Anda di halaman 1dari 8

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Helm standar adalah bentuk perlindungan tubuh yang dikenakan di kepala dan
biasanya dibuat dari metal atau bahan keras lainnya seperti Kevlar, serat resin. Ada 2
jenis helm, yaitu Helm open face dan Helm full face. Sedangan pengertian melepas
helm adalah tindakan berbahaya dan hanya dilakukan jika pengendara motor tidak
bernafas yang mana membutuhkan Resusitasi Jantung Paru. Jika pengendara motor
masih bernafas jangan dilepas, lakukan tindakan pertolongan lain. Indikasi pelepasan
helm yaitu, suspek cidera servikal spine, suspek cidera kepala, ketidak mampuan
untuk mengimmobilisasi leher dalam rangka memindahkan pasien ke fasilitas lain.
Pada saat tindakan melepas helm mungkin dapat ditunda pada pasien yang tidak
mengalami gangguan jalan napas ketika diduga mengalami cedera servikal-spinal.
Sedangkan kontraindikasi melepas helm adalah paresthesia atau nyeri leher selama
prosedur. Pentinganya pengetahuan tentang melepas helm dan prosedur yang
digunakan saat menolong pasien melepas helm pada keadaan gawat darurat agar tidak
menimbulkan masalah lain maka kelompok kami mengambil judul “Melepas Helm
Standard Dan Full Face”
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas dapat ditarik beberapa rumusan masalah, yaitu:
1. Apa pengertian dari helm?
2. Apa saja jenis-jenis helm?
3. Apa pengertian dari melepas hlem?
4. Apa indikasi melepas helm?
5. Apa perhatian dan kontrakindikasi melepas helm?
6. Apa saja perlengkapan saat melepas helm?
7. Bagaimana persiapan pasien saat melepas helm?
8. Bagaimana prosedur saat melepas helm?

1
2

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian helm.
2. Untuk mengetahui apa saja jenis-jenis helm.
3. Untuk mengetahui pengertian melepas helm.
4. Untuk mengetahui indikasi melepas helm.
5. Untuk mengetahui perhatian dan kontrakindikasi melepas helm.
6. Untuk mengetahui perlengkapan saat melepas helm.
7. Untuk mengetahui persiapan pasien saat melepas helm.
8. Untuk mengetahui prosedur melepas helm.
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Definisi Helm
Helm standar adalah bentuk perlindungan tubuh yang dikenakan di kepala dan
biasanya dibuat dari metal atau bahan keras lainnya seperti Kevlar, serat resin. Helm
dapat memberi perlindungan pada kepala dari benda jatuh dan dapat mengurangi
cidera yang dialami ketika terjadi kecelakaan. Salah satu syarat yang harus dipenuhi
dari helm standar di Indonesia adalah adanya logo SNI yang tertempel dihelm
tersebut. Sebuah penelitian menunjukkan bahwa helm tidak hanya berfungsi untuk
menyelamatkan jiwa, helm juga dapat menahan dari terpaan angin. Bagian yang
paling rentan mengalami luka adalah muka, kepala bagian atas, dan leher. Oleh
karena itu sebuah helm yang baik adalah helm yang bisa melindungi ketiga bagian
kepala tersebut.
B. Jenis-Jenis Helm
Ada 2 jenis helm :
1. Helm open face Helm open face memiliki bentuk untuk menutupi bagian belakang
kepala tetapi tidak menutupi bagian muka. Maka, helm ini hanya memberikan
perlindungan maksimal hanya pada belakang kepala saja. 2.
2. Helm full face Helm jenis ini dalah helm yang paling aman untuk digunakan
pengendara motor. Helm ini mampu melindungi muka, kepala, leher, telinga, dan
dagu dengan sempurna. Helm ini juga mampu melindungi pemakainya dari cedera
yang tidak diinginkan saat terjadi kecelakaan.
C. Pengertian Melepas Helm
Melepaskan helm adalah tindakan berbahaya dan hanya dilakukan jika
pengendara motor tidak bernafas yang mana membutuhkan Resusitasi Jantung Paru.
Jika pengendara motor masih bernafas jangan dilepas, lakukan tindakan pertolongan
lain.
D. Indikasi
Indikasi pelepasan helm di RS :
1. Suspek cidera servikal spine.
2. Suspek cidera kepala.
3. Ketidak mampuan untuk mengimmobilisasi leher dalam rangka memindahkan
pasien ke fasilitas lain. Indikasi pre-hospital:

3
4

a. Jika helm dan tali pengikat dagu gagal menahan kepala tetap aman.
b. Jika helm dan tali pengikat dagu menghalangi jalan nafas, bahkan setelah
penutup muka di lepas.
c. Jika penutup muka tidak dapat di lepas.
d. Jika helm menghalangi proses immobilisasi dalam rangka memindahkan
pasien
E. Perhatian Dan Kontra Indikasi
1. Melepas helm mungkin dapat ditunda pada pasien yang tidak mengalami
gangguan jalan napas ketika diduga mengalami cedera servikal-spinal. Pada
situasi ini, maka gergaji dapat digunakan untuk memotong dan membuka helm
(Koenig, 1997 dalam Proehl, 1999). Ketika membiarkan helm ditempatnya kita
membutuhkan bantalan/ganjal untuk mengelevasikan badan pasien dari
kemungkinan turunnya bahu. Sedangkan pada anak dapat terjadi fleksi.
2. Dianjurkan untuk berlatih dengan Dokter terlatih (bedah, ortopedi, anestesi, gawat
darurat dst), Perawat terlatih (perawat UGD atau paramedis AGD 118) atau
pelatih palang merah (KSR PMI).
3. Ada 3 faktor yang harus dijaga :
a. Karena kebanyakan helm berbentuk telur (egg shaped) maka waktu menarik
helm keatas penolong pertama juga menarik kesamping sehingga tidak
menyangkut di telinga.
b. Jika helm full face maka kaca harus dilepas lebih dahulu.
Jika helm full face maka penarikan pertama dengan mengangkat sisi bawah
miring kedepan kemudian baru diikutipenarikan dengan arah berlawanan dari
gerakan pertama sehingga tidak menyangkut di telinga.
c. Selama proses pelepasan helm, penolong kedua menjaga imobilisasi dengan
mencegah gerakan yang tidak perlu. Setelah semua helm terlepas penolong
pertama menggantikan posisi penolong kedua dengan menempatakan tangan
di belang telinga untuk menjaga jalan nafas dan mencegah gerakan yang tidak
perlu. Jika perlu pasang kollar dan pindahkan ke spinal board.
4. Kontraindikasi
Kontraindikasi utama adalah paresthesia atau nyeri leher selama prosedur.
Paresthesia mengakibatkan memburuknya peregangan atau tekanan pada saraf
saat helm dilepaskan
5

F. Standar Operasional Prosedur Melepas Helm

Standar Operasional Prosedur


Pengertian Melepaskan helm adalah tindakan berbahaya dan hanya
dilakukan jika pengendara motor tidak bernafas dan
yang mana membutuhkan resusitasi jantung paru.
Tujuan Melepaskan helm untuk membantu penatalaksanaan
jalan nafas.
Indikasi Korban kecelakaan yang menggunakan helm.
Persiapan Alat Alat-alat :
Gunting atau cutter.
Persiapan Lingkungan 1. Memindahkan korban ke tempat yang lebih aman.
2. Memindahkan korban ketempat yang lebih keras
dan datar
Pelaksanaan 1. Mengecek respon korban.
2. Satu orang menstabilkan kepala dan leher
korban dengan meletakkan tangan pada setiap
sisi helm dengan jari terletak pada mandibula
korban. Posisi ini mencegah tergelincirnya helm
bila tali pengikat lepas.
3. Penolong kedua memotong atau melepas tali
helm pada cincin D-nya.
4. Penolong kedua meletakkan satu tangan pada
angulus mandibula dengan ibu jari pada saat sisi
dan jari-jari lainnya. Sementara tangan yang
lain melakukan penekanan di bawah kepala
daregiooksipitalis. Manuver ini mengalihkan
tanggung jawab imobilisasi lurus kepada
penolong kedua.
5. Penolong pertama kemudian melebarkan helm
ke lateral untuk membebaskan kedua daun
telinga dan secara hati-hati melepaskan helm.
Bila helm yang dipakai mempunyai penutup
wajah yang lengkap maka hidung penderita
dapat terhimpit dan meyulitkan pelepasan helm.
Untuk membebaskan hidung, helm harus di
6

dorong kebelakang lalu dinaikkan keatas


melalui hidung penderita.
6. Selama tindakan ini penolong kedua harus tetap
mempertahankan mobilisasi dari bawah, guna
menghindari tertekuknya kepala.
7. Setelah helm terlepas, imobilisasi lurus manual
di mulai dari atas, kepala dan leher penderita
diamankan selama penatalaksanaan pertolongan
jalan nafas.
8. Bila upaya melepaskan helm menimbulkan rasa
nyeri dan parestesia maka helm harus dilepas
dengan menggunakan gunting. Bila dijumpai
tanda-tanda cedera vertebral servikalis pada
foto rontgen melepaskan helm harus
menggunakan gunting.
Sikap Sikap selama penatalaksanaan :
1. Hati-hati
2. Teliti
3. Responsif terhadap reaksi korban
Sumber Proehl, J.A. (1999). Emergency nursing procedures.
(2nd ed.). Philadelphia: W.B. Saunder Company.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Helm dapat memberi perlindungan pada kepala dari benda jatuh dan dapat
mengurangi cidera yang dialami ketika terjadi kecelakaan. Bagian yang paling rentan
mengalami luka adalah muka, kepala bagian atas, dan leher. Oleh karena itu sebuah
helm yang baik adalah helm yang bisa melindungi ketiga bagian kepala tersebut.
Ketika terjadi kecelakaan, korban yang menggunakan helm bisa kita bantu melepas
helm nya untuk membebaskan jalan nafas dengan cara yang benar. Karena jika tidak,
justru kita sendiri yang dapat mencelakakan korban bahkan sampai menyebabkan
kematian korban. Sehingga diperlukan pelatihan khusus untuk melepas helm,baik
helm open face maupun helm full face.
B. Saran
Adapun saran yang dapat penulis sampaikan adalah: Bagi pembaca disarankan
untuk memahami langkah-langkah dan cara aman untuk melepas helm pada korban
kecelakaan yang sewaktu waktu bisa terjadi dimana saja, agar tidak menambah resiko
cedera pada korban.

7
DAFTAR PUSTAKA

https://www.scribd.com/document/326490313/Melepaskan-Helmet-Gawat

Darurat#download Uploaded by kinanggun saengtyasaon Oct 05, 2016 diuggah oleh Dewi
Novita. Defisit Perawatan Diri.

Anda mungkin juga menyukai