Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN PENDAHULUAN DAN STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN

KEPERAWATAN

RISIKO BUNUH DIRI

I. Pengertian
Bunuh diri adalah suatu keadaan dimana individu mengalami risiko untuk menyakiti diri
sendiri atau melakukan tindakan yang dapat mengancam nyawa. Bunuh diri merupakan
tindakan yang secara sadar dilakukan oleh pasien untuk mengakhiri kehidupannya. Bunuh
diri merupakan perilaku desktruktif diri yang mencakup setiap bentuk aktivitas bunuh diri,
niatnya adalah kematian dan individu menyadari hal ini sebagai sesuatu yang diinginkan
(Stuart, 2012).
II. Rentang Respon
Rentang Respon Protektif Diri

Respon adaptif Respon maladaptive

peningkatan diri berisiko destruktif desktruktif diri pencederaan diri bunuh diri
tidak langsung
sumber: Keliat (2016)

II.1 Peningkatan diri


Seseorang dapat meningkatkan proteksi diri secara wajar terhadap situasional yang
membutuhkan pertahanan diri. Sebagai contoh seseorang memperhatikan diri dari
pendapatnya yang berbeda mengenai loyalitas terhadap pimpinan ditempat kerjanya
II.2 Berisiko dekstruktif
Seseorang memiliki kecenderungan atau berisiko mengalami perilaku dekstruktif
atau menyalahkan diri sendiri terhadap situasi yang seharusnya dapat
mempertahankan diri, seperti seseorang patah semangat bekerja ketika dirinya
dianggap tidak loyal terhadap pimpinan padahal sudah melakukan pekerjaan secara
optimal.
II.3 Dekstruktif tidak langsung
Seseorang telah mengambil sikap yang kurang tepat (maladaptif) terhadap situasi
yang membutuhkan dirinya untuk mempertahankan diri. Misalnya karena pandangan
pimpinan terhadap kerjanya yang tidak loyal, maka seorang karyawan menjadi tidak
masuk kantor atau bekerja seenaknya dan tidak optimal.
II.4 Pencederaan diri
Seseorang melakukan percobaan bunuh diri atau pencederaan diri akibat hilangnya
harapan terhadap situasi yang ada.
II.5 Bunuh diri
Seseorang telah melakukan kegiatan bunuh diri sampai dengan nyawanya hilang.

III. Faktor Predisposisi


III.1 Diagnosis Psikiatrik
Lebih dari 90% orang dewasa yang mengakhiri hidupnya dengan cara bunuh diri
mempunyai riwayat gangguan jiwa. Tiga gangguan jiwa yang dapat membuat
individu berisiko untuk melakukan tindakan bunuh diri adalah gangguan afektif,
penyalahgunaan zat, dan skizofrenia.
III.2 Sifat Kepribadian
Tiga tipe kepribadian yang erat hubungannya dengan besarnya risiko bunuh diri
adalah antipati, impulsif, dan depresi.
III.3 Lingkungan
Diantaranya adalah kehilangan, kehilangan dukungan sosial, kejadian negatif dalam
hidup, penyakit kronis, perpisahan, atau perceraian.
III.4 Riwayat Keluarga
Merupakan faktor penting penyebab seseorang melakukan tindakan bunuh diri.
III.5 Faktor Biokimia
Pada klien dengan risiko bunuh diri terjadi peningkatan zat-zat kimia yang terdapat
didalm otak seperti serotonin, adrenalin, dan dopamine. Peningkatan zat tersebut
dapat dilihat melalui rekaman gelombang otak Elektro Encephalo Graph.

IV. Faktor Presipitasi


Menurut Stuart (2012) faktor pencetus seseorang melakukan percobaan bunuh diri yaitu:
IV.1 Perasaan terisolasi dapat terjadi karena kehilangan hubungan interpersonal/gagal
melakukan hubungan.
IV.2 Kegagalan beradaptasi sehingga tidak dapat menghadapi stres.
IV.3 Perasaan marah/bermusuhan, bunuh diri dapat merupakan hukuman pada diri sendiri.
IV.4 Cara untuk mengakhiri keputusasaan.
IV.5 Tangisan untuk minta bantuan
IV.6 Sebuah tindakan untuk menyelamatkan muka dan mencari kehidupan yang lebih baik

V. Manifestasi Klinis/Tanda Gejala


V.1 Mempunyai ide untuk bunuh diri
V.2 Mengungkapkan keinginan untuk mati
V.3 Mengungkapkan rasa bersalah dan keputusasaan
V.4 Impulsif
V.5 Menunjukkan perilaku yang mecurigakan
V.6 Memiliki riwayat percobaan bunuh diri
V.7 Status emosional (harapan, penolakan, cemas meningkat, panik, marah, dan
mengasingkan diri)
V.8 Pengangguran
V.9 Umur 15-19 tahun
V.10 Pekerjaan
V.11 Korban RPK sejak kecil

Pohon Masalah

Effect Bunuh diri

Core Problem Risiko bunuh diri

Causa Isolasi sosial

Harga diri rendah kronis

VI. Proses Keperawatan


VI.1 Pengkajian
1) Identitas klien
Nama, usia, jenis kelamin, alamat, suku/bangsa, status pernikahan, agama,
pekerjaan, diagnose medik, nomer RM, tanggal masuk, serta penanggung
jawab.
2) Keluhan utama
Menanyakan pada keluarga / klien hal yang menyebabkan klien dan keluarga
datang ke Rumah Sakit, yang telah dilakukan keluarga untuk mengatasi
masalah dan perkembangan yang akan dicapai.
3) Faktor Prepitasi dan Predisposisi
Menanyakan pada klien / keluarga, apakah klien pernah mengalami gangguan
jiwa pada masa lalu, pernah melakukan, mengalami, penganiayaan fisik,
seksual, penolakan dari lingkungan, kekerasan dalam keluarga dan tindakan
kriminal.
Dapat dilakukan pengkajian pada keluarga faktor yang mungkin
mengakibatkan terjadinya gangguan :
a. Psikologis
Keluarga, pengasuh dan lingkungan klien sangat mempengaruhi respon
psikologis dari klien.
b. Biologis
Gangguan perkembangan dan fungsi otak atau SSP, pertumbuhan dan
perkembangan individu pada prenatal, neonatus dan anak-anak.

c. Sosial budaya
Seperti kemiskinan, konflik sosial budaya (peperangan, kerusuhan,
kerawanan), kehidupan yang terisolasi serta stress yang menumpuk.
d. Aspek fisik/biologis
Hasil pengukuran tada vital (TD, Nadi, suhu, Pernapasan , TB, BB) dan
keluhan fisik yang dialami oleh klien.
e. Aspek psikososial
 Membuat genogram yang memuat paling sedikit tiga generasi yang dapat
menggambarkan hubungan klien dan keluarga, masalah yang terkait
dengan komunikasi, pengambilan keputusan dan pola asuh.
 Konsep diri
 Citra tubuh: mengenai persepsi klien terhadap tubuhnya, bagian yang
disukai dan tidak disukai
 Identitas diri: status dan posisi klien sebelum dirawat, kepuasan klien
terhadap status dan posisinya dan kepuasan klien sebagai laki-laki /
perempuan.
 Peran: tugas yang diemban dalam keluarga / kelompok dan
masyarakat dan kemampuan klien dalam melaksanakan tugas tersebut.
 Ideal diri: harapan terhadap tubuh, posisi, status, tugas, lingkungan
dan penyakitnya.
 Harga diri: hubungan klien dengan orang lain, penilaian dan
penghargaan orang lain terhadap dirinya, biasanya terjadi
pengungkapan kekecewaan terhadap dirinya sebagai wujud harga diri
rendah.
 Hubungan sosial dengan orang lain yang terdekat dalam kehidupan,
kelompok yang diikuti dalam masyarakat.
 Spiritual, mengenai nilai dan keyakinan dan kegiatan ibadah.
f. Status Mental
Nilai penampilan klien rapi atau tidak, amati pembicaraan klien, aktivitas
motorik klien (sedih, takut, khawatir), afek klien, interaksi selama
wawancara, persepsi klien, proses pikir, isi pikir, tingkat kesadaran, memori,
tingkat konsentrasi dan berhitung
g. Kebutuhan persiapan pulang
 Klien mampu menyiapkan dan membersihkan alat makan
 Klien mampu BAB dan BAK, menggunakan dan membersihkan WC,
membersikan dan merapikan pakaian.
 Pada observasi mandi dan cara berpakaian klien terlihat rapi
 Klien dapat melakukan istirahat dan tidur , dapat beraktivitas didalam
dan diluar rumah
 Klien dapat menjalankan program pengobatan dengan benar.
h. Mekanisme koping
Klien apabila mendapat masalah takut atau tidak mau menceritakannya pada
orang orang lain (lebih sering menggunakan koping menarik diri)
i. Masalah psikososial dan lingkungan
Masalah berkenaan dengan ekonomi, dukungan kelompok, lingkungan,
pendidikan, pekerjaan, perumahan, dan pelayanan kesehatan.
j. Pengetahuan
Data didapatkan melalui wawancara dengan klien kemudian tiap bagian yang
dimiliki klien disimpulkan dalam masalah.
k. Aspek medik
Diagnosa medis yang telah dirumuskan dokter. Terapi yang diterima klien
bisa berupa terapi farmakologi, psikomotor, TAK, dan rehabilitasi

VI.2 Diagnosa Keperawatan


1. Resiko bunuh diri
2. Harga diri rendah kronis

VI.3 Rencana Tindakan Keperawatan


1) Ancaman/percobaan bunuh diri dengan diagnosis: risiko bunuh diri
Tindakan keperawatan klien yang mengancam atau mencoba bunuh diri
 Tujuan: klien tetap aman dan selamat
 Tindakan: melindungi klien
Perawat dapat melakukan hal berikut untuk melindungi klien yang mengancam
atau mencoba bunuh diri.
 Tetap menemani klien sampai dipindahkan ketempat yang lebih aman
 Menjauhkan semua benda yang berbahaya
 Memastikan klien benar-benar telah meminum obat
 Menjelaskan dengan lembut pada klien bahwa akan melindungi klien
sampai klien melupakan keinginan untuk bunuh diri
2) Isyarat bunuh diri dengan diagnosis: harga diri rendah kronis
Tindakan keperawatan untuk klien yang menunjukkan isyarat bunuh diri
Tujuan:
 Klien mendapat perlindungan dari lingkungannya
 Klien dapat mengungkapkan perasaannya
 Klien dapat meningkatkan harga dirinya
 Klien dapat menggunakan cara penyelesaian yang baik

Perawat dapat melakukan hal berikut untuk melindungi klien:


 Mendiskusikan cara mengatasi keinginan bunuh diri, yaitu dengan meminta
bantuan dari keluarga atau teman
 Berikan pujian bila klien dapat mengungkapkan perasaan yang positif
 Meyakinkan klien bahwa dirinya berarti untuk orang lain
 Mendiskusikan tentang keadaan yang sepatutnya disyukuri oleh klien
 Merencanakan aktivitas yang dapat klien lakukan

VII. Strategi Pelaksanaan


a. Fase Orientasi
1. Salam Terapeutik
”Selamat pagi A, kenalkan saya Rizky biasa di panggil Kiki saya mahasiswa
Keperawatan Universitas Muhammadiyah Banjarmasin yang bertugas di ruang
ini, saya dinas pagi dari jam 7 pagi – 2 siang .”Nama nya siapa? kalau boleh saya
tahu A senang dipanggil siapa? asalnya darimana?”
2. Evaluasi/ validasi
”Bagaimana perasaan A hari ini? ”
3. Kontrak
- Topik ” Bagaimana kalau kita bercakap – cakap tentang apa yang A rasakan
selama ini?
- Waktu “Berapa lama kita akan berbincang- bincang? Bagaimana kalau 15
menit?”
- Tempat “Bagaimana kalau ditempat ini? bagaimana A? bersediakah?”
b. Fase Kerja
”Bagaimana perasaan A setelah ini terjadi? Apakah dengan bencana ini A paling
merasa menderita di dunia ini? Apakah A pernah kehilangan kepercayaan diri?
Apakah A merasa tidak berharga atau bahkan lebih rendah dari pada orang lain?
Apakah A merasa bersalah atau mempersalahkan diri sendiri? Apakah A sering
mengalami kesulitan berkonsentrasi? Apakah A berniat unutuk menyakiti diri
sendiri? Ingin bunuh diri atau berharap A mati? Apakah A pernah mencoba bunuh
diri? Apa sebabnya, bagaimana caranya? Apa yang A rasakan?” ”Baiklah,
tampaknya A membutuhkan pertolongan segera karena ada keinginan untuk
mengakhiri hidup. Saya perlu memeriksa seluruh isi kamar A ini untuk memastikan
tidak ada benda – benda yang membahayakan A)” ”Karena A tampaknya masih
memiliki keinginan yang kuat untuk mengakhiri hidup A, saya tidak akan
membiarkan A sendiri” ”Apa yang A lakukan jika keinginan bunuh diri muncul?”
”Kalau keinginan itu muncul, maka akan mengatasinya A harus langsung minta
bantuan kepada perawat di ruangan ini dan juga keluarga atau teman yang sedang
besuk. Jadi A jangan sendirian ya, katakan kepada teman perawat, keluarga atau
teman jika ada dorongan untuk mengakhiri kehidupan.” ”Saya percaya A dapat
mengatasi masalah.”
c. Fase Terminasi
- Evaluasi
Subyektif ”Bagaimana perasaan A sekarang setelah mengetahui cara mengatasi
perasaan ingin bunuh diri?”
Objektif “Coba A sebutkan lagi cara tersebut!”
- Rencana Tindak Lanjut”
Saya akan menemani A terus sampai keinginan bunuh diri hilang.” (jangan
meninggalkan pasien).
- Kontrak pertemuan selanjutnya topic, waktu dan tempat Topik
“A, bagaimana kalau besok kita ngobrol lagi membahas tentang perasaan A secara
lanjut yaitu apakah A masih ada keinginan untuk bunuh diri…?” Waktu : “Kira-
kira waktuya kapan ya? Bagaimana kalau besok jam 09.30 WIB, bisa?” Tempat :
“Kira-kira tempat yang enak buat kita ngobrol besok dimana ya, apa masih disini
atau cari tempat lain? Sampai jumpa.”

DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, Lynda Juall (2001)Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 8. Jakarta : EGC.
Depkes. 2010.
Keliat. B.A. (2016) Standar Pedoman Perawatan Jiwa. Kaplan Sadoch. Sinopsis Psikiatri. Edisi
7. Jakarta : EGC
Keliat. B.A. (2016) Modul MPKP Jiwa UI . Jakarta : EGC Nurjanah, Intansari S.Kep. Proses
Keperawatan Jiwa. Jakarta : EGC
Nita Fitria. (2012) Prinsip Dasar Dan Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan Dan Strategi
Pelaksanaan Tindakan Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika
Perry, Potter. (2015)Pedoman Penanganan Pada Gangguan Jiwa. Yogyakarta : Momedia
Santosa, Budi. (2015) Buku Saku Keperawatan Jiwa edisi 3. Jakarta : EGC
Stuart, GW. (2012)Panduan Diagnosa Keperawatan Nanda, 2005 – 2006. Jakarta : Prima
Medika.
Rasmun S. Kep. (2014) M . Buku Ajar Fundamental Keperawatan. Jakarta : EGC
Tarwoto dan Wartonah. (2010) Buku Saku Keperawatan Jiwa. Edisi 5. Jakarta: EGC.
Townsend, Marry C. (2012) Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta.
Banjarmasin, 3 Oktober 2019

Preseptor Akademik, Preseptor Klinik

(………….….....…………..) (………………….………..)

Anda mungkin juga menyukai