Anda di halaman 1dari 23

MODUL 2

DETERMINAN DAN INVERS MATRIKS

2.1. Determinan
Definisi 2.1 (Determinan)
Untuk setiap matriks berukuran n x n, yang dikaitkan dengan suatu bilangan real
dengan sifat tertentu dinamakan determinan, dengan notasi dari determinan matriks
A adalah det(A) atau │A│

Contoh 2.1 :
Diberikan matriks A dan B sebagai berikut :
 a11 a12 a1n 
3 4 1   
A   2 3 2 
a21 a22 a2n 
dan B  
 
3 4  7   
 an1 an 2 ann 
Buat determinan dari A dan B.
Jawab :
Sesuai dengan definisi 2.1, maka diperoleh :

3 4 1
det( A)   2 3 2 

 3 4 7 

 a11 a12 a1n 


a a22 a2n 
det(B )   21
 
 
an1 an 2 ann 

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa determinan adalah suatu fungsi dengan
domain himpunan matriks-matriks bertipe n x n dan hasilnya adalah bilangan riil
dengan aturan untuk menentukan determinan akan dibicarakan dibawah ini.
Misal untuk n = 1 kita definisikan det(a11 )= a11 .
Untuk menentukan nilai determinan dari suatu matriks, dapat dilakukan dengan
beberapa metode, antara lain :
a. Perluasan Kofaktor
Untuk menghitung determinan dari suatu matriks, dengan menggunakan perluasan
kofaktor, pandanglah suatu unsur aij dari matriks A berukuran n x n sebagai berikut :
 a11 a12 a1n 
a a a2 n 
A   21 22
 
 
 an1 an 2 ann 
Jika pada A baris ke-i kolom ke-j dihilangkan maka kita mendapat submatriks
berukuran (n-1) x (n-1). Determinan submatriks ini disebut minor unsur aij
dilambangkan dengan Mij, sedang (-1)i+jMij disebut kofaktornya dan ini
dilambangkan dengan Aij.
Jadi :
Aij = (-1)i+jMij.
Jika A matriks berukuran n x n dengan n > 2, maka
a) det(A) = aijAij + a2jA2j + … + anjAnj
n
= 
i 1
aijAij untuk j tetap 1 ≤ j ≤ n

b) det(A) = ai1 Ai1 + ai2 Ai2 + … + ain Ain


n
= j 1
aijAij untuk i tetap 1 ≤ i ≤ n

Bentuk a) disebut pengembangan determinan menurut kolom j dan


bentuk b) disebut pengembangan determinan menurut baris ke-i.
Untuk n = 2 kita dapatkan :
a11 a12
det( A)  | A |   (1) 21  a12 a21  (1) 2 2  a22 a11
a21 a22
 a11a22  a12 a21
Dengan kata lain determinan dari suatu matriks berukuran 2 x 2 adala h perkalian
elemen-elemen diagonal utama dikurangi dengan perkalian elemen-elemen diagonal
lainnya.
Sedang untuk n = 3, jika kita lakukan pengembangan baris pertama diperoleh :
a11 a12 a13
det(A) = |A| = a21 a22 a23
a31 a32 a33

21
a22 a23 a21 a23
= (-1)1+1 ∙ a11 + (-1)1+2 ∙ a12
a32 a33 a31 a33

a21 a 22
+ (-1)1+3 ∙ a13
a31 a 32

 a11 (a 22 a33  a 23a32 )  a12 (a 21a33  a 23a31 )


 a13 (a 21a32  a 22 a31 )

 a11a 22 a33  a11a 23a32  a12 a 23a31  a12 a 21a33


 a13a 21a32  a13a 22 a31
b. Aturan Sarrus
Aturan sarrus, hanya digunakan untuk menentukan determinan matriks berukuran 3 x
3. Dimana untuk menghitung nilai determinannya sebagai berikut :

(-)
a11 a12 a13 a11 a12
a21 a22 a23 a21 a22
a31 a32 a33 a31 a32

(+)

Tulis lagi kolom ke-1 dan ke-2 di sebelah kolom ke-3. Kemudian tarik diagonal dari
kiri atas ke kanan bawah dan dua garis lagi yang sejajar. Ketiga garis tersebut
menghasilkan tiga suku yang bertanda (+).
Kemudian diagonal kedua beserta dua garis sejajar yang lain menghasilkan tiga suku
yang bertanda (-).
Jadi,
|A| = a11 a22 a33 – a11 a23 a32 – a12 a23 a31 + a12 a21 a33 + a13 a21 a32 - a13 a22 a31

Contoh 2.2.
Hitunglah determinan dari matriks :

2 3 1
3 1
A  dan B  1 2 3 
 4 2  3 1 2 

Jawab :
a. Dengan rumus untuk A berukuran 2x2 diperoleh :

22
3 1
det( A)   (3)(2)  (1)(4)  6  4  10
4 2
b. Dengan menggunakan penguraian menurut baris ke 1 diperoleh :
2 3 1
2 3 1 3 1 2
det( B)  1 2 3  (1)11 2  (1)1 2 3  (1)13 3
1 2 3 2 3 1
3 1 2
 2(4  3)  3(2  9)  (1  6)  18
Jika dikerjakan dengan aturan Sarrus diperoleh hasil sebagai berikut :
2 3 1 2 3
1 2 3 1 2
3 1 2 3 1

sehingga
2 3 1
1 2 3  2.2.2  3.3.3  1.1.1  3.2.1  1.3.2  2.1.3  18
3 1 2

Contoh 2.3
Diberikan matriks A sebagai berikut :
 1 2 3 4 
 4 2 0 1 
A 
 1 1 2 3
 
 5 1 6 2

Uraikan |A| menurut kolom ke-4 :


Jawab :
Dengan menggunakan perluasan pada kolom ke-4 maka :
1 2 3 4
4 2 0 1
| A |
1 1 2 3
5 1 6 2
4 2 0 1 2 3 1 2 3 1 2 3
 (4)  1 1 2  1  1 1 2  3 4 2 0 2 4 2 0
5 1 6 5 1 6 5 1 6 1 1 2

23
Selanjutnya dapat digunakan aturan Sarrus. (lanjutkan sebagai latihan)
Jika kita menemui suatu matriks berukuran 4 x 4 atau lebih, tentu cara
penghitungan dengan teori seperti diatas, tidak jarang kita temui penghitungan yang
panjang. Untuk menghindari, kita dapat menggunakan sifat-sifat dari determinan .
Teorema 2.1.
Jika k adalah konstanta dan A matriks berukuran n xn, maka :
1. AT =A
2. kA=kn A
3. Jika A adalah matriks diagonal maka A=a11 a22 … ann
4. Jika elemen dari suatu baris atau suatu kolom dari matriks A semuanya
bernilai nol, maka A=0
5. Jika dua baris atau dua kolom sebanding maka A=0
6. Jika dua baris atau dua kolom matriks A dipertukarkan maka A akan
berubah tanda
7. Jika semua elemen dari suatu baris atau suatu kolom dari A merupakan
pergandaan dari k maka determinanya dikalikan k
8. Jika A dan B Matriks bujur sangkar berukuran sama maka : AB=AB

Sifat-sifat Determinan
1. Untuk setiap matriks bujursangkar A berlaku det(A) = det(AT )
Contoh 2.4.
Diberikan matriks A sebagai berikut :
 2 3 
A 
 1 4
Tentukan det(A) dan det(AT )
Jawab :
2 3
det( A)   (2)(4)  (3)(1)  8  3  11
1 4
 2 1 
AT   
 3 4
2 1
det( AT )   (2)(4)  (1)(3)  8  3  11
3 4

24
2. Jika semua unsur-unsur pada suatu baris (kolom) suatu matriks sama dengan nol
maka determinannya sama dengan nol.
Contoh 2.5.
Diberikan matriks A :

1 1 0 
A  0 1 0  tentukan determinan dari A.
0 0 0 

Jawab :
1 1 0
Sesuai dengan sifat 2, 0 1 0  0 (karena kolom ke 3 nilainya 0)
0 0 0

3. Jika A matriks segitiga berukuran n x n (Segitiga Atas, segitiga bawah atau


diagonal), maka det(A) adalah hasil kali elemen-elemen pada diagonal utama,
yaitu det(A)= a11 . a22 ….ann

Contoh 2.6.
Diberikan matriks A :

 2 40 17 
A   0 1 11 tentukan determinan dari A.
 0 0 3

Jawab :
Menurut sifat 3,
2 40 17
0 1 11  (2.1.3)  6 (karena A merupakan matriks segitiga atas)
0 0 3

4. Jika B adalah matriks yang didapat dari matriks Anxn dengan menggandakan
semua unsur pada suatu baris (kolom) dengan k maka det(B) = k.det(A).
5. Jika B adalah matriks yang didapat dari matriks Anxm dengan menggandakan
semua unsur pada semua baris (kolom) dengan k maka det(B) = kn .det(A).

Contoh 2.7.
Diketahui matriks A , B dan C sebagai berikut :

25
 2 1 3  4 2 6   4 2 6 
A   3 2 1 , B   3 2 1  dan C   6 4 2 
1 4 5  1 4 5   2 8 10 

tentukan determinan dari A, B dan C


Jawab :
Karena matriks A berukuran 3 x 3, dapat digunakan aturan sarrus untuk mendapatkan
nilai determinannya, dan diperoleh :
2 1 3
det( A)  3 2 1  56 (tunjukkan sebagai latihan)
1 4 5

Untuk matriks B, dengan menggunakan sifat 4, karena pada baris I matriks B


merupakan (-2) kali dari matriks A maka diperoleh:
det(B) = det(-2A) = -2 det(A)= 2 x 56 = -112
Untuk matriks C, dengan menggunakan sifat 5, karena semua baris matriks C
merupakan (-2) kali matriks A maka diperoleh :
det(C) = det(-2A) = (-2)3 x 56 = -448

Secara umum sifat 4 dan 5 dapat diilustrasikan sebagai berikut :


Misal diberikan matriks A ukuran 3 x 3 :
ka11 ka12 ka13 a11 a12 a13
a21 a22 a23  k a21 a22 a23  baris I dikalikan dengan k
a31 a32 a33 a31 a32 a33

ka11 ka12 ka13 a11 a12 a13


ka21 ka22 ka23  k a21 a22
3
a23  semua baris dikalikan dengan k
ka31 ka32 ka33 a31 a32 a33

6. Jika B adalah matriks yang didapat dari matriks A dengan mempertukarkan dua
baris (dua kolom) maka det(B) = -det(A).

Contoh 2.8.

 2 1 3
 
Diberikan matriks A   3 2 1 dengan det(A) = 56
1 4 5

26
3 1 2 
Tentukan determinan dari matriks B  1 2 3 
5 4 1 

Jawab :
Dengan menggunaan sifat 6, Karena pada matriks B diperoleh dengan
mempertukarkan kolom I dan III maka det (B)= -56

Secara umum sifat 6 dapat diilustrasikan sebagai berikut :


Misal diberikan matriks A ukuran 3 x 3 :
a21 a22 a23 a11 a12 a13
a11 a12 a13   a21 a22 a23  baris I dan II dipertukarkan
a31 a32 a33 a31 a32 a33

7. Jika B suatu matriks yang didapat dari matriks A dengan mengalikan suatu baris
(kolom) dengan bilangan k kemudian menambahkannya pada suatu baris (kolom)
yang lain maka det(B)=det(A).

Contoh 2.9.
 2 1 3
 
Diberikan matriks A   3 2 1 dengan det(A) = 56
1 4 5

8 3 5
 
Tentukan determinan dari matriks B  3 2 1
1 4 5

Jawab :
Kasus diatas dapat diselesaikan dengan menggunakan sifat 7. Dapat diketahui
bahwa matriks B diperoleh dari matriks A, yaitu baris I matriks B diperoleh dengan
menambahkan baris I matriks A dengan 2 kali baris II. Sehingga det(B)=det(A)=56

Secara umum sifat 7 dapat diilustrasikan sebagai berikut :


Misal diberikan matriks A ukuran 3 x 3 :

27
a11  ka21 a12  ka22 a13  ka23 a11 a12 a13
a21 a22 a23  a21 a22 a23  suatu pergandaan baris II dari A
a31 a32 a33 a31 a32 a33
ditambahkan pada baris I

8. Jika dua baris (dua kolom) suatu matriks A sebanding maka det(A)=0.

Contoh 2.10.
Misal diberikan matriks A dan B sebagai berikut :
1 2 3  3 1 2 
A  3 7 6  dan B  6 2 4 
1 2 3  1 7 3

Tentukan determinan A dan B


Jawab :
Untuk matriks A, karena baris I dan III sebanding maka det(A) = 0
Untuk matriks B, karena baris II dua kali baris I maka det (B)= 0

Secara umum, misalnya dibe rikan matriks A berukuran 3x3 :


a11 a12 a13
ka11 ka12 ka13  0  baris I dan II disebanding
a31 a32 a33

9. Jika A, B dan C matriks berukuran nx n yang berbeda hanya pada salah satu
barisnya (kolomnya) misalnya baris ke- i , dan jika baris ke I dari C dapat
diperoleh dengan menambahkan anggota-anggota yang berpadanan pada baris ke
I dari A dan B maka :
det(C) = det(A) + det(B)

Contoh 2.11.
Diberikan matriks- matriks sebagai berikut :

 1 7 5  1 7 5  1 7 5 

C 2 0 3  ; A   2 0 3  ; B   2 0 3 
  
1  0 4  1 7  (1)  1 4 7  0 1 1

28
Tunjukkan bahwa det(C) = det(A) + det(B)

 1 7 5  1 7 5  1 7 5 

det  2 0 3   det  2 0 3   det 2 0 3 
  
1  0 4  1 7  (1)  1 4 7  0 1 1

Jawab :
Tentukan determinan dari tiap-tiap matriks, Tunjukkan contoh 2. 11, memenuhi sifat
9. (lakukan sebagai latihan anda)

10. Jika A dan B matriks- matriks bujursangkar berukuran sama, maka


det(AB) = det(A).det(B).

Contoh 2.12.
Jika diberikan matriks- matriks sebagai berikut :
 3 1  1 3  2 17 
A  ;B    ; AB   
 2 1  5 8  3 14 
Maka akan diperoleh :
det(A)=1, det(B) = -23 dan det(AB) = -23
(penghitungan sebagai latihan)

Dari contoh-contoh diatas, sifat-sifat determinan sangat membantu dalam


menentukan determinan suatu matriks, akan tetapi jika anda menemui matriks dalam
ukuran yang besar dan perhitungan dengan menggunakan definisi determinan
menjadi lebih rumit, dimana penggunaan sifat-sifat determinan yang ada tidak dapat
secara langsung digunakan. Dari kasus ini, muncul suatu gagasan yaitu dengan
metode mereduksi matriks yang diberikan menjadi bentuk matriks yang lebih
sederhana, misalnya dibentuk matriks segitiga atas.

c. Metode Reduksi
Sesuai dengan gagasan yang telah diungkapkan diatas, metode reduksi
dilakukan dengan cara mereduksi matriks asal menjadi bentuk yang lebih sederhana.
Untuk lebih jelasnya, perhatikan contoh berik ut :
Contoh 2.13 :

29
0 1 5
Hitung determinan dari A   3 6 9 
 2 6 1 

Jawab :
Matriks A diatas dapat direduksi menjadi bentuk matriks segitiga Atas :
0 1 5 3 6 9
det( A)  3 6 9  0 1 5 ( B1 ditukar dengan B2)
2 6 1 2 6 1
1 2 3
 3 0 1 5 ( semua faktor umum 3 dari B1 dikeluarkan)
2 6 1
1 2 3
 3 0 1 5 (2 B1  B3)
0 10 5
1 2 3
 3 0 1 5 (10 B3  B3)
0 0 55
1 2 3
 (3)(55) 0 1 5 ( semua faktor umum  55 dari B3 dikeluarka)
0 0 55
 (3)(55)(1)  165

Dengan metode reduksi, perhitungan nilai determinan akan lebih sederhana.

Contoh 2.14
Hitung determinan :
2 1 1 0
3 0 1 2
| A |
1 1 1 1
2 1 5 1

Jawab :
Perhatikan matriks A diatas, jika kita menambahkan baris ke-3 pada baris ke-4
didapat :

30
3 0 0 1
3 0 1 2
| A |
1 1 1 1
3 0 4 0
Dengan mengembangkan kolom ke-2 diperoleh :
| A |  0  A12  0  A22  1 A33  0  A42
3 0 1
 3 1 2
3 4 0
Dengan menambahkan 2 kali baris ke-1 pada baris ke-2 diperoleh :
3 0 1
A 3 1 0
3 4 0

A  (1)  (1  A13  0  A23  0  A33 )


3 1
 (1)  9
3 4

Dari beberapa cara atau metode menentukan determinan dari suatu matriks
yang telah dijelaskan diatas, tetap akan anda temui penyelesaian yang rumit, jika
menentukan determinan suatu matriks yang berukuran besar ( berukuran 4 x 4 atau
lebih) yang tidak mempunyai bentuk khusus.

Contoh 2.15 :
Diberikan matriks A sebagai berikut :
2 1 3 7 5
3 8 7 9 8 

A  3 4 1 6 2
 
4 0 2 2 3
 7 9 1 5 4 
Tentukan determinan dari matriks A.
Jawab :
Jika determinan matriks A diatas dicari dengan menggunakan perluasan kofaktor,
tentu akan sangat panjang dan rumit. Untuk menentukan determinan dari suatu
matriks, dapat dilakukan dengan bantuan paket program. Dalam modul ini, akan

31
digunakan bantuan program Matlab, dengan langkah- langkahnya adalah sebagai
berikut :
Setelah anda membuka program Matlab, pada MATLAB Command Window,
masukkan nilai- nilai dari matriks A.
» A=[2 1 3 7 5;3 8 7 9 8; 3 4 1 6 2; 4 0 2 2 3;7 9 1 5 4]
A=
2 1 3 7 5
3 8 7 9 8
3 4 1 6 2
4 0 2 2 3
7 9 1 5 4
Inilah matriks A berukuran 5 x 5.
Untuk menentukan determinan dari matriks A, ketik det (A) :
» det(A)
ans =
1767
Hasil inilah determinan dari matriks A berukuran 5 x 5. Jadi det(A)=1767
Tentunya untuk matriks berukuran kecilpun akan lebih cep at jika dihitung
dengan bantuan paket program.

Contoh 2.16.
Coba anda perhatikan lagi contoh 2.4 diatas. Tentukan detrminan dari A dan AT
dengan menggunakan bantuan paket program Matlab.
Jawab :
Analog dengan penyelesaian soal 2.15, pertama kali anda masukkan nilai matriks A:
» A=[-2 3;1 4]
A=
-2 3
1 4
» det(A)
ans =
-11
Diperoleh hasil, determinan A = -11

32
Untuk menentukan determinan dari AT , lakukan hal berikut :
» A'
ans =
-2 1
3 4
hasil di atas merupakan matriks AT
» det(A')
ans =
-11
Diperoleh det(AT )=-11.
Jika anda perhatikan nilainya sama dengan perhitungan diatas.
Dari sifat-sifat dasar fungsi determinan, dapat dikembangkan untuk
mengetahui hubungan antara suatu matriks bujursangkar dan determinannya, salah
satunya adalah uji determinan untuk mengetahui ada tidaknya invers suatu matriks.
Invers suatu matriks merupakan bagian penting dala m mempelajari matriks dan
statistik.

2.2. Invers Matriks


Pada sub bab 2.1 telah kita pelajari determinan dari suatu matriks bujur sangkar.
Suatu matriks Bujur sangkar A, jika A≠0, maka matriks A disebut matriks non
singular, jika A=0, matriks A disebut matriks singular. Selanjutnya nilai determinan
akan kita gunakan untuk menentukan inb=nvers dari suatu matriks.

Definisi 2.2 : (Invers Suatu Matriks)


Jika A adalah sebuah matriks bujur sangkar, dan jika matriks B yang berukuran sama
bisa didapatkan sedemikian hingga memenuhi :
AB  BA  I
dimana I adalah matriks identitas, maka A disebut dapat dibalik (invertibel).
Untuk selanjutnya invers dari matriks A dinyatakan dengan simbol A-1

Teorema 2.2.
Suatu matriks bujur sangkar A dapat dibalik jika dan hanya jika det(A)0.

33
Teorema 2.3 : (Invers matriks berukuran 2 x 2)
a b 
Matriks A   
c d 
Matriks A mempunyai invers jika ab – bc  0, dimana inversnya dapat ditentukan
dengan rumus :
 d b 
 
1  d  b  ad  bc ad  bc 
A1     
ad  bc  c a   c a 

 ad  bc ad  bc 
Bukti :
Bukti untuk teorema ini, tunjukkan bahwa berlaku AA1  I2 dan A1A  I2
(lanjutkan sebagai latihan anda)

Teorema 2.4: (Sifat-sifat invers suatu matriks)


Jika A dan B matriks nonsingular (determinan tidak sama dengan 0) berukuran nx n
maka :
a) A-1 tunggal

b) ( AB) 1  B 1 A1
c) ( A1 ) T  ( AT ) 1

d) ( A1 ) 1  A
1
e) A1 
A

f) Jika A =diag(a11 ,a22 ,…,ann ), maka A-1 = diag a


1
11
1
, a22 1
,..., ann 
g) Jika A=AT maka A-1 = (A-1 )T

Bukti :
a) Anggap A 1 tidak tunggal, sehingga ada invers lainnya dari matriks A, misalnya
A* sehingga berlaku A*A=AA*=I.
Sehingga AA*=I

34
Atau A 1 AA*= A 1 I = A 1 (karena A* invers dari A)
Dan A 1 AA*=IA* =A* (karena A 1 inver dari A)
Sehingga berakibat A*= A 1 , berari invers dari A tunggal (terbukti)
b) Telah diketahui bahwa ( AB)( B 1 A1 )  ABB 1 A1  I .

Menurut definisi : ( AB )( AB ) 1  I , sehingga berlaku

( AB) B 1 A1  ( AB)( AB) 1

Jika persamaan diatas dikalikan dengan ( AB ) 1 maka persamaan menjadi :

( AB ) 1  B 1 A1 (terbukti)

c) Karena I T  I maka
I  ( A 1 A) T
 AT A 1

Jika kita kalikan dengan ( AT ) 1 maka diperoleh

( AT )1  ( AT )1 AT A1


( AT )1  A1 (terbukti )

d) Karena I  I 1 maka
( AA 1 ) 1  I
Jika kita gunakan teorema bagian (b) diperoleh
( A1 ) 1 A1  I
Jika persamaan di atas kita kalikan dengan A diperoleh :
1
( A 1 ) 1 A A  IA
( A 1 ) 1  A (terbukti)

e) Telah diketahui bahwa I  A1 A  I  A1 A  1

Menurut sifat determinan A 1 A  A 1 A

1
Maka diperoleh A 1  (terbukti)
A

Teorema 2.5 :
Jika A dan B matriks yang dapat dibalik (invertibel) dari ukuran yang sama maka
AB juga dapat dibalik.
Bukti :

35
Untuk menunjukkan teorema tersebut harus ditunjukkan bahwa berlaku
( AB) B 1 A1  B 1 A1 ( AB)  I

Manurut teorema 2.2 bagian b) ( AB ) 1  B 1 A1


Tetapi
AB 1 ( B 1 A1 )  A( B 1 B 1 ) A1  AIA 1  AA 1  I (karena A dan B
invertibel)
Dengan cara yang sama diperoleh :
( B 1 A1 )( AB)  B 1 ( A1 A) B  B 1 IB  B 1 B  I
Dari kedua persamaan di atas diperoleh
( AB) B 1 A1  B 1 A1 ( AB)  I (terbukti)

Untuk menentukan invers suatu matriks, eratb kaitannya dengan determinan.


Salah satu perhitungan nilai determinan yang telah dipelajari adalah dengan
perluasan kofaktor, nilai- nilai kofaktor ini sangat penting artinya dalam penentuan
invers suatu matriks.

Definisi 2.3 : (Adjoint suatu matriks)


Jika A adalah sebarang matriks n x n dan Aij adalah kofaktor dari aij maka matriks :

 A11 A12 A1n 


A A22 A2 n 
 21
 
 
 An1 An 2 Ann 
disebut matriks kofaktor dari A. Dan transpose dari matriks kofaktor disebut
adjoint A dan dinotasikan adj(A).
T
 A11 A12 A1n 
A A22 A2 n 
adj(A)=  21
 
 
 An1 An 2 Ann 

Contoh 2.17
Diberikan matriks A sebagai berikut :

36
 3 2 1
 1 6 3
 
 2 4 0 

tentukan matriks kofaktor dari A dan adjoint A.


Jawab :
Dengan menggunakan rumus pada sub bab sebelumnya :
Aij = (-1)i+jMij.
Kofaktor dari A adalah :
A11 = 12; A12 =6; A13 = -16
A21 = 4; A22 =2; A23 = 16
A31 = 12 A32 =-10; A33 = 16
Sehinggan matriks kofaktornya adalah :
12 6 16 
 4 2 16 

12 10 16 

dan adjoint(A) adalah :

6 16 
T
12  12 4 12 

adj(A)   4 2 16    6 2 10 

12 10 16   16 16 16 

Definisi 2.4 : ( Invers suatu matriks)

Jika A  0 maka invers dari A didefinisikan :

adj ( A)
A 1 
A

Sehingga apabila

 a11 a12 a1n 


a a22 a2 n 
A   21
  maka
 
 an1 an 2 ann 

37
T
 A11 A12 A1n  T
A  A11 A12 A1n   A11 A21 An1 
A2 n   A   A A 
 21 A 22
A A A
     
   A21 A 22 A2 n   A12 A 22 An 2 
1  An1 An 2 Ann     
A   A A A   A A A 
A    
   
 An1 An 2 Ann   A1n A2 n Ann 
 A A A    A A A 
 

dimana Aij merupakan kofaktor dari A.

Contoh 2.18
Diberikan matriks A sebagai berikut :
1 2 3 2 
A  , B 
1 3  2 2
Tentukan :
a. A-1 , B-1
b. Dan tunjukkan bahwa untuk matriks di atas, berlaku (AB)-1 = B-1 A-1
Jawab :
a. Dengan menerapkan rumus, sesuai teorema 2.2. diperoleh :
Det (A)= 3-2 =1, det (B) = 6- 4 = 2
 3 2 1  2 2
sehingga A1    dan B 1  
 1 1  2  2 3 

1 2 3 2 7 6 
b. Dengan matriks A dan B diatas didapatkan AB     
1 3  2 2 9 8 
Sehingga diperoleh det (AB) = (7.8) – (6.9)= 56 – 54 = 2
1  8 6 
( AB )1 
2  9 7 

1  2 2  3 2 1  2 6


Dari hasil (a), diperoleh B 1A1  
2  2 3   1 1  2  9 7 
Dengan jaminan dari teorema 2.3 (b), diperoleh (AB)-1 = B-1 A-1

Contoh 2.19
Diberikan matriks A sebagai berikut :

38
 3 22 1
A   1 6 3
 2 4 0 

tentukan invers dari A dan determinan dari A-1


Jawab :
Sesuai dengan definisi 2.3 diatas, anda tentukan, kofaktor-kofaktor matriks A.
dengan menggunakan definisi pada determinan diperoleh hasil sebagai berikut :
6 3 1 3 1 6
A11   12; A12    6; A13   16
4 0 2 0 2 4

2 1 3 1 3 2
A21    4; A22   2; A23    16
4 0 2 0 2 4

3 1 3 1 3 2
A31   12; A32    10; A33   16
6 3 1 3 1 6

 12 4 12 
Adjoin A = adj(A)=  6 2 10 
 16 16 16 

Dengan menggunakan definisi dari determinan diperoleh :


Det(A) = 64 (tunjukkan sebagai latihan anda)

 12 4 12 
 64 
 12 4 12   64 64

adj ( A) 1   6 2 10 
Maka A1   6 2 10 
det( A) 64    64 64 64 
 16 16 16   
  16 16 16 
 64 64 64 

Untuk matriks yang berukuran kecil, misalnya 2x2 atau 3x3, menentukan
invers dari suatu matriks, masih mudah dilakukan. Akan tetapi jika matriks
berukuran besar, misal 5 x 5 atau lebih, tentu menentukan inversnya bukanlah hal
yang mudah. Perhatikan contoh berikut :

Contoh 2.20 :
Dari contoh 2.15, tentukan invers dari matriks A.

39
2 1 3 7 5
3 8 7 9 8 

A  3 4 1 6 2
 
4 0 2 2 3
 7 9 1 5 4 
Matriks A diatas berukuran 5 x 5, jika anda cari invers matriks A dengan
menggunakan definisi 2.3, tentunya akan sangat panjang. Untuk itu kita dapat
menggunakan bantuan paket program komputer, dalam modul ini, akan digunakan
bantuan paket program Matlab.
Dimana langkah- langkahnya adalah sebagai berikut :
Setelah anda membuka program Matlab, pada MATLAB Command Window,
masukkan nilai- nilai dari matriks A.
» A=[2 1 3 7 5;3 8 7 9 8; 3 4 1 6 2;4 0 2 2 3;7 9 1 5 4]
A=
2 1 3 7 5
3 8 7 9 8
3 4 1 6 2
4 0 2 2 3
7 9 1 5 4
Hasil diatas adalah matriks A berukuran 5 x 5.
Untuk menentukan invers dari matriks A, ketik inv (A) :
» inv(A)
ans =
-0.1647 -0.0294 0.1675 0.2813 -0.0300
-0.0713 0.0594 -0.0306 -0.1256 0.0798
-0.4975 0.2479 0.3582 0.3616 -0.3243
0.0374 -0.0311 0.2541 -0.0294 -0.0894
0.5263 -0.1053 -0.6316 -0.2632 0.3158
Hasil inilah invers dari matriks A berukuran 5 x 5.
Tentunya untuk matriks berukuran kecilpun akan lebih cepat jika dihitung
dengan bantuan paket program.

Contoh 2.21.

40
Coba anda perhatikan lagi contoh 2.16 diatas. Tentukan invers dari A dan AT dengan
menggunakan bantuan paket program Matlab.
Jawab :
Analog dengan penyelesaian soal 2.19, pertama kali anda masukkan nilai matriks A:
» A=[-2 3;1 4]
A=
-2 3
1 4
» inv(A)
ans =
-0.3636 0.2727
0.0909 0.1818
Untuk menentukan determinan dari AT , lakukan hal berikut :
» A'
ans =
-2 1
3 4
hasil diatas merupakan matriks AT
» inv(A')
ans =
-0.3636 0.0909
0.2727 0.1818
Jika anda perhatikan contoh ini, maka berlaku (A-1 )T = (AT )-1 (coba anda
selidiki)

Referensi
Anton, H., 1987, Elementary Linear Algebra, John Wiley & Son, New York
Basilevsky, A., 1983, Applied Matrix Algebra in the Statistical Sciences, Elsevier
Sciences Publ. Co. Inc.

41
Cullen, CG., 1988, Linear Algebra With Application, Schott, Foresman and
Company.
Shchoot, J.R., Matrix Analysis for Statistics, John Wiley, New York.

42

Anda mungkin juga menyukai