Anda di halaman 1dari 12

Nama : Maulidia Yuni Shafira Ahfis

Kelas : Gizi 5D
NIM : 1807026120

Proses Glikolisis
Metabolisme merupakan total reaksi kimia yang terjadi didalam tubuh makhluk
hidup untuk kelangsungan kehidupannya. Reaksi-reaksi metabolisme dapat dibagi menjadi
dua sesuai dengan tujuan reaksinya, yaitu katabolisme dan anabolisme. Katabolisme
merupakan pemecahan senyawa kompleks menjadi senyawa sederhana yang menghasilkan
ATP sedangkan Anabolisme merupakan pembentukan senyawa kompleks menjadi senyawa
sederhana dan membutuhkan ATP. Keduanya berjalan secara seimbang sesuai dengan fungsi
dan kebutuhan hidup organisme. Glukosa merupada senyawa golongan karbohidrat yang
merupakan sumber energi utama bagi makhluk hidup karena glukosa berasal dari proses
fotosintesis yang mengkonversi energi matahari menjadi energi kimia. Energi yang
terkandung dalam senyawa glukosa selanjutnya akan ditransformasi melalui serangkaian
reaksi katabolisme yang dinamakan glikolisis. Glikolisis terjadi di dalam sitosol di dalam sel
yang menghasilkan senyawa luruhan dan energi konversi dalam bentuk senyawa kimia yang
lain (ATP).

Dalam proses katabolisme karbohidrat, juga dibagi menjadi 2 jenis, yaitu katabolisme
aerob dan katabolisme anaerob. Glikolisis merupakan pemecahan glukosa yang masuk dalam
proses katabolisme aerob.

Tahap-tahap glikolisis Tahap I: Investasi energi

1. Glikolisis diawali dengan reaksi pembentukan senyawa glukosa 6-fosfat dari glukosa.
Reaksi tersebut merupakan reaksi yang membutuhkan energi yang diambil dari
pemutusan ikatan fosfat dari ATP. Reaksi ini dikatalisis oleh enzim heksokinase atau
glukokinase.

Heksokinase dapat ditemukan dalam semua sel organisme. Enzi mini memiliki spesifitas
katalitik yang rendah. Hampir semua monosakarida dapat difosforilasi. Aktivitasnya dapat
dihambat oleh produknya, yaitu glukosa-6-fosfat. Glukokinase diitemukan di lever, memiliki
spesifitas katalitik yang tinggi dan tidak dapat dihambat oleh glukosa-6-fosfat.. Enzi mini
aktif bila kadar glukosa tinggi di dalam darah.
2. Isomerisasi glukosa 6-fosfat. Reaksi yang kedua adalah pembentukan isomer fruktosa
6-fosfat dari glukosa 6-fosfat. Reaksi ini dikatalisis oleh fosfoglukoisomerase.

3. Fosforilasi kedua. Reaksi fosforilasi fruktosa-6-fosfat menjadi fruktosa-1,6-bisfosfat


oleh enzim fosfofruktokinase. Reaksi ini berjalan spontan dan merupakan rate
limiting step pada proses glikolisis. Pada reaksi ini dibutuhkan 1 mol ATP dan
diregulasi secara ketat. Fosfofruktokinase dapat dihambat oleh ATP.

4. Reaksi pemutusan menjadi 2 triosafosfat. Reaksi ini dikatalisis oleh enzim aldolase
dan terjadi pemutusan aldol yang merupakan kebalikan dari reaksi kondensasi aldol
membentuk membentuk 2 molekul gliseraldehid 3-fosfat yang selanjutnya
mengalami isomerisasi membentuk dihidroksiasetonfosfat. Reaksi isomerisasi ini
dikatalisis oleh enzim triosefosfat isomerase.

5. Isomerisasi triosafosfat
Hanya gliseraldehid-3-fosfat yang akan diteruskan dalam proses glikolisis
sehingga dengan adanya reaksi isoerisasi ini memungkinkan proses glikolisis berjalan
sempurna. Pada akhir tahap I glikolisis ini menghasilkan 2 molekul gliseraldehid-3-
fosfat dan membutuhkan 2 molekul ATP untuk setiap 1 molekul glukosa.

Tahap II

1. Oksidasi gliseraldehid-3-fosfat
Reaksi ini dikatalisis oleh enzim gliseraldehid-3-fosfat dehidrogenase dengan NAD+
sebagai koenzimnya.

glyceraldehyde-3-P + NAD+ + Pi 1,3-bisphosphoglycerate + NADH + H+

Reaksi oksidasi ini terjadi addisi gugus fosfat dan menghasilkan NADH. Pada tahap
ini terbentuk pertama kali senyawa yang mengandung energi tinggi.
NAD+: Nukotinamid Adenin dinuklotida, bentuk teroksidasi
NADH: Nukotinamid Adenin dinuklotida, bentuk tereduksi

7. Transfer fosfat untuk membentuk ATP

Senyawa 1,3 bisfosfogliserat merupakan senyawa berenergi tinggi yang selanjutnya


gugus fosfat tersebut ditransfer untuk membentuk ATP yang dikatalisis oleh enzim
fosfogliserat kinase dengan ko-faktor Mg2+. Enzi mini mirip dengan heksokinase
yang mengalami prubahan konformasi yang diinduksi oleh substrat. Reaksi ini
bersifat reversible.

1,3-bisphosphoglycerate + ADP  3-phosphoglycerate + ATP

2. Perpindahan posisi gugus fosfat

Pada tahap ini terjadi reaksi perpindahan gugus fosfat pada 3-fosfogliserat yang
berada pada posisi C-3 berpindah ke OH posisi C-2 yang dikatalisis oleh enzim
fosfogliserat mutase. Reaksi ini menghasilkan 2-fosfogliserat.

3-phosphoglycerate  2-phosphoglycerate

Pada katalisis ini residu histidin berperan penting pada transfer fosfat ion dengan
memberikan dan menerima gugus fosfta.
3. Pembentukan senyawa berenergi tinggi kedua.

Pembentukan senyawa ini dilakukan dengan dehidrasi yang dikatalisis oleh


enzim enolase yang memiliki ko-faktor Mg2+. Reaksi ini dapat dihambat oleh
fluorida.

2-phosphoglycerate  phosphoenolpyruvate + H2O

4. Pembentukan ATP akhir

Reaksi ini berjalan spontan dan terjadi transfer gugus fosfat dari fosfoenolpirufat ke
ADP membentuk ATP. Pelepasan fosfat ion menyebabkan terjadinya ikatan enol
yang tidak stabil sehingga akan terkonversi ke bentuk keto dan menjadi piruvat.
Reaksi ini dikatalisis oleh enzim piruvat kinase. Ensim ini memerlukan Mg+ sebagai
ko-faktor. Piruvat merupakan hasil akhir glikolisis.

phosphoenolpyruvate + ADP  pyruvate + ATP


Resume glikolisis tahap I dan tahap II (kali dua)
Kalkulasi net ATP untuk setiap mol glukosa:

Reaksi tahap I dibutuhkan 2 mol ATP


Reaksi tahap II masing-masing dihasilkan 2 ATP; jadi totalnya ada 4 ATP
Net produksi ATP = 4 – 2 = 2 mol

Reaksi total glikolisis (dengan mengabaikan H+):

glucose + 2 NAD+ + 2 ADP + 2 Pi  2 pyruvate + 2 NADH + 2 ATP

Pada organisme aerobik:

Piruvat yang dihasilkan oleh glikolisis ini akan dioksidasi menghasilkan CO2 pada
siklus Kreb (akan dibahas pada bab selanjutnya).

NADH yang dihasilkan oleh glikolisis dan siklus Kreb akan di-reoksidasi melalui
rantai oksidasi dan menghasilkan lebih banyak lagi ATP (akan dibahas pada bab
selanjutnya).

Pada organisme an-aerobik:

NADH akan di-reoksidasi melalui serangkaian reaksi, karena NAD+ diperlukan untuk
reaksi gliseraldehid-3-fosfat dehidrogenase.

Piruvat akan dikonversi menjadi beberapa jenis senyawa yang selanjutnya akan
diekskresikan.

Jalur lengkap, termasuk glikolisis dan re-oksidasi NADH disebut fermentasi.

Pada keadaan keadaan olahraga, piruvat akan direduksi menjadi laktat oleh enzim
laktat dehidrogenase dan NADH akan mengalami re-oksidasi menjadi NAD+.

Keadaan tersebut dapat terjadi bila metabolisme aerobik tidak dapat memenuhi
kebutuhan energi.

Laktat dapat diekskresikan atau masuk ke pembuluh darah dan dikonversi lagi
menjadi piruvat oleh Laktat dehidrogenase.
Laktat juga merupakan sumber energi yang signifikan bagi otak.

Beberapa organisme anaerobic melakukan metabolisme glukosa menghasilkan


etanol sebagai produk sampingnya.

Pada reaksi tersebut NADH akan dikonversi menjadi NAD+ oleh enzim Alkohol
dehidrogenase.

Perbandingan total reaksi:

Glycolysis, mengabaikan H+:

glucose + 2 NAD+ + 2 ADP + 2 Pi  2 pyruvate + 2 NADH + 2 ATP

Fermentation, from glucose to lactate (alcohol) :

glucose + 2 ADP + 2 Pi  2 lactate (alcohol) + 2 ATP

Katabolisme anaerobic dari glukosa hanya menghasilkan 2 mol ATP


Enzim yang mengkatalisis reaksi spontan pada glikolisis:
Heksokinase, fosfofruktokinase dan piruvat kinase

Enzim-enzim tersbut diregulasi:


Lokal kontrol: dihambat oleh produk reaksi
Global kontrol: hormon (dibicarakan pada kuliah biologi molecular semester 3)

Metabolisme glukosa di hati


Glukokinase merupakan enzim yang berperan dalam glikolisis di lever dan reaksinya
tidak dihambat oleh produknya, glukosa-6-fosfat. Enzim ini bekerja pada level
glukosa darah yang tinggi.

Glukosa-6-fosfat yang berlebihan di dalam hati akan dikonversi menjadi glukosa-1-


fosfat dan selanjutnya diubah menjadi glikogen.

Akan tetapi apabila kadar gula di dalam darah menurun, glukosa-6-fosfat akan
dikonversi menjadi glukosa dengan melepas fosfat ion dengan katalisator Glukosa-6-
fosfatase.

Kedua enzim tersebut hanya ditemukan di hati yang berguna untuk kontrol kadar gula
darah.
Glikolisis Aerobik Sebagian besar otot manusia menghasilkan laktat bila bekerja berat,
walaupun peredaran darahnya tidak terganggu dan penggunaan oksigen sangat besar. Sejauh
mana hal ini berlangsung tergantung pada keadaan enzim dan tenaga yang dihasilkan. Serat
otot merah yang mengandung banyak mitokondria membentuk sedikit sekali laktat sedang
serat otot putih yang mengandung sedikit mitokondria akan membentuk banyak laktat (Stryer
L.,1996). Serat putih menggunakan oksigen dan imbangan antara oksidasi dan glikolisis
tergantung pada tenaga yang dikeluarkan. Otot mempunyai nilai ambang anaerobik, yaitu
batas beban kerja, yang bila dilampaui akan mengaktbatkan peningkatan kadar laktat yang
tajam. Hasil ATP, dari gugusan glikogen yang merupakan hasil metabolisme glukosa untuk
memperoleh hasil akhir laktat, dimana ATP hanya terbentuk dari jalur Embden-Meyerhof.
Tidak ada ATP terbentuk pada penggunaan NADH untuk reduksi piruvat menjadi laktat:

Glukosa dalam glikogen + 3 (ADP + P1) + 2 NAD –––> 2 piruvat + 3 ATP + 2 NADH + 4
H' 2 piruvat + 2 NADH - 2 H ----------------------> 2 laktat + 2 NAD
––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––– Jumlah: glukosa
+ 3 (ADP – p1)-----------------> 2 laktat + 2 H + 3 ATP*

Ini sangat berbeda dengan jumlah ATP yang dihasilkan pada pembakaran lengkap glukosa :
Glukosa dalam glikogen +6 O2 --- -> 6 O2 t 36,5 - 38 ATP. *Persamaan ini tidak mengikut
sertakan stoikiometri pengambilan H selama pembentukkan ATP, yang sudah berimbang
dengan pembebasan H pada penggunaan ATP. Pemakaian ATP mendahului
pembentukkannya. Kadar ADP meningkat, mitokondria bekerja penuh tetapi belum dapat
memenuhi kebutuhan ATP, kadar ADP akan meningkat terus dan menigkatkan jalur Embden
Meyerhof sampai kecepatan pembentukkan dapat mengimbangi penggunaannya Peningkatan
tajam pembentukkan piruvat dan NADH adalah sebab dari peningkatan laktat. Bila berawal
dari 12 sampai 13 gugusan glikosa harus diubah menjadi laktat untuk menghasilkan jumlah
ATP yang sama dengan oksidasi satu gugusan glukosa menjadi CO2 dan H2 O (Stryer L.,
1996).

Asal batas ambang anaerobik

Piruvat terbentuk dalam jalur Embden Meyerhof baik pada pembentukkan laktat
maupun pada pembakaran lengkap:

Glikolisis 2 laktat 3 ATP Glukosa 2 piruvat 2 NADH 33,5 - 35 ATP 6 CO2

Untuk menghasilkan sejumlah ATP yang sama, lebih banyak piruvat harus dibentuk,
bila laktat merupakan hasil akhir dibandingkan bila piruvat dioksidasi menjadi CO2 dan H2
O. Hal ini merupakan sebab mengapa laktat meningkat dengan cepat setelah batas ambang
anaerobik tercapai (Murry,K., 2002).
Keuntungan glikolisis aerobik adalah besarnya energi yang dapat dihasilkan. Karena
pembentukkan piruvat 25 kali lebih cepat dari oksidasinya berarti pembentukan ATP dapat
dibuat 2 kali lebih cepat dengan mengubah glikogen menjadi laktat, daripada oksidasi
glikogen sccara lengkap: 25 x 3 = 75 ATP dibandingkan dengan 16,5 sampai 38 ATP selama
waktu yang sama. Kerugian glikolisis adalah penggunaan yang besar dari glikogen; untuk
sejumlah energi yang sama, proses glikolisis hanya dapat bertahan selama seperduabelasnya
daripada pambakaran sempurna sejumlah glikogen (Murray,K., 2002).

Glikogen merupakan penimbunan glukosa sebagai cadangan energi bila dibutuhkan


oleh tubuh, jumlah glikogen berbeda dalam berbagai jaringan dan bahkan dalam satu jaringan
pun jumlahnya dapat berbeda, tergantung pada penyediaan glukosa dan kebutuhan energinya.
Sebagian besar glikogen terdapat di hati dan otot (Murray,K., 2002).

Jumlah glikogen orang normal berkisar 400mM gugusan glikosil (65 gram berat
kering) per kilogram berat jaringan. Jumlah ini berkurang waktu puasa dan bertambah pada
diit tinggikarbohidrat. Otot mengandung 85 mM gugusan glikosil (14 gram) per kilogram
jaringan, yang tidak berubah banyak pada saat puasa dan diit tinggi-karbohidrat. Tetapi
jumlah menurun sampai 1 mM per kilogram jaringan atau bahkan lebih rendah, pada kerja
berat selama satu atau dua jam. Setelah penurunan ini, diit tinggi karbohidrat selama
beberapa hari dapat meningkatkan kadar glikogen 300 mM per kilogram(Murray,K., 2002).

Walaupun kadar glikogen hati lebih besar dari otot, jumlah glikogen seluruhnya lebih
banyak pada otot karena massa otot lebih banyak. Seseorang dengan bobot 70 kg mempunyai
otot sebanyak 28 kg, sedang hatinya adalah 1,6 kg. Dengan demikian, jumlah total yang ada
pada hati adalah 0,6 M dan pada otot 2,4 M. Jumlah total dalam tubuh, dalam semua jaringan,
akan menjadi sedikit di atas 3 M dan pada keadaan puasa semalam mendekati 3M.
Mekanisme terjadinya penimbunan glikogen (Gb 1.5), yaitu glikogen dibentuk dengan setiap
kali penambahan satu gugus glukosa pada molekul ini, untuk membentuk rantai amilosa yang
kemudian diatur kembali membentuk percabangan. Keseluruhan proses ini dapat dibagi
menjadi 3 tahapan ialah:

1. Perubahan glukosa 6-phospat menjadi uridin diphospat glukosa (UDP-glukosa).


2. Pemindahan satuan glikosil dari UDP-glukosa ke rantai glikogen. sehingga terjadi
perpanjangan rantai amilosadengan ikatan Į-1.4.
3. Terjadinya percabangan dengan memindahkan sebagian rantai ke gugus hidroksil G6 rantai
didekatnya. Pembentukan UDP-glukosa terjadi karena pemindahan dari glukosa 6-phospat
menjadi glukosa l-phospat (di sini glukosa terikat pada glikogcn melalui atom C1 ), reaksinya
reversibel dan dikatalisis oleh fosfoglukomutase, yang menggunakan glukosa l,6- bi phospat,
dalam kadar rendah sebagian senyawa-antara. Glukosa l-phospat selanjutnya bereaksi dengan
UTP membentuk UDPglukosa dan pirophospat anorganik (di sini UTP yang digunakan hasil
reaksi nukleotida disfosfokinase) (Murry,K., 2002).
Pembentukan UDP-glukosa terjadi karena pemindahan dari glukosa 6-phospat
menjadi glukosa l-phospat (di sini glukosa terikat pada glikogcn melalui atom C1 ), reaksinya
reversibel dan dikatalisis oleh fosfoglukomutase, yang menggunakan glukosa l,6- bi phospat,
dalam kadar rendah sebagian senyawa-antara. Glukosa l-phospat selanjutnya bereaksi dengan
UTP membentuk UDPglukosa dan pirophospat anorganik (di sini UTP yang digunakan hasil
reaksi nukleotida disfosfokinase) (Murry,K., 2002).
UDP-glukosa mengalihkan gugusan glikosilnya pada ujung percabangan glikogen,
yang dikatalisis oleh glukogen sintetase. Karena reaksi ini khusus untuk gugus hidroksil atom
1o4 ujung yang terdapat glikogen, maka terjadi pemanjangan rantai lo4, lihat kembali
(Gb.1.3). Karena sifat rantai tidak berubah pada pemanjangan ini, reaksi yang dikatalisis
enzim ini terjadi terus menerus, bila dibiarkan akibatnya membentuk rantai amilosa 1o ^4
yang sangat panjang. Tetapi, dalam sel penimbun glikogen terdapat pula enzim glikosil -4 : 6-
transferase (enzim percabangan), yang memindahkan sebagian rantai amilosa ke gugus
hidroksil C6 pada rantai yang berdekatan (Murray,K., 2002).
Enzim ini memindahkan tujuh satuan glukosa yang terdapat pada ujung rantai yang
mengandung sekurang-kurangnya 11 satuan glukosa, ke cabang di dekatnya pada glukosa
yang terletak sekurang-kurangnya empat satuan glukosa dari percabangan yang terdekat
(umunnya yang dipindahkan 7, tetapi tidak mutlak). Rantai cabang yang baru terbentuk
dengan demikian terdiri atas 7 satuan glukosa, sedangkan sisa cabang lama terdiri 4, namun
lebih lazim, sisa cabang tersebut terdiri antara enam sampai sembilan satuan. Energi bebas
standar pada ikatan 1-6 glikosidik 4.800 joules/mol lebih rendah daripada ikatan 1-4
ulikosidik, sehingga keseimbangan reaksi lebih menguntungkan percabangan (Murray,K.,
2002).

Anda mungkin juga menyukai