Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Kesehatan Reproduksi
Dosen Pembimbing : Ibu Sri Mulyati, SST, M.Keb
Disusun Oleh:
Siti Munawaroh
P17324118045
Tingkat 2B
A. Pengertian SADARI
SADARI merupakan pemeriksaan pada payudara sendiri untuk menemukan
benjolan yang abnormal (Mulyani, 2013). Selain itu Romauli (2009) menyatakan bahwa
SADARI adalah usaha atau cara pemeriksaan pada payudara secara rutin dan sistematik
yang digunakan sebagai upaya untuk screening kanker payudara.
SADARI dilakukan dengan tujuan untuk mendeteksi sedini mungkin adanya
kanker payudara, sehingga bisa dilakukan pengobatan sedini mungkin dan untuk
menurunkan angka kematian akibat kanker payudara. Cara ini sangat efektif dan efisien
karena dengan melakukan SADARI secara rutin dapat menekan angka kematian sebesar
25–30%.
Keuntungan yang didapat dengan melakukan SADARI adalah dapat
meningkatkan harapan hidup penderita kanker payudara, karena dapat terdeteksi secara
dini serta metode ini dapat dilakukan dengan mudah, murah, dan sederhana. Pada
pemeriksaan payudara sendiri ini hamper 85% benjolan abnormal ditemukan oleh
penderita sendiri melalui pemeriksaan dengan langkah yang benar (Nisman,2011).
SADARI dapat dilakukan setiap satu minggu setelah haid, apabila telah berhenti
haid atau menopause maka SADARI dapat dilakukan setiap satu bulan sekali pada waktu
yang sama (Nisman, 2011).
SADARI harus dilakukan oleh setiap wanita dewasa,utamanya pada wanita usia
subur (WUS).Perilaku deteksi dini dengan SADARI dapat dilakukan dengan baik apabila
pengetahuan yang dimiliki baik. Pada penelitian Ekanita (2013) didapatkan bahwa
responden yang memiliki pengetahuan baik tentang SADARI lebih banyak yang
melakukan SADARI secara rutin, dan tidakada yang tidak pernah melakukan
SADARI.Sedangkan pada responden yang memiliki pengetahuan kurang sebagian besar
tidak pernah melakukan SADARI. Pamungkas (2015) menyatakan bahwa seseorang yang
memiliki pengetahuan baik cenderung akan memiliki perilaku SADARI yang baik pula.
Pemeriksaan ini dilakukan dengan menggunakan cermin dan dilakukan oleh
wanita yang berumur 20 tahun ke atas. Indikasi utama SADARI adalah untuk mendeteksi
terjadinya kanker payudara dengan mengamati payudara dari depan, sisi kiri dan sisi
kanan, apakah ada benjolah, perubahan warna kulit, puttting berisik dan pengeluaran
cairan atau nanah dan darah (Olfah dkk, 2013). American Cancer Society
merekomendasikan agar sejak usia 20 tahun, kaum wanita memeriksakan payudaranya
setiap tiga tahun sekali sampai usia 40 tahun. Sesudahnya pemeriksaan dapat dilakukan
sekali dalam setahun. Meskipun sebelum umur 20 tahun benjolan pada payudara bisa
dijumpai, tetapi potensi keganasannya sangat kecil (Setiati, 2009).
B. Tujuan SADARI
Tujuan SADARI Menurut Nisman (2011) tujuan SADARI sangat perlu dilakukan
dengan bertujuan mengurangi kejadian kanker payudara sebagai berikut :
1. SADARI hanya mendeteksi secara dini kanker payudara, bukan untuk mencegah
kanker payudara. Dengan adanya deteksi dini maka kanker payudara dapat
terdeteksi pada stadium awal sehingga pengobatan dini akan memperpanjang
harapan hidup penderita kanker payudara.
2. Menurunkan angka kematian penderita karena kanker yang ditemukan pada stadium
awal akan memberikan harapan hidup lebih lama.
Melakukan SADARI tidak terlalu sulit karna bisa dilakukan saat kegiatan sehari –
hari dan dilakukan setelah haid 7-10 hari bisa 1-2 kali hanya 10 menit. Langkah –
langkah dalam melakukan SADARI menurut Kementerian Kesehatan (2009), yaitu :
1. Perhatikan kedua payudara. Berdirilah di depan cermin dengan tangan di sisi tubuh
dan lihat apakah ada perubahan pada payudara. Lihat perubahan dalam hal ukuran,
bentuk atau warna kulit, atau jika ada kerutan, lekukan seperti lesung pipi pada kulit.
2. Perhatikan kembali kedua payudara sambil mengangkat tangan di atas kepala,
dilanjutkan dengan meletakkan kedua tangan dipinggang sambil menekan agar otot
dada berkontraksi. Bungkukan badan untuk melihat apakah kedua payudara
menggantung seimbang.
3. Tekan masing-masing putting dengan ibu jari dan jari telunjuk secara lembut untuk
melihat apakah ada cairan yang keluar.
4. Lakukan perabaan payudara. Pemeriksaan ini dapat dilakukan sambil berdiri atau
berbaring. Jika memeriksa payudara sambil berbaring,diletakkan sebuah bantal
dibawah pundak sisi payudara yang akan diperiksa.
5. Angkat lengan kiri ke atas kepala. Gunakan tangan kanan untuk menekan payudara
kiri dengan ketiga jari tengah (telunjuk, tengah dan manis). Mulailah dari daerah
putting susu dan gerakkan ketiga jari tersebut dengan gerakan memutar keluar di
seluruh permukaan payudara.
6. Rasakan apakah terdapat benjolan atau penebalan. Pastikan untuk memeriksa daerah
yang berada di antara payudara, dibawah lengan, dan dibawah tulang selangka.
7. Angkat lengan kanan ke atas kepala dan ulangi pemeriksaan untuk payudara sebelah
kanan dengan menggunakan tangan kiri. Pemeriksaan ini akan membantu untuk
mengetahui lebih awal apabila ada kelainan pada payudara yaitu dengan
menggunakan teknik yang sama setiap bulannya.
A. Pengertian SADANIS
Petugas harus peka terhadap perasaan dan kekhawatiran klien sebelum, selama
dan setelah melakukan pemeriksaan payudara. Perempuan tersebut mungkin malu atau
tidak ingin diperiksa karena dia harus memperlihatkan payudaranya. Petugas kesehatan
mungkin juga merasa kurang nyaman pada awalnya. Sikap yang tenang dan perhatian
dapat membantu kepercayaan klien. (Kemenkes, RI. 2015)
1. Cara memeriksa kedua payudara dan puting untuk melihat apakah ada perubahan
dalam bentuk dan ukuran, bintik-bintik pada kulit, dan keluarnya cairan dari putting.
2. Cara memeriksa kedua payudara dan ketiak apakah terdapat kista atau massa yang
menebal dan berisi cairan (tumor). (Kemenkes, RI. 2015)
a) INSPEKSI
1) Lihatlah bentuk dan ukuran payudara (Gambar 1). Perhatikan apakah ada
perbedaan bentuk, ukuran, puting atau kerutan atau lekukan pada kulit (Gambar
2). Walaupun beberapa perbedaan dalam ukuran payudara bersifat normal,
ketidakberaturan atau perbedaan ukuran dan bentuk dapat mengindikasikan
adanya massa. Pembengkakan, kehangatan, atau nyeri yang meningkat pada salah
satu atau kedua payudara dapat berarti adanya infeksi, khususnya jika si
perempuan tersebut sedang menyusui.
2) Lihat puting susu dan perhatikan ukuran dan bentuknya serta arah jatuhnya
(misalnya apakah kedua payudara menggantung secara seimbang?). Periksa
juga apakah terdapat ruam atau nyeri pada kulit dan apakah keluar cairan dari
puting.
3) Minta ibu/klien untuk mengangkat kedua tangan ke atas kepala (Gambar 3a)
kemudian menekan kedua tangan di pinggang untuk mengencangkan otot
dadanya (m.pectoral/otot pektoralis) (Gambar 3b). Pada setiap posisi, periksa
ukuran, bentuk dan simetri, lekukan puting atau kulit payudara dan lihat
apakah ada kelainan. (Kedua posisi tersebut juga dapat terlihat jeruk atau
lekukan pada kulit jika ada.) Kemudian minta klien untuk membungkukkan
badannya ke depan untuk melihat apakah kedua payudara tergantung secara
seimbang (Gambar 3c).
Gambar – 3 a, b dan c. Tampilan Payudara (kiri ke kanan): Lengan ke
Atas, Tangan di Pinggang, Membungkuk
b) PALPASI
1) Minta klien untuk berbaring di meja periksa.
2) Dengan meletakkan sebuah bantal di bawah punggung pada sisi yang akan
diperiksa akan membuat jaringan ikat payudara menyebar, sehingga dapat
membantu pemeriksaan payudara.
3) Letakkan kain bersih di atas perut ibu/klien
4) Letakkan lengan kiri ibu ke atas kepala. Perhatikan payudaranya untuk melihat
apakah tampak sama dengan payudara sebelah kanan dan apakah terdapat lipatan
atau lekukan.
5) Gunakan permukaan tiga jari tengah Anda (Gambar 4a), lakukan palpasi
payudara dengan menggunakan teknik spiral. Mulai pada sisi terluar payudara
(Gambar 4b). Tekan jaringan ikat payudara dengan kuat pada tulang rusuk
setelah selesai tiap satu putaran dan secara bertahap pindahkan jari-jari Anda
menuju areola. Lanjutkan sampai semua bagian selesai diperiksa. Perhatikan
apakah terdapat benjolan atau nyeri (tenderness).
6) Dengan menggunakan ibu jari dan jari telunjuk, tekan puting payudara dengan
lembut (Gambar 5). Lihat apakah keluar cairan: bening, keruh, atau berdarah.
Cairan keruh atau berdarah yang keluar dari puting harus ditulis dalam catatan
ibu/klien. Walaupun cairan keruh dari salah satu atau kedua payudara
dianggap normal sampai selama 1 tahun setelah melahirkan atau berhenti
menyusui, hal tersebut jarang disebabkan karena kanker, infeksi, tumor, atau
kista jinak.
Gambar 5 Memeriksa Cairan Puting (Payudara Kiri)
8) Jika ada keraguan tentang temuan (misalnya apakah terdapat benjolan) ulangi
langkah-langkah, ibu duduk dengan kedua lengan di sisi badannya.
11)Jelaskan temuan kelainan jika ada, dan hal yang perlu dilakukan. Jika
pemeriksaan sepenuhnya normal, katakana bahwa semua normal dan sehat
dan waktunya untuk kembali melakukan pemeriksaan (misalnya tiap tahun
atau jika ibu menemukan adanya perubahan pada pemeriksaan payudara
sendiri).Untuk memudahkan pemeriksaan, dapat menggunakan cairan pelicin
seperti minyak kelapa, baby oil atau lotion
12)Tunjukkan kepada ibu cara melakukan pemeriksaan payudara sendiri (lihat di
bawah).
13)Catat temuan.
Sumber :
Bustan, N.M., 2007. Epidemiologi Penyakit Tidak Menular. Cetakan 2. PT. Rineka Cipta,
Jakarta.
Ekanita P., Khosidah A., 2013. Hubungan Antara Pengetahuan Dan Sikap WUS. Terhadap
Perilaku Pemeriksaan Payudara Sendiri (Sadari). Jurnal Ilmiah.
Kemenkes, RI. 2015. Panduan Program Nasional Gerakan Pencegahan Dan Deteksi Dini
Kanker Leher Rahim Dan Kanker Payudara. Kemenkes RI.
Mulyani NS. 2013. Kanker Payudara dan PMS Pada Kehamilan. Yogyakarta: Nuha. Medika.
Nisman, W. A. 2011. Lima Menit Kenali Payudara Anda. Yogyakarta: CV. Andi. Offset.
Pamungkas, Kakung Satriya. 2015. Hubungan Antara Pengetahuan Ibu Tentang Kanker
Payudara Dengan Perilaku Sadari Pada Kader Posyandu Kecamatan Delanggu. Diss.
Universitas Muhammadiyah Surakarta.Surakarta
Setiati, E. 2009. Waspadai 4 Kanker Ganas Pembunuh Wanita. Yogyakarta: Andi Offset