PENDAHULUAN
Kegawatdaruratan bisa terjadi dimana saja dan kapan saja. Sudah menjadi tugas dari
petugas kesehatan untuk menangani masalah tersebut. Walaupun begitu, tidak menutup
kemungkinan kondisi kegawatdaruratan dapat terjadi pada daerah yang sulit dijangkau oleh
petugas kesehatan. Peran serta masyarakat untuk membantu korban sebelum ditemukan oleh
situasi serius dan kadang kala berbahaya yang terjadi secara tiba – tiba dan tidak terduga serta
membutuhkan tindakan segera guna menyelamatkan jiwa atau nyawa (Ayu, 2018).
Kejadian kecelakaan biasanya terjadi sangat cepat dan tiba – tiba sehingga sulit
diprediksi kapan dan dimana terjadi. Kejadian kecelakaan dapat terjadi karena kebakaran,
tertusuk benda tajam, karena bencana alam, dan kecelakaan lalu lintas. Kecelakaan lalu lintas
adalah suatu peristiwa di jalan yang tidak diduga dan tidak disengaja melibatkan kendaraan
dengan atau tanpa pengguna jalan lain yang mengakibatkan korban manusia dan/atau
Kecelakaan lalu lintas bisa berupa kecelakaan tunggal (single) atau tabrakan yang bisa
disebabkan oleh 2 pihak (double), triple atau multiple. Berbagai bentuk kecelakaan lalu lintas
ini dapat mengakibatkan berbagai cedera sampai kematian, seperti cedera kepala, patah
tulang, pecah limpa, dan bentuk perlukaan atau cedera lainnya (Cho, 2015). Kecelakaan
merupakan suatu kejadian yang tidak terjadi secara kebetulan melainkan disertai suatu
penyebab yang dapat dicari tahu guna melakukan tindakan pencegahan. Dampak yang
ditimbulkan dari ringan sampai berat baik berupa materi maupun non materi (Sumakmur,
2009). Sedangkan lalu lintas merupakan pergerakan kendaraan dan orang di ruang lalu lintas
Kecelakaan lalu lintas menjadi salah satu masalah kesehatan masyarakat untuk penyakit
tidak menular. Cedera lalu lintas jalan raya merupakan penyebab utama beban kesehatan
secara global dan diproyeksikan akan menjadi penyebab kematian nomor lima pada tahun
2030.
Global Status Report on Road Safety (WHO, 2015), menyatakan kecelakaan lalu lintas
dinilai menjadi pembunuh terbesar ketiga, di bawah penyakit jantung koroner dan
tuberkulosis, sebanyak 67% korban kecelakaan lalu lintas berada pada usia produktif, pada
usia 22 – 50 tahun. Terdapat sekitar 400.000 korban di bawah usia 25 tahun yang meninggal
di jalan raya dengan rata – rata angka kematian 1.000 anak – anak dan remaja setiap harinya.
Kecelakaan lalu lintas juga menjadi penyebab utama kematian anak – anak di dunia, dengan
rentang 10 – 24 tahun. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik Republik Indonesia (BPS RI,
2019), menyatakan angka kecelakaan lalu lintas pada tahun 2017 sebanyak 103.228 kejadian
dengan korban meninggal 30.568, luka berat 14.395, luka ringan 119.945 korban. Dari data
tersebut dapat disimpulkan bahwa kecelakaan lalu lintas di dunia maupun di Indonesia
menjadi salah satu faktor kematian seseorang yang relatif cukup tinggi.
Berdasarkan data Direktorat Lalu Lintas Polda Bali 2018, menyatakan pada semester I
terhitung dari bulan Januari – Juni 2018 terdapat 1.096 kasus kecelakaan lalu lintas, dengan
korban meninggal dunia sebanyak 242 jiwa, luka berat sebanyak 101, sedangkan luka ringan
1.521. Pada semester II terhitung dari bulan Juli – Desember 2018 terjadi peningkatan kasus
kecelakaan lalu lintas yaitu sebanyak 1.728 kasus, dengan korban meninggal sebanyak 280
jiwa, luka berat 162, sedangkan luka ringan 2248. Dari seluruh Kabupaten di Bali, daerah
dengan urutan pertama terjadi kasus kecelakaan lalu lintas yaitu daerah Denpasar dengan
total 537 kasus, korban meninggal dunia sebanyak 123 jiwa, dengan kerugian materiil Rp.
1,801,250.000.
buruk atau berujung pada kematian jika tidak ditangani dengan cepat (Frame, 2010).
Keberhasilan pertolongan penderita yang mengalami kondisi gawat darurat tidak hanya
ditentukan oleh kualitas dari pelayanan gawat darurat di rumah sakit namun juga keberhasilan
Salah satu upaya dalam meningkatkan harapan hidup korban kecelakaan adalah
pertolongan pertama. Pertolongan pertama adalah suatu perawatan yang diberikan sementara
menunggu bantuan datang atau sebelum dibawa kerumah sakit atau Puskesmas (Sumardino
& Widodo, 2014). Pertolongan pertama sangat penting perannya jika berada dalam keadaan
yang tidak diharapkan seperti kecelakaan. Masyarakat sudah banyak yang mengetahui
pentingnya pertolongan pertama namun tidak sampai pada tahap mempelajari. Selain itu
masyarakat beranggapakan bahwa pertolongan pertama berguna ketika situasi gawat darurat
yang mungkin tidak akan mereka alami. Perlu dipahami bahwa pertolongan pertama yang
diberikan ketika kecelakaan merupakan bantuan yang sangat mendesak dan sangat
dibutuhkan. Mendesak karena pada saat itu para medis tidak langsung mendatangi korban.
Meskipun demikian, tanpa didasari dengan pengetahuan yang benar tentang pertolongan
pertama, masyarakat seringkali menjadi panik dan tidak tahu harus berbuat apa ketika
menghadapi kondisi darurat tersebut. Sehingga, karena salah penanganan dari awal itulah
Pertolongan pertama yang dimaksud adalah Bantuan Hidup Dasar (BHD). BHD
adalah usaha yang dilakukan untuk mempertahankan kehidupan pada saat korban mengalami
membantu pernafasan dan mempertahankan sirkulasi darah tanpa menggunakan alat bantu.
Bantuan hidup dasar biasanya diberikan oleh orang – orang di sekitar korban yang
diantaranya akan menghubungi petugas kesehatan terdekat. Pertolongan ini diberikan secara
cepat dan tepat, sebab penanganan yang salah dapat berakibat buruk, cacat bahkan kematian
pada korban kecelakaan (PUSBANKES 188 DIY. 2014). Bantuan hidup dasar ditunjukan
untuk memberikan perawatan darurat bagi para korban, sebelum pertolongan yang lebih
mantap dapat diberikan oleh dokter atau petugas kesehatan lainnya (Sudiatmoko, A, 2011).
Keterampilan Bantuan Hidup Dasar (BHD) dapat diajarkan kepada siapa saja (Frame, 2010).
Sekaa Truna Truni adalah kumpulan atau wadah organisasi sosial pengembangan
generasi muda yang tumbuh dan berkembang atas dasar kesadaran dan tanggung jawab sosial
dari masyarakat terutama generasi muda di wilayah banjar, desa atau kelurahan yang
pelatihan merupakan cara yang tepat untuk meningkatkan keterampilan dan motivasi dalam
seabagai implikasi dari aktivitas. Keterampilan dapat menunjukkan pada aksi khusus yang
ditampilkan atau pada sifat dimana keterampilan itu dilaksanakan. Banyak kegiatan dianggap
sebagai suatu keterampilan, terdiri dari beberapa keterampilan dan derajat penguasaan yang
Pelatihan membantu menyiapkan diri dalam menghadapi situasi yang nyata sehingga
peserta pelatihan lebih mengetahui apa yang harus dilakukan jika menghadapi situasi yang
serupa (Hudson, 2011). Pelatihan memberikan 6 kesempatan untuk praktek klinis terkontrol
tanpa menempatkan pasien atau orang lain berisiko. Pelatih dapat memberikan umpan balik
pada peserta pelatihan yang memungkinkan untuk mengevaluasi kinerja mereka secara rinci
(Kneebone, 2005). Pelatihan BHD memberikan efek yang positif terhadap peserta pelatihan,
terdapat peningkatan keterampilan, motivasi dan kepercayaan diri dalam melakukan BHD
Berdasarkan urian diatas peneliti tertarik untuk meneliti tentang “Pengaruh Pelatihan
Bantuan Hidup Dasar (BHD) di Sekaa Truna Truni (STT) terhadap Keterampilan
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Adakah Pengaruh Pelatihan Bantuan
Hidup Dasar (BHD) di Sekaa Truna Truni (STT) terhadap Keterampilan Memberikan
Untuk mengetahui pengaruh pelatihan bantuan hidup dasar (BHD) di sekaa truna truni
(STT) terhadap keterampilan memberikan pertolongan pertama pada kecelakaan lalu lintas.
Dasar (BHD).
(BHD).
3. Menganalisis pengaruh sebelum dan sesudah pelatihan bantuan hidup dasar (BHD)
pada sekaa truna truni (STT) terhadap keterampilan memberikan pertolongan pertama
Menambah studi pustaka dan bahan acuan ilmu keperawatan terutama mengenai
pengaruh pelatihan bantuan hidup dasar (BHD) pada sekaa truna truni (STT) terhadap
Sebagai bahan masukan kepada pemerintah kota untuk melakukan evaluasi dan
lalu lintas.
Sebagai bahan masukan kepada sekaa truna truni (STT) untuk memahami tentang
dasar (BHD) pada sekaa truna truni (STT) terhadap keterampilan memberikan
adalah :
1.5.1 Penelitian yang dilakukan Thoyyibah (2014) melakukan penelitian tentang pengaruh
pelatihan bantuan hidup dasar pada remaja terhadap tingkat motivasi menolong
dengan prepost test control group design. Populasi yang digunakan dalam penelitian
teknik purposive sampling, sehingga sampel yang digunakan dalam penelitian tersebut
adalah 24 siswa SMA. Hasil penelitian tersebut adalah tingkat motivasi tinggi
berkurang dari 52,6% menjadi 47,4% dan tingkat motivasi sedang bertambah dari
p value = 0,395. Berdasarkan uji kolerasi yang dilakukan diperoleh hasil bahwa tidak
terdapat pengaruh pelatihan bantuan hidup dasar pada remaja terhadap tingkat
motivasi menolong korban henti jantung. Perbedaan dengan penelitian ini terletak
pada judul, tempat, waktu dan variabel yang akan diteliti. Peneliti ingin mengetahui
pengaruh sebelum dan sesudah diberikan peltihan bantuan hidup dasar (BHD) pada
1.5.2 Penelitian yang dilakukan Pamaya Emilia Lumangkun (2014) dengan judul :
Hidup Dasar (BHD) di Direktorat Lalu Lintas Polda Sulawesi Utara. Desain
penelitian ini adalah deskriptif korelatif dengan pendekatan cross sectional. Sampel
penelitian menggunakan total sampling dengan jumlah sampel 39 orang. Data yang
Program For Social Science) menggunakan uji chi-square pada tingkat kemaknaan
95% (α ≤ 0.05). Hasil penelitian ini menunjukkan tidak terdapat hubungan yang
dengan penelitian ini adalah judul, waktu, tempat dan variabel yang akan diteliti, jika
Pamaya Emilia (2014) meneliti hubungan karakteristik polisi lalu lintas dengan
tingkat pengetahuan bantuan hidup dasar di Direktorat lalu lintas Polda Sulawesi
hidup dasar (BHD) pada sekaa truna truni (STT) terhadap keterampilan memberikan
Cho. 2015. Hand Book P3K: Pertlongan Pertama pada Kecelakaan. Yogyakarta: Pustaka
Cerdas
Lumangkun, P., dkk, 2014, Hubungan Karakteristik Polisi Lalu Lintas dengan Tingkat
Sudiatmoko, A. 2011. Tindakan Awal Sebelum Medis. Cetakan I. Yogyakarta: Rona Pancaran
Ilmu
Turambi, D., dkk (2016) Pengaruh Pelatihan Bantuan Hidup Dasar (BHD) Terhadap
Peningkatan Pengetahuan dan Keterampilan Siswa Kelas XI dan XII SMA Negeri 2
http://jurnal.unsrittomohon.ac.id/index.php/jurnalprint/article/view/222, (Accessed: 6
January 2018).
World Health Organization. 2015. Global Status Report on Road Safety. Available:
www.bin.go.id