DOI: https://doi.org/10.20527/flux.v18i1.7089
Submited: 15 September 2019; Accepted: 27 April 2020
ABSTRAK- Telah dilakukan penelitian untuk mengetahui konsentrasi logam berat pada sedimen
permukaan Sungai Martapura, Kalimantan Selatan. Penelitian ini penting dilakukan, mengingat Sungai
Martapura merupakan sumber air bersih untuk PDAM Bandarmasih (Perusahaan Daerah Air Minum
Banjarmasin), namun saat ini sungai Martapura sudah menunjukkan adanya pencemaran. Sampel sedimen
permukaan diambil dari sepanjang Sungai Martapura yang dimulai dari daerah Bincau Muara, Kabupaten
Banjar sampai Basirih, Kota Banjarmasin. Kandungan logam berat (Cu, Zn, Mn, Fe, dan Hg) dalam sampel
sedimen Sungai Martapura diukur menggunakan instrumen Spektroskopi Serapan Atom (SSA). Hasil analisis
menunjukkan konsentrasi logam berat tertinggi sampai terendah adalah Fe (48.00068.800 ppm), Mn
(4942.142 ppm), Zn (79161 ppm), Cu (4082 ppm) dan Hg (0,0925,775 ppm). Hasil analisis juga
menunjukkan bahwa sedimen permukaan Sungai Martapura ini tidak mengandung Cu dan Zn.
ABSTRACT− Research has been conducted to determine the concentrations of heavy metals in the surface
sediments of the Martapura River in South Kalimantan. This research is important to do, considering that the
Martapura River is a source of clean water from the Bandarmasih PDAM (Banjarmasin Regional Water
Company), while currently it has been polluted. In this paper, Atomic Absorption Spectroscopy (AAS)
measurement was conducted on heavy metal element (Cu, Zn, Mn, Fe, and Hg) of surface sediment samples
systematically collected from nine stations along the Martapura River from the Bincau Muara area, Banjar
District to the Basirih area, the Banjarmasin City. The results of analysis showed that the highest concentrations
of Fe (48,00068,800 ppm), Mn (4942,142 ppm), Zn (79161 ppm), Cu (4082 ppm) and Hg (0.0925.775 ppm).
The surface sediments were unpolluted by Cu and Zn.
KEYWORDS : sediment; pollute; Banjarmasin; heavy metal
1
2 Volume 18, Nomor 1, Hal: 1-8, Februari 2021
konsekuensi ekologis yang serius terhadap Martapura berubah menjadi keasamannya. Hal
lingkungan perairan (Jumbe, 2010; Jumbe & ini berdasarkan hasil penelitian untuk menguji
Nandini, 2009). Pembuangan limbah rumah kualitas air dengan parameter Ph, BOD, COD,
tangga dan industri baik yang disengaja Nitrit, TDS, TSS, minyak dan lemak, diterjen
maupun tidak disengaja di lingkungan serta Total Coliform, yang sebagian besar hasilnya
perairan perkotaan akan mempengaruhi menunjukkan nilai diatas baku mutu air. Hasil
ekosistem lingkungan perairan tersebut penelitian ini menunjukkan bahwa sumber
(Sarika & Chandramohanakumar, 2008). pencemar pada Sungai Martapura tidak hanya
Kajian-kajian awal tentang keberadaan logam berasal dari permukiman di sepanjang aliran
berat pada sedimen akibat aktivitas manusia di sungai, tetapi juga berasal dari pasar, rumah
beberapa negara telah dilakukan oleh peneliti makan dan penginapan (Normasari, Budiastuti,
sebelumnya (Aloupi, & Angelidis, 2014). & Ramelan, 2016).
Sungai Martapura merupakan Sungai Tujuan penelitian ini adalah untuk
yang terpanjang di Provinsi Kalimantan menganalisis tingkat pencemaran logam berat
Selatan. Sungai Martapura bersumber dari pada sedimen Sungai Martapura. Adapun
waduk Riam Kanan Kabupaten Banjar logam berat yang dimaksud meliputi besi (Fe),
Kalimantan Selatan. Sungai Martapura adalah mercury (Hg), copper (Cu), mangan (Mn) dan
warisan alam dan budaya sebagai simbol Zinc (Zn). Analisis dilakukan dengan
kebanggaan Banjarmasin yang merupakan menggunakan beberapa pedoman kualitas
merupakan anak Sungai Barito dan sedimen.
merupakan sumber air bersih. Tidak hanya
melewati Kota Martapura, Sungai Martapura METODE PENELITIAN
juga mengalir melalui kota Banjarmasin, Lokasi pengambilan sampel sedimen
ibukota Provinsi Kalimantan Selatan. berada di sepanjang Sungai Martapura
Sungai ini mempunyai panjang Kalimantan Selatan (Gambar 1). Sampel
mencapai 80 km bermuara di Kota Banjarmasin sedimen diambil pada bulan Agustus 2018
dan hulunya berada di Kota Martapura. Namun dengan menggunakan sediment grab sebanyak
saat ini Sungai Martapura telah mengalami 9 titik. Titik sampel dipilih berdasarkan
permasalahan pencemaran, baik itu yang berasal keadaan lokasi sampel, diantaranya daerah
dari industri, sampah rumah tangga maupun dengan banyak pemukiman warga, daerah
dari daerah sekitarnya yang merupakan lahan pertanian, daerah dengan keadaan ramai lalu
gambut yang dapat menyebabkan air Sungai lintas sungai dan muara Sungai Martapura. Di
laboratorium Geofisika FMIPA ULM tersebut dilihat bahwa logam berat yang
Banjarbaru, keseluruhan sampel dipreparasi mempunyai kandungan yang paling besar
dengan cara diayak dengan ayakan ukuran 325 terdapat pada logam Fe yaitu 68.800 ppm
mesh untuk mendapatkan ukuran yang dengan rata-rata 1.030,33 ppm dan kandungan
seragam, kemudian diangin-anginkan pada logam berat yang mempunyai nilai paling kecil
suhu kamar. Setelah kering, masing-masing terdapat pada logam Hg yaitu 5,775 ppm
sampel diukur kadar logam beratnya di dengan rata-rata 0,761 ppm.
Laboratorium Pusat Survei Geologi Bandung Gambar 2 memperlihatkan grafik
dengan metoda AAS (Atomic Absorption masing-masing kandungan logam berat per
Spectroscopy). sampel. Pada grafik terlihat sebaran kandungan
Hasil Analisis kandungan logam berat logam berat yang bervariasi dan seluruh logam
pada sampel sedimen Sungai Martapura ini berat di titik 9 mengalami penurunan jumlah
kemudian dianalisis kualitasnya kandungannya. Kecenderungan hampir di
menggunakan pedoman kualitas dari semua logam berat, kecuali Hg dan Mn,
beberapa sumber yaitu Kementerian Negara kandungan logam beratnya mengalami
Lingkungan Hidup (KMNLH, 2010), National penurunan dari titik 13, hal ini diduga karena
Sedimen Quality Survey US EPA (2004), adanya percabangan sungai yang memberikan
Sediment Quality Guideline Values for Metals and pasokan air dan juga pemukiman yang tidak
Associated Levels of Concern to be used in Doing terlalu padat, sehingga kandungan logam berat
Assessments of Sediment Quality (2003) dan yang mengendap di daerah ini berkurang
Nationald’ Observation/RN O, (Razak, 1986 dibandingkan titik sebelumnya. Kandungan
dalam Fajri, 2001). Cu, Zn dan Fe meningkat kembali pada titik
48, serta mengalami penurunan di titik 9.
HASIL DAN PEMBAHASAN Diketahui bahwa pada titik 45 merupakan
Tabel 1 memperlihatkan hasil daerah nelayan keramba ikan dan juga
pengukuran kandungan logam berat dalam merupakan daerah pertanian, sementara di
sampel sedimen Sungai Martapura titik 68 merupakan pemukiman padat dan
Kalimantan Selatan. Berdasarkan tabel titik 9 adalah daerah yang berbatasan dengan
Sungai Barito dan daerah pelabuhan dengan (Mariyanto et al., 2019b, 2019a), juga tidak
banyak kapal-kapal besar bersandar. Hal ini menunjukkan tercemar.
diduga membuat kandungan Cu, Zn dan Fe Kandungan logam berat Zn yang
meningkat. didapatkan di lokasi penelitian berkisar antara
Kandungan logam berat Cu yang 79-161 ppm dengan rata-rata 115,88 ppm. Jika
didapatkan di lokasi penelitian berkisar antara dibandingkan dengan ambang batas Zn yang
4082 ppm dengan rata-rata 63 ppm. Jika mempunyai nilai 271 ppm dalam sedimen
dibandingkan dengan dengan ambang batas (Tabel 1), maka di seluruh titik pengambilan
logam Cu yang mempunyai nilai 108 ppm sampel yang dilakukan pada penelitian ini
dalam sedimen (Tabel 1), maka seluruh titik tidak tercemar oleh logam Zn. Sementara
pengambilan sampel yang dilakukan pada kandungan logam Zn sedimen sungai di
penelitian ini tidak tercemar oleh logam Cu. tempat lain seperti di Sungai Ombilin berkisar
Jika dibandingkan dengan Sungai Batang 140700 ppm dengan rata-rata 343 ppm (Putri
Ombilin Sumatera Barat yang memiliki & Afdal, 2017), menunjukkan telah melebihi
kandungan logam Cu 70230 ppm dengan nilai ambang ketercemaran sedimen dan
rata-rata 145 ppm (Putri & Afdal, 2017) maka Sungai Citarum dengan nilai kandungan Zn
sedimen di Sungai Batang Ombilin ini yang berkisar 117461 ppm dengan rata-rata
tergolong telah mengalami pencemaran. 283,93 ppm (Sudarningsih et al., 2017) yang
Penelitian terhadap kandungan Cu di Sungai juga menunjukkan telah melebihi ambang
Citarum menunjukkan nilai 83104 ppm batas ketercemaran sedimen.
dengan rata-rata 89,57 ppm (Sudarningsih, Kandungan logam berat Mn yang
Aliyah, Fajar, & Bijaksana, 2019; Sudarningsih didapatkan di lokasi penelitian berkisar antara
et al., 2017), juga menunjukkan tidak tercemar 4942.142 ppm dengan rata-rata 248,77 ppm.
(nilai rata-rata kandungan Cu masih di bawah Jika dibandingkan dengan ambang batas
ambang batar ketercemaran). Sementara logam Mn dalam sedimen (Tabel 1), maka
penelitian yang sama terhadap sedimen seluruh titik lokasi pengambilan sampel telah
Sungai Brantas diperoleh nilai Cu sebesar tercemar oleh logam Mn. Hal yang sama juga
2782 ppm dengan nilai rata-rata 49 ppm ditunjukkan pada Sungai Batang Ombilin
Gambar 2 Kandungan logam berat pada tiap sampel sedimen Sungai Martapura, a) Cu, b) Zn, c) Hg,
d) Mn dan e) Fe
Sudarningsih, S. Analisis Logam Berat pada Sedimen Sungai Martapura.... 5
Sumatera Barat yang mempunyai nilai berkisar 0,020,35 ppm (Tabel 1), maka seluruh
kandungan logam berat Mn berkisar titik pengambilan sampel memiliki kandungan
1.0104.040 ppm dengan rata-rata 1.897 ppm Hg di atas ambang batas ketercemaran
dan di Sungai Citarum dengan rentangan nilai sedimen. Kandungan Hg pada sedimen juga
kandungan Mn berkisar 8092285 ppm dengan terdeteksi di sedimen Sungai Citarum dengan
rata-rata 1.221,5 ppm. Tingginya nilai Mn ini kisaran 0,0630,641 ppm (Sudarningsih et al.,
dapat diakibatkan oleh sisa kegiatan 2017). Jika merujuk pada table 1, maka
pertambangan batubara, yang mana bahan- sedimen Sungai Citarum juga memiliki
bahan beracun yang ditinggalkan dari kandungan Hg di atas ambang ketercemaran.
pertambangan dan pengolahan batubara Tingginya kandungan logam Hg pada
mengandung logam berat salah satunya Mn sedimen sungai dapat diakibatkan dari limbah
(Putri & Afdal, 2017). Disamping berasal dari pembuatan amalgam, cat, baterai, komponen
pertambangan, Mn juga dapat dihasilkan dari listrik, perak, ekstraksi emas dan elektronik
proses pelapukan batuan pada cekungan serta sering juga dipakai sebagai pestisida
perairan atau adanya kegiatan gunung berapi (Bradl, 2005; Tchounwou, Paul B., Yedjou,
(Connel, 1995), berasal dari bahan zat aktif Clement G., Patlolla, Anita K., Sutton, 2012).
dimana batu baterai yang telah habis Keberadaan tambang emas di Kecamatan
digunakan dibuang ke sungai maupun pesisir Mataraman Kabupaten Banjar, Kalimantan
(Palar, 1994). Selatan diduga juga menyebabkan tingginya
Kandungan logam berat Fe pada sampel kandungan Hg di Sungai Martapura yang
sedimen Sungai Martapura berkisar antara mana aliran sungai dari daerah tersebut masuk
48.00068.800 ppm dengan rata-rata 60.133,33 ke Sungai Martapura(Willem, n.d.).
ppm. Jika dibandingkan dengan ambang
batasnya maka logam Fe di seluruh lokasi KESIMPULAN
pengambilan sampel telah berada di atas Keberadaan logam berat pada sedimen
ambang batas ketercemaran sedimen yaitu Sungai Martapura Kalimantan Selatan yang
68800ppm (Tabel 1). Kandungan logam berat telah melewati ambang batas ketercemaran
Fe pada sedimen di tempat lain seperti di sedimen diantaranya adalah Mn, Fe dan Hg.
Sungai Ombilin menunjukkan nilai yang Tingginya kandungan ketiga logam berat ini
berkisar 71.840111.900 ppm dengan rata-rata selain diduga berasal dari proses pelapukan
96.181 ppm (Putri & Afdal, 2017) yang telah batuan dasar, juga diduga disebabkan oleh sisa
melebihi ambang batas ketercemaran sedimen, proses penambangan batubara maupun emas
sementara di Sungai Citarum berkisar dan juga penggunaan pestisida di sekitar
44.90056.000 ppm (Sudarningsih et al., 2017) daerah penelitian.
menunjukkan masih di bawah ambang batas
ketercemaran sedimen. Tingginya kandungan UCAPAN TERIMA KASIH
Fe pada sedimen sungai dapat disebabkan oleh Penelitian ini didukung secara finansial
hasil pelapukan batuan dasar pada daerah ini, oleh dana penelitian dari Kementerian Riset,
yang mana diketahui bahwa Sungai Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Republik
Martapura berhulu di Pegunungan Bobaris Indonesia, serta izin dari Pemerintahan
yang salah satu batuan dasarnya adalah Provinsi Kalimantan Selatan dalam
batuan beku ultrabasa (Khalida, Sudarningsih, pengambilan sampel.
& Sota, 2012; Sudarningsih, Wianto, &
Widiyastuti, 2012). DAFTAR PUSTAKA
Kandungan logam berat Hg yang Bradl, H. B. (2005). Heavy Metals in the
didapatkan di lokasi penelitian berkisar antara Environment. Elsevier Ltd, London.
0,0925,775 ppm dengan rata-rata 0,761 ppm. Evans, G., Howarth, R. J., & Nombela, M. A.
Hal ini jika dibandingkan dengan ambang (2003). Metals in the sediments of
batas logam Hg yang mempunyai nilai Ensenada de San Simón (inner Ría de
6 Volume 18, Nomor 1, Hal: 1-8, Februari 2021