Abstrak - Sistem suspensi yang baik harus dapat kenyamanan pengendara dan keamanan berkendara.
meningkatkan kenyamanan penumpang. Dalam usaha Pada sistem ini, dengan mengaplikasikan pengendali
meningkatkan kenyamanan penumpang, sistem suspensi logika fuzzy diharapkan sistem dapat menghasilkan
harus dapat meminimalkan percepatan vertikal badan peredaman yang mampu mengkompromisasikan
kendaraan sehubungan dengan permukaan jalan yang
tak menentu. Gaya peredaman pada sistem suspensi
tingkat keamanan dan kenyamanan terbaik untuk
tergantung pada konstanta peredaman peredam kejut setiap kondisi jalan yang dilalui. Pengendali logika
yang digunakan. Semakin keras sistem suspensi fuzzy dipilih dengan pertimbangan kemampuan
(konstanta peredaman besar), memiliki tingkat keamanan pengendali logika fuzzy untuk mensimulasikan cara
tinggi karena menjaga roda tetap kontak dengan berpikir manusia dalam mengendalikan suatu proses
permukaan jalan, tetapi memiliki tingkat kenyamanan yang kompleks tanpa harus mengetahui model
buruk, karena pengendara akan merasakan banyak matematis secara rinci, serta kemampuan untuk
getaran mengganggu akibat permukaan jalan. mengolah data yang tidak memiliki batasan jelas
Sebaliknya, suspensi lembut (konstanta peredaman kecil), (samar/kabur atau fuzzy) untuk menghasilkan
tingkat keamanan berkendara buruk, karena
berkurangnya kontak antara roda dengan permukaan
keputusan yang akurat (Son Kuswadi, 2000),
jalan, yang mengakibatkan berkurangnya pengendalian mengingat kenyamanan dan keamanan adalah dua hal
kendaraan oleh pengemudi, tetapi memiliki tingkat yang tidak memiliki batasan jelas (fuzzy).
kenyamanan baik.
Pada tugas akhir ini dilakukan perancangan
Pada tugas akhir ini dilakukan perancangan sistem suspensi semi-aktif yang didasarkan pada
sistem suspensi semi-aktif dengan menggunakan sistem model kendaraan seperempat. Model sistem suspensi
kontrol fuzzy yang didasarkan pada model kendaraan seperempat kendaraan atau pada satu roda dipilih
seperempat, digunakan pengendali logika fuzzy untuk dengan pertimbangan tujuan yang dikemukakan pada
mengatur gaya peredaman pada peredam kejut, untuk tugas akhir ini, yaitu merancang pengendali logika
menghasilkan gaya peredaman yang mampu
mengkompromikan tingkat keamanan dan kenyamanan
fuzzy untuk meningkatkan tingkat kenyamanan dan
terbaik untuk setiap kondisi jalan yang dilalui keamanan. Untuk meraih tujuan tersebut,
kendaraan. Hasil perancangan diuji dengan beberapa karakteristik setiap sistem suspensi semiaktif
model gangguan yang menggambarkan kondisi kendaraan harus dirancang secara terpisah pada tiap
permukaan jalan gundukan (road bump), jalan roda, apabila diterapkan pada sistem suspensi satu
bergelombang dan jalan tidak rata. kendaraan penuh, maka masing-masing sistem
Hasil perancangan, pengujian dan analisis suspensi identik dengan sistem suspensi seperempat
menunjukkan bahwa sistem suspensi semi-aktif dengan kendaraan atau pada satu roda (Christopher A. Paré,
pengontrol fuzzy yang telah dirancang dapat memberikan 1998).
sinyal kontrol untuk nilai defleksi suspensi badan
kendaraan yang lebih rendah dibandingkan dengan
Hasil perancangan diuji dengan beberapa
sistem suspensi semi-aktif tanpa pengontrol, yang berarti variasi gangguan yang menggambarkan kondisi
bahwa sistem suspensi semi-aktif dengan pengontrol permukaan jalan gundukan (road bump), jalan
fuzzy yang telah dirancang memberikan tingkat bergelombang dan jalan tidak rata.
kenyamanan dan keamanan yang lebih baik. Dengan
lintasan tanpa gangguan sinyal error yang digunakan 1.2 Tujuan
sebagai sinyal kontrol output pada suspensi semi-aktif, Tugas akhir ini bertujuan untuk
sedikit berpengaruh karena lintasan jalan tanpa mengambil/akuisisi data suspensi kendaraan (mobil)
gangguan. Pada unjuk kerja sistem road bump nilai menggunakan pengontrol fuzzy melalui Fuzzy Logic
defleksi suspensi badan kendaraan pada suspensi semi- Control Program agar dihasilkan sinyal kontrol nilai
aktif tanpa pengontrol berfluktuasi, sedangkan pada defleksi badan kendaraan untuk meningkatkan faktor
suspensi semi-aktif dengan pengontrol fuzzy nilai sinyal kenyamanan, dan meningkatkan faktor keamanan.
kontrol defleksi suspensi turun menjadi 4 cm.
1.3 Pembatasan Masalah
I. PENDAHULUAN Dalam tugas akhir ini diberikan pembatasan-
1.1 Latar Belakang pembatasan sebagai berikut :
Kenyamanan dalam berkendaraan sudah 1. Sistem suspensi yang digunakan adalah model
menjadi tuntutan bagi para pengendaranya. Sistem seperempat kendaraan atau pada satu roda.
suspensi pada kendaraan memegang peranan yang 2. Kendaraan diasumsikan bergerak dengan
sangat penting dalam memperoleh kenyamanan. kecepatan tetap.
Mengacu pada pengaturan sistem suspensi, 3. Massa sprung & massa unsprung memiliki nilai
konstanta peredaman sistem suspensi menentukan tetap.
1) Mahasiswa Jurusan Teknik Elektro UNDIP
2) Staf Pengajar Jurusan Teknik Elektro UNDIP
2
Ada dua jenis sistem yang menggunakan analog yang langsung dapat dihubungkan dengan
komponen aktif, yaitu sistem suspensi aktif dan rangakain ADC (Analog to Digital Converter).
sistem suspensi semi-aktif. Pada sistem suspensi 3.1.1 Pengubah Sinyal Analog ke Data Digital
aktif tidak digunakan komponen pasif sedangkan ADC pada rancangan ini digunakan untuk
pada sistem suspensi semi-aktif digunakan mengubah masukan analog keluaran sensor jarak
komponen pasif selain komponen aktif. Sistem yang sudah dikuatkan menjadi data digital 8 bit. Tipe
dengan komponen pasif akan mempunyai ADC yang digunakan adalah ADC 0804 pada mode
karakterisitik yang tetap untuk berbagai permukaan kerja free running. Rangkaian free running ADC
jalan. Penggunaan komponen aktif dapat merubah 0804 ditunjukkan pada Gambar 3.1.
karakteristik sistem sesuai dengan permukaan
jalan, adanya perubahan massa kendaraaan akibat
perubahan penumpang maupun bahan bakar.
Keuntungan menggunakan sistem
suspensi aktif adalah getaran yang timbul pada
badan kendaraan akibat permukaan jalan yang
bergelombang atau tidak rata dapat dikurangi dan
peredam getaran dapat menyesuaikan dengan
kondisi jalan. Kekurangannya adalah sistem Gambar 3.1. Rangkaian free running ADC
suspensi tidak dapat berfungi apabila sistem
pengontrol mengalami kerusakan. Untuk membuat mode kerja ADC 0804
menjadi free running, maka harus diketahui
Jenis yang kedua adalah sistem suspensi bagaimana urutan pemberian nilai pada RD dan WR
semi-aktif. Sistem ini masih menggunakan sistem serta perubahan nilai pada INTR. Urutan pemberian
suspensi konvensional dengan menambah peredam nilai pada RD, WR perubahan nilai pada INTR
yang dapat diatur. Keuntungan sistem ini adalah ditunjukkan pada Tabel 3.1
masih dapat berfungsi pada waktu sistem
Tabel 3.1. Pemberian nilai pada RD dan WR serta perubahan nilai
pengontrol mengalami kegagalan. Namun sistem
pada INTR
ini sangat dipengaruhi oleh komponen-komponen
pasif yang mempunyai harga karakteristif tertentu.
Sistem suspensi fully active bekerja dengan
menghasilkan gaya untuk melawan getaran atau
guncangan yang terjadi. Susunan sistem suspensi
tersebut diperlihatkan gambar 2.5 (b). Jika hal ini Mode kerja free running ADC diperoleh jika
terjadi maka kendaran akan berjalan tanpa adanya RD dan CS dihubungkan ke ground agar selalu
peredaman terhadap getaran, yang mengakibatkan mendapat logika 0 sehingga ADC akan selalu aktif
berkurangnya pengendalian kendaraan oleh dan siap memberikan data. Pin WR dan INTR
pengemudi (Neil McLellan, 1998). dijadikan satu karena perubahan logika INTR sama
III. PERANCANGAN dengan perubahan logika pada WR, sehingga
3.1 Perangkat Keras Akuisisi Data pemberian logika pada WR dilakukan secara otomatis
Peralatan akuisisi data dibuat menggunakan oleh keluaran INTR.
proto board atau sering disebut dengan PCB Rangkaian pengubah sinyal analog ke data
berlubang karena PCB ini sangat cocok digunakan digital pada sistem ini menggunakan IC ADC 0804
untuk membuat berbagai macam prototype dengan dengan mode free running yang artinya ADC akan
keunggulannya pada fleksibilitas dan kemudahan secara terus menerus mengkonversi nilai tegangan
modifikasi jalur–jalurnya dibandingkan dengan analog ke dalam data 8-bit digital. Proses ini terjadi
layout PCB. sebanyak 1000 kali konversi setiap detiknya. Karena
Sistem akusisi suspensi semi-aktif ADC dikondisikan pada mode free running maka
menggunakan interfacing PPI (Programable diperlukan tombol start untuk memulainya berupa
Peripherial Interface) 8255. PPI 8255 ini akan pushbutton normaly open. Kelemahan mode ini
mengolah data-data input sebelumnya melalui ADC adalah terkadang terjadi hang pada ADC yang
(Analog Digital Converter). Pada sistem ini, berakibat keluaran data pada ADC bernilai tetap.
dengan mengaplikasikan pengendali logika fuzzy Untuk menjalankan kembali ADC apabila terjadi
diharapkan sistem dapat menghasilkan peredaman hang adalah dengan menekan kembali tombol reset.
yang mampu mengkompromisasikan tingkat Berdasarkan perhitungan pada rangkaian diatas
keamanan dan kenyamanan terbaik untuk setiap tegangan keluaran maksimum yang dihasilkan adalah
kondisi jalan yang dilalui. sebesar 5 volt maka fullscale pada rangkaian ADC ini
Posisi suspensi saat berosilasi (up-down adalah sebesar 5 volt juga, artinya nilai 255 atau
osilation) dapat diketahui dengan menggunakan 0FFh dicapai bila tegangan masukan ADC sebesar 5
sensor jarak. Hasil keluaran sensor berupa tegangan volt.
5
Dengan melakukan pengaturan pada pin 9 Massa Sprung adalah massa kendaraan yang disangga sistem
suspensi. Seperti massa body kendaraan, massa penumpang, massa
yaitu pin Vref/2 yang merupakan pin untuk
mesin, dan lain sebagainya.
mengatur maksimum fullscale offset. Pada pin ini Massa Unsprung adalah massa yang tidak disangga sistem
tegangan diatur sedemikian rupa sehingga tegangan suspensi. Seperti massa roda, lengan ayun, dan lain sebagainya.
yang masuk sebesar 5/2 volt yaitu 2,5 volt. 3.2.1 Sensor Jarak-Posisi
Pengaturannya menggunakan voltmeter digital.
Keluaran ADC yang berupa data digital 8-bit akan
dihubungkan dengan port A pada PPI, dengan
demikian diperlukan suatu penghubung yang akan
mengubungkan data ADC tersebut dengan port A
PPI. Berikut adalah konfigurasi dari port yang
digunakan sebagai penghubung keluaran data ADC Gambar 3.4. Gambar 3.5
dengan PPI card. Rangkaian sensor jarak Konfigurasi potensiometer
“negatif’. Gambaran sinyal respon sistem yang Dalam hal kenyamanan, sistem suspensi harus dapat
dimaksud diperlihatkan pada Gambar 3.17. menurunkan percepatan vertikal badan kendaraan
sehubungan dengan gangguan kondisi jalan yang
tidak tentu. Dalam hal vehicle maneuverability
(savety), sistem suspensi diharapkan untuk dapat
membatasi defleksi suspensi dalam range yang kecil.
Pada Gambar 4.1 dan Gambar 4.2, ditunjukkan
Gambar 3.17 Respon sistem dengan lonjakan dan osilasi bahwa sinyal error yang digunakan sebagai sinyal
E (t) = r(t) – y(t) (3.1) kontrol output pada suspensi semi-aktif, sedikit
dE(t) = E(t) – E(t-1) (3.2) berpengaruh karena lintasan jalan tanpa gangguan.
u l 1
Gambar 4.4 menunjukkan sinyal kontrol defleksi
M
Al ( x i )
n
i 1 i
suspensi kendaraan yang terjadi dengan gundukan
l 1
untuk sistem suspensi semi-aktif dengan kontrol
y :titik tengah (center) himpunan fuzzy dari fuzzy. Pada Gambar 4.3 dan Gambar 4.4, ditunjukkan
keluaran fuzzy (u) untuk setiap aturan fuzzy. bahwa sinyal error yang digunakan sebagai sinyal
i :banyaknya masukan fuzzy. kontrol output pada suspensi semi-aktif, berpengaruh.
M :banyaknya aturan fuzzy.
Al ( xi ) :derajat keanggotaan himpunan fuzzy
i
Pada gambar 4.4 sistem suspensi semi-aktif 4.4 Pengujian Unjuk Kerja Sistem dengan
menghasilkan sinyal kontrol dengan pengontrol Lintasan dengan Jalan Tidak Rata –
fuzzy yang memiliki referensi defleksi 4 cm, untuk Gundukan Tak Teratur
mempertahankan keadaan awal yang dapat dilihat Unjuk kerja sistem suspensi dengan gangguan
pada gambar 4.3. yang berupa jalan tidak rata yang digunakan untuk
mewakili kondisi jalan dalam kenyataan yaitu kondisi
jalan dengan gundukan tak teratur, misalnya lintasan
off road.