Anda di halaman 1dari 8

MASPARI JOURNAL

Januari 2017, 9(1):17-24

ANALISIS KANDUNGAN LOGAM BERAT TEMBAGA (Cu) DAN


TIMBAL (Pb) PADA SEDIMEN DI PULAU PAYUNG
KABUPATEN BANYUASIN, SUMATERA SELATAN

ANALYSIS CONTENT LEVELS OF COPPER (Cu) AND LEAD (Pb)


HEAVY METALS IN SEDIMENT IN PAYUNG ISLAND
BANYUASIN REGENCY SOUTH SUMATERA

Atik Hendika Lyusta1), Fitri Agustriani2), dan Heron Surbakti2)


1)Mahasiswa Program Studi Ilmu Kelautan, FMIPA, Universitas Sriwijaya, Indralaya, Indonesia
Email: ailyustasun_82@yahoo.com
2)Program Studi Ilmu Kelautan, FMIPA, Universitas Sriwijaya, Indralaya, Indonesia

Registrasi: 29 April 2014; Diterima setelah perbaikan: 27 November 2014;


Disetujui terbit: 27 Januari 2015

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kandungan logam berat Tembaga (Cu) dan
Timbal (Pb) pada sedimen di Pulau Payung. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan
Mei-Juli 2014. Metode yang digunakan dalam analisis logam berat adalah Atomic
Absorption Spectrophotometry (AAS) sedangkan metode yang digunakan untuk analisis
fraksi sedimen adalah pengayakan dan pemipetan. Hasil penelitian didapat bahwa
kandungan logam berat Cu lebih tinggi dibandingkan Pb dengan kandungan Cu 2,3-11,6
mg/kg dan nilai Pb 0-9,7 mg/kg namun kandungan logam berat tersebut masih di bawah
standar baku mutu logam berat pada sedimen yaitu SEPA (2000), OSPAR (2000) dan NOAA
(1999). Kandungan logam berat tertinggi dijumpai pada karakteristik sedimen berlempung
dengan skewness negative dan tingkat keseragaman yang kurang tersortir sementara
kandungan logam berat terendah dijumpai pada karakteristik sedimen sedimen berpasir
dengan skewness positif dan tingkat keseragaman yang sangat kurang tersortir.

KATA KUNCI: Logam berat, Cu, Pb, sedimen, Pulau Payung.

ABSTRACT

The aims of the research is to determine the content of heavy metals Copper (Cu) and lead
(Pb) in sediment Payung Island. This study was conducted in May-July 2014. Analysis of
heavy metals is using Atomic Absorption Spectrophotometry (AAS) method, while the
fraction of sediment is using sieving and pipetting method. Result of the research is heavy
metal content of Cu was higher than Pb with Cu content of 2,3-11.6 mg/kg and Pb value 0-9.7
mg/kg but the heavy metal content is still below the quality standard of heavy metals in
sediment by SEPA (2000), OSPAR (2000) and NOAA (1999). The highest content of heavy
metals has clay sediment fractions with coarse skewed and poorly sorted while low heavy
metal content has sand sediment fractions with fine skewed and very poorly sorted.

KEYWORDS: Cu, heavy metal, Payung Island, Pb, sediment.


Atik Hendika Lyusta et al.
Analisis Kanduangan Logam Berat Tembaga (Cu)
dan Timbal (Pb) pada Sedimen di Pulau Payung
Kabupaten Banyuasin, Sumatera Selatan

1. PENDAHULUAN lagi berada di perairannya (Gambar 1).


Muara Sungai Musi adalah Metode yang digunakan dalam analisis
perairan yang dipengaruhi oleh pasang logam berat adalah Atomic Absorption
surut. Surbakti (2012) dalam Spectrophotometry (AAS) berdasarkan
penelitiannya menyatakan bahwa tipe Standar Nasional Indonesia (2004)
pasang surut di perairan tersebut adalah sedangkan metode yang digunakan
pasang surut tunggal dimana dalam satu untuk analisis fraksi sedimen adalah
hari terjadi satu kali pasang dan satu kali pengayakan dan dilanjutkan dengan
surut. Pulau Payung merupakan sebuah pemipetan (Folk, 1980). Karakteristik
pulau yang berada di Muara Sungai sedimen berupa nilai mean, median,
Musi. Posisi Pulau Payung yang tepat skewness, sorting dan kurtosis dianalisis
berada di tengah aliran Muara Sungai menggunakan analisis cluster terhadap
Musi menjadikan pulau ini sebagai terhadap kandungan logam berat Pb dan
perangkap beban masukan dari Cu.
aktivitas industri, rumah tangga dan
pelayaran yang berada di sepanjang
aliran sungai. Selain itu aktivitas
pertanian yang tinggi juga berpotensi
menjadi sumber pencemar logam
berat. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui kandungan logam berat
Tembaga (Cu) dan Timbal (Pb) pada
sedimen di Pulau Payung.
Pulau yang hampir keseluruhan Gambar 1. Lokasi penelitian
merupakan wilayah mangrove ini
secara biologis memiliki manfaat yaitu 3. HASIL DAN PEMBAHASAN
sebagai tempat memijah dan
Pengukuran parameter perairan
berkembang biaknya ikan-ikan,
dilakukan pada pukul 20.45 - 22.14 WIB
kepiting, kerang dan udang. Selain itu untuk kondisi pasang dan pengambilan
juga dijadikan tempat berlindung,
sampel dilakukan pukul 10.51 -14.26
bersarang dan berkembang biak dari
WIB untuk kondisi surut. Pola arus saat
burung dan satwa-satwa lain. Oleh pasang datang dari arah Selat Bangka
sebab itu kajian tentang logam berat di
dan masuk ke Muara Sungai Musi
Pulau Payung ini menjadi penting untuk
dengan kecepatan arus berkisar 0,01-
diteliti demi kelangsungan ekosistem 0,35 m/s dan kecepatan arus rata-rata
yang berada pada pulau tersebut dan
0,15 m/s. Sementara pola arus surut
sekitarnya.
terlihat meninggalkan sungai menuju
keluar muara dengan kecepatan arus
2. BAHAN DAN METODE surut berkisar 0,06-0,23 m/s dan
Penelitian ini telah dilaksanakan kecepatan rata-rata adalah 0,17 m/s.
pada bulan Mei-Juli 2014. Pengambilan Nybakken (1992) juga mengungkapkan
sampel sedimen dilakukan saat hal yang sama bahwa arus di estuari
kondisi surut sementara pengukuran disebabkan oleh kegiatan pasang surut
parameter perairan dilakukan saat dan aliran sungai, dimana saat pasang
pasang dan surut. Penelitian ini terdapat daerah muara sungai mendapatkan
10 stasiun yang terdiri dari 5 stasiun masukan air laut sedangkan saat surut
berada di Pulau Payung dan 5 stasiun

18
Atik Hendika Lyusta et al.
Analisis Kanduangan Logam Berat Tembaga (Cu)
dan Timbal (Pb) pada Sedimen di Pulau Payung
Kabupaten Banyuasin, Sumatera Selatan

perairan muara banyak mendapatkan


masukan air tawar.
Hasil pengukuran salinitas jelas
terlihat perbedaan yang sangat
mencolok antara kondisi pasang dan
kondisi surut dengan nilai yang
bervariasi mulai dari 0-21©ä ƒŽ‹•‹–ƒ•
saat pasang berkisar 10-21©
sedangkan saat surut berkisar dari 0-
2©ä ƒƒ– •‘•†‹•‹ ’ƒ•ƒ•‰á ’ ›ƒ•‰
tinggi dominan berasal dari arah laut
sesuai dengan arah arus, dan pH mulai
rendah pada lokasi yang tidak terkena Gambar 2. Klasifikasi jenis fraksi
arus langsung dari laut. Saat surut, sedimen
kisaran nilai pH yaitu 5,80-6,8. Saat
pasang, kisaran suhu yaitu 29,2-30,1oC
dengan rata-rata 29,8oC sementara saat
surut berkisar 29,1-31,6oC dengan rata-
rata 30,1oC. Suhu saat surut lebih
hangat dibandingkan saat pasang
merupakan akibat dari intensitas
cahaya matahari saat pengukuran Gambar 3. Grafik mean dan median
parameter perairan surut yang (dalam mm)
dilakukan pada siang hari sedangkan
pada saat pasang dilakukan pada malam Gambar 3 memperlihatkan
hari. bahwa jenis fraksi yang lebih halus
Hasil dari penentuan jenis fraksi memiliki nilai mean dan median yang
sedimen menggunakan segitiga semakin rendah, sebaliknya jenis fraksi
Shephard didapatkan bahwa stasiun di yang lebih kasar memiliki nilai mean
daerah Pulau Payung dan perairan dan median yang semakin tinggi.
muara memiliki fraksi sedimen yang Berdasarkan perhitungan nilai
bervariasi. Stasiun 1 dominan skewness positif terdapat pada stasiun
ditemukan fraksi dengan jenis 2, 3, 5 dan 7 atau bila dilihat pada
lempung sementara stasiun 5 dominan segitiga Shephard (Gambar 2) adalah
ditemukan fraksi dengan jenis pasir. stasiun yang keempatnya paling banyak
Letak posisi stasiun dalam segitiga mengandung sedimen fraksi pasir.
Shephard disajikan pada Gambar 2. Skewness negatif terdapat pada stasiun
Hasil perhitungan pada setiap 1, 4, 6, 8, 9 dan 10 yang banyak
stasiun untuk mean u dan median dari mengandung fraksi lempung. Rifardi
ukuran butir sedimen disajikan pada (1994) dalam Ariandi et al. (2010)
Gambar 3 sementara untuk perhitungan menyatakan bahwa negatively skewness
nilai skewness, sorting, dan deskripsinya disebabkan oleh kelebihan material-
disajikan pada Tabel 1. material kasar dari distribusi normal
dan diduga dihasilkan oleh lingkungan
yang menjadi sasaran aktifitas
gelombang dan arus.

19
Atik Hendika Lyusta et al.
Analisis Kanduangan Logam Berat Tembaga (Cu)
dan Timbal (Pb) pada Sedimen di Pulau Payung
Kabupaten Banyuasin, Sumatera Selatan

Nilai sorting pada stasiun 1 dan Departemen Tenaga Kerja dan


10 kurang tersortir sementara pada transmigrasi (2014) bahwa 89% dari
stasiun 2-8 termasuk pada kategori penduduk KTM Telang bekerja pada
sangat kurang tersortir. Rifardi (1994) sektor pertanian. Bappeda (2011)
dalam Ariandi et al. (2010) mengggambarkan penggunaan lahan di
menyatakan bahwa jika suatu sekitar lokasi penelitian yang banyak
lingkungan pengendapan mempunyai digunakan untuk kegiatan pertanian,
sedimen poorly sorted maka kekuatan perkebunan dan persawahan. Selain
arus dan gelombang yang bekerja pada berasal dari limbah pertanian,
lingkungan tersebut tidak stabil (pada perkebunan dan persawahan,
masa tertentu kekuatan arus dan kandungan logam berat Cu juga
gelombangnya besar dan pada masa lain disebabkan oleh limbah domestik yang
lemah). Kecepatan arus pada kelima berasal dari pemukiman penduduk
stasiun perairan muara Pulau Payung yang berada dekat lokasi penelitian.
saat pasang berkisar 0,18-0,35 m/s Yodo (2006) menyebutkan bahwa
sedangkan saat surut berkisar 0,06-0,23 limbah logam berat Cu di Sungai
m/s. Tidak stabilnya arus yang terjadi Cipinang salah satunya disebabkan oleh
di lokasi penelitian ini memungkinkan limbah domestik yang berasal dari
terjadinya ketidaksejalanan antara jenis pemukiman padat penduduk.
fraksi sedimen terhadap kecepatan arus
yang berada pada stasiun tersebut.

Tabel 1. Distribusi skewness dan sorting

Gambar 4. Grafik kandungan logam


berat Pb dan Cu pada sedimen

Logam berat Pb bersumber dari


Berdasarkan hasil analisis aktivitas transportasi yang berasal dari
kandungan logam berat menggunakan aktivitas kapal. Bahan bakar dari kapal-
AAS diperoleh kandungan logam berat kapal nelayan serta cat-cat kapal yang
Cu berkisar 2,3-11,6 mg/kg dengan melintas juga ikut berperan dalam
ratarata 7,49 mg/kg dan Pb berkisar 0- pencemaran logam Pb. Rochyatun et al.
9,7 mg/kg dengan nilai rata-rata 2,47 (2006) menyatakan bahwa umumnya
mg/kg. Grafik kandungan logam berat bahan bakar minyak mendapat zat
Cu dan Pb pada masing-masing stasiun tambahan tetraetyl yang mengandung
disajikan pada Gambar 4. Stasiun 1 Pb untuk meningkatkan mutu dari
merupakan memiliki kandungan logam bahan bakar tersebut.
berat Cu dan Pb yang paling tinggi Stasiun yang memiliki kandungan
yaitu 11,6 mg/kg dan 9,7 mg/kg. logam berat Cu paling rendah adalah
Notodarmojo (2005) menjelaskan stasiun 5 dengan nilai 2,3 mg/kg
bahwa contoh penggunaan logam berat sementara untuk logam berat Pb yang
Cu salah satunya yaitu insektisida. paling rendah adalah stasiun 5 dan 7
Insektisida diduga menjadi sumber dengan konsentrasi < 0,01 mg/kg.
utama dari logam berat Cu pada lokasi Stasiun 5 memiliki jenis fraksi
penelitian. Berdasarkan data dari kategori berpasir yang menyebabkan

20
Atik Hendika Lyusta et al.
Analisis Kanduangan Logam Berat Tembaga (Cu)
dan Timbal (Pb) pada Sedimen di Pulau Payung
Kabupaten Banyuasin, Sumatera Selatan

lemahnya daya ikat sedimen terhadap cluster ketiga. Stasiun 5 dan 7


logam yang terdapat pada sedimen membentuk cluster keempat
tersebut. Secara umum stasiun di Pulau sementara pada logam berat Pb juga
Payung yang memiliki kandungan logam stasiun 1 sama-sama membentuk
berat Cu dan Pb yang lebih tinggi cluster yang pertama. Stasiun 2, 3 dan
dibandingkan dengan stasiun yang 4 sama-sama membentuk cluster
berada pada aliran muara. Bila kedua. Stasiun 5, 7 membentuk cluster
dibandingkan dengan standar baku ketiga dan stasiun 6, 8, 9, 10 membentuk
mutu sedimen menurut SEPA (2000) cluster keempat.
[Pb 25 ppm ; Cu 15 ppm] OSPAR (2000) Gambar 7 memperlihatkan
[Pb 50 ppm ; Cu 50 ppm] dan NOAA stasiun 1 membentuk cluster pertama.
(1999) [Pb 46,7 ppm ; Cu 34 ppm], Stasiun 2, 3,6 dan 9 membentuk
kandungan logam berat Cu dan Pb di cluster kedua. Stasiun 4, 8 dan 10
Sungai Musi masih berada di bawah membentuk cluster ketiga. Stasiun 5 dan
ambang batas maksimum dari baku 7 cluster cluster keempat. Gambar 7
mutu yang telah ditetapkan, namun memperlihatkan stasiun 1 membentuk
harus terus dipantau perkembangannya cluster pertama. Stasiun 2, 3 dan 4
di masa yang akan datang. membentuk cluster kedua. Stasiun 5,7
Analisis cluster bertujuan untuk dan 9 membentuk cluster ketiga.
mengelompokkan objek-objek Stasiun 6, 8 dan 10 membentuk cluster
berdasarkan karakterstik diantara keempat.
objek-objek tersebut (Sitepu et al, Berdasarkan nilai mean dan
2011). Objek-objek dalam penelitian median terhadap kandungan logam
ini yaitu stasiun-stasiun yang memiliki berat didapatkan bahwa semakin besar
kemiripan berdasarkan kandungan nilai mean dan median maka kandungan
logam berat Cu dan Pb terhadap logam berat yang ditemukan akan
masingmasing nilai mean, skewness, dan semakin rendah. Hal tersebut terlihat
sorting. pada stasiun 5 dan 7 yang memiliki
Gambar 5 untuk logam berat Cu nilai mean dan median yang lebih
dan Pb pada stasiun 1 membentuk besar dibandingkan stasiun yang
cluster pertama yang berdiri sendiri. lainnya dan memiliki kandungan
Stasiun 2, 4, 8, 9 dan 10 membentuk logam berat yang lebih rendah untuk Cu
cluster kedua. Stasiun 3 dan 6 maupun Pb.
membentuk cluster ketiga. Stasiun 5 dan Berdasarkan nilai skewness pada
7 membentuk cluster keempat logam berat Cu dan Pb stasiun 1
sementara pada logam berat Pb juga merupakan cluster yang berdiri sendiri
menunjukkan hal yang sama untuk dan bernilai dengan nilai skewness
stasiun 1 yang membentuk cluster kategori fraksi termasuk lempung kasar.
pertama. Stasiun 2, 3 dan 4 merupakan Stasiun 10, 8 dan 9 juga pada kedua
anggota dari cluster kedua. Stasiun 5, 7 dendogram termasuk dalam satu buah
dan 9 merupakan anggota dari cluster cluster yang berada pada kategori
ketiga. Stasiun 6, 8 dan 10 merupakan skewness lempung kasar dimana pada
anggota dari cluster keempat. kondisi ini kandungan logam berat Cu
Gambar 6 untuk logam berat Cu, ditemukan tinggi sedangkan pada
stasiun 1 membentuk cluster pertama. kondisi ini pula ditemukan kandungan
Stasiun 2, 3 dan 6 membentuk cluster logam berat yang rendah. Sehingga
kedua. Stasiun 4, 8, 9 dan 10 membentuk secara umum kandungan logam berat Cu

21
Atik Hendika Lyusta et al.
Analisis Kanduangan Logam Berat Tembaga (Cu)
dan Timbal (Pb) pada Sedimen di Pulau Payung
Kabupaten Banyuasin, Sumatera Selatan

Gambar 5. Dendogram Cu (kiri) dan Pb (kanan) terhadap mean

Gambar 6. Dendogram Cu (kiri) dan Pb (kanan) terhadap skewness

Gambar 7. Dendogram Cu (kiri) dan Pb(kanan) terhadap sorting

yang tinggi memiliki kecondongan fraksi sangat kurang tersortir. Stasiun 1


lempung yang kasar dan sebaliknya merupakan stasiun yang mengandung
kandungan logam berat Cu yang Pb dan Cu teringgi, stasiun 9 yang masih
rendah memiliki kecondongan fraksi mengandung Cu yang tinggi namun
lempung yang halus. Berbeda halnya rendah kandungan Pb, secara umum
dengan kandungan logam Pb dimana dapat dikatakan bahwa ketegori kurang
terlihat sebaran nilai skewness merata tersortir memiliki kandungan logam
yaitu nilai skewness negatif dan berat yang lebih tinggi dibandingkan
skewness positif terdapat pada stasiun dengan kategori sangat kurang
yang memiliki kandungan logam berat tersortir. Namun informasi terkait hal
Pb yang tinggi dan juga pada stasiun ini belum banyak didapatkan.
yang memiliki kandungan logam berat
Pb yang rendah. 4. KESIMPULAN
Berdasarkan nilai sorting, stasiun Kandungan logam berat Cu
1 dan 10 termasuk dalam kategori terdapat pada semua titik stasiun
kurang tersortir sedangkan kedelapan sedangkan kandungan logam berat Pb
stasiun lainnya termasuk kategori hanya terdapat pada 8 titik stasiun

22
Atik Hendika Lyusta et al.
Analisis Kanduangan Logam Berat Tembaga (Cu)
dan Timbal (Pb) pada Sedimen di Pulau Payung
Kabupaten Banyuasin, Sumatera Selatan

namun kadar logam berat belum [NOAA] National Oceanic and


melewati ambang batas baku mutu yang Atmospheric Administration.
telah ditetapkan. Jenis fraksi sedimen 1999. Screening Quick Reference
pada lokasi penelitian bervariasi antar Table for Inorganics in Sediment.
stasiunnya namun secara umum US: Office of Response and
didominasi oleh jenis fraksi lumpur. Restoration.
Kandungan logam berat Cu dan Pb OSPAR. 2000. Quality status report 2000:
dengan konsentrasi tertinggi terdapat Region IV Bay of Biscay and
pada ketegori berlempung dengan nilai Iberian Coast. London: OSPAR
skewness lempung condong kasar dan Commission
dengan keadaan sedimen yang Nybakken JW. 1992. Biologi Laut:
keseragamannya kurang tersortir Suatu Pendekatan Ekologis.
sementara kandungan logam berat Jakarta: Gramedia.
dengan konsentrasi terendah terdapat Rochyatun E, Kaisupy MT, Rozak A.
pada kategori berpasir dengan nilai 2006. Distribusi logam berat
skewness pasir kategori condong halus dalam air dan sedimen di perairan
dan dengan keadaan sedimen yang Muara Sungai Cisadane. Makara.
keseragamannya sangat kurang 10(1):35-40.
tersortir. Perlu dilakukan pengambilan Sitepu R, Irmeilyana, Gultom B. 2011.
data di sepanjang sumber industri untuk Analisis cluster terhadap tingkat
menentukan pengaruh sumber industri pencemaran udara pada sektor
terhadap penyebaran logam berat di industri di Sumatera Selatan.
sedimen. Jurnal Penelitian Sains. 14(3A): 11-
17.
DAFTAR PUSTAKA [SEPA] Swedish Environmental
Protection Agency. 2000.
Ariandi D, Mubarak, Rifardi. 2010. Environmental Quality Criteria
Analisis karakteristik sedimen di Coasts and Seas. Sweden: Aralia.
Muara Sungai Indragiri. Jurnal Surbakti H. 2012. Karakteristik Pasang
Ilmu Perikanan. 8(2). Surut dan Pola Arus di Muara
Badan Standarisasi Nasional. 2004. Sungai Musi, Sumatera Selatan.
Sedimen Cara Uji Logam Berat Jurnal Penelitian Sains. 15(1D): 35-
Secara Destruksi Asam dengan 39.
Spektrofotometer Serapan Atom Yodo S. 2006. Kondisi pencemaran
(SSA). SNI : 06-6992.3-2004 logam berat di perairan Sungai
Bappeda. 2011. Peta Penggunaan Lahan DKI Jakarta. JAI. 2(1):1-15.
di Sumatera Selatan. Palembang
Departemen Tenaga Kerja dan
Transmigrasi 2014. Kota terpadu
mandiri KTM Telang.
http://ktm.depnakertrans.go.id/?
show=ktm&category _id=19&sub=
profile [14/11/2014]
Folk RL. 1980. Petrology of Sedimentary
Rocks. Texas: Hemphill Publishing
Co Austin.

23
Atik Hendika Lyusta et al.
Analisis Kanduangan Logam Berat Tembaga (Cu)
dan Timbal (Pb) pada Sedimen di Pulau Payung
Kabupaten Banyuasin, Sumatera Selatan

24

Anda mungkin juga menyukai