Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH ETIKOLEGAL

Kasus Terkait Isue Etik Post Natal Care


Dosen Pengampu : Ibu Desi Hidayanti, SST, MPH

Disusun oleh :
Kelompok 3
Tingkat 1-B

Asyifa Utami Insan Kamila P17324118007

Citra Nur Pathonah P17324118043

Lubna Cahya Ayudya P17324118046

Salsabila Aufa Nuraini P17324118039

Siti Munawaroh P17324118045

POLTEKKES KEMENKES BANDUNG


JURUSAN KEBIDANAN BANDUNG
2019
BAB I

PELAKSANAAN KEGIATAN DISKUSI KELOMPOK

1.1 Materi/topik yang dibahas dalam CL

Materi yang akan dibahas dalam diskusi adalah Post Natal Care (PNC)

1.2 Waktu
Waktu pelaksanaan presentasi dilakukan pada hari... tanggal... 2019.

1.3 Dosen pembimbing sebagai fasilitator

Ibu Desi Hidayati SST.,MPH

1.4 Peserta yang mengikutidiskusi

Peserta yang mengikuti diskusi pada pertemuan kali ini berjumlah 29 orang yang
terdiri 1 orang sebagai moderator, 5 orang sebagai pemateri dan 23 orang sebagai
peserta.
1. Moderator :
2. Pemateri dari kelompok 3 :
a. Ketua :
b. Notulen :
c. Anggota :
3. Peserta
1) Aflah Raudhotul Zannah 13) Muthia Sani N
2) Agnia Oktavia 14) Nabila Hana Zalfa Salim
3) Alya Reinda Salma 15) Nanda Ayu Wulan
4) Annisa Aprilia 16) Nida Fatimah Zahra
5) Cindy Sobar Yulianti 17) Nurul Alya Desiana
6) Devi Apriyanti 18) Rani Widiana Putri
7) Gisna Rahmawati 19) Rozanah Fulki Amini
8) Hasnah Aribahanifah 20) Rukmini Rahayu
9) Ica Siti Hafifah 21) Selvy Dwi Wahyuni
10) Kardita Rida P. 22) Silfi
11) MelyanaYuniasari 23) Vivi Adriyani
12) MilaniaRaihanPutri S.
BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1 Latar Belakang


Menurut World Health Organization (WHO) penurunan AKI masih terlalu
lambat untuk mencapai tujuan target Milenium (millennium development goals
5/MDGs-5) dalam rangka mengurangi tiga per empat jumlah perempuan yang
meninggal akibat hamil, bersalin dan nifas pada tahun 2015. Salah satu tujuan
pembangunan millennium (MDGs) 2015 adalah perbaikan kesehatan maternal.
Kematian maternal dijadikan ukuran keberhasilan terhadap pencapaian target
MDGs-5, adalah penurunan 75% rasio kematian maternal.
Dinegara miskin, sekitar 25-50% kematian wanita usia subur disebabkan
oleh masalah yang berkaitan dengan kehamilan, persalinan dan nifas. WHO
memperkirakan diseluruh dunia setiap tahunnya lebih dari 585.000 meninggal saat
hamil atau bersalin.
AKI adalah banyaknya perempuan yang meninggal dari penyebab
kematian terkait dengan gangguan kehamilan atau penangananya (tidak termasuk
kecelakaan dan kasus insenditil) selama kehamilan, melahirkan dan dalam masa
nifas (42 hari setelah melahirkan).AKI diperhitungkan pula pada jangka waktu
enam minggu hingga setahun setelah persalinan.
Menurut Survey Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) Tahun 2012,
Angka Kematian Ibu (AKI) masih cukup tinggi, yaitu 359 per 100.000 kelahiran
hidup. Penyebab kematian ibu paling banyak terjadi 2 pada masa nifas, yaitu
karena perdarahan setelah persalinan 28%, eklamsia 24%, infeksi 11%, kurang
energi setelah persalinan 9%, abortus 5%, partus lama 5%, emboli 3% dan anemia
3% dan penyebab lain 22%.
Luka perineum didefinisikan sebagai adanya robekan pada jalan lahir
maupun karena episotomi pada saat melahirkan janin. Robekan perineum terjadi
pada hampir semua persalinan pertama dan tidak jarang juga terjadi pada
persalinan berikutnya. Perineum adalah merupakan bagian permukaan pintu
bawah panggul, yang terletak antara vulva dan anus. Perineumterdiri dari otot dan
fascia urogenitalis serta diafragma pelvis (Wiknjosastro, 2007). Di seluruh dunia
pada tahun 2009 terjadi 2,7 juta kasus robekan (ruptur) perineum pada ibu bersalin.
Angka ini diperkirakan mencapai 6,3 juta pada tahun 2020, seiring dengan bidan
yang tidak mengetahui asuhan kebidanan dengan baik dan kurang pengetahuan
ibu tentang perawatan mandiri ibu di rumah (Hilmi dalam Bascom, 2010). Di
Amerika dari 26 juta ibu bersalin, terdapat 40% mengalami rupturperineum
(Heimburger dalam Bascom, 2011). Di Asia masalah robekan perineum cukup
banyak dalam masyarakat, 50% dari kejadian robekan perineum di dunia terjadi di
Asia. Prevalensi ibu bersalin yang mengalami robekan perineum di Indonesia pada
golongan umur 25-30 tahun yaitu 24%, dan pada ibu umur 32-39 tahun sebesar
62% (Campion dalam Bascom, 2011).
Episiotomi rutin tidak boleh dilakukan karena dapat menyebabkan :
meningkatnya jumlah darah yang hilang dan risiko hematoma, sering meluas
menjadi laserasi derajat tiga atau empat dibandingkan dengan laserasi derajat tiga
atau empat yang terjadi tanpa episiotomi, meningkatnya nyeri pasca persalinan,
dan meningkatnya risiko infeksi. Paradigma pencegahan, episiotomi tidak lagi
dilakukan secara rutin karena dengan perasat khusus, penolong persalinan akan
mengatur ekspulsi kepala, bahu dan seluruh tubuh bayi untuk mencegah laserasi
atau hanya Universitas Sumatera Utara terjadi robekan minimal pada
perineum.Masalah ini didukung dengan SK 786/Menkes/SK/VII/1999, tentang
Pelaksanaan Asuhan Persalinan Normal (APN) (JNPK-KR, 2012). Episiotomi
dapat dilakukan atas indikasi/pertimbangan pada persalinan pervaginam pada
penyulit (sunsang, distosia bahu, ekstraksi cunam, vakum), penyembuhan ruptur
perineum tingkat III-IV yang kurang baik, gawat janin, dan perlindungan kepala
bayi prematur jika perineum ketat/kaku (Saifuddin, 2004).
2.2 Analisis

1. Nifas

a. Pengertian Masa Nifas


Masa nifas (puerperium) adalah masa yang dimulai setelah
kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti
keadaan sebelum hamil. Masa nifas berlangsung selama kira-kira 6
minggu.
Wanita yang melalui periode puerperium disebut puerpura.
Peuerperium (Nifas) berlangsung selama 6 minggu atau 42 hari,
merupakan waktu yang diperlukan untuk pulihnya alat kandungan pada
keadaan yang normal.
Masa setelah melahirkan selama 6 minggu atau 40 hari menurut
itungan awam merupakan masa nifas. Masa ini penting sekali untuk terus
di pantau. Nifas merupakan masa pembersihan rahim, sama halnya
dengan masa haid.
b. Tujuan Masa Nifas
Menurut Saleha, tujuan masa nifas antara lain :
1) Menjaga kesehatan ibu dan bayinya, baik fisik maupun psikologis.
2) Mendeteksi masalah, mengobati, dan merujuk bila terjadi komplikasi
pada ibu maupun bayinya.
3) Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan kesehatan
diri, nutrisi, KB, cara dan mafaat menyusui, serta perawatan bayi
sehari-hari.
4) Memberikan pelayanan KB.

c. Tahapan Masa Nifas

Menurut Ambarwati , nifas dibagi menjadi tiga tahapan yaitu :

1) Puerperium Dini yaitu kepulihan dimana ibu di perbolehkan berdiri dan


berjalan, serta menjalankan aktifitas layaknya wanita normal lainnya.
2) Puerperium intermediate yaitu suatu kepulihan menyeluruh alat-alat
genetalian yang lamanya sekitar 6-8 minggu.

3) Puerperium remote yaitu waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat
sempurna terutama apabila ibu selama hamil atau persalinan mempunyai
komplikasi.

d. Perubahan Masa Nifas

1) Uterus

Pada uterus terjadi proses involusi. Proses involusi adalah proses


kembalinya uterus ke dalam keadaan sebelum hamil setelah melahirkan.
Proses ini di mulai segera setelah plasenta 10 keluar akibat kontraksi otot-
otot polos uterus. Pada tahap ketiga persalinan, uterus berada di garis
tengah, kira-kira 2 cm dibawah umbilikus dengan bagian fundus bersandar
pada promontorium sakralis. Pada saat ini besar uterus kira-kira sama
beasr uterus sewaktu usia kehamilan 16 minggu (kirakira sebesar jeruk
asam) dan baratnya kira-kira 100 gr.

Dalam waktu 12 jam. Tinggi fundus uteri mencapai kurang lebih 1


cm di atas umbilikus. Dalam beberapa hari kemudian, perubahan involusi
berlangsung dengan cepat. Fundus turun kira-kira 1-2 cm setiap 24 jam.
Pada hari pasca partum keenam fundus normal akan berada di
pertengahan antara umbillikus dan simfisis pubis. Uterus tidak bisa
sipalpasi pada abdomen pada hari ke-9 pascapartum. Uterus pada waktu
hamil penuh beratnya 11 kali berat sebelum hamil, berinvolusi kira-kira 500
gr 1 minggu setelah melahirkan seminggu setelah melahirkan uterus
berada di dalam panggul sejati lagi.

Pada seminggu ke enam beratnya menjadi 50-60 gr . Peningkatan


kadar ekstrogen dan progestron bertanggung jawab untuk pertumbuhan
masih selama hamil. Pertumbuhan uterus prenatal bergantung pada
hiperplasia, peningkatan jumlah-jumlah sel otot dan hipertrofi sel-sel yang
telah ada. Pada masa postpartum penurunan kadar hormon-hormon ini 11
menyebabkan terjadinya autolisis, perusakan secara langsung jaringan
hipertrofi yang berlebihan. Sel-sel tambahan yang berbentuk selama masa
hamil menetap. Hal inilah yang menjadi ukuran sedikit lebih setelah hamil.
Subinvolusi adalah kegagalan uterus untuk kembali pada keadaan tidak
hamil.

Penyebab sub involusi yang paling sering adalah tertahannya


fragmen plasenta dan infeksi. Proses involusi uterus adalah sebagai
berikut :

a) Iskemia miometrum disebabkan oleh kontraksi dan retraksi yang


terus-menerus dari uterus setelah pengeluaran plasenta membuat
uterus relatif anemia dan menyebabkan serat otot atrofi.

b) Autollisis merupakan proses penghancuran diri sendiri yang


terjadi di dalam otot uterus.

c) Efek oksitosin menyebabkan terjadinya kontraksi dan retraksi otot


uterin sehingga akan menekan pembuluh darah yang akan
mengakibatkan berkurangnya suplai darah ke uterus. Perubahan
uterus ini behubungan erat dengan perubahan-perubahan pada
miometrium. Pada miometrium terjadi perubahan-perubahan yang
bersifat proteolisis. Hasil dari proses ini dialirkan melalui pembuluh
getah bening.
2) Vagina

Vagina dan lubang vagina pada permulaan puerperium merupakan suatu


saluran yang luar dan berdinding tipis. Secara berangsur-angsur luasnya
berkurang, tetapi jarang sekali kembali seperti ukuran seorang nulipara. Rugae
timbul kembali yang kecil, yang dalam proses pembentukan berubah menjadi
karunkulae mitiformis yang khas bagi wanita multipara.

3) Lokhea
Lokhea adalah cairan sekret yang berasal dari cavum uteri dan vagina
selama masa nifas. Lokia terbagi menjadi empat jenis, yaitu :

a) Lokhea rubra/merah (kruenta)


Lokhea ini muncul pada hari pertama sampai hari ketiga masa
postpartum. Sesuai dengan namanya, warnanya biasanya merah dan
mengandung darah dari perobekan/luka pada plasenta dan serabut dari
desidua dan chorion. Lokhea ini terdiri atas sel desidua, verniks
caseosa, rambut lanugo, sisa mekonium dan sisa darah.
b) Lokhea sanguinolenta
Lokhea ini berwarna merah kuning berisi darah dan lendir karena
pengaruh plasma darah, pengeluarannya pada hari ke 3-5 hari
postpartum.
c) Lokhea serosa
Lokhea ini muncul pada hari ke 5-9 postpartum. Warnanya biasanya
kekuningan atau kecoklatan. Lokhea ini terdiri atas lebih sedikit darah
dan lebih banyak serum, juga terdiri atas leukosit dan robekan laserasi
plasenta15 .
d) Lokhea alba
Lokhea ini muncul lebih dari hari ke 10 postpartum. Warnanya lebih
pucat, putih kekuningan, serta lebih banyak mengandung leukosit,
selaput lendir serviks, dan serabut jaringan yang mati.

4) Perubahan pada sistem pencernaan

Ibu biasanya merasa lapar segera setelah melahirkan sehingga ia boleh


mengkomsumsi makanan ringan. Ibu sering kali cepat lapar setelah melahirkan
dan siap makan pada 1-2 jam post-primordial, dan dapat di toleransi dengan diet
yang ringan.

Setelah benar-benar pulih dari efek analgesia, anastesia, dan keletihan,


kebanyakan ibu merasa sangat lapar. Permintaan untuk memperoleh makana dua
kali dari jumlah yang biasa di komsumsi disertai komsumsi camilan sering
ditemukan2 . Sering kali untuk pemulihan, diperlukan waktu 3-4 hari sebelum faal
usus kembali normal.Meskipun kadar progesteron menurun setelah melahirkan,
namun asupan makanan juga mengalami penurunan selama satu atau dua hari,
gerak tubuh berkurang dan usus bagian bawah sering kosong jika sebelum
melahirkan diberi enema.

5) Perubahan sistem perkemihan

Saluran kencing kembali normal dalam waktu 2 sampai 8 minggu,


tergantung pada keadaan/status sebelum persalinan, lamanya kala II di lalui,
besarnya tekanan kepala yang menekan saat persalinan.

2.3 Studi Kasus

2.3.1 Kasus Malpraktik Selama Masa Nifas/Post Natal Care (PNC)

. Seorang ibu muda mengalami luka robek di bagian anusnya, hingga tidak
bisa buang air. Diduga korban yang kini harus buang air besar melalui organ
kewanitannya, disebabkan oleh bayi yang terlalu besar, Kasus ini dialami Ny.
I, Ibu muda berusia 22 usai menjalani proses persalinan anak pertamanya,
yang kini berusia 1 bulan. Ika mengalami luka robek di bagian organ vital
hingga ke bagian anus. Akibatnya, selain terus-terusan mengalami kesakitan,
sejak sebulan lalu korban terpaksa buang kotoran melalui alat kelaminnya.

2.3.2. Pengambilan Keputusan

A. Langkah pengambilan keputusan

Langkah Pengambilan Keputusan Bioetik

(Thompson dan Thompson, 2003)

1. Tentukan ulang situasi

a. Masalah ibu mengalami robek sampai ke anus karena bayi yang terlalu besar

b. keputusan atau tindakan pertama yang diprioritaskan memberikan asuhan


kebidanan nifas terlebih dahulu.

c. pasien harus dirujuk kepada dokter spesialis kandungan


2. Kumpulkan informasi tambahan utk menjelaskan

situasi

a. dilakukannya jahitan ulang karena mencegah hal tersebut terjadi lagi karena bisa
menyebabkan infeksi yang lebih

b. penjahitan ulang bisa dilakukan minimal tiga bulan pasca pasien bersalin.

3. Identifikasi isu-isu etika atau perhatian terhadap situasi yg

memburuk

a. melihat kondisi ibu baik atau tidaknya jika dilakukan penjahitan ulang, jika kondisi
baik lakukan jahitan ulang dan beri pendidikan kesehatan bagiamana cara merawat
organ sebelum dilakukan penjahitan ulang.

b. Untuk dilakukan penjahitan ulang, ada beberapa hal yang harus diperhatikan
selain menunggu jeda minimal 3 bulan pasca melahirkan. Tiga hari sebelum dilakukan
operasi, pola makan pasien harus diatur, di mana sebaiknya mengonsumsi makanan
yang lunak.

4. Identifikasi posisi moral individu yg

dipengaruhi sesuai dgn tingkat perkembangan

moral yg terjadi

a. tanyakan kepada ibu dengan melakukan anamnesa dan menjelaskan apa yang
terjadi serta segala bentuk dampak jika tidak dilakukan penjahitan ulang.

b. selama menunggu proses operasi pasien akan diberikan antiseptik khusus vagina
agar area miss V tetap higienis dan bersih.

c. Setelah operasi, pasien harus tetap mengonsumsi makana bergizi dan lunak agar
feses tidak keras hingga menimbulkan robekan ulang pada jahitan. Begitupun kebersihan
harus terjaga untuk mengurangi risiko infeksi.

5. Tentukan siapa yg akan membuat keputusan yg


diperlukan & ketentuan khusus yg berlaku dlm

situasi tsb

a. selain menanyakan kepada sang ibu tanyakan juga kepada keluarga klien, seperti
suami mengenai kondisi ibu.

6. Identifikasi batas-batas yg mungkin dilakukan

dlm mengambil keputusan atau bertindak

a. antisipasi yang dapat dilakukan selama menunggu waktu operasi ibu diharapkan
membersihkan organ kewanitaan dengan memakai antiseptik

b. tujuannya agar organ kewanitaan ibu tidak terjadi infeksi lebih lanjut dan juga agar
tetap bersih.

c. keputusan dirujuk dan membantu ibu dalam hal menjaga sebelum operasi adalah
kewenangan bidan maka hal tersebut sudah tepat dilakukan.

7. Putuskan pilihan yg akan dijalani

a. alasan mengapa keputusan tersebut dilakukan ialah agar si ibu tidak mengalami
infeksi lebih lanjut dan juga mengantisipasi.

b. selain itu bidan juga akan memberikan asuhan kebidanan kepada ibu tersebut dan
dipantau dalam masa nifas nya

c. dalam menunggu proses operasi dalam jangka waktu 3 bulan

8. Evaluasi hasil dari keputusan yg diambil

a. hasil yang didapati akibat pengambilan keputusan etik tersebut ibu dapat
mengeluarkan feses secara normal dan tidak ada nya infeksi seperti kejadian
sebelumnya

B. Dasar Pengambilan Keputusan

Dasar pengambilan keputusan dari kasus tersebut adalah Teori Deontologi, yaitu
memprioritaskan tugas atau kewajiban tanpa mengindahkan konsekuensinya di mana
pun tempat dan kemampuan yang dimiliki. Dalam kasus ini, bidan melakukan
penanganan kasus kegawatdaruratan sesuai dengan kewajibannya dalam
menyelamatkan pasien.

BAB III

HASIL DISKUSI DI KELAS

3.1 Daftar pertanyaan pada sesi diskusi pada saat presentasi

3.2 Hasil pembahasan pada sesi diskusi pada saat presentasi


DAFTAR PUSTAKA

 Bahiyatun. (2009). Ajar Asuhan Kebidanan Nifas Normal. Jakarta: EGC. 3.


 Depkes, R. (2010). Asuhan Kebidanan Post Partum. Jawa Tengah: Departemen
Kesehatan
 Ambarwati. (2008). Asuhan Kebidanan Nifas. Yogyakarta: Mitra Cendika
 Departemen Kesehatan RI. (2013). Profil Kesehatan Indonesia. Diakses pada 11
Mei 2019, dari http://depkes.go.id.
 Varney. (2007). Varney's Midwifery. Third Edition , New York, Jones and Bartlett
Publisher.

Anda mungkin juga menyukai