5. Kemudian kita pecah menjadi 16 blok subnet, dimana nilai 16 diambil dari
hasil perhitungan subnet pertama yaitu:
/20 = (2x) = 24 = 16
8. Selanjutnya kita ambil kembali nilai ke 1 dari blok subnet VLSM 1-1 yaitu
130.20.32.0
9. Kemudian kita pecah menjadi 16:2 = 8 blok subnet lagi, namun oktat ke 4
pada Network ID yang kita ubah juga menjadi 8 blok kelipatan dari 32
sehingga didapat :
a. Blok subnet VLSM 2-1 = 130.20.32.0/27
b. Blok subnet VLSM 2-2 = 130.20.32.32/27
c. Blok subnet VLSM 2-3 = 130.20.33.64/27
d. Blok subnet VLSM 2-4 = 130.20.34.96/27
e. Blok subnet VLSM 2-5 = 130.20.35.128/27
f. Blok subnet VLSM 2-6 = 130.20.36.160/27
g. Blok subnet VLSM 2-1 = 130.20.37.192/27
h. Blok subnet VLSM 2-1 = 130.20.38.224/27
Manfaat VLSM:
SUPERNETTING
Supernetting adalah teknik penggabungan beberapa subnet, dimana manfaat dari
supernetting ini adalah untuk mempersingkat routing table sebuah router sehingga
menghemat memori pada router tersebut.
Supernetting merupakan kebalikan dari Subnetting, dimana dalam hal ini
penambahan jumlah Host dalam jaringan dilakukan dengan meminjam beberapa bit
network untuk dijadikan bit Host dalam membentuk IP-Address pada Supernet,
dengan memperhatikan jumlah Nomor Host yang akan digabung.
Pengaturan IP-Address pada super jaringan (supernet) ada prosedurnya
tersendiri, yaitu sebagai berikut :
Prosedur Supernetting
1. Pada Supernetbit Host yang bernilai nol semua berfungsi sebagai Supernet
Address, bit Host yang bernilai satu semua berfungsi sebagai Broadcast
Address.
2. Pada proses netmasking, IP-Address untuk Supernet-mask ditentukan
dengan mengganti semua bit Network dengan bit 1, dan mengganti semua bit
Host (termasuk bit Host yang dipinjam dari bit Network) dengan bit
0.Contohnya pembentukan supernet dari gabungan 4 buah jaringan Kelas-C
dengan meminjam 2 bit Network, maka komposisi bit 1 dan bit 0 pada proses
netmasking :
a. Sebelum Subnetting:
110nnnnn.nnnnnnnn.nnnnnnnn.hhhhhhhh
b. Proses netmasking:
11111111.11111111.11111111.00000000
c. Subnet-maskKls-C:
255.255.255.0
d. Setelah Supernetting:
110nnnnn.nnnnnnnn.nnnnnnHH.hhhhhhhh
e. Proses netmasking:
11111111.11111111.11111100.00000000
f. Supernet-mask:
255.255.252.0
CONTOH PERHITUNGAN
SUBNETTING PADA IP ADDRESS CLASS C
1. Jumlah Subnet = 2x, dimana x adalah banyaknya binari 1 pada oktet terakhir
subnet mask (2 oktet terakhir untuk kelas B, dan 3 oktet terakhir untuk kelas
A). Jadi Jumlah Subnet adalah 22 = 4 subnet
2. Jumlah Host per Subnet = 2y – 2, dimana y adalah adalah kebalikan dari x
yaitu banyaknya binari 0 pada oktet terakhir subnet. Jadi jumlah host per
subnet adalah 26 – 2 = 62 host
3. Blok Subnet = 256 – 192 (nilai oktet terakhir subnet mask) = 64. Subnet
berikutnya adalah 64 + 64 = 128, dan 128+64=192. Jadi subnet
lengkapnya adalah 0, 64, 128, 192.
4. Bagaimana dengan alamat host dan broadcast yang valid? Kita langsung
buat tabelnya. Sebagai catatan, host pertama adalah 1 angka setelah subnet,
dan broadcast adalah 1 angka sebelum subnet berikutnya.
Kita sudah selesaikan subnetting untuk IP address Class C. Dan kita bisa
melanjutkan lagi untuk subnet mask yang lain, dengan konsep dan teknik yang
sama. Subnet mask yang bisa digunakan untuk subnetting class C adalah seperti di
bawah. Silakan anda coba menghitung seperti cara diatas untuk subnetmask
lainnya.
Ok, kita coba dua soal untuk kedua teknik subnetting untuk Class B. Kita mulai dari
yang menggunakan subnetmask dengan CIDR /17 sampai /24. Contoh network
address 172.16.0.0/18.
Penghitungan:
Penghitungan:
Kalau sudah mantab dan paham, kita lanjut ke Class A. Konsepnya semua sama
saja. Perbedaannya adalah di OKTET mana kita mainkan blok subnet. Kalau Class
C di oktet ke 4 (terakhir), kelas B di Oktet 3 dan 4 (2 oktet terakhir), kalau Class A di
oktet 2, 3 dan 4 (3 oktet terakhir). Kemudian subnet mask yang bisa digunakan
untuk subnetting class A adalah semua subnet mask dari CIDR /8 sampai /30.
Penghitungan: