Anda di halaman 1dari 77

PENGARUH BUDAYA K-WAVE (KOREAN WAVE) TERHADAP

PERUBAHAN PERILAKU REMAJA PENYUKA BUDAYA KOREAN


DI BANDAR LAMPUNG

(Skripsi)

Oleh

DESMA RINA MULIA SARI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK


UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2018
ABSTRAK

PENGARUH BUDAYA K-WAVE (KOREAN WAVE) TERHADAP


PERUBAHAN PERILAKU REMAJA PENYUKA BUDAYA KOREAN DI
BANDARLAMPUNG

Oleh

DESMA RINA MULIA SARI

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan besarnya pengaruh yang


diberikan oleh budaya K-Wave (Korean Wave) terhadap perubahan perilaku yang
terlihat dari para remaja yang menyukai budaya Korean di Bandarlampung,
remaja rela menghambur-hamburkan uang dan mengikuti gaya hidup budaya
timur, bahkan menggunakan pakaian dan memiliki benda-benda yang sama
seperti idolanya, permasalahan ini akan dijelaskan dalam perspektif globalisasi
budaya dan commodity fethism yang memberikan pengaruh bagi penyebaran
budaya Korea sehingga remaja kerap melakukan perilaku imitasi terhadap budaya
Korea. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
analisis data deskriptif penelitian kuantitatif dengan jenis penelitian survei.
Populasi dalam penelitian ini adalah remaja berusia 10-19 tahun, dengan
penentuan sampel yang dilakukan menggunakan probability sampling dengan
teknik sampel random sampling dengan besar sampel sebanyak 100 orang remaja
berusia 10-19 tahun. Data yang diperoleh menggunakan kuesioner yang kemudian
dilakukan pengujian dengan menggunakan softwere SPSS 16 for windows.
Berdasarkan hasil penelitian, pengaruh yang diberikan oleh budaya Korean wave
terhadap perubahan perilaku remaja penyuka budaya Korean di Bandarlampung
sangatlah tinggi. Hasil uji hipotesis dalam penelitian ini dengan meggunakan
SPSS 16 dengan analisis linear regresi berganda didapatkan hasil globalisasi
budaya (X1) = 1.974, sedangka hasil Commodity Fethism (X2) = 1.989 dengan T-
tabel 100 = 0,195. Dapat disimpulkan bahwa X1 > T-tabel ( 1.974 > 0,195)
sedangkan X2 > T-tabel (1.989 > 0,195) dengan demikian dapat dikatakan bahwa
Ho ditolak dan Ha diterima, sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa terdapat
pengaruh yang sigifikan antara Globalisasi budaya (X1) dan Commodity Fethism
(X2) yang termasuk dalam pengaruh budaya Korean wave terhadap perubahan
perilaku remaja (Y) di bandarlampung.

Kata Kunci : Budaya Korean Wave, Globalisasi Budaya, Commodity fethism,


Perilaku Imitasi
ABSTRACT

THE INFLUENCE OF THE K-WAVE (KOREAN WAVE) CULTURE TO


CHANGE THE BEHAVIOR OF TEENAGERS WHO LIKES THE
CULTURE OF KOREAN IN BANDARLAMPUNG

By

DESMA RINA MULIA SARI

This study aims to describe the magnitude of the influence given by the K-Wave
(Korean Wave) culture on the behavioral changes seen from teenagers who love
Korean culture in Bandarlampung, teenagers are willing to squander money and
follow the lifestyle of eastern culture, even wearing clothes and having the same
things as his idol. this problem will be explained in the perspective of
globalization of culture and commodity fethism which gives the influence for the
spread of the culture of Korea so that teenagers often do imitate an attitude toward
the culture of Korea.The research method used in this research is a descriptive
analysis methods, quantitative research with the type of survey research. The
population in this research are adolescents aged 10-19 years, with the
determination of the sample is done using probability sampling, by simple random
sampling techniques with sample size as much as 100 people adolescents aged 10-
19 years. The data obtained by using SPSS 16 softwere for windows. Based on the
results of research, the influence given by the culture of Korean wave to change
the behavior of teenagers likes an older neighbor kid Korean culture in
Bandarlampung is very high. The Result of hypothesis test in this research by
using SPSS 16 with multiple linear regression analysis result of cultural
globalization (X1) = 1.974, fetus Commodity Seed (X2) = 1.989 with T-table 100
= 0,195. It can be concluded that X1> T-table (1.974> 0.195) whereas X2> T-
table (1.989> 0.195) thus can be said Ho rejected and Ha accepted, so that can be
drawn back significant influence between cultural globalization (X1) and Fetish
Commodity (X2) which is included in the Korean wave culture's influence on
adolescent behavior change (Y) in Bandarlampung.

Key Words : the culture of Korean Wave, Globalisation Culture, Commodity


fethism, imitate an behavior
PENGARUH BUDAYA K-WAVE (KOREAN WAVE) TERHADAP
PERUBAHAN PERILAKU REMAJA PENYUKA BUDAYA KOREAN
DI BANDAR LAMPUNG

Oleh

DESMA RINA MULIA SARI

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untu mencapai gelar


SARJANA HUBUNGAN INTERNASIONAL
Pada

Jurusan Hubungan Internasional


Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK


UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2018
RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Kotabumi pada 19 Desember

1995, sebagai anak kedua dari dua bersaudara, dari

pasangan Ayah Syamsurizal, S.Pd dan Ibu Hj. Arnawati

Amd.Keb.

Jenjang pendidikan yang telah ditempuh penulis mulai dari

Taman Kanak-kanak (TK) Kartika Jaya II yang

diselesaikan pada tahun 2001, Sekolah Dasar (SD)

diselesaikan pada tahun 2007 di SD Muhammadiyah 1 Bandarlampung, Sekolah

Menengah Pertama (SMP) yang diselesaikan pada tahun 2010 di SMPN 8

Bandarlampung dan Sekolah Menengah Atas (SMA) yang diselesaikan pada tahun

2013 di SMA Al-Kautsar Bandarlampung.

Pada tahun 2013 penulis mengikuti tes jalur ujian paralel dan diterima sebagai

mahasiswi di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, dan diterima pada program studi

Strata 1 (S1) Hubungan Internasional dan mengambil konsentrasi Budaya.


PERSEMBAHAN

Dengan mengharapkan Rahmat, Hidayah, dan Ridha Allah SWT, Sang Pencipta,
Sang Penguasa, dan Maha Segalanya. Sebagai rasa syukur dan terima kasih yang
tulus kupersembahkan karya ini untuk:

Kedua Orang Tuaku, Ayahanda Syamsurizal S. Pd dan Ibunda Hj, Arnawati,


Amd. Keb

Kakakku tersayang, Novariza Mulia Sari

Terima kasih atas segala pengorbanan dan kasih sayang yang telah kalian berikan
kepadaku. Semoga Allah SWT senantiasa melindungi dan merahmati kalian semua,
Amin.

Almamaterku Tercinta

Universitas Lampung
SANWACANA

Puji syukur penulis haturkan kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat,

hidayah, dan ridha-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul

“Pengaruh Budaya K-Wave (Korean Wave) Terhadap Perubahan Perilaku

Remaja di Bandarlampung”. Dalam penulisan skripsi ini, penulis mendapat

bantuan, bimbingan, dorongan, serta saran dari berbagai pihak, sehingga segala

kesulitan dapat diatasi dengan baik.

Untuk itu pada kesempatan ini dengan segala kerendahan hati, penulis menyampaikan

rasa terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada:

1. Keluarga saya, Ayahanda Syamsurizal, S.Pd dan Ibunda Hj, Arnawati

Amd.Keb, yang telah memberikan doa, dukungan, motivasi, semangat, dan

perhatiannya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini.

2. Kakakku tersayang Nova Riza Mulia Sari, Amd. Keb. Terimakasih untuk

semua supportnya.
3. Responden penelitian yang berjumlah 100 orang remaja di Bandarlampung.

Terimakasih untuk bersedia memberikan data untuk kelancara penelitian

skripsi ini.

4. Bapak Dr. Syarief Makhya selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu

Politik Universitas Lampung yang telah membantu dan memberikan izin

dalam penelitian ini.

5. Bapak Drs. Aman Toto Dwijono, M.H selaku Ketua Jurusan Hubungan

Internasional Universitas Lampung, yang dengan kesabarannya telah

membimbing dan mendidik kami menjadi seorang mahasiswa yang baik.

6. Ibu Dwi Wahyu Handayani, S.IP, M.Si. selaku Sekertaris Jurusan Hubungan

Internasional Fakultas Imu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung dan

dosen pembimbing pertama yang dengan kesabarannya telah membimbing,

membantu, mendidik, dan memberikan kritik dan saran dalam penulisan skripsi

ini.

7. Ibu Fitri Juliana Sanjaya, S.IP, M.Si selaku pembimbing kedua yang telah

membimbing, memberikan banyak saran dan dengan penuh kesabarannya

mengarahkan penulisan skripsi ini.

8. Ibu Dr. Feni Rosalia, M.Si selaku Dosen Pembahas saya yang telah meluangkan

waktunya serta memberikan masukan, kritik, dan saran perbaikan yang sangat

bermanfaat dalam penyusunan skripsi ini. Terimakasih banyak.

9. Seluruh jajaran dosen Jurusan Ilmu Hubungan Internasional antara lain : Mba

Gita Djausal, Mba Gita Kharisma, Mba Tiwi, Mas Nizar, Mas Tyo, Mas Fedrik,

Mas Gara.
10. Terimakasih kepada mba Febri, mba Ata dan Tria yang telah membantu saya

melengkapi seluruh berkas persayaratan sidang. Terima banyak atas bantuannya

tanpa bantuan mba Febri dan mba Ata mungkin semua proses kelulusan saya

akan terhambat.

11. Sahabatku 멘붕 Ashil Nasywa Hernanda, Dwi Putri Andjani, Nurika Tyasning

Utami, Putri Rohma Sari, semoga kita selalu kompak di dalam maupun di luar.

12. Untuk Sinamalay (Fika Restiakirti, Putri Indraloka, Gatri Sella Mentari, Dhiya

Hanza Atika, Firda Zahrani Hidayat). Terimakasih telah menjadi teman terbaik

dari awal perkuliahan.

13. Untuk idolaku SHINee (Onew, Kim Jong Hyun, Choi Min Ho, Key, dan Lee

Taemin) Terimakasih karena telah menjadi inspirasiku selama 8 tahun untuk

mengejar kalian sampai ke Korea Selatan.

14. Untuk Kwon Ji Young (G-Dragon) yang selalu menjadi fantasi untukku di setiap

kegalauan dan disetiap kebahagiaan disaat aku menatap fotomu dibingkai

kamarku.

15. Teman-teman Hubungan Internasional angkatan 2013 yang telah menyemangati

dan memberikan keceriaan dari awal perkuliahan hingga saat ini. Semoga

persahabatan ini tetap terjaga selamanya dijalan yang baik.

16. Serta seluruh insan yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini

yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

Penulis menyadari bahwa didalam penulisan ini masih terdapat banyak kekurangan dan

kelemahan. Oleh karena itu, segala masukan, kritik, dan saran yang bersifat membangun
sangat penulis harapkan untuk perbaikan pada penulisan selanjutnya. Akhir kata penulis

berharap semoga Allah SWT membalas kebaikan kalian semua dan semoga skripsi ini

dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan semua pembaca umumnya, Amin.

Bandar Lampung, 14 Februari 2018


Penulis,

Desma Rina Mulia Sari


MOTTO

장미처럼 생각합시다. 그래서 바늘처럼 예리하고 꽃처럼


열립니다

“Let’s think like a rose. So sharp as needles and opens like a blossom”

Desma Rina Mulia Sari


DAFTAR ISI

Halaman
DAFTAR ISI …………………………………………….................. i

DAFTAR TABEL ………………………………………………...... iii

DAFTAR GAMBAR …………………………………………..…... iv

DAFTAR SINGKATAN ……………………………………..…..... v

A. PENDAHULUAN ………………………………………….…… 1

1.1 Latar Belakang ……………………………………………..... 1


1.2 Perumusan Masalah ………………………………………..... 7
1.3 Tujuan Penelitian …………………………………….…...…. 8
1.4 Manfaat Penelitian ……………………………….……......… 8

B. TINJAUAN PUSTAKA ………………………………………… 9

2.1 Penelitian Terdahulu ....…………………………..………...... 9


2.2 Budaya .......................…………..……………….................... 14
2.2.1 Unsur-Unsur Budaya ....................................................... 15
2.2.2 Dinamika Kebudayaan .................................................... 16
2.2.3 Globalisasi Budaya .......................................................... 19
2.2.4 Commodity Fethism ........................................................ 20
2.3 Budaya Korean Wave ............................................................... 22
2.3.1 Keunikan Budaya Korean Wave ..................................... 23
2.4 Perilaku ....................…………….……...……………………. 24
2.4.1 Perilaku Imitasi................................................................. 25
2.5 Remaja ..................................................................................... 26
2.5.1 Ciri-ciri Remaja ............................................................... 27
2.6 Kerangka Berpikir .................................................................... 29
2.7 Hipotesis ................................................................................... 32

C. METODELOGI PENELITIAN ……………………………….. 33

3.1 Metode Penelitian .................…………………………………. 33


3.2 Skala Pengukuran ....................................................................... 33
3.3 Definisi Konseptual ..............…...…………………………...… 34

i
3.4 Definisi Operasional .................................................................. 36
3.5 Populasi Dan Sampel .................................................................. 38
3.6 Lokasi Penelitian .... ................................................................... 39
3.7 Sumber Data .............................................................................. 40
3.8 Teknik Pengumpulan Data ……..……………………………... 40
3.9 Teknik Analisis Data ................................................................... 41

D. HASIL DAN PEMBAHASAN ………………………………….... 49

4.1 Gambaran Umum ....................................................................... 50


4.1.1 Korean Wave di Indonesia ................................................. 50
4.1.2 Korean Wave Bandarlampung ........................................... 53
4.2 Analisis Data Lapangan ............................................................. 55
4.2.1 Karateristik Responden ..................................................... 55
4.2.2 Deskripsi Jawaban Responden .......................................... 57
4.3 Analisis Data .............................................................................. 62
4.3.1 Uji Regresi Linier Berganda .............................................. 62
4.3.2 Uji Korelasi (R) ................................................................ 64
4.3.3 Uji T-test ............................................................................ 65
4.3.4 Uji F (Simultan) ................................................................. 66
4.3.5 Uji Hipotesis ...................................................................... 66
4.3.6 Uji Deskriptif Statistik ....................................................... 67
4.4 Pembahasan ............................................................................... 68
4.4.1 Pengaruh Globalisasi Budaya (X1) Terhadap Perubahan
Perilaku Remaja (Y) .......................................................... 68
4.4.2 Pengaruh Commodity Fethism (X2) Terhadap perubahan
Perilaku Remaja (Y) .......................................................... 69
4.4.3 Pengaruh Globalisasi Budaya (X1) Commodity Fethism
(X2) Terhadap Perubahan Perilaku Remaya (Y) .............. 70
4.4.4 Relasi Kekuasaan Korean Wave ....................................... 72
4.4.5 Diplomasi Budaya korea Selatan di Indonesia ................. 75
4.4.6 Pengaruh Budaya Korean Wave Terhadap Perubahan
Perilaku Remaja ................................................................ 77

E. KESIMPULAN DAN SARAN ….........................……………….. 80

5.1 Kesimpulan ................................................................................. 80


5.2 Saran ........................................................................................... 81

DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………. 83

LAMPIRAN

ii
DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1.1. Tabel Data Sensus Penduduk .......................................................... 06


3.1.Skala Likert ...................................................................................... 34
3.2. Variabel Operasional ....................................................................... 37
3.3. Hail Uji Validalitas .......................................................................... 43
3.4. Tabel Tingkat Koefisien Alpha Cornbach ....................................... 44
3.5. Hasil Uji Reabelitas ........................................................................ 44
3.6. Tabel Uji Korelasi ........................................................................... 46
4.1 Serial telenovela yang pernah ditayangkan di TV ........................... 50
4.2 Drama seri Korea yang pernah tayang di Indonesia ........................ 52
4.3 Jenis Kelamin Responden ................................................................ 55
4.4 Umur Responden .............................................................................. 56
4.5 Penghasilan Orang Tua ..................................................................... 56
4.6 Deskripsi Jawaban responden tentang Globalisasi Budaya .............. 57
4.7 Deskripsi Jawaban responden tentang Commodity Fethism ............ 59
4.8 Deskripsi Jawaban responden tentang Perubahan Perilaku .............. 60
4.9 Koefisiensi Regresi ........................................................................... 62
4.10 Analisis Determinasi ......................................................................... 63
4.11 Correlation ....................................................................................... 64
4.12 Coefficients ...................................................................................... 65
4.13 Uji F (Uji Simultan) ......................................................................... 66
4.14 Uji Hipotesis .................................................................................... 66
4.15 Descriptive Statistic ......................................................................... 67

iii
DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

2.1 Kerangka Pemikiran ................................................................. 31

iv
DAFTAR SINGKATAN

SINGKATAN

K-Wave : Korean Wave


K- Pop : Korean Pop
TV : Televisi
DMC Project : Different Make Complate Project
KOCCA : Korean Culture and Content Agency
I – Pop : Indonesia Pop

v
1

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki

secara bersama oleh sebuah kelompok yang diwariskan dari generasi ke

generasi. Ralph Linton, seorang ahli antropologi mengemukakan bahwa

sebuah kebudayaan dapat mempengaruhi perilaku suatu masyarakat yang

disebut sebagai way of life (Strinarti, 2006:85-103). Way of life dalam

pengertian ini tidak sekedar berkaitan dengan bagaimana cara orang untuk

bisa hidup, melainkan juga berkaitan dengan cara berpikir (way of

thingking), cara berasa (way of feeling) dan cara berbuat (way of doing).

Dalam hal ini Lintin menjelaskan bahwa budaya dijadikan pedoman bagi

individu ataupun masyarakat dalam menentukan gaya hidup dan perilaku.

Bentuk kebudayaan pun ada dua macam, yaitu kebudayaan tinggi

atau kebudayaan elit dan kebudayaan populer (pop culture). Budaya elit

adalah budaya yang dihasilkan oleh pemikiran kaum-kaum elit,

menyangkut pengetahuan, pola pikir dan nilai-nilai yang membentuk prilaku

manusia. Budaya populer sebagai budaya yang lahir karena kehendak

media. Media memiliki kemampuan untuk memproduksi budaya dan

masyarakat untuk menyerap budaya tersebut menjadi budayanya sendiri

(Strinarti, 2016:3).
2

Kemunculan budaya populer merupakan efek dari globalisasi yang

berkaitan dengan permasalahan kehidupan sehari-hari. Dalam hal ini budaya

populer mengandalkan unsur hiburan dan kesenangan (Reeves, 2004:163).

Sebuah budaya yang akan masuk dunia hiburan, maka budaya itu umunya

menempatkan unsur populer, dan budaya tersebut akan memperoleh

kekuatannya melalui media massa yang digunakan masyarakat sehari-hari

(Hong, 2014:91).

Pop culture yang saat ini tengah melanda berbagai negara terutama

Negara-negara di Asia adalah Pop culture yang berasal dari Korea Selatan.

Korea saat ini tengah membentuk mainstream baru di berbagai negara

melalui K-pop (musik pop Korea), serial drama, film dan video game.

Kesuksesan budaya pop Korea ini terbukti dengan munculnya istilah “The

Korean Wave” sebagai bentuk ungkapan seberapa besar pengaruh budaya

pop yang disebarkannya.

“A wave of Korea*n pop culture is a phenomenon that is


spreading region of Southeast Asia, China, and Japan. Korea
increased the country's image as festivals world cup 2002. This
wave begins with the increased popularity of Korean pop star in
a foreign country which in recent times expanded with the
popularity of the drama series Korean films” (Korean Tourizm
Organization, 2000).

Gelombang budaya pop Korea merupakan fenomena yang menyebar

dikawasan Asia Tenggara, Cina, dan Jepang. Citra negara Korea semakin

meningkat karena festival Piala Dunia 2002. Gelombang ini dimulai dengan

peningkatan popularitas bintang pop Korea di luar negeri yang dalam

beberapa waktu terakhir diperluas dengan kepopuleran drama seri film

Korea.
3

Demam Korea ini dimulai dengan drama seri Jewel in The Palace

dan Winter sonata yang menjadi jembatan bagi produk-produk kebudayaan

Korea yang lainnya seperti masuknya musik Korea, fashion, makanan dan

lain-lain. Korean Wave meraih kemenangan pada tahun 2002 pada saat

drama “Winter Sonata” menjadi bukti nyata pertama bahwa Pop culture

Korea bisa disuka hingga mancanegara (Hong, 2014:12). Menurut Asia

Times edisi 2 Januari 2004, pihak Kementrian Luar Negeri Korea Selatan,

pada awal tahun 2004 mengeluarkan kebijakan untuk mempromosikan

drama Korea ke kawasan Asia secara gratis. Pihak Kementrian menyuplai

drama ke stasiun TV di kawasan Asia. Hal ini dilakukan dengan tujuan

untuk menyebarkan kepopuleran pop culture Korea ke berbagai negara

khususnya kawasan Asia. Kebijakan ini dikeluarkan sebagai bentuk

dukungan Korea Selatan terhadap fenomena Korean Wave.

Pop culture Korea memiliki keunikan tersendiri sehingga berhasil

merebut pasar di Asia dan masuk kedalam kehidupan masyarakat.

Keunikan-keunikan tersebut antara lain dari drama seri Korea yang memiliki

tema yang kuat, pesan yang disampaikan sangat jelas, sehingga para pemirsa

yang menontonnya dibuat penasaran dan mengenal budaya Korea. Produk

budaya Korea telah berhasil mengemas nilai-nilai Asia yang dipasarkan

dengan gaya modern. Korean Wave memiliki makna pengaruh budaya

modern Korea di negara-negara lain di dunia, termasuk salah satunya di

Indonesia.
4

Hampir setiap hari di Indonesia setiap stasiun televisi menyuguhkan

berbagai program acara hiburan bernuansa Korea seperti program acara

musik, drama dan film. Seperti yang disuguhkan oleh salah satu stasiun tv

nasional Indonesia yang menayangkan drama seri Korea “Descendent Of

The Sun” setiap hari pukul 14:30-16:00 WIB (Schedule Program RCTI

2016). Stasiun pertelevisian lain seperti RTV (2016) juga menayangkan

drama seperti “Dream High 2” setiap Senin-Minggu pada pukul 19:00 WIB,

“Yong Pal” pada pukul 20:30 WIB setiap Senin sampai Minggu, dan

berbagai drama lain seperti “Who Are You School 2015”, “Goo Hae Ra”,

dan lain-lain..

Fenomena Korean Wave tidak akan berjaya seperti sekarang jika

bukan karena basis penggemarnya. Dalam waktu yang singkat sudah

terdapat ratusan, ribuan, bahkan jutaan penggemar budaya Korea, terutama

budaya K-pop. Seperti yang tercatat pada Korean Culture and Information

Service (2010), terdapat 793.574.005 total penggemar yang menyaksikan

music videos di Youtube. Pusat dari keberhasilan fenomena ini adalah para

remaja, mengapa remaja, karena usia remaja 10-19 tahun (peraturan menteri

kesehatan RI nomor 25 tahun 2014 tentang upaya kesehatan anak),

merupakan usia dimana seseorang sedang mengalami proses pencarian jati

diri. Dalam proses ini perkembangan remaja dapat dipengaruhi oleh budaya

yang merubah perilaku remaja (Ihromi, 2006:11).

Ihromi mengatakan bahwa interaksi antara remaja dengan budaya

yang sangat intens membuat remaja menyesuaikan diri dengan kehadiran

budaya sehingga merubah perilaku remaja. Perubahan ini dapat terjadi


5

karena salah satu karakter yang terdapat pada diri remaja adalah perilaku

identifikasi (peniruan, penyeragaman). Untuk itu, mereka biasanya

membutuhkan “panutan” untuk dijadikan contoh dalam bersikap. Hal ini

didasari karena masa remaja adalah masa perubahan dari masa anak-anak

menuju masa pendewasaan. Pada masa ini terjadi perubahan emosi dan

prilaku sosial pada remaja, sehingga masa remaja penuh dengan gejolak

akan petualangan untuk mencari jati diri. Perubahan ini menciptakan sebuah

pergeseran perilaku hidup pada remaja (Herlina, 2013:01). Perubahan

tersebut terjadi dikalangan remaja BandarLampung. Kecanggihan pada era

modern ini menjadikan remaja BandarLampung terus menerus mengalami

perubahan perilaku hidup yang berubah-ubah mengikuti jaman.

Bandarlampung memiliki 379.991 remaja berusia 10-19 tahun

berdasarkan data sensus penduduk yang dilakukan oleh badan perhitungan

statistik Lampung (BPS Lampung, 2016).


6

Tabel 1.1

Klasifikasi Perkotaan/Perdesaan
Bandar Lampung
Kelompok Umur Jenis Kelamin
Laki-laki +
Laki-laki Perempuan
Perempuan
0-4 96.024 90.115 186.139
5-9 96.088 89.911 185.999
10-14 95.785 91.932 187.717
15-19 93.365 98.909 192.274
20-24 93.917 95.084 189.001
25-29 92.179 89.202 181.381
30-34 85.527 81.798 167.325
35-39 75.352 73.733 149.085
40-44 68.214 66.025 134.239
45-49 57.072 55.936 113.008
50-54 47.682 41.989 89.671
55-59 32.550 28.691 61.241
60-64 19.975 20.176 40.151
65-69 14.651 15.339 29.990
70-74 10.293 11.886 22.179
75-79 5.679 6.786 12.465
80-84 3.558 4.495 8.053
85-89 1.428 1.664 3.092
90-94 545 881 1.426
Jumlah 989.884 964.552 1.954.436
Sumber: Data Sensus Penduduk 2016 - Badan Pusat Statistik Republik Indonesia

Kepopuleran budaya Korea di Indonesia ini, meninggalkan dampak-

dampak bagi para penggemarnya, yaitu akibat dari adanya peran media yang

mampu menghasilkan suatu budaya massa yang populer, menyebabkan

terpengaruhnya pemikiran masyarakat, khususnya remaja Bandarlampung.

Korean Wave terus menerus menghipnotis kaum remaja dengan drama,

film, Kpop dan lain-lain, sehingga menggeser perilaku remaja

Bandarlampung.

Peneliti menganggap fenomena tersebut menarik untuk diteliti lebih

lanjut, karena remaja Bandarlampung terlihat terlalu menyukai budaya


7

Korean wave secara berlebihan dan menimbulkan sikap fanatik terhadap

budaya Korean wave. Salah satu sikap fanatik remaja terhadap budaya

Korea adalah terbentuknya fandom-fandom atau komunitas pecinta budaya

Korea di Bandarlampung. Dalam komunitas pecinta Korea ini terdapat

berbagai macam kegiatan, seperti belajar bahasa dan tulisan Korea atau yang

lebih dikenal dengan tulisan hangul, berbagi informasi mengenai info

terbaru, meng-cover lagu ataupun dance Korean pop, dan berbagai macam

kegiatan lainnya.

Berdasarkan penjelasan di atas dapat diketahui bahwa reamaja di

Bandarlampung yang menyukai budaya Korea banyak menunjukkan

perubahan perilaku terhadap budaya Korea. Perubahan perilaku seperti gaya

bicara, gaya bertingkah laku, cara berpakaian, dan bahkan cara makan yang

mengunakan sumpit seperti orang Korea sudah dilakukan oleh remaja

Bandarlampung saat ini. Bahkan remaja rela menghambur-hamburkan uang

dan mengikuti gaya hidup budaya timur, bahkan menggunakan pakaian dan

memiliki benda-benda yang sama seperti idolanya.

1.2. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dari penelitian ini adalah: Berapa besar pengaruh

budaya K-wave (Korean Wave) terhadap perilaku remaja penyuka budaya korean

di Bandarlampung ?
8

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahan diatas, tujuan yang ingin dicapai dari

penulisan ini adalah :

1. Untuk mengetahui besarnya pengaruh budaya k-wave terhadap perilaku

remaja Bandarlampung.

2. Untuk menganalisis pengaruh yang diberikan oleh budaya k-wave terhadap

perilaku remaja Bandarlampung.

1.4. Manfaat Penelitian

1.4.1. Secara Teoritis

1.4.1.1.Penelitian ini diharapkan dapat berguna dalam mengembangkan

pengetahuan terkait budaya dalam konteks Hubungan

Internasional khususnya fenomena yang terjadi dalam

lingkungan remaja Bandarlampung.

1.4.2. Secara Praktis

1.4.2.1.Penelitian ini diharapkan akan menambah wawasan bagi penulis

dan pembaca pada umumnya tentang pengaruh budaya K-wave

(Korean Wave) terhadap perilaku remaja Bandarlampung

1.4.2.2.Penelitian ini diharapkan akan mampu menjadi refrensi kajian

budaya bagi mahasiswa Hubungan Internasional Universitas

Lampung.

1.4.2.3.Penelitian ini diharapkan akan dapat dijadikan sebagai tolak

ukur untuk mengadakan penelitian yang sejenis dan secara lebih

mendalam.
9

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Penelitian Terdahulu

Penelitian yang menjelaskan tentang pengaruh budaya Korean Wave

khususnya yang berkaitan dengan perubahan budaya yang terjadi di antara

para remaja, sudah banyak dilakukan. Penelitian yang telah dilakukan oleh

para peneliti terdahulu berada pada tema yang sama, yaitu mengenai

pengaruh budaya Korean Wave terhadap perubahan budaya remaja. Pada

bagian ini, peneliti berupaya mereview lima sumber.

Pertama, artikel ilmiah Eka Wenats Wuryanta (2011) seorang

mahasiswa di Universitas Paramadia, terkait dengan pengaruh budaya

Korean Wave yang berjudul Diantara Gelombang Korea : Menyimak

Fenomena K-Pop di Indonesia. Penelitian ini menggambarkan fenomena

Korean Wave adalah hasil dari sebuah globalisasi. Globalisasi yang terus

berkembang ke segala lingkup kehidupan menghasilkan istilah global pop

culture. Dalam jurnal penelitiannya, Eka mengatakan bahwa Korean Wave

adalah fenomena paling baru dari global pop culture yang mampu

memengaruhi masyarakat dengan produk budaya Korea seperti drama, film,

lagu, fashion, dan lain-lain yang berkaitan dengan budaya Korea yang

mengisi ranah kehidupan masyarakat, khususnya di Indonesia.

Di dalam penelitiannya Eka Wenats Wuryanta menggambarkan

fenomena Korean Wave atau gelombang Korea di Indonesia yang semakin


10

meluas ini mendapat bantuan dari peran media massa yang secara tidak

langsung telah membantu menyebarluaskan fenomena ini.

Kedua, Jurnal penelitian yang berjudul Bentuk Budaya Populer dan

Konstruksi Perilaku Konsumen : Studi Terhadap Remaja yang dilakukan

oleh Melly Ridharyanthi (2014), seorang lulusan mahasiswa Jurusan Media

dan Komunikasi Universitas Kebangsaan Malaysia. Dalam penelitiannya, Ia

menjelaskan bahwa perkembangan budaya Korean Wave telah di bantu oleh

media massa yang menyampaikan informasi apapun ke seluruh dunia

dengan cepat. Produk budaya Korea seperti musik, drama dan film (produk

pertelevisian), makanan, fashion, dan gaya hidup di expos ke seluruh dunia

sebagai bentuk globalisasi budaya populer. segala bentuk informasi

mengenai budaya Korea dengan mudah diakses oleh masyarakat khususnya

para remaja.

Dalam penelitian ini, Melly mengungkapkan telah terjadi pergeseran

jati diri dan terkonstruknya remaja akibat konsumsi budaya Korean Wave

melalui media massa. Remaja menjadikan media massa sebagai pemuas rasa

ingin tahu secara terus-menerus- telah membentuk suatu kegiatan konsumsi

tertentu dan telah terkonstruksi prilaku terhadap pengaruh budaya Korean

Wave.

Ketiga, juga ada jurnal penelitian yang berjudul Konformitas dan

Fanatisme Pada Remaja Korean Wave (Penelitian pada Komunitas Super

Junior Fans Clob ELF “Ever Lasting Friend”) di Samarinda, yang

dilakukan oleh Sella Ayu Pertiwi (2013) seorang mahasiswa fakultas ilmu
11

sosial dan politik dari Universitas Mulawarman, yang meneliti tentang

pengaruh budaya K-Wave terhadap Remaja.

Dalam penelitian ini, Sella menjelaskan bagaimana Korean Wave

telah mendorong lahirnya sebuah kiblat dalam perilaku remaja yang

menjadikan budaya pop Korea sebagai acuan mereka. Kecintaan para

remaja terhadap budaya pop Korea telah melahirkan konformitas dan

fanatisme sebagai hasil dari interaksi budaya pop Korea.

Rasa cinta para remaja terhadap budaya pop Korea ini dinilai terlalu

berlebihan (fanatisme) yang terkadang lebih mencintai dan mengagungkan

Budaya Korea dibandingkan budaya dalam negeri. Kecintaan remaja

terhadap budaya pop Korea telah menciptakan sebuah perilaku tertentu

(konformitas) untuk menunjukkan rasa cintanya, dengan cara membentuk

sebuh club yang beranggotakan para penggemar budaya pop Korea. Mereka

menunjukkan perilaku untuk saling memberi dukungan antara sesama

anggota club pecinta budaya pop Korea.

Keempat, Analisis Pengaruh Musik Korea Populer Terhadap Gaya

Hidup dikalangan Remaja, penelitian yang dilakukan oleh Amalio Izzati

dan Ade Armando (2014) mahasiswa Program Studi Periklanan, Jurusan

komunikasi Universitas Indonesia. Penelitian ini juga menjelaskan

bagaimana pengaruh budaya Korean Wave terhadap budaya remaja,

khususnya dalam penelitian ini lebih menitikberatkan bagaimana pengaruh

musik pop Korea sebai produk dari Korean Wave dalam mengubah gaya

hidup remaja.
12

Amalia dan Ade dalam penelitiannya menjelaskan bahwa produk

budaya Korea yaitu musik pop Korea telah merubah gaya hidup remaja.

Konsumsi terhadap musk dapat terjadi dalam berbagai kemungkinan, tidak

hanya sebatas mendengarkan, tetapi juga menyukai latar belakang

penyanyinya sehingga menciptakan sikap fanatik terhadap idola dan rela

melakukan apapun untuk terlihat seperti idolanya. Konsumsi musik Korea

melalui media massa telah menjadikan remaja sangat menyukai dan lebih

menyukai musik pop Korea ini.

Mereka mulai berpenampilan seperti artis-artis Korea yang dilihatnya

dalam video klip, atau saat membawakan lagu di atas panggung, tidak hanya

itu make-up, fashion, dan sampai rela mengabiskan waktu dan uang demi

meng up-date kegiatan idola.

Kelima, penelitian yang berjudul hegemoni Budaya Pop Korea;

Komunitas Korean lovers di Surabaya yang dilakukan oleh Afidatul Ulum

Al Amroshy dan Ali Imron (2014), mahasiswa Sosiologi Universitas

Indonesia. Mereka menjelaskan bagaimana budaya pop Korea

mempengaruhi sikap dan perilaku remaja hingga membentuk komunitas-

komunitas pencinta Korean Wave.

Dalam penelitian ini dijelaskan bagaimana fenomena budaya pop

Korea atau yang lebih dikenal dengan Korean Wave telah berhasil

melebarkan karirnya dan menjerat masyarakat dari semua kalangan,

khususnya para remaja untuk mencintai budaya pop Korea. Peneliti

menjelaskan bagaimana perubahan sikap remaja yang lebih mencintai


13

budaya Korea dengan menciptakan dan membentuk klub-klub Korea di

mana-mana.

Clubs ini tercipta sebagai bentuk fanatisme remaja terhadap budaya

Korea. Terdapat berbagai kegiatan di dalam klub ini seperti, mengcover-

dance dan lagu Korea, belajar bahasa Korea, dan lain-lain yang merubah

sikap remaja menjadi meniru budaya Korea.

Dari kelima literature revieu yang teleh dijelaskan diatas, dapat

diketahui bahwa pada penelitian-penelitan sebelumnya memfokuskan

Korean wave atau K-Wave adalah bentuk dari globalisasi moderen yang

paling disukai dan digemari oleh setiap kalangan khususnya remaja. Dari

kelima literature review di atas dapat dijelaskan bahwa fenomena Korean

Wave atau K-Wave merupakan sebuah globalisasi budaya yang

penyebarannya di bantu oleh peran media massa yang membawa berbagai

macam informasi mengenai budaya pop Korea keseluruh penjuru.

Dengan mudahnya media massa diakses oleh para remaja yang

kemudian mulai mencintai budaya pop Korea dan menjadikan Korean Wave

sebagai kiblat baru mereka yang kemudian sedikit demi sedikit merubah

sikap dan gaya hidup para remaja.

Dari kelima review di atas, juga terdapat beberapa kemiripan dengan

penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti di dalam skripsi ini; tetapi tentu

terdapat beberapa perbedaan. Penelitian yang akan dilakukan lewat skripsi

ini akan lebih spesifik, yaitu membahas mengenai pengaruh budaya K-Wave

(Korean wave) terhadap budaya remaja lampung, yang dalam batasan

perubahan pola tontonan acara dan Fashion antara remaja Lampung


14

2.2 Budaya

Ditinjau dari bahasa Indonesia, budaya berasal dari bahasa

Sansekerta “buddayah” yaitu bentuk jamak dari buddhi yang berarti akal

atau budi. Menurut Raymond Williams, budaya adalah praktek-praktek

kehidupan dalam suatu konteks tertentu, baik dalam konteks masyarakat

dalam suatu periode tertentu, atau sekelompok orang tertentu

(Storey,1993:2). R. Linton dalam buku “The Cultural Background of

Personality”, mengatakan bahwa kebudayaan adalah konfigurasi dari

tingkah laku yang dipelajari dan hasil tingkah laku yang unsur-unsur

pembentukkannya didukung dan diteruskan oleh anggota masyarakat

tertentu (Prasetya, 2004:29).

Budaya menjadi suatu hal yang berkaitan dengan struktur

masyarakat karena merupakan hasil dari interaksi masyarakat. Di dalam

budaya biasanya terdapat kebiasaan, nilai-nilai dan pola-pola hidup manusia

yang berbeda antara satu masyarakat dengan masyarakat yang lain. Prasetya

(2004:30) mengatakan, bahwa kebudayaan meliputi kelakuan dan hasil

kelakuan manusia yang teratur oleh tata kelakuan yang harus didapatkan

dengan belajar dan semuanya tersusun dalam kehidupan masyarakat.

Seiring dengan pertumbuhan industri dan kapitalisme membuat

budaya menjadi suatu komodity yang dapat diperjual belikan. Industri

budaya muncul menjadi suatu hal yang menguntungkan dengan membuat

hal-hal menarik bagi masyarakat. Perkembangan suatu kebudayaan tentunya

tidak terlepas dari peran media sebagai sarana komunikasi, alat pengukur

informasi dan hiburan. Perkembangan tersebut secara umum diartikan


15

sebagai globalisasi budaya. Globalisasi dalam kebudayaan dapat

berkembang dengan cepat. Hal ini dipengaruhi oleh adanya kecepatan dan

kemudahan dalam memperoleh akses informasi yang menjadi krusial

diantara masyarakat (Koentjaraningrat, 1999:46).

2.2.1 Unsur-unsur Budaya

Koentjaraningrat (1985:181) menyebutkan ada tujuh unsur

kebudayaan, ia menyebutnya sebagai kebudayaan universal. Menurutnya

istilah universal menunjukkan bahwa unsur-unsur kebudayaan bersifat

universal dan dapat ditemukan didalam kebudayaan semua bangsa yang

tersebar diberbagai penjuru dunia. Ketujuh unsur tersebut yaitu:

1. Kesenian, setelah memenuhi kebutuhan fisik manusia juga

memerlukan sesuatu yang dapat memenuhi kebutuhan psikis

mereka sehingga lahirlah kesenian yang dapat memuaskan. Unsur

seni pada kebudayaan manusia lebih mengarah pada teknik-teknik

dan proses pembuatan benda seni.

2. Sistem teknologi dan peralatan, Sistem ini timbul karena manusia

mampu menciptakan barang-barang dan sesuatu yang baru agar

dapat memenuhi kebutuhan hidup dan membedakan manusia

dengan makhluk lain.

3. Sistem Organisasi Masyarakat, sistem ini muncul karena

kesadaran manusia bahwa meskipun diciptakan sebagai makhluk

sempurna namun tetap memiliki kelemahan dan kelebihan


16

masing-masing antara individu sehingga timbul rasa untuk

merorganisasi dan membuat struktur masyarakat.

4. Bahasa, berawal dari sebuah kode dan tulisan sehingga berubah

sebagai lisan untuk mempermudah komunikasi antar sesama

manusia. Menurut Koentjaraningrat deskripsi ini adalah mengenai

ciri-ciri terpenting dari bahasa yang diucapkan oleh suku bangsa

yang bersangkutan beserta variasi bahasa itu sendiri.

5. Sistem mata pencaharian hidup dan sistem ekonomi,

Koentjaraningrat mengkaji bagaimana cara mata pencaharian

suatu kelompok masyarakat atau sistem perekonomian mereka

untuk mencukupi kebutuhan hidupnya. Sistem ekonomi pada

masyarakat tradisional antara lain adalah berburu, beternak,

bercocok tanam, dan memancing ikan.

6. Sistem Pengetahuan, sistem ini lahir karena manusia memiliki

akal dan pikiran yang berbeda sehingga memunculkan dan

mendapatkan sesuatu yang berbeda dan digunakan dalam

kehidupannya.

7. Sistem religi, kepercayaan manusia terhadap adanya sang

pencipta yang muncul karena krsadaran akan sesuatu yang

dianggap gaib dan supranatural yang dianggap lebih tinggi

daripada kekuatan manusia.

2.2.2 Dinamika Kebudayaan

Dinamika kebudyaan adalah perubahan yang terjadi akibat adanya

ketidaksesuaian di antara unsur-unsur yang saling berbeda, sehingga terjadi


17

keadaan yang tidak serasi bagi kehidupan (Indrayani, 2009:68). Ralph

Linton (1945:30), seorang ahli antropologi mendefinisikan kebudayaan

sebagai seluruh cara kehidupan dari setiap masyarakat dan tidak mengenai

sebagian dari cara hidup itu yaitu bagian yang oleh masyarakat dianggap

lebih tinggi atau lebih diinginkan.

Dinamika juga dapat berarti adanya interaksi antara anggota

kelompok dengan kelompoknya secara keseluruhan. Keadaan ini dapat

terjadi selama ada kelompok, semangat kelompok, yang terus menerus ada

dalam kelompok itu yang mana kelompok tersebut bersifat dinamis, artinya

dapat selalu berubah dalam setiap keadaan (Ihromi, 2006:18). berdasarkan

penjelasan diatas dapat disimpilkan bahwa dinamika kebudayaan adalah

cara kehidupan masyarakat yang selalu bergerak, berkembang dan

menyesuaikan diri dengan setiap keadaan. Dinamika kebudayaan dapat

dilihat melalui proses internalisasi, sosialisasi, enkulturasi, evolusional,

difusi kebudayaan, alkulturasi dan asimilasi, inovasi dan amalgamasi.

1. Internalisasi, adalah proses yang berlangsung sepanjang hidup,

yaitu mulai saat ia dilahirkan sampai akhir hayatnya. Seorang

individu terus belajar untuk mengolah segala perasaan, hasrat,

nafsu, dan emosi yang membentuk kepribadiannya.

2. Sosialisasi, sebuah proses seumur hidup dimana seorang

individu mempelajari kebiasaan-kebiasann yang meliputi cara-

cara hidup, nilai-nilai, dan norma-norma sosial yang terdapat

dalam masyarakat agar dapat diterima dalam masyarakat.


18

3. Enkulturasi, proses seorang individu mempelajari dan

menyesuaikan alam pikiran serta sikapnya dengan adat, sistem,

norma, dan peraturan yang hidup dalam kebudayaannya.

4. Evolusional, sebuag proses perkembangan kebudayaan umat

manusia pada umumnya dan bentuk-bentuk kebudayaan yang

sederhana, hingga bentuk-bentuk yang makin lama makin

kompleks.

5. Difusi kebudayaan, Proses menyebarnya unsur-unsur

kebudayaan dari satu kelompok lainnya atau dari satu

masyarakat ke masyarakat lain. Proses ini menggunakan teknik

meniru atau imitasi. Meniru lebih mudah daripada menciptakan

sendiri, terutama tentang hal-hal yang baru.

6. Alkulturasi dan Asimilasi, alkulturasi adalah Perpaduan antara

satu budaya dengan budaya lain yang kemudian menghasilkan

budaya baru tanpa menghilangkan unsur-unsur asli dalam

budaya tersebut. Sedangkan asimilasi adalah Proses penerimaan

unsur-unsur kebudayaan dari luar yang bercampur dengan

unsur-unsur kebudayaan lokal sehingga menjadi budaya baru

yang berbeda. Proses ini disertai dengan hilangnya unsur-unsur

budaya asli.

7. Inovasi, proses sosial budaya yang menerima unsur-unsur

budaya baru yang mengesampingkan cara-cara lama yang telah

melembaga.
19

8. Amalgamasi, Proses yang terjadi apabila budaya atau ras

tercampur untuk membentuk jenis budaya baru. Cara utama

untuk menentukan proses amalgamasi adalah dengan terjadinya

perkawinan campur antara kumpulam etnik, kepentingan yang

diperjuangkan adalah dominasi budya.

2.2.3 Globalisasi Budaya

Globalisasi adalah serangkaian proses yang mengarah pada

penyempitan atau tenggelamnya dunia, yaitu semakin meningkatnya

hubungan global dan pemahaman kita diantaranya (Braker, 2004:205). Hal

ini menjadikan interaksi masyarakat di seluruh dunia menjadi semakin

bebas dan terbuka, akibat teramat mudahnya masyarakat dalam memperoleh

informasi. Tidak hanya informasi yang dapat disebarkan dengan cepat

namun sebuah budaya pun dapat mudah disebarkan.

Eka W. Wuryanata dalam tulisannya yang berjudul Diantara

Gelombang Korea vol. III no. 02 (2011) menjelaskan bahwa globalisasi

budaya adalah suatu fenomena dalam peradaban manusia yang bergerak

terus dalam masyarakat global dan merupakan bagian dari proses global

sendiri. Globalisasi menyentuh segala aspek penting dalam keterkaitannya

antara orang-orang dan tempat-tempat sebagai akibat dari kemajuan

teknologi, komunikasi, dan informasi. Interaksi intensif yang melampaui

batas, dimana kemajuan teknologi disebut sebagai dasar faktor globalisasi

yang menghilangkan batas-batas antar negara dan menggeser sitem sosial

dan kebudayaan suatu negara.


20

Globalisasi budaya terus berkembang kesegala lingkup masyarakat

kemudian memunculkan istilah baru yaitu budaya pop. Menurut Akbar S

Ahmad dan Hasting Donnan (dalam Azizy, 2003:19) mengatakan

globalisasi budaya mengacu pada perubahan yang ditandai dengan

kemajuan teknologi, komunikasi, dan informasi yang membawa perubahan

besar dalam kehidupan masyarakat dunia serta membuka peluang hubungan

antar negara lebih mudah.

Mengutip pendapat yang dikatakan oleh Akbar dan hasting,

kemajuan teknologi, komunikasi, dan informasi menjadi proses

perkembangan globalisasi budaya.

1. Teknologi, yaitu penunjuk arus informasi glonal melalui siaran,

baik secara langsung maupun tidak langsung. Salah satu

kemajuan teknologi ini ditandai oleh munculnya televisi atau

TV yang dapat menyiarkan sebuah fenomena secara langsung.

2. Komunikasi, yaitu terbentuknya sebuah jaringan global yang

mampu memberikan pelayanan digital terpadu sekarang dimulai

dengan internet. Melalui internet seseorang dapat meminta,

mengolah, dan mengedit segala informasi yang disiarkan.

3. Informasi, yaitu kemajuan iptek dan arus komunikasi global

yang semakin canggih, cepat, dan berkapasitas tinggi.

2.2.4 Commodity Fethism

Dalam sebuah tulisan Theodor Adorno, Intelektual Mazhab

Frankfuit (1991:34), “rahasia sejati keberhasilan, semata-mata merupakan


21

refleksi atas apa yang dibayar seseorang dipasar atas produk. Konsumen

memuja uang yang dibayarkan untuk tiket konser Toscanini”. Menurutnya

pembahasan Marx tentang fetise komoditas merupakan landasan teori

bagaimana bentuk-bentuk budaya seperti musik pop bisa berfungsi

mengamankan dominasi model ekonomi, politik, maupun ideologis. Adorno

menganggap bahwa uang atau harga menjelaskan serta mendominasi

hubungan sosial dalam masyarakat kapitalis (Strinarti, 2016:69).

Uang merajuk pada pertukaran yang dapat diminta dari sebuah

komoditas dipasar dan harga jual belinya, sementara nilai manfaatnya

merujuk pada kebermanfaatan barang bagi konsumen, nilai praktis atau

manfaat sebagai sebuah komoditas (Strinarti, 2016:70). Gagasan ini

menghubungkan fetisme komoditas dengan dominasi asas pertukaran dalam

pengertian bahwa uang merupakan contoh betapa berbagai relasi sosial

diantara orang-orang bisa mengambil perwujudan luar biasa dari suatu

hubungan yang didefinisikan oleh sebuah benda, yaitu uang. Uang juga

sekaligus merupakan sarana utama tempat nilai komoditas didefinisikan

untuk mereka yang hidup dalam masyarkat kapitalis.

Adorno (disebutkan dalam Strinarti, 2016:70) mengatakan sifat

memuja (dari kata fetis yang membentuk fetisisme) yang khas dari musik

terletak pada apa yang diberikan atau dikembalikan asas pertukaran,

mengaburkan sekaligus mendominasi asas manfaat. Asas pertukaran tidak

memanfaatkan nilai-nilai yang menentukan produksi dan sirkulasi

komoditas tersebut. Namun demikian, untuk komoditas budaya seperti

fashion, melahirkan suatu hubungan langsung dengan apa yang kita beli,
22

maka asas manfaat menjadi asas pertukaran, kemudian asas pertukaran

tersebut disamarkan sebagai objek kenikmatan.

2.3 Budaya Korean Wave

Hallyu dalam bahasa Inggris disebut dengan Korean Wave yang

merupakan suatu fenomena budaya pop Korean yang disebarkan melalui

media masa dan popularitasnya merambah ke kawasan Asia, terutama

China, Taiwan, Hongkong, Jepang, Filiphina, Thailand, Indonesia, Vietnam

dan negara-negara di Asia Tenggara lainnya. Banyak produk budaya

populer Korea Selatan seperti drama, film, lagu, fashion, gaya hidup hingga

produk-produk industri yang berhasil populer di dunia internasional.

Istilah hallyu pertama kali diciptakan di China pada tahun 1999

(Sung, 2008:11-12). Hal ini dikarenakan akibat adanya dampak budaya

Korea yang luar biasa di China. Tidak dapat diketahui secara pasti kapan

pertama kalinya hallyu menjadi populer di kalangan masyarakat Asia. Akan

tetapi media masa mencatat budaya pop Korea mulai dikenal di daratan

China pada tahun 1990-an, pada saat pemutaran drama seri Star In My

Heart. Drama ini mampu menarik perhatian masyarakat China dan Taiwan

karena akting memukau para pemain utamanya (Amellita, 2010:26).

Selain itu, para pemirsa tertarik dengan citra modern orang Korea

yang dapat terlihat dari gaya rambut dan gaya hidupnya. Pemandangan

seperti benda-benda tertentu yang ditampilkan dalam drama dan film seperti

gedung tinggi, mobil mewah dan gaya hidup yang berstandar tinggi yang

menggambarkan Korea sebagai negara yang maju dan modern.

Keberhasilan drama seri Star In My Heart kemudian menjadi jalan bagi


23

produk-produk budaya Korea lainnya seperti musik Korea. Pada akhir tahun

1990-an, stasiun TV kabel Korea menayangkan vidio musik dan kemudian

mendapatkan banyak penggemar di Asia (Amellita, 2010:30).

Keberhasilan musik Korea ini di karenakan adanya sekelompok

remaja Asia yang memiliki sentimen positif terhadap vidio musik Korea

tersebut. Musik populer Korea banyak dinikmati karena mereka

mengadaptasi musik barat yang diaransement dengan musik Korea.

Kemudian pada tahun 2000-an pemerintah Korea mulai menargetkan ekspor

budaya populer Korea sebagai inisiatif perbaikan ekonomi. Mantan presiden

Kim Dae Jung (1998), menyebut dirinya sebagai “Presiden Budaya”. Beliau

menetapkan kebijakan untuk industri budaya dengan mengalokasikan dana

sebesar 148,5 juta dolar AS (Amellita, 2010:31).

Korea memberikan sentuhan tersendiri pada produk-produk budaya

mereka dengan mencampurkan sifat-sifat aslinya dengan gaya asing secara

inofatif dan unik. Pencitraan nilai-nilai keakraban yang hormat pada prang

tua, melindungi anak-anak, dan fokus terhadap keluarga yang ditampilkan

dengan membuktikan kepatuhan terhadap adat istiadat. Penggambaran nilai-

nilai tersebut menjadi promosi aktif yang dilakukan untuk membuat hallyu

berkembang di seluruh negara Asia.

2.3.1 Keunikan Budaya Korean Wave

Budaya Korea memiliki keunikan tersendiri sehingga berhasil

merebut tempat dipasar Asia dengan cepat. Keunikan-keunikan tersebut

antara lain adalah tema yang kuat dan pesan yang mendalam dan sangat
24

jelas sehingga pemirsa yang menyaksikan bukan hanya sekedar menonton

film dengan alur cerita yang dramatik, tapi juga menimbulkan

keingintahuan untuk menonton drama seri tersebut lebih lanjut dan ingin

lebih mengenal budaya Korea (Hong, 2014:179).

Drama seri Korea yang diproduksi oleh stasion Tv dan radio di Seoul

mempunyai kualitas di atas rata-rata. Alur cerita dan dialog yang berhasil

menyentuh emosi para pemirsa dari berbagai kalangan usia. Selain itu baik

drama seri Korea maupun film Korea juga didukung oleh sinematografi

yang sempurna, soundtrack yang romantis, pemilihan pemain yang pas,

akting yang terkesan alami, serta latar belakang suasana keindakan musim

dan pemandangan Korea (Hong, 2014:186-189).

Disisi lain drama seri dan film Korea memiliki keunggulan

komparatif yang menjadikannya unik jika dibandingkan dengan drama seri

produksi Asia Timur lainnya. Jika drama seri Taiwan dan Jepang

berorientasi pada generasi muda dan sarat dengan unsur kekerasan, drama

seri Korea lebih mengangkat nilai-nilai hidup orang Asia. Alur ceritanya

sederhana dan mempunyai kemiripan dengan kisah hidup sehari-hari (Ko,

2006:58-75).

2.4. Perilaku

Perilaku yang terbentuk merupakan hasil dari suatu pengondisian.

Hubungan berantai sederhana antara stimulus dan respon yang membentuk

rangkaian komplek perilaku. Rangkaian tersebut meliputi pemikiran,

motivasi, kepribadian, emosi, dan pembelajaran. Teori perilaku adalah teori


25

yang menjelaskan bahwa suatu perilaku tertentu dapat membedakan antara

pemimpin dan bukan pemimpin. Menurut Skinner, merumuskan bahwa

perilaku merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus atau

rangsangan dari luar. Oleh karena itu, perilaku ini terjadi melalui proses

respon terhadap organisme (Notoatmodjo, 2003).

Perilaku mudah dipelajari dari pada jiwa dan melaui perilaku kita

tetap dapat mempelajari jiwa, termasuk dalam perilaku disini adalah

perbuatan yang terbuka maupun tertutup (Sarwono, 1997:52).

2.4.1 Perilaku Imitasi

Imitasi menurut Gabriel Trade (dalam Santoso, 2010:167)

merupakan bentuk dari contoh-mencontoh yang dilakukan antara satu

individu dengan individu lainnya dalam kehidupan, sehingga perilaku

imitasi dapat dikatakan sebagai keinginan dari seseorang untuk menjadi

orang lain. Dengan begitu ketika individu akan melakukan imitasi maka

setidaknya individu tersebut mengerti akan apa yang akan diimitasinya

tersebut. Dalam praktiknya terdapat syarat-syarat yang mengikutinya seperti

adanya perhatian suatu hal yang akan di imitasi, menghargai hal yang akan

ditiru, adanya penghargaan sosial dari perilaku imitasi tersebut, dan

pengetahuan bagi seseorang yang akan melakukan imitasi.

Teori peniruan hampir sama dengan teori identifikasi, tetapi berbeda

dengan teori identifikasi, teori peniruan menekankan orientasi eksternal

dalam pencarian gratifikasi. Disini individu dipandang secara otomatis

cenderung berempati dengan perasaan orang-orang yang diamatinya dan

meniru perilakunya. Individu mengamati perilaku orang yang diamatinya


26

yang berfungsi sebagai role model. Melalui media TV, film, dan internet

secara dramatis mempertontonkan prilaku fisik yang mudah dicontoh. Teori

peniruanlah yang dapat menjelaskan mengapa media masa begitu berperan

dalam menyebarkan mode berpakaian (fashion), tayangan yang di lihat,

gaya berbicara dan lain-lain (Rakhamat, 2008:216).

2.5 Remaja

Perkembangan manusia merupakan suatu proses sepanjang

kehidupan dari pertumbuhan dan perubahan fisik, perilaku, kognitif, dan

emosional dimana sepanjang proses ini tiap individu mengembangkan sikap

dan nilai yang mengarahkan pilihan, hubungan dan pengertian (Huberman,

2002:01). Salah satu periode dalam perkembangan adalah masa remaja.

Kata remaja berasal dari kata addescere (latin) yang berarti tumbuh ke arah

kematangan. Istilah kematagan disni berarti kematangan fisik maupun sosial

psikologis (Sarwono, 2011:11).

Yusuf (2004:184) mengatakan bahwa fase remaja merupakan

segmen perkembangan individu yang sangat penting, yaitu diawali dengan

kematangan organ-organ fisik (seksual) sehingga mampu untuk

mereproduksi. Menurut Hurlock (1999:206) masa remaja adalah masa

peralihan dari anak-anak menuju dewasa yang mencakup kematangan

mental, emasional, sosial, dan fisik.

Menurut Peraturan Mentri Kesehatan RI Nomor 25 tahun 2014,

remaja adalah penduduk dalam rentang usia 10-19 tahun. Masa remaja
27

merupaka masa periode pertumbuhan dan perkembangan yang pesat baik

secara fisik maupun intelektual.

Berdasarkan pengertian remaja yang sudah dijelaskan diatas dapat

disimpulkan bahwa seseorang dapat dikatkan sebagai remaja apabila sudah

berumur 10-19 tahin. Remaja adalah periode masa terjadinya pertumbuhan

dan perkembangan yang pesat baik secara fisik, psikologis, maupun

intelektual. Memiliki rasa ingin tahu yang tinggi dan berani menanggung

resiko atas tindakan yang diambil.

2.5.1 Ciri-ciri Remaja

Masa remaja mempunyai ciri-ciri tertentu yang membedakan dengan

periode sebelum dan sesudahnya (Hurlock, 2003:26). Hurlock membagi

ciri-ciri remaja menjadi tujuh periode yaitu :

1. Masa remaja sebagai periode yang penting, yaitu perubahan-

perubahan yang di alami masa remaja akan memberikan dampak

langsung pada individu yang bersangkutan dan akan

mempengaruhi perkembangan selanjutya.

2. Masa remaja sebagai periode latihan yang berarti perkembangan

masa kanak-kanak lagi dan belum dapat dianggap sebagai orang

dewasa. Status remaja tidak jelas, keadaan ini memberi waktu

padanya untuk mencoba gaya hidup yang berbeda dan

menentukan pola perilaku, nilai dan sifat yang paling sesuai

dengan dirinya.
28

3. Masa remaja sebagai periode perubahan, yaitu perubahan pada

emosi, pertumbuhan tubuh, minat, dan peran (menjadi dewasa

yang mandiri), perubahan pada nilai-nilai yang dianut, serta

keinginan akan kebebasan.

4. Masa remaja sebagai masa mencari identitas diri yang dicari

remaja berupa usaha untuk menjelaskan siapa dirinya dan apa

perannya dalam masyarakat.

5. Masa remaja sebagai masa yang menimbulkan ketakutan.

Dikatakan dmeikian karena sulit untuk diatur dan cenderung

berprilaku yang kurang baik. Hal inilah yang membuat banyak

orang tua menjadi takut.

6. Masa remaja adalah masa yang tidak realistik. Remaja cenderung

memandang kehidupan dari kaca mata bewarna merah jambu,

maksudnya remaja melihat dirinya sendiri dan orang lain

sebagaimana yang diinginkan dan bukan sebagaimana adanya

terlebih dalam cita-cita.

7. Masa remaja sebagai masa dewasa. remaja mengalami

kebingungan atau kesulitan didalam usaha meninggalkan

kebiasaan pada usia sebelummya dan didalam memberikan kesan

bahwa mereka hampir atau sudah dewasa.

Berdasarkan ciri-ciri diatas dapat disimpulkan bahwa adanya

perubahan fisik maupun psikis pada diri remaja, kecenderungan remaja akan

mengalami masalah dalam penyesuaian diri dengan lingkungan, hal ini


29

diharapkan agar remaja dapat menjalani tugas perkembangan dengan baik

dan penuh tanggung jawab.

2.6 Kerangka Berfikir

Dalam kerangka pikir ini, peneliti mencoba menjelaskan

permasalahan utama dari penelitian yang akan dilakukan, yaitu bagaimana

pengaruh budaya K-Wave (Korean Wave) terhadap perubahan perilaku

remaja di Bandarlampung. Permasalahan akan dijelaskan dalam presfektif

globalisasi budaya sebagai variabel X1 dan Commodity Fethism sebagai

variabel X2 yang memberikan pengaruh bagi penyebaran budaya Korea

yang mengakibatkan remaja melakukan perubahan perilaku dengan

mengimitasi budaya Korea sebagai variabel Y.

Remaja Bandarlampung terlihat terlalu menyukai budaya Korean

wave secara berlebihan dan menimbulkan sikap fanatik terhadap budaya

Korean wave. Sikap fanatik tersebut menunjukkan perubahan perilaku

terhadap budaya Korea. Perubahan perilaku seperti gaya bicara, gaya

bertingkah laku, cara berpakaian, dan bahkan cara makan yang mengunakan

sumpit seperti orang Korea sudah dilakukan oleh remaja Bandarlampung

saat ini. Bahkan remaja rela menghambur-hamburkan uang dan mengikuti

gaya hidup budaya timur, bahkan menggunakan pakaian dan memiliki

benda-benda yang sama seperti idolanya.

Berdasarkan penjelasan tersebut dapat di simpulkan bahwa

perubahan budaya atau globalisasi budaya memiliki peran dalam

membentuk budaya baru yang memiliki nilai material dan menjadi way of lif
30

sebuah kelompok sosial. Kebudayaan yang dimiliki suatu kelompok sosial

tidak akan terhindarr dari pengaruh kelompok lain dengan adanya kontak

antara kelompok sosial. Suatu kelompok sosial akan mengadopsi atau

mengimitasi kebudayaan tertentu sehingga mempengaruhi tingkah laku atau

perilaku kelompok sosial tersebut.

Berdasarkan penjelasan tersebut maka dapat dijelskan bahwa

pengaruh budaya K-Wave (Korean Wave) sebagai variabel X memberikan

prengaruh melalui prespektif globalisasi budaya (X1) dan Commodity

Fethism (X2) terhadap perubahan prilaku remaja di Bandarlampung yang

dilihat dari perubahan perilaku imitasi remaja sebagai variabel Y.


31

Gambar 2.1

Kerangka Pemikiran

Variabel X Variabel Y

Pengaruh budaya K-Wave Perubahan perilaku remaja


(Korean Wave) Bandarlampung

Budaya
(X) Prilaku

(Y)
Globalisasi Budaya (teknologi,
komunikasi, dan informasi) Perilaku Imitasi Remaja
dan (Commodity Fethism
(nilai harga atau uang)

Ada pengaruh yang merubah


perilaku remaja yang
mengimitasi budaya Korea
32

2.7 Hipotesis

Hipotesis adalah jawaban sementara dari rumusan masalah

penelitian. Dalam penelitian ini hipotesis yang digunakan adalah hipotesis

asosiatif yaitu menanyakan hubungan antara dua variabel yaitu variabel

dependent (X) dan variabel independen (Y), variabel X akan menjelaskan

pengaruh globalisasi budaya sebagai variabel X1 terhadap perubahan

perilaku remaja di Bandarlampung dan pengaruh Commodity fethism

sebagai variabel X2 terhadap perubahan perilaku remaja di

Bandarlampung. (Sugiyono, 2012:69). Berdasarkan perumusan masalah

dan kerangka pikir yang telah diuraikan sebelumnya, maka dapat ditarik

hipotesis pada penelitian ini yaitu :

H1 = p : Tidak terdapat pengaruh globalisasi budaya K-Wave

terhadap perubahan perilaku remaja Bandar Lampung.

Ha ≠ p : Terdapat pengaruh globalisasi budaya K-Wave terhadap

perubahan perilaku remaja Bandar Lampung

H2 = p : Tidak terdapat pengaruh Commodity fethism K-Wave

terhadap perubahan perilaku remaja Bandar Lampung.

Ha ≠ p : Terdapat pengaruh Commodity fethism K-Wave terhadap

perubahan perilaku remaja Bandar Lampung.

p = nilai korelasi dalam formulasi yang dihipotesiskan.


33

III. METODELOGI PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah

penelitian explanotary (tingkat penjelasan). Menurut Sugiyono (2008:10)

penelitian menurut tingkat penjelasan adalah penelitian yang bermaksud

menjelaskan kedudukan variabel-variabel yang diteliti serta hubungan

antara satu variabel dengan variabel yang lainnya.

Berdasarkan metode penelitian di atas, maka hipotesis dari penelitian

ini adalah hipotesis asosiatif. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui

hubungan antar dua variabel atau lebih. penelitian ini memiliki tingkatan

yang tertinngi dibandingkan dengan penelitian deskriptif dan komparatif

(Sugiyono, 2008:11). Dalam penelitian ini, tujuannya adalah untuk

mengetahui pengaruh budaya K-Wave (Korean Wave) terhadap perubahan

perilaku remaja Bandarlampung.

3.2 Skala Pengukuran

Dalam penelitian ini skala pengukuran yang digunakan adalah skala

likert yang dijelaskan oleh Sugiyono (2014:93). Skala Likert digunakan

untuk mengukur sikap, pendapat, dan presepsi seseorang atau sekelompok

orang tentang fenomena sosial. Menurut Sugiyono dengan skala Likret,


34

maka variabel yang akan diukur dijabarkan menjadi variabel. Kemudian

indikator tersebut dijadikan sebagai titik tolak untuk menyusun item-item

instrumen yang dapat berupa pertanyaan atau pernyataan.

Jawaban setiap item instrumen yang menggunakan skala likert

mempunyai gradasi dari sangat positif sampai sangat negatif. Untuk

keperluan analisis kuantitatif, maka jawaban itu dapat diberi sekor.

Tabel 3.1 Skala Likret Menurut Sugiyono

Kadang- Tidak
Setiap Saat Sering Jarang
kadang Pernah
(SS) (S) (J)
(KK) (TP)

5 4 3 2 0

sumber : Sugiyono, 2014

3.3 Definisi Konseptual

Konsep adalah suatu abstraksi dari kejadian yang diamati, berupa

persamaan aspek dari obyek atau kejadian yang dapat saling dibedakan

dalam penelitian. Konsep dapat berupa suatu arti yang mewakili sejumlah

objek yang mempunyai ciri yang sama (Sugiyono, 2012:52).

1. Globalisasi Budaya

Eka W. Wuryanata dalam tulisannya yang berjudul Diantara

Gelombang Korea voll. III no. 02 (2011) menjelaskan bahwa globalisasi

budaya adalah suatu fenomena dalam peradaban manusia yang bergerak

terus dalam masyarakat global dan merupakan bagian dari proses global

sendiri. Globalisasi menyentuh segala aspek penting dalam keterkaitannya

antara orang-orang dan tempat-tempat sebagai akibat dari kemajuan


35

teknologi, komunikasi, dan informasi. Interaksi intensif yang melampaui

batas, dimana kemajuan teknologi disebut sebagai dasar faktor globalisasi

yang menghilangkan batas-batas antar negara dan menggeser sitem sosial

dan kebudayaan serta mampu untuk mempengaruhi dan merubah perilaku

seseorang.

1. Teknologi, yaitu penunjuk arus informasi glonal melalui siaran,

baik secara langsung maupun tidak langsung. Salah satu kemajuan

teknologi ini ditandai oleh munculnya televisi atau TV yang dapat

menyiarkan sebuah fenomena secara langsung.

2. Komunikasi, yaitu terbentuknya sebuah jaringan global yang

mampu memberikan pelayanan digital terpadu sekarang dimulai

dengan internet. Melalui internet seseorang dapat meminta,

mengolah, dan mengedit segala informasi yang disiarkan.

3. Informasi, yaitu kemajuan iptek dan arus komunikasi global yang

semakin canggih, cepat, dan berkapasitas tinggi.

2. Commodity Fethsism

Adorno menganggap bahwa uang atau harga menjelaskan serta

mendominasi hubungan sosial dalam masyarakat kapitalis (Strinarti,

2016:69). Gagasan ini menghubungkan fetisme komoditas dengan dominasi

asas pertukaran dalam pengertian bahwa uang merupakan contoh betapa

berbagai relasi sosial diantara orang-orang bisa mengambil perwujudan luar

biasa dari suatu hubungan yang didefinisikan oleh sebuah benda, yaitu uang.

Uang merajuk pada pertukaran yang dapat diminta dari sebuah

komoditas dipasar dan harga jual belinya, sementara nilai manfaatnya


36

merujuk pada kebermanfaatan barang bagi konsumen, nilai praktis atau

manfaat sebagai sebuah komoditas (Strinarti, 2016:70). Seperti benda

komoditas budaya seperti fashion, melahirkan suatu hubungan langsung

dengan apa yang kita beli, maka asas manfaat menjadi asas pertukaran,

kemudian asas pertukaran tersebut disamarkan sebagai objek kenikmatan.

3. Perilaku Imitasi

Imitasi menurut Gabriel Trade (dalam Santoso, 2010:167)

merupakan bentuk dari contoh-mencontoh yang dilakukan antara satu

individu dengan individu lainnya dalam kehidupan, sehingga perilaku

imitasi dapat dikatakan sebagai keinginan dari seseorang untuk menjadi

orang lain. Dengan begitu ketika individu akan melakukan imitasi maka

setidaknya individu tersebut mengerti akan apa yang akan diimitasinya

tersebut. Dalam praktiknya terdapat syarat-syarat yang mengikutinya seperti

adanya perhatian suatu hal yang akan di imitasi, menghargai hal yang akan

ditiru, adanya penghargaan sosial dari perilaku imitasi tersebut, dan

pengetahuan bagi seseorang yang akan melakukan imitasi

Individu mengamati perilaku orang yang diamatinya yang berfungsi

sebagai role model. Melalui media TV, film, dan internet secara dramatis

mempertontonkan perilaku fisik yang mudah dicontoh.

3.4 Definisi Operasional

Definisi operasional adalah definisi yang diberikan kepada suatu

variabel secara operasional berdasarkan karateristik yang diamati, sehingga

memungkinkan peneliti untuk melakukan observasi atau pengukuran secara

cermat terhadap suatu fenomena (Hidayat, 2007). Definisi operasional


37

bertujuan untuk memberi batasan kepada variabel yang terkait dengan

penelitian sehingga variabel dapat diukur.

Tabel 3.2 Variabel Operasional

Sub. Devinisi
Variabel Variabel Operasional Indikator Skala Ukur
1. Penayangan
Budaya Korean
Wave yang
disebarkan
Televisi (TV).
2. Berkomunikasi
Mengacu pada
serta berbagi
perubahan yang
informasi
Globalisasi ditandai dengan
dengan sesama Likert
Budaya kemajuan
pecinta Korean
(X1) teknologi,
Wave,
komunikasi, dan
3. Mencari berita
informasi.
mengenai
Korean Wave
dan mem-follow
akun pribadi
Budaya
artis idola di
K-Wave media sosial
Uang merajuk
pada pertukaran
yang dapat
diminta dari
1. Menyaksikan
sebuah komoditas
Konser Musik
dipasar dan harga
Korea di
jual belinya, maka
Commodity Indonesia,
asas manfaat Liker
Fethism
menjadi asas
2. Membeli album
(X2) musik Korea,
pertukaran,
kemudian asas 3. Membeli kaset
pertukaran film dan drama
tersebut Korea
disamarkan
sebagai objek
kenikmatan.
1. Mengikuti dan
meng-update
Tanggapan atau fashion artis idola
reaksi individu Korea,
yang terwujud di 2. Membeli Merek
Prilaku Prilaku gerakan (perilaku), Make up yang
Imitasi tidak hanya Likert
Remaja digunakan oleh artis
(Y) tingkah laku, idolanya,
tetapi juga fashion 3. mempelajari bahasa
dan pola tayangan dan kebiasaan
remaja budaya Korea
38

3.5 Populasi dan Sampel

3.5.1 Populasi

Populasi adalah sekumpulan elemen atau unsur yang menjadi subjek

penelitian. Populasi menunjukkan kepada sekumpulan orang atau objek

yang memiliki kesamaan dalam satu atau beberapa hal yang membentuk

masalah pokok. Populasi yang ada dalam penelitian ini adalah seluruh

remaja yang berusia 10-19 tahun yang berada di BandarLampung yang

berjumlah 379.991.

3.5.2 Sampel

Sampel adalah bagian dari populasi yang diambil sebagai sumber

data dan dapat mewakili populasi (Ridwan dan Engkos, 2008:48). Bila

populasi besar, dan peneliti tidak mungkin mempelajari semua yang ada

pada populasi, misalnya karena keterbatasan dana, tenaga, dan waktu maka

peneliti dapat menggunakan sampel yang diambl dari populasi. Penentuan

sampel dilakukan dengan metode probability sampling dengan

menggunakan teknik stratified random sampling, teknik ini digunakan bila

populasi mempunyai anggota atau unsur yang tidak homogen dan berstara

secara proposional.

Ukuran sampel dalam penelian ini menggunakan rumus Slovin

dengan rumus :

( )

Keterangan:

n = Jumlah Sampel
39

N = Jumlah Populasi

e = Persen kelonggaran ketidaktelitian karena kesalahan pengambilan

sampel yang masih dapat di tolerir atau diinginkan.

Maka, perhitungan dari jumlah sampel dengan jumlah populasi

sebanyak 379.991 dan persen kelonggaran ketidaktelitian karena kesalahan

pengambilan sampel yang masih dapat ditolerir atau diinginkan sebesar 10%

adalah sebagai berikut :

( )

n = 99,99 = 100

Berdasarkan perhitungan rumus Slovin di atas, maka sampel yang

digunakan dalam penelitian ini adalah 100 orang ramaja di Bandarlampung.

3.6 Lokasi Penelitian

Berdasarkan perolehan sampel 100 orang remaja yang

dikelompokkan berdasarkan jenjang usia 10-19 tahun. Penelitian ini di

lakukan di Kota Bandarlampung, khusunya penelitian akan dilakukan di

komunitas-komunitas pecinta Korean seperti Komunitas DMC Project,

Shawol lampung, dan Elf Lampung. Penelitian ini juga dilakukan di tempat-

tempat berkumpumpul para remaja seperti, Mall Boemi Kedaton, Central

Plaza dan Mall Kartini.


40

3.7 Sumber Data

Data yang akan digunakan dalam penelitian ini diperoleh sebagai berikut :

2.3.1 Data Primer

Data yang diperoleh secara langsung dari responden,

khususnya data yang diperoleh berdasarkan pada jawaban responden

terhadap kuesioner.

2.3.2 Data Sekunder

Data yang diperoleh secara tidak langsung memberikan data

kepada pengumpul data, seperti data yang diperoleh melalui

dokumen, buku, majalah dan lain-lain.

3.8 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan penelitian ini

menggunakan Kuesioner (angket). Kuesioner merupakan teknik

pengunpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat

pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawab

(Sugiyono, 2012:142). Selain itu, kuesioner juga cocok digunakan bila

jumlah responden cukup besar dan berada diwilayah yang luas. Kuesioner

berupa pertanyaan-pertanyaan tertutup atau terbuka, dapat dikirim kepada

responden secara langsung. Kemudian hasil jawaban kuesioner akan

dihitung menggunakan SPSS 16 for windows.


41

3.9 Teknik Analisis Data

3.9.1 Uji Validitas

Uji validitas dilakukan untuk menunjukkan apakah kuesioner yang

akan disebar kepada responden layak (valid) atau tidak layak untuk disebar,

dengan menggunakan rumus korelasi product moment (Sugiyono,

2008:241) sebagai beriku :

∑ (∑ ) (∑ )
rxy =
( ∑ (∑ ) ] ( ∑ (∑ )

Di mana :

rxy = Koefisien Korelasi

N = Jumlah Sampel

X = Globalisasi budaya (X1), Commodity Fethism (X2)

Y = Perilaku Remaja (Y)

Tahapan dalam menguji validalitas dengan menggunakan SPSS for

Windows Evaluation Version sebagai berikut (Ghozali, 2005:65).

a. Menyusun Matrik data Mentah

Berisi nilai-nilai data asli dari kuesioner. Matriks ini berukuran m x n

(m adalah jumlah responden dan n adalah jumlah variabel)

b. Menyusun Hipotesis

Ho = p : Tidak ada pengaruh budaya K-Wave terhadap perubahan

perilaku remaja Bandar Lampung.

Ha ≠ p: Terdapat pengaruh budaya K-Wave terhadap perubahan

perilaku remaja Bandar Lampung.

c. Menentukan r table
42

Dengan melihat table r berdasarkan nilai df dan tingkat

signifikasi, maka dapat ditentukan besarnya r table.

d. Mencari r hitung

Niali r hitung untu tiap-tiap item dapat dilihat pada kolom corrected

item-total correlation.

e. Pengambilan Keputusan

1) Jika r hitung ≥ r table, maka item tersebut valid

2) Jika r hitung ≤ r table, maka item tersebut tidak valid

Pengujian validitas dan reabilitas pada penelitian ini dilakukan untuk

mengetahui nilai valid dan reliable dari kuesioer yang digunakan terhadap

jawaban responden.

1. Hasil Uji Validitas

Hasil pengujian terhadap kuesioner yaitu dilakukan dengan

menggunakan uji validitas terhadap 100 responden. Diperoleh hasil

rekapitulasi pada setiap item instrumen penelitian yaitu sebagai berikut:


43

Tabel 3.3 Hasil Uji Validitas Dengan SPSS 16

NO ITEM R TOTAL R TABEL KETERANGAN

1 0.819 0,195 VALID


2 0.849 0,195 VALID
3 0.733 0,195 VALID
4 0.718 0,195 VALID
5 0.774 0,195 VALID
6 0.841 0,195 VALID
7 0.822 0,195 VALID
8 0.777 0,195 VALID
9 0.733 0,195 VALID
10 0.683 0,195 VALID
11 0.739 0,195 VALID
12 0.902 0,195 VALID
13 0.777 0,195 VALID
14 0.849 0,195 VALID
15 0.733 0,195 VALID
16 0.718 0,195 VALID
17 0.774 0,195 VALID
18 0.841 0,195 VALID
19 0.822 0,195 VALID
20 0.777 0,195 VALID
21 0.733 0,195 VALID
22 0.683 0,195 VALID
23 0.739 0,195 VALID
24 0.902 0,195 VALID
25 0.822 0,195 VALID
26 0.819 0,195 VALID
27 0.777 0,195 VALID

Sumber : data diolah, 2017

Uji validitas Kuesioner dihitung menggunakan SPSS 16, dengan n=

100, dan item sebanyak 27 pertanyaan. Berdasarkan tabel diatas dapat

diketahui bahwa dari 27 pertanyaan yang diujikan, 27 item itu dinyatakan

valid karena mempunyai nilai Rtotal < RTabel. Dengan demikian pertanyaan

daat dipakai untuk penelitian.


44

3.9.2 Uji Reabilitas

Uji Reabilitas adalah kesesuaian alat ukur dengan yang diukur,

sehingga alat ukur itu dapat dipakai mengukur gejala yang sama dan hasil

pengukuran yang diperoleh relatif konstan, maka alat pengukur tersebut

dikatakan reabel atau dapat diandalkan ( Lupiyoadi dan Hamdani, pp. 241).

Pada uji instrumen ini peneliti menggunakan reability analysis dengan

metode Cronbach Alpha dan menggunakan Software SPSS for Windows.

Tabel 3.4 Tingkat Koefisien Cronbach Alpha

No Koefisien Realibilitas Kriteria

1 >0,9 Sangat Realibel

2 0,7 – 0,9 Realibel

3 0,4 – 0,7 Cukup Realibel

4 0,2 – 0,4 Kurang Realibel

5 <0,2 Tidak Realibel

Sumber: Sarwono, 2009:78

Tingkat reabilitas dengan metode Cronbach Alpha diukur

berdasarkan skala 0 sampai dengan 1. Apabila skala tersebut

dikelompokkan ke dalam 5 kelas dengan range atau jarak yang sama, maka

ukuran kemantapan alpha diinterpretasikan.

Tabel 3.5 Hasil Uji reabilitas


Variabel Nilai Alpha Cronbach Tingkat Reabilitas
Gblobalisasi Budaya 0.979 Sangat Tinggi
Commodity Fethism 0.979 Sangat Tinggi
Prilaku Imitasi 0.979 Sangat Tinggi
Sumber : Data diolah, 2017
45

Dalam uji instrumen terdapat hasil dan ditemukan jumlah variabel

yang valid dari uji validitas, setelah dilakukan uji terhadap 100 responden.

Berdasarkan hasil pengelolaan data dengan mengggunakan software SPSS

16 (statistical package for social science) ini telah diketahui hasilnya

adalah 0,979. Hal tersebut berarti reliabilitas dari sekala tersebut sangat

tinggi karena reliabilitasnya antara 0,8 – 1,000 dikatakan memiliki

reliabilitas yang sangat tinggi.

3.9.3 Analisis Regresi Linier Berganda

Uji regresi linier mengestimasikan besarnya koefisien-koefisien yang

dihasilkan dari persamaan yang bersifat linier, yang melibatkan beberapa

variabel bebas, untuk digunakan sebagai alat prediksi (Sugiyono, 2008:158).

Rumus persamaan regresi linier berganda tersebut yaitu sebagai berikut :

Y = a + b1X1 + b2X2+et..........

Keterangan :

Y = Perubahan perilaku remaja

X1 = Globalisasi budaya

X2 = Commodity fethism

a = Titik potong (Intercept)

b = Koefisiansi regresi

3.9.4 Uji Korelasi

Koefisien korelasi adalah cara untuk menyatakan tingkat asosiasi

antara dua variabel (besarnya ukuran korelasi). Dalam output SPSS,


46

koefisien korelasi terletak pada tabel Model Summary dan tertulis R.

Koefisien adalah persamaan tetap dari garis lurus menurut Pearson dan

sifatnya adalah sebagai ekspresi hubungan timbal balik antar dua variabel.

Bila tidak ada hubungan timbal balik nilainya nol, bila hubungan itu

sempurna nilainya satu (1,0). Nilai positif R menunjukkan bahwa ada

kecenderungan untuk nilai tinggi pada kedua variabel (Putrawan, pp117).

Istilah korelasi dikenal sebagai nilai hubungan antara dua atau lebih

variabel yang diteliti. Nilai koefisien korelasi digunakan sebagai pedoman

untuk menentukan suatu hipotesis dapat diterima atau ditolak dalam suatu

penelitian. Nilai koefisien korelasi bergerak dari 0 ≥ 1 atau 1 ≤ 0 (Bungin,

pp. 184). Kalau dideskripsikan, nilai koefisien korelasi tersebar

sebagaimana terlihat pada tabel berikut :

Tabel 3.6 Tabel Nilai Korelasi

Nilai Koefisian Penjelasan


 0,70 – keatas Hubungan positif yang sangat kuat
 0,50 – 0,69 Hubungan positif yang mantap
 0,30 – 0,49 Hubungan positif yang sedang
 0,10 – 0,39 Hubungan positif yang tidak berarti
- 0,0 Tidak ada hubungan
- 0,01 – 0,09 Hubungan Negatif tidak berarti
- 0,10 – 0,29 Hubungan Negatif yang rendah
- 0,30 – 0,49 Hubungan negatif yang sedang
- 0,50 – 0,69 Hubungan negatif yang mantap
- 0,70 – keatas Hubungan negatif yang sangat kuat
Sumber : Sarwono, 2009:78

3.9.5 Uji T-test

T-test digunakan untuk mengetahui besarnya pengaruh masing-

masing variabel independent secara individual terhadap variabel dependent


47

(Santoso, pp:54). Adapun taraf signifikasinya sebesar α = 1% sampai

dengan 10%. Untuk melakukan uji hipotesis, ada beberapa ketentuan yang

perlu diperhatikan, yaitu merumuskan hipotesis nol (Ho) dan harus disertai

pula dengan hipotesis alternatif (Ha). Seperti berikut :

Ho: βo = 0 Tidak terdapat pengaruh budaya Korean Wave

terhadap perubahan prilaku remaja lampung.

Ha: βo ≠ 0 Terdapat pengaruh budaya Korean Wave terhadap

perubahan prilaku remaja lampung.

3.9.6 Uji F (Uji Simultan)

Uji statistik F pada dasarnya menunjukkan apakan semua variabel

independen yang digunakan berpengaruh secara bersama-sama terhadap

satu variabel dependen (Ghozali (2005). Tujuan pengujian ini adalah untuk

mengetahui apakah variabel independen dapat mempengaruhi variabel

dependen secara signifikan. Pengujian ini dilakukan dilakukan dengan uji F

pada tingkat keyakinan 95% dan tingkat kesalahan analisis (α) = 5% derajat

bebas pembilang df1 = (k-l) dan derajat bebas penyebut df1 = (n-k), k

merupakan banyaknya parameter koefisien model regresi linier dan n

merupakan jumlah pengamatan.

Nilai F dapat dirumuskan sebagai berikut :

F=

Keterangan :

n = Jumlah sampel

k = Jumlah variabel bebas


48

R2 = Koefisien Determinasi

Dasar pengambian keputusan :

1. Jika F hitung < F tabel, maka Ho diterima

Jika F hitung > F tabel, maka Ho ditolak

2. Berdasarkan nilaki probabilitas (signifikan) dasar pengambilan

keputusan adalah :

Jika probabilitas > 0,05 maka ho diterima

Jika probabilitas < 0,05 maka Ho ditolak

3.9.7 Uji Hipotesis

Ukuran signifikan keterdukungan hipotesis dapat dilakukan dengan

perbandingan T-table dan T-statistic. Jika T-Statistic lebih tinggi

dibandingkan dengan T-table, berarti hipotesis terdukung, diterima atau

signifikan (Sugiyono, 2012:156).

3.9.8 Statistik Deskriptif

Analisis deskriptif adalah statistik yang digunakan untuk

menganalisa data dengan cara mendeskriptikan atau menggambarkan data

yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat

kesimpulan yang berlaku untuk umum atau generalisasi (Sugiyono,

2014:147). Peneliti akan mengolah data mentah yang hanya mengemukakan

data masuk dengan cara dikelompokkan dan ditabulasikan kemudian diberi

penjelasan.
80

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Setelah menganalisis pengaruh budaya K-Wave (Korean Wave)

terhadap perubahan perilaku remaja penyuka budaya Korea di

Bandarlampung pada bab IV, maka kesimpulan yang peneliti terima adalah

sebagai berikut :

1. Berdasarkan hasil uji hipotesis penelitian terdapat pengaruh yang

signifikan antara variabel independen (globalisasi budaya (X1) dan

commodity fethism (X2)) terhadap variabel dependen (perubahan

perilaku remjaa (Y) ), dimana Ho ditolak dan Ha diterima.

2. Berdasarkan hasil uji koefisian korelasi penelitian diperoleh angka R

sebesar 0,920 dengan sig. (2-tailed) sebesar 0,000 atau lebih kecil dari

0,05 menunjukkan bahwa terjadi hubungan antara budaya Korean Wave

terhadap perubahan perilaku remaja.

3. Remaja lebih menyukai dan mengeikutibudaya Korea dibandingkan

dengan budaya Indonesia khususnya budaya Lampung dengan

menggunakan pakaian dan make-up seperti artis Korea dan

menngunakan bahasa Korea di setiap pembicaraan.

4. Pengaruh budaya Korean Wave sangat besar terhadap perubahan

perilaku remaja Bandarlampung, terlihat dari setiap jawaban responden

terhadap kuesioner penelitian yang menunjukan perubahan perilaku


81

yang mengubah gaya hidup dengan hampir setiap hari remaja

melakukan kegiatan yang berhubungan dengan budaya K-Wave.

5. Meningkatnya Korean Wave di Indonesia merupakan pengaruh dari

kemajuan teknologi, komunikasi, dan informasi sebagai instrumen dari

globalisasi budaya yang mempengaruhi perubahan perilaku remaja,

sehingga menimbulkan sikap berlebihan dan mengimitasi budaya

Korean Wave.

5.2 Saran

Berdasarkan hasil dari penelitian yang memuktikan bahwa terdapat

pengaruh budaya K-Wave (Korean Wave) terhadap perubahan perilaku

remaja penyuka budaya Korea di Bandarlampung, peneliti memiliki

beberapa saran, diantaranya :

1. Diharapkan giatnya peran pemerintah, pebisnis dan investor dalam

mengenali potensi budaya Indonesia khususnya budaya Lampung agar

masyarakat dapat mengenal lebih jauh dan dapat menghargai bermacam-

macam budaya yang Lampung miliki. Salah satunya dengan

mengembangkan objek-objek budaya seperti pengenalan huruf aksara

Lampung dan proses pembuatan tapis. Program ini dapat dilaksanakan

sebagai salah satu program mata pelajaran di sekolah-sekolah mulaidari SD,

SMP dan SMA.

2. Penelitian ini dapat berguna dalam mengembangkan wawasan dan

pengetahuan di bidang pendidikan budaya dan pengaruhnya terhadap

perubahan gaya hidup dan perilaku individu. Khususnya bagi mahasiswa


82

Hubungan Internasional UNILA, penelitian ini dapat menjadi bahan

referensi pembelajaran mengenai perkembangan budaya popular atau pop

Culture.

3. Penelitian selanjutnya diharapkan dapat lebih memfokuskan lagi tema apa

yang akan diambil dalam suatu penelitian, sehingga hasil yang didapakan

tidak jauh dari perkiraan peneliti. Bagi peneliti selanjutnya yang ingin

meneliti pengaruh budaya K-Wave (Korean Wave) terhadap perubahan

perilaku remaja di Bandarlampung, agar terlebih dahulu melakukan

observasi dan pendekatan, karena dalam penelitian yang dilakukan peneliti

ini masih terdapat kekurangan.


DAFTAR PUSTAKA

A & Winahjoe, S. 1992. Dasar-dasar Riset Pemasaran. Madia Widya Mandala.


Yogyakarta. pp. 75

Azizy, A Qodri. 2003. Melawan Globalisasi Reinterprestasi Ajaran Islam.


Yogyakarta. Pustaka Pelajar. pp, 19

Bungun, B. 2005. Metodelogi Penelitian Kuntitatif. Kencana Prenada, Media


Group. Jakarta. pp,97.
2005. Metodelogi Penelitian Kuntitatif. Kencana Prenada, Media Group.
Jakarta. pp,99
2005. Metodelogi Penelitian Kuntitatif. Kencana Prenada, Media Group.
Jakarta. pp, 148

Braker, Chriss. 2004. Cultural Studies: Teori dan Praktik. Bantul. Kreasi Wacana.
pp 205

Castelles, M. 2010. The Power Of Identity 2ed ed. With A New Preferace. West
Sussex; Blackwell Publishing Ltd., pp . 10-11

Do Kyun,Kim & Min Suk Kim. 2011. Hallyu Influence of Korean Popular
Culture in Asia and Beyond Seoul. SNU Press. pp 56

Herlina. 2013. Biblitherapy: Mengatasi Masalah Anak dan Remaja. Bandung.


Pustaka Cendikia Utama

Hong, Euny. 2014. “Korean Cool”. Bentang. Yogyakarta. hlm. 181

Hurlock, Elizabeth B. 1999. Psikologi Perkembangan Remaja. Jakarta. Erlangga.


pp, 206
2003. Psikologi Perkembangan Remaja. Jakarta. Erlangga. pp, 26
Indrayani, Emmi. 2009. Antropologi: Jillid III. Jakarta Pusat Perbukuan.
Depdiknas. pp, 68

Ihromi, T O, 2006, Pokok-Pokok Antropologi Budaya, Yayasan Obor Indonesia,


Jakarta.

Jamili, A & Winahjoe, S. 1992. Dasar-dasar Riset Pemasaran. Madia Widya


Mandala. Yogyakarta. pp.73

Joseph Nye . 2005. Soft Power : The Means to Success In World Politics. Cetak
Indonesia. United States : Public Affairs. pp 26

Jogiyanto, dan Abdillah. 2009. Konsep & Aplikasi PLS (Pastial Least Square)
Untuk Penelitian Empiris. Yogyakarta. BPFE Yogyakarta

Keontjardiningrat. 1999. Kebudayaan: Mentalitas dan Kebudayaan. Jakarta.


Rajawali Press.pp, 46

Kiryanto, R. 2006. Teknik Praktis Riset Komunikasi. Kencana. Jakarta

Lupiyoadi, R & Hamdani, A. 2006. Manajemen Pemasaran Jasa. Salemba


Empat. Jakarta. pp 241

Notoatmodjo, Soekidjo. 2003. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta. rineka


Cipta

Prasetya, Joko Tri, dkk. 2004. Ilmu Budaya Dasar. Jakarta. PT Asdi Mahasatya.
pp, 29
2004. Ilmu Budaya Dasar. Jakarta. PT Asdi Mahasatya. pp, 29

Ralph, Linton. 1945. The cultural Background of Personality. New Yeork.


Appelton Century. pp, 30
Putrawan, I Made. Pengujian Hipotesis Dalam Penelitian-penelitian Sosial.
Jakarta. Penerbit Rineka Cipta.

Rakhmat, Jalaliddin. 2008. Psikologi Komunikasi. Bandung. PT Remaja


Rosdakarya. pp, 216

Reeves, David. 2004. Angkot dan Bus Minangkabau: Budaya Pop & Nilai-nilai
Budaya Pop / Popular Culture & Popular Values. Depok. Komunitas
Bambu

Robinson, W.I. 2007. Theories Of Globalization, G. (ed). The Blackwell


Companion to Globalization. Victoria: Blackwell Publishine

Santoso, Singgih. 1999. SPSS: Mengolah Data Statistik Secara Profesional.


Jakarta. PT.Elex Media Komputindo.

Santoso. 2010. Teori-teori psikologi Sosial. Bandung. pp,167

Sarwono, Jhonathan. 2009. Analisis Data Penelitian Menggunakan SPSS.


Yogyakarta. ANDI Yogyakarta. pp,78

Sarwono, W Sarlito. 1997. Teori Psikologi Sosial Individu dan Teori-teori


Psikologi. Jakarta. Balai Pustaka. pp,52

Stinati, Dominic. 2016. Popular Culture:Pengantar Menuju Teori Budaya


Populer. Narasi-Pustaka Promethea, Yogyakarta

2016. Popular Culture:Pengantar Menuju Teori Budaya Populer. Narasi-


Pustaka Promethea, Yogyakarta. hlm. 26

2016. Popular Culture:Pengantar Menuju Teori Budaya Populer. Narasi-


Pustaka Promethea, Yogyakarta. hlm 68-71

Storey, Jhon. 1993. An Introductionary Guide to Cultural Theory and Popular


Culture. Heartfordshire. Harvest wheastheaf.

Sugiyono 2014. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung:


Alfabeta. pp. 7-8
2014. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung:
Alfabeta pp,64
2014. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung:
Alfabeta. pp. 82
2014. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung:
Alfabeta. pp 93-94
2014. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung:
Alfabeta. pp. 142

2014. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung:


Alfabeta. pp. 147

Sung, Sang Yeon. 2008. Korean Wave : Why are Asian attractend to Korean Pop
Culture. Seoul. Jimoon Dang. pp, 11-21

Yusuf, Syamsu. 2004. Psikologi Anak dan Remaja. Bandung. PT Remaja


Rosdakarya. pp 148

LAPORAN DAN PUBLIKASI

Amellita, Nesya. 2010. Kebudayaan Populer Kora: Hallyu dan


Perkembangannya di Indonesia. Universitas Indonesia. pp, 26

Korean Culture And Information Service. 2012 “The Korean Wave; A New Pop
Culture Phenomenom”. Korean Culture And Information Service Ministrey
of Culture Sport and Tourism

Muslich. 1993. Metode Kuantitatif. Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi UI.


Jakarta

Promotion of Korean culture through the “Korean Wave”: Diplomatic White


Paper. 2006. Ministry of Foreign Affairs and Trade. pp, 76
Rustadi, Pettisa. 2012. Korean Wave Sebagai Instrumen Diplomasi Korea Selatan
dilihat Dari Paradigma Realisme, Liberalisme, dan Konstruktifisme.
Universitas Indonesia . pp, 23

Triwahyuni, Dewi. & dkk. 2017. Diplomasi Budaya Korea Selatan-Indonesia di


indonesia. Bandung. pp 09.

Warsito, Tulus & Kartikasari, wahyuni. 2007. Diplomasi Kebudayaan: Konsep


dan Relevansi Bagi Negara Berkembang Studikasis indonesia. Yogyakarta.
Ombak. pp 7

JURNAL

Amroshy, A Ulum Al & Imran, A. 2014. Hegemoni Budaya Pop Korea;


Komunitas Korean Lovers Surabaya, Universitas Indonesia. Jurnal. Voll,
02. No, 03.

Izzati, A & Armando, A. 2014. Analisis Pengaruh Musik Korea Popular


Terhadap Gaya Hidup di Kalangan Remaja. Universitas Indonesia

Ko, Jeong Min. 2006. Sugestion For a Sustainable ‘Korean Wave’. East Asian
Review, Vol.18, No. 4, pp. 58-57

Meidita, Aullya. 2013. Dampak Negatif Industrihallyu di Indonesia. ejournal.


hi.fisip.unmul.org. Vol.1, No.4. pp 979-992

Pertiwi, SP. 2013. Konformitas dan Fanatisme Pada Remaja Koream wave
(Penelitian pada Komunitas Super Junior Fans Club ELF “Ever Lasting
Friend),. Universitas Mulawarman. eJournal Psikologi. vol, 01. No,02, pp.
157-166

Ridharyanthi, M. (2014). Bentuk Budaya Populer dan Konstruksi Prilaku


Konsumen: Studi Terhadap Remaja,. Universitas Kebangsaan Malaysia.
Jurnal visi Komunikasi. Vol. 13, No. 01, Pp 87-104
Sim, Doobo. 2006. Hibridty and Rise of Korean Popular Culture and Sociaty.
SAGE Publication (London Thousand Oaks & New Delhi. Vol, 28. No,01.
pp, 7-8

Sue Jin, Lee. 2011. The Korean Wave : The Seoul of Asia. Elon Journal of
Undergraduate Research in Communication Vol.2. No. 1. pp, 89

Wuryanta, E W. (2011). Diantara Gelombang Korea : Menyimak Fenomena K-


Pop di Indonesia, Jurnal Penelitian. Universitas Paramandina. Voll. III, No.
02

HALAMAN WEB

Dant, T. 1996. Fetishism and The Social Value Of Object. Lancasten Unvercity.
Voll 44. diakses pada 26/10/2016 <
http://eprints.lancs.ac.uk./33407/1/fetishim_eprin.pdf >

Humas Indosiar.2010. Indosiar. diakses pada 09 Mei 2017. <


www.indosiar.com/liv >

Huberman, B. 2002. Growth and Development. diakses pada 13 Agustus 2017. <
http://www.themediaproject.com/fact/development./0_3.htm >

Korea Tourism Organization. 2000. “Korea Sparkling Introduction”. diakses pada


12 Juni 2016 <
http://english.visitkorea.or.kr/cms/download.php?nfile=/enu/cms/content/12
/347712_file_1.doc&ofile=korea_sparkling_introduction_final.do >

Nindiyatsari,D., dkk. 2008. Adolescent Life Style That does Clubbing.<


http://paper.gunadarma.ac.id/index.php/psychology/article/ >

Ministry of Foreign Affairs and Trade. 2012. Key Diplomatic Task. <
http://www.mufat.go.kr/ENG/ministry/task/indeks.jsp?menu=m_50_40 >
Rustam, R. 2009. Hubungan Antara Self Body Image Dengan Pembentukan
Identitas Remaja. diakses pada 26/10/2016 <
http://etd.eprints.ums.ac.id/3735/1/f100040110.pdf >

Schedule. RCTI. diakses pada 26/10/2016 <


www.rcti.tv/program/view/880/Descendants-of-the-sun#.WBB_slKyTCR >

Schedule. RCTI. diakses pada 26/10/2016 <


www.rcti.tv/program/view/880/Descendants-of-the-sun#.WBB_slKyTCR >

Schedule. rtv. diakses pada 26/10/2016 < www.rtv.co.id/program/rtv >

Prasetyo, Heru. 29 Desember 2013. Tribunlampung.co.id <


https://www.google.com/search?qpenggemar+kpop+lampung&hl=in-
iD&ormd=niv&source=Inms&sa=X&ved=0ahUKEwid5qK4wpLVAhUBg
bwKHbFsCQkQ_AUICCgA&biw=360&bih=51&dpr=3#xxri=2 >

Anda mungkin juga menyukai