Sekolah Berkualitas
Merdeka belajar adalah kebijakan besar dalam rangka mewujudkan transformasi pengelolaan
pendidikan di Indonesia. Salah satunya dengan menghapus Ujian Nasional (UN) diganti Asesmen
Kompetensi. Asesmen nasional sendiri terdiri dari tiga bagian yaitu Asesmen Kompetensi Minimum
(AKM), Survei Karakter dan Survei Lingkungan Belajar.
Diterapkannya kebijakan ini merupakan penanda perubahan paradigma evaluasi pendidikan dan
peningkatan sistem evaluasi pendidikan. Tujuan utamanya mendorong perbaikan mutu
pembelajaran dan hasil belajar peserta didik.
“Asesmen Kompetensi Minimum (AKM) adalah kompetensi yang benar-benar minimum, dimana
melalui AKM kita bisa memetakan sekolah-sekolah di daerah berdasarkan kompetensi minimum
yang harus dipersiapkan,” jelas Dra. Sri Wahyuningsih, M.Pd., Direktur Sekolah Dasar, Direktorat
Jenderal PAUD, Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan, Sabtu, 10 Oktober 2020.
Hal itu disampaikan Sri Wahyuningsih ketika membuka Webinar Nasional untuk Guru yang
diselenggarakan Direktorat Sekolah Dasar bekerja sama dengna pendidikan.id. Webinar dengan
tema “Ayo Persiapkan AKM mu, Menuju Sekolah Berkualitas” ini diikuti oleh ratusan ribu guru dari
seluruh Indonesia melalui aplikasi Zoom dan channel Youtube Video Pendidikan Indoensia. Hingga
Sabtu petang, video di channel Youtube itu sudah ditonton hampir 200.000 kali.
Sri Wahyuningsih melanjutkan, Kompetensi Minimun adalah kompetensi dasar yang dibutuhkan
murid untuk bisa belajar, apapun materinya dan apapun mata pelajarannya. Sehingga materi AKM
ada dua yaitu terkait literasi atau baca tulis, serta literasi numerasi.
Literasi yang dimaksudkan di sini bukan sekedar kemampuan membaca, tapi juga kemampuan
menganalisis suatu bacaan serta kemampuan untuk mengerti atau memahami konsep di balik
tulisan tersebut. Sedangkan numerasi adalah kemampuan menganalisis menggunakan angka. Serta
menekankan literasi dan numerasi bukan tentang mata pelajaran bahasa atau matematika,
melainkan kemampuan murid agar dapat menggunakan konsep literasi ini untuk menganalisa
sebuah materi.
”AKM dan Survei Karakter terdiri dari soal-soal yang mengukur kemampuan bernalar menggunakan
bahasa, kemampuan bernalar menggunakan numerasi, dan penguatan pendidikan karakter. Dan
AKM dirancang untuk mengukur capaian peserta didik dari hasil belajar kognitif yaitu literasi dan
numerasi yang saya jelaskan tadi,” papar Direktur Sekolah Dasar Kemendikbud.
Kedua aspek kompetensi minimun ini, lanjutnya, menjadi syarat bagi peserta didik untuk
berkontribusi di dalam masyarakat. Terlepas dari bidang kerja dan karir yang ingin mereka tekuni di
kemudian hari.
Namun demikian, Sri Wahyuningsih mengingatkan, fokus pada kemampuan literasi dan numerasi
tidak kemudian mengecilkan arti dari pentingnya mata pelajaran. Karena justru dengan literasi dan
numerasi ini membantu murid-murid untuk mempelajari bidang ilmu lain, terutama untuk berpikir dan
mencerna informasi dalam bentuk tertulis dan dalam bentuk angka atau kuantitatif.
Bagian lain dari Asesmen Nasional adalah Survei Karakter yang dirancang untuk mengukur capaian
peserta didik dari hasil belajar sosio emosional berupa pilar karakter untuk mencetak profil Pelajar
Pancasila. Ada enam indikator profil Pelajar Pancasila yaitu berakhlak mulia, kreativitas, gotong
royong, kebhinekaan global, bernalar kritis dan kemandirian.
Para pembicara yang tampil dalam Webinar Nasional untuk Guru adalah Bagus Hary Prakoso, Ph.D
dari Pusat Asesmen dan Pembelajaran pada Balitbang Kemendikbud, A. Riza Wahono, Ph.D., Msc,
yang merupakan Top 50 Finalis Global Teacher Prize Varkey Foundation, Nur Fitria, M.A., yang
merupakan PTP Ahli Muda Direktorat Sekolah Dasar Kemendikbud, dan Dessy Anggraini dari
Direktorat Sekolah Dasar Kemendikbud.
Bagus Hary Prakoso, Ph.D memaparkan hasil PISA 2012 bahwa mayoritas siswa usia 15 tahun
belum memiliki literasi dasar membaca, matematika dan sains. Anak-anak Indoensia tidak akan
berdaya saing bila di sekolah mereka tak dilatih kecakapan hidup abad 21.
“Misalnya saja untuk membuat perbandingan, membuat penilaian data, berpikir kritis, membuat
kesimpulan, memecahkan masalah dan menerapkan pengetahuan mereka pada konteks kehidupan
nyata serta pada situasi yang masih asing,” papar Bagus.
Dia melanjutkan, alasan AKM memilih literasi dan numerasi karena literasi membaca dan numerasi
adalah dua kompetensi minimum bagi siswa untuk belajar sepanjang hayat dan dapat berkontribusi
kepada masyarakat.
”Menurut studi nasional & internasional, tingkat literasi siswa Indonesia masih rendah. Dan mengapa
juga ada survei karakter dalam asesmen ini, karena pendidikan bertujuan mengembangkan potensi
siswa secara utuh. Asesmen nasional mendorong mengembangkan sikap, values, dan perilaku
yang mencerminkan Pancasila,” katanya.
Dampak dari AKM diharapkan dapat memperbaiki budaya belajar, tidak ada dikotomi antara mata
pelajaran UN dan mapel non UN, tidak ada mata pelajaran utama dan pelengkap, tidak ada
percepatan materi atau bimbingan intensif serta meningkatkan proses pembelajaran. (Hendri/Kumi)
Setahun terakhir ini, Asesmen Nasional (AN) kerap menjadi bahasan orang tua yang
memiliki anak usia sekolah. Ya Moms, pemerintah melalui Kementerian Pendidikan,
Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek) telah menetapkan pelaksanaan
AN di tingkat SD, SMP, dan SMA sederajat.
Pelaksanaan AN sendiri awalnya dijadwalkan pada bulan Maret 2021. Namun pada
Januari lalu, Mendikbudristek Nadiem Makarim mengumumkan bahwa AN diundur
hingga September dan Oktober 2021.
"Karena ada situasi pandemi yang relatif meningkat, kami memutuskan menunda
pelaksanaan Asesmen Nasional dengan jadwal baru September dan Oktober 2021.
Alasannya adalah untuk memastikan persiapan kita dari protokol kesehatan, logistik
dan infrastruktur lebih optimal untuk memastikan protokol kesehatan terjaga dan
keamanan siswa terjaga," kata Nadiem, Rabu (20/1)
Untuk dapat mencapai tujuan tersebut, ditetapkan tiga instrumen penilaian dari AN,
yaitu:
1. Asesmen Kompetensi Minimum (AKM)
2. Survei Karakter
3. Survei Lingkungan Belajar
Jadi Asesmen Kompetensi Minimum (AKM) adalah salah satu bagian dari Asesmen
Nasional (AN).
Apa Saja yang Diujikan dalam AKM?
Dalam Asesmen Kompetensi Minimum (AKM), ada 3 komponen yang diujikan, yaitu:
konten, proses kognitif dan konteks. Ketiga komponen ini akan diujikan dalam 5 jenis
soal. Ada pilihan ganda, pilihan ganda kompleks, menjodohkan, isian singkat, dan
uraian.
Dari sini diharapkan literasi membaca dan numerasi sebagai hasil belajar kognitif dapat
terukur.
Tapi perlu dipahami juga Moms, tidak semua siswa akan mengikuti Asesmen Nasional
(AN). Sebab peserta dari setiap instrumen AN akan dipilih secara acak.
Apakah Hasil AKM Masuk Nilai Rapor?
Bila anak terpilih mengikuti AKM, tidak perlu cemas. Nadiem Makarim menegaskan,
AKM bukan untuk mengukur atau mengevaluasi individu siswa dan tidak akan
mempengaruhi hasil rapor. AKM juga tidak menentukan kelulusan siswa dan tidak akan
digunakan untuk syarat Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB).
Namun sekolah mungkin akan memberikan sosialisasi pada setiap anak maupun orang
tua murid, agar semua pihak memahami betul apa itu AKM dan bagaimana
pelaksanaannya.
Asesmen Kompetensi Minimum (AKM) merupakan penilaian kompetensi mendasar yang diperlukan oleh
semua murid
untuk mampu mengembangkan kapasitas diri dan berpartisipasi positif pada masyarakat.
AN adalah asesmen yang dilakukan untuk pemetaan mutu pendidikan pada semua sekolah, madrasah,