PENGELOLAAN EMISI
PT VALE INDONESIA TBK
KERJA PRAKTEK
oleh :
Siti Rohana
NRP : 14.304.0189
Telah diujikan dan dipertahankan dalam Seminar Kerja Praktek Program Studi Teknik
Informatika Universitas Pasundan Bandung, pada hari dan tanggal sidang sesuai berta
acara seminar, Kerja Praktek dari :
Dengan judul :
Bandung,
Mengetahui,
Koordinator Kerja Praktek
Menyetujui,
Pembimbing/Reviewer Internal, Pembimbing Lapangan,
Ucapan dan rasa syukur penulis layangkan ke hadirat Ilahi Robbi, yang telah
berkenan menguatkan penulis untuk membuat Laporan Kerja Praktek dengan judul
“Sistrm Informasi Pengelolaan Emisi PT Vale Indonesia Tbk.”. Penulisan laporan ini
bertujuan untuk memenuhi salah satu syarat kelulusan Kerja Praktek, di Program Studi
Teknik Informatika Universitas Pasundan.
Penulis menyadari laporan ini dapat terwujud berkat bantuan dan dorongan dari
berbagai pihak. Maka pada kesempatan ini penulis sampaikan terima kasih yang sebesar-
besarnya atas segala bantuan yang penulis terima baik secara moril maupun materil,
sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan ini kepada :
1. Koordinator Kerja Praktek Bapak Sali Alas Majapahit, S.ST, M.Kom
2. Pembimbing Lapangan Ibu Lili Nuria Lubis di PT Vale Indonesia Tbk.
3. Kepada Orang Tua tersayang, dan keluarga yang selalu memberikan motivasi serta
do’anya dalam rangkaian kegiatan kerja praktek ini.
4. Kepada teman-teman yang tidak bisa semua penulis sebutkan yang selalu memberi
dukungan dan semangat.
5. Serta kepada semua pihak yang telah turut membantu penulis dalam menyusun
laporan kerja praktek ini.
Penulis menyadari segala kesalahan merupakan kelemahan dan kekurangan
penulis. oleh karena itu, kritik dan saran dari semua pihak akan penulis terima demi
perbaikan di masa yang akan datang.
Akhir kata, semoga penulisan laporan ini dapat bermanfaat bagi penulis dan bagi
perkembangan ilmu Teknologi dimasa yang akan datang.
Penulis
i
DAFTAR ISI
ii
BAB 4 KESIMPULAN DAN SARAN ......................................................................... 26
4.1 Kesimpulan ....................................................................................................... 26
4.2 Saran ................................................................................................................. 26
4.2.1. Saran untuk Sistem yang Sedang Berjalan................................................ 27
DAFTAR PUSTAKA
iii
DAFTAR TABEL
iv
DAFTAR GAMBAR
v
DAFTAR LAMPIRAN
vi
DAFTAR SIMBOL
No Simbol Deskripsi
1. Entitas eksternal
2. Data Flow
vii
DAFTAR ISTILAH
viii
BAB 1
PENDAHULUAN
Bab ini berisi penjelasan umum mengenai usulan penelitian yang dilakukan
dalam pengerjaan kerja praktek. Di dalamnya berisi latar belakang masalah, tujuan kerja
praktek, lingkup kerja praktek, metodologi pengerjaan kerja praktek, dan sistematika
penulisan laporan kerja praktek.
1
Sistem Informasi Pengelolaan Emisi adalah sistem yang mencakup penanganan
debu atau asap yang keluar dari cerobong, pengolahan bijih nikel, hingga pengelolaan
emisinya agar dapat dikembalikan dan diterima oleh lingkungan sekitar sehingga tidak
membahayakan dan terciptanya lingkungan yang bersih, sehat, dan aman dari
pencemaran udara yang berbahaya atau beracun. Pengelolaan Emisi ini dimulai ketika
bijih nikel yang telah disaring dari pertambangan diantarkan ke bagian process plant yang
selanjutnya akan dikeringkan, dibakar, dan dilelehkan, yang selanjutnya akan dimurnikan.
Pengolahan ore yang sedikitnya telah berdampak kepada lingkungan harus segera
diatasi dan dicari solusi pengolahannya yang harus segera diterapkan dalam
pengerjaannya khususnya pada pengelolaan emisi. Oleh karena itu penelitian ini akan
bertemakan kepada “Sistem Informasi Pengelolaan Emisi PT Vale Indonesia Tbk” .
2
1.4 Tempat Kerja Praktek
Kerja praktek ini tidak terlepas dari sebuah perusahaan atau instansi yang sudah
menyediakan tempat bagi penulis untuk pelaksanaannya. Berikut dijelaskan tempat kerja
praktek:
Nama Perusahaan : PT. Vale Indonesia Tbk.
Lokasi/Alamat : Jl. Ternate 44, Sorowako, Sulawesi Selatan
Bidang Bisnis : Eksplorasi dan Eksploitasi Nikel
Unit Kerja : Departement Environment Health and Safety (EHS)
3
Berikut merupakan rincian dari metodologi kerja praktek ini, diantaranya:
1. Identifikasi Masalah
Pada tahap ini dilakukan pengidentifikasian masalah yang terjadi di organisasi, serta
solusi sementara yang akan diusulkan untuk mengatasi masalah tersebut.
2. Pengumpulan Data
Pada tahap ini dilakukan pengumpulan data yang relevan secara teoritis atau yang
didapat dari organisasi tempat penelitian beserta lingkungannya untuk menunjang
tahap analisis serta perancangan model feedback. Tahap pengumpulan data terdiri dari
:
a. Studi Literatur
Pada tahap ini dilakukan pencarian dan perbandingan referensi yang didapat dari
buku, jurnal ilmial dalam bentuk buku cetak maupun e-book di internet untuk
mendapatkan teori yang relevan dengan masalah yang sudah diidentifikasi serta
dengan tujuan dari kerja praktek ini.
b. Observasi
Pada tahap ini dilakukan observasi atau pengamatan secara langsung terhadap
sistem yang sedang berjalan secara relevan di organisasi tempat penelitian yang
sudah ditentukan.
3. Analisis Sistem Informasi Akademik
Pada tahap ini dilakukan analisis untuk mengetahui bagaimana karateristik dari sistem
pengelolaan emisi untuk mengetahui variabel atau aspek-aspek yang akan membentuk
model feedback.
4. Perancangan Model Feedback terhadap Studi Kasus
Pada tahap ini dilakukan perancangan model feedback yang bisa diterapkan dalam
sistem informasi pengelolaan emisi dengan mengacu pada aspek yang telah ditentukan
pada tahap sebelumnya (tahap analisis), serta akan menghasilkan urutan yang harus
dilakukan dalam mengelola feedback pada sistem informasi akademik.
5. Kesimpulan & Saran
Pada tahap ini akan dilakukan penyimpulan dari penelitian yang telah dilakukan
terkait dengan masalah yang sudah diidentifikasi, serta saran sebagai prospek
penelitian selanjutnya.
4
1.6. Sistematika Penulisan Laporan Kerja Praktek
Laporan kerja praktek dibuat untuk mendokumentasikan pengerjaan kerja
praktek. Maka dari itu, diusulkan sistematika penulisan yang menjelaskan mengenai bab-
bab pada laporan kerja praktek beserta isinya secara rinci, serta keterkaitan antara bab
sebelum dan sesudahnya. Adapun sistematika penulisannya adalah sebagai berikut :
BAB 1. PENDAHULUAN
Bab ini berisi penjelasan umum mengenai usulan penelitian yang dilakukan
dalam pengerjaan kerja praktek. Di dalamnya berisi latar belakang masalah, identifikasi
masalah, tujuan kerja praktek, lingkup kerja praktek, metodologi pengerjaan kerja
praktek, dan sistematika penulisan laporan kerja praktek.
5
BAB 2
PROFILE PERUSAHAAN TEMPAT KERJA PRAKTEK
6
2.3 Unit Kerja Magang
Dalam kegiatan kerja praktek ini penulis ditempatkan sebagai analis sistem yang
sedang berjalan dan ditugaskan untuk membuat rancangan sistem informasi pengelolaan
emisi.
Departement Environment Health and Safety dipimpin oleh President Director
and CEO yang saat ini dipegang oleh Bapak Nicolas D. Kanter. Sedangkan pekerjaan dari
Depatement Environment Health and Safety adalah bidang yag bertanggung jawab atas
kesehatan dan keselamatan lingkungan di sekitar area pabrik nikel PT Vale Indonesia
Tbk.
7
Adapun struktur organisasi dari Depatement Environment Health and Safety adalah sebagai berikut:
8
2.4 Kegiatan Kerja Praktek
Kegiatan kerja praktek yang penulis lakukan selama kerja praktek di PT Vale
Indonesia Tbk adalah mulai dari diberikan tugas membuat rancangan sistem informasi
mengenai untuk pengelolaan emisi di PT Vale Indonesia Tbk. Perancangan ini berfungsi
untuk memenuhi kebutuhan para pemakai sistem dan untuk memberi gambaran yang
jelas sehingga masalah-masalah yang terjadi pada sistem lama dapat teratasi pada sistem
yang baru. Kegiatan kerja praktek yang penulis lakukan dideskripsikan seperti dalam
Tabel 2.1.
Waktu Kegiatan
9
Waktu Kegiatan
9-Agustus-2016 Persentasi
10
BAB 3
SISTEM INFORMASI PENGELOLAAN EMISI
11
Gambar Error! No text of specified style in document.-1 Metodologi SDLC
Detail alur proses dan kebutuhan data yang ada di pengelolaan emisi PT Vale
Indoenesia Tbk.
12
Gambar Error! No text of specified style in document.-2 Alur Proses dan Kebutuhan
Data
13
Gambar Error! No text of specified style in document.-4 Alur Data di Reduction Kiln
14
tahap ini biasa disebut dengan calcine/kalsin. Kalsin yang dihasilkan kemudian
dibawa ke proses berikutnya yaitu proses peleburan dilakukan dalam electric
furnace, EF atau tungku listrik.
c. Proses Peleburan (Electrical Furnace) merupakan tahap dimana calcine akan
dilebur didalam tungku lebur yaitu electric furnace. Kalsin dilebur menjadi matte
yang memiliki kualitas tertentu. Selain nikel matte yang memiliki kualitas
tertentu. Selain nikel matte, pada tahap ini juga dihasilkan slag/pengotor. Tahap
ini menghasilkan nikel matte yang mengansung nikel sekitar 27 persen. Matte
cair ditampung dalam ladle untuk selanjutnya ditransfer menuju converter.
d. Proses Pemurnian (Converter) adalah proses peningkatan kadar nikel dalam matte
cair yang dihasilkan dari dapur listrik Electric Furnace. Kadar mikel naik setelah
proses converting, sedangkan kadar besi dalam matte cair turun. Jadi,
prosescinverting dilkakukan dalam Top Blown Kaldo Type Rotary Converter
(TBRC) atau dalam Pierce Smith Converter. Pada tahap ini, kadar nikel dalam
matte cair ditingkatkan sehingga mencapai kadar nikel sekitar 78 persen.
Sedangkan kadar besi menjadi 0,7 persen. Proses pemurnian dilakukan dengan
menambahkan udara dan silika sebagai fluks, bahan imbuh.
e. Cara Mengontrol Emisi Gas Buang melalui beberapa metode:
a) Adsorbsi merupakan cara penanggulangan untuk gas buang berupa karbion
monoksida, karbon dioksida, nitrogen oksida, dan amonia. Dalam metode
adsorbsi dipergunakan bahan padat yang dapat menyerap polutan.ada
berbagai tipe adsorben yang di pergunakan antara lain karbon aktif dan
silikat. Adsorben mempunyai daya kejenuhan sehingga selalu diperlukan
untuk pergantian, yang bersifat disposal (sekali pakai buang) atau di
berhasilkan kemudian dipakai kembali.
b) Insinerai (pembakaran), mempergunakan proses oksida panas untuk
menghancurkan gas hidrokarbon yang terdapat didalam polutan. Hasil
pembakaran berupa (CO2) dan (H2O).
c) Kondensasi, gas hidrokarbon mengalami kondensasi menjadi cairan.
d) Adsorpsi, gas buang mengalami reaksi dengan cairan sehingga hidrokarbon
akan larut.
e) Reaksi Kimia, banyak dipergunakan pada emisi golongan nitrogen dan
belerang. Biasanya cara kerja ini merupakan kombinasi dengan cara-cara
lain, hanya dalam pembersihan polutan udara dengan reaksi kimia yang
dominan. Membersihkan gas golongan nitrogen, caranya dengan
15
menginfeksikan amonia (NH3) yang akan bereaksi kimia dengan Nox dan
membentuk bahan padat yang mengendap. Untuk menjernihkan golongan
belerang dipergunakan copper oksid kapur dicampur arang.
f. Cara Kerja Electrostatic Precipitator
a) Melewatkan gas buang (flue gas) melalui suatu medan listrik yang terbentuk
antara discharge electrode dengan collector plate, flue gas yang
mengandung butiran debu pada awalnya bermuatan netral dan pada saat
melewati medan listrik, partikel tersebut menjadi bermuatannegtaif (-).
b) Partikel debu yang bermuatan negatif (-) selanjutnya menempel pada pelat-
pelat pengumpul (collector plate). Debu yang dikumpulkan di collector plate
dipindahkan kembali secara periodik dari collector plate melalui suatu
getaran (rapping). Debu ini kemudian jatuh ke bak penampung dan
dipindahkan ke flyash silo dengan cara dihembuskan (vacuum).
3.5 Data dan Informasi
Gas-gas seperti sulfur oksida, nitrogen oksida, karbon monoksida, dan
hidrokarbon dapat dikontrol pengeluarannya melalui beberapa metode. Gas sulfur oksida
dapat dihilangkan dari udara hasil pembakaran bahan bakar dengan cara desulfurisasi
menggunakan filter basah (wet scrubber).
Udara tersusun atas komponen-komponen gas utama nitrogen (N2), oksigen
(O2), dan beberapa gas mulia serta jenis gas hasil kegiatan biologic dan kegiatan alami
gunung berapi. Jadi, udara alami tidak pernah dalam keadaan murni. Atmosfer dalam
kenyataan merupakan system dinamik disamping watak nyata yang tidak berubah-rubah
karena selalu saling bertukar alih dengan gas pembentuk udara secara
berkesinambungan dari tumbuh-tumbuhan, kelautan dan makhluk hidup lainnya.
Siklus gas dalam atmosfer mencakup berbagai proses fisik dan proses kimiawi. Berbagai
jenis gas dihasilkan dari proses kimiawi di dalam atmosfer itu sendiri, proses biologic,
kegiatan gunung berapi, peluruhan senyawa radioaktif dan kegiatan industry. Gas-gas
ini juga disisihkan dari atmosfer oleh berbagai proses kimiawi, proses biologic dan proses
fisik seperti pembentukan partikel, pengendapan dan penyerapan oleh air laut dan kulit
bumi. Waktu tinggal suatu jenis molekul gas yang memasuki atmosfer berada dalam
rentang hitungan jam hingga jutaan tahun yang bergantung pada jenis gas tersebut.
16
Tabel 3-1 Konsentrasi gas di dalam atmosfer bersih dan kering
Jenis Gas Rumus Kimia Konsentrasi (ppm Konsentrasi
Volum) (%Volum)
Nitrogen N2 780900 78.09
Oksigen O2 209500 20.95
Argon Ar 9300 0.93
Karbondioksida CO2 320 0.032
Neon Ne 18 0.0018
Helium He 5.2 0.00052
Metan CH4 1.5 0.00015
Krypton Kr 1.0 0.0001
Hydrogen H2 0.5 0.00005
Dinitrogen Oksida N2O 0.2 0.00002
Karbonmonoksida CO 0.1 0.00001
Xenon Xe 0.08 0.000008
Ozon 03 0.02 0.000002
Ammonia NH3 0.006 0.0000006
Nitrogen Dioksida NO2 0.001 0.0000001
Sulfur Dioksida SO2 0.0002 0.00000002
Hydrogen Sulfida H2S 0.0002 0.00000002
Sebagian jenis gas dapat dipandang sebagai pencemar udara (terutama jika
konsentrasi gas itu melebihi dari tingkat konsentrasi latar normal) baik gas yang
berasal dari sumber alami atau sumber yang berasal dari kegiatan manusia
(anthropologic sources). Table 1 menyatakan konsentrasi gas di dalam atmosfer yang
bersih dan kering pada permukaan tanah.
Cerobong asap merupakan struktur yang berfungsi sebagai ventilasi pembuangan
panas gas buang atau asap yang dihasilkan dari kompor, boiler, tungku, atau bahkan
perapian ke luar menuju atmosfer. Cerobong asap biasanya tersusun secara vertikal. Hal
ini dimaksudkan untuk memastikan apakah aliran gas telah mengalir dengan lancar atau
belum. Tingginya pembagunan cerobong asap dimaksudkan untuk menarik tinggi-tinggi
udara yang ada dan selanjutnya melenyapkan polutan-polutan yang terkandung dalam gas
buang menuju wilayah yang lebih luas sehingga dapat mengurangi konsentrsi polutan
yang telah disesuaikan dengan batasan peraturan yang berlaku. Adapun fungsi dari
cerobong asap sendiri adalah untuk menarik keluar udara dari proses pembakaran serta
17
menguraikan polutan yang terkandung dalam gas buang menuju wilayah yang lebih luas.
Dengan demikian dapat menurunkan kadar konsentrasi polutan yang ada.
Electrostatic Precipitator (ESP) adalah salah satu alternatif penangkap debu yang
digunakanuntuk membersihkan udara yang kotr dalam jumlah (volume) yang relatif
besar. ESP merupakan salah satu cara agar industri yang berpotensi menghasilkan limbah
debu menjadi ramah lingkungan, setidaknya dapat mengurangi kandungan polutan yang
dibuang melalui cerobong.
Salah satu komponen terpenting dalam proses pengelolaan emisi di PT Vale
Indonesia Tbk. adalah boiler yang berfungi sebagai tempat untuk memanaskan air,
sehingga menghasilkan uap yang nantinya akan digunakan untuk proses selanjutnya.
Untuk melakukan kerja, boiler membutuhkan adanya panas yang digunakan untuk
memanaskan air. Panas ini disuplai oleh bagian yang disebut dengan pengering atau dryer
kiln, ruang bakar atau reduction kiln, dan ruang pelebur atau furnace, dimana pada
ruangan-ruangan ini dilengkapi dengan alat pembakaran. Hasil pembakaran diruangan-
ruangan tersebut akan mengandung banyak debu, mengingat bahan bakar yang digubakan
adalah batubara, kemudian debu tersebut akan terbawa bersama gas buang melalui
cerobong. Sebelum gas buang tersebut keluar melalui cerobong, maka gas buang tesebut
akan melewati kisi-kisi suatu ESP.
18
3.6 Rangkaian Aktivitas
Merupakan alur kerja sistem informasi pengelolaan emisi di PT Vale Indonesia Tbk.
Gambar 3-6 Workflow Sistem Informasi Pengelolaan Emisi PT Vale Indonesia Tbk.
19
3.7 Pelaku Sistem
Pelaku yang telibat yang ada didalam sistem.
3.9 Data
Menjelaskan data-data yang ada pada sistem.
20
No. Nama Data Nama Item Deskripsi
3.10 Informasi
Menjelaskan informasi yang dihasilkan dari sistem informasi.
21
3.11 Diagram Konteks
Merupakan gambaran ruang lingkup sistem pengelolaan emisi.
22
3.12 Prosedur
Merupakan gambaran ruang lingkup pada alur proses kerja sistem pengelolaan emisi
23
3.13 Struktur Proses
Menggambarkan Proses-proses yang terdapat didalam sistem.
24
3.14 Objektif Sistem
a. Sistem mampu melakukan proses pengeringan (Dryer Kiln) ore agar
menghasilkan ore kering
b. Sistem mampu melakukan proses reduksi (Reduction Kiln) ore kering agar
menghasilkan ore cair
c. Sistem mampu melakukan proses peleburan (Electrical Furnace) ore cair agar
mengahsilkan nikel matte
25
BAB 4
KESIMPULAN DAN SARAN
Bab ini berisi mengenai hasil penelitian serta pernyataan yang didapat
berdasarkan identifikasi masalah yang dikemukakan, serta keterkaitan dari semua tahap
yang dilakukan dalam penelitian. Di dalamnya terdapat pula saran yang diusulkan untuk
penelitian selanjutnya terkait dengan prospek penelitian selanjutnya.
4.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dalam penelitisn Sistem Informasi Pengelolaan
Emisi ini adalah sebagai berikut :
1. Dalam perancangan sistem informasi pengelolaan emisi tidak serta-merta
langsung ke tahap perancangan sistemnya, namun dibutuhkan proses analisis dan
perancanaan dengan matang sehingga didapatkan spesifikasi fungsionalitas yang
sesuai dengan kebutuhan sistem yang sedang berjalan.
2. Spesifikasi kebutuhan yang dijadikan dasar untuk perancangan sebuah sistem
harus dituangkan kedalam sebuah dokumen yang memiliki item-item untuk
dijadikan panduan penulisan kebutuhan secara jelas dan terperinci. Hal ini
dimaksudkan supaya sistem yang akan dibangun dapat memenuhi kebutuhan atau
harapan dari para stakeholder.
3. “Sistem Informasi Pengelolaan Emisi PT Vale Indoensia Tbk.” yang telah
dirancang diharapkan dapat membantu proses pengolahan ore menjadi nikel
matte dengan aman dan sehat bagi lingkungan sekitarnya
4.2 Saran
Berikut ini merupakan saran yang dapat diberikan terkait dengan penerapan
sistem yang telah berjalan.
1. Sistem pengelolaan emisi yang sedang berjalan belum mengintegrasikan alarm
dengan sistem monitoring di control room pada departement process plant agar
pada saat emisi yang keluar dari cerobong diatas garis aman akan langsung
memberikan peringatan kepada pekerja yang berada di lingkungan sekitar.
2. Sistem pengelolaan emisi di PT Vale Indonesia belum mengintegrasikan sistem
monitoring dengan ESP yang ada didalam komponen pengelolaan emisinya
sehingga pada saat emisi yang keluar dari cerobong mengeluarkan gas atau emisi
yang tidak aman, maka kinerja ESP (Electrostatic Precipitator) akan meningkat
secara otomatis dan menstabilkan kesehatan lingkungan yang ada.
26
4.2.1. Saran untuk Sistem yang Sedang Berjalan
Sistem yang sedang berjalan saat ini dinilai oleh para pengelola memiliki
beberapa kekurangan, satu diantaranya yaitu terkait dengan pengintegrasian data dari
monitoring ke alarm yang ada dan dari proses monitoring tersebut mengintegrasikan ke
salah satu alternatif penangkap debu dalam alat pengelolaan emisi yang ada umtuk
meningkatkan kinerjanya agar limbah debu yang keluar dari cerobong diperkecil hingga
hanya sekitar 0,16%.
Oleh sebab itu, sangat disarankan sistem yang baru dapat diterapkan, setidaknya
dapat menangani masalah yang telah disampaikan diatas. Serta diharapkan dapat
membuat perancangan sistem yang lebih baik lagi. Baik dari segi pengelolaan terhadap
sistem emisi dan atau pengelolaan yang dilakukan oleh para pengelola ore yang ada.
27
DAFTAR PUSTAKA