MAKALAH
Disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Management Chassis
pada semester genap 2016/2017 yang diampu oleh Ir. Kasijanto, M.T.
Oleh :
3C-D4
MUHAMMAD IBNAN UTAMA BHAKTI 1541223002
TAMAS MAHARDIKA 1441220040
2017
KATA PENGANTAR
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
Pada bagian ini dibahas tiga hal, yaitu (1) pengertian sistem suspensi, (2)
fungsi sistem suspensi, (3) komponen sistem suspensi, (4) osilasi dan
kenyamanan kendaraan, (5) cara kerja system suspense dan (4) keunggulan
kelemahan sistem suspensi.
3. Suspensi Aktif
Salah satu suspensi aktif yang pertama dikembangkan untuk automotive
adalah suspensi aktif milik Lotus di era 80-an yang dipakai untuk
kompetisi Formula 1 dengan menggantikan pegas dan peredam dengan
aktuator hidrolik atau elektromagnetik untuk mengontrol posisi roda.
Dalam konfigurasi suspensi konvensional, sistem aksi reaksi dimana
permukaan jalan mendorong roda dan pegas mendorong ke bawah untuk
mempertahankan kesimbangan beban.
Dalam sistem suspensi aktif, aktuator mengontrol posisi roda dengan aktif
mengangkat roda jika bertemu dengan tonjolan atau mendorongnya ke
bawah jika bertemu dengan lubang, sehingga mampu menjaga posisi sasis
tetap pada posisi awalnya. Suspensi aktif dapat digunakan secara otomatis
maupun manual untuk mengontrol pitch (ketinggian dan posisi bagian mobil
depan dan belakang), roll (ketinggian dan posisi mobil kiri dan kanan),
kenyamanan, dan karakteristik suspensi untuk meningkatkan cengkeraman
ban.
Pegas dikelompokkan menjadi 3 yaitu pegas coil, pegas daun dan pegas
batang torsi.
a. Pegas Coil
Pada saat pemegasan, batang pegas koil menerima beban puntir dan lengkung
Sifat Sifat :
a) Langkah pemegasan panjang
b) Tidak dapat meredam getaran sendiri
c) Tidak dapat menerima gaya horisontal ( perlu lengan lengan )
d) Energi beban yang diabsorsi lebih besar daripada pegas daun
e) Dapat dibuat pegas lembut
Penggunaan :
Pada suspensi independen dan aksel rigrid.
Gambar 2.1
Pegas Coil
b. Pegas Daun
Sifat Sifat :
a) Konstruksi sederhana
b) Dapat meredam getaran sendiri ( gesekan antara daun pegas )
c) Berfungsi sebagai lengan penyangga ( tidak memerlukan lengan
memanjang dan melintang )
Penggunaan :
Aksel depan / belakang, tanpa / dengan penggerak roda
Gambar 2.2
Pegas Daun
Gambar 2.3
Pegas Batang Torsi
Saat Ekspansi
Katup tertutup, minyak mengalir melalui orifice (lubang kecil) sehingga
terjadi peredaman.
Gambar 2.5
Saat Ekspansi
Tipe shock absorber menurut cara kerjanya diantaranya:
1. Shock absorber kerja tunggal (single action) Efek
meredam hanya terjadi saat ekspansi. Sebaliknya saat kompresi tidak
terjadi peredaman.
Gambar 2.6
SA single action
2. Shock absorber kerja ganda (double action) Saat ekspansi dan
kompresi selalu terjadi peredaman.
Gambar 2.7
SA double action
Gambar 2.8
SA tipe mono tube
Gambar 2.9
SA tipe twin tube
3. Ball Joint
Berfungsi untuk menerima beban vertikal maupun lateral dan berfungsi juga
sumbu putara pada saat kendaraan berbelok. Ball joint ada dua upper ball
joint dan lower ball joint.
Gambar 2.10
Ball joint
4. Stabilizer Bar
Stabilizer Bar berfungsi untuk mengurangi traksi ban dan mengurangi
kemiringan kendaraan akibat gaya sentrifugal pada saat kendaraan berbelok.
Gambar 2.11
Stabilizer
5. Strut Bar
Berfungsi untuk menahan lower arm agar tidak bergerak maju dan mundur
pada saat menerima kejutan dari permukaan jalan yang tidak rata,
bergelombang atau dorongan akibat terjadinnya pengereman. Ujung strut bar
dipasang pada lower arm dan ujung lainnya diikatkan pada cross member
melalui bracket dan karet bantalan.
Gambar 2.12
Strut Bar
6. Lateral Control Rod
Berfungsi untuk menahan axle pada posisinya terhadap beban dari arah
samping.
Gambar 2.13
Lateral control rod
7. Bumper
Bumper terdiri dari bounding dan rebounding bumper yang dipasangang
sebagai pelindung frame, axle, shock absorber, dan lain lain pada waktu
pegas mengerut dan mengembang di luar batas maximumnya sehingga tidak
terjadi kerusakan pada komponen komponen tersebut. Bounding bumper
bertugas pada saat kendaraan mengerut, dan rebounding bumper bertugas
pada saat kendaraan mengembang.
Gambar 2.14
Bumper
8. Lower arm
Berfungsi untuk menopang roda dan bodi kendaraan.
Gambar 2.15
Lower arm
Gambar 2.16
Sprung Weight dan Unsprung Weight
2. Osilasi Sprung Weight
Sprung weight adalah bera bodi mobil yang dijamin olh pegas suspensi.
Osilasi dan goyangan ini dibedakan menjadi empat, yaitu :
a. Pitching
b. Rolling (bergulir)
c. Bounching (melambung), dan
d. Yawing (zigzag).
Gambar 2.17
Osilasi Sprung Weight
a. Pitching
Pitching adalah osilasi turun naiknya bagian depan dan belakang berhubungan dengan
titik berat depan dan belakang kendaraan. Hal ini terjadi khususnya jika kendaaan
melalui jalan yang kasar dan banyak lubang. Pitching juga lebih mudah terjadi pada
kendaraan yang pegasnya lemah dibandingkan yang pegasnya lebih kuat.
Gambar 2.18
Pitching
b. Rolling (Bergulir)
Ketika kendaraan membelok atau melalui jalan yan begelombang, salah satu pegas pada
salah satu sisi kendaraan mengembang dan pada sisi lainya mengerut. Hal ini
mengkibatkan bodi beputar (rolling) dalam ara yang lurus (dari sisi ke sisi)
Gambar 2.19
Rolling
c. Bounching (Melambung)
Bounchig adalah gerakan aik turunya bodi kendaraan secara keseluruan. Jika kendaraan
berjaan pada kecepatan tinggi melalui jalan yang bergelombang, maka seoah-olah terjadi
gerakan naik turun. Juga mudah terjadi jika keadaan pegas-pegas lemah.
Gambar 2.20
Bounching
d. Yawing (Zigzag)
Yawing adalah gerakan bodi kendaraan arah memanjang, ke kanan dan ke kiri terhadap
titik tengah (centerline). Pada permukaan jalan dimana terjadinya pitching seperti juga
pada yawing.
Gambar 2.21
Yawing
Gambar 2.22
Osilasi Unsprung Weiht
a. Hopping
Hopping adalah gerakan melambung (bounching) roda-roda ke atas dan ke bawah yang
biasanya terjadi pada jalan-jalan berobmak dengan kecepatan sedang dan tinggi.
b. Tramping
Tramping adalah gerakan osilasi turun naik dengan arah yang berlawanan pada roda-roda
kiri dan kanan. Akibatnya roda-roda kiri dan kanan melompat terhadap permuakaan
jalan. Keadaan ini muda terjadi pada kendaraan yang menggunakan suspensi poros rigid
(rigid axle suspension).
Gambar 2.23
Tramping
c. Wind Up
Wind Up adalah gejala terjadinya pegas daun melintir di sekeliling poros yang
disebabkan oleh momen pengerak (driving torque) kendaraan.
Gambar 2.24
Wind up
Gambar 2.25
Suspensi semi aktif
Komponen sistem suspensi semi aktif terdiri dari komponen hidrolik
dengan tidak menggunakan sensor dan tidak dikontrol ECU. Sistem
suspensi semi aktif bekerja jika kendaraaan pada kondisi menyala sistem
suspensi akan aktif dapat dikatakan fluida dalam sistem suspensi tidak
akan masuk melalui saluran hidolik ke ruang suspensi. Suspensi semi
aktif berhubungan dengan medan listrik dengan merubah kekentalan
dari fluida dan gas nitrogen.
Suspensi ini tidak menggunakan spring dan tingkat kenyamanan
tergantung dari viskositas fluida dan udara nitrogen yang mempengaruhi.
3. Sistem Suspensi aktif
Dengan adanya perkembangan teknologi di bidang komputer, elektronik,
hidrolik dan teknik control permasalahan kenyamanan berkendara dapat
diatasi dengan hadirnya teknologi baru pada dunia otomotif, yaitu
sistem suspensi aktif. Suspensi aktif adalah suatu sistem suspensi yang
menggunakan microkontrol dan sensor dengan feedback loop untuk
meningkatkan perfomen suspensi yang optimal. Secara prinsip komponen-
kompenen hampir sama dengan suspensi biasa, hanya saja ada beberapa
komponen yang dikontrol secara elektronik sehingga ada beberapa
komponen tambahan, antara lain :
Sensor, berbagai macam sensor dipasang pada kendaraan untuk
mengetahui kondisi kendaraan dan aktivitas pengemudi.
ECU (Electronic Control Unit), semua sinyal dari sensor akan
dibaca oleh ECU dan dengan bantuan memori yang sudah
diprogram, sinyal yang masuk akan diolah untuk menentukan tingkat
suspensi sesuai kebutuhan.
Actuator, perintah dari ECU akan dirubah menjadi sinyal elektrik
dan langsung diteruskan ke berbagai aktuator untuk mengontrol
sistem suspensi.
Gambar 2.26
Diagram Alir Suspensi Aktif
Tenaga suspensi aktif disuplai dari pompa yang digerakkan oleh engine.
Minyak dari pompa diteruskan ke unit pertama dari Fail Safe Valve. Unit
ini mempunyai dua fungsi, yaitu pertama mematikan sistem pada saat
emergency sehingga suspensi menjadi passive dan yang kedua mengatur
suplai tekanan. Ketika suspensi aktif tidak bekerja maka unit Fail Safe Valve
mengurangi.