memperlancar konsep yang telah dieksplorasi siswa, (5) Proyek dilakukan di
akhir yaitu pada hari ke 6, dan (6) Refleksi Pembelajaran tujuannya untuk
melihat kemajuan siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran.
Berdasarkan hasil analisis dari Kompetensi Inti (KI) dan Kompetensi
Dasar (KD) pada modul belajar kelas IV SD mata pelajaran Matematika
diketahui bahwa modul belajar siswa literasi dan numerasi kelas IV tema 4.
Media Komunikasi Subtema 1. Suara dan Bunyi memuat materi KPK dan FPB
dengan domain bilangan serta sub domain Operasi (Menentukan faktor suatu
bilangan cacah dan mengenal bilangan prima). Analisis kesesuaian materi
dengan kurikulum pada modul belajar dilakukan untuk mengetahui ketercapaian
materi yang dipaparkan pada modul sesuai dengan kompetensi yang harus
dipenuhi siswa dalam proses belajar pembelajaran matematika. Adapun
ringkasan hasil analisis modul belajar literasi dan numerasi siswa kelas IV tema
4 subtema 1 dipaparkan pada tabel 1.
Penjelasan hasil analisis modul belajar siswa literasi dan numerasi kelas
4 tema 4 subtema 1 sebagai berikut :
a. Kesesuaian Kompetensi Dasar
Dari hasil analisis yang sudah peneliti lakukan terhadap
kesesuaian materi modul belajar siswa literasi dan numerasi dengan
Kompetensi Dasar (KD) diperoleh hasil temuan bahwa modul belajar
siswa literasi dan numerasi kelas 4 tema 4 subtema 1 terbitan
Kemendikbud sudah sesuai dengan Kompetensi Dasar yang ada pada
acuan kompetensi dasar essnsial kurikulum 2013. Materi yang
dipaparkan sudah memuat KD kelas 4 tetapi belum semua hanya
memuat materi faktor, faktor persekutuan, faktor persekutuan
terbesar (FPB), kelipatan, kelpatan persekutuan, kelpatan
persekutuan terkecil (KPK). Adapun enam materi pokok yang
dibahas di kelas 4 antara lain : (1) Pecahan, (2) FPB dan KPK, (3)
Pengukuran, (4) Bangun Datar, (5) Pengolahan dan Penyajian Data,
dan (6) Satuan Baku.

Tabel 1.
Kompetensi Dasar Mata Pelajaran Matematika Kelas IV
b. Kesesuaian Tujuan Pembelajaran
Berdasarkan analisis modul belajar siswa literasi dan numerasi
kelas 4 tema 4 subtema 1 didapatkan hasil temuan bahwa materi
yang dipaparkan pada modul sudah sesuai dengan pemetaan KD
jenjang SD kelas IV mata pelajaran matematika. Modul belajar
dilengkapi dengan berbagai macam kegiatan pembelajaran numerasi
yang antara lain kegiatan intuisi bilangan, konsep matematika,
eksplorasi matematika, latihan, proyek, dan refleksi pembelajaran.
Kegiatan-kegiatan pembelajaran numerasi tersebut dibuat untuk
mencapai tujuan pembelajaran yang ditetapkan.

Tabel 2.
Tujuan Pembelajaran Mata Pelajaran Matematika Kelas IV
di Modul Belajar Siswa Kelas IV Tema 4 Subtema 1
Hasil analisis materi modul dengan kurikulum (KI dan KD) kelas
IV diperoleh hasil bahwa materi modul belajar kelas 4 kegiatan numerasi
di Tema 4. Media Komunikasi Subtema 1. Bunyi dan Suara meliputi : 1)
Faktor, 2) Faktor Persekutuan, 3) Faktor Persekutuan Terbesar (FPB), 4)
Kelipatan, 5) Kelipatan Persekutuan, dan 6) Kelipatan Persekutuan
Terbesar (FPB). Sebaran materi pada modul banyaknya sama dengan
setiap materi mancakup dari dua kompetensi dasar.
a. Kesesuaian materi dengan kurikulum dianalisis dengan perhitungan
prosentase dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
Prosentase Kesesuaian Materi dengan Kurikulum =
jumlah skor keseluruhan aspek yang diperoleh
x 100%
jumlah skor maksimal seluruh aspek
Hitungan Prosentase Kesesuaian Materi dengan Kurikulum =
6
X 100 % = 100%
6
Dari hasil perhitungan analisis kesesuaian materi dengan
kurikulum adalah 100%. Sehingga materi yang terdapat pada modul
belajar literasi dan numerasi sudah sesuai kurikulum.

2. Kesesuaian Soal dengan AKM


Berdasarkan dari modul belajar siswa literasi dan numerasi kelas IV
tema 4 subtema 1 ditinjau soal membahas mengenai pemecahan masalah terkait
faktor, faktor persekutuan, faktor persekutuan terbesar (FPB), kelipatan,
kelipatan persekutuan, dan kelipatan persekutuan terkecil (KPK). Pada modul
untuk menentukan kelipatan siswa diminta untuk mengerjakan soal terkait
menebak kartu nada dengan memperhatikan aturan perubahan angka di kegiatan
intuisi bilangan. Penyelesaian soal dalam menentukan faktor, faktor persekutuan
dan FPB siswa harus memahami konsep matematika pada kerincingan.
Kemudian dalam menyelesaikan soal untuk menentukan kelipatan, kelipatan
persekutuan, dan KPK siswa harus memahami konsep matematika yang terkait
dengan ketukan pada benda-benda di sekitar siswa.
Bentuk soal pada modul belajar siswa kurang bervariasi hanya berbentuk
isian, jawaban singkat dan uraian saja. Tetapi soal yang diberikan banyak
dikaitkan dengan kehidupan sehari-hari siswa yang bertujuan agar memudahkan
siswa memahami konsep matematika. Soal sudah baik karena menggunakan
evaluasi HOTS (Higher Order Thingking Skills) agar membekali siswa untuk
dapat memecahkan masalah, berpikir kritis, bisa berpendapat, memiliki
kreatifitas dan dapat mengambil keputusan. Penilaian HOTS yang dimasukan
pada soal bertujuan untuk mengetahui kemampuan siswa dalam menganalisis,
mengevaluasi dan menghasilkan ide-ide. HOTS merupakan bentuk Kata Kerja
Operasional (KKO) pada level C4-C6. Soal yang memenuhi kriteria HOTS
mampu mengasah kemampuan siswa selain untuk melatih berpikir tingkat tinggi
juga dapat menstimulasi siswa dalam mencapai pemahaman yang bermakna
dalam proses belajarnya.
Asesmen Kompetensi Minimum (AKM) menjadi konsep baru yang
bertujuan untuk menilai capaian siswa terhadap kompetensi yang diharapkan.
Pelaporan hasil AKM dilakukan untuk memberi informasi terkait tingkat
kompetensi murid agar dapat dimanfaatkan guru untuk memperbaiki strategi
pembelajaran yang efektif dan berkualtas. Maka “Teaching at the right
level”/pendekatan belajar yang tidak mengacu pada tingkatan kelas, tetapi
memacu pada kemampuan siswa dapat diimplementasikan. Pembelajaran jika
dibuat dengan memperhatikan tingkatan ketercapaian siswa akan membantu
siswa menguasai konten atau kompetensi yang diharapkan pada suatu mata
pelajaran.
Kompetensi yang dukur dalam AKM pada penelitian ini adalah
kompetensi numerasi dengan menganalisis komponen instrumen AKM pada
modul. Kompoen Instrumen AKM meliputi : (1) Konteks, (2) Level Kognitif,
dan (3) Konten.
Berikut analisis konteks, konten, dan level kognitif pada soal di modul
belajar siswa kegiatan numerasi :
a) Kesesuaian Konteks
Konteks menunjukkan aspek situasi pada konten yang
dipaparkan pada modul. Konteks terbagi menjadi 3 yaitu, personal,
sosial budaya, dan saintifik Pentingnya konteks pada AKM numerasi
yaitu agar siswa dapat mengenali bermacam-macam peranan
matematika di kehidupan sehari-hari. Pada modul belajar siswa
kegiatan numerasi ditinjau dari konteksnya belum mencakup semua
konteks numerasi. Konteks yang terdapat pada modul hanya konteks
personal dan saintifik. Di materi model belajar kegiatan numerasi
tidak terdapat konteks sosial budaya.

Tabel. 3. Analisis Konteks Kegiatan Numerasi di Modul

Berdasarkan perhitungan prosentase pada konteks kegiatan


numerasi menyatakan bahwa dari 23 materi numerasi di modul
belajar. Pada 23 materi kegiatan numerasi tersebut memuat konteks
personal sebanyak 15 dengan prosentase 65,21% dan konteks
saintifik sebanyak 8 dengan prosentase 34,78%. Jadi dapat
disimpulkan bahwa konteks personal lebih banyak termuat di modul
dibandingkan konteks santifik. Penjelasan konteks kegiatan numrasi
pada modul dipaparkan pada diagram 1.
Diagram 1. Prosentase Konteks Kegiatan Numeri Pada Modul
Belajar

b) Kesesuaian Konten
Konten literasi matematika yang dirumuskan dalam PISA
(OECD, 2018) tidak hanya mencakup aspek berpikir dan konteks
saja, tetapi juga aspek domain. Konten pada numerasi terdapat 4
kelompok, yaitu Bilangan, Pengukuran dan Geometri, Data dan
Ketidakpastian, serta Aljabar. Pada modul belajar siswa kelas 4 tema
4 subtema 1 kegiatan numerasi membahas KPK dan FPB yang
berkaitan dengan konten dengan domain bilangan dan sub domain
operasi. Dari hasil analisis soal dengan AKM pada modul belajar
siswa kegiatan numerasi diketahui bahwa soal sudah sesuai konten.

c) Kesesuaan Level Kognitif


Level kognitif menunjukkan proses berpikir untuk
penyelesaian permasalahan atau soal. Pada numerasi, ketiga level
tersebut adalah pemahaman, penerapan, dan penalaran. Berdasarkan
hasil analisis soal dengan AKM diketahui bahwa soal sudah sesuai
dengan level kognitif. Berikut tabel 4 menjelasan level kognitif pada
modul belajar siswa kegiatan numerasi.

Tabel 4. Level Kognitif Kegiatan Numerasi Pada Modul

Berdasarkan perhitungan prosentase pada level kognitif


kegiatan numerasi menyatakan bahwa dari 23 materi numerasi di
modul belajar. Pada 23 materi kegiatan numerasi tersebut memuat
level kognitif pemahaman sebanyak 3 dengan prosentase 13,04%,
level kognitif penerapan sebanyak 10 dengan prosentase 43,47% dan
level kognitif penalaran sebanyak 10 dengan prosentase 43,47%. Jadi
dapat disimpulkan bahwa level kognitif pemahaman lebih sedikit
dibandingkan level penerapan dan penalaran. Penjelasan level
kognitif kegiatan numrasi pada modul dipaparkan pada diagram 1.
Berdasarkan analisis soal pada modul dengan AKM numerasi kelas IV
diperoleh hasil bahwa soal modul belajar kelas 4 kegiatan numerasi di Tema 4.
Media Komunikasi Subtema 1. Bunyi dan Suara yang ditinjau dari AKM
meliputi : 1) Konteks, 2) Konten dan 3) Level Kognitif.
Kesesuaian soal dengan AKM dianalisis dengan perhitungan prosentase
dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
- Prosentase Kesesuaian Soal dengan AKM =
jumlah skor keseluruhan aspek yang diperoleh
x 100%
jumlah skor maksimal seluruh aspek
- Hitungan Prosentase Kesesuaian Soal dengan AKM =
24
- X 100 % = 100%
24
Dari hasil perhitungan analisis kesesuaian soal dengan AKM adalah
100%. Sehingga soal yang terdapat pada modul belajar literasi dan numerasi
sudah sesuai AKM (Asesmen Kompetensi Minimum).

Anda mungkin juga menyukai