Anda di halaman 1dari 13

TUGAS FARMASI PERAPOTIKAN

REVIEW JURNAL MUTU PELAYANAN APOTEK

Dosen Pembimbing :
Apt. Nhadira Nhestricia, M.K.M

Nama Penyusun :
1. Dean Disan Damara (066118134)
2. Ulvi Exita (066118139)
3. Salsa syifa Nabilla (066118151)
4. Mitta Kurniati (066118233)
5. Hafiz Fazrulrahman (066118245)
6. Ridzal Ade Putera (066118260)
7. Andre Nurul Fallah (066118281)

PROGRAM STUDI FARMASI


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS PAKUAN
BOGOR
2020
Evaluasi Mutu Pelayanan Di Apotek Komunitas
Judul Kota Kendari Berdasarkan Standar Pelayanan
Kefarmasian
Tanggal/Tahun Publikasi Desember 2014
Nama Penulis Sunandar Ihsan, Putri Rezkya,, Nur Illiyyin Akib
Tempat Publikasi Kendari
Cluster Random Sampling dan Simple Random
Sampling
Metode Kerja Jumlah Responden :
Konsumen (509)
Apoteker (10)
a. Tingkat Kepuasaan Konsumen
- Dimensi Fasilitas Berwujud : 77.61%
(Apotek Terlihat bersih dan rapih)
- Dimensi Kehandalan : 74.42%
(Kehandalan cukup memuaskan)
- Dimensi Ketanggapan : 75.01% (Cukup
memuaskan)
- Dimensi Keyakinan : 80.09% (Cukup
Hasil memuaskan)
- Dimensi Empati : 76.29% (Cukup)
b. Adanya Dokumen Prosedur Tetap
60% apotek komunitas kendari yang
memiliki dokumen tetap dan jumlah
prosedur tetap yang bervariasi.
c. Dimensi Waktu Pelayanan Obat
-6 apotek (60%) telah menetapkan dimensi
waktu pelayanan obat.Namun, hanya satu
apotek (10%) hanya menetapkan dimensi
waktu pelayanan obat tanpa resep, tetapi
apotek tersebut menerima resep obat.
d. Pelaksanaan Pelayanan Kefarmasian
- evaluasi mutu pelayanan menggunkan
kuisioner kepada konsumen apotek
- 40 % apoteker pengelola apotek menjamin
kualitas pelayanan apotek yang dikelola.

• Metode :
1.Keuntungan Cluster sampling :
- Lebih mudah dibanding simple random
sampling.
- Tidak memerlukan daftar anggota
populasi.
Kerugian Cluster Sampling :
- Tidak seefisien simple random sam-pling
atau stratified random sam-pling.
2. Simpe Random Sampling :
Pembahasan Kelebihan:
-Tidak membutuhkan informasi tambahan
pada kerangka sampel seperti wilayah
geografis, dan lain-lain, selain daftar
lengkap elemen populasi survei dengan
informasi yang akan diteliti.
-Rumus yang digunakan relatif mudah.
Mudah diterapkan untuk populasi kecil.
Kekurangan :
-Akan menjadi mahal dan tidak mungkin
dikerjakan untuk populasi besar karena
semua elemen harus diidentifikasi sebelum
diambil sampel.
-Biaya akan mahal jika sampel yang diambil
tersebar secara geografis. Persyaratan sulit.
Memakai dua responden yaitu :
a.Responden Konsumen Apotek, dimana
responden ini memiliki beberapa
karakteristik berdasarkan usia, kelamin,
pendidikan, penghasilan kepala keluarga per
bulan, pekerjaanm dan berdasarkan
peruntukan resep yang ditebus, dimana dari
masing- masing karakteristik ini mempunyai
jumlah presentase masing-masing yang
datang ke apotek.
b.Responden Apoteker Pengelola Apotek
- 60% apoteker pengelola apotek berstatus
tidak sebagai PNS
- 40% berstatus pemilik sarana dan
merangkap sebagai PNS

Dalam melaksanakan praktik pelayanan farmasi


pada masyarakat, tentu harus memperhatikan
beberapa faktor untuk menjamin keamanan dan
kenyamanan pasien. Dibutuhkan sebuah evaluasi
mutu untuk menilai baik atau buruknya pelayanan
Kesimpulan farmasi suatu apotek, sehingga apotek dan tenaga
farmasi dalam memberikan pelayanan terhadap
masyarakan atau pasien dapat diperbaiki dan terus
berkembang. Menurut Keputusan Menteri
Kesehatan RI No. 1027 tahun 2004 terdapat tiga
indikator yang digunakan dalam proses evaluasi
mutu pelayanan tersebut yaitu tingkat kepuasan
konsumen, dimensi waktu pelayanan obat, dan
adanya dokumen prosedur tetap.

Arikunto S, 2010. Prosedur Penelitian: Suatu


Pendekatan Praktik, Edisi Revisi, Rineka Cipta,
Yogyakarta.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2008,
Keputusan Menteri Kesehatan RI
No.1027/Menkes/SK/IX/2004 tentang Standar
Pelayanan Kefarmasian di Apotek, Departemen
Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.
Dewi PR, Arta SK 2014, Analisis Harapan dan
Persepsi Pasien Kerjasama (PKS) Terhadap Mutu
Pelayanan Rawat Jalan Rumah Sakit Umum Puri
Raharja Tahun 2013, Artikel Penelitian, Volume 11
(1), Denpasar.
Handayani RS, Raharni, Retno G, 2009, Persepsi
Dapus
Konsumen Apotek Terhadap Pelayanan Apotek
Di Tiga Kota Di Indonesia, Makara Kesehatan,
Volume 13(1), Jakarta.
Harianto NK, Sudibyo S, 2005. Kepuasan Pasien
Terhadap Pelayanan Resep di Apotek Kopkar
Rumah Sakit Budhi Asih Jakarta, Majalah Ilmu
Kefarmasian, Volume II (1), Jakarta.
Kuncahyo I, 2004/ Dilema Apoteker Dalam
Pelayanan Kefarmasian, Surakarta.
Mashuda A, 2011. Pedoman Cara Pelayanan
Kefarmasian Yang Baik, Departemen Kesehatan
RI,Jakarta.
Berdasarkan jurnal ini dapat dibuat sebuah
komentar mengenai evaluasi mutu pelayanan,
berdasarkan tingkat kepuasan konsumen karena
kepuasan konsumen juga akan sangat bergantung
pada kualitas dari pelayanan yang diberikan, yang
mana dalam kualitas pelayanan terdapat beberapa
dimensi yang mempengaruhinya. Ada beberapa
aspek yang menonjol dalam apotek ini yaitu
pertama adalah fasilitas berwujud karena
ketersediaan fasilitas yang berkualitas dan
terpelihara dengan baik maka konsumen atau pasien
lebih cenderung memilih pelayanan yang baik
tersebut dibanding pelayanan yang memiliki sarana
atau fasilitas yang lengkap tapi tidak terpelihara.
Apotek ini memiliki presentase 77,61% yang
Komentar memiliki fasilitas cukup dimata pasien. Yang kedua
adalah kehandalan, komunikasi yang baik
merupakan faktor penentu kualitas dari suatu
pelayanan, sehingga menjadi penentu utama dari
kepuasan konsumen atau pasien. Yang ketiga adalah
ketanggapan, ketanggapan ditunjukkan sebagai
kemampuan apotek untuk membantu pelanggan dan
memberikan jasa cepat dan apotek ini sudah sesuai
menonjolkan aspek tersebut dengan sangat baik
dengan presentasi sebesar 74,42% menunjukkan
kehandalan yang cukup baik dan masih bisa
dimaklumi. Yang keempat adalah ketanggapan,
ketanggapan ditunjukkan sebagai kemampuan
apotek untuk membantu pelanggan dan memberikan
jasa cepat dan apotek ini menunjukan hasil
presentase sebesar 75,01% dengan hasil yang cukup
dimata pasien. Yang kelima adalah keyakinan
dengan presentasi 80,09%, sehingga persepsi
konsumen terhadap dimensi ini cukup memuaskan.
Dimensi ini merupakan persepsi sangat baik dengan
persentase tertinggi dari semua dimensi yaitu pada
kebenaran obat yang diberikan petugas kepada
konsumen. Yang keenam adalah empati,
berdasarkan rata-rata persentase pada dimensi
empati adalah sebesar 76,29%, sehingga persepsi
konsumen pada dimensi ini adalah kategori cukup.
Adanya dokumen tetap merupakan hal yang penting
dalam menjaga kualitas dari apotek, karena manfaat
dari adanya dokumen prosedur tetap adalah untuk
memastikan bahwa praktek yang baik dapat tercapai
setiap saat, untuk menstandarkan bentuk pelayanan
sesuai yang ditetapkan, untuk melindungi profesi
dalam menjalankan praktek kefarmasian, adanya
pembagian tugas dan wewenang bagi petugas
apotek, dapat memberikan pertimbangan dan
panduan untuk tenaga kesehatan lain yang bekerja
di apotek, dapat digunakan sebagai alat untuk
melatih staf baru, dan dapat membantu proses audit.
Lampiran :

Anda mungkin juga menyukai