2.Tinjauan Sosiologis
Dalam pengamatan sosiologis berkembangnya
masyarakat tidak berdasarkan pada faktor
waktu saja tetapi dalam bentuk tata
kemasyarakatan pada waktu itu
sumber hukum tidak hanya Sruti dan
Smerti tetapi juga Sila, Acara dan
Atmanastuti, secara sosiologis dharma
bukan hanya masalah hukum tetapi juga
masalah kebiasaan dan moral.
Penerapan dharma didasarkan atas
asas Samaya (waktu), Desa (tempat),
Acara (kebiasaan), Kula (keluarga),
warna (golongan) dan Samanya (sifat
umum)
berdasarkan faktor itulah penerapan
hukum Hindu selalu mempertimbangkan
kenyataan-kenyataan yang ditemukan
pada sewaktu-waktu, tempat dan keadaan
Sebagai contoh himsa karma/membunuh
adalah perbuatan yang dilarang dan harus
dilakukan ketika situasi perang
3. Tinjauan filsafat
manusia diarahkan untuk cerdas secara
intelek dan mengarahkan pada pemahaman
inti dari tujuan keagamaan yang harus
dilaksanakan dengan metoda berlandaskan
dharma, diusahakan melalaui pengetahuan
(jnana), keyakinan (sradha), pengendalian
diri dan penyucian
4.Tinjauan formil
Sumber hukum dalam arti formil
merupakan sumber hukum berdasarkan
bentuk yang dapat menimbulkan hukum
positif yang dibuat oleh lembaga yang
berwenang, sumber hukum yang dalam
arti formil yaitu Undang-undang
asas hukum hindu?
adalah Sruti, Smerti, Sila, Acara dan
Atmanastuti. Sruti merupakan sumber/asal
dari segala aturan, smerti adalah penafsiran
otentik atas sruti sila merupakan tingkah
laku orang beradab
sedangkan acara adalah adat istiadat
yang hidup dalam masyarakat/hukum
positif, atmanastuti rasa puas diri dan
Weda mengadakan majelis untuk
mewujudkan rasa puas diri yang terdiri
dari para ahli
kitab hukum Hindu yang murni sebagai sumber
hukum Hindu Dharmasatra yang dalam
pemberlakuanya menurut beberapa jaman,
1.Manawa Dharmasastra karya Rsi Manu untuk
jaman kerta yuga,
2.Gautama Dharmasastra karya Rsi Gautama
untuk jaman Treta yuga,
3.Samkhalikhita Dharmasatra karya Rsi
Samkhalikhita untuk jaman dwapara yuga
4.Parasara Dharmasastra karya Rsi Parasara
untuk jaman Kaliyuga.
kitab Usana, Kutara manawa,
Sarasamuscaya, agama, adigama,
purwadigama dan berbagai jenis kitab
sasana dan Rajasasana merupakan
bentuk adaptasi dari kitab hukum
dharmasastra
Weda adalah Apuruseyam artinya bahwa
Weda adalah wahyu bukan buatan
manusia, sebagai sumber seluruh kebijakan
hukum.
“ sruti wedo wijneo dharmasastram tu wai
smrtih, te sarwartheswamima myse
tabhyam dharmoni nirbhabhu”
Artinya
Weda adalah Sruti dan Smerti juga
Dharmasastra keduanya tidak boleh
diragukan sebagai sumber dharma/hukum
Manawa Dharmasastra (compedium
hukum Hindu)
Dharmasatra dinyatakan sebagai kitab
undang-undang dimana memuat banyak
aturan dan sanksi, dalam Dharmasastra
terdapat serangkaian materi hukum yang
dijadika pedoman bagi masyarakat Hindu
dalam rangka mencapai tujuan hidup
(purusartha).
Manawadharmasastra tersusun secara
sistematik dan teratur dari bab ke bab yang
secara garis besar terbagi menjadi duabelas
bab/adyaya.Wyawaharapada, memembahas
pokok-pokok hukum pidana dan perdata.
Riandana (ketentuan dalam membayar
hutang), Niksepa (deposito dan perjanjian),
Aswamiwikraya (penjualan barang tak
bertuan), Sambhuya-samuthana (perikatan),
Dattasyanapakarma (ketentuan tentang ibah
dan pemberian), Wetanadana ( hukum tidak
membayar upah), Samwidwyatikarma (hukum
tidak melakukan tugas yang sudah dijanjikan),
Krayawikrayanusaya (pelaksanaan jual-beli),
Swamipalawiwada (perselisihan buruh-
majikan), Simawiwada (perselisihan
perbatasan), Waparusya (penghinaan),
Dandaparusya (penyerangan dan kekerasan),
Steya (tentang pencurian), Sahasa
(kekerasan), Stripudharma (kewajiban
seorang istri), Wibhaga (pembagian
waris),Dyutasamahwya (hukum perjudian dan
pertaruhan).
Pokok-pokok pemikiran dalam kronologi
Hukum Hindu
Bila terjadi perselisihan hukum pada
bidang pidana atau perdata dalam
Dharmasastra penanganya ada pada
raja sebagai yudikatif, yang dalam
pelaksanaanya bisa mengangkat
Brahmana sebagai hakim dalam
peradilan.
Dharma negara dan dharma agama
Dharma Negara adalah pelaksanaan
memenuhi kewajiban sebagai warga
negara berupa ketaatan terhadap aturan-
aturan yang diterapkan oleh negara
terhadap warganya
Dharma Agama adalah pelaksanaan
kewajiban dalam kaitanya kehidupan
beragama ketaatan dalam melaksanakan
ajaran agama mewujudkan prilaku yang
berlandaskan pada kesadaran mora