Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PENDAHULUAN

ATONIA UTERI
Laporan Pendahuluan Ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Minggu Ketujuh Departemen Keperawatan
Maternitas Profesi Ners FIK Unmuh Ponorogo
Di Ruang Mashitoh RSU Aisiyah Ponorogo

Disusun oleh :
Faris Nur Fitra

PRODI PROFESI NERS FAKULTAS ILMU KESEHATAN


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PONOROGO
TAHUN AKADEMIK 2020/2021
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING

Laporan Pendahuluan Keperawatan oleh :


Nama : Faris Nur Fitra
NIM : 20650295

Telah Disetujui dalam rangka praktik klinik keperawatan maternitas mahasiswa Profesi Ners
Universitas Muhammadiyah Ponorogo di Rumah Sakit Umum Aisiyah Ponorogo.

Pembimbing Institusi

( )
LAPORAN PENDAHULUAN
ATONIA UTERI

A. Pengertian
Atonia uteri (relaksasi otot uterus) adalah uteri tidak berkontraksi
dalam 15 detik setelah dilakukan pemijatan fundus uteri (plasenta telah lahir).
Atonia uteri adalah kegagalan serabut-serabut otot myometrium uterus untuk
berkontraksi dan memendek. Atonia Uteri adalah suatu kondisi dimana
Myometrium tidak dapat berkontraksi dan bila ini terjadi maka darah yang
keluar dari bekas tempat melekatnya plasenta menjadi tidak terkendali. (Apri,
2007).

B. FaktorPenyebab
Beberapa faktor predisposisi yang terkait dengan perdarahan pasca
persalinan yang disebabkan oleh atonia uteri, diantaranya adalah (Prawiharjo,
2007):
1. Uterus membesar lebih dari normal selama kehamilan, diantaranya:
a. Jumlah air ketuban yang berlebihan(Polihidramnion)
b. Kehamilan gemelli
c. Janin besar(makrosomia)
2. Kala satu atau kala 2memanjang
3. Persalinan cepat (partuspresipitatus)
4. Persalinan yang diinduksi atau dipercepat denganoksitosin
5. Infeksiintrapartum
6. Multiparitastinggi
7. Magnesium Sulfat yang digunakan untuk mengendalikan kejang
pada preeklamsia ataueklamsia.
8. Umur yang terlalu tua atau terlalu muda(<20 tahun dan >35tahun)
Atonia Uteri juga dapat timbul karena salah penanganan kala III persalinan,
dengan memijat uterus dan mendorongnya ke bawah dalam usaha melahirkan
plasenta, sedang sebenarnya belum terlepas dari uterus.

C. ManifestasiKlinis
1. Uterus tidak berkontraksi danlembek
2. Perdarahan segera setelah anak lahir (postpartumprimer)
D. Tanda dangejala
1. Perdarahanpervaginam
Perdarahan yang sangat banyak dan darah tidak merembes. Peristiwa
sering terjadi pada kondisi ini adalah darah keluar disertai gumpalan
disebabkan tromboplastin sudah tidak mampu lagi sebagai anti pembeku
darah
2. Konsistensi rahimlunak
Gejalainimerupakangejalaterpenting/khasatoniadanyangmembedakan
atonia dengan penyebab perdarahan yang lainnya
3. Fundus uterinaik
4. Terdapat tanda-tanda syok:
a. Nadi cepat dan lemah (110 kali/ menit ataulebih)
b. Tekanan darah sangat rendah : tekanan sistolik < 90mmHg
c. Pucat
d. Keriangat/ kulit terasa dingin danlembap
e. Pernafasan cepat frekuensi30 kali/ menit ataulebih
f. Gelisah, binggung atau kehilangankesadaran
g. Urine yang sedikit ( < 30 cc/jam)
E. Patofisiologi
Kontraksi uterus merupakan mekanisme utama untuk mengontrol perdarahan
setelah melahirkan. Atonia uteri terjadi karena kegagalan mekanisme ini.
Perdarahan postpartum secara fisiologis dikontrol oleh kontraksi serabut-serabut
miometrium yang mengelilingi pembuluh darah yang memvaskularisasikandaerah
implantasi plasenta. Atonia uteri terjadi apabila serabut-serabut miometrium
tersebut tidak berkontraksi (Cuningham,2005).
Miometrium terdiri dari tiga lapisan dan lapisan tengah merupakan bagian
yang terpenting dalam hal kontraksi untuk menghentikan perdarahan postpartum,
lapisantengahmiometriumtersusunsebagaianyamandanditembusolehpembuluh
darah. Masing-masing serabut mempunyai dua buah lengkungan sehingga setiap
dua buah serabut kira-kira membentuk angka delapan. Setelah partus, dengan
adanya susunan otot seperti diatas, jika otot berkontraksi akanmenjempit
pembuluh darah. Ketidakmampuan miometrium untuk berkontraksi ini akan
menyebabkan pembuluh darah pada uterus tetap vasodilatasi sehingga terjadinya
perdarahan postpartum (Cuningham, 2005).

F. Pathway

Peningkatankadar Peregangan otot rahim


Nyeri
Persalinan
Hipotalamusdan oksitosin Kontraksiuterus

Ansietas
Mendorong bayi

Menekankandungkemih Merangsang resentor tekan

Sensasiberkemih Keinginan meneran saat


adakontraksi

Kontraksisering,keinginan Resiko Infeksi


mengedanmeningkat

Presentasi janindiperenium Laserasiperimium

Janin lahir
Nyeri
Persalinan
Ketidakmampuanmiometrium
untuk berkontraksi

pembuluh darah pada uterus tetap


vasodilatasi

Perdarahan RisikoSyok
G. Diagnosis
Diagnosis ditegakan bila setelah bayi dan plasenta lahir ternyata
perdarahan masih aktif dan banyak, bergumpal dan pada palpasi didapatkan
fundus uteri masih setinggi pusat atau lebih dengan kontraksi yang lembek.
Perludiperhatikanbahwapadasaatatoniauterididiagnosis,makapadasaatitu juga
masih ada darah sebanyak 500-1000 cc yang sudah keluar dari pembuluh
darah,tetapimasihterperangkapdalamuterusdanharusdiperhitungkandalam
kalkulasi pemberian darahpengganti.

H. Pencegahan
Pemberian oksitosin rutin pada kala III dapat mengurangi risiko
perdarahan pospartum lebih dari 40%, dan juga dapat mengurangi kebutuhan
obattersebutsebagaiterapi.ManajemenaktifkalaIIIdapatmengurangijumlah
perdarahan dalam persalinan, anemia, dan kebutuhan transfusidarah.
Kegunaan utama oksitosin sebagai pencegahan atonia uteri yaitu
onsetnya yang cepat, dan tidak menyebabkan kenaikan tekanan darah atau
kontraksi tetani seperti ergometrin. Pemberian oksitosin paling bermanfaat
untuk mencegah atonia uteri. Pada manajemen kala III harus dilakukan
pemberian oksitosin setelah bayi lahir. Aktif protokol yaitu pemberian 10 unit
IM, 5 unit IV bonus atau 10-20 unit per liter IV drip 100-150cc/jam.
Analog sintetik oksitosin, yaitu karbetosin, saat ini sedang diteliti
sebagai uterotonika untuk mencegah dan mengatasi perdarahan pospartum
dini. Karbetosin merupakan obat long-acting dan onset kerjanya cepat,
mempunyai waktu paruh 40 menit dibandingkan oksitosin 4-10 menit.
Penelitian di Canada membandingkan antara pemberian karbetosin bolus IV
dengan oksitosin drip pada pasien yang dilakukan operasi sesar. Karbetosin
ternyata lebih efektif dibanding oksitosin.
I. Komplikasi
1. Syokhipovolemik
2. Mudahterjadikomplikasiinfeksiterutamaakibatperdarahanyangberasal dari
trauma jalanlahir.
J. Penatalaksanaan
Banyaknya darah yang hilang akan mempengaruhi keadaan umum
pasien. Pasien bisa masih dalam keadaaan sadar, sedikit anemis, atau sampai
syok berat hipovolemik. Tindakan pertama yang harus dilakukan tergantung
pada keadaaan klinisnya.
1. Resusitasi
Apabilaterjadiperdarahanpospartumbanyak,makapenangananawalyaitu
resusitasidenganoksigenasidanpemberiancairancepat,monitoringtanda-
tanda vital, monitoring jumlah urin, dan monitoring saturasi oksigen.
Pemeriksaan golongan darah dan crossmatch perlu dilakukan untuk
persiapan transfusidarah.
2. Masase dan kompresibimanual
Masase dan kompresi bimanual akan menstimulasi kontraksi uterus yang
akan menghentikan perdarahan. Pemijatan fundus uteri segera setelah
lahirnya plasenta (max 15 detik), jika uterus berkontraksi maka lakukan
evaluasi, jika uterus berkontraksi tapi perdarahan uterus berlangsung,
periksa apakah perineum / vagina dan serviks mengalami laserasi dan jahit
atau rujuk segera
3. Jika uterus tidak berkontraksi maka:
Bersihkanlah bekuan darah atau selaput ketuban dari vagina & lobang
serviks. Pastikan bahwa kandung kemih telah kosong,Lakukan kompresi
bimanual internal (KBI) selama 5 menit.
a. Jika uterus berkontraksi, teruskan KBI selama 2 menit, keluarkan
tangan perlahan-lahan dan pantau kala empat denganketat.
b. Jika uterus tidak berkontraksi, maka : Anjurkan keluarga untuk mulai
melakukan kompresi bimanual eksternal; Keluarkan tangan perlahan-
lahan; Berikan ergometrin 0,2 mg LM (jangan diberikan jika
hipertensi); Pasang infus menggunakan jarum ukuran 16 atau 18 dan
berikan 500 ml RL + 20 unit oksitosin. Habiskan 500 ml pertama
secepat mungkin; UlangiKBI
c. Jikauterusberkontraksi,pantauibudenganseksamaselamakalaempat
d. Jika uterus tidak berkontraksi maka rujuksegera
4. Pemberian Uterotonika
Oksitosin merupakan hormon sintetik yang diproduksi oleh lobus posterior
hipofisis. Obat ini menimbulkan kontraksi uterus yang efeknya meningkat
seiring dengan meningkatnya umur kehamilan dan timbulnya reseptor
oksitosin. Pada dosis rendah oksitosin menguatkan kontraksi dan
meningkatkan frekwensi, tetapi pada dosis tinggi menyebabkan tetani.
Oksitosin dapat diberikan secara IM atau IV, untuk perdarahan aktif
diberikan lewat infus dengan ringer laktat 20 IU perliter, jika sirkulasi
kolaps bisa diberikan oksitosin 10 IU intramiometrikal (IMM). Efek
samping pemberian oksitosin sangat sedikit ditemukan yaitu nausea dan
vomitus, efek samping lain yaitu intoksikasi cairan jarang ditemukan.
Metilergonovin maleat merupakan golongan ergot alkaloid yang dapat
menyebabkan tetani uteri setelah 5 menit pemberian IM. Dapat diberikan
secara IM 0,25 mg, dapat diulang setiap 5 menit sampai dosis maksimum
1,25 mg, dapat juga diberikan langsung pada miometrium jika diperlukan
(IMM) atau IV bolus 0,125 mg. obat ini dikenal dapat menyebabkan
vasospasme perifer dan hipertensi, dapat juga menimbulkan nausea dan
vomitus. Obat ini tidak boleh diberikan pada pasien dengan hipertensi.
Uterotonikaprostaglandinmerupakansintetikanalog15metilprostaglandin
F2alfa.Dapatdiberikansecaraintramiometrikal,intraservikal,transvaginal,
intravenous,intramuscular,danrectal.PemberiansecaraIMatauIMM0,25 mg,
yang dapat diulang setiap 15 menit sampai dosis maksimum 2 mg.
Pemberian secara rektal dapat dipakai untuk mengatasi perdarahan
pospartum(5tablet200µg=1g).Prostaglandininimerupakanuterotonika yang
efektif tetapi dapat menimbulkan efek samping prostaglandin seperti:
nausea, vomitus, diare, sakit kepala, hipertensi dan bronkospasme yang
disebabkan kontraksi otot halus, bekerja juga pada sistem termoregulasi
sentral, sehingga kadang-kadang menyebabkan muka kemerahan,
berkeringat,dangelisahyangdisebabkanpeningkatanbasaltemperatur,hal ini
menyebabkan penurunan saturasi oksigen. Uterotonika ini tidak boleh
diberikan pada pasien dengan kelainan kardiovaskular, pulmonal, dan
disfungsihepatik.Efeksampingseriuspenggunaannyajarangditemukan
dan sebagian besar dapat hilang sendiri. Dari beberapa laporan kasus
penggunaan prostaglandin efektif untuk mengatasi perdarahan persisten
yang disebabkan atonia uteri dengan angka kesuksesan 84%-96%.
Perdarahan pospartum dini sebagian besar disebabkan oleh atonia uteri
maka perlu dipertimbangkan penggunaan uterotonika ini untuk mengatasi
perdarahan masif yang terjadi.
5. Operatif
Beberapa penelitian tentang ligasi arteri uterina menghasilkan angka
keberhasilan 80-90%. Pada teknik ini dilakukan ligasi arteri uterina yang
berjalan disamping uterus setinggi batas atas segmen bawah rahim. Jika
dilakukanSC,ligasidilakukan2-3cmdibawahirisansegmenbawahrahim.
Untuk melakukan ini diperlukan jarum atraumatik yang besar dan benang
absorbableyangsesuai.Arteridanvenauterinadiligasidenganmelewatkan
jarum 2-3 cm medial vasa uterina, masuk ke miometrium keluar di bagian
avaskular ligamentum latum lateral vasa uterina. Saat melakukan ligasi
hindari rusaknya vasa uterina dan ligasi harus mengenai cabang asenden
arteri miometrium, untuk itu penting untuk menyertakan 2-3 cm
miometrium.Jahitankeduadapatdilakukanjikalangkahdiatastidakefektif
danjikaterjadiperdarahanpadasegmenbawahrahim.Denganmenyisihkan
vesika urinaria, ligasi kedua dilakukan bilateral pada vasa uterina bagian
bawah, 3-4 cm dibawah ligasi vasa uterina atas. Ligasi ini harus mengenai
sebagian besar cabang arteri uterina pada segmen bawah rahim dan cabang
arteri uterina yang menuju ke servik, jika perdarahan masih terus
berlangsung perlu dilakukan bilateral atau unilateral ligasi vasaovarian.
6. Ligasi arteri IliakaInterna
Identiffikasi bifurkasiol arteri iliaka, tempat ureter menyilang, untuk
melakukannyaharusdilakukaninsisi5-8cmpadaperitoneumlateralparalel
dengan garis ureter. Setelah peritoneum dibuka, ureter ditarik ke medial
kemudian dilakukan ligasi arteri 2,5 cm distal bifurkasio iliaka interna dan
eksterna. Klem dilewatkan dibelakang arteri, dan dengan menggunakan
benangnonabsobabledilakukandualigasibebasberjarak1,5-2cm.Hindari
traumapadavenailiakainterna.Identifikasidenyutarteriiliakaeksternadan
femoralis harus dilakukan sebelum dan sesudah ligasi.Risiko ligasi arteri
iliaka adalah trauma vena iliaka yang dapat menyebabkan perdarahan.
Dalam melakukan tindakan ini dokter harus mempertimbangkan waktudan
kondisipasien.

 TeknikB-Lynch
Teknik B-Lynch dikenal juga dengan “brace suture”, ditemukan oleh
Christopher B Lynch 1997, sebagai tindakan operatif alternative untuk
mengatasi perdarahan pospartum akibat atonia uteri.
7. Histerektomi
Histerektomiperipartummerupakantindakanyangseringdilakukan
jika terjadi perdarahan pospartum masif yang jmembutuhkan tindakan
operatif. Insidensi mencapai 7-13 per 10.000 kelahiran, dan lebih banyak
terjadi pada persalinan abdominal dibandingkanvaginal.
8. Kompresi bimanual atoniauteri
Peralatan: sarung tangan steril; dalam keadaan sangat gawat; lakukan
dengan tangan telanjang yang telah dicuci.
Teknik:
Basuh genetalia eksterna dengan larutan disinfektan; dalam kedaruratan
tidak diperlukan
a. Eksplorasi dengan tangankiri
Sisipkan tinju kedalam forniks anterior vagina
b. Tangankanan(luar)menekandindingabdomendiatasfundusuteridan
menangkap uterus dari belakangatas
c. Tangan dalam menekan uterus keatas terhadap tanganluar
Ia tidak hanya menekan uterus, tetapi juga meregang pembuluh darah
aferen sehingga menyempitkan lumennya.Kompresi uterus bimanual
dapat ditangani tanpa kesulitan dalam waktu 10-15 menit. Biasanya
sangat baik mengontrol bahaya sementara dan sering menghentikan
perdarahan secara sempurna
Langkah Penatalaksanaan Atonia Uteri
NO Langkah Penatalaksanaan Alasan
1 Masase fundus uteri segera setelah lahirnya Masase merangsang kontraksi uterus. Saat
plasenta(maksimal 15 detik) dimasase dapat dilakukan penilaia kontraksi
uterus
2 Bersihkan bekuan darah dan selaput ketuban Bekuan darah dan selaput ketuban dalam
dari vagina dan lubang serviks vagina dan saluran serviks akan dapat
menghalang kontraksi uterus secara baik.
3 Pastikan bahwa kantung kemih kosong,jika Kandung kemih yang penuh akan dapat
penuh dapat dipalpasi, lakukan kateterisasi menghalangi uterus berkontraksi secara baik.
menggunakan teknik aseptik
4 Lakukan Bimanual Internal (KBI) selama 5 Kompresi bimanual internal memberikan
menit tekanan langsung pada pembuluh darah
dinding uterusdan juga merangsang
miometrium untuk berkontraksi.
5 Anjurkan keluarga untuk mulai membantu Keluarga dapat meneruskan kompresi
kompresi bimanual eksternal bimanual eksternal selama penolong
melakukan langkah-langkah selanjutnya
6 Keluarkan tangan perlahan-lahan Menghindari rasa nyeri
7 Berikan ergometrin 0,2 mg IM (kontraindikasi Ergometrin dan misopostrol akan bekerja
hipertensi) atau misopostrol 600-1000 mcg dalam 5-7 menit dan menyebabkan kontraksi
uterus
8 Pasang infus menggunakan jarum 16 atau 18 Jarum besar memungkinkan pemberian larutan
dan berikan 500cc ringer laktat + 20 unit IV secara cepat atau tranfusi darah. RL akan
oksitosin. Habiskan 500 cc pertama secepat membantu memulihkan volume cairan yang
mungkin hilang selama perdarahan.oksitosin IV akan
cepat merangsang kontraksi uterus.
9 Ulangi kompresi bimanual internal KBI yang dilakukan bersama dengan
ergometrin dan oksitosin atau misopostrol
akan membuat uterus berkontraksi
10 Rujuk segera Jika uterus tidak berkontaksiselama 1 sampai 2
menit, hal ini bukan atonia sederhana. Ibu
membutuhkan perawatan gawat darurat di
fasilitas yang mampu melaksanakan bedah dan
tranfusi darah
11 Dampingi ibu ke tempat rujukan. Teruskan Kompresi uterus ini memberikan tekanan
melakukan KBI langung pada pembuluh darah dinding uterus
dan merangsang uterus berkontraksi
12 Lanjutkan infus RL +20 IU oksitosin dalam RL dapat membantu memulihkan volume
500 cc larutan dengan laju 500 cc/ jam cairan yang hilang akibat perdarahan.
sehingga menghabiskan 1,5 I infus. Kemudian Oksitosin dapat merangsang uterus untuk
berikan 125 cc/jam. Jika tidak tersedia cairan berkontraksi.
yang cukup, berikan 500 cc yang kedua dengan
kecepatan sedang dan berikan minumuntuk
Rehidrasi
Patway
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN ATONIA UTERI

A. Anamnesa
a) Identitas klien dan penanggungjawab
Meliputi nama, umur ibu yang berusia dibawah 20 tahun atau lebih dari35
tahun, pendidikan, suku bangsa, pekerjaan, agama, alamat, status
perkawinan, ruang rawat, nomor medical record, diagnosa medik, yang
mengirim, cara masuk, alasan masuk, keadaan umumperdarahan.
b) Keluhanutama
Perdarahan dan tidak ada kontraksi setelah persalinan.
c) Data Riwayat penyakit
1) Riwayat kesehatansekarang.
Meliputi keluhan atau yang berhubungan dengan gangguan atau
penyakit dirasakan saat ini dan keluhan yang dirasakan pasien. Pada
atonia uteri meliputi tidak ada merasa kontraksi dan perdarahan.
2) Riwayat KesehatanDahulu
Meliputi penyakit lain yang dapat mempengaruhi penyakit sekarang,
misalnya gizi kurang pada ibu, DM, jantung, hipertensi, masalah
ginekologi/urinary, penyakit endokrin, HIV/AIDS, dll
3) Riwayatkehamilan
Riwayat kehamilan meliputi pada saat kehamilan, persalinan, dannifas
sebelumnya bagi klien multipara. Jumlah kehamilan (GPA) jumlah
anak hidup, jumlah kelahiran premature, jumlah kegugura, jumlah
persalinan dengan tindakan, riwayat pedarahan, riwayat kehamilan
dengan hypertensi, berat badan bayilahir
d) Riwayat pembedahan: Kaji adanya pembedahan yang pernah dialami oleh
klien, jenis pembedahan, kapan, oleh siapa dan di mana tindakan tersebut
berlangsung.
B. PemeriksaanFisik
1) Inspeksi adalah proses observasi yang sistematis yang tidak hanyaterbatas
pada penglihatan tetapi juga meliputi indera pendengaran dan penghidu.
Halyangdiinspeksiantaralainmengobservasikulitterhadapwarna,
perubahanwarna,laserasi,lesiterhadapdrainase,polapernafasanterhadap
kedalaman dan kesimetrisan, bahasa tubuh, pergerakan dan postur,
penggunaan ekstremitas, adanya keterbatasan fisik, danseterusnya
2) Palpasiadalahmenyentuhataumenekanpermukaanluartubuhdenganjari.
 Sentuhan: merasakan suatu pembengkakan, mencatat suhu, derajat
kelembaban dan tekstur kulit atau menentukan kekuatan kontraksi
uterus.
 Tekanan: menentukan karakter nadi, mengevaluasi edema,
memperhatikan posisi janin atau mencubit kulit untuk mengamati
turgor.
 Pemeriksaan dalam: menentukan tegangan/tonus otot atau respon
nyeri yangabnormal
3) Perkusi adalah melakukan ketukan langsung atau tidak langsung pada
permukaan tubuh tertentu untuk memastikan informasi tentang organ atau
jaringan yang adadibawahnya.
 Menggunakan jari: ketuk lutut dan dada dan dengarkan bunyi yang
menunjukkan ada tidaknya cairan , massa ataukonsolidasi.
 Menggunakan palu perkusi: ketuk lutut dan amati ada tidaknya
refleks/gerakanpadakakibawah,memeriksareflekskulitperutapakah
ada kontraksi dinding perut atautidak
4) Auskultasi adalah mendengarkan bunyi dalam tubuh dengan bentuan
stetoskop dengan menggambarkan dan menginterpretasikan bunyi yang
terdengar. Mendengar: mendengarkan di ruang antekubiti untuk tekanan
darah, dada untuk bunyi jantung/paru abdomen untuk bising usus atau
denyut jantungjanin.
C. Pemeriksaanlaboratorium
Pemeriksaan darah (Hb yangmenurun)
D. Data lain-lain:
a) Kaji mengenai perawatan dan pengobatan yang telah diberikan selama
dirawat diRS.
b) Data psikososial. Kaji orang terdekat dengan klien, bagaimana pola
komunikasi dalam keluarga, hal yang menjadi beban pikiran klien dan
mekanisme koping yangdigunakan.
c) Status sosio-ekonomi: Kaji masalah finansialklien
d) KajimengenaipengetahuankliententangKB,apakahkliensetuju,apakah
klien menggunakan kontrasepsi, dan menggunakan KB jenisapa.
e) Kaji kepala dan leherbayi
f) Payudara
g) pemeriksaan genetalia ( vulva oeden / tan)
h) VT
i) Vagina
j) Portio
k) Pembukaan,ketuban
E. Diagnosa yang MungkinMuncul
1) NyeriAkut b.d agen cidera biologis
2) RisikoSyokb.dperdarahan
3) Hypovolemia b.d agen kehilangan cairan aktif
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

DiagnosaKeperawatan PerencanaanKeperawatan
Tujuan&KriteriaHasil Intervensi
Hipovolemia Status Cairan Manajemen Hipovolemia
D.0023 Tujuan: Setelahdilakukantindakankeperawatan 3x24 jamdiharapkan Observasi:
status cairanmembaik  Periksatandadangejalahypovolemia (mis.
Pengertian : KriteriaHasil: frekuensi nadi meningkat, nadi teraba lemah,
Menurun CukupMen Sedang CukupMe Meningka tekanan darah menurun, tekanan nadi menyempit,
Penurunan volume urun ningkat t
cairanintravaskuler, 1 Kekuatannadi
interstisial,   1 2 3 4 5
dan/atauintraselular 2 Turgor kulit
  1 2 3 4 5
3 Output urine
1 2 3 4 4
Meningkat CukupMen Sedang CukupMe Menurun
ingkat nurun
3 dispnea
  1 2 3 4 5
4 Edema perifer
  1 2 3 4 5
Memburuk Cukupme sedang Cukupme membaik
mburuk mbaik
5 Frekuensinadi
1 2 3 4 5
6 Tekanandarah
1 2 3 4 5
7 Membrane mukosa
1 2 3 4 5
8 Jugular venous pressure (JVP)
1 2 3 4 5
9 Kadar Hb
1 2 3 4 5
10 Kadar Ht
1 2 3 4 5
Diagnosa Keperawatan Perencanaan Keperawatan
Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi
Risiko Syok Tingkat Syok Pencegahan Syok
D.0039 Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 jam Observasi:
diharapkan tingkat syok menurun  Monitor status kardiopulmonal
Pengertian : Kriteria Hasil:  Monitor status oksigenasi
Berisiko mengalami Menurun Cukup Sedang Cukup Meningka  Monitor status cairan
ketidakcukupan aliran Menurun Meningka t  Monitor tingkat kesadaran dan respon pupil
darah ke jaringan tubuh, t  Periksa riwayat alergi
yang dapat 1 Kekuatan nadi
Terapeutik:
mengakibatkan disfungsi   1 2 3 4 5
 Berikan oksigen untuk mempertahankan saturasi
seluler yang mengancam 2 Tingkat kesadaran
oksigen >94%
  1 2 3 4 5
jiwa  Persiapan intubasi dan ventilasi mekanik, jika
Meningkat Cukup Sedang Cukup Menurun
perlu
Meningkat Menurun
 Pasang jalur IV, jika perlu
3 Akral dingin
 Pasang kateter urine untuk menilai produksi urine
  1 2 3 4 5
4 Pucat
  1 2 3 4 5
5 Haus
1 2 3 4 5
6 Konfusi
1 2 3 4 5
DAFTAR PUSTAKA

Bobak, L. 2015. Keperawatan Maternitas, Edisi 4.Jakarta: EGC

Cunningham FG etc, editor. Williams Obstetrics 21th edition.EGC. Jakarta. 2015.

Herdman, T.H. & Kamitsuru, S. (Eds.). 2014. NANDA International Nursing

Diagnoses: Definitions and Classification 2015-2017. Oxford: Wiley Blackwell.

Mansjoer, Arif. 2007. Kapita Selekta Kedokteran Edisi 3 Jilid II. Jakarta: Media

Aesculapius.

Prawiroharjo, S. 2010. Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Edisi ke-12.

Jakarta: Bina Pustaka

Anda mungkin juga menyukai