Anda di halaman 1dari 11

nMATA KULIAH

PENANGGULANGAN BENCANA

Pertemuan 1

Senin, 4 Mei 2020

Ibu Riana Pascawati

Pertemuan 2

Selasa, 5 Mei 2020

Ibu Saur Sariaty

ANALISIS RESIKO KESEHATAN

Ada pengkajian resiko.

Resiko = fungsi : bahaya x kerentanan : kapasitas

R = bahayaxkerentanan : kapasitas

Kapasitas tinggi, resiko bencana turun

Elemen kapasitas :

1. Sistem peringatan dini


Misal: membuat posko peringatan dini
2. Pengetahahuan kebencanaan
Misal: sosialisasi kepada masyarakta, deteksi dini bencana ke sekolah bagi daerah yang rawan,
pelatihan mengenai kesiapsiagaan apabila terjadi bencana
3. Melakukan manajemen resiko
Menentukan tujuan, analisi resiko, pilihan tindakan
Strategi dalam penanggulangan bencana :
- Pencegahan
- mitigasi (mitigasi struktural: pengurangan resiko bencana pada infrastruktur misal
membuat tanggul. Dan mitigasi nonstructural pengurangan bencana dengan aturan),
- pengalihan: serangkaian kegiatan dengan melakukan pengalihan ke pihak ke3 misalnya
asuransi,
- kesiapsiagaan
Pertemuan 3

Rabu, 6 Mei 2020

Ibu Dian Nurhadianti

PERENCANAAN DALAM PENANGGULANGAN BENCANA

Wabah : Lingkup nya kecil tetapi terlihat

Misal: Di pasar wuhan terjadi gejala pneumonia penyakit covid-19

Epidemi : Lingkupnya lebih besar

Misal: Di kota wuhannya terjadi penyebaran penyakit covid-19

Pandemi : Menyebar secara nasional/internasional. Minimal 2 negara

Dana bantuan sosial yang berpola hibah : untuk pemulihan (rehabilotasi dan rekonstruksi)

Platform nasional : BNPB & BPBD

Tahapan lintasan pb

Tahap pencegahan dan mitigasi -> Kesiapsiagaan -> Tanggap Darurat-> Pemulihan

Aktif : pelatihan dasar, symbol larangan Posko pb, simulasi/gladi PSBB, perlindungan

Pasif : sop, peta rawan bencana, aturan untuk nakes kelompok rentan

Saat tanggap darurat

Rencana Kontinjensi : terdapat scenario untuk menanggulangi bencana

Rencana operasi : melakukan tindakan scenario

Rencana PB : Multi hazard dan ruang lingkupnya besar

Rencana Mitigasi : Single hazard (satu ancaman)


Perbedaan Sifat Rencana (Contoh: bencana banjir)

Rencana PB : saat kemarau

Rekon : Saat hujan

Rencana Operasi : saat banjir

Kapan perencanaan konjinjensi ,ulai dibuat? Apabila terdapat potensi bencana

Probabilitas : Kemungkinan terjadinya bencana

Kebijakan : membuat rs rujukan

Strategi : ditunjuk rs yang menjadi rujukan/mengadakan rs rujukan di tempat evakuasi

Scenario-> perencanaan sectoral->rencanna tindak lanjut rekon

Workshop : rapat & perencanaan

Ibu hamil boleh ke nakes apabila dalam keadaan darurat, apabila kondisi baik dianjurkan di
rumah saja saat pandemic covid-19 ini sebaiknya melakukan konseling secara daring.

TUGAS : Dibuat Perencanaan Kontingensi mengenai COVID-19


KULIAH UMUM

Hari/Tanggal : Senin, 11 Mei 2020

Oleh : Bpk. Haris Sofyan dan TIM

PARADIGMA, ORGANISASI, INFORMASI DAN STRUKTUE OPERASI TANGGAP DARURAT BENCANA

A. Paradigma Bencana

Tujuan pembelajaran : Untuk mengubah paradigma mengenai bencana (harus holistic)

Beberapa Sudut Pandang Ttg Bencana

Konvensional : memandang bencana sebagai sebuah takdir, ketetapan yang tidak bisa dirubah

Akibatnya : bencana tersebut tidak dapat dicegah/diminimalisir (pada saat bencana)

IPA : memandang bencana pada aspek ilmiah saja, menghilangkan dari sisi sosial (mitigasi)

Ilmu Terapan : (mitigasi)

Progresif : memandang bencana sebagai bagian yang biasa dan selalu terjadi selama proses

Pembangunan (pasca bencana, lebih ke arah pembangunan)

Sosial : memandang bencana dari sisi sosiologis saja (akibat dari manusia) (memperhatikan

manajemen pengurangan resiko)

Holistik : memandang bencana secara menyeluruh dari semua aspek (memperhatikan

manajemen pengurangan resiko (manajemen nya pra, intra, dan pasca))

Pengurangan resiko (Meningkatkan kapasitas, menurunkan bahaya dan kerentanan)

R=HxV:C

Ket :

R (Risk) = Resiko V (Vulnerability) = Kerentanan

H (Hazard) = Bahaya C (Capacity) = Kapasitas


B. Manajemen Bencana

1. Pra Bencana
2. Mitigasi : Mempersiapkan sebelum bencana terjadi
3. Tanggap Bencana
4. Pasca Bencana

SISTEM INFORMASI, KOORDINASI DAN TATA KERJA


MANAJEMEN PENANGGULANGAN BENCANA

Dengan adanya informasi penanggulangan krisis-akibat bencana yang sepat, tepat, akurat dan sesuai
kebutuhan bertujuan untuk optimalisasi upaya penanggulangan kritis akibat bencana.

A. Sistem Informasi
1. Sumber Informasi
a. Pra Bencana
 Dinkes Provinsi/Kab/Kota
 RS
 Instansi terkait
 Puskesmas
b. Saat dan Pasca Bencana
 Masyarakat
 Sarana yankes
 Dinkes Provinsi/Kab/Kota
 Lintas Sektoral

2. Jenis dan Waktu Penyampaian Informasi


a. Pra Bencana
Jenis Informasi yang dibutuhkan
1. Peta daerah rawan bencana
2. Data Sumber daya (nakes, dana kesehatan, sarana dan prasarana)
3. Informasi dikumpulkan setahun sekali pada Juli-Agustus
b. Saat dan Pasca Bencana -> FORM RHA (format awal penyampaian bencana) (di setiap pkm
di wilayah tertentu harus ada form ini)

BANTUAN HIDUP DASAR

(Basic Life

Kapan BHD dilakukan?

BHD dilakukan ketika keadaan yang mengancam jiwa dan dapat menimbulkan kematian :
- Henti napas

- Henti jantung

BHD : Formula (D, R, C, A , B)

1. Danger
- Aman pasien
- Aman Penolong
- Aman lingkungan

2. Respond
Dengan verbal, sentuhan
Help: meminta pertolongan untuk bantuan lebih lanjut
(Ex: Hallo, terdapat korban dewasa tidak sadarkan diri. Mohon kirimkan ambulans)

3. Circulation “Denyut Jantung”


Cek nadi karotis selama 10 detik
- jika nadi tidak ada lakukan kompresi jp
- jika ada cek airways

p.s : 30 kjp : 2 bantuan napas


Selama 5 siklus = kurleb 2 mnt

4. Airway ( Jalan Nafas)


a. bersihkan jalan nafas
- cross finger (silangkan jari penolong, buka gigi korban, kayak saranghae)
- finger sweap (sapuan lidah) bisa pake kassa
b. Buka jalan nafas
- head tilt chin lift
- jaw trust

Hentakan dada atau perut


Dilakukan jika terjadi sumbatan benda padat
1. Chest trust ( hentakan dada )
2. Abdominal trust ( hentakan perut )

5. Breathing (Pernafasan)
- Lihat : naik turun dada
- Dengar
- Rasa
Indikator perlu bantuan pernafasan (tanda pernafasan tidak cukup)

Setelah dilakukan 5 siklus harus di Evaluasi


Tanda fraktur saat kompresi akan ada suara “krek” (krepitasi), tetap lanjutkan RJP karena life saving
terlebih dahulu. Apabila tidak dilanjutkan akan sia-sia RJP-nya. Komplikasi bhd diperbaiki setelah
keadaan pasien membaik.

MATI

Mati Klinis : tidak ditemukannya pernafasan, nadi (dilakukan BHD)

Mati Biologis : kematian sel (adanya kaku tubuh) (tidak dilakukan BHD)

TRIASE SAAT BENCANA

Triase : proses memilah korban sesuai tingkat keparahannya

Menggunakan 4 label :

Hitam : Korban meninggal

Merah : Korban cedera mengancam jiwa henti jantung dan nafas

Kuning : Korban di khawatirkan kecacatan lebih lanjut (TTV baik)

Hijau : Cedera minor (TTV baik) (Memilah dengan verbal)

Dievakuasi : Hijau -> Merah -> Kuning -> Hitam

Ex: Korban masih mampu berjalan/berpindah walaupun fraktur (Kategori Hijau)

Korban tidak mampu berpindah dan fraktur (Kategori Kuning)

MANAJEMEN TRAUMA

Tipe Cedera

- Terbuka : Kerusakan kulit disertai pendarahan

- Tertutup : tidak terjadi kerusakan dikulit dan tidak disertai pendarahan

A. Cedera Jaringan Lunak Tertutup

1. Sprain : cedera ligament akibat darikan dan peregangan berlebihan

Tindakan : RICE (Rest, ice, kompresion, elevasi)

2. Strain
3. Dislokasi
PMS ; Pulse, Motorik dan Sensorik

Prinsip Manajemen Trauma

1. Menghindari nyeri
2. Menghindari kecacatan
3. Menghindari komplikasi

Prinsip bidai : Melewati 2 sendi, kokoh, dan tidak tajam

Tindakan pertama korban pendarahan : Balut tekan

Kalo gak efektif tindakan selanjutnya

Diskusi :

Ex: Korban tertusuk benda berkarat, tetap dengan prinsip “jangan di cabut” karena akan menimbulkan
luka/robekan yang lebih lebar. Sebaiknya nanti dilakukan tindakan saat pembedahan.

TUGAS

Skenario kasus akan mencakup 4 materi yang disampaikan.

Kelompok 1 = Mengerjakan kasus dan menjawab beberapa pertanyaan ttg sistem koordinasi bencana

Kelompok 2 = Mengisi logbook berdasarkan kasus (ex: 50 orang di triase) (ex; korban 1 = hitam, dst)

Kelompok 3 = Melakukan langkah-langkah BHD (DRCAB)

Kelompok 4 = Mengisi materi stabilisasi pasien ttg penatalaksanaan trauma (apa yang harus
dikerjakan pada manajemen trauma)

KULIAH UMUM

Hari/Tanggal : Selasa, 12 Mei 2020

Oleh : Bpk. Haris Sofyan dan TIM

Sehari-hari : korban nya sedikit, misal: korban kecelakaan

Bencana/massal : korban banyak, dan akibat dari bencana alam maupun non alam

PENAMPILAN VIDEO

1. Breafing, Pembagian Tim RHA


2. Melakukan Rapid Health Assessement
3. Koordinasi dengan pemberi bantuan
4. Penanganan kegawatdaruratan

DISKUSI

Kelompok 1

Apapun jenis bencanan penanggung jawab ini/umum manajemen penanggulangan bencana


yaitu kepala wilayah/daerah yang bersangkutan.

Skala kabupaten : Bupati/walikota

Skala provinsi : Gubernur, KODIM

Skala nasional : Presiden

Dalam situasi tertentu apabila penananggung jawab umu tidak berada di tempat. Maka,
komando / penanggung jawab operasional berada di bawah badan yang ditunjuk oleh kepala
pemerintahan setempat (BPBD). Jika di tingkat nasional : Ketua BNPB

Dalam berbagai sector, tergantung dari permasalahan-permasalahan pokok yang terjadi. Maka,
BPBD/BNPB dapat menunjuk beberapa bidang sesuai permasalahan.

Sektor kesehatan : Dinkes

Sektor Keamanan : Kapolda

Kalo di RS penanggung jawab nya Direktur RS dan menunjuk komando operasional nya Kepala IGD

Dalam kondisi darurat akut berdasarkan kasus. Karena yang ditunjuk oleh Bupati dan BPBD
menunjuk Komandan militer maka Masalah pokok : Keamanan.

Yang harus dapat di control oleh seorang pj/komandan lapangan :

Laison : Bekerja sama dengan pihak luar (melakukan koordinasi dan komunikasi dengan pihak

luar, khususnya medical dan militer)

Keamanan : Memberikan jaminan kepada korban baik fisik, psikologis, maupun sosial

Media, logistic, dan unit operasional : Membuat satuan humas

Dana : Memanajemen dana dari pemerintah, bantuan, dll

Perencanaan rehabilitasi&rekonstruksi

Syarat coordinator penanggulangan bencana : Tanggung jawab, integritas, jujur, memiliki


aspek legal

Yang harus dilakukan control dan koordinasi dengan bagian medis : SDM harus tersedia, SDM
yang sesuai dengan permasalahan, logistic yang sesuai

Kelompok 2
Merah : Bernapas 20x/menit, CRT <2 detik, nadi radial teraba (ketiganya normal), tidak dapat berjalan

dan tidak berespon saat perintah sederhana

Kelompok 3

Primary Survey (BHD)

Dalam Danger dijelaskan secara rinci mengenai :

1. Aman pasien (ditempatkan di tempat datar dan keras)


2. penolong (menggunakan apd)
3. Lingkungan (lingkungan jauh dari bahaya)

Respond : Ada laserasi di dahi : Gunakan Colarneck

Airways : Kalo ada trauma dikepala : buka jalan nafas dengan teknik “Jaw Trust”

Yang harus dilakukan setelah tindakan BHD, yaitu Evaluasi :

1. Periksa nadi (kalo gaada RJP) (kalo ada langsung ke airways and breathing)
2. Periksa nafas (kalo gaada nafas buatan lagi)

Kalo nadi dan nafas sudah oke, selanjutnya diposisikan “Posisi Miring Mantap”

Tujuan PMM : Menstabilkan nafas dan sirkulasi

Kalo misal ada fraktur, maka posisi miring mantap itu dilakukan berlawanan. (ex: fraktur di kiri, posisi
mantap ke kanan)

Kalo misal fraktur di sisi dua-duanya dapat di lakukan posisi “head up”. Bermanfaat agar paru-paru

mengembang dan mencegah masuknya benda asing

Kelompok 4

Proses penanganan korban trauma dapat dilakukan dengan Penanganan Simultan (secara bersama-
sama) antara Primary Survey dan Manajemen Traumanya

Rapid Trauma Management : Harus dilakukan 4 point

1. Mengecek tingkat kesadaran


2. Melakukan manajemen respirasi (clearkan oksigen yang masuk, airways clear)
3. Melakukan manajemen sirkulasi
4. Manajemen perawatan luka (penanganan trauma)

a. Manajemen Luka terbuka pada dahi


1. Kontrol pendarahan dengan menekan daerah laserasi
2. Posisikan bagian kepala (harus mempertimbangkan fraktur yang dialami) (tidak dianjurkan)
3. Cegah kontaminasi, jaga luka sebersih mungkin
4. Membalut luka menggunakan kassa steril
5. Perikna nadi (bukan suatu tindakan yang harus dilakukan)

Periksa nadi distal : femur/tibia/cruirs.

Dep pendarahan -> cek nadi distal

b. Manajemen trauma pada cruis dextra


1. Lakukan reduksi (tidak dianjurkan, karena harus dipertimbangkan ketika salah
memposisikannya kembali)
2. Bila ada tahanan, maka jangan melakukan reduksi.
3. Melakukan imobilisasi (pembalutan dan pembidaian)
Syarat melakukan imobilisasi : melewati 2 sendi
4. Selalu catat PMS sebelum dan sesudah pembidaian

c. Manajemen trauma pada tulang radialis sinistra 1/3 distal


Trauma terbuka : Kalo trauma dan ada pendarahan massif : maka tangani pendarahan terlebih
dahulu. Menggunakan teknik balut tekan. Setelah itu lakukan balut-bidai

Trauma tertutup : bisa langsung dilakukan pembidaian/langsung bebat

1. Tangani pendarahan dengan balut tekan


2. Perawatan luka, pencegahan infeksi dan tetanus
3. Lakukan reduksi (tidak dianjurkan, karena harus dipertimbangkan ketika salah
memposisikannya kembali)
4. Bila ada tahanan, maka jangan melakukan reduksi.
5. Melakukan imobilisasi (pembalutan dan pembidaian)
6. Selalu catat PMS sebelum dan sesudah trauma

Anda mungkin juga menyukai