Modul Dasar Arcgis 10
Modul Dasar Arcgis 10
bumi dengan posisi keberadaannya mengacu pada system koordinat nasional (Perpres
No. 85 Tahun 2007 Tentang Jaringan Data Spasial Nasional)
Menurut Undang-undang Geospasial RI No. 4 Tahun 2011 tentang
Informasi Geospasial, spasial adalah aspek keruangan suatu objek atau kejadian yang
mencakup lokasi, letak, dan posisinya.
Sistem Informasi Geografis atau yang disingkat SIG yaitu sistem berbasis
komputer yang digunakan untuk menyimpan dan memanipulasi data geografis
(Aqullino et al ,2007). Berdasarkan definisi tersebut, secara umum sata SIG dapat di
klasifikasi menjadi tiga bagian, yaitu :
1. Data Input (masukan data)
Data masukan di dalam SIG dapat berupa data spasial maupun data
tabular (tabel). Data spasial bisa didapatkan dari citra satelit, foto udara, dan peta
digital / hasil digitalisasi.
2. Data Handling (data yang ditangani)
a. Data Management, merupakan bagian penempatan data dalam suatu berkas atau
direktori yang terstruktur dengan baik.
b. Data Processing, merupakan tahap untuk memaknai data yang terdapat di dalam
base data
c. Data Analyzing and modeling, merupakan bagian yang bertugas untuk
mengkombinasikan dan mengenali makna secara global dari semua data yang
ada.
3. Data Output (hasil / keluaran)
Data ini biasanya dalam bentuk file 2 dimensi, video, ataupun data berupa
tabel yang berisi informasi setelah dilakukan data handling. Informasi yang
sebelumnya juga hanya tersedia dalam bentuk tabel, dengan adanya bagian ini
data tesebut dapat ditampilkan secara tiga dimensi untuk memudahkan
interpretasi penggunannya.
P eng ena lan S IG dan Remo te Sensi ng |3
Citra Satelit
foto udara
GPS
Survey lapang
Peta Analog
SIG
Berikut ini merupakan tipe dasar data spasial dari representasi muka bumi dalam SIG.
a. Features / vector (kumpulan dari points, lines, dan polygons)
c. Imagery / raster
Data raster merupakan representasi permukaan bumi yang tersusun dari sel /
piksel sebagai satuan terkecilnya untuk menyimpan data keterangan secara inplisit. .
Data raster, seperti foto udara, citra satelit (optik maupun radar) memiliki nilai di
dalam setiap piksel datanya (Digital Number).
Pengenalan SIG dan Remote Sensing |6
Gambar 1.5. Piksel / cell dalam data raster dan contoh data imagery (Sumber : ArcGis Desktop Help)
Hardware :
- Komputer (PC: desktop, notebook, desk note,), stand alone/lan (prosesor,
memori/ram, video card, harddisk, display)
- Peripheral : digitizer, scanner, printer, plotter, cd writer
Software
- OS : DOS, Windows, Linux,
- Software SIG : Arcinfo, Arcview, Arcgis, Envi, Erdas, ermapper, pci,
mapinfo, dsb
Pengenalan SIG dan Remote Sensing |7
Data:
- Data : Satu set informasi (numerik, alphabet, gambar) tentang sesuatu
(barang, kejadian, kegiatan)
- Metadata : Informasi identitas data
Orang / pengguna :
Operator ataupun pemakai sangat berpengaruh pada hasil akhis SIG.
Aplikasi GIS
Beberapa contoh aplikasi GIS di dalam bidang lingkungan hidup, termasuk
kehutanan yaitu :
- Penentuan Tata Guna Lahan
- Mengetahui potensi hutan
- Mengetahui penyebaran flora dan fauna
- Mengetahui kawasan yang bernilai konservasi tinggi
- Hidrologi hutan
- Mengetahui tingkat bahaya erosi, dsb
Gambar 1.9. Gelombang Elektromagnetik yang digunakan dalam Penginderaan citra satelit sensor
pasif
Citra satelit dengan sensor pasif tergantung pada sumber energi dari luar,
yaitu matahari. Sehingga penginderaan jauh sistem pasif menerima energi yang
dipantulkan dan/atau dipancarkan dari permukaan bumi. Teknologi penginderaan
jauh satelit yang menggunakan sensor dengan saluran tampak mata (visible) dan
inframerah.
P e n g e n a l a n S I G d a n R e m o t e S e n s i n g | 11
Gambar 1.10. Ilustrasi sederhana perekaman data sensor aktif (Microwave) dan sensor pasif (optical)
Pengenalan Arcgis 10- 1
BAB
2 PENGENALAN ARCGIS10
2.1. ArcMap 10
ArcMap merupakan modul utama di dalam ArcGis yang digunakan untuk
membuat (create), menampilkan ((viewing), memilih (query), editing, composing dan
publishing peta (GIS
GIS Consortium Aceh – Nias, 2007).. Untuk menampilkan Arcmap
ada beberapa cara yaitu melalui ArcCatalog dengan memilih button (juga bisa
dari shortcut desktop). Cara lain langsung menampilkan ArcMap dari Start Program
> ArcGis > ArcMap 10 .
Beberapa hal yang dapat dilakukan oleh ArcMap yaitu penjelajahan data
(exploring), analisa SIG (analyzing
analyzing), presenting result, customizing data dan programming.
programming
Menu bar
Tool bar
Search
Table of Content
Coordinate System
Close
Mode List TOC
Check list
tampilan aktif /
deaktif di Map
Area
Feature
Simbologi
berdasarkan
Attribute
Tipe feature:
o Mengkaktifkan layer
o Me-nonaktifkan layer
o Melihat sistem koordinat yang digunakan (Layer Properties).
o Membuka tabel attribut data spasial (Open Attribute Table).
Pengenalan Arcgis 10- 3
TOC memiliki 4 mode tampilan dan 1 option (untuk ArcGIS 10), yaitu:
o Visibility
a. Symbology
Representasi muka bumi yang diwakili oleh symbol (baik bentuk maupun
warna) dari feature (point, line, maupun polygon) berdasarkan attribute dapat di
sesuaikan melalui TOC.
b. Labeling
Dalam kartografi, pemberian label dan symbol merupakan hal yang penting
untuk mempermudah pengguna peta dalam memahami isi peta tersebut. Terdapat
beberapa cara untuk menampilkan label pada layar ArcMap atau saat pembuatan
peta.
a) Labeling melalui TOC
o Pilih terlebih dahulu attribute yang akan dimunculkan sebagai label melalui
Layer Properties > Label
Metode pelabelan
Format huruf
Label
o Aktifasi label juga bias dilakukan dengan mengklik kanan fitur yang akan
dilabel > Label Feature.
beberapa proses analisis spasial, terdapat tools penting yang dibahas dalam bab
Analisis Spasial.
2.2.3. Search
Pencarian tipe Pencarian tipe tools
Pencarian project data work
semua tipe
Pencarian tipe
Add directory
lokasi Search
Satu hal yang baru di ArcMap 10 yaitu terdapat fasilitas Search. Fasilitas ini
menyerupai alat browsing pada layanan mesin pencari Google di dalam ArcGis 10. Melalui
fafasilitas ini, kita dapat mencari data spasial, data project, dan tools dari local server,
enterprise, maupun ArcGis Online.
2.2.4. Toolbar
Merupakan kumpulan tool yang diletakkan didalam bar. Secara logis toolbar
memiliki tool-tool yang berkaitan secara erat dalam melaksanakan operasi-operasi
tertentu. Sebagaimana layaknya aplikasi modern lainnya yang mengandung konsep
user friendly, toolbar dapat ditampilkan atau tidak ditampilkan, dikustomasi sesuai
keinginan kita dll (sama seperti pada Ms. Office). Tool bar bisa diaktifkan melalui
Menu Bar Tools > Customize. Selain itu juga dapat diaktifkan dengan cara klik
kanan pada Menu Bar hingga muncul tampilan seperi di samping. Tanda
menunkukkan bahwa tool tersebut sudah dimunculkan / aktif pada Tools Bar.
Berikut ini merupakan beberapa contoh tools standard yang terdapat pada
ArcMap10
a. Toolbar Tools
Hyperlink / HTML popup
Open time slider window
Fixed Zoom in / out Previous / Next Extend Select Element Find Find Route
Zoom in / out Pan Full Extend Select / unselect feature Identify measure Go To XY
Create Viewer Window
Gambar 2.13. Basic Tools
Toolbar ini digunakan untuk navigasi dan explorasi data spasial yang
ditampilkan.
b. Toolbar Standard
Undo / Redo
Save MXD Copy / Paste Search
Open MXD Scale ArcToolbox
TOC
Editor
Print Model builder
New Map File Cut Delete Add Data ArcCatalog
What’s This?
Gambar 2.14. Tool Standard
P e n g e n a l a n A r c g i s 1 0 - 10
2.3. ArcCatalog10
dengan memilih icon pada Standard Toolbar.. Dalam ArcGis 10, ArcCatalog
Tree dapat ditampilkan
n di dalam ArcMap10 walaupun tanpa bantuan XTool Pro.
Arc Catalog
pada Arc Map10
Arc Catalog Desktop
Gambar 2.15.
2.15 Tampilan ArcCatalog Tree dan ArcCatalog Desktop
pencarian file / data yang dibutuhkan. Pilih icon Connect to Folder pada menu
bar di ArcCatalog.
Mode Content
Move up one folder
Tampilan pada
Connect to file folder Mode Content
b. Preview
Dapat melihat tampilan data dalam preview. Pada sisi bawah terdapat 2
options pilihan tampilan yaitu geography, dan table.
Mode Preview
Tampilan pada
Mode Preview
Koordinat
Gambar 2.18. Tampilan Mode Preview tipe Geography (atas) dan Table (Bawah).
c. Description
Di dalam mode ini, kita bisa membuat dan melihat keterangan / deskripsi
details tentang data yang kita tampilkan (metadata) termasuk sistem koordinat yang
digunakan. Ada 3 options juga yang terdapat pada Description yaitu Print, Edit,
Validate, Export, dan Import.
Mode Description
BAB
3 PROYEKSI DAN SISTEM KOORDINAT
Peta merupakan representasi permukaan bumi dengan skala dan ukuran yang
lebih kecil pada bidang datar. Proyeksi peta adalah prosedur matematis yang
memungkinkan hasil pengukuran yang dilakukan di permukaan bumi fisis bisa
digambarkan diatas bidang datar (peta). Karena permukaan bumi fisis tidak teratur
maka akan sulit untuk melakukan perhitungan-perhitungan langsung dari
pengukuran. Misalnya untuk daerah relatif kecil, dengan jarak kurang dari 20 km,
teknik pembuatan peta lebih sederhana sebab pengaruh kelengkungan bumi dapat
diabaikan karena permukaan bumi dianggap datar. Namun untuk daerah sangat luas
(hingga ratusan km), kelengkungan bumi harus mulai diperhitungkan, permukaan
lengkung bumi tidak bisa lagi diproyeksikan ke dalam suatu bidang datar tanpa
mengalami distorsi. Untuk mengantisipasi masalah itu digunakan metode yang
disebut proyeksi peta.
Secara sederhana, proyeksi peta merupakan gambaran permukaan bumi atau
sebagian bumi pada suatu permukaan datar.
3.1.1. Tipe Proyeksi Peta
a. Berdasarkan Bidang Proyeksinya
Tipe proyeksi berdasarkan bidang proyeksinya dapat dibagi menjadi berikut:
a) Conical / Kerucut :
Bidang proyeksi yang digunakan adalah kerucut. Sumbu simetri dari
proyeksi ini adalah sumbu dari kerucut yang melalui pusat bumi.
Gambar 3.6. Sistem koordinat kartesian (kiri) dan Sistem koordinat polar (kanan) untuk sistem
koordinat bidang datar
o Sistem koordinat 3D
Gambar 3.7. Sistem koordinat kartesian (kiri) dan Sistem koordinat polar (kanan) untuk sistem
koordinat 3D
Garis Bujur
(vertical utara –
00
Greenwich
Khatulistiwa 00
BAB
4 GEOREFERENCING
1. Buka Program Arc Map dari start menu > Program > ArcGis > ArcMap 10
2. Untuk menampilkan peta yang akan di-Georeferencing, browse data dari direktorinya
Koordinat Layar
Koordinat Peta
Gambar 4.1.
Jika gambar peta / citra sudah tampil di Map Area, hal pertama yang
harus diperhatikan yaitu koordinat layar dan koordinat peta. Prinsip dari
Georeferencing ialah menyamakan koordinat layar yang mengacu pada koordinat
peta. Pada contoh gambar di atas, tipe koordinat peta (115041’40”) yaitu Degree
G e o r e f e r e n c i n g - 12
Minute Second (DMS) yang masuk ke dalam Geographic Coordinate System. Sedangkan
koordinat layar belum memilikinya (Unknown Unit).
3. Beri kordinat pada layer dengan cara klik kanan pada layer > Properties >
Coordinate system. Pilih Predefined, lalu sesuaikan dengan kebutuhan. Untuk
modul ini digunakan Geographic Coordinate System karena koordinat peta
pada latihan berupa DMS. Jika koordinat memiliki satuan meter, pilih Projected
Coordinate System > UTM > WGS 1984 > sesuaikan dengan zona wilayah.
Gambar 4.2.
4. Aktifkan Georeferencing tool pada toolbars dari View > Toolbar >
Georeferencing, atau klik kanan pada tools bar, lalu ceck Georeferencing.
Rotasi
Gambar yang akan di-
Georeferencing Membuat titik ikat
Gambar 4.3.
Control Control
point point
Gambar 4.4.
Titik ikat atau control point yang digukanan atau dibuat, minimal 4 titik pada
sudut yang berbeda. Jika terdapat Residual yang terlalu besar, bisa mendeletenya
dengan mengklik icon dan mengganti dengan control point baru yang lebih
akurat. Untuk mengecek titik ikat / control point, buka link table pada
Georeferencing tools.
G e o r e f e r e n c i n g - 14
Gambar 4.5.
Tapi, jika ingin nilai RMS Erorr lebih baik, perhatikan hal dibawah ini.
Gambar 4.6.
8. Georeferencing -> Rectify. Pilih folder output dan atur nama filenya (format
option).
Gambar 4.7.
1. Add data berupa peta analog dan data feature yang sudah memiliki sistem
koordinat. Kondisi yang terjadi dalam layar ialah tidak terjadi tumpang tindih antara
dua file tersebut, karena memang koordinatnya tidak sama.
Gambar 4.8.
Prinsinya ialah kita menarik peta analog menuju feature yang bentuknya sama
sehingga peta analog tersebut memiliki koorinat yang sama dengan data / feature.
Modul ini mengunakan gambar peta analog Provinsi Bali dan data / feature garis
pantai Provinsi Bali yang sudah memiliki sistem koordinat Geographic.
G e o r e f e r e n c i n g - 16
Gambar 4.9.
7. Lakukan pembuatan X (hijau) source dan X (merah) destination untuk titik-titik
lainnya.
8. Pethatikan link table untuk mengetahui keadaan serta mengontrol titik-titik ikat.
Gambar 4.10.
Jika terdapat titik ikat yang kurang tepat (RMS Error tinggi), titik ikat tersebut dapat
Gambar 4.11.
Garis kuning tebal merupakan file berupa feature garis pantai yang digunakan
sebagai acuan, sedangkan gambar yang berwarna merupakan peta yang sudah
mengikuti koordinat pada data feature berdasarkan titik ikat yang telah dibuat.
9. Setelah RMS Error dibuat sekecil mungkin (dengan menambah jumlah titik ikat
yang tepat), selanjutnya proses rectify sama seperti pada Bagian A.
D i g i t a l i s a s i - 19
BAB
5 DIGITIZING ON SCREEN
kemampuan membuat dan menyimpan data feature dalam format Shapefile (SHP)
yang familiar dengan produk pendahulunya, ArcView. Format shapefile setidaknya
minimal memiliki 3 tipe file (bahkan bisa sampai 7 file) untuk membangun suatu data
spasial yaiitu dbf, shx, dan shp. Format dbf yang merupakan file DATABASE IV,
shx merupakan file index spatial, sedangkan shp menyimpan file grafis.
Gambar 5.2.
File berupa format ini bisa dibaca di banyak aplikasi software GIS dan
Remote Sensing lainnya, seperti Map Info, ILWIS, Global Mapper, ERDAS Image,
ENVI, PCI Geomatica dsb (data shapefile biasa digunakan sebagai mask / region of
interest (ROI) / area of interest (AOI) untuk pemotongan data raster).
5.1.1. Persiapan File
1. Pembuatan Shapefile melalui ArcCatalog (tree atau Desktop) di foder
penyimpanan data feature.
o Klik kanan > New > Shapefile (format ArcView).
Gambar 5.3.
o Sesuaikan name, feature type, dan spatial reference. Untuk Spatial
Reference > Description System > Edit >
- Geographic Coordinate System > World > WGS 1984 atau
- Projected Coordinate System > UTM > WGS 84 > WGS 1984 Zona
wilayah
D i g i t a l i s a s i - 21
Gambar 5.4.
Data type
Short/long interger : biasa untuk ID / FID
Double / Float : untuk besaran seperti luas,
keliling, ketinggian,koordinat
dsb (yang bisa serubah jika
bentuk dan posisi feature ikut
berubah)
Text : huruf
Date : format tanggal
Gambar 5.5.
2. Drag shapefile menuju layer pada Arc Map, atau load data melalui Add Data
.
Straight Point Sketch Properties
End Point Arc Edit Vertices Cut Polygon Attributes
Edit tool
End point
Right Angle Start point
Distance-Distance Intersection
Bezier curve segment
Arc Segment
Tangent curve segment
Direction-Distance
Segment Vertex (vertices)
Edit tool
Digunakan untuk mengaktifkan feature yang akan diedit.
Edit Annotation tool :
Digunakan untuk mengedit notasi berupa huruf pada layar / data frame.
Straight
Digunakan untuk membuat feature berupa point dan digitalisasi polyline atau
polygon dengan pola yang tidak beraturan. Tool ini paling sering digunakan
karena polanya tersebut bisa dengan baik mewakili bentuk permukaan bumi.
Endpoint Arc
Hampir sama dengan Arc tool, tapi parameter lengkungan kurvanya
ditentukan pada bagian akhir dan dapat menggunakan nilai tertentu dengan
menggunakan tombol “R”:
Midpoint
Digunakan untuk mendapatkan titik tengah antara 2 titik yang dipilih (titik
awal dan akhir)
Titik tengah
Titik tengah
Terbentuk garis
Gambar 5.10. Midpoint tool dari 2 titik tengah
Right Angle
Digunakan untuk membentuk feature dengan sudut 900 di setiap belokannya.
900
900 900
Bezier
Digunakan untuk membuat lekukan bersarkan persinggungan di tengah garis
lurus (pusat / tengah menjadi vertex)
Distance-Distance
Tool ini bekerja dengan memanfaatkan titik singgung antara 2 lingkaran yang
ditentukan jarak / radiusnya. Jika kedua lingkaran tersebut tidak
bersinggungan, maka tidak akan terdapat verteks yang dihasilkan oleh tool ini,
D i g i t a l i s a s i - 24
Intersection
Tool ini digunakan untuk menemukan titik singgung antara 2 garis. Titik
singgung ini kemudin bisa digunakan sebagai vertex untuk kemudian
dijadikan line, polygon, atah hanya sebuah point.
Arc
Tool ini digunakan untuk membuat garis lengkungan yang membutuhkan 3
parameter yaitu titik awal, titik tengah/poros dan titik akhir. Garis sketsa yang
D i g i t a l i s a s i - 25
terbentuk akan selalu melalui ketiga titik tersebut walaupun titik genap
(tengah) tidak terlihat.
Letak titik ke 4
Letak titik ke 8
Trace tool
Digunakan untuk mengikuti jejak / bentuk feature yang telah ada (tracing).
Biasanya digunakan untuk mengisi polygon yang berada di dalam / diantara
polygons lainnya.
Direction Distance
Tool ini digunakan untuk menentukan verteks berdasarkan 2 titik input. Satu
titik input memerlukan parameter sudut (bearing), sedangkan titik input yang
lain memerlukan parameter jarak. Gunakan tombol “A” untuk memasukkan
parameter sudut dan tombol “R” untuk parameter Jari-jari lingkaran / “D”
untuk distance secara tepat.
Edit Vertices
Melalui tools ini, kita dapat mengedit vertex dengan beberapa fasilitas di
dalamnya.
Menambah Finish
vertex Sketch
Menguragi Sketch
vertex Properties
Reshape
Tools ini digunakan untuk merubah bentuk feature sesuai dengan jalur
pembuatan segment baru.
Reshape
Feature
Feature
lama
Feature
baru
Cut Polygons
Tools ini digunakan untuk memotong feature sesuai dengan jalur pembuatan
segment baru.
Cut
Polygon 2 Polygon
baru
1
Polygon
lama
2
Split
Tools ini digunakan untuk memotong feature line terseleksi di suatu titik.
Feature Construction
Saat pembuatan feature atau segment
dilakukan, akan muncul tool Feature
Construction yang mengikuti pointer
pebuat vertex dalam segment. Di dalam tool
Create Feature
Attributes
Sketch Properties
Editor tools
Feature yang akan di edit
5.3. Editor
Saat kondisi pembuatan / pengeditan feature dalam
keadaan “start editing” atau editable, terdapat sejumlah tools
dibawahnya (akan aktif jika suatu / beberapa feature
terseleksi)
a) Start, Stop, and Save Edit
Tools ini digunakan untuk memulai, mengakhiri dan
menyimpan hasil pembuatan / pengedian feature. Gambar 5.27. Editor
D i g i t a l i s a s i - 31
b) Move
Digunakan untuk menggeser posisi feature terseleksi dalam satuan unit / sistem
koordinatnya.
c) Split
Digunakan untuk memotong feature garis / line berdasarkan satuan koordinat dan
posisinya.
d) Construct Points
Membuat point dari suatu garis (line) dengan catatan sudah ada feature titik (point) di
dalam satu layar Data Frame.
e) Copy Parallel
D i g i t a l i s a s i - 32
Membiat duplikat parallel (kanan dan kiri) suati feature garis (line) terseleksi.
f) Merge
Menyatukan beberapa shape feature terseleksi menjadi satu (harus satu feature type)
g) Buffer
Membuat buffer sesuai dengan feature type yang terseleksi.
h) Union
Membuat shape feature baru berdasarkan shape feature yang terseleksi.
D i g i t a l i s a s i - 33
i) Clip
Memotong polygon feature dengan polygon.
Polygon baru yang terpisah
pembuatan
polygon baru
Mengapus seluruh polygon yang bertindihan dengan poligon baru yang terseleksi
Mengapus bagian polygon yang bertindihan dengan poligon baru yang terseleksi
j) Snapping
Feature berupa garis memiliki percabangan seperti sungai, dan jalan. Untuk
membuat percabangan tersebut, bisa menggunakan snapping.
Dalam ArcGis 10, fasilitas snapping telah diperbaharui dari versi sebelumnya
(ArcGis 9.x) seperti yang tertulis di bagian B pada bab ini. Akan tetapi, jika belum
terbaiasa dengan “magnetic snapping” pada ArcGis 10, masih bisa dilakukan snaping
klasik seperti di ArcGis 9.x yang dapat di atur di dalam Editing Option.
D i g i t a l i s a s i - 34
Gambar 5.40. Contruction Tools mengikuti pergerakan mouse dengan hanya dua kali
pada Polygon klik (diawal dan diakhir) garis)
Auto Complete Polygon : membuat polygon yang tepat bersebelahan dengan polygon
lainnya sehingga tidak menimbulkan Gap
D i g i t a l i s a s i - 36
Overshoot Undershoot
1 2 3 4 5 6 7 8 9
Gambar 5.43. Advanced Editing tool
File Geodatabase
Personal Geodatabase
3. Pilih sistem koordinat data yang akan dibuat / digunakan , misalnya Geografis
WGS 1984.
D i g i t a l i s a s i - 40
4. Buat feature class, yang merupakan file-file di dalam feature dataset. Feature yang dibuat
akan secara otomatis memiliki sistem koordinat yang sama dengan sistem koordinat
feature datasetnya.
Gambar 5.50. Tampilan Feature Class dalam Feature Dataset dengan format Geodatabase
BAB
6 ATTRIBUTING (TABLE)
Delete Selected
Select by Attribute Switch Selection
Zoom to Selected
Delete Selected
Table Option
Selected Feature
Posisi kursor
di FID
Untuk membuka Attribute seperti di atas, klik kanan shapefile pada layer
ArcMap > Open Attribute table.
Attribute juga terdapat di dalam baris Tools Editor dan akan aktif saat
feature dalam keadaan Editable. Di dalam attribute yang satu ini, kita tidak dapat
menambah atau mengurangi field, tapi akan lebih mudah untuk melakukan pengeditan
Attribute Data
Attributing ( T a b l e ) | 37
Keterangan tipe-tipe
ini terdapat di bab 3
o Pengurangan Field dilakukan dengan cara klik kanan pada judul Field >
Delete Field.
Gambar 6.7. Menghitung luas, panjang, keliling, serta update posisi koordinat neggunakan Calculate
Geometry
Berikut ini merupakan hal yang bisa dilakukan dengan Calculate Geometry
Gambar 6.8. Hal yang dapat dilakukan dengan Calculate Geometry (Sumber : ArcGis Desktop Help)
Dalam melakukan Find and Replace, feature data harus dalam keadaan Start
Editing (Editable)
6.4. Select by Attribute
Tool ini digunakan untuk menyeleksi feature berdasarkan kesamaan
attributenya. Misalnya kita akan menyeleksi lokasi yang memiliki kemiringan lereng
diatas 40%.
Perintah seleksi
6.5. Merge
Fasilitas ini digunakan untuk menyatukan features dalam satu shapefile yang
memiliki attribute yang sama. Misalnya kita akan menyatukan semua kelerengan
diatas 40%.
1. Editor > Start Editing
2. Select by Attribute untuk kelerengan 40% (seperti pada bagian C).
3. Editor > Merge.
8. Jika ingin membuat luas dengan satuan hektar, bisa ditambahkan field baru, lalu
gunakan fungsi dari Field Calculator.
Untuk menghitung luas juga dapat menggunakan ArcGis Extention XTools
Pro (untuk ArcGis 10 menggunakan versi 7.1 / versi 8.0 yang terbaru) yang dapat di
download gratis di internet. http://www.dataeast.com/en/4e_xtools.html. Dengan
ektensi tambahan ini, kita bisa melakukan banyak konversi data, proses, dan link ke
beberapa Web GIS (Google earth, Google Map)
6.6. Join Table
Join Table menrupakan penggabungan data attribute yang terpisah. Join table
ini bisa dilakunan atar data feature, maupun antara data feature dengan data tabulasi
(Ms.Excel Format) dengan catatan, field ini yang akan digabungan harus memiliki isi
kolom atau field yang sama.
Gambar 6.14. Attribute data spasial (kiri) dan file tabulasi dalam Ms.Excel (kanan)
Pada gambar di atas, terdapat dua file yang berbeda dan akan dilakukan
joining data. File attribute data spasial merupakan file penutupan lahan Indonesia
tahun 2000 (PL00_ID), tahun 2003 (PL03_ID),tahun 2006 (PL06_ID), dan tahun
2009 (PL09_ID). Data tersebut hanya memiliki kode-kode penutupan lahan (50011,
2002,20041, dsb). Fied-field ini akan di-joining dengan kolom KODE_VEG pada
data tabulasi Ms.Excel yang juga memiliki kode-kode yang sama dengan data attribute
table.
BAB
7 INPUT DATA GPS
Pemasukan data dari GPS ke dalam ArcGis bisa melalui 2 cara, yaitu
memasukkan data tabulasi / tabel dan melakukan transfer data langsung dari GPS.
Untuk data tabulasi, file yang dimasukkan berformat Ms. Excel, dbf, atau text.
Sedangkan file data dari GPS, tipe filenya berupa gpx.
Tipe GPS
b. Export File *gpx ke dalam format *shp dengan cara File > Export Vector
Data > Export Shapefile
I n p u t D a t a G P S | 38
NAMA FILE
Untuk merubah format data menjadi Shapefile, klik kanan pada layer file
tersebut, lalu lakukan Export Data, simpan di folder yang telah disediakan.
BAB
8 TRANSFORMASI KOORDINAT
Sistem proyeksi koordinat suatu data spasial dapat dirubah dari satu sistem
proyeksi ke sistem proyeksi lainnya. Seperti yang sudah dijabarkan dalam bagian
pendahuluan / pengenalan, sistem proyeksi koordinat secara umum terdapat dua
sistem, yaitu sistem proyeksi geografis dan sistem proyeksi Mercator. Sistem proyeksi
geografis memiliki satuan waktu, sedangkan untuk suatu contoh misalnya panjang
sungai, luas penutupan lahan / besarnya deforestasi di suatu kawasan harus dalam
satuan panjang atau luas.
Untuk merubah sistem koordinat Geographic (satuan waktu) ke UTM (satuan
panjang/luas) atau ke sistem koordinat TM3 serta sebaliknya, dapat dilakukan dengan
tool Projection and Transform.
Pada ArcToolbox > Data Management Tools > Projection and Transform
Alat ini mengorientasikan ulang raster dengan membalik itu, dari kiri ke
kanan, di sepanjang sumbu vertikal melalui pusat raster
Project Raster
Bagian dari tool ini digunakan untuk mengkonversi sistem koordinat datu ke sistem
koordinat lainnya.
Rescale
Merubah ukuran raster dalam dimensi X dan Y
Rotate
Alat ini mengubah dataset raster di sekitar titik poros tertentu oleh sudut yang
ditentukan dalam derajat; dataset raster akan berputar searah jarum jam. Nilai yang
T r a n s f o r m a s i K o o r d i n a t | 42
benar untuk sudut rotasi adalah setiap nomor dari 0 sampai 360, termasuk nilai-
nilai pecahan. Sebuah nilai yang negatif akan memutar gambar berlawanan.
Shift
Bergerak (slide) raster ke lokasi geografis baru, berdasarkan nilai-nilai x dan y
pergeseran. Alat ini berguna jika dataset raster Anda harus bergeser untuk
menyelaraskan dengan file data lainnya
BAB
9 LAYOUT
Judul Peta
Legenda
Map Frame
Sumber data
Inset
Tabel
Pembuat peta
Change
layout
Tampilan di atas masih merupakan frame layout view awal tanpa ada
keterangan laiinya seperti judul peta, legenda,skala, inset serta indeks peta, grid, dsb.
ArcGis sendiri meyediakan beberapa tipe Layout Template yang bisa dipilih melalui
Gambar diatas merupakan contoh layout untuk Traditional layout Template dan
World Layout Template yang telah disediakan di dalam ArcMap. Untuk menambahkan
legenda, skala, arah mata angin dll, pilih Insert pada Toolbars.
Jika ingin memasukkan atribut atau tabel, buka atribut dari Open Attribute
table > Option > Add Table to Layout atau meng-copy tabel dari Ms. Excel
menuju layout.
9.2. Legenda (Legend Properties)
o Legend
o Items
9.3. Grid
Untuk memberikan koordinat akhir pada peta (grid), klik kanan frame aktif
pada view ArcMap > Properties > Grids > New Grid. Akan muncul Grid and
Graticules Wizard.
Graticule : Untuk membuat dalam satuan DMS atau DD
Measured Grid : Untuk membuat dalam satuan Mercator (UTM atau TM3)
dalam satuan meter.
Reference Grid : Untuk membuat berdasar definisi sendiri
Jika sudah selesai sampai tahap Finish, dan masih kurang puas dengan
hasilnya, bisa diperbaiki kembali lewat Data Frame Properties. Bisa lewat Style
atau Properties. Di kotak ini kita bisa merubah tipe koordinat, huruf, garis,
interval, dan sebagainya.
Untuk pengaturan grid dalam format UTM / TM3 (Measured Grid) secara
standard, terdapat banyak angka nol di belakang desimal (koma), dan belum ada
labeling meridian seperti gambar berikut :
Measured
Graticule
Hal ini dapat dilakukan dengan memasukkan kedua tipe Grid dalam satu
Data Frame Properties.
BAB
10 ANALISIS SPASIAL
10.1. Extract
10.1.1. Clip
kelerengan Kabupaten Bogor, feature data kelerengan Provinsi Jawa Barat (input)
dipotong dengan menggunakan feature batas Kabupaten Bogor (Clip Feature).
10.1.2. Select
10.2. Overlay
10.2. 1. Erase
Digunakan untuk membuat feature dari hasil menghapusan suatu feature polygon
(input)berdasarkan bentuk feature polygon penhapusnya (erase feature).
10.2. 2. Identify
Membuat feature baru dengan bentuk yang sama dengan feature input, tapi
dengan attribute baru dari hasil tumpang tindih (terbentuk batas baru).
10.2. 3. Intersect
Membuat feature baru hasil tumpang tindih dari dua feature yang berbeda.
10.2. 4. Spatial join
Digunakan untuk menambahkan keterangan / field pada attribute dengan
data attribute join feature berdasarkan lokasi geografisnya. Tool ini biasanya
menjawab pertanyaan seperti “Apa nama-nama desa yang dilewati oleh sungai
A n a l i s i s S p a s i a l | 53
Melawi, Kalimantan Barat?” atau “ Dimana paling banyak dijumpai spesies Megophrys
nasuta berdasarkan kelas ketinggian, kelerengan, dan suhu di Taman Nasional Bukit
Barisan Selatan?” atau juga menjawab pertanyaan “Di Kecamatan mana saja yang
masih terdapat Hutan Lahan Kering Sekunder di Provinsi Lampung pada tahu
2006?”
Pada tabel / attribute diatas misalnya, dari hasil spasial join antara feature
Penutupan lahan tahun 2006 dengan batas administrasi Provinsi Lampung.
10.2. 5. Symmetrical Difference
Membentuk feature baru dengan bentuk luar hasil gabungan kedua feature
sebelumnya dan bagian dalam yang terhapus karena tumpang tindih.
10.2. 6. Union
Menggabungkan dua feature / lebih. Hanya bisa untuk feature polygon. Batas-
batas antar polygon dalam feature output akan dipertahankan sesuai dengan feature
inputnya.
10.2. 7. Update
Menggabungkan dua feature / lebih. Hanya bisa untuk feature polygon. Batas-
batas antar polygon dalam feature output akan berubah sesuai dengan feature
inputnya.
10.3. Proximity
10.3. 1. Buffer
Digunakan untuk membuat lebih dari satu buffer secara berurutan. Tool ini
biasanya digunakan untuk mengetahui distance pada jarak-jarak terentu secara
sistematis.
10.4. Generalization (Data Management Tools)
10.4. 1. Dissolve
Gambar 10.19. Perbandingan hasil interpolasi menggunakan IDW Method (kiri) dan Kringing Method
(kanan)
Gambar 10.20. Perbandingan hasil interpolasi menggunakan IDW Method (kiri) dan Kringing Method
(kanan)
S k o r i n g | 55
BAB
11 SKORING
Gambar 11.1. Contoh 3 layer atau data feature yang digunakan untuk proses skoring
Name : <kode>
Type : Double
Gambar 11.2. Penambahan Field untuk pemberian skor terhadap masing-masing kategori
Jika attribute suatu data feature hanya beberapa baris, skoring bisa diisi secara
manual dengan pemberian angka skor pada setiap baris kolom atribut skor. Tetapi
S k o r i n g | 57
jika jumlan baris banyak, dan akan sangat memakan waktu jika dilakukan satu persatu
dalam pemberian skor, maka akan lebih mudah dilakukan dengan Select By
Attribute dan Calculate Geometry.
Option > Select By Attribute.
Klik dua kali kolom yang akan diseleksi
Pilih parameter yang digunakan ( =, <>, >, < ,>= dll)
Klik Get Unique Values untuk memunculkan isi kolom yang akan dipilih)
Appy.
2x
2x
Gambar 11.3. Select by attribute untuk mencari kelas yang sama di setiap kategori
Baris-baris yang terseleksi akan berwarna biru pada semua kolom / field.
Field Calculator.
S k o r i n g | 58
6. Setelah disatukan, kita tambahkan dua (2) kolom / field baru untuk menentukan
skor akhir berdasarkan overlay 3 parameter (type Float atau Double) yaitu lereng,
tanah, dan iklim dan status hutan (type Text)berdasarkan nilai hasil scoring.
7. Pada kolom / field skor, klik kanan lalu pilih Field Calculator.
S k o r i n g | 59
- Buka attribute
- Option > Select By Attribute
- Pilih kolom Skor pilih range pada Get Unique Value yang sesuai dengan
kriteria atau status hutan.
- Pada kolom status hutan, klik kanan > Field Calculator. Isi status hutan
berdasarkan contoh nilai tersebut.
S k o r i n g | 60
BAB
12 ANALISIS 3D
Dalam analisis 3D, diperlukan data berupa ketinggian atau yang berhubungan
dengan elevasi (koordinat Z). Hal yang akan di bahas dalam analisis 3D di dalam bab
ini yaitu tentang kontur, TIN, DEM, dan Slope. Data kontur bisa di gunakan untuk
membuat data TIN serta DEM. Begitu pula sebaliknya, data TIN maupun DEM,
bisa digunakan untuk membuat data kontur. Ketiga jenis data ini pada prinsipnya
sama, yaitu merepresentasikan permukaan bumi secara 3 dimensi dengan adanya data
ketinggian berupa Z. Ketiga data ini pula dapat digunakan untuk membuat data
kemiringan lereng suatu permukaan / slope dengan satuan persen (%) atau derajat ( θ
). Terdapat beberapa data ketinggian yang bisa didapatkan secara gratis di internet,
seperti SRTM v.04 90m yang dapat diakses melalui http://srtm.csi.cgiar.org/.
12.1. Kontur
Kontur merupakan garis hubung antara titik-titik dengan nilai ketinggian yang
sama. Garis tersebut adalah garis imajinasi atau garis khayal yang dibuat untuk
menghubungkan titik-titik yang mempunyai ketinggian yang sama. Data kontur
berupa polyline bisa didapatkan dengan generate data dari citra satelit penginderaan jarak
jauh, DEM ataupun dari survey lapang topografi.
a. DEM to Contour
Di dalam ArcGis, pembuatan kontur dari data raster DEM atau Grid SRTM
bisa dilakukan melaui tool 3D Analyst > Raster Surface > Contour.
A n a l i s i s 3 D | 62
b. Contour to TIN
3D Analysis > TIN Management > Create TIN
12.2. Slope
Nama lazim dari slope ialah kemiringan lereng. Slope dapat dintayakan dalam
satuan derajat atau dalam satuan persen.
Gambar 12.5. Ilustrasi pembuatan slope dari data DEM (ArcGis Desktop Help)
a. Raster to Slope
Data slope bisa dibuat dari data elevasi (DEM) melaui tool 3D Analyst >
Raster Surface > Slope.
b. Reclassify
Untuk membuat data slope menjadi kelas-kelas interval, dilakukan proses
peng-kelas-an ulang atau Reclassify. Reclassify dapat dilakukan melalui Layer
Properties > Symbology > Classify atau bisa juga melalui Spatial Analysis Tool
> Reclass > Reclassify.
Data slope bisa berupa data raster ataupun vektor, tergantung kepada
kebutuhannya. Jika data slope akan dioverlaykan dengan data vektor, maka dara
slope tersebut juga harus dalam tipe data vector. Untuk merubah tipe data raster
menjadi data vector, dapat menggunakan tool Raster to Polygon di dalam
Conversion Tools.
H y d r o l o g y | 67
BAB
13 HYDROLOGY
Gambar 13.1. Ilustrasi data topografi menjadi pola DAS. (Sumber : ArcGis Desktop Help)
1. DEM
Digital Elevation Model (DEM) bisa didapatkan free di
http://srtm.csi.cgiar.org/., atau juga bisa diproses dari peta vektor kontur.
2. Hydrology Fill DEM
Digunakan untuk memperbaiki piksel-piksel kecil yang rusak (imperfection).
H y d r o l o g y | 68
Arctoolbox > Spatial Analyst Tools > Hydrology > Fill. Tool ini bisa digunakan
sebelum atau sesudah Flow Direction.
Gambar 13.4. Proses Flow Accumulation dengan input file hasil Flow Direction
6. Reclassify
a. Ubah hasil Reclassify dari Flow accumulation menjadi beberapa kelas.
Jika diperhatikan pada tampilan di atas, warna yang bukan sungai yaitu yang
paling hitam, dan setelah di reclassify, valuenya berkisar antara 0-14,002.8549,
sedangkan nilai lainnya (gradasi warna dari hitam ke putih setelah nilai 14,002.8549)
merupakan anak sungai menuju sungai utama.
H y d r o l o g y | 70
6. Map Algebra
Map algebra digunakan untuk menentukan piksel yang merupakan aliran sungai dan
bukan aliran sungai. Dengan menggunakan pengambilan keputusan bolean berdasarkan
range tertentu pada hasil reclassify dari hasil Flow Accumulation, Arcgis Desktop help
memberikan suatu persamaan seperti dibawah ini :
New raster = con(accum > a, 1)
New raster : output data raster
Con : Conditional
accum > a : file hasil flow accumulation harus lebih besar dari a
a : nilai tertinggi dari range pertama ( pada modul ini, range pertama yaitu 0-
14,002.8549, maka nilai a = 14,002.8549)
1 : pengambilan keputusan
7. Stream Order
Menentukan ordo sungai pada suatu DAS. Konsep ordo pada DAS sendiri
diutarakan oleh dua orang pemerhatinya, yaitu Strahler pada tahun 1952 dan Sherve
pada tahun 1967. Kedua orang ini memberikan pengkodean pada ordo DAS yang
berbeda walaupun pada akhirnya semua aliran sungai tersebut menuju suatu Outlet.
Hasil dari konversi ini biasanya kurang memuaskan, karena terdapat data yang
hilang dari proses konversi dari raster ke vector. Akan lebih baik jika melakukan
digitalisasi polyline mengikuti arah dari file Stream Order berikut tambahan atribut
nomor dari ordo sungai.
H y d r o l o g y | 72
Gambar 13.10. Proses Automatic Basin dan overlay dengan hasil Flow Accumulation
9. Hill Shade
Untuk membuat tampilan yang lebih menarik dasisuatu DAS, bisa ditambahkan Hillshade.
Hillshade merupakan efek bukit (elevasi) yang dapat dibuat dari data DEM. Hiilshade tool terdapat di
Spatial Analyst > Surface > Hillshade.
Gambar 13.11. Hasil proses Hillshade yang dioverlay dengan hasil Flow Accumulation dan Automatic
Basin
H y d r o l o g y | 73
Gambar 13.12. Proses Flow Length dengan metode Downstream (kiri) dan Up Stream (kanan).
BAB
14 PENGOLAHAN CITRA DIGITAL
Selain digunakan untuk analisis dan pembuatan data vektor, ArcGis juga
memeliki kemampuan yang cukup baik untuk mengolah data raster.
12.1. Composite Bands
Tool Composite Bands digunakan untuk menyusun komposisi warna
berdasarkan karakteristik setiap saluran / band citra satelit.
Dalam modul lathan ini digunakan data citra satelit landsat TM5. Format data
citra hasil Download biasanya dalam bentuk TIFF atau GeoTIFF bisa langsung
diproses Composite Bands. Tool ini terdapat di bagian ArcToolbox > Raster >
Raster Processing > Composite Bands.
Georeferencing
Raster
Input Output
Mask
vector
(polygon)
Resolusi spasial
untuk citra
landsat band 1-5,
dan 7
Folder / lokasi
output
File output
Merge Reset
Up and
and Split Value Class
Down
Save sample
Histogram
Load Delete
Create
Signature file
Clear
training
sample
Statistic
Scatterplots
Scatteplots
Scatterplots window adalah cara lain untuk membandingkan sample beberapa
training area. Jika sampel traning mewakili kelas yang berbeda, scatterplotsnya
seharusnya tidak saling tumpang tindih.
Statistic
Menampilkan nilai nilai dari Digital Numbr dari training sample yang terseleksi.
(a)
(b)
Gambar 12.16. Perbandingan antara (a) Maximum Likelihood Classification dan (b)Interactive
Supervised Classification
12.5.3. Focal Statistic
Cara ini dilakukan jika ingin menentukan jumlah minimal piksel yang saling
berdekatan dapat dijasikan satu kelas penutupan lahan. Tool ini tedapat di
Arctoolbox > Spatial Analyst > Neighborhood > Focal Statistic.
Gambar 12.17. Kondisi sebelum proses Focal Statistic (atas) dan setelah Focal Statistic (bawah)
12.6. NDVI
NDVI = ((IR - R)/(IR + R))
IR = pixel values from the infrared band
R = pixel values from the red band
Output dari persamaan ini memberikan nilai digital pada citra berkisar antara
-1 sampai 1. Biasanya nilai- nilai NDVI memiliki kondisi seperti dibawah ini :
Tabel 12.2. Karakteristik nilai NDVI Citra Satelit Landsat TM
NDVI Keterangan
-1 <NDVI < 0 Awan, air,
0 < NDVI < 0,1 Lahan terbuka, batuan, pasir
0,1 < NDVI < 0,3 Semak belukar, padang rumput
0,3 < NDVI < 0,6 Kebun campuran
0,6 < NDVI< 0,9 Hutan
Di dalam ArcGis, nilai NDVI yang berkisar antara -1 sampai 1 dikonversi
menjadi 0 sampai 200 ( 8 bit) dengan formula sebagai berikut :
NDVI = ((IR - R)/(IR + R)) * 100 + 100
Gambar 12.20. Citra Landsat kombinasi 543 dan NDVI Kabupeten Nabire - Papua
12.7. Mosaic
Terdapat 6 metode mosaic citra yang tersedia dalam tool Image Analysis,
yaitu :
a. First
Metode ini menjadikan nilai DN citra hasil mosaic yang tumpang tindih
(overlap antara 2 data raster) sesuai / mengikuti dengan citra header-nya (yang teratas).
Last
Metode ini menjadikan nilai DN citra hasil mosaic yang tumpang tindih
(overlap antara 2 data raster) sesuai / mengikuti dengan citra footer-nya (yang
terbawah).
Blend
Metode ini bekerja berdasarkan bobot nilai piksel yang overlap.
Metode ini menjadikan nilai DN citra hasil mosaic yang tumpang tindih
(overlap antara 2 data raster) sesuai / mengikuti dengan nilai DN rata-rata citra.
Minimum
Metode ini menjadikan nilai DN citra hasil mosaic yang tumpang tindih
(overlap antara 2 data raster) sesuai / mengikuti dengan nilai DN citra yang terkecil
(sehingga nilai no data = 0 akan terjadi pada hasil mosaic di daerah yang overlap)
Maximum
Metode ini menjadikan nilai DN citra hasil mosaic yang tumpang tindih
(overlap antara 2 data raster) sesuai / mengikuti dengan nilai DN citra yang terbesar.
Metode mosaic dengan Maximum Method ini sangat disarankan untuk
menggabungkan data citra satelit seperti landsat, karena tidak terdapat data yang nol
(DN = 0) seperti pada First, Last, dan Minimum Method, dan tidak ada data yang
timpang / tidak seimbang pada lokasi citra yang overlap, seperti pada Blend dan
Mean Method.
Mosaic
Gambar 12.27. Mosaic Tool pada Image Analysis Tools – Processing dan Export untuk menyimpan
hasil proses Mosaic
Gambar 12.28. Sebelu mosaic (atas) dan setelah mosaic (bawah) dengan metode maximum
Pustaka Acuan |
Pustaka Acuan