Anda di halaman 1dari 213

Sohiron

ADMINISTRASI DAN
SUPERVISI PENDIDIKAN
Katalog dalam Terbitan (KDT)
ADMINISTRASI DAN SUPERVISI PENDIDIKAN

Penulis : Sohiron
Layout isi : Jonri Kasdi
Design Cover : Mutiara Design

ISBN : 978-602-6879-12-7

v, 197 hal (145x205cm)


Cetakan Tahun 2015

Kreasi Edukasi
Publishing and Consulting Company
Jl. Swadaya Kom. Rindu Serumpun 4 Blok B-06
Kel. Delima Kec. Tampan - Pekanbaru
Mobile Phone : +6285216905750

Undang – undang Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2002


Tentang Hak Cipta
Lingkup Hak Cipta
Pasal 2
Hak Cipta merupakan Hak Eklusif bagi Pencipta atau Pemegang
Hak Cipta untuk mengumumkan atau memperbanyak ciptaannya
yang timbul secara otomatis setelah suatu ciptaan dilahirkan tanpa
mengurangi pembatasan menurut peraturan perundanga-
undangan yang berlaku

ii
Kata Pengantar

Puji syukur kehadirat Allah Swt., yang memberikan


kenikmatan yang tidak terhingga kepada penulis, sehingga
penulis dapat menyelesaikan buku ini dengan baik.
Administrasi merupakan kunci keberhasilan
organisasi. Organisasi termasuk satuan pendidikan dapat
mencapai tujuannya secara efektif dan efesien dengan
administrasi yang baik. Administrasi merupakan pengelolaan
sumber daya organisasi melalui kegiatan pendayagunaan
fungsi administrasi.
Supervisi merupakan tugas pokok pimpinan
pendidikan / kepala sekolah/madrasah yang harus
dilaksanakan dalam menunjang kepemimpinannya.
Buku ini membahas dua kajian tersebut sesuai
kebutuhan mahasiswa PTKIN dan PTKIS serta masyarakat
umumnya.

Penulis,

Sohiron

iii
Daftar Isi

Kata Pengantar ....................................................................... i


Daftar Isi .................................................................................. ii

BAB I : Konsep Administrasi Pendidikan


A. Administrasi dalam perspektif Islam .............. 1
B. Pengertian Administrasi Pendidikan .............. 2
C. Sumber Daya Administrasi Pendidikan ......... 6
D. Tujuan Administrasi Pendidikan ..................... 7

BAB II: Teori-Teori Administrasi Pendidikan


A. Teori Klasik ......................................................... 10
B. Teori Hubungan Manusiawi ............................ 16
C. Teori Prilaku ....................................................... 17
D. Teori Kuantitatif ................................................. 18
E. Teori Sistem ......................................................... 19
F. Teori Kontingensi ............................................... 21

BAB III : Fungsi dan Ruang Lingkup


Administrasi Pendidikan
A. Fungsi-fungsi Administrasi Pendidikan.......... 23

BAB IV: Ruang Lingkup Administrasi Pendidikan


A. Administrasi Kesiswaan ................................... 31
B. Administrasi Kurikulum ................................... 47
C. Administrasi Personalia (pendidik dan tenaga
kependidikan) ..................................................... 54
D. Administrasi Sarana Prasarana ........................ 72
E. Administrasi Humas (Hubungan Masyarakat
dengan Sekolah) ................................................. 87
F. Administrasi Keuangan Sekolah ..................... 96

iv
G. Administrasi Tata Laksana ............................... 111
H. Administrasi Layanan Khusus ......................... 112

BAB V: Paradigma Baru Manajemen Pendidikan


A. Manajemen Berbasis Sekolah/Madrasah ....... 126
B. Manajemen Berbasis Sasaran ........................... 134
C. Manajemen berbasis Orang .............................. 137
D. Manajemen Mutu Terpadu Pendidikan ......... 142

BAB VI: Kompetensi Kepala Sekolah/Madrasah


A. Pengertian Kompetensi ..................................... 151
B. Kompetensi Kepribadian .................................. 156
C. Kompetensi Manajerial ..................................... 157
D. Kompetensi Kewirausahaan ............................. 159
E. Kompetensi Supervisi ........................................ 160
F. Kompetensi Sosial .............................................. 160

BAB VII: Supervisi Pendidikan


A. Hakikat Supervisi Pendidikan ......................... 161
B. Tujuan dan Sasaran Supervisi Pendidikan ..... 163
C. Fungsi Supervisi Pendidikan ........................... 166
D. Ruang Lingkup Supervisi Pendidikan ............ 166
E. Prinsip-prinsip Supervisi Pendidikan ............. 171
F. Teknik, Strategi dan Keterampilan-
keterampilan Supervisi Pendidikan ................ 177
G. Supervisor ........................................................... 186
H. Supervisi klinis ................................................... 190
I. Program dan Evaluasi Supervisi pendidikan 196

v
Administrasi dan Supervisi Pendidikan

BAB I
KONSEP ADMINISTRASI PENDIDIKAN

A. Administrasi/Manajemen dalam Perspektif Islam


Kata administrasi/manajemen merupakan salah satu
arti dari kata tadbir (‫)تدبير‬, bentuk masdar (verbal noun) dari
kata kerja dabbara al-‘amr (untuk menyelesaikan urusan
sampai akhir). Pengertian istilah yang komprehensif
mengenai tadbir diberikan oleh Al-Sayyid al-Sharif ‘Ali al-
Jurjani (w. 816 H) dalam kitabnya al-Ta’rif: “al-tadbir al-nazar
fi al-‘awaqib bi ma’rifat al-khayr wa Ijra’ al-‘umur ‘ala ‘ilm al-
‘awaqib”, yaitu menguji/memeriksa akibat-akibat (hasil)
dengan mengetahui apa yang baik dan menaruh perkara
dengan pertimbangan ilmu tentang akibat-akibat yang
dihasilkan.1
Salah satu surat yang menjelaskan kata ‫ دبر‬adalah
Q.S Yunus ayat (10:3) sebagai berikut:
            
               
    
Sesungguhnya Tuhan kamu ialah Allah yang menciptakan
langit dan bumi dalam enam masa, Kemudian dia
bersemayam di atas 'Arsy untuk mengatur segala urusan.
tiada seorangpun yang akan memberi syafa'at kecuali

1Reza Baizuri, Tadbir dan Adab sebagai Kerangka Teori Manajemen Islam,
http://www.komunitasnuun.org/2014/03/tadbir-dan-adab-sebagai-kerangka-
teori-manajemen-islam-1/, di download 10 April 2015.

1
Sohiron

sesudah ada izin-Nya. (Dzat) yang demikian Itulah Allah,


Tuhan kamu, Maka sembahlah Dia. Maka apakah kamu
tidak mengambil pelajaran?.
Menurut Buya Hamka Yudabbiru di dalam ayat ini,
diartikan secara umum dan ringkas, yaitu dia mengatur.
Makna kalimat ini lebih dalam memiliki arti : “dia mentadbir
perintah.” sebab diambil dari kata dubur, yang berarti ekor
atau hujung. Maka di dalam Allah mengatur suatu perintah,
Allah telah mengetahui dan menentukan ujungnya, akhirnya
atau ekornya ataupun akibatnya. Di sini terlihat bahwa di
dalam mengatur alam ini, Allah mempunyai rencana yang
tegas dan konkrit.
Menjadi kias ibarat pula bagi manusia, bahwa barang
siapa manusia yang pekerjaannya menggunakan rencana
atau tadbir, artinya mengingat pangkal dan ujung, pangkal
dan ekor atau akibat, maka dekatlah dia kepada
kesempurnaan atau keberhasilan. Maka rencana atau tadbir
Allah itu di dalam menjalankan perintah dan kehendak-Nya,
meliputilah kepada semua langit dan bumi tadi, dan
meliputi pula kepada manusia yang kecil ini sampai pula
kepada yang lebih kecil daripada manusia. Keseluruhan dan
kesatuan tadbir adalah pada Allah. Tadbir Allah itu tepat
dan jitu. Manusia betapapun pintar, tidaklah dapat membuat
tadbir sendiri diluar rangka takdir Tuhan. Rencana dan
tadbir manusia hanya dapat berlansung apabila sesuai
dengan keizinan Tuhan.2

B. Pengertian Administrasi Pendidikan


1. Administrasi Secara Etimologis
Secara etimologis perkataan Indonesia “Administrasi”
yang bahasa Inggrisnya “Administration”, berasal dari kata
Latin, yaitu : “Ad + ministrare” dan “Administratio”. Ad +
ministrate berarti melayani, membantu atau memenuhi (The

2 H. Abdul Malik Abdul Karim Amrullah(HAMKA), Tafsir Al-Azhar Juz

11, Panji Mas, Jakarta, 1999, hal. 145.

2
Administrasi dan Supervisi Pendidikan

Liang Gie, 1965). Sedangkan Administratio berarti pemberian


bantuan, pelaksanaan, pimpinan, dan pemerintahan
(Atmosudirdjo, 1986). Jadi, Administrasi pada hakekatnya
adalah usaha untuk menolong, usaha untuk membantu,
usaha untuk memimpin atau mengarahkan semua kegiatan
dalam pencapaian tujuan yang telah ditentukan.
2. Administrasi dalam Arti Sempit
Perlu dipahami bahwa istilah Administrasi di
Indonesia masih sering dipakai dalam arti “Tata Usaha”.
Pengertian yang demikian ini merupakan warisan dari zaman
penjajahan Belanda. Pada zaman penjajahan Belanda dahulu,
istilah Belanda “Administratie” disalin kedalam Bahasa
Indonesia menjadi “Administrasi”.
Administratie dalam Bahasa Belanda ini pada
umumnya diartikan sebagai Setiap penyusunan keterangan-
keterangan secara sistematis dan pencatatannya secara
tertulis dengan maksud untuk memperoleh suatu ikhtisar
mengenai keterangan-keterangan itu dalam keseluruhannya
dan dalam hubungannya satu sama lain. (The Liang Gie,
1972).
Sebenarnya pengertian administratie yang demikian
baru merupakan salah satu aspek cakupan istilah
administratie. Karena masih ada dua aspek lainnya yang
merupakan cakupannya, yakni: “bestuur” atau manajemen
dari kegiatan-kegiatan organisasi, dan “beheer” atau
manajemen dari sumber-sumber daya seperti: finansial,
personil, materil, gudang, dan sebagainya. Hanya saja yang
lebih populer di kalangan bangsa Indonesia sebagai pihak
yang dijajah ialah pengertian administratie dari aspek tata
usaha. (Atmosudirdjo, 1986).
Jadi, pengertian Administratie yang dikenal luas di
Indonesia ialah tata usaha. Oleh karena itu, sampai sekarang
di Indonesia istilah “Administrasi” masih sering diartikan
sebagai tata usaha atau pekerjaan tulis-menulis, catat-
mencatat perbagai keterangan. Pengertian Administrasi
sebagai kegiatan tulis menulis, catat-mencatat perbagai

3
Sohiron

keterangan itu, dijelaskan oleh Harris Muda Nasution dalam


bukunya “Kursus Pengetahuan Administrasi“, sebagai
berikut: “Dalam arti yang sempit bahkan pengertian sehari-
hari, maka Administrasi artinya adalah tata usaha. Tata usaha
ialah suatu pekerjaan yang sifatnya mengatur segala sesuatu
pekerjaan yang berhubungan dengan pekerjaan tulis-menulis,
surat-menyurat dan mencatat/membukukan setiap
perubahan atau kejadian yang terjadi di dalam organisasi”.
(The Liang Gie, 1972).
Arifin Abdulrachman (1971) mengemukakan pula
bahwa, Administrasi dalam arti tata usaha kegiatannya
meliputi penerimaan surat, penyimpanan surat,
korespondensi, penduplikasian, pencatatan-pencatatan pada
buku-buku atau kartothik, pokoknya segala macam pekerjaan
yang ada hubungannya dengan apa yang dinamakan
pekerjaan kertas, bahkan yang meliputi juga pekerjaan-
pekerjaan penelponan dan penerimaan tamu.
Berdasarkan pendapat kedua ahli tersebut di atas,
maka dapatlah dimengerti bahwa pengertian administrasi
dalam arti sempit meliputi perbuatan tulis-menulis, catat-
mencatat, yang kesemuanya merupakan kegiatan penyediaan
bahan keterangan yang diperlukan dalam setiap organisasi.
Kegiatan-kegiatan yang demikian itu dalam Bahasa Indonesia
telah lazim dipergunakan istilah “Tata Usaha”.

3. Administrasi dalam Arti Luas


Dua istilah yang mirip tulisan dan bunyinya, namun
berbeda makna dan isinya, yaitu “Administratie” (Bld) dan
“Administration” (Ing), sama-sama disalin dalam satu istilah
bahasa Indonesia yaitu “Administrasi”, maka istilah yang
kemudian ini mempunyai dua pengertian yaitu : (1)
Administrasi dalam pengertian sama dengan pengertian
administratie atau yang lebih dikenal dengan kegiatan
tatausaha, dan (2) Administrasi dalam pengertian sama
dengan administration. Untuk pengertian yang pertama

4
Administrasi dan Supervisi Pendidikan

kiranya telah jelas diuraikan di atas, sedangkan pengertian


yang kedua inilah yang akan di bahas pada bagian berikut.
Administration mempunyai pengertian dan skop
yang lebih luas dari pada administratie dilihat dari aspek
tatausaha saja. Jadi, pengertian administrasi yang
dimaksudkan di sini adalah pengertian yang lebih luas yang
sekaligus mencakup tata usaha.
Oteng Sutisna (1989:382) menyatakan bahwa
Administrasi pendidikan hadir dalam tiga bidang perhatian
dan kepentingan yaitu : (1) setting Administrasi pendidikan
(geografi, demograpi, ekonomi, ideologi, kebudayaan, dan
pembangunan); (2) pendidikan (bidang garapan
Administrasi); dan (3) substansi administrasi pendidikan
(tugas-tugasnya, prosesnya, asas-asasnya, dan prilaku
administrasi), hal ini makin memperkuat bahwa
manajemen/administrasi pendidikan mempunyai bidang
dengan cakupan luas yang saling berkaitan, sehingga
pemahaman tentangnya memerlukan wawasan yang luas
serta antisipatif terhadap berbagai perubahan yang terjadi di
masyarakat di samping pendalaman dari segi perkembangan
teori dalam hal manajemen/administrasi.
Dalam kaitannya dengan makna
manajemen/Administrasi Pendidikan berikut ini akan
dikemukakan beberapa pengertian manajemen pendidikan
yang dikemukakan para ahli. Dalam hubungan ini penulis
mengambil pendapat yang mempersamakan antara
Manajemen dan Administrasi terlepas dari kontroversi
tentangnya, sehingga dalam tulisan ini kedua istilah itu
dapat dipertukarkan dengan makna yang sama.
Administrasi pendidikan dapat diartikan sebagai
keseluruhan proses kerjasama dengan memanfaatkan semua
sumber personil dan materil yang tersedia dan sesuai untuk
mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan secara
efektif dan efisien (Djam’an Satori, 1980: 4).
Manajemen pendidikan dapat didefinisikan sebagi
proses perencanaan, pengorganisasian, memimpin,

5
Sohiron

mengendalikan tenaga pendidikan, sumber daya pendidikan


untuk mencapai tujuan pendidikan (Soebagio Atmodiwirio,
2000:23).
Manajemen pendidikan ialah suatu ilmu yang
mempelajari bagaimana menata sumber daya untuk
mencapai tujuan yang telah ditetapkan secara produktif dan
bagaimana menciptakan suasana yang baik bagi manusia
yang turut serta di dalam mencapai tujuan yang disepakati
bersama (Engkoswara, 2001:2).
Dengan memperhatikan pengertian di atas nampak
bahwa manajemen/administrasi pendidikan pada
prinsipnya merupakan suatu bentuk penerapan manajemen
atau administrasi dalam mengelola, mengatur dan
mengalokasikan sumber daya yang terdapat dalam dunia
pendidikan, fungsi administrasi pendidikan merupakan alat
untuk mengintegrasikan peranan seluruh sumberdaya guna
tercapainya tujuan pendidikan dalam suatu konteks sosial
tertentu, ini berarti bahwa bidang-bidang yang dikelola
mempunyai kekhususan yang berbeda dari manajemen
dalam bidang lain.

C. Sumber Daya Administrasi/Manajemen Pendidikan


Engkoswara, (2001:2) menjelaskan bahwa
administrasi / manajemen pendidikan ialah suatu ilmu yang
mempelajari bagaimana menata sumber daya untuk
mencapai tujuan yang telah ditetapkan secara produktif.
Menurut KBBI sumber daya adalah segala sesuatu
baik yang berwujud maupun yang tidak berwujud, yang
digunakan untuk mencapai hasil, misalnya peralatan,
persediaan, waktu dan tenaga.3
Sumber daya pendidikan adalah semua faktor yang
dapat dimanfaatkan oleh pengelola pendidikan untuk

3 Depdiknas, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi Ketiga, Balai Pustaka,

Jakarta, 2003, hal. 1102.

6
Administrasi dan Supervisi Pendidikan

melaksanakan proses pendidikan dalam rangka mencapai


tujuan yang telah ditetapkan secara efektif dan efesien.4
Sumber daya administrasi/manajemen dinyatakan
dalam enam M,5 yaitu:
1. Men, tenaga kerja manusia baik tenaga kerja eksekutif
maupun operatif;
2. Money, uang yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan
yang diinginkan;
3. Methode, cara-cara yang dipergunakan dalam usaha
mencapai tujuan;
4. Materials, bahan – bahan yang dipergunakan untuk
mencapai tujuan;
5. Machines, mesin –mesin atau alat – alat yang diperlukan/
dipergunakan untuk mencapai tujuan; dan
6. Markets, pasar untuk menjual output dan jasa - jasa yang
dihasilkan.
Sumber daya tersebut dipersatukan dan ditetapkan
secara harmonis sedemikian rupa, sehingga tujuan yang
telah ditetapkan dapat tercapai dengan ketentuan bahwa
segala sesuatu berlangsung dalam batas – batas waktu,
usaha serta biaya yang ditetapkan.
Dalam konteks pendidikan, kategori sumber daya
enam M yaitu:
1. Men (pendidik dan tenaga kependidikan serta peserta
didik);
2. Methodes (metode, kurikulum);
3. Materials (peserta didik, bahan-bahan, sarana dan
prasarana);
4. Money (uang atau dana);
5. Machines (mesin, teknologi pendidikan); dan
6. Market (pasar atau pemasaran).6

4Yeti Heryati, Manajemen Sumber Daya Pendidikan, Pustaka Setia,


Bandung, 2014, hal. 48.
5 Brantas, Dasar – dasar Manajemen, Alfabeta, Bandung, 2009, hal. 13.
6 Yeti Heryati, Manajemen Sumber Daya Pendidikan, Pustaka Setia,

Bandung, 2014, hal. 37.

7
Sohiron

D. Tujuan Administrasi Pendidikan


Administrasi pendidikan merupakan subsistem
dalam sistem pendidikan sekolah/madrasah. Maka, tujuan
administrasi pendidikan adalah berusaha untuk menunjang
tercapainya tujuan pendidikan tingkat satuan pendidikan
yang tertuang di dalam visi, misi dan tujuan
sekolah/madrasah dan tujuan pendidikan nasional yang
tertuang di dalam UU No. 20 tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional pasal 3 untuk berkembangnya potensi
peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia,
sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga
negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Sergiovanni dan Carver dalam Daryanto,
merumuskan terdapat empat tujuan administrasi, yaitu:
efektivitas produksi, efisiensi, kemampuan menyesuaikan
diri, dan kepuasan kerja.7 Keempat tujuan tersebut dapat
digunakan sebagai kriteria untuk menentukan keberhasilan
suatu penyelenggaraan pendidikan. Sedangkan menurut
Shrode dan Voich dalam Nanang Fatah, tujuan utama
manajemen/administrasi adalah produktifitas dan
kepuasan. 8

Produktifitas dapat diukur dengan dua standar


utama yaitu produktifitas fisik dan produktifitas nilai.
Produktifitas fisik diukur secara kuantitatif seperti
banyaknya keluaran (panjang, berat, lamanya waktu,
jumlah) sedangkan produktifitas nilai diukur atas dasar
nilai-nilai kemampuan, sikap, perilaku, disiplin, motivasi,
dan komitmen terhadap pekerjaan/tugas.9

7 Drs. H.M. Daryanto. 2008. Administrasi Pendidikan. Jakarta : Rineka


Cipta. Hal.17
8 Nanang Fatah, Landasan Manajemen Pendidikan, Remaja Rosdakarya,

Bandung, 2008, hal. 15


9 Ibid.

8
Administrasi dan Supervisi Pendidikan

Pencapaian tujuan yang sesuai dengan harapan


tersebut adalah pencapaian tujuan secara efisien dan efektif.
Dengan kata lain, prestasi kerja manajer, standar
penilaiannya diukur dan efisiensi dan efektivitas organisasi
yang dikelolanya untuk pencapaian tujuan. Efisien dan
efektif dipopulerkan oleh Peter Drucker, efisiensi berarti
mengerjakan sesuatu dengan benar (doing things right),
sedangkan efektif adalah mengerjakan sesuatu yang benar
(doing the right things).10
Jika dijabarkan, efisien adalah kemampuan
menggunakan sumber daya dengan benar, tidak melakukan
pemborosan-pemborosan terhadap sumber daya organisasi
yang jumlahnya terbatas. Untuk lebih memahami efisiensi,
bisa dikaitkan dengan perbandingan output/input. Output
merupakan hasil keluaran organisasi, dan input merupakan
sumber daya yang digunakan untuk menghasilkan output
tersebut. Organisasi yang dikatakan efisien adalah organisasi
yang memaksimalkan rasio output/input (lebih besar output
dan input). Sebaliknya jika rasio output/input semakin
rendah (input lebih besar dan output) maka sebuah
organisasi dikatakan tidak efisien.

10 Nopri Ahadi, Pengantar Manajemen, UIR Press, Pekanbaru, 2004, hal. 6.

9
Sohiron

BAB II
TEORI ADMINISTRASI PENDIDIKAN

A. Teori Klasik
Taylor adalah orang yang pertama mengembangkan
manajemen ilmiah. Ia seorang ahli teknik yang memulai
pekerjaannya di pabrik baja Midvale Steel Company Philadelphia
(USA) sebagai pekerja biasa selama enam tahun. Setalah enam
tahun bekerja taylor diangkat menjadi Chief Engineer. Ada tahun
1886 ia meneliti usaha-usaha untuk meningkatkan produktivitas
kerja berdasarkan waktu dan gerak (time and motion study) ia
berpendapat bahwa efisiensi perusahaan rendah karena banyak
waktu dan gerak-gerak buruh yang tidak produktif. Taylor
terkenal sebagai bapak Manajemen Ilmiah (The Father of Scientific
Management).
Dalam berbagai bukunya istilah manajemen ilmiah sering
diartikan berbeda. Pertama, manajemen ilmiah adalah penerapan
metode ilmiah dalam studi, analisis, dan pemecahan masalah-
masalah organisasi. Kedua, manajemen ilmiah adalah seperangkat
mekanisme atau teknik (a big of tricks) guna meningkatkan
efisiensi dan keefektifan organisasi. Taylor telah memberikan
prinsip-prinsip dasar penerapan pendekatan ilmiah dalam
manajemen dan mengembangkan teknik-teknik untuk mencapai
efisiensi dan keefektifan organisasi. Ia berasumsi bahwa manusia
harus diperlakukan seperti mesin. Dalam bekerja setiap manusia
harus diawasi oleh supervisor secara efektif dan efisien. Peran
supervisor harus diterapkan dengan maksimal, setiap manusia

10
Administrasi dan Supervisi Pendidikan

harus berproduksi seperti mesin dan disuruh bekerja tanpa


mengenal waktu dan lelah.
Hit menyebutkan dalam Husaini Usman empat prinsip
dasar pemikiran manajemen ilmiah Taylor adalah sebagai
berikut:
1. Setiap pekerjaan yang dilakukan seseorang harus
diuraikan menurut bagian-bagiannya dan cara ilmiah
untuk melakukan setiap bagian dari pekerjaan tersebut
perlu ditetapkan sebelumnya. Para pekerja harus diseleksi
dan dilatih secara ilmiah untuk melakukan pekerjaan
yang ditugaskan kepadanya.
2. Harus ada kerja sama yang baik antara manajer dan
pekerja sehingga segala tugas dapat dilaksanakan sesuai
dengan rencana.
3. Harus ada pembagian kerja antara manajer dan pekerja.
4. Manajer harus melakasanakan kegiatan supervisi,
memberikan perintah dan merancang apa yang harus
dikerjakan, sedangkan para pekerja harus bebas
mengerjakan pekerjaan yangditugaskankepada mereka.11
Dari pemahaman di atas dapat dipahami bahwa prinsip
manajemen ilmiah Taylor adalah memandang manusia seperti
mesin yang perlu bekerja tanpa mengenal waktu dan lelah.
Pekerjaan yang dilakukan diperinci secara jelas bagian-bagiannya
agar apa yang diinginkan atau tujuan dari organisasi benar-benar
efektif.
Salah seorang tokoh dari teori organisasi klasik atau teori
administrasi adalah Fayol yang lebih dikenal dengan bapak Teori
Ilmiah. Fayol dilahirkan seorang ahli pertambangan dan berasal
dari keluarga aristokratis di Prancis pada tahun 1841. Fayol
menjadi manajer utama di pabrik tambang dan metalurgi yang
sangat terkenal di Eropa. Fayol yakin bahwa kesuksesannya
merupakan keterampilan mengembangkan pengalaman dan
intropeksi. Ia mengemukakan teori dan teknik administrasi

11 Husaini Usman, Manajemen: Teori Praktik dan Riset Pendidikan, (Jakarta:

Bumi Aksara, 2008), hlm. 23

11
Sohiron

untuk mengelola administrasi yang komplek dalam bukunya


yang terkenal dengan judul “Administrasion Industriellle et
Generale”. Lima tahun setelah menulis buku Fayol meninggal
dunia kemudian buku tersebut diterjemahkan kedalam bahasa
Inggris dengan judul “General and Industrial Mangement”. Fayol
membagi operasi perusahaan menjadi enam kegiatan, yaitu:
1. Teknik, produksi dan manufacturing produk.
2. Komersial, pembelian bahan baku dan penjualan
produk.
3. Keuangan, perolehan dan penggunaan modal.
4. Keamanan, perlindungan karyawan dan kekayaan.
5. Akuntansi, pelaporan dan neraca keuangan, pencatatan
laba serta pencatatan statistik.
6. Manjerial dan teknik-teknik kepemimpinan.12
Selain enam prinsip operasi perusahan yang ditawarkan,
Fayol juga mengetengahkan empat belas prinsip administrasi
yang sangat terkenal, seperti tabel di bawah ini:
No. Komponen Deskripsi
(1) (2) (3)
Objek divisi tugas adalah meningkatkan
efisiensi melalui reduksi hal-hal yang
1 Divisi Kerja
tidak perlu, meningkatkan output dan
menyederhanakan pelatihan kerja
Otoritas yang baik untuk
mengedepankan perintah melalui
kekuasaan yang sangat dipatuhi.
2 Otoritas
Otoritas memberikan pertanggung
jwaban dalam melaksanakan tugas dan
kewajiban
Disiplin menyatakan secara tidak
langsung patuh terhadap peraturan
3 Disiplin
oraganisasi. Kejelasan pernyataan
persetujuan antara organisasi dan

12 Husaini Usman, Manajemen: Teori Praktik & Riset Pendidikan, (Jakarta:

PT. Bumi Aksara, 2008), hlm. 25

12
Administrasi dan Supervisi Pendidikan

anggotanya sangat diperlukan, dan


disiplin kelompok tergantung kualitas
kepemimpinan
Setiap anggota harus memetuhi seluruh
perintah dari seorang atasannya.
Kesatuan Ketaatan terhadap prinsip ini
4
komando menghindarkan pembagian otoritas dan
disiplin

(1) (2) (3)


Kegiatan yang sama diarahakan untuk
Kesatuan mencapai satu tujuan harus
5
Arahan dikelompokkan bersama oleh seorang
manajer
Minat individu dan kelompok dalam
Subordinat sebuah organisasi tidak melebihi minat
6 minat oraganisasi secara keseluruhan
Individu (mengutamakan kepentingan umum
daripada individu)
Kompensasi harus terbuka dan
7 Penggajian
memuaskan anggota dan organisasinya
Manajer harus menguasai tanggung
jawab final, tetapi ia harus memberi
bawahannya otoritas yang cukup untuk
melaksanakan tugas dengan sukses.
8 Sentralisasi Kelayakan tingkat sentralisasi akan
bervariasi tergantung suasana. Hal ini
menjadi pertanyaan bagaimana
kelayakan sentralisasi yang dipakai
dalam setiap kasus
Rentang kendali atau rentang komando
Rentang adalah tentang supervisor dari otoritas
9
kendalai di atas ke bawahnya. Garis otoritas harus
jelas dan dipatuhi setiap waktu
Manusia dan sumber daya material
10 Perintah
harus dikordinasikan sesuai tempat dan

13
Sohiron

waktu yang tepat

Keinginan pemerataan dan persamaan


11 Pemerataan perlakuan yang diaspirasikan manajer
terhadap seluruh bawahannya
Kesuksesan organisasi memerlukan
kestabilan tempat kerja. Manajerial
Stabilitas
12 mempraktikkan keharusan komitmen
personal
jangka panjang anggota terhadap
organisasinya
(1) (2) (3)
Anggota harus didorong untuk
13 Inisiatif mengembangkan dan melaksanakan
rencana peningkatan
Manajer harus mendukung dan
Semangat
memelihara kerja tim, semangat tim dan
14 tim (Esprit
rasa kebersamaan senasib dan
de corps)
seperjuangan anggotanya

Melalui 14 prinsip manajemen tersebut Fayol


menginginkan adanya kesatuan yang utuh dalam sebuah
organisasi. Organisasi akan berhasil dan mencapai tujuan yang
diinginkan. Jika dicermati lebih dalam, 14 prinsip manajemen
Fayol menggambarkan kesatuan antara manajerial, struktural,
proses dalam sebuah organisasi yang utuh sehingga tujuan
organisasi akan tercapai dengan baik.
Selain itu Fayol juga memberikan pedoman terhadap
manajemen, yaitu: perencanaan, pengorganisasian, pengkomandoan,
pengkoordinasian, dan pengawasan.13
Teori klasik juga tidak lepas dari pemahaman terhadap
teori birokrasi yang digagas oleh Max Weber, yang
berkebangsaan Jerman peletak dasar sosiologi modern di Jerman.
Ia dikenal sebagai bapak Birokrasi. Istilah birokrasi berasal dari
bahasa Prancis, bureau yang artinya meja. Pengertian meja ini

13 Nanang Fattah, Landasan Manajemen Pendidikan, ... hlm. 22

14
Administrasi dan Supervisi Pendidikan

berkembang menjadi kekuasaan yang diwenangkan di meja-meja


kantor. Birokrasi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah
sistem pemerintahan yang dijalankan oleh pegawai pemerintah
karena telah berpegang pada hirarki dan jenjang jabatan, dan
cara bekerja atau susunan pekerjaan yang serba lamban, dan
menurut tata aturan (adat dan lainnya) yang berliku-liku.
Birokrasi Max Weber memiliki enam pokok prinsip
sebagai berikut:
1. Dalam birokrasi ada pembagian tugas dan spesialisasi.
Setiap individu dalam organisasi mempunyai wewenang
yang diatur oleh peraturan kebijakan dan ketetapan
umum.
2. Hubungan dalam organisasi bersifat impersonal.
3. Dalam organisasi ada hierarki wewenang dimana yang
rendah patuh kepada perintah yang lebih tinggi.
4. Administrasi selalu dilaksanakan dengan dokumen
tertulis.
5. Orientasi pengembangan pegawai adalah karier yang
berarti keahlian merupaka kriteria utama diterima atau
ditolaknya seseorang sebagai anggota organisasi dan
berlaku pula mempromosikannya.
6. Untuk mendapatkan efisiensi yang maksimal, setiap
tindakan yang diambil harus selalu dikaitkan dengan
besarnya sumbangan terhadap pencapaian tujuan
organisasi.
Max Weber juga membandingkan organisasi kepada dua
tipe yaitu 1) organisasi karismatik yaitu organisasi yang
dipimpin oleh seorang pemimpin yang memiliki pengaruh
pribadi yang sangat besar bagi anggotanya, dan 2) organisasi
tradisional adalah organisasi yang pemimpinya diangkat oleh
warisan.
Birokrasi menurut Weber adalah organisasi yang rasional,
dingin dan terkontrol. Inilah organisasi yang terbaik yang dibuat
oleh manusia karena Weber menjamin bahwa organisasi
birokrasi yang tertata baik, semua fungsi akan dapat berjalan
lancar termasuk fungsi kontrol. Namun menurut pandangan lain

15
Sohiron

bahwa Weber berbicara pada organisasi yang kecil, jika


organisasi semakin besar maka birokrasi menjadi momok yang
menakutkan seperti yang terjadi di Negara kita, sehingga banyak
yang berpendapat birokrasi perlu diregulasi dan ditata lebih baik
lagi.
Kenyataannya di atas dapat dipahami bahwa birokrasi
kita adalah birokrasi yang sangat tradisional, birokrasi kita masih
sarat dengan budaya pakewuh, sungkan, serba takut dan taat
asas sehingga birokrasi kita berubah menjadi raksasa yang sangat
lamban dan lebih suka menggemukkan dirinya sendiri.
Kelebihan birokrasi Weber antara lain:
1. Cocok degan budaya kita yang paternaistik.
2. Dapat menstabilkan kesatuan dan persatuan bangsa.
3. Ketepatan, kejelasan, kontunitas, keseragaman
memudahkan kontrol dan kepatuhan pegawai.
Di samping kelebihan-kelebihan di atas nyatanya teori
birokrasi Max Weber juga tidak lepas dari kritik. Kritik terhadap
teori birokrasi Weber adalah sebagai berikut:
1. Merangsang berpikir mengutamakan konformitas.
2. Merupakan rutinitas yang membosankan.
3. Ide-ide inovatif tidak sampai kepada pengambil
keputusan karena panjangnya jalur komunikasi.
4. Tidak memperhitungkan organisasi nonformal yang
seringkali leih berpengaruh kepada organisasi formal.14

B. Teori Hubungan Manusiawi (Human Relations)


Teori ini muncul untuk merevisi teori manajemen klasik
yang ternyata tidak sepenuhnya menghasilkan efisiensi produksi
dan keharmonisan kerja. Para ahli selanjutnya melengkapi teori
manajemen klasik dengan menerapkan sosiologi dan psikologi
dalam manajemen.
Munsterberg adalah profesor psikologi Jerman lulusan
Harvard University dan mendapat sebutan Bapak Psikologi
Industri yang terkenal dengan bukunya yang berjudul,

14 Husaini Usman, Manajemen,.. Op.Cit, hlm. 30

16
Administrasi dan Supervisi Pendidikan

Psychology and Industri Efficiency, ia menggunakan alat-alat


psikologi untuk membantu produktivitas dan menyatakan
bahwa untuk meningkatkan produktivitas dapat dilakukan
dengan tiga cara, yaitu 1) menerima pekerjaan yang terbaik, 2)
menciptakan pekerjaan yang baik, 3) penggunaan pengaruh yang
terbaik untuk merangsang motivasi kerja.15
Mayo yang terkenal dengan penelitiannya Hawthorne.
Menurut penelitian Hawthorne, hubungan manusiawi merupakan
istilah umum yang sering dipakai untuk menggambarkan cara
interaksi manajer dengan bawahannya secara manusaiawi.
Asumsinya jika manajer personalia memotivasi pekerja dengan
baik maka hubungan manusiawi dalam organisasi menjadi baik,
apabila moral dan efisiensi memburuk maka hubungan
manusiawi dalam organisasi menjadi memburuk. Untuk
menciptakan hubungan manusiawi yang baik maka manajer
harus memahami alasan-alasan pekerja bekerja dengan cara
tertentu tidak dengan cara tertentu tidak dengan cara yang
lainnya.
Lewin menekankan teori medan dan penelitiannya
dikenal sebagai dinamika kelompok. Dalam lingkungan kerjanya
ada kelompok demokratis dan ada kelompok otoriter. Lewin dan
kawan-kawannya memberikan kesimpulan umum bahwa dalam
kelompok demokratis, para anggotanya memiliki partisipasi aktif
dan lebih prosuktif dalam mencapai tujuan individu dan
lembaga dibandingkan dengan kelompok otoriter. Morino seperti
yang dikutip Husaini Usman menyatakan ketertarikannya pada
hubungan interpersonal di dalam kelompok dengan
mengembangkan sosiometri.
Pendapat-pendapat di atas menjelaskan bahwa
produktivitas tidak hanya ditentukan oleh diskripsi tugas
masing-masing serta hubungan yang kaku dalam organisasi
seperti yang terdapat dalam teori manajemen klasik. Dalam teori
hubungan manusiawi maka produktivitas dipengaruhi aspek
psikologis yang dapat meningkatkan motivasi kerja melalui

15 Ibid, ... hlm. 33

17
Sohiron

hubungan baik dan harmonis antara manusia dengan manusia


dalam sebuah organisasi.

C. Teori Prilaku
Perilaku (behavior) dapat dipahami melalui tiga
pendekatan, yaitu dengan model, 1) Rasional, 2) Sosiologis, 3)
Pengembangan hubungan manusiawi. Model rasional
memusatkan perhatiannya pada anggota organisasi yang
diasumsikan bersifat rasional dan mempunyai berbagai
kepentingan, kebutuhan, motif, dan tujuan. Model sosiologis
lebih memusatkan perhatiannya pada pengetahuan antropologi,
sosiologi dan psikologi. Model pengembangan hubungan
manusia lebih memusatkan perhatiannya pada tujuan yang ingin
dicapai dan pengembangan berbagai sistem motivasi menurut
jenis motivasi agar dapat meningkatkan produktivitas kerja.16
Beberapa prinsip perilaku antara lain sebagai berikut:
1. Pendekatan motivasi yang menghasilkan komitmen
pekerja sangat dibutuhkan.
2. Manajemen tidak dapat dianggap sebagai suatu proses
teknik yang kaku.
3. Manajemen harus sistematis dan sistemik.
4. Pendekatan yang digunakan dalam manajemen harus
hati-hati.
5. Organisasi sebagai suatu keseluruhan.
6. Kepemimpinan diterapkan dengan situasi bawahannya.
7. Unsur manusia merupakan kunci utama yang
menentukan sukses atau gagalnya organisasi dalam
mencapai tujuannya.
8. Manajer masa kini harus dididik dan dilatih untuk
memahami dan menerapkan konsep-konsep manajemen.
9. Komitmen dapat ditingkatkan melalui partisipasi dan
keterlibatan pekerja.

16 Ibid, ... hlm. 35

18
Administrasi dan Supervisi Pendidikan

10. Pengawasan harus dibangun dalam pengertian yang


positif, bukan mencari kesalahan tetapi mencegah
terjadinya kesalahan secara dini.17

D. Teori Kuantitatif
Teori ini ditandai dengan berkembangnya tim penelitian
operasi (operasional research) dalam pemecahan masalah-masalah
industri. Hal ini didasari atas kesuksesan tim penelitian operasi
Inggris pada Perang Dunia II. Teknik penelitian operasi dan
semakin berkembang sejalan dengan kemajuan komputer,
transortasi dan komunikasi. Teknik penelitian operasi
selanjutnya disebut dengan sebagai pendekatan manajemen
ilmiah. Pendekatan manajemen ilmiah dipakai dalam banyak
kegiatan seperti penganggaran modal, manajemen produksi,
penjadwalan, pengembangan strategi produk, pengembangan
SDM, dan perencanaan program.
Langkah-langkah dalam manajemen ilmiah antara lain, 1)
perumusan masalah, 2) penyusunan suatu model matematis, 3)
penyelesaian model, 4) pengujian model, 5) penetapan
pengawasan atas hasil dan 6) pelaksanaan (implementasi).

E. Teori Sistem
Sistem berasal dari bahasa Yunani, system. Sistem
menurut Shpre & Voich seperti yang dikutip Husaini Usman
adalah suatu keseluruhan yang terdiri dari sejumlah bagian-
bagian. Menurut Banghart sistem adalah sekelompok elemen-
elemen yang saling berkaitan secara bersama-sama diarahkan
untuk mencapai tujuan yang ditentukan. Koontz & O’Donnel
mendefinisikan sistem sebagai keseluruhan bukan hanya bagian-
bagian karena sistem yang bersangkutan dipandang sebagai
suatu totalitas. Winardi mendefinisikan sistem seperti tabel di
bawah ini:

17 Ibid, ... hlm. 36

19
Sohiron

Sistem Unsur-unsur Tujuan utama


Tubuh Organ-organ, kerangka Homoestatis
manusia manusia (selaras)
Klub sosial Anggota Rekreasi
Mesin-mesin, bangunan,
Orang Produksi
dan meterial
Orang, misil dan
Sistem misil pelontarnya, deteksi, dan Serangan balik
kemunikasi
Manusia, perlengkapan,
Pengendalian
Kepolisian bangunan, jaringan,
keamanan
komunikasi
Filsafat Ide-ide Pemahaman
Catatan, operasi
Jurnal, komputer dan
Akunting keuangan, dan
manusia
dokumen transaksi
Penjelasan di atas dapat diinterpertasi bahwa “sistem”
merupakan suatu keseluruhan (totalitas) yang terdiri dari bagian
atau elemen-elemen terkecil yang tidak dapat terpisahkan. Sistem
memiliki sifat-sifat antara lain:
1. Selalu terdiri lebih dari satu subsistem.
2. Selalu merupakan bagian sistem yang lebih besar
(supersistem).
3. Dapat bersifat tertutup dan terbuka.
4. Selalu memiliki batas-batas sistem.
5. Sistem tertutup cenderung mengalami kemunduran
(entropi).
6. Rasio input, proses dan output diperlukan untuk
mempertahankan keseimbangan dinamis dan
mempertahankan kehidupan.
7. Memerlukan umpan balik untuk menjaga keseimbangan
tersebut.
8. Perubahan cepat memerlukan kewaspadaan dengan
meningkatkan mutu subsistem antara spesialisasi dan
diferensiasi struktur.

20
Administrasi dan Supervisi Pendidikan

9. Batasan sistem perlu diperluas.


10. Bertambahnya interaksi dengan lingkungan
menyebabkan sulitnya pemecahan masalah sebuah sistem
karena itu muncul kontingensi.
11. Menyeluruh, yaitu dipahami sebagai kesatuan total
bukan otomistik.
12. Sinergi yaitu bekerja bersama-sama hasilnya lebih besar
daripada bekerja sendiri-sendiri.18
Sifat-sifat sistem ini kemudian menjadi dasar terhadap
pendekatan sistem untuk menjadikan subsistem sebagai sinergik,
yaitu kekuatan sistem yang lebih besar dibandingkan dengan
jumlah subsistem masing-masing. Pendekatan sistem meliputi
penerapan konsep-konsep yang cocok dari teori sistem untuk
mempermudah pemahaman tentang teori organisasi dan praktik
manajerial. Pendekatan sistem selanjutnya berkembang menjadi
Planning Programming Budgeting System (PPBS), Manajemen By
Objective (MBO), Pola Kerja Terpadu (PKT), dan Performance
Improvement Planning (PIP) atau Peningkatan Prestasi Kinerja
(PPK).
Peningkatan mutu pendidikan dengan pendekatan sistem
berarti mulai dari input, proses dan output sampai pada income
pendidikan. Dalam praktiknya peningkatan mutu selama ini
belum menggunakan pendekatan sistem. Peningkatan mutu
cenderung berpikir output oriented. Mutu pendidikan dinilai dari
output pendidikan seperti hasil belajar dan ujian nasional.
Padahal dengan berpikir sebagai sistem, mutu pendidikan tidak
hanya ditentukan oleh nilai ujian nasional tetapi mutu input dan
prosesnya di dalam kelas.19

F. Teori Kontingensi
Teori ini mencoba untuk menerapkan berbagai
pendekatan manajemen terdalu pada kehidupan nyata atau
kondisi dan situasi tertentu. Perbedaan kondisi dan situasi

18 Husaini Usman, Manajemen: Teori Praktik & Riset Pendidikan, ...hlm. 40


19 Ibid, ... hlm. 42

21
Sohiron

tertentu memerlukan pendekatan tertentu pula. Sebagai contoh


bila hubungan manusiawi di kalangan pekerja sudah baik, tetapi
produktivitasnya masih rendah maka pendekatan teori
manajemen klasik mungkin lebih tepat digunakan. Akan tetapi
bila hubungan manusia dikalangan pekerja rendah dan
produkivitas tinggi maka pendekatan hubungan manusiawi
mungkin lebih tepat digunakan. Menurut teori kontingensi tugas
manajer adalah mengidentifikasi cara tertentu yang paling cocok
diterapkan pada situasi tertentu dalam mencapai tujuan
organisasi karena tidak ada satupun teknik manajemen yang
universal yang dapat diterapkan dalam situasi dan kondisi.20
Dari penjelasan di atas dapat dipahami bahwa teori
kontingensi pada intinya menggabungkan antara teori-teori yang
ada yang pada prinsipnya bergantung kepada situasi dan kondisi
yang paling baik. Situasi dan kondisi menjadi acuan bagi manajer
untuk menerapkan seluruh kegiatan organisasi dalam mencapai
tujuannya. Manajer dituntut ahli dan peka terhadap
permasalahan di tingkat bawahan dan berusaha mencari jalan
yang baik terhadap pemecahaan masalah, serta menyusun
langkah strategis dalam mencapai tujuan.

20 Ibid, ... hlm. 43

22
Administrasi dan Supervisi Pendidikan

BAB III
FUNGSI DAN RUANG LINGKUP ADMINISTRASI
PENDIDIKAN

A. Fungsi-fungsi Administrasi Pendidikan


Fungsi-fungsi manajemen ini dikenal dan dipelajari
oleh semua program yang menelaah masalah manajemen.
Kejelasan tentang apa pengertiannya, mengapa perlu adanya
fungsi-fungsi, dan bagaimana implementasi fungsi-fungsi
tersebut, kiranya perlu difahami oleh semua orang yang
terlibat dalam manajemen.
Terdapat pemikiran yang mendasari fungsi-fungsi
manajemen yakni: fungsi perencanaan, fungsi
pengoragnisasian, pelaksanaan dan kontrol. Selain itu
terdapat juga pemikiran yang mengatakan bahwa fungsi
manajemen tersebut meliputi penngkomandoan, koordinasi,
pelaporan dan penyusunan budget. Sederhananya dapat
dilihat pada bagan berikut:
No Teori Pakar Unsur Fungsi Manajemen
1 George A Planning, organizing, actuating,
Terry controlling
2 Halman & Scot Planning, organizing, staffing,
influencing, controlling
3 Hanry Fayol Planning, organizing,
commanding, coordinating,
reporting & budgeting
4 Koontz Planning, Staffing, Directing, and
&O’Donnel Controlling

23
Sohiron

5 Louis A Allen Leading, Planning, Organizing and


Controlling
6 Luther Gullich Planning, Organizing, Staffing,
Directing, Coordinating, Reporting
&Budgeting
7 Lyndal F Forecasting, planning, organizing,
Urwick comannding, coordinating and
controlling
8 William H Planning, Organizing, asembling,
Newman resources, directing and controlling

Sejumlah pemikiran yang terpapar dalam tabel di atas


adalah fungsi-fungsi manajemen dalam sebuah lembaga atau
organisasi. Sebagaimana yang disampaikan sebelumnya
sedikitnya 4 hal yang menjadi prinsip dasar dalam
manajemen yang tidak boleh tinggal adalah: perencanaan,
pengorganisasian, pelaksanaan/ pengarahan dan kontrol.
1. Perencanaan
a. Pengertian
Perencanaan adalah suatu proses mempersiapkan
serangkaian keputusan untuk mengambil tindakan di
masa yang akan datang yang diarahkan kepada
tercapainya tujuan-tujuan dengan saran yang optimal.
Perencanaan ini menyangkut apa yang akan
dilaksanakan, oleh siapa, dimana dan bagaimana
dilaksanakannya.
Perencanaan dapat ditinjau dari dua hal yaitu
menurut luas sempitnya masalah yang akan diselesaikan
yang dapat berarti pula menurut dekat jauhnya mencapai
tujuan dan menurut jangka waktu penyelesaian.
b. Manfaat Perencanaan
Bekerja tanpa rencana ibarat melamun sepanjang
masa, akibatnya tentu dapat diramalkan, hasilnya tidak
menentu dan biaya yang dikeluarkan tidak terkontrol.
Beberapa manfaat adanya perencanaan adalah:

24
Administrasi dan Supervisi Pendidikan

1) Menghasilkan rencana yang dapat dijadikan kerangka


kerja dan pedoman penyelesaian.
2) Rencana menentukan proses yang paling efektif dan
efisien untuk mencapai tujuan.
3) Dengan adanya rencana setiap langkah dapat diukur
dan dibandingkan dengan hasil yang seharusnya
dicapai.
4) Mencegah pemborosan uang, tenaga dan waktu.
5) Mempersempit kemungkinan timbulnya gangguan
dan hambatan.
c. Cara Melakukan Perencanaan
Oleh karena rencana itu akan dijadikan pedoman
bekerja, maka harus memenuhi persyratan-persyaratan
antara lain:
1) Perencanaan harus dijabarkan dari tujuan yang telah
tetapkan dan dirumuskan secara jelas.
2) Perencanaan tidak perlu muluk-muluk, tetapi
sederhana saja, realistik, praktis hingga dapat
dilaksanakan.
3) Dijabarkan secara terperinci, memuat uraian kegiatan
dan urutan atau rangkaian tindakan.
4) Diupayakan agar memilki fleksibilitas, sehingga
memungkinkan untuk dimodifikasikan.
5) Ada petunjuk mengenai urgensi dan atau tingkat
kepentingan untuk bagian bidang atau kegiatan.
6) Disusun sedemikian rupa sehingga mmungkinkan
terjadinya pemanfaatan segala sumber yang ada
sehingga efisien dengan tenaga, biaya dan waktu.
7) Diusahakan agar tidak terdapat duplikasi
pelaksanaan.

2. Pengorganisasian
a. Pengertian
Dalam definisi manejemen disebutkan adanya
usaha bersama oleh sekelompok orang untuk mencapai
tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya, dengan

25
Sohiron

mendayagunakan sumber-sumber yang ada inilah yang


disebut manajemen,sedangkan usaha untuk mewujudkan
karjasama antar manusia yang terlibat kerjasama ini
adalah pengorganisasian. Banyak orang mengartikan
manajemen sebagai pengaturan, dan memang inilah arti
yang populer. Di dalam manajemen terdapat adanya
kepemimpinan, yaitu kemampuan seseorang untuk
mempengaruhi orang lain agar bersedia menyumbangkan
pikiran dan tenaganya untuk mencapai tujuan bersama.
Dalam pengorganisasian terdapat suatu arti penyatuan
dan penghimpunan pikiran dan tenaga orang-orang yang
bergabung dalam organisasi.
Agar pencapaian tujuan dapat tuntas dan
berdayaguna sumber dapat maksimal maka uraian yang
telah dijabarkan dalam perencanaan, dalam langkah
pertama diwujudkan dalam bidang-bidang yang dalam
organisasi usaha merupakan unit-unit yang ditangani
secara khusus oleh orang menguasai masalahnya.
Pembidangan, pengunitan, dan pembagian tugas inilah
yang akhinya melahirkan sebuah susunan kesatuan-
kesatuan kecil yang membentuk satu kesatuan besar dan
dikenal dengan nama struktur organisasi yang
menggambarkan posisi setiap unit yang menunjukkan
keseluruhan dengan bagian-bagiannya.
b. Manfaat Pengorganisasian
Sekali lagi pengorganisasian adalah penyatuan
dan penghimpunan sumber manusia dan sumber lain
dalam sebuah struktur organisasi. Dengan adanya
pembidangan dan pengunitan tersebut diketahui
manfaatnya:
1). Antara bidang yang satu dengan bidang yang lain
dapat diketahui batas-batasnya, serta dapat dirancang
bagaimana antar bagian dapat melakukan kerjasama
sehingga tercapai sinkronisasi tugas.

26
Administrasi dan Supervisi Pendidikan

2). Dengan penugasan yang jelas terhadap orang-


orangnya, masing-masing mengetahui wewenang dan
kewajibannya.
3). Dengan digambarkannya unit-unit kegiatan dalam
sebuah struktur organisasi dapat diketahui hubungan
vertikal dan horizontal, baik dalam jalur struktur
maupun jalur fungsional.

c. Cara pengorganisasian
Agar tujuan usaha bersama dapat tercapai dalam
tata kerja yang baik, maka sebuah organisasi harus
memenuhi prinsip-prinsip sebagai berikut:
1). Memiliki tujuan yang jelas yang dipahami dan
diterima oleh seluruh anggota sehingga dalam
organisasi tersebut hanya terdapat satu kesatuan arah.
Tujuan ini lazim disebut sebagai visi, berasal dari
bahasa Inggris vision, yaitu hasil yang dicita-citakan.
Sementara orang mengatakan bahwa rumusan visi ini
harus yang umum dan abstrak. Namun menurut
penulis, karena visi ini adalah hasil yang akan dicapai,
maka wujudnya harus jelas, difahami oleh semua
anggota yang akan ikut bersama-sama mencapai
tujuan.
Dalam organisasi pendidikan, visi ini harus
dirumuskan secara jelas dan rinci. Sebagai contoh,
sebuah kursus komputer, perlu merumuskan visi
dengan jelas agar siapa saja yang ingin belajar
komputer disitu mengetahui dan dapat menuntut
apabila setelah lulusan tidak atau belum mencapai
seperti yang dirumuskan dalam visi.
2). Memiiki struktur organisasi yang:
a) Menggambarkan adanya satu perintah, adanya
keseimbangan tugas, wewenang dan
tanggungjawab.

27
Sohiron

b) Sederhana agar mempermudah jalur dan tidak


terlalu banyak orang yang terlibat dalam
tanggungjawab.
c) Semua kegiatan terbagi habis sehingga tidak
satupun kegiatan yang tidak tertangani,
sebaliknya tidak ada satu kegiatan yang mendapat
penanganan rangkap

3. Pengarahan
a. Pengertian
Yang dimaksud dengan pengarahan adalah suatu
usaha yang dilakukan oleh pimpinan untuk memberikan
penjelasan, petunjuk serta bimbingan kepada orang-orang
yang menjadi bawahannya sebelum dan selama
melaksanakan tugas.
b. Manfaat bimbingan
Walaupun dalam pengorganisasian telah
ditentukan pembidangan serta penentuan unit-unit kerja
tetapi masih diperlukan adanya penjelasan, petunjuk dan
pembimbingan terhadap para petugas yang terlibat baik
struktural maupun fungsional agar pelaksanaan tugas
dapat berjalan denga lancar. Pengarahan yang dilakukan
sebelum memulai bekerja berguna untuk menekankan
hal-hal yang perlu ditangani, urutan prioritas, prosedur
kerja dan lain-lainnya agar pelaksanaan pekerjaan dapat
efektif dan efisien. Pengarahan yang dilakukan selama
melaksanakan tugas bagi orang-orang yang terlibat
dimaksudkan untuk mengingatkan (refresing) ataupun
meluruskan apabila terjadi penyelewengan atau
penyimpangan.
c. Cara Pengarahan
Pengarahan dapat dilakukan oleh pimpinan
sendiri maupun wakil-wakil yang ditunjuk antara lain:

28
Administrasi dan Supervisi Pendidikan

1). Mengadakan orientasi sebelum seseorang memulai


pelaksanaan tugas untuk mengenal tempat, situasi,
alat-alat kerja, kawan dan sebagainya.
2). Memberikan petunjuk dan penjelasan mengenai
pekerjaan yang akan dilakukan dengan secara lisan
maupun tertulis (menjelaskan peraturan atau tatakerja
tertulis).
3). Memberikan kesempatan untuk berpartisipasi berupa
pemberian sumbangan pikiran demi peningkatan
usaha bersama.
4). Mengikut sertakan pegawai dalam membuat
perencanaan.
5). Memberikan nasehat apabila seorang pegawai
mengalami kesulitan dalam melaksanakan tugas.

4. Pengawasan
a. Pengertian
Yang dimaksud dengan pengawasan adalah usaha
pimpinan untuk mengetahui semua hal yang
menyangkut pelaksanaan kerja, khususnya untuk
mengetahui kelancaran kerja para pegawai dalam
melaksanakan tugas mencapai tujuan. Kegiatan
pengawasan sering juga disebut kontrol, penilaian,
penilikan, monitoring, supervisi dan sebagainya. Tujuan
utama pengawasan adalah agar dapat diketahui tingkat
pencapaian tujuan dan menghindarkan terjadinya
penyelewengan. Oleh karena itu pengawasan dapat
diartikan sebagai pengendalian.
b. Manfaat Pengawasan
Dari uraian di atas dapat diketahui bahwa
pengawasan itu perlu dilakukan agar jalannya
pelaksanaan kerja dapat diketahui tingkat
penyampaiannya ke tujuan dan agar tidak terjadi
penyimpangan, atau toh terjadi, tidak berlarut-larut.
Pengawasan sebagai kontrol, bertujuan untuk mengukur

29
Sohiron

tingkat efektifitas kegiatan kerja yang sudah dilaksanakan


dan tingkat efesien penggunaan komponen, yang jika hal
ini dilaksanakan dalam pendidikan, melihat efesiensi
penggunaan komponen pendidikan dan juga komponen
lain yang menyertainya dalam proses pendidikan.
Jelasnya, kegiatan ini dimaksudkan untuk mengetahui
apakah strategi, metode dan teknik yang telah ditetapkan
dalam perencanaan sudah cukup cocok dengan langkah
penyampaian tujuan dan dengan resiko yang sekecil-
kecilnya.

c. Cara Mengadakan Pengawasan


Yang diuraikan dalam cara-cara pengawasan ini
bukan semata-mata cara saja tetapi juga menyangkut hal-
hal yang harus diperhatikan dalam kegiatan pengawasan.
Hal-hal yang dimaksud adalah:
1) Bahwa pekerjaan pengawasn tidak boleh dilakukan
sebagai pekerjaan semata-mata tetapi harus terbuka,
terang-terangan.
2) Dilakukan terhadap semua bawahan, tidak pilih-pilih.
3) Harus objektif, tidak disertai rasa sentimen pribadi.
4) Dilakukan bukan hanya dengan pengamatan melalui
mata, tetapi juga dengan indera-indera lain.
5) Dilakukan di segala tempat dan setiap waktu.
6) Menggunakan catatan secermat mungkin agar data
yang terkumpul dapat lengkap, hal ini penting untuk
menghindari subjektivitas.
7) Jika ternyata diketemukan adanya penyimpangan,
harus segera ditangani.

30
Administrasi dan Supervisi Pendidikan

BAB IV
RUANG LINGKUP KAJIAN ADMINISTRASI
PENDIDIKAN

A. Administrasi Kesiswaan
1. Pengertian dan Tujuan Administrasi Kesiswaan
Siswa menurut Oemar Hamalik adalah komponen
input dalam proses pendidikan.21 Menurut Sururi peserta
didik adalah komponen masukan dalam sistem pendidikan,
yang selanjutnya diproses, dalam proses pendidikan,
sehingga menjadi manusia yang berkualitas sesuai dengan
tujuan pendidikan nasional.22 Sedangkan menurut
Mohammad Ali mengemukakan bahwa siswa adalah peserta
didik yang memerlukan bekal agar dapat hidup dan
menghadapi kehidupan dengan layak pada masanya.23
Sedangkan menurut Undang - Undang No. 20 Tahun
2003 tentang sistem pendidikan pada Bab I pasal 1 ayat 4
Peserta didik adalah anggota masyarakat yang berusaha
mengembangkan potensi diri melalui proses pembelajaran
yang tersedia pada jalur, jenjang, dan jenis pendidikan
tertentu.
Administrasi peserta didik dapat diartikan sebagai
usaha pengaturan terhadap peserta didik mulai dari peserta

21 Oemar Malik, Dasar-Dasar Pengembangan Kurikulum, PT.Remaja

Rosdakarya, Bandung, 2008, hlm.115


22 Sururi dan Sukarti Nasihin, Manajemen Peserta Didik, Alfabeta,

Bandung, 2010, hlm.309


23 Mohammad Ali dan Mohammad Asrori, Psikologi Remaja,
Perkembangan Peserta Didik, Bumi Aksara, Jakarta, 2009, hlm.309

31
Sohiron

didik tersebut masuk sekolah sampai dengan mereka lulus


sekolah. Knezevich dalam Ali Imron mengartikan
administrasi peserta didik atau pupil personnel administration
sebagai suatu layanan yang memusatkan perhatian pada
pengaturan, pengawasan dan layanan siswa di kelas dan di
luar kelas seperti: pengenalan, pendaftaran, layanan
individual seperti pengembangan keseluruhan kemampuan,
minat, kebutuhan sampai ia matang di sekolah.
Administrasi kesiswaan bertujuan untuk mengatur
berbagai kegiatan dalam bidang kesiswaan agar kegiatan
pembelajaran di sekolah dapat berjalan lancar, tertib dan
teratur, serta mencapai tujuan pendidikan sekolah.24 Ini
merupakan upaya untuk memberikan pelayanan yang
sebaik mungkin kepada siswa semenjak dari proses
penerimaan sampai saat siswa meninggalkan lembaga
pendidikan (sekolah) karena sudah tamat mengikuti
pendidikan pada pendidikan itu.25

2. Kegiatan Administrasi Kesiswaan


a. Perencanaan
Kegiatan perencanaan dengan melakukan analisis
kebutuhan peserta didik. Besarnya jumlah peserta didik
yang akan diterima harus mempertimbangkan aspek
daya tampung kelas atau jumlah kelas yang tersedia.
Penetapan daya tampung sekolah ditentukan pada saat
rapat sekolah atau oleh panitia penerimaan siswa baru.
Penetapan daya tampung dapat dilakukan dengan
formulasi separti di bawah ini:
DT = B x M - TK
DT = Daya tampung
B = banyak bangku
M = muatan bangku

24 E. Mulyasa, Manajemen Berbasis Sekolah, Bandung: PT Remaja

Rosdakarya, 2004, hlm 46.


25 Dosen Administrasi Pendidikan UPI , Manajemen Pendidikan ,Bandung

:Alfabeta, 2012, hlm.205

32
Administrasi dan Supervisi Pendidikan

TK = anak tinggal kelas.26


Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan
Nasional Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 2007
Tentang Tandar Proses Untuk Satuan Pendidikan Dasar
dan Menengah bahwa persyaratan pelaksanaan proses
pembelajaran untuk setiap rombongan belajar jumlah
maksimal peserta didik pada setiap jenjang satuan
pendidikan terdiri dari:
SD/MI : 28 peserta didik;
SMP/MTs : 32 peserta didik;
SMA/MA : 32 peserta didik; dan
SMK/MAK : 32 peserta didik.

b. Penerimaan Peserta Didik


Penerimaan peserta didik baru sebenarnya adalah
salah satu kegiatan manajemen peserta didik yang sangat
penting. Peserta didik dapat diterima disuatu lembaga
pendidikan seperti sekolah, haruslah memenuhi
persyaratan-persyaratan sebagaimana yang telah
ditentukan. Walaupun setiap orang mempunyai hak yang
sama untuk mendapatkan layanan pendidikan, tidak
secara otomatis mereka dapat diterima di suatu lembaga
pendidikan (sekolah). Sebab untuk dapat diterima,
haruslah terlebih dahulu memenuhi kewajiban yang telah
ditentukan.
Sistem penerimaan peserta didik baru terdiri dari
dua macam sistem penerimaan peserta didik baru, yaitu:
1) Sistem Promosi
Sistem promosi adalah penerimaan peserta didik, yang
sebelumnya tanpa menggunakan seleksi. Mereka yang
mendaftar sebagai peserta didik di suatu sekolah,
diterima begitu saja. Karena itu, mereka yang
mendaftar menjadi peserta didik, tidak ada yang

26 Suryosubroto, Manajemen Pendidikan di Sekolah , Jakarta : Rineka Cipta,

2004 , hlm 79

33
Sohiron

ditolak. Sistem promosi demikian, secara umum


berlaku pada sekolah-sekolah yang pendaftarannya
kurang dari jatah atau daya tampung yang ditentukan.
2) Sistem seleksi
Sistem seleksi ini dapat digolongkan menjadi tiga
macam. Pertama, seleksi berdasarkan Daftar Nilai Ebta
Murni (DANEM), yang kedua berdasarkan Penelusuran
Minat Dan Kemampuan (PMDK), sedangkan yang ketiga
adalah seleksi berdasarkan hasil tes masuk.
Penentuan kelulusan dalam sistem penerimaan
peserta didik harus mengacu kriteria yang telah
ditetapkan. Kriteria adalah patokan-patokan yang
menentukan bisa tidaknya seseorang untuk diterima
sebagai peserta didik atau tidak. Ada tiga macam kriteria
penerimaan peserta didik, yaitu:
1) Kriteria acuan patokan (standard criterian referenced).
Yaitu suatu penerimaan peserta didik yang didasarkan
atas patokan-patokan yang telah ditentukan
sebelumnya. Dalam hal ini, sekolah terlebih dahulu
membuat patokan bagi calon peserta didik dengan
kemampuan minimal setingkat mana yang dapat
diterima di sekolah tersebut. Sebagai konsekuensi dari
penerimaan yang didasarkan atas kriteria acuan
patokan, jika semua calon peserta didik yang
mengikuti seleksi memenuhi patokan minimal yang
ditentukan, maka mereka harus diterima semua;
sebaliknya, jika calon peserta didik yang mendaftar
kurang dari patokan minimal yang telah ditentukan,
haruslah ditolak atau tidak diterima.
2) Kriteria acuan norma (norm criterian referenced)
Yaitu suatu penerimaan calon peserta didik yang
didasarkan atas keseluruhan prestasi calon peserta
didik yang mengikuti seleksi. Dalam hal ini sekolah
menetapkan kriteria penerimaan berdasarkan prestasi
keseluruhan peserta didik. Keseluruhan prestasi
peserta didik dijumlah, kemudian dicari reratanya.

34
Administrasi dan Supervisi Pendidikan

Calon peserta didik yang nilainya berada dan di atas


rata-rata, digolongkan sebagai calon yang dapat
diterima sebagai calon peserta didik. Sementara yang
berada di bawah rata-rata termasuk peserta didik yang
tidak diterima.
3) Kriteria yang didasarkan atas daya tampung sekolah.
Sekolah terlebih dahulu menentukan berapa jumlah
daya tampunya, atau berapa calon peserta didik baru
yang akan diterima. Setelah sekolah menentukan,
kemudian merangking prestasi siswa mulai dari yang
berprestasi paling tinggi sampai dengan prestasi paling
rendah. Penentuan peserta didik yang diterima
dilakukan dengan cara mengurut dari atas ke bawah,
sampai daya tampung tersebut terpenuhi.
Penerimaan peserta didik termasuk salah satu
aktivitas penting dalam manajemen peserta didik. Sebab
aktivitas penerimaan ini menentukan seberapa kualitas
input yang dapat direkurt oleh sekolah tersebut.
Menurut Ismed Syarief dalam Suryosubroto,
menyatakan bahwa langkah-langkah penerimaan murid
baru pada garis besarnya dalah sebagai berikut:27
1) Membentuk penitia penerimaan murid;
2) Menentukan syarat pendaftaran calon murid;
3) Menyediakan formulir pendaftaran;
4) Pengumuman pendaftaran calon;
5) Menyediakan buku pendaftaran;
6) Waktu pendaftaran; dan
7) Penentuan calon yang akan diterima.
Hal senada juga diungkapkan oleh Suharsimi
Arikunto dan Lia Yuliana bahwa tugas dari panitia
penerimaan peserta didik baru ialah sebagai berikut:
1) Menentukan banyaknya siswa yang diterima;
2) Menentukan syarat-syarat penerimaan siswa baru;

27 SuryoSubroto, Manajemen Pendidikan di Sekolah, Jakarta: Rineka Cipta,

2004, cet. 1, hal. 74-78

35
Sohiron

3) Melaksanakan penyaringan;
4) Mengadakan pengumuman penerimaan;
5) Mendaftar kembali calon yang sudah di terima; dan
6) Melaporkan hasil pekerjaannya kepada pimpinan
sekolah.28
Sedangkan Ali Imron,29 prosedur penerimaan
peserta didik baru adalah sebagai berikut:
1) Pembentukan panitia penerimaan peserta didik baru;
2) Rapat penentuan peserta didik baru;
3) Pembuatan, pemasangan/pengiriman pengumuman
peserta didik baru;
4) Pendaftaran calon peserta didik baru;
5) Seleksi peserta didik baru;
6) Penentuan peserta didik yang diterima;
7) Pengumuman peserta didik yang diterima; dan
8) Registrasi (daftar ulang) peserta didik yang diterima.
Pedoman dan prosedur penerimaan peserta
didik tertuang di dalam Peraturan Pemerintah Nomor 17
tahun 2010 sebagaimana telah diubah menjadi Peraturan
Pemerintah Nomor 66 tahun 2010 tentang Pengelolaan
dan Penyelenggaraan pendidikan.
Penerimaan peserta didik jenjang pendidikan dasar
dijelaskan pada pasal 69 – 75. Pasal 69 dengan 6 ayat
sebagai berikut:
1. Peserta didik pada SD/MI atau bentuk lain yang
sederajat paling rendah berusia 6 (enam) tahun.
2. Pengecualian terhadap ketentuan pada ayat (1) dapat
dilakukan atas dasar rekomendasi tertulis dari
psikolog profesional.
3. Dalam hal tidak ada psikolog profesional,
rekomendasi dapat dilakukan oleh dewan guru

28 Suharsimi Arikunto & Lia Yuliana, Manajemen Pendidikan, Yogyakarta:

Aditya, 2008, hal. 58-60.


29 Ali Imron, Manajemen Peserta Didik Berbasis Sekolah, Jakarta: Bumi

Aksara, 2011, hal. 47-69.

36
Administrasi dan Supervisi Pendidikan

satuan pendidikan yang bersangkutan, sampai


dengan batas daya tampungnya.
4. SD/MI atau bentuk lain yang sederajat wajib
menerima warga negara berusia 7 (tujuh) tahun
sampai dengan 12 (dua belas) tahun sebagai peserta
didik sampai dengan batas daya tampungnya.
5. Penerimaan peserta didik kelas 1 (satu) SD/MI atau
bentuk lain yang sederajat tidak didasarkan pada hasil
tes kemampuan membaca, menulis, dan berhitung,
atau bentuk tes lain.
6. SD/MI atau bentuk lain yang sederajat wajib
menyediakan akses bagi peserta didik berkelainan.
Dilanjutkan Pasal 70 dengan 3 ayat sebagai berikut:
1. Dalam hal jumlah calon peserta didik melebihi daya
tampung satuan pendidikan, maka pemilihan peserta
didik pada SD/MI berdasarkan pada usia calon
peserta didik dengan prioritas dari yang paling tua.
2. Jika usia calon peserta didik sebagaimanadimaksud
pada ayat (1) sama, maka penentuan peserta didik
didasarkan pada jarak tempat tinggal calon peserta
didik yang paling dekat dengan satuan pendidikan.
3. Jika usia dan/atau jarak tempat tinggal calon peserta
didik dengan satuan pendidikan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) sama, maka
peserta didik yang mendaftar lebihawal
diprioritaskan.
Dilanjutkan Pasal 71 dengan 3 ayat tentang penerimaan
peserta didik baru SMP/MTs sebagai berikut:
1. Peserta didik pada SMP/MTs atau bentuk lain yang
sederajat sudah menyelesaikan pendidikannya pada
SD, MI, Paket A, atau bentuk lain yang sederajat.
2. SMP/MTs atau bentuk lain yang sederajat wajib
menerima warga negara berusia 13 (tiga belas) tahun
sampai dengan 15 (lima belas) tahun sebagai peserta
didik sampai dengan batas daya tampungnya.

37
Sohiron

3. SMP/MTs atau bentuk lain yang sederajat wajib


menyediakan akses bagi peserta didik berkelainan.
Dilanjutkan Pasal 72 dengan 2 ayat sebagai berikut:
1. SD/MI dan SMP/MTs yang memiliki jumlah calon
peserta didik melebihi daya tampung wajib
melaporkan kelebihan calon peserta didik tersebut
kepada pemerintah kabupaten/kota yang
bersangkutan.
2. Pemerintah kabupaten/kota wajib menyalurkan
kelebihan calon peserta didik sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) pada satuan pendidikan dasar lain.
Dilanjutkan Pasal 73 dengan 7 ayat sebagai berikut:
1. Peserta didik jalur nonformal dan informal dapat
diterima di SD, MI, atau bentuk lain yang sederajat
tidak pada awal kelas 1 (satu) setelah lulus tes
kelayakan dan penempatan yang diselenggarakan
oleh satuan pendidikan formal yang bersangkutan.
2. Peserta didik jalur nonformal dan informal dapat
diterima di SMP, MTs, atau bentuk lain yang sederajat
sejak awal kelas 7 (tujuh) setelah lulus ujian
kesetaraan Paket A.
3. Peserta didik jalur nonformal dan informal dapat
diterima di SMP, MTs, atau bentuk lain yang sederajat
tidak pada awal kelas 7 (tujuh) setelah memenuhi
persyaratan:
a. lulus ujian kesetaraan Paket A; dan
b. lulus tes kelayakan dan penempatan yang
diselenggarakan oleh satuan pendidikan formal
yang bersangkutan.
4. Peserta didik pendidikan dasar setara SD di negara
lain dapat pindah ke SD, MI, atau bentuk lain yang
sederajat di Indonesia setelah memenuhi persyaratan
lulus tes kelayakan dan penempatan yang
diselenggarakan oleh satuan pendidikan yang
bersangkutan.

38
Administrasi dan Supervisi Pendidikan

5. Peserta didik pendidikan dasar setara SMP di negara


lain dapat pindah ke SMP, MTs, atau bentuk lain yang
sederajat di Indonesia setelah memenuhi persyaratan:
a. menunjukkan ijazah atau dokumen lain yang
membuktikan bahwa yang bersangkutan telah
menyelesaikan pendidikan dasar setara SD; dan
b. lulus tes kelayakan dan penempatan yang
diselenggarakan oleh satuan pendidikan yang
bersangkutan.
6. Peserta didik pendidikan dasar setara SD yang
mengikuti sistem dan/atau standar pendidikan
negara lain dapat diterima di SMP, MTs, atau bentuk
lain yang sederajat pada awal tahun kelas 7 (tujuh)
setelah memenuhi persyaratan:
a. lulus ujian kesetaraan Paket A; atau
b. dapat menunjukkan ijazah atau dokumen lain
yang membuktikan bahwa yang bersangkutan
telah menyelesaikan pendidikan dasar yang
memberikan kompetensi lulusan setara SD.
7. SD, MI, SMP, MTs, atau bentuk lain yang sederajat
memberikan bantuan penyesuaian akademik, sosial,
dan/atau mental yang diperlukan oleh peserta didik
berkelainan dan peserta didik pindahan dari satuan
pendidikan formal lain atau jalur pendidikan lain.
8. Menteri dapat membatalkan keputusan satuan
pendidikan tentang pemenuhan persyaratan pada
pendidikan nonformal sebagaimana dimaksud pada
ayat (3) sampai dengan ayat (6) apabila setelah
dilakukan pemeriksaan oleh Inspektorat Jenderal
Kementerian atas instruksi Menteri terbukti bahwa
keputusan tersebut melanggar ketentuan peraturan
perundang-undangan, tidak benar, dan/atau tidak
jujur.

39
Sohiron

Dilanjutkan Pasal 74 dengan 5 ayat sebagai berikut:


1. Penerimaan peserta didik pada satuan pendidikan
dasar dilakukan secara objektif, transparan, dan
akuntabel.
2. Penerimaan peserta didik pada satuan pendidikan
dasar dilakukan tanpa diskriminasi kecuali bagi
satuan pendidikan yang secara khusus dirancang
untuk melayani peserta didik dari kelompok gender
atau agama tertentu.
3. Keputusan penerimaan calon peserta didik menjadi
peserta didik dilakukan secara mandiri oleh rapat
dewan guru yang dipimpin oleh kepala satuan
pendidikan.
4. Seleksi penerimaan peserta didik baru di kelas 7
(tujuh) pada satuan pendidikan dasar setingkat SMP
didasarkan pada hasil ujian akhir sekolah berstandar
nasional, kecuali bagi peserta didik sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 73 ayat (2) dan ayat (6).
5. Di samping memenuhi ketentuan sebagaimana
dimaksud pada ayat (4), satuan pendidikan dapat
melakukan tes bakat skolastik untuk seleksi
penerimaan peserta didik baru di kelas 7 (tujuh).
Dilanjutkan Pasal 75 dengan 2 ayat sebagai berikut:
1. Satuan pendidikan dasar dapat menerima peserta
didik pindahan dari satuan pendidikan dasar lain.
2. Satuan pendidikan dapat menetapkan tata cara dan
persyaratan tambahan penerimaan peserta didik
pindahan selain persyaratan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 73 dan Pasal 74 dan tidak bertentangan
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Penerimaan peserta didik jenjang pendidikan menengah


dijelaskan pada pasal 81 – 83.
Pasal 81 dengan 6 ayat sebagai berikut:
1. Peserta didik pada SMA, MA, SMK, MAK, atau
bentuk lain yang sederajat harus menyelesaikan

40
Administrasi dan Supervisi Pendidikan

pendidikannya pada SMP, MTs, Paket B, atau bentuk


lain yang sederajat.
2. Peserta didik jalur nonformal dan informal dapat
diterima di SMA, MA, SMK, MAK, atau bentuk lain
yang sederajat sejak awal kelas 10 (sepuluh) setelah
lulus ujian kesetaraan Paket B.
3. Peserta didik jalur nonformal dan informal dapat
diterima di SMA, MA, SMK, MAK, atau bentuk lain
yang sederajat sesudah awal kelas 10 (sepuluh)
setelah:
a. lulus ujian kesetaraan Paket B; dan
b. lulus tes kelayakan dan penempatan yang
diselenggarakan oleh satuan pendidikan formal
yang bersangkutan.
4. Peserta didik pendidikan dasar setara SMP yang
mengikuti sistem dan/atau standar pendidikan
negara lain dapat diterima di SMA, MA, SMK, MAK,
atau bentuk lain yang sederajat pada awal tahun kelas
10 (sepuluh) setelah:
a. lulus ujian kesetaraan Paket B; atau
b. dapat menunjukkan ijazah atau dokumen lain
yang membuktikan bahwa yang bersangkutan
telah menyelesaikan pendidikan dasar yang
memberikan kompetensi lulusan setara SMP.
5. Peserta didik pendidikan menengah setara SMA atau
SMK di negara lain dapat pindah ke SMA, MA, SMK,
MAK, atau bentuk lain yang sederajat di Indonesia
dengan syarat:
a. menunjukkan ijazah atau dokumen lain yang
membuktikan bahwa yang bersangkutan telah
menyelesaikan pendidikan dasar setara SMP;dan
b. lulus tes kelayakan dan penempatan yang
diselenggarakan oleh satuan pendidikan
bersangkutan.

41
Sohiron

6. SMA, MA, SMK, MAK atau bentuk lain yang sederajat


wajib menyediakan akses bagi peserta didik
berkelainan.
7. Satuan pendidikan SMA, MA, SMK, MAK, atau
bentuk lain yang sederajat memberikan bantuan
penyesuaian akademik, sosial, dan/atau mental yang
diperlukan oleh peserta didik berkelainan dan peserta
didik pindahan dari satuan pendidikan formal lain
atau jalur pendidikan lain.
8. Menteri dapat membatalkan keputusan satuan
pendidikan tentang pemenuhan persyaratan pada
SMA, MA, SMK, MAK, atau bentuk lain yang
sederajat sebagaimana dimaksud pada ayat (3) sampai
dengan ayat (6) apabila setelah dilakukan
pemeriksaan oleh Inspektorat Jenderal Kementerian
atas instruksi Menteri terbukti bahwa keputusan
tersebut melanggar ketentuan peraturan perundang-
undangan, tidak benar, dan/atau tidak jujur.
Dilanjutkan pasal 82 dengan 6 ayat sebagai berikut:
1. Penerimaan peserta didik pada satuan pendidikan
menengah dilakukan secara objektif, transparan, dan
akuntabel.
2. Penerimaan peserta didik pada satuan pendidikan
menengah dilakukan tanpa diskriminasi kecuali bagi
satuan pendidikan yang secara khusus dirancang
untuk melayani peserta didik dari kelompok gender
atau agama tertentu.
3. Keputusan penerimaan calon peserta didik menjadi
peserta didik dilakukan secara mandiri oleh rapat
dewan guru yang dipimpin oleh kepala satuan
pendidikan.
4. Seleksi penerimaan peserta didik baru di kelas 10
(sepuluh) pada satuan pendidikan menengah
didasarkan pada hasil Ujian Nasional, kecuali bagi
peserta didik sebagaimana dimaksud pada Pasal 81
ayat (2), ayat (4), dan ayat (5).

42
Administrasi dan Supervisi Pendidikan

5. Selain memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud


pada ayat (4), satuan pendidikan dapat melakukan tes
bakat skolastik untuk seleksi penerimaan peserta
didik baru di kelas 10 (sepuluh).
6. Penerimaan peserta didik baru dapat dilaksanakan
pada setiap semester bagi satuan pendidikan yang
menyelenggarakan sistem kredit semester.
Dilanjutkan pasal 83 dengan 2 ayat sebagai berikut:
1. Peserta didik satuan pendidikan menengah dapat
pindah ke:
a. jurusan yang sama pada satuan pendidikan lain;
b. jurusan yang berbeda pada satuan pendidikan
yang sama; atau
c. jurusan yang berbeda pada satuan pendidikan
lain.
2. Satuan pendidikan dapat menetapkan tatacara dan
persyaratan tambahan selain persyaratan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 81 dan Pasal 82
dan tidak bertentangan dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.

c. Orientasi Peserta Didik Baru


Orientasi adalah kegiatan penerimaan siswa baru
dengan mengenalkan situasi dan kondisi lembaga
pendidikan yang menyangkut lingkungan fisik sekolah
dan lingkungan social sekolah .
Beberapa hal yang dilakukan dalam orientasi
siswa adalah:
1. Memperkenalkan fasilitas sekolah;
2. Memeperkenalkan civitas akademika ( guru, para
karyawan. Senior / siswa lama);
3. Memperkenalkan program sekolah (ideology
Negara, kurikulum sekolah).
Tujuan diadakan kegiatan orientasi antara lain :
1. Agar peserta didik dapat mengerti dan menaati
segala peraturan ynag berlaku di sekolah;

43
Sohiron

2. Agar peserta didik dapat berpartisipasi aktif


dalam kegiatan yang diselenggarkan sekolah; dan
3. Agar peserta didik siap menghadapi
lingkungannya ynag baru baik secara fisik, mental
dan emosional sehingga ia merasa betah dalam
emngikuti proses pembelajaran di sekolah serta
dapat menyesuaikan dengan kehidupan sekolah;

d. Penempatan peserta didik (pembagian kelas)


Sebelum peserta didik yang telah diterima pada
sebuah lembaga pendidikan (sekolah) mengikuti proses
pembelajaran, terlebih dahulu perlu ditempatkan dan
dikelompokkan dalam kelompok belajarnya.
Menurut William A Jeagr dalm mengelompokkan
peserta didik dapat didasarkan kepada :
1. Fungsi Integrasi,yaitu mengelompokkan yang
didasarkan atas kesamaan-kesamaan yang ada pada
peserta didik.Pengelompokan ini didasarkan menurut
jenis kelamin, umur dan sebagainya.Pengelompokan
berdasarkan fungsi ini menghasilkan pembelajaran
yang bersifat klasikal.
2. Fungsi Perbedaan, yaitu pengelompokkan peserta
didik didasarkan pada perbedaan-perbedaan yang
ada dalam individu peserta didik, seperti minat,
bakat, kemampuan dan sebagainya. Pengelompokan
berdasarkan fungsi ini menghasilkan pembelajaran
individual.
Sedangkan menurut Hendyat Soetopo, dasar-
dasar pengelompokan peserta didik ada lima macam,
yaitu :
1. Frienship Grupping
Pengelompokan peserta didik didasarkan pada
kesukaan di dalam memilih teman antar peserta didik
itu sendiri. Jadi dalam hal ini peserta didik
mempunyai kebebasan di dalam memilih teman
untuk dijadikan teman sebagai anggota kelompoknya.

44
Administrasi dan Supervisi Pendidikan

2. Achievement Grouping
Pengelompokan peserta didik didasarkan pada
prestasi yang dicapai oleh siswa. Dalam
pengelompokan ini biasanya diadakan percampuran
antara peserta didik yang berprestasi tinggi dengan
peserta didik yang berprestasi rendah.
3. Aptitude Grouping
Pengelompokan peserta didik didasarkan atas
kemampuan dan bakat yang sesuai dengan apa yang
dimiliki peserta didik itu sendiri.
4. Attention or Interest Grouping
Pengelompokan peserta didik didasarkan atas
perhatian atau minat yang didasari kesenangan
peserta didik itu sendiri. Pengelompokan ini didasari
oleh adanya peserta didik yang mempunyai bakat
dalam bidang tertentu namun peserta didik tersebut
tidak senang dengan bakat yang dimilikinya.
5. Intelligence Grouping
Pengelompokan peserta didik yang didasarkan atas
hasil tes intelegensi yang diberikan kepada peserta
didik itu sendiri.

e. Pembinaan dan pengembangan peserta didik


Satuan pendidikan dalam pembinaan dan
pengembangan peserta didik biasanya melakukan
kegiatan yang disebut kegiatan kurikuler dan kegitan
ekstra kurikuler. Kegiatan kurikuler adalah semua
kegiatan yang telah ditentukan dalam kurikulum yang
pelaksanaannya dilakukan pada jam-jam pelajaran.
Sedangkan kegiatan ekstrakurikuler merupakan kegiatan
peserta didik yang dilaksanakan diluar ketentuan yang
telah ada di dalam kurikulum. Bisa dikatakan bahwa
kegiatan ekstrakurikuler ini merupakan wadah kegiatan
peserta didik diluar pelajaran atau diluar kegiatan
kurikuler. Contoh kegiatan ekstrakurikuler: OSIS
(Organisasi Siswa Intra Sekolah), ROHIS (Rohani Islam),

45
Sohiron

Kelompok Karate, Kelompok Silat, Kelompok Basket,


Pramuka, Kelompok Teater, dan lain-lain.
Bakat, minat dan kemampuan peserta didik harus
ditumbuhkembangkan secara optimal melalui kegiatan
kurikuler dan ekstrakurikuler. Dalam manajemen peserta
didik tidak boleh ada anggapan bahwa kegiatan kurikuler
lebih penting dari kegiatan ekstrakurikuler atau
sebaliknya. Kedua kegiatan ini harus dilaksanakan karena
saling menunjang dalam proses pembinaan dan
pengembangan peserta didik.

f. Pencatatan dan pelaporan


Pencatatan dan pelaporan tentang peserta didik di
satuan pendidikan sangat diperlukan. Peralatan dan
perlengkapan tersebut biasanya berupa:
1. Buku induk siswa
Buku ini disebut juga buku pokok atau stambuk.
Buku ini berisi catatan tentang peserta didik yang
masuk pada sekolah tersebut.
2. Buku klapper
Pencatatan ini dapat diambil dari buku induk, tetapi
penulisannya disusun berdasarkan abjad.
3. Daftar presensi
Daftar hadir peserta didik sangat penting sebab
frekuensi kehadiran setiap peserta didik dapat
diketahui atau dikontrol.
4. Daftar mutasi peserta didik
Daftar mutasi digunakan untuk mencatat keluar
masuk peserta didik dalam setiap bulan, semester,
atau setahun, hal ini karena keadaan jumlah peserta
didik yang tidak tetap, ada peserta didik pindahan
dan ada pula peserta didik yang keluar.
5. Buku catatan pribadi peserta didik
Buku ini antara lain berisi: identitas peserta didik,
keterangan mengenai keadaan keluarga, keadaan
jasmani dan kesehatan, riwayat pendidikan serta hasil

46
Administrasi dan Supervisi Pendidikan

belajar, data psikologis (sikap, minat, dan cita-cita),


dan juga kegiatan diluar sekolah. Buku ini biasanya
disimpan diruang BK.
6. Daftar nilai
Daftar nilai ini dimiliki oleh setiap guru bidang studi,
khusus untuk mencatat hasil tes setiap peserta didik
pada bidang studi atau mata pelajaran tertentu.
7. Buku legger
Buku ini merupakan kumpulan niai dari seluruh
bidang studi untuk setiap peserta didik. Pengisian
atau pencatatan nilai-nilai dalam legger ini dikerjakan
oleh wali kelas sebagai bahan pengisian raport.
8. Buku raport
Buku raport merupakan alat untuk melaporkan
prestasi belajar peserta didik kepaa orang tua/wali
atau kepada peserta didik itu sendiri.
Semua buku atau daftar tersebut saling
melengkapi dan berhubungan satu sama lain. Dengan
demikian diharapkan pihak sekolah dapat mencatat
semua aspek yang diperlukan mengenai segala hal yang
berhubungan dengan peserta didik.30

B. Administrasi Kurikulum
1. Pengertian Kurikulum
Kurikulum dalam bahasa latin yaitu ‘curere’, yang
bermakna laluan atau jejak. Dengan demikian, kurikulum
dimengerti sebagai suatu laluan atau jejak yang akan
ditelusuri. Makna ini meluas menjadi ‘jurusan’. 31
Dalam bahasa arab, kata kurikulum bisa diungkapkan
dengan manhaj yang berarti jalan yang terang yang dilalui
oleh manusia pada berbagai bidang kehidupan. Sedangkan

30 Tim Dosen Administrasi Pendidikan Universitas Pendidikan


Indonesia, op. cit, hal. 208-214
31 Damsar. 2011, Pengantar sosiologi pendidikan, Kencana prenada media

grup, hlm : 123

47
Sohiron

kurikulum pendidikan (manhaj al-dirasah) dalam qamus


tarbiyah adalah seperangkat perencanaan dan media yang
dijadikan acuan oleh lembaga pendidikan dalam
mewujudkan tujuan-tujuan pendidikan.
Beberapa ahli berpendapat tentang pengertian kurikulum:
a. Dr. Addamardasyi Sarhan dan Dr. Munir Kamil yang
disitir oleh Al-Syaibani, bahwa kurikulum adalah
sejumlah pengalaman pendidikan, kebudayaan, sosial,
olah raga, dan kesenian yang disediakan oleh sekolah
bagi murid-muridnya di dalam dan diluar sekolah
dengan maksud menolong untuk berkembang
menyeluruh dalam segala segi dan merubah tingkah laku
mereka sesuai dengan tujuan-tujuan pendidikan.
b. Zakiah Darajat memandang kurikulum sebagai suatu
program yang direncanakan dalam bidang pendidikan
dan dilaksanakan untuk mencapai sejumlah tujuan-tujuan
pendidikan tertentu.32
Berdasarkan Undang-Undang No. 20 tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional dinyatakan, kurikulum
adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai
tujuan, isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan
sebagai pedoman penyelenggara pembelajaran untuk
mencapai tujuan pendidikan tertentu.
Kurikulum adalah seperangkat rencana dan
pengaturan mengenai tujuan, isi dan bahan pelajaran serta
cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan
kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan
tertentu. Tujuan tertentu ini meliputi tujuan pendidikan
nasional serta kesesuaian dengan kekhasan, kondisi dan
potensi daerah, satuan pendidikan dan peserta didik. Oleh
sebab itu kurikulum disusun oleh satuan pendidikan untuk

32Ramayulis.2013 (Ilmu Pendidikan Islam). Kalam Mulia, hlm : 230

48
Administrasi dan Supervisi Pendidikan

memungkinkan penyesuaian program pendidikan dengan


kebutuhan dan potensi yang ada di daerah.33
Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005 tentang
Standar Nasional Pendidikan sebagaimana telah diubah
menjadi Nomor 32 tahun 2013. Pada pasal 17 ayat 1
dinyatakan bahwa “Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
dikembangkan sesuai dengan satuan pendidikan, potensi
daerah/karakteristik daerah, sosial budaya masyarakat
setempat, dan siswa.” Selanjutnya, pada ayat 2 ditegaskan
bahwa “Sekolah dan komite sekolah, atau madrasah dan
komite madrasah, mengembangkan kurikulum tingkat
satuan pendidikan dan silabusnya berdasarkan kerangka
dasarkurikulum dan standar kompetensi lulusan, di bawah
supervise dinas pendidikan kabupaten/kota yang
bertanggung jawab di bidang pendidikan untuk SD, SMP,
SMA, dan SMK serta departemen yang menangani urusan
pemerintahan di bidang agama untuk MI, MTs, MA, dan
MAK.34
Berdasarkan berbagai penjelasan di atas, maka
kurikulum dipahami bukan sekadar buku teks, pokok
persoalan, rangkaian pelajaran, isi atau program pendidikan,
juga bukan sekadar pelajaran kursus. Kurikulum merupakan
semua situasi atau keadaan dimana lembaga pendidikan
dapat menyelidiki, mengorganisasi, memonitor, dan
mengevaluasi secara sadar terhadap pengembangan
kepribadian peserta didik.

2. Komponen kurikulum
Menurut Prof. Dr. H. Ramayulis komponen kurukulum
meliputi:
a. Tujuan, yang ingin dicapai meliputi: tujuan akhir, tujuan
umum, tujuan khusus dan tujuan sementara.

33 Depdiknas. 2006. BSNP, Panduan Penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan

Pendidikan Jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta. Badan Standar


Nasional Pendididkan.
34 Rusman, 2011, Manajemen Kurikulum, Rajagrafindo Persada, hlm : 2

49
Sohiron

b. Isi kurikulum, Berupa materi pembelajaran yang


diprogram untuk mencapai tujuan pendidikan yang telah
ditetapkan. Materi tersebut disusun dalam silabus dan
dalam mengaplikasikannya dicantum pula dalam datuan
acara perkuliahan (SAP) dan rencana pelaksanaan
pembelajaran (RPP).
c. Media (sarana dan prasarana), media sebagai sarana
perantara dalam pembelajaran untuk menjabarkan isi
kurikulum agar lebih mudah dipahami oleh peserta didik.
Materi tersebut berupa benda (materil) dan bukan benda
(non materil).
d. Strategi, merujuk pada pendekatan dan metode serta
teknik mengajar yang digunakan. strategi termasuk juga
kompunen penunjang lainnya seperti sistem administrasi,
pelayanan BK, remedial, pengayaan dan sebagainya.
e. Proses pembelajaran, komponen ini sangat penting, sebab
diharapkan melalui proses pembelajaran akan terjadi
perubahan tingkah laku pada diri peserta didik sebagai
indicator keberhasilan pelaksanaan kurikulum.
f. Evaluasi atau penilaian, digunakan untuk mengetahui
tercapai atau tidaknya tujuan atau kompetensi yang telah
dirumuskan.35

3. Kegiatan Administrasi Kurikulum


a. Perencanaan kurikulum
Perencanaan adalah suatu proses
memepersiapkan serangkaian keputusan untuk
mengambil tindakan dimasa yang akan datang yang
diarahkan kepada tercapainya tujuan-tujuan dengan
sarana yang optimal.
Perencanaan kurikulum ialah perencanaan
kesempatan-kesempatan belajar yang dimaksud untuk
membina siswa ke arah perubahan tingkah laku yang

35 Ramayulis. Op.cit. hal 234-236

50
Administrasi dan Supervisi Pendidikan

diinginkan dan menilai sampai mana perubahan-


perubahan telah terjadi pada diri siswa.
Pedoman dalam penyusunan perencanaan adalah
tujuan pendidikan. Pemerintah pusat telah mengeluarkan
pedoman umum yang harus diikuti oleh
sekolahmadrasah untuk menyusun perencanaan yang
bersifat operasional di sekolah/madrasah, pedoman
tersebut antara lain: 36
1) Struktur Program
Struktur program adalah susunan bidang perajaran
yang harus dijadikan pedoman pelaksanaan
kurikulum di suatu jenis dan jenjang sekolah. Struktur
program merupakan landasan untuk membuat jadwal
pelajaran.
2) Penyusunan Jadwal Pelajaran
Jadwal pelajaran adalah urut-urutan mata pelajaran
sebagai pedoman yang harus di ikuti dalam
pelaksanaan pemberian pelajaran. Jadwal pelajaran
sangat bermanfaat dalam pembelajaran yang
dilakukan oleh setiap satuan pendidikan.
3) Penyusunan Kalender Pendidikan
Tujuan penyusunan kalender pendidikan adalah agar
pengunaan waktu selama satu tahun terbagi secara
merata dan sebaik-baiknya dari peningkatan mutu
pendidikan. Hal yang diatur dalam kalender
pendidikan adalah pemerimaan siswa baru, prosedur
pengisian hari pertama sekolah, kegiatan belajar
mengajar, kegiatan dalam Liburan sekolah, upacara-
upacara sekolah, kegiatan ekstrakurikuler.
4) Pembagian Tugas Guru
Hal yang perlu diperhatikan dalam pemberian tugas
kepada guru :
a) Sesuai bidang keahlian guru.

36 Suharsimi Arikunto, dkk. 2008. Manajemen Pendidikan. Yogyakarta.

FIP-UNY. Hlm. 133-140.

51
Sohiron

b) Sistem guru kelas dan sistem guru bidang studi.


c) Formasi, yaitu susunan jatah petugas sesuai
dengan banyaknya dan jenis tugas yang dipikul.
d) Beban tugas guru menurut ketentuan 24 jam per
minggu.
e) Terdapat kemungkinan adanya perangkapan
tugas mengajar jika jumlah guru kurang.
f) Masa kerja dan pengalaman mengajar dalam
bidang studi yang diampu.
5) Pengaturan atau Penempatan Siswa
Dalam pengaturan kelas siswa biasanya diatur
setelah siswa melakukan daftar ulang.
6) Penyusunan Rencana Mengajar
Penyusunan rencana pembelajaran dilakukan melalui
dua tahap yaitu :
a) Tahap penyusunan rencana terurai, adalah
pembuatan program garis besar tetapi terperinci
mengenai penyajian bahan pelajaran selama satu
tahun.
b) Tahap penyusunan satuan pelajaran.
7) Perencanaan kurikulum di bedakan menjadi dua
yakni tingkat pusat dan yang diaksanakan oleh
satuan pendidikan.
a) Perencanaan tingkat pusat, meliputi tujuan
pendidikan, bahan pelajaran.
b) Perencanaan yang harus dilakukan tingkat
satuan pendidikan.
8) Pelaksanaan Kurikulum
Pelaksanaan kurikulum merupakan interaksi belajar
mengajar yang setidaknya melalui tiga tahap yaitu:
a) Tahap persiapan pembelajaran, adalah kegiatan
yang dialakukan satuan pendidikan dan guru
sebelum melakukan proses pembelajaran.
b) Tahap pelaksanaan pembelajaran, adalah kegiatan
pembelajaran yang dilakukan oleh guru dan
murid mengenai pokok bahasan yang harus di

52
Administrasi dan Supervisi Pendidikan

sampaikan. Dalam tahap ini terbagi menjadi tiga


bagian yaitu pendahuluan, pelajaran inti, dan
evaluasi.
c) Tahap penutupan, adalah kegiatan yang
dilakukan setelah penyampaian materi.
b. Organisasi Kurikulum
Merupakan pola atau desain bahan kurikulum
yang tujuannya untuk mempermudah siswa dalam
mempelajari bahan pelajaran serta mempermudah siswa
dalam melakukan kegiatan belajar sehingga tujuan
pembelajaran dapat dicapai secara efektif. Ada beberapa
faktor yang harus dipertimbangan dalam organisasi
kurikulum, diantaranya berkaitan dengan ruang lingkup,
urutan perencanaan, kesinambungan, keseimbangan dan
keterpaduan.
Ada dua bentuk organisasi kurikulum yaitu :
1) Kurikulum Berdasarkan Mata Pelajaran
a) Mata pelajaran yang terpisah-pisah (separated
subject curiculum).
Bentuk ini telah lama diterapkan di dunia
pendidikan karena memiliki karakteristik yang
sederhana dan mudah dilaksanakan. Bertujuan
agar generasi muda mengenal hasil-hasil
kebudayaan dan pengetahuan umat manusia yang
telah dikumpulkan selama berabad-abad, agar
mereka tak perlu mencari dan menemukan
kembali apa yang telah diperoleh generasi
terdahulu.
b) Mata pelajaran gabungan
Misalnya penyatuan beberapa mata pelajaran
yang sejenis, seperti IPA didalamnya ada fisika,
kimia, dan biologi, dan begitu juga dengan IPS.
2) Kurikulum Terpadu
Kurikulum ini cenderung lebih memandang bahwa
dalam suatu pokok bahasan harus intergrated atau
terpadu secara menyeluruh. Dalam penerapan

53
Sohiron

kurikulum ini guru dituntut untuk memiliki


kemampuan mengimplementasikan berbagai strategi
belajar mengajar yang sesuai dengan karakteristik
kurikulum tersebut.

c. Implementasi Kurikulum
Berkaitan dengan implementasi kurikulum yang
berbasis pada kompetensi dikembangkan dengan
berorientasi kepada pengembangan kepribadian, menuju
pada kurikulum yang berorientasi pada kehidupan dan
dunia pekerjaan. Kemampuan guru dalam implementasi
kurikulum sebagai berikut:
1) Pemahaman esensi dari tujuan-tujuan yang ingin
dicapai dalam kurikulum.
2) Kemampuan untuk menjabarkan tujuan-tujuan
kurikulum tersebut menjadi tujuan yang lebih
spesifik.
3) Kemampuan untuk menerjemahakan tujuan khusus
kepada kegiatan pembelajaran.

d. Evaluasi Kurikulum
Rumusan evaluasi menurut Gronlund adalah
suatu proses yang sistematis dari pengumpulan, analisis
dan interpretasi informasi atau data untuk menentukan
sejauh mana siswa telah mencapai tujuan pembelajaran.
Sementara itu, Hopkins dan Antes mengemukakan
evaluasi adalah pemeriksaan secara terus menerus untuk
mendapatkan informasi yang melipui siswa, guru,
program pendidikan, dan proses belejar mengajar untuk
mengetahui tingkat perubahan siswa dan ketetapan
keputusan tentang gamabaran siswa dan efektifitas
program.
Pada hakikatnya tujuan evaluasi mencakup dua
hal. Pertama, evalusi digunakan untuk menilai efektifitas
program. Kedua, evaluasi dapat digunakan sebagai alat
bantu dalam implementasi kurikulum atau pembelajaran.

54
Administrasi dan Supervisi Pendidikan

Evaluasi kurikulum dimaksudkan untuk memeriksa


kinerja kurikulum secara keseluruhan ditinjau dari
berbagai kriteria. Indicator kinerja yang dievaluasi adalah
efektifitas, efisiensi, relevansi, dan kelayakan program.37

C. Administrasi Personalia Pendidikan


1. Pengertian Administrasi Personalia
Kata administrasi berasal dari kata ad yang berarti
ke atau kepada, dan ministrare yang berarti melayani,
membantu atau mengarahkan. Sedangkan kata
personalia berasal dari kata personil, yaitu orang-orang
yang menjadi anggota suatu organisasi atau lembaga dan
mereka mendapatkan gaji atau imbalan atas pelaksanaan
pekerjaan tersebut, personalia meliputi guru dan pegawai
lainnya.38
Jadi, administrasi personalia merupakan
serangkaian proses kerja sama mulai dari perencanaan,
pengorganisasian, penggerakan dan pengawasan dalam
bidang personalia dengan mendayagunakan sumber yang
ada secara efektif dan efisien, sehingga semua personil
sekolah menyumbang secara optimal bagi pencapaian
tujuan pendidikan atau sekolah yang telah ditetapkan.39
Tujuan pendidikan atau sekolah yang dimaksud
adalah tujuan yang tertera sebagai tujuan satuan
pendidikan. Administrasi personel merupakan seluruh
proses kegiatan yang direncanakan dan diusahakan
secara sengaja dan sungguh-sungguh serta pembinaan
secara kontinu para pegawai disekolah. Sehingga mereka
dapat membantu atau menunjang kegiatan-kegiatan

37Rusman. Op.cit. hal 21-113


38 Suharsimi Arikunto, Organisasi dan Administrasi Pendidikan Teknologi
dan Kejuruan (Jakarta: Rajawali Pers, 1988), hal. 79
39 M. Moh Rifai, Administrasi dan Supervisi Pendidikan 1 (Bandung:

Jemmars, 1984), hal. 110-111

55
Sohiron

sekolah (khususnya PBM) secara efektif dan efisien demi


tercapainya tujuan pendidikan yang telah diciptakan.
Berdasarkan UU Nomor 20 tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional pasal 39 jelaskan bahwa
personalia pendidikan terdiri dari dua bentuk yaitu
pendidik dan tenaga kependidikan.

2. Pendidik
Pendidik merupakan tenaga profesional yang
bertugas merencanakan dan melaksanakan proses
pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan
pembimbingan dan pelatihan, serta melakukan penelitian
dan pengabdian kepada masyarakat, terutama bagi
pendidik pada perguruan tinggi (UU No. 20/2003 pasal 39).
Sedangkan menurut Ahmad Tafsir yang
dikemukan oleh Sulistiyorini adalah orang-orang yang
bertanggung jawab terhadap perkembangan
anak didik dengan mengupayakan perkembangan
seluruh potensi anak didik, baik potensi afektif, potensi
kognitif, maupun potensi pikomotorik.40
Pendidik adalah bapak rohani (spiritual father) bagi
anak didik yang memberikan santapan jiwa dengan ilmu
pembinaan akhlak mulia, dan meluruskannya. Oleh
karena itu, pendidik mempunyai kedudukan yang tinggi
sebagaimana yang dilukiskan dalam hadits Nabi
Muhammad saw. bahwa :“Tinta seorang ilmuwan (ulama)
lebih berharga ketimbang darah seorang syuhada”41
Menurut PP No. 17 tahun 2010 dan telah diubah
menjadi No. 66 Tahun 2010 Pasal 171 Pendidik
merupakan tenaga kependidikan yang berkualifikasi
sebagai guru, dosen, konselor, pamong belajar,
widyaiswara, tutor, instruktur, fasilitator, dan sebutan

40 Sulistiyorini, 2006, Manajemen Pendidikan Islam, (Elkaf : Tulungagung)


hal. 51
41 Ibid, hal. 52

56
Administrasi dan Supervisi Pendidikan

lain yang sesuai dengan kekhususannya, serta


berpartisipasi dalam menyelenggarakan pendidikan.
Pendidik mempunyai tugas dan tanggung
jawab sebagai berikut:
a. Guru bertugas dan bertanggung jawab sebagai
agen pembelajaran yang memotivasi, memfasilitasi,
mendidik, membimbing, dan melatih peserta didik
sehingga menjadi manusia berkualitas yang
mengaktualisasikan potensi kemanusiaannya secara
optimum, pada jalur pendidikan formal jenjang
pendidikan dasar dan menengah termasuk
pendidikan anak usia dini formal.
b. Dosen adalah pendidik profesional dan ilmuwan pada
perguruan tinggi dengan tugas utama
mentransformasikan, mengembangkan, dan
menyebarluaskan ilmu pengetahuan, teknologi, dan
seni melalui pendidikan, penelitian, dan pengabdian
kepada masyarakat.
c. Konselor bertugas dan bertanggung jawab
memberikan layanan bimbingan dan konseling
kepada peserta didik di satuan pendidikan pada
jenjang pendidikan dasar, menengah, dan tinggi.
d. Pamong belajar bertugas dan bertanggung jawab
menyuluh, mengajar, membimbing, melatih peserta
didik, dan mengembangkan: model program
pembelajaran, alat pembelajaran, dan pengelolaan
pembelajaran pada jalur pendidikan nonformal.
e. Pamong bertugas dan bertanggung jawab
membimbing dan melatih anak usia dini pada
kelompok bermain, penitipan anak dan bentuk lain
yang sejenis.
f. Widyaiswara bertugas dan bertanggung jawab
mendidik, mengajar dan melatih peserta didik pada
program pendidikan dan pelatihan prajabatan
dan/atau Pemerintah Daerah.

57
Sohiron

g. Tutor bertugas dan bertanggung jawab memberikan


bantuan belajar kepada peserta didik dalam proses
pembelajaran mandiri atau proses pembelajaran
dalam kelompok pada satuan pendidikan jalur
formal dan nonformal.
h. Instruktur bertugas dan bertanggung jawab
memberikan pelatihan teknis kepada peserta didik
pada kursus dan/atau pelatihan.
i. Fasilitator bertugas dan bertanggung jawab
memberikan pelayanan pembelajaran pada lembaga
pendidikan dan pelatihan.
j. Pelatih bertugas dan bertangggung jawab
memberikan pelatihan teknis olah raga kepada
peserta didik pada kegiatan pelatihan, pada satuan
pendidikan jalur formal atau nonformal.42

3. Tenaga Kependidikan
Merupakan tenaga yang bertugas merencanakan
dan melaksanakan administrasi, pengelolaan,
pengembangan, pengawasan, dan pelayanan teknis untuk
menunjang proses pendidikan pada satuan pendidikan.43
Menurut PP No. 17 tahun 2010 dan telah diubah
menjadi No. 66 Tahun 2010 Pasal 173 Tenaga
kependidikan selain pendidik mencakup pengelola satuan
pendidikan, penilik, pengawas, peneliti, pengembang,
tenaga perpustakaan, tenaga laboratorium, teknisi sumber
belajar, tenaga administrasi, psikolog, pekerja sosial,
terapis, tenaga kebersihan dan keamanan, serta tenaga
dengan sebutan lain yang bekerja pada satuan
pendidikan.

42 Republik Indonesia, Peraturan Pemerintah No 19 tahun 2005 Pasal 2

tentang Standar Nasional Pendidikan, Lembaran Negara RI : Jakarta, 2005.


43 Republik Indonesia, Undang Undang No 20 tahun 2003Pasal 39 tentang

Sistem Pendidikan, Lembaran Negara RI, Jakarta, 2003.

58
Administrasi dan Supervisi Pendidikan

Tenaga kependidikan Tugas dan tanggung


jawab sebagai berikut :
a. Pengelola satuan pendidikan bertugas dan
bertanggung jawab mengelola satuan pendidikan
pada pendidikan formal dan/atau nonformal.
b. Penilik bertugas dan bertanggung jawab melakukan
pemantauan, penilaian, dan pembinaan pada satuan
pendidikan nonformal.
c. Pengawas bertugas dan bertanggung jawab
melakukan pemantauan, penilaian, dan pembinaan
pada satuan pendidikan dasar, pendidikan
menengah, dan pendidikan anak usia dini jalur
formal.
d. Tenaga perpustakaan bertugas dan bertanggung
jawab melaksanakan pengelolaan sumber belajar di
perpustakaan.
e. Tenaga laboratorium bertugas dan bertanggung
jawab membantu pendidik mengelola kegiatan
praktikum di laboratorium satuan pendidikan.
f. Teknisi sumber belajar bertugas dan bertanggung
jawab mempersiapkan, merawat, memperbaiki
sarana dan prasarana pembelajaran pada satuan
pendidikan.
g. Tenaga lapangan pendidikan bertugas dan
bertanggung jawab melakukan pendataan,
pemantauan, pembimbingan, dan pelaporan
pelaksanaan pendidikan nonformal.
h. Tenaga administrasi bertugas dan bertanggung
jawab menyelenggarakan pelayanan administrasi
pada satuan pendidikan.
i. Psikolog bertugas dan bertanggung jawab
memberikan pelayanan bantuan psikologis-
pedagogis kepada peserta didik dan pendidik pada
satuan pendidikan khusus dan pendidikan anak
usia dini.

59
Sohiron

j. Pekerja sosial bertugas dan bertanggung jawab


meberikan layanan bantuan sosiologis-pedagogis
kepada peserta didik dan pendidik pada satuan
pendidikan khusus dan pendidikan anak usia dini.
k. Terapis bertugas dan bertanggung jawab
memberikan layanan bantuan fisiologis-kinesiologis
kepada peserta didik pada satuan pendidikan
khusus dan pendidikan anak usia dini.
l. Tenaga kebersihan sekolah bertugas dan
bertanggung jawab memberikan layanan kebersihan
lingkungan sekolah.

4. Kegiatan Administrasi Personalia Pendidikan


a. Perencanaan
Perencanaan pegawai merupakan kegiatan untuk
menentukan kebutuhan pegawai, baik secara kuantitatif
maupun kualitatif untuk sekarang dan masa depan.
Penyusunan rencana personalia yang baik dan tepat
memerlukan informasi yang lengkap dan jelas tentang
pekerjaan atau tugas yang harus dilakukan dalam
organisasi. Karena itu, sebelum menyusun rencana, perlu
dilakukan analisis pekerjaan (job analisis) dan analisis
jabatan untuk memperoleh diskripsi pekerjaan (gambaran
tentang tugas-tugas dan pekerjaan yang harus
dilakanakan).44
Pada PP No. 17 Tahun 2010 sebagaimana telah
diubah menjadi PP No. 66 tahun 2010 Pasal 174,
dijelaskan bahwa (1) Pemerintah merencanakan
kebutuhan pendidik dan tenaga kependidikan yang
memenuhi Standar Nasional Pendidikan pada satuan
pendidikan secara nasional. Ayat (2) Pemerintah daerah
sesuai dengan kewenangannya merencanakan kebutuhan
pendidik dan tenaga kependidikan yang memenuhi

44 Mulyasa, Manajemen Berbasis Sekolah, hal: 42-43

60
Administrasi dan Supervisi Pendidikan

Standar Nasional Pendidikan berdasarkan perencanaan


kebutuhan sebagaimana dimaksud pada ayat (1).

b. Rekrutmen
Pengadaan pegawai merupakan kegiatan untuk
memenuhi kebutuhan pegawai pada satuan pendidikan,
baik jumlah maupun kualitasnya. Untuk mendapatkan
pegawai yang sesuai dengan kebutuhan, dilakukan
kegiatan rekruitmen, yaitu usaha untuk mencari dan
mendapatkan calon-calon pegawai yang memenuhi
syarat sebanyak mungkin, untuk kemudian dipilih calon
terbaik dan tercakap.
Untuk kepentingan tersebut perlu dilakukan
seleksi. Proses seleksi adalah serangkaian langkah-
langkah kegiatan yang digunakan untuk memutuskan
apakah pelamar diterima atau ditolak.
Menurut Sondang P. Siagian, Proses seleksi paling
sedikit terdiri dari delapan langkah. Langkah-langkah
yang ditempu adalah sebagai berikut:
1) Penerimaan surat lamaran;
2) Penyelenggaraan ujian;
3) Wawancara seleksi;
4) Pengecekan latar belakang pelamar dan surat-
surat referensinya;
5) Evaluasi kesehatan;
6) Wawancara oleh pimpinan yang akan menjadi
atasan langsunnya;
7) Pengenalan pekerjaan; dan
8) Keputusan atas lamaran.
Seleksi guru memperhatikan kompetensi
akademik dan kemampuan bidang studi, keterampilan
berkomunikasi, dan kemampuan paedagodis. Kriteria
seleksi menekankan pada faktor personal. Kegiatan
identifikasi dan penentuan kriteria seleksi, kepala sekolah
harus membentuk tim seleksi yang dalam hal ini
termasuk kepala dinas pendidikan dan perwakilan kepala

61
Sohiron

sekolah. Proses seleksi menjadi pegawai berkisar tentang


tingkat kompetensi yang dites. Domain keterampilan
guru encakup keterampilan dasar (basic skill), pendidikan
umum (general education), pendidikan profesional
(professional education), dan spesialisasi lingkup bidang
studi (subject field specialization).45
Berdasarkan Undang-Undang RI No 14 Tahun
2005 tentang Guru dan Dosen Pasal 8 - 10 dijelaskan
bahwa guru wajib memiliki kualifikasi akademik,
kompetensi, sertifiksi pendidik, sehat jasmani dan rohani,
serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan
pendidikan nasional. Kualifikasi akademik yang
dimaksud diperoleh melalui pendidikan tinggai program
sarjana atau proglam diploma empat dan Kompetensi
guru sebagaimana dimaksud meliputi kompetensi
paedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial,
dan kompetensi profesional yang diperoleh melalui
pendidikan profesi.46
Dalam Peraturan Pemerintah No 19 tahun 2005
sebagaimana telah diubah menjadi No 32 tahun 2013,
pendidik dan tenaga kependidikan harus memenuhi
standar nasional pendidikan (SNP) yang terdapat dalam
bab VI tentang standar pendidik dan tenaga
kependidikan. Bagian satu tentang pendidik Pasal 28
dijelaskan:
1) Pendidik harus memiliki kualifikasi akademik dan
kompetensi sebagai agen pembelajaran, sehat jasmani
dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk
mewujudkan tujuan pendidikan nasional.
2) Kualifikasi akademik sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) adalah tingkat pendidikan minimal yang
harus dipenuhi oleh seorang pendidik yang

45 Tuti Andriani, Op.cit, hal : 70-79


46 Undang-undang guru dan dosen no 14 thn 2005 cet ke-7,(Jakarta: sinar
grafika,2014), hal : 8-9

62
Administrasi dan Supervisi Pendidikan

dibuktikan dengan ijazah dan/atau sertifikat keahlian


yang relevan sesuai ketentuan perundangundangan
yang berlaku.
3) Kompetensi sebagai agen pembelajaran pada jenjang
pendidikan dasar dan menengah serta pendidikan
anak usia dini meliputi: kompetensi pedagogik;
kompetensi kepribadian; kompetensi profesional; dan
kompetensi sosial.
4) Seseorang yang tidak memiliki ijazah dan/atau
sertifikat keahlian sebagaimana dimaksudpada ayat
(2) tetapi memiliki keahlian khusus yang diakui dan
diperlukan dapat diangkat menjadi pendidik setelah
melewati uji kelayakan dan kesetaraan.
Dalam PP No. 17 tahun 2010 sebagaimana telah
diubah menjadi No. 66 tahun 2010 tentang pengelolaan
dan penyelenggaraan penddikan dijelaskan tentang
standar pendidik dan tenaga kependidikan pada pasal
172 yaitu:
1) Pendidik harus memiliki kualifikasi akademik dan
kompetensi sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
2) Kualifikasi akademik dan kompetensi guru dan dosen
pada satuan pendidikan formal harus sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
3) Kualifikasi akademik dan kompetensi pendidik selain
guru dan dosen diatur dengan Peraturan Menteri.
4) Kualifikasi akademik dan kompetensi pendidik pada
jalur pendidikan nonformal diatur dengan Peraturan
Menteri.
Ketentuan dalam merekrut pendidik dan tenaga
kependidikan harus sesuai dengan Pasal 175 :
1) Pengangkatan, penempatan, pemindahan, dan
pemberhentian pendidik dan tenaga kependidikan
pada satuan pendidikan yang diselenggarakan oleh
Pemerintah atau pemerintah daerah dilaksanakan

63
Sohiron

sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-


undangan.
2) Pengangkatan, penempatan, pemindahan, dan
pemberhentian pendidik dan tenaga kependidikan
oleh Pemerintah dan pemerintah daerah
dilaksanakan dalam rangka perluasan dan
pemerataan akses pendidikan serta peningkatan
mutu, daya saing, dan relevansi pendidikan.
3) Pengangkatan, penempatan, pemindahan, dan
pemberhentian pendidik dan tenaga kependidikan
pada satuan pendidikan yang diselenggarakan oleh
masyarakat dilakukan oleh penyelenggara
pendidikan yang didirikan masyarakat berdasarkan
perjanjian kerja dan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan. 47

c. Pembinaan dan Pengembangan Pegawai


Pegawai juga membutuhkan peningkatan dan
perbaikan pada dirinya termasuk tugasnya. Kegiatan
pembinaan dan pengembangan tidak hanya menyangkut
apek kemampuan, tetapi juga menyangkut karier
pegawai.48
Dalam pengembangan sumber daya guru ada
beberapa metode pelatihan yang dapat dilaksanakan oleh
sekolah untuk meningkatkan kualitas guru dan pegawai
yaitu sebagai berikut.
1) Metode on the job training, guru dan pegawai baru
mempelajari pekerjaannya dengan mengamati guru
dan pegawai lainnya yang sedang melakukan
pekerjaan. Guru dan pegawai senior memberikan
pengetahuan dari pengalamannya.

47 luk.staff.ugm.ac.id/atur/PP17-2010Lengkap.pdf, hal : 128-131


48 Mulyasa, Manajemen Berbasis Sekolah, hal : 43

64
Administrasi dan Supervisi Pendidikan

2) Metode vestibule/balai, suatu ruangan terpisah yang


disediakan untuk tempat pelatihan bagi guru dan
pegawai baru, dilaksanakan dengan jumlah peserta
yang banyak, dan diawasi oleh seorang instruktur.
3) Metode ruang kelas, merupakan metode pelatihan
yang dilakukan didalam kelas yaitu dengan format
kegiatan kuliah, konferensi, studi kasus, bermain
peran, dan pengajaran berprogram.
Musyawarah guru mata pelajaran merupakan
wadah yang sesuai untuk melaksanakan pelatihan guru.49
Pembinaan berorientasi pada pencapaian standar
minimal, yaitu diarahkan untuk dapat melakukan
pekerjaan atau tugasnya sebaik mungkin dan
menghindari pelanggaran. Sementara itu, pengembangan
berorientasi pada pengembangan karir para pegawai
termasuk upaya menejer untuk memfasilitasi mereka
supaya bisa mencapai jabatan atau status yang lebih
tinggi lagi.50
Pengembangan karier adalah suatu kondisi yang
menunjukkan adanya peningkatan-peningkatan status
seseorang dalam suatu organisasi dalam jalur karier yang
telah ditetapkan dalam organisasi yang bersangkutan.
Prinsip dasar yang dijadikan panduan pengembangan
karier terdiri dari kemampuan managerial, kemampuan
fungsional, keamanan, kreativitas dan otonomi
independen. Sondang P Siagiaan mengemukakan ada
lima hal yang harus dipertimbangkan dalam agar para
pegawai dapat menentukan jalur karier dan
pengembangan karier yang dapat ditempuh yaitu
perlakuan yang adil dalam berkarier, kepedulian
langsung para atasan, informasi tentang berbagai peluang

49 Tuti Andriani, op.cit, hal : 120-121


50 Mujamil qomar, manajemen pendidikan islam,(Jakarta: erlangga, 2007),
hal : 133

65
Sohiron

promosi, minat untuk dipromosikan dan tingkat


kepuasan.51
Pembinaan karier menurut pada PP No. 17 Tahun
2010 sebagaimana terlah dirubah menjadi No. 66 tahun
2010 tentang pengelolaan dan penyelenggaraan
pendidikan pada pasal 176 :
1) Pemerintah mengembangkan dan menetapkan pola
pembinaan karier pendidik dan tenaga kependidikan
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
2) Pemerintah dan/atau pemerintah daerah wajib
melakukan pembinaan karier pendidik dan tenaga
kependidikan sesuai dengan pola pembinaan karier
sebagaimana dimaksud pada ayat (1).
3) Penyelenggara pendidikan yang didirikan
masyarakat wajib melakukan pembinaan karier
pendidik dan tenaga kependidikan pada satuan
pendidikan yang diselenggarakannya sesuai dengan
pola pembinaan karier sebagaimana dimaksud pada
ayat (1).
4) Pembinaan karier pendidik dilaksanakan dalam
bentuk peningkatan kualifikasi akademik dan/atau
kompetensi sebagai agen pembelajaran dengan
mengacu pada Standar Nasional Pendidikan.
5) Pembinaan karier tenaga kependidikan dilaksanakan
dalam bentuk peningkatan kualifikasi akademik
dan/atau kompetensi manajerial dan/atau teknis
sebagai tenaga kependidikan dengan mengacu pada
Standar Nasional Pendidikan. 52

51 Tim Dosen Manajemen Pendidikan Universitas Pendidikan

Indonesia, Op. Cit ,hal : 246


52 luk.staff.ugm.ac.id/atur/PP17-2010Lengkap.pdf, hal : 132-133

66
Administrasi dan Supervisi Pendidikan

d. Promosi dan Mutasi


Promosi merupakan perubahan kedudukan yang
bersifat vertikal, sehingga berimplikasi pada wewenang,
tanggung jawab, dan penghasilan. Sementara itu, mutasi
adalah pemindahan pegawai dari suatu jabatan kejabatan
lainnya. Pemindahan ini lebih bersifat horizontal
sehingga tidak berimplikasi pada penghasilan.
Untuk mendapatkan promosi, seorang pegawai
harus memenuhi persyaratan yang berhubungan dengan
karier dan senioritas. Persyaratan karier berkaitan dengan
prestasi pegawai di bidangnya yang menunjukkan
kelebihan dibanding pegawai lainnya. Sedangkan
senioritas di samping mencakup lamanya bekerja atau
masa bekerja juga kemampuan atau kompetensi dalam
bidang yang menjadi tugasnya. Promosi atau
pengangkatan pertama biasanya diangkat sebagai calon
PNS dengan masa percobaan satu atau dua tahun,
kemudian ia mengikuti latihan prajabatan, dan setelah
lulus diangkat mejadi pegawai negeri sipil sepenuhnya.
Setelah pengangkatan pegawai, kegiatan berikutnya
adalah penempatan dan penugasan. Adapun mutasi
memiliki konotasi yang wajar, tetapi terkadang negatif.
Ketika terjadi mutasi dari suatu jabatan yang lain sebagai
penyegaran organisasi, maka konotasinya wajar-wajar
saja. Akan tetapi, jika pemindahan jabatan itu karena
kasus tertentu, maka makna konotasinya terkesan
menjadi langkah pembuangan. 53
Dalam melakukan promosi pendidik dan tenaga
kependidikan harus mengacu pada PP No. 17 Tahun 2010
sebagaimana telah dirubah menjadi No. 66 tahun 2010
tentang pengelolaan dan penyelenggaraan pendidikan,
pasal 177 dijelaskan Promosi dan penghargaan bagi
pendidik dan tenaga kependidikan dilakukan
berdasarkan latar belakang pendidikan, pengalaman,

53 Mujamil qomar,op.cit hal 136-137

67
Sohiron

kemampuan, dan prestasi kerja dalam bidang


pendidikan. Selanjutnya pada pasal 178 dijelaskan bahwa:
1) Promosi bagi pendidik dan tenaga kependidikan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 177 diberikan
dalam bentuk kenaikan pangkat/golongan, kenaikan
jabatan, dan/atau bentuk promosi lain yang
dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang undangan.
2) Promosi bagi pendidik dan tenaga kependidikan
bukan pegawai negeri sipil pada satuan pendidikan
yang diselenggarakan oleh masyarakat dilaksanakan
sesuai dengan anggaran dasar dan anggaran rumah
tangga penyelenggara pendidikan serta ketentuan
peraturan perundang-undangan.

Selanjutnya pada pasal 179 dijelaskan bahwa:


1) Penghargaan bagi pendidik dan tenaga kependidikan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 177 diberikan
oleh:
a) Presiden atau Menteri pada tingkat nasional
dan/atau internasional;
b) Gubernur pada tingkat provinsi;
c) Bupati/walikota pada tingkat kabupaten/kota;
d) Camat pada tingkat kecamatan;
e) Kepala desa/kelurahan pada tingkat
desa/kelurahan; dan
f) Pemimpin satuan pendidikan pada tingkat satuan
pendidikan.
2) Penghargaan bagi pendidik dan tenaga kependidikan
dapat diberikan oleh masyarakat dan organisasi
profesi pada tingkat internasional, nasional, provinsi,
kabupaten/kota, kecamatan, desa/kelurahan,
dan/atau tingkat satuan pendidikan.
3) Penghargaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dan ayat (2) diberikan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan, dalam bentuk:

68
Administrasi dan Supervisi Pendidikan

tanda jasa, promosi, piagam, uang dan bentuk


penghargaan lainnya.54

e. Kompensasi Pegawai
Kompensasi adalah balas jasa yang diberikan
organisasi kepada pegawai, yang dapat dinilai dengan
uang dan mempunyai kecenderungan diberikan secara
tetap. Pemberian kompensasi, selain dalam bentuk gaji,
dapat juga brupa tunjangan, fasilitas perumahan,
kendaraan dan lain-lain. Masalah kompensasi merupakan
salah satu bentuk tantangan yang harus dihadapi
manajemen. Dikatakan tantangan karena imbalan oleh
para pekerja tidak lagi dipandang semata-mata sebagai
alat pemuas kebutuhan materialnya. Akan tetapi sudah
dikaitkan dengan harkat dan martabat manusia.55
Menurut Peterson dan Plowman,56 orang ingin
bekerja sama karena hal-hal berikut.
1) The desire to live, artinya keinginan untuk hidup
merupakan keinginan utama dari setiap orang.
Manusia bekerja untuk mendapatkan makanan dan
makan untuk melanjutkan hidupnya.
2) The desire for possesion, artinya keinginan untuk
memiliki sesuatu adalah keinginan manusia yang
kedua dan menjadi sebab mengapa manusia bekerja.
3) The desire for power, artinya keinginan akan kekuasaan
merupakan keinginan selangkah di atas keinginan
untuk memiliki, menyebabkan manusia mau bekerja.
4) The desire for recognation, artinya keinginan akan
pengakuan merupakan jenis terakhir dari kebutuhan
dan juga mendorong orang untuk bekerja.

54 luk.staff.ugm.ac.id/atur/PP17-2010Lengkap.pdf, hal : 133-134

55Mulyasa, Manajemen Berbasis Sekolah, hal : 45


56 Tim Dosen Manajemen Pendidikan Universitas Pendidikan
Indonesia, Op. Cit,hal : 244-245

69
Sohiron

Tujuan pemberian kompensasi adalah sebagai


ikatan kerja sama, kepuasan kerja, pengadaan efektif,
motivasi, stabilitas karyawan dan disiplin. 57
Dalam Islam kompensasi atau kesejahteraan
mendapat perhatian besar. Kesejahteraan ini bersifat
material dan non material. Kesejahteraan material
misalnya berbentuk uang atau barang, sedangkan
kesejahteraan non material berbentuk seperti pujian,
kecepatan dalam memberikan gaji, penghormatan dan
sebagainya. Cara pemberian gaji kepada para pegawai
dalam Islam telah digariskan sesuai dengan sabda Nabi
SAW, yang artinya “berikan upah kepada para pekerja
sebelum keringatnya kering.”

f. Penilaian Pegawai
Penilaian Pegawai Untuk melaksanakan fungsi-
fungsinya, diperlukan sistem penilaian pegawai secara
objektif dan akurat. Penilaian tenaga kependidikan ini
difokuskan pada prestasi individu dan peran sertanya
dalam kegiatan sekolah. Penilaian ini tidak hanya penting
bagi sekolah, tetapi juga bagi pegawai itu sendiri. Tugas
kepala sekolah dalam kaitannya dengan administrasi
tenaga kependidikan bukanlah pekerjaan yang mudah
karena tidak hanya mengusahakan tercapainya tujuan
sekolah, tetapi juga tujuan personalia pendidikan secara
pribadi.58
Bagi para pendidik dan tenaga kependidikan,
penilaian berguna sebagai umpan balik terhadap berbagai
hal seperti kemampuan, kelebihan, kekurangan, dan
potensi pada gilirannya bermanfaat untuk menentukan
tujuan, jalur, rencana dan pengembangan karir. Selain
dapat digunakan sebagai standar dalam penentuan tinggi
rendahnya kompensasi serta administrasi bagi pendidik

57 Ibid.
58 Mulyasa, Manajemen Berbasis Sekolah, hal : 45

70
Administrasi dan Supervisi Pendidikan

dan tenaga kependidikan, penilainan tenaga


kependidikan dilakukan berguna juga untuk hal-hal
berikut.
1) Sumber data untuk perencanaan pendidik dan tenaga
kependidikan, dan kegiatan pengembangan jangka
panjang bagi pendidikan nasional.
2) Nasehat yang perlu disamapaikan kepada para
pendidik dan tenaga kependidikan dalam suatu
satuan pendidikan.
3) Alat untuk memberikan umpan balik yang
mendorong kearah kemajuan, dan kemungkinan
meningkatkan kualitas kerja bagi para pendidik dan
tenaga kependidikan.
4) Salah satu cara untuk menetapkan kinerja yang
diharapkan dari pendidik dan tenaga kependidikan.
5) Bahan informasi dalam pengambilan keputusan yang
berkaitan dengan pendidik dan tenaga kependidikan,
baik perencanaan, promosi, mutasi, maupun kegiatan
lainnya.59

g. Pemberhentian Pegawai
Pemberhentian pegawai merupakan fungsi
personalia yeng menyebabkan terlepasnya pihak
organisasi dan personal dari hak dan kewajiban sebagai
lembaga tempat bekerja dan sebagai pegawai. Sebab-
sebab pemberhentian pegawai ini dapat dikelompokkan
kedalam tiga jenis 1). pemberhentian atas permohonan
sendiri; 2). pemberhentian oleh dinas atau pemerintah; 3).
pemberhentiah sebab lain-lain.
Pembehentian atas permohonan pegawai sendiri,
misalnya karena pindah lapangan pekerjaan yang
bertujuan untuk memperbaiki nasib. Pemberhentin oleh
dinas atau pemerintah bisa dlakukan dengan beberapa
alasan sebagai berikut:

59 Mulyasa, Op. Cit, hal : 157-158

71
Sohiron

1) Pegawai yang bersangkutan tidak cakap dan tidak


memiliki kemampuan untuk melaksanakan tugas-
tugasnya dengan baik.
2) Perampingan atau penyederhanaan organisasi.
3) Peremajaan, biasanya pegawai yang telah berusia 50
tahun dan berhak pensiun harus diberhentikan dalam
jangka waktu satu tahun.
4) Tidak sehat jasmani dan rohani sehingga tidak dapat
melaksanakan tugasnya dengan baik.
5) Melakukan pelanggaran tindak pidana sehingga
dihukum penjara atau kurungan.
6) Melanggar sumpah atau janji pegawai negeri sipil.
Sementara pemberhentian karena alasan lain
penyebabnya adalah pegawai yang bersangkutan
meninggal dunia, hilang, habis menjalani cuti diluar
tanggungan negara dan tidak melaporkan diri kepada
yang berwewenang, serta mencapai batas usia pensiun.60

D. Administrasi Sarana dan Prasarana Pendidikan


1. Sarana Pendidikan
Menurut Mulyana seperti yang dikutip Mukhtar
(2009: 266), “sarana pendidikan adalah peralatan dan
perlengkapan yang secara langsung digunakan dan
menunjang proses pendidikan, khususnya proses belajar
mengajar”. Menurut Ibrahim Bafadal (2008: 2), “sarana
pendidikan adalah semua perangkat peralatan, bahan, dan
perabot secara langsung digunakan dalam proses pendidikan
di sekolah”. Menurut Tim Penyusun Pedoman Pembakuan
Media Pendidikan Departemen Pendidikan dan kebudayaan
seperti yang dikutip oleh Hartanti Sukirman, dkk (2009: 28),
“sarana pendidikan adalah semua fasilitas yang diperlukan
dalam proses belajar mengajar baik yang bergerak maupun
yang tidak bergerak agar pencapaian tujuan pendidikan

60 Mulyasa, Menjadi Kepala Sekolah Profesional cet 11, (Bandung: PT

Remaja Rosda Karya, 2011), hal : 155-156

72
Administrasi dan Supervisi Pendidikan

berjalan lancar, teratur, efektif dan efisien”. Pendapat lain


juga dikemukakan oleh Suharsimi Arikunto dan Lia Yuliana
(2008: 273), “Sarana pendidikan merupakan fasilitas yang
diperlukan dalam proses belajar mengajar, baik yang
bergerak maupun tidak bergerak agar pencapaian tujuan
pendidikan dapat berjalan dengan lancar, teratur dan
efisien”. Menurut Mulyasa (2003: 49) sarana pendidikan
adalah peralatan dan peralatan yang secara langsung
dipergunakan dan menunjang proses pendidikan.
Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan
pengertian sarana pendidikan adalah semua peralatan dan
perlengkapan yang digunakan secara langsung dalam
kegiatan belajar mengajar di sekolah.
Jenis sarana pendidikan menurut Nawawi seperti
yang dikutip oleh Ibrahim Bafadal (2008: 2), sarana
pendidikan diklasifikasikan menjadi tiga, yaitu :
a. Ditinjau dari habis tidaknya dipakai
1) Sarana pendidikan yang habis pakai adalah segala
bahan atau alat yang apabila digunakan bisa habis
dalam waktu yang relatif singkat. Contoh: Spidol,
kapur tulis.
2) Sarana pendidikan yang tahan lama adalah
keseluruhan bahan atau alat yang dapat digunakan
secara terus menerus dalam waktu yang relatif lama.
Contoh: meja, kursi, komputer.
b. Ditinjau dari bergerak tidaknya pada saat digunakan
1) Sarana pendidikan yang bergerak adalah sarana
pendidikan yang bisa digerakkan atau dipindahkan
sesuai dengan kebutuhan pemakainya.
2) Sarana pendidikan yang tidak bisa bergerak adalah
semua sarana pendidikan yang tidak bisa atau relatif
sangat sulit dipindahkan. Contoh: penggunaan air
pada suatu sekolah.
c. Ditinjau dari hubungannya dengan proses belajar
mengajar.

73
Sohiron

1) Sarana pendidikan yang secara langsung dapat


digunakan dalam proses belajar mengajar. Contoh:
kapur tulis, spidol, kertas.
2) Sarana pendidikan yang tidak secara langsung
berhubungan dengan proses belajar mengajar.
Contoh: almari arsip.
Menurut Suharsimi Arikunto dan Lia Yuliana (2008:
274), sarana pendidikan dapat diklasifikasikan menjadi dua
jenis, yaitu :
a. Sarana fisik, yakni segala sesuatu yang berupa benda atau
fisik yang dapat dibedakan, yang mempunyai peranan
untuk memudahkan dan melancarkan suatu usaha.
Contoh: mesin ketik, komputer.
b. Sarana uang, yakni segala sesuatu yang bersifat
mempermudah sesuatu kegiatan sebagai akibat
bekerjanya nilai uang.
Berdasarkan pendapat tersebut di atas, maka dapat
disimpulkan jenis sarana pendidikan dapat dibedakan
menjadi peralatan dan perlengkapan sekolah yang dapat
digunakan untuk menunjang proses kegiatan belajar
mengajar secara langsung di sekolah.
Secara operasional saran yang harus ada pada setiap
jenjang satuan pendidikan mengacu pada Peraturan
Pemerintah No. 19 tahun 2015 sebagaimana telah dirubah
menjadi No. 32 tahun 2013 tentang Standar Nasional
Pendidikan dan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional
Nomor 24 Tahun 2007 Tentang Standar Sarana dan Prasarana
untuk Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah (SD/MI), Sekolah
Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah (SMP/MTs), dan
Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah (SMA/MA).

2. Prasarana Pendidikan
Untuk menunjang proses pembelajaran pada satuan
pendidikan tidak hanya dibutuhkan sarana tetapi juga
prasarana pendidikan agar proses belajar mengajar berjalan
dengan efektif dan tujuan pendidikan dapat tercapai secara

74
Administrasi dan Supervisi Pendidikan

maksimal. Menurut Ibrahim Bafadal (2008: 2), “prasarana


pendidikan adalah semua kelengkapan dasar yang secara
tidak langsung menunjang pelaksanaan proses pendidikan di
sekolah”. Menurut Roduone seperti yang dikutip oleh Tatang
M. Amirin, dkk (2010: 77), “prasarana pendidikan adalah
sebagai perangkat penunjang utama suatu proses atau usaha
pendidikan agar tujuan pendidikan tercapai”. Sedangkan
Menurut Mulyasa (2003: 49) prasarana pendidikan adalah
fasilitas yang secara tidak langsung menunjang jalannya
proses pendidikan atau pengajaran.
Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan
bahwa pengertian prasarana pendidikan adalah semua
kelengkapan yang digunakan dan tidak secara langsung
menunjang kegiatan belajar mengajar di sekolah.
Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 19 tahun 2015
sebagaimana telah dirubah menjadi No. 32 tahun 2013
tentang Standar Nasional Pendidikan dan Peraturan Menteri
Pendidikan Nasional Nomor 24 Tahun 2007 Tentang Standar
Sarana dan Prasarana untuk Sekolah Dasar/Madrasah
Ibtidaiyah (SD/MI), Sekolah Menengah Pertama/Madrasah
Tsanawiyah (SMP/MTs), dan Sekolah Menengah
Atas/Madrasah Aliyah (SMA/MA), Satuan pendidikan
sekurang-kurangnya memiliki prasarana seperti: ruang kelas,
ruang perpustakaan, ruang laboratorium (disesuai jenjang
pendidikan), ruang pimpinan, ruang guru, ruang tata usaha,
tempat beribadah, ruang konseling, ruang UKS, ruang
organisasi kesiswaan, jamban, gudang, ruang sirkulasi, dan
tempat bermain/berolahraga.

3. Administrasi Sarana dan Prasarana Pendidikan


Administrasi sarana dan prasarana pendidikan
memiliki peranan penting dalam menunjang proses belajar
mengajar di satuan pendidikan. Oleh karena itu di setiap
satuan pendidikan dibutuhkan pelaksanaan administrasi
sarana dan prasarana pendidikan yang baik. Hartati
Sukirman, dkk (2009: 28) menjelaskan Administrasi sarana

75
Sohiron

dan prasarana pendidikan merupakan segenap proses


penataan yang bersangkut paut dengan pengadaan,
pendayagunaan dan pengelolaan sarana dan prasarana
pendidikan agar tercapai tujuan yang telah ditetapkan secara
efektif dan efisien. Ary H. Gunawan (1996: 114) menjelaskan
Administrasi Sarana dan Prasarana Pendidikan merupakan
seluruh proses kegiatan yang direncanakan dan diusahakan
secara sengaja dan bersungguh-sungguh serta pembinaan
secara kontinu terhadap benda-benda pendidikan, agar
senantiasa siap pakai dalam proses belajar mengajar sehingga
proses belajar mengajar semakin efektif dan efisien guna
membantu tercapainya tujuan pendidikan yang telah
ditetapkan.
Berdasarkan pendapat di atas, dapat ditarik
kesimpulan bahwa administrasi sarana dan prasarana
pendidikan adalah serangkaian kegiatan perencanaan hingga
penghapusan sarana dan prasarana dalam satuan pendidikan
agar proses belajar mengajar berjalan dengan efektif dan
efisien sehingga dapat mencapai tujuan pendidikan.

4. Tujuan Administrasi Sarana dan Prasarana Pendidikan


Dalam setiap kegiatan memiliki tujuan yang
dilakukan sebagai landasan, agar kegiatan tersebut dapat
terealisasi sehingga tujuan yang sudah ditentukan dapat
tercapai tepat waktu. Menurut Ibrahim Bafadal (2008: 5),
tujuan administrasi sarana dan prasarana pendidikan, antara
lain:
a. Untuk mengupayakan pengadaan sarana dan
prasarana pendidikan melalui sistem perencanaan
dan pengadaan yang hati-hati dan seksama.
b. Untuk mengupayakan pemakaian sarana dan
prasarana sekolah secara tepat dan efisien.
c. Untuk mengupayakan pemeliharaan sarana dan
prasarana sekolah, sehingga keberadaannya selalu
dalam kondisi siap pakai dalam setiap diperlukan
oleh semua personel sekolah.

76
Administrasi dan Supervisi Pendidikan

Secara umum, tujuan administrasi sarana prasarana


pendidikan adalah memberi layanan secara profesional di
bidang sarana prasarana pendidikan dalam rangka
terselenggaranya proses pendidikan secara efektif dan efisien.
Secara rinci tujuannya adalah sebagai berikut :
a. Untuk mengupayakan pengadaan sarana dan
prasarana pendidikan melalui sistem perencanaan
dan pengadaan yang hati-hati dan seksama. Dengan
perkataan ini, melalui manajemen perlengkapan
pendidikan diharapkan semua perlengkapan yang di
dapatkan oleh sekolah adalah serana dan serana
pendidikan yang berkualitas tinggi, sesuai dengan
kebutuhan sekolah, dan dengan dana yang efisien.
b. Untuk mengupayakan pemakaian sarana prasarana
sekolah secara tepat dan efisien.
c. Untuk menupayakan pemeliharaan sarana dan
prasarana sekolah, sehingga keberadaannya selalu
dan kondisi siap pakai setiap di perlukan oleh semua
personel sekolah.
Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan
bahwa tujuan administrasi sarana dan prasarana pendidikan
adalah memberikan pelayanan di bidang sarana dan
prasarana pendidikan dalam rangka terselenggaranya proses
pendidikan secara efektif dan efisien.

5. Kegiatan Administrasi Sarana dan Prasarana


Pendidikan
Administrasi sarana dan prasarana pendidikan
mempunyai peranan yang sangat penting bagi terlaksananya
proses pembelajaran di sekolah serta sebagai penunjang
tercapainya tujuan pendidikan di sekolah baik tujuan secara
khusus maupun tujuan secara umum. Menurut Ary H.
Gunawan (1996: 116) kegiatan sarana dan prasarana
pendidikan meliputi:
a. Perencanaan pengadaan barang;
b. Prakualifikasi rekanan;

77
Sohiron

c. Pengadaan barang;
d. Penyimpanan dan inventarisasi;
e. Pemeliharaan dan rehabilitas;
f. Penghapusan dan penyingkiran; dan
g. Pengawasan.
Menurut Hartati Sukirman, dkk (2009: 29) kegiatan
administrasi sarana dan prasarana pendidikan meliputi :
a. Perencanaan (kebutuhan dan biaya), dan pengadaan;
b. Penyimpanan dan penyaluran;
c. Pendayagunaan;
d. Pemeligaraan; dan
e. Inventarisasi dan penghapusan.
Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan
bahwa kegiatan administrasi sarana dan prasarana
pendidikan meliputi perencanaan pengadaan sarana dan
prasarana, pengadaan sarana dan prasarana, penyimpanan
dan penyaluran sarana dan prasarana, pemeliharaan sarana
dan prasarana, inventarisasi sarana dan prasarana, serta
penghapusan sarana dan prasarana.

a. Perencanaan Pengadaan Sarana dan Prasarana


Pendidikan
Pengadaan sarana dan prasarana sekolah seharusnya
direncanakan dengan hati-hati sehingga semua
pengadaannya selalu sesuai atau memenuhi kebutuhan
pengadaan sarana dan prasarana sekolah. Perencanaan
pengadaan sarana dan prasarana pendidikan merupakan
salah satu proses utama yang harus dilakukan sebelum
kegiatan pengadaan sarana dan prasarana pendidikan.
Ibrahim Bafadal (2008: 26) menjelaskan Perencanaan
sarana dan prasarana pendidikan adalah sebagai suatu proses
memikirkan dan menetapkan program pengadaan fasilitas
sekolah, baik yang berbentuk sarana maupun prasarana
pendidikan di masa yang akan datang untuk mencapai
tujuan tertentu.

78
Administrasi dan Supervisi Pendidikan

Menurut R. Freedman, dkk seperti yang dikutip Ary


H. Gunawan (1996: 117), “Perencanaan adalah penetapan
secara sistematik daripada pengetahuan yang tepat guna
untuk mengontrol dan menentukan arah kecenderungan
perubahan, menuju kepada tujuan yang ditetapkan”.
Dari pendapat para ahli, dapat disimpulkan bahwa
kegiatan administrasi sarana dan prasarana pendidikan yang
baik seharusnya diawali dengan suatu perencanaan yang
matang baik dilaksanakan untuk menghindari kesalahan atau
kegagalan yang tidak diinginkan.
Langkah-langkah perencanaan pengadaan sarana dan
prasarana pendidikan di sekolah menurut Jones seperti yang
dikutip oleh Ibrahim Bafadal (2008: 27), sebagai berikut:
1) Menganalisis kebutuhan pendidikan suatumasyarakat
dan menetapkan program untuk masa yang akan datang
sebagai dasar untuk mengevaluasi keberadaan fasilitas
dan membuat model perencanaan perlengkapan yang
akan datang.
2) Melakukan survei seluruh unit sekolah untuk menyusun
master plan untuk jangka waktu tertentu.
3) Memilih kebutuhan utama berdasarkan hasil survei.
4) Mengembangkan educational specification untuk setiap
proyek yang terpisah-pisah dalam usulan master plan.
5) Merancang setiap proyek yang terpisah-pisah sesuai
dengan spesifikasi pendidikan yang diusulkan.
6) Mengembangkan atau menguatkan tawaran atau kontrak
dan melaksanakan sesuai dengan gambaran kerja yang
diusulkan.
7) Melengkapi perlengkapan gedung dan meletakkannya
sehingga siap untuk digunakan.
Menurut Boeni Soekarno seperti yang dikutip
olehIbrahim Bafadal (2008: 29), langkah-langkah perencanaan
pengadaan sarana dan prasarana pendidikan di sekolah,
yaitu sebagai berikut :
1) Menampung semua usulan pengadaan sarana dan
prasarana sekolah yang diajukan setiap unit kerja sekolah

79
Sohiron

dan atau menginventarisasi kekurangan sarana dan


prasarana sekolah.
2) Menyusun rencana kebutuhan sarana dan prasarana
sekolah untuk periode tertentu.
3) Memadukan rencana kebutuhan yang telah disusun
dengan sarana dan prasarana yang telah tersedia
sebelumnya.
4) Memadukan rencana kebutuhan dengan dana atau
anggaran sekolah yang tersedia.
5) Memadukan rencana kebutuhan sarana dan prasarana
dengan dana atau anggaran yang ada.
6) Penetapan rencana pengadaan akhir.
Kegiatan perencanaan pengadaan sarana dan
prasarana harus mengacu pada Peraturan Pemerintah No. 19
tahun 2015 sebagaimana telah dirubah menjadi No. 32 tahun
2013 tentang Standar Nasional Pendidikan dan Peraturan
Menteri Pendidikan Nasional Nomor 24 Tahun 2007 Tentang
Standar Sarana dan Prasarana untuk Sekolah
Dasar/Madrasah Ibtidaiyah (SD/MI), Sekolah Menengah
Pertama/Madrasah Tsanawiyah (SMP/MTs), dan Sekolah
Menengah Atas/Madrasah Aliyah (SMA/MA).

b. Pengadaan Sarana dan Prasarana Pendidikan


Pengadaan sarana dan prasarana pendidikan di
sekolah pada dasarnya merupakan upaya merealisasikan
rencana pengadaan sarana dan prasarana pendidikan yang
telah disusun sebelumnya. Dalam pengadaan sarana dan
prasarana pendidikan di sekolah, terdapat beberapa cara
yang ditempuh untuk mendapatkan sarana dan prasarana
yang dibutuhkan sekolah antara lain dengan cara membeli,
mendapatkan hadiah atau sumbangan dan meminjam.

c. Penyimpanan dan Penyaluran Sarana dan Prasarana


Pendidikan
Penyimpanan merupakan kegiatan menampung hasil
pengadaan sarana dan prasarana pendidikan, baik yang

80
Administrasi dan Supervisi Pendidikan

belum maupun yang akan didistribusikan. Kegiatan


penyimpanan meliputi menerima barang dan
mendistribusikan barang. Menurut Ary H. Gunawan (1996:
144), “penyaluran merupakan kegiatan yang menyangkut
pemindahan dan tanggung jawab dari instansi atau
pemegang yang lain”. Menurut Hartanti Sukirman, dkk
(2009: 29) penyimpanandan penyaluran sarana dan prasarana
dibedakan atas dua katagori, yaitu : Alat yang langsung dan
yang tidak langsung terlibat dalam proses belajar mengajar,
dalam proses ini termasuk didalamnya adalah kegiatan
inventarisasi barang, pengelompokan penyimpanan barang
serta pendistribusiannya. Barang yang telah diinventarisir
dan diatur menurut kelompok penyimpanan selanjutnya
dapat disalurkan untuk digunakan kepada pihak
yangmemerlukan sesuai dengan keperluan dan prosedur
yang berlaku.

d. Pemeliharaan Sarana dan Prasarana Pendidikan


Kegiatan pemeliharaan terhadap sarana dan
prasarana pendidikan dilakukan agar sarana dan prasarana
pendidikan dapat terpelihara dengan baik, sehingga sarana
dan prasarana pendidikan nyaman digunakan untuk proses
kegiatan belajar mengajar. Menurut Ibrahim Bafadal (2008:
49), ada beberapa macam pemeliharaan sarana dan prasarana
pendidikan di sekolah, antara lain :
1) Ditinjau dari sifat pemeliharaan
a) Pemeliharaan yang bersifat pengecekan;
b) Pemeliharaan yang bersifat pencegahan;
c) Pemeliharaan yang bersifat perbaikan ringan; dan
d) Perbaikan berat.
2) Ditinjau dari waktu perbaikannya
a) Pemeliharaan sehari-hari; dan
b) Pemeliharaan berkala.
Menurut Ary H. Gunawan (1996: 146), pemeliharaan
sarana dan prasarana pendidikan di sekolah, antara lain :
1) Pemeliharaa menurut ukuran waktu

81
Sohiron

a) Pemeliharaan yang dilakukan setiap hari; dan


b) Pemeliharaan secara berkala atau dalam jangka waktu
tertentu.
2) Pemeliharaan menurut ukuran keadaan barang
a) Pemeliharaan terhadap barang habis pakai; dan
b) Pemeliharaan tidak habis pakai.
Berdasarkan pendapat tersebut di atas, maka dapat
disimpulkan bahwa pemeliharaan sarana dan prasarana
pendidikan di sekolah perlu untuk dilakukan baik
pemeliharaan yang dilakukan sehari-hari maupun
pemeliharaan yang dilakukan dalam jangka waktu tertentu
sesuai dengan jenis barang, agar sarana dan prasarana
pendidikan di sekolah senantiasa siap pakai dalam proses
belajar mengajar di sekolah.

e. Inventarisasi Sarana dan Prasarana Pendidikan


Salah satu aktivitas dalam administrasi sarana dan
prasarana pendidikan adalah inventarisasi sarana dan
prasarana yang dimiliki oleh sekolah. Menurut Tatang M.
Amirin, dkk (2010: 84), “inventarisasi adalah penyataan dan
penyusunan daftar barang milik Negara secara sistematik,
tertib dan teratur berdasarkan ketentuan-ketentuan pedoman
yang berlaku”.
Menurut Ary H. Gunawan (1996: 141), “inventarisasi
adalah kegiatan untuk mencatat dan menyusun daftar barang
barang atau bahan yang ada secara teratur menurut
ketentuan yang berlaku”.
Berdasarkan pendapat di atas, dapat ditarik
kesimpulan bahwa kegiatan inventarisasi dilakukan dalam
rangka usaha penyempurnaan pengurusan dan pengawasan
yang efektif terhadap sarana dan prasarana pendidikan yang
ada di sekolah. Melalui inventarisasi sarana dan prasarana
pendidikan diharapkan akan tercipta ketertiban administrasi
sarana dan parasarana pendidikan di sekolah, memberikan
data dan informasi dalam rangka pendistribusian,

82
Administrasi dan Supervisi Pendidikan

pemeliharaan, pengawasan, dan penghapusan sarana dan


prasarana pendidikan di sekolah.
Menurut Tatang M. Amirin, dkk (2010: 84), kegiatan
inventarisasi sarana dan prasarana pendidikan meliputi dua
kegiatan yaitu :
1) Kegiatan yang berhubungan dengan pencatatan dan
pembuatan kode barang; dan
2) Kegiatan yang berhubungan dengan pembuatan
laporan.
Menurut Ary H. Gunawan (1996: 143), kegiatan yang
dilakukan dalam pelaksanaan inventarisasi adalah :
1) Mencatat semua barang inventarisasi di dalam “Buku
Induk Inventaris” dan buku pembantu “Buku
Golongan Inventaris”.
2) Memberikan koding pada barang-barang yang
diinventarisasikan.
3) Membuat daftar isian atau format inventaris.
4) Membuat daftar rekapitulasi tahunan.

f. Penghapusan Sarana dan Prasarana Pendidikan


Kegiatan yang terakhir dalam administrasi sarana dan
prasarana pendidikan yaitu kegiatan penghapusan sarana
dan prasarana pendidikan yang disebabkan oleh sarana dan
prasarana yang ada di sekolah sudah tidak memiliki
kegunaan lagi atau daya pakainya sudah menurun.
Menurut Ary H. Gunawan (1996: 149), “Penghapusan
merupakan proses kegiatan yang bertujuan untuk
mengeluarkan atau menghilangkan barang-barang milik
negara dari daftar inventaris negara berdasarkan peraturan
perundang-undangan yang berlaku”.
Menurut Wahyunigrum seperti yang dikutip oleh
Tatang M. Amirin, dkk (2010: 86), “Penghapusan ialah proses
kegiatan yang bertujuan untuk menghapus barang-barang
milik negara atau kekayaan negara dari daftar inventarisasi
berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku”.

83
Sohiron

Menurut Suharsimi Arikunto dan Lia Yuliana (2008:


281), penghapusan mempunyai arti:
1) Mencegah atau sekurang-kurangnya membatasi kerugian
yang jauh lebih besar, yang disebabkan oleh:
a) Pengeluaran yang semakin besar untuk biaya
perawatan dan perbaikan atau pemeliharaan terhadap
barang yang semakin buruk kondisinya.
b) Pemborosan biaya untuk pengamanan barang-barang
kelebihan atau barang lain yang karena beberapa
sebab, tidak dapat dipergunakan lagi.
2) Meringankan beban kerja inventarisasi karena banyaknya
barang-barang yang tinggal menyusut.
3) Membebaskan barang-barang dari tanggung jawab satuan
organisasi atau lembaga yang mengurusnya.
Menurut Ary H. Gunawan (1996: 150), bahwa
penghapusan sarana pendidikan mempunyai arti:
1) Mencegah atau sekurang-kurangnya membatasi kerugian
atau pemborosan biaya untuk keperluan
pemeliharaan/perbaikan/ pengamanan barang-barang
yang semakin buruk kondisinya, barang-barang yang
berkelebihan dan/atau tidak dapat dipergunakan lagi.
2) Meringankan beban kerja dan tanggung jawab
pelaksanaan inventaris.
3) Membebaskan suatu organisasi dari pengurusan dan
penanggung jawaban barang yang tidak produktif lagi.
4) Membebaskan ruangan atau pekarangan kantor dari
penumpukan barang-barang yag tidak dipergunakan lagi,
sehingga seluruh kantor pada umumnya kelihatan bersih
dan rapi serta sehat.

Adapun beberapa hal yang harus diperhatikan dalam


melaksanakan penghapusan sarana pendidikan yaitu:
1) Syarat-syarat penghapusan sarana dan prasarana
pendidikan

84
Administrasi dan Supervisi Pendidikan

Menurut Ibrahim Bafadal (2008: 62), sarana dan prasarana


pendidikan di sekolah yang memenuhi syarat
penghapusan adalah barang-barang:
a) Dalam keadaan rusak berat sehingga tidak
dimanfaatkan lagi;
b) Tidak sesuai dengan kebutuhan;
c) Kuno, yang penggunaannya tidak sesuai lagi;
d) Terkena larangan;
e) Mengalami penyusutan di luar kekuasaan pengurus
barang;
f) Yang biaya pemeliharaannya tidak seimbang dengan
kegunaannya;
g) Berlebihan, yang tidak digunakan lagi;
h) Dicuri;
i) Diselewengkan; dan
j) Terbakar atau musnah akibat adanya bencana alam.
Menurut Suharsimi Arikunto dan Lia Yuliana (2008: 281),
syarat-syarat penghapusan sarana dan prasarana
pendidikan, antara lain:
a) Dalam keadaan rusak berat yang sudah dipastikan
tidak dapat diperbaiki lagi atau dipergunakan lagi;
b) Perbaikan akan menelan biaya yang sangat besar
sekali sehingga merupakan pemborosan uang negara;
c) Secara teknis dan ekonomis kegunaan tidak seimbang
dengan biaya pemeliharaan;
d) Penyusutan di luar kekuasaan pengurus barang;
e) Tidak sesuai lagi dengan kebutuhan masa kini;
f) Barang-barang yang jika disimpan lebih lama akan
rusak dan tidak dapat dipakai lagi;
g) Ada penurunan efektivitas kerja; dan
h) Dicuri, dibakar, diselewengkan, musnah akibat
bencana alam dan sebagainya.
2) Tahap-tahap penghapusan sarana dan prasarana
pendidikan Menurut Ibrahim Bafadal seperti yang
dikutip oleh Tatang M. Amirin (2010: 86) langkah-langkah
penghapusan perlengkapan pendidikan disekolah adalah:

85
Sohiron

a) Kepala sekolah (bisa dengan menunjuk seseorang)


mengelompokkan perlengkapan yang akan dihapus
dan meletakkan ditempat yang aman namun tetap
berada di lokasi sekolah.
b) Menginventarisasi perlengkapan yang akan dihapus
dengan cara mencatat jenis, jumlah dan tahun
pembuatan perlengkapan tersebut.
c) Kepala sekolah mengajukan usulan penghapusan
barang dan pembentukan panitia penghapusan, yang
dilampiri dengan data barang yang rusak (yang akan
dihapusnya) ke kantor dinas pendidikan kota atau
kabupaten.
d) Setelah SK penghapusan dari kantor dinas pendidikan
kota atau kabupaten terbit, selanjutnya panitia
penghapusan segera bertugas yaitu memeriksa
kembali barang yang rusak berat, biasanya dengan
membuat berita acara pemeriksaan.
e) Panitia mengusulkan penghapusan barang-barang
yang terdaftar dalam berita acara pemeriksaan,
biasanya perlu ada pengantar dari kepala sekolah
kemudian usulan itu diteruskan ke kantor pusat
Jakarta.
f) Begitu surat penghapusan dari Jakarta datang, bisa
segera dilakukan penghapusan terhadap
barangbarang tersebut. Ada dua kemungkinan
penghapusan perlengkapan sekolah yaitu
dimusnakan dan dilelang. Apabila dilelang yang
berhak melelang adalah kantor lelang setempat dan
hasil lelang menjadi milik negara.
Menurut Suharsimi Arikunto dan Lia Yuliana (2008: 282),
penghapusan atau penyingkiran sarana dan prasarana
pendidikan dapat melalui tahap-tahap berikut ini:
a) Pemilihan barang yang dilakukan tiap tahun
bersamaan dengan waktu memperkirakan waktu
kebutuhan;

86
Administrasi dan Supervisi Pendidikan

b) Memperhitungkan faktor-faktor penyingkiran dan


penghapusan ditinjau dari segi nilai uang;
c) Membuat perencanaan;
d) Membuat surat pemberitahuan kepada yang akan
diadakan penyingkiran dengan menyebutkan barang-
barang yang akan disingkirkan;
e) Melaksanakan penyingkiran dengan cara:
(1) Mengadakan lelang;
(2) Mengibahkan kepada badan orang lain;
(3) Membakar; dan
(4) Penyingkiran disaksikan oleh atasan.
f) Membuat berita acara tentang pelaksanaan
penyingkiran.

g. Pengawasan Sarana dan Prasarana Pendidikan


Kegiatan pengawasan terhadap sarana dan prasarana
pendidikan dilakukan untuk mengontrol sarana dan
prasarana pendidikan apakah dalam keadaan baik atau tidak.
Agar sarana dan prasarana pendidikan siap pakai sehingga
kegiatan belajar mengajar tidak terganggu. Menurut Prajudi
Atmosudirjo (1982: 213), “pengawasan merupakan
keseluruhan dari pada kegiatan yang membandingkan atau
mengukur apa yang sedang atau sudah dilaksanakan dengan
kriteria, norma-norma, standar atau rencana-rencana yang
telah ditetapkan sebelumnya”. Menurut Hani Handoko (2003:
25), “pengawasan adalah penetapan standar, pengukuran
dan pengambilan tindakan korektif”.

E. Administrasi Hubungan Masyarakat


1. Pengertian Hubungan masyarakat
Hubungan masyarakat dengan sekolah merupakan
komunikasi dua arah antara organisasi dengan publik secara
timbal balik dalam rangka mendukung fungsi dan tujuan
manajemen dengan meningkatkan pembinaan kerja sama
serta pemenuhan kepentingan bersama.

87
Sohiron

Secara lebih umum dikatakan bahwa hubungan


sekolah dan masyarakat diartika sebagai suatu proses
komunikasi dengan tujuan meningkatkan pengertian warga
masyarakat tentang kebutuhan dan praktek pendidikan serta
berupaya dalam memperbaiki sekolah.61
Berikutnya saluran komunikasi yang dilakukan oleh
lembaga dapat dilakukan melalui beberapa saluran,
diantaranya :
a. Transparansi laporan keungan sekolah terhadap orang
tua murid;
b. Buletin sekolah;
c. Surat kabar;
d. Pameran sekolah;
e. Open house;
f. Kunjungan ke sekolah;
g. Kunjungan ke rumah siswa;
h. Penjelasan oleh staf sekolah;
i. Gambaran keadaan sekolah melalui siswa;
j. Melalui radio dan televisi; dan
k. Laporan tahunan dan lain-lain. 62
Masyarakat memiliki peran yang sangat penting
terhadap keberadaan kelangsungan bahkan kemajuan
lembaga pendidikan. Setidaknya salah satu parameter
penentu nasib lembaga pendidikan adalah masyarakat.
Apabila ada lembaga pendidikan yang maju salah satu faktor
keberhasilan tersebut adalah keterlibatan masyarakat yang
maksimal. Begitu pula sebaliknya apabila ada lembaga
pendidikan yang bernasib memprihatinkan salah satu
penyebabnya adalah kurangnya dukunagan masyarakat.
Kepercayaan masyarakat menjadi salah satu kunci
kemajuan lembaga pendidikan. Ketika masyarakat memiliki
kepercayaan terhadap lembaga pendidikan mereka bukan

61 Tim Dosen Administrasi Pendidikan, Manajemen Pendidikan, 2011

(Bandung : Alfabeta), hlm. 278


62 Tim Dosen Administrasi Pendidikan. Op.cit, hlm. 282

88
Administrasi dan Supervisi Pendidikan

hanya akan mendunkung penuh dengan menyekolahkan


putra putrinya ke dalam lembaga pendidikan tersebut,
bahkan mempengaruhi orang lain untuk melakukan hal yang
sama. Demikian pula sebaliknya ketika masyarakat tidak
percaya, mereka bukan hanya tidak mau memasukkan putra
putrinya ke lembaga pendidikan tersebut, tetapi bahkan
memprovokasi tetangga atau kawannya. Ini berarti,
masyarakat merupakan komponen strategis yang harus
mendapat perhatian penuh oleh manajer pendidikan.
Masyarakat memiliki posisi ganda yaitu sebagai objek
dan subjek, keduanya memiliki makna fungsional bagi
pengelolaan lembaga pendidikan. Ketika lembaga
pendidikan sedang melakukan promosi penerimaan calon
siswa atau santri baru masyarakat merupakan objek yang
mutlak dibutuhkan. Sementara itu respon masyarakat
tehadap promosi itu menempatkan mereka sebagai subjek
yang memiliki kewenangan penuh untuk menerima atau
menolaknya. Posisi masyarakat sebagai subjek juga terjadi
ketika mereka menjadi pengguna lulusan lembaga tersebut.
Oleh karena itu hubungan dengan masyarakat harus dikelola
dengan baik.63
Dari segi pelaku, dukungan masyarakat sangat
variatif, mulai yang bersifat individual hingga kolektif. Pada
pasal 54 ayat (1) UU RI No 20 tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional ditegaskan, “Peran serta masyarakat
dalam pendidikan meliputi peran serta perseorangan,
kelompok, keluarga, organisasi profesi, pengusaha, dan
organisasi kemasyarakatan dalam penyelenggaraan dan
pengendalian mutu pelayanan pendidikan. Adapun dari segi
bentuknya, partisipasi masyarakat itu bisa berupa gagasan,
kritik membangun, dukungan dan pelaksanaan pendidikan.
Semua bentuk partisipasi ini menjadi penting untuk
mewujudkan tanggung jawab bersama antara pihak lembaga

63 Hamdani, Dasar-Dasar Kepedidikan, 2011 (Bandung : Pustaka Setia),

hlm. 195-196

89
Sohiron

pendidikan dengan masyarakat terhadap masa depan


pendidika.” 64

2. Tujuan dan Fungsi Hubungan Masyarakat


Secara umum hubungan sekolah dan masyarakat
memiliki tujuan yang hendak dicapai yakni berupa
peningkatan mutu pendidikan, sehingga pada gilirannya
masyarakat akan merasakan dampak langsung dari kemajuan
tersebut. Adapun hubungan yang lebih kongkrit hubungan
antara sekolah dan masyarakat antara lain:
a. Guna meningkatkan kualias pembelajaran dan
pertumbuhan peserta didik;
b. Berperan dalam memahami kebutuhan-kebutuhan
masyarakat yang sekaligus menjadi desakan yang
dirasakan saat ini; dan
c. Berguna dalam mengembangkan program-progran
sekolah kearah yang lebih maju dan lebih membumi agar
dapat dirasakan langsung oleh masyarakat sebagai
pengguna jasa pendidikan.65
Elsbree telah mengemukakan tujuan hubungan
sekolah dengan masyarakat sebagai berikut:
a. Untuk meningkatkan kualitas belajar dan pertumbuhan
anak.
b. Untuk meningkatkan pemahaman masyarakat akan
pentingnya pendidikan dan meningkatkan kualitas
kehidupan masyarakat.
c. Untuk mengembangkan antusiasme/semangat saling
bantu antara sekolah dengan masyarakat demi kemajuan
kedua belah pihak.
Ketiga tujuan tersebut menggambarkan adanya “two
way trafic” atau dua arus komunikasi yang saling timbal balik
antara sekolah dengan masyarakat. Hubungan sekolah
dengan masyarakat akan berjalan dengan baik apabila terjadi

64 Ibid. Hlm. 196


65 Tim Dosen Administrasi Pendidikan. Op.cit, hlm. 280

90
Administrasi dan Supervisi Pendidikan

kesepakatan antara sekolah dengan masyarakat tentang


“policy” (kebijakan), perencanaan program dan strategi
pelaksanaan pendidikan di sekolah. Dengan demikian tidak
ada lagi “barrier” atau penghalang dalam melaksanakan
program hubungan sekolah dengan masyarakat.66
Adapun peran serta fungsi sekolah dalam
mengembangkan hubungannya dengan masyarakat antara
lain bertujuan dalam merumuskan saluran-saluran
komunikasi yang dapat dipergunakan baik oleh sekolah
maupun oleh masyarakat yang notabene selama ini diabaikan
dan bahkan hal inilah yang menyebabkan komunikasi
sekolah dan masyarakat selama ini kurang harmonis.67
Fungsi hubungan sekolah dengan masyarakat dapat
dirumuskan sebagai berikut:
a. Mengembangkan pengertian masyarakat tentang semua
aspek pelaksanaan program pendidikan di sekolah.
b. Dapat menetapkan bagaimana harapan masyarakat
terhadap sekolah dan apa harapan-harapannya mengenai
tujuan-tujuan pendidikan di sekolah.
c. Memperoleh bantuan secukupnya dari masyarakat untuk
sekolahnya, baik finansial, material maupun moril.
d. Menimbulkan rasa tanggung jawab yang lebih besar pada
masyarakat terhadap kualitas pendidikan yang dapat
diberikan oleh sekolah.
e. Merealisasikan perubahan-perubahan yang diperlukan
dan memperoleh fasilitas dalam merealisasikan
perubahan-perubahan itu.
f. Mengikutsertakan masyarakat secara kooperatif dalam
usaha-usaha memecahkan persoalan pendidikan.
g. Meningkatkan semangat kerja sama antara sekolah
dengan masyarakat, dan meningkatkan partisipasi

66Dedy Achmad Kurniady, Bahan Ajar Humas, http://file.upi.edu.com


67 Tim Dosen Administrasi Pendidikan. Op.cit, hlm. 281

91
Sohiron

kepemimpinan untuk meningkatkan kehidupan dalam


masyarakat.68

3. Bentuk Hubungan Kerja Sama Antara Sekolah Dengan


Masyarakat
Bentuk hubungan kerja sama ini di antaranya yaitu
dengan dewan pendidikan dan komite sekolah. Dasar hukum
dewan pendidikan dan komite sekolah terdapat dalam PP
Nomor 17 tahun 2010 sebagaimana telah dirubah menjadi
Nomor 66 tahun 2010. Dalam Pasal 192 (2) dengan tegas
dijelaskan bahwa ”Dewan Pendidikan berfungsi dalam
peningkatan mutu pelayanan pendidikan dengan
memberikan pertimbangan, arahan dan dukungan tenaga,
sarana dan prasarana, serta pengawasan pendidikan pada
tingkat nasional, provinsi, dan kabupaten/kota”. Tampak
jelas bahwa rumusan Pasal 192 (2) PP Nomor 17 Tahun 2010
merupakan penjabaran dari Pasal 56 (3) UU Nomor 20 Tahun
2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, yang di dalam
Panduan Umum Dewan Pendidikan dan Komite Sekolah
disebutkan sebagai peran dan fungsi Dewan Pendidikan dan
Komite Sekolah. Sementara dalam Pasal 192 (3) disebutkan
bahwa fungsi Dewan Pendidikan adalah meningkatkan mutu
layanan pendidikan.
a. Hubungan Sekolah Dengan Dewan Pendidikan
Dewan Pendidikan merupakan badan yang
bersifat mandiri, tidak mempunyai hubungan hierarkis
dengan satuan pendidikan maupun lembaga pemerintah
lainnya. Posisi Dewan Pendidikan, Komite Sekolah,
satuan pendidikan, dan lembaga-lembaga pemerintah
lainnya mengacu pada kewenangan masing-masing
berdasarkan ketentuan yang berlaku.
Peran yang dijalankan Dewan Pendidikan adalah
sebagai pemberi pertimbangan dalam penentuan dan
pelaksanaan kebijakan pendidikan. Badan tersebut juga

68 Dedy Achmad Kurniady, Op.cit

92
Administrasi dan Supervisi Pendidikan

berperan sebagai pendukung baik yang berwujud


finansial, pemikiran maupun tenaga dalam
penyelenggaraan pendidikan. Di samping itu juga Dewan
Pendidikan berperan sebagai pengontrol dalam rangka
transparansi dan akuntabilitas penyelenggaraan dan
keluaran pendidikan, serta sebagai mediator antara
pemerintah (eksekutif) dan Dewan Perwakilan Rakyat
Daerah (Legislatif) dengan masyarakat.
b. Hubungan Sekolah dengan Komite Sekolah
Komite Sekolah adalah badan mandiri yang
mewadahi peranserta masyarakat dalam rangka
meningkatkan mutu, pemerataan, dan efisiensi
pengelolaan pendidikan di satuan pendidikan, baik pada
pendidikan pra sekolah, jalur pendidikan sekolah
maupun jalur pendidikan luar sekolah.
Nama badan disesuaikan dengan kondisi dan
kebutuhan daerah masing- masing satuan pendidikan,
seperti Komite Sekolah, Komite Pendidikan, Komite
Pendidikan Luar Sekolah, Dewan sekolah, Majelis
Sekolah, Majelis Madrasah, Komite TK, atau nama lain
yang disepakati.
Komite Sekolah berkedudukan di satuan
pendidikan. Komite Sekolah dapat terdiri dari satu satuan
pendidikan, atau beberapa satuan pendidikan dalam
jenjang yang sama, atau beberapa satuan pendidikan
yang berbeda jenjang tetapi berada pada lokasi yang
berdekatan, atau satuan-satuan pendidikan yang dikelola
oleh suatu penyelenggara pendidikan, atau karena
pertimbangan lainnya. Badan ini bersifat mandiri, tidak
mempunyai hubungan hierarkis dengan lembaga
pemerintahan.
Komite sekolah bertanggung jawab dalam
penyusunan perencanaan strategik dan tahunan sekolah,
perumusan kebijakan sekolah, pemenuhan kebutuhan
sekolah, anggaran sekolah, ikut memantau kegiatan

93
Sohiron

keseharian sekolah, menilai keberhasilan pelaksanaan


program-program sekolah.69
Komite sekolah memiliki empat peran dalam
meningkatkan layanan pendidikan di satuan pendidikan,
70 sebagai berikut:

1) Pemberi pertimbangan (advisory agency)


Pemberi pertimbangan (advisory agency) dalam
penentuan dan pelaksanaan kebijakan pendidikan di
tingkat satuan pendidikan, minimal dalam memberikan
masukan, pertimbangan dan rekomendasi kepada satuan
pendidikan. Supaya masukan tersebut sesuai dengan
kebutuhan satuan pendidikan, diperlukan informasi-
informasi yang didasarkan pada kegiatan-kegiatan
sebagai berikut:
a) Mengadakan pendataan kondisi sosial ekonomi
masyarakat dan sumberdaya pendidikan di
masyarakat sekitar sekolah.
b) Menganalisis hasil pendataan sebagai bahan
pemberian masukan, pertimbangan dan rekomendasi
kepada sekolah.
c) Menyampaikan masukan, pertimbangan atau
rekomendasi secara tertulis kepada sekolah.
d) Memberikan pertimbangan kepada sekolah dalam
rangka pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP).
e) Memberikan pertimbangan kepada sekolah untuk
meningkatan mutu pembelajaran.
f) Memberikan pertimbangan kepada sekolah untuk
menyelenggarakan pembelajaran yang
menyenangkan (PAKEM).
g) Memberikan masukan dan pertimbangan kepada
sekolah dalam penyusunan visi, misi, tujuan,

69 Tim Dosen Administrasi Pendidikan. Op.cit, hlm. 283


70 Yadi Haryadi, dkk, Modul 1: Penguatan Kelembagaan Komite Sekolah,
Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah, Jakarta, 2006,
Hal. 18-19.

94
Administrasi dan Supervisi Pendidikan

kebijakan, program dan kegiatan pendidikan di


sekolah.
h) Memberikan masukan dan pertimbangan kepada
sekolah dalam penyusunan RAPBS.

2) Pendukung (supporting agency)


Pendukung (supporting agency) baik yang
berwujud finansial, pemikiran, maupun tenaga dalam
penyelenggaraan pendidikan di satuan pendidikan,
minimal dalam mendorong tumbuhnya perhatian dan
komitmen masyarakat terhadap penyelengaraan
pendidikan yang bermutu, dalam bentuk kegiatan-
kegiatan sebagai berikut:
a) Mengadakan pertemuan secara berkala dengan
stakeholders di lingkungan sekolah.
b) Mendorong peran serta masyarakat dan dunia
usaha/industri untuk mendukung penyelenggaraan
pembelajaran yang bermutu.
c) Memotivasi masyarakat kalangan menengah ke atas
untuk meningkatkan komitmennya bagi upaya
peningkatan mutu pembelajaran di sekolah.
d) Mendorong orang tua dan masyarakat untuk
berpartisipasi dalam pendidikan, seperti;
(1) Mendorong peran serta masyarakat dan dunia
usaha/industri dalam penyediaan
sarana/prasarana serta biaya pendidikan untuk
masyarakat tidak mampu.
(2) Ikut memotivasi masyarakat untuk melaksanakan
kebijakan pendidikan sekolah.

3) Pengontrol (controlling agency)


Pengontrol (controlling agency) dalam rangka
tranparansi dan akuntabilitas penyelenggaraan dan
keluaran pendidikan di satuan pendidikan. Minimal
melakukan evaluasi dan pengawasan terhadap kebijakan,
program, penyelenggaraan, dan keluaran pendidikan dari

95
Sohiron

satuan pendidikan. Dalam bentuk kegiatan-kegiatan


sebagai berikut:
a) Meminta penjelasan sekolah tentang hasil belajar
siswa di sekolahnya.
b) Mencari penyebab ketidakberhasilan belajar siswa,
dan memperkuat berbagai hal yang menjadi
keberhasilan belajar siswa.
Komite Sekolah menyampaikan hasil kajian
pelaksanaan program sekolah kepada stakeholder secara
periodik, baik yang berupa keberhasilan maupun
kegagalan dalam pencapaian tujuan dan sasaran program
sekolah. Menyampaikan laporan pertanggungjawaban
bantuan masyrakat baik berupa materi, maupun non
materi kepada masyarakat dan pemerintah setempat.

4) Mediator
Komite sekolah merupakan mediator antara
pemerintah (eksekutif) dengan masyarakat di satuan
pendidikan, seperti :
a) Melakukan kerjasama dengan masyarakat baik
perorangan, organisasi pemerintah dan
kemasyarakatan untuk penyelenggaraan pendidikan
dan pembelajaran yang bermutu.
(1) Membina hubungan dan kerjasama yang
harmonis dengan seluruh stakeholders pendidikan
di sekitar sekolah.
(2) Mengadakan penjajagan tentang kemungkinan
untuk dapat mengadakan kerjasama dengan
lembaga lain di luar sekolah untuk memajukan
mutu pembelajaran di sekolah.
b) Menampung dan menganalisis aspirasi, ide, tuntutan
dan berbagai kebutuhan pendidikan yang diajukan
oleh masyarakat, dalam bentuk:
(1) Menyebarkan kuesioner untuk memperoleh
masukan, saran dan ide kreatif dari stakeholder
pendidikan di sekitar sekolah.

96
Administrasi dan Supervisi Pendidikan

(2) Menyampaikan laporan kepada masyarakat secara


tertulis tentang hasil pengamatannya terhadap
perkembangan pendidikan di daerah sekitar
sekolahnya.

F. Administrasi Keuangan
1. Pengertian Administrasi Keuangan
Administrasi keuangan sekolah merupakan langkah
pengolahan keuangan sekolah mulai dari penerimaan sampai
dengan bagaimana mempertanggung- jawabkan keuangan
yang digunakan secara obyektif dan sistematis. Langkah
tersebut sangat penting sekali diperhatikan, karena masalah
pembiayaan adalah menjadi sarana vital bagi mati hidupnya
suatu organisasi sekolah. 71
Mulyono, berpendapat bahwa administrasi keuangan
sekolah adalah seluruh proses kegiatan yang direncanakan
dan dilaksanakan atau diusahakan secara sengaja dan
sungguh-sungguh, serta pembinaan secara kontinu terhadap
biaya operasional sekolah sehingga kegiatan pendidikan
lebih efektif dan efisien serta membantu pencapaian tujuan
pendidikan.72
Dengan demikian, administrasi keuangan sekolah
adalah sebuah analisis terhadap sumber-sumber pendapatan
(revenue) dan penggunaan biaya (expenditure) yang
diperuntukkan sebagai pengelolaan pendidikan secara efektif
dan efisien dalam rangka mencapai tujuan yang telah
ditentukan.

71 Burhanuddin, Analisis Administrasi dan Kepemimpinan Pendidikan, (

Jakarta: Bumi Aksara, 1994), hlm. 59.


72 Mulyono, Manajemen Administrasi & Organisasi Pendidikan,
(Yogyakarta: AR-RUZZ MEDIA, 2009), hlm. 181.

97
Sohiron

2. Prinsip-prinsip pengelolaan administrasi keuangan


sekolah
Pengelolaan keuangan sekolah harus memperhatikan
prinsip-prinsip sebagaimana tertuang dalam Undang-undang
No 20 Tahun 2003 pasal 48 menyatakan bahwa pengelolaan
dana pendidikan berdasarkan pada prinsip keadilan,
efisiensi, transparansi, dan akuntabilitas publik. Di samping
itu prinsip efektivitas juga perlu mendapat penekanan.
Berikut ini dibahas masing-masing prinsip tersebut, yaitu
transparansi, akuntabilitas, efektivitas, dan efisiensi.

a. Transparansi
Transparan berarti adanya keterbukaan. Transparan
di bidang manajemen berarti adanya keterbukaan dalam
mengelola suatu kegiatan. Di lembaga pendidikan, bidang
manajemen keuangan yang transparan berarti adanya
keterbukaan dalam manajemen keuangan lembaga
pendidikan, yaitu keterbukaan sumber keuangan dan
jumlahnya, rincian penggunaan, dan
pertanggungjawabannya harus jelas sehingga bisa
memudahkan pihak-pihak yang berkepentingan untuk
mengetahuinya.
Transparansi keuangan sangat diperlukan dalam
rangka meningkatkan dukungan orang tua, masyarakat dan
pemerintah dalam penyelenggaraan seluruh program
pendidikan di sekolah. Di samping itu transparansi dapat
menciptakan kepercayaan timbal balik antara pemerintah,
masyarakat, orang tua siswa dan warga sekolah melalui
penyediaan informasi dan menjamin kemudahan di dalam
memperoleh informasi yang akurat dan memadai.
Beberapa informasi keuangan yang bebas diketahui
oleh semua warga sekolah dan orang tua siswa misalnya
Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja Sekolah (RAPBS)
bisa ditempel di papan pengumuman di ruang guru atau di
depan ruang tata usaha sehingga bagi siapa saja yang
membutuhkan informasi itu dapat dengan mudah

98
Administrasi dan Supervisi Pendidikan

mendapatkannya. Orang tua siswa bisa mengetahui berapa


jumlah uang yang diterima sekolah dari orang tua siswa dan
digunakan untuk apa saja uang itu. Perolehan informasi ini
menambah kepercayaan orang tua siswa terhadap sekolah.73

b. Akuntabilitas
Akuntabilitas adalah kondisi seseorang yang dinilai
oleh orang lain karena kualitas performansinya dalam
menyelesaikan tugas untuk mencapai tujuan yang menjadi
tanggung jawabnya. Akuntabilitas di dalam manajemen
keuangan berarti penggunaan uang sekolah dapat
dipertanggungjawabkan sesuai dengan perencanaan yang
telah ditetapkan. Berdasarkan perencanaan yang telah
ditetapkan dan peraturan yang berlaku maka pihak sekolah
membelanjakan uang secara bertanggung jawab.
Pertanggungjawaban dapat dilakukan kepada orang tua,
masyarakat dan pemerintah. Ada tiga pilar utama yang
menjadi prasyarat terbangunnya akuntabilitas, yaitu:
1) Adanya transparansi para penyelenggara sekolah dengan
menerima masukan dan mengikutsertakan berbagai
komponen dalam mengelola sekolah.
2) Adanya standar kinerja di setiap institusi yang dapat
diukur dalam melaksanakan tugas, fungsi dan
wewenangnya.
3) Adanya partisipasi untuk saling menciptakan suasana
kondusif dalam menciptakan pelayanan masyarakat
dengan prosedur yang mudah, biaya yang murah dan
pelayanan yang cepat.

c. Efektivitas
Efektif seringkali diartikan sebagai pencapaian tujuan
yang telah ditetapkan. Garner (2004) mendefinisikan
efektivitas lebih dalam lagi, karena sebenarnya efektivitas

73 Manullang, M.. Dasar-dasar Manajemen. (Jakarta: Ghalia


Indonesia1990)

99
Sohiron

tidak berhenti sampai tujuan tercapai tetapi sampai pada


kualitatif hasil yang dikaitkan dengan pencapaian visi
lembaga. Effectiveness ”characterized by qualitative outcomes”.
Efektivitas lebih menekankan pada kualitatif outcomes.
Manajemen keuangan dikatakan memenuhi prinsip
efektivitas kalau kegiatan yang dilakukan dapat mengatur
keuangan untuk membiayai aktivitas dalam rangka mencapai
tujuan lembaga yang bersangkutan dan kualitatif outcomes-
nya sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan.

d. Efisiensi
Efisiensi berkaitan dengan kuantitas hasil suatu
kegiatan. Efficiency ”characterized by quantitative outputs”
(Garner,2004). Efisiensi adalah perbandingan yang terbaik
antara masukan (input) dan keluaran (out put) atau antara
daya dan hasil. Daya yang dimaksud meliputi tenaga,
pikiran, waktu, biaya. Perbandingan tersebut dapat dilihat
dari dua hal:
1) Dilihat dari segi penggunaan waktu, tenaga dan biaya:
Kegiatan dapat dikatakan efisien kalau penggunaan
waktu, tenaga dan biaya yang sekecil-kecilnya dapat
mencapai hasil yang ditetapkan.
2) Dilihat dari segi hasil
Kegiatan dapat dikatakan efisien kalau dengan
penggunaan waktu, tenaga dan biaya tertentu
memberikan hasil sebanyak-banyaknya baik kuantitas
maupun kualitasnya.

3. Sumber Hukum Pendanaan Pendidikan


Biaya pendidikan adalah salah satu komponen
istrumental yang sangat penting dalam penyelenggaraan
pendidikan disekolah. Keuangan dan pendanaan
merupakan salah satu sumber daya yang secara langsung
menunjang efektifitas dan efisiensi pengelolaan
pendidikan. Pendanaan pendidikan ini telah diatur dalam
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 48

100
Administrasi dan Supervisi Pendidikan

Tahun 2008 tentang pendanaan pendidikan yaitu pasal 2


ayat 1 bahwa “Pendanaan pendidikan menjadi tanggung jawab
bersama antara Pemerintah, pemerintah daerah, dan masyarakat”
Dari ayat diatas dapat diartikan bahwa pendanaan
pendidikan merupakan tanggung jawab pemerintah,
pemerintah daerah serta masyarakat. Yang dimaksud
pemerintah pada ayat ini adalah Pemerintah Pusat,
sedangkan pemerintah daerah meliputi Pemerintah
Provinsi, Pemerintah Kabupaten, atau Pemerintah Kota.
Sementara yang dimaksud dengan masyarakat adalah
penyelenggara atau satuan pendidikan yang didirikan
masyarakat.

4. Sumber Pendanaan Pendidikan


Sumber biaya pendidikan meliputi biaya biaya
investasi dan biaya operasi.
a. Biaya investasi
Biaya investasi adalah biaya penyelenggaraan
pendidikan yang sifatnya lebih permanen dan dapat
dimanfaatkan jangka waktu relatif lama, lebih dari satu
tahun. Biaya investasi terdiri dari biaya investasi lahan dan
biaya investasi selain lahan. Biaya investasi menghasilkan
aset dalam bentuk fisik dan non fisik, berupa kapasitas atau
kompetensi sumber daya manusia. Dengan demikian,
kegiatan pengembangan profesi guru termasuk ke dalam
investasi yang perlu mendapat dukungan dana yang
memadai.
b. Biaya operasi
Biaya operasi adalah biaya yang diperlukan sekolah
untuk menunjang proses pendidikan. Biaya operasi terdiri
dari biaya personalia dan biaya nonpersonalia. Biaya
personalia mencakup gaji dan tunjangan yang melekat
pada gaji, tunjangan struktural, tunjangan fungsional,
tunjangan profesi, dan tunjangan-tunjangan lain yang
melekat dalam jabatannya. Biaya non personalia, antara
lain biaya untuk Alat Tulis Sekolah (ATS), Bahan dan Alat

101
Sohiron

Habis Pakai (yang habis dipakai dalam waktu satu tahun


atau kurang), pemeliharaan dan perbaikan ringan, daya
dan jasa transportasi atau perjalanan dinas, konsumsi,
asuransi, pembinaan siswa/ekstra kurikuler
Dalam konteks pendidikan nasional, pendanaan
pendidikan menjadi tanggung jawab bersama antara
pemerintah pusat, pemerintah daerah dan masyarakat.
a. Pemerintah
Pemerintah bertanggung jawab atas pendanaan
pendidikan dengan mengalokasikan anggaran. Sumber
dana pendidikan, saat ini bersumber dari dana BOS yang
dialokasikan melalui anggaran pendidikan pada anggaran
pendapatan belanja Negara (APBN) maupun anggaran
pendapatan belanja daerah (APBD).
b. Dana Masyarakat
Dana dari masyarakat berasal dari komite sekolah,
atau dari sponsor dan donatur.
c. Dana Swadaya
Beberapa kegiatan yang merupakan usaha mandiri
sekolah yang bisa menghasilkan pendapatan sekolah
diantaranya adalah pengelolaan kantin sekolah, koperasi
sekolah, wartel, jasa antar jemput siswa, bahkan sampai
mencari sponsor.
Orang tua atau wali peserta didik bertanggung jawab
atas biaya pribadi peserta didik yaitu biaya yang terkait
dengan kebutuhan-kebutuhan pokok maupun relatif dari
peserta didik itu sendiri seperti transportasi ke sekolah,
seragam sekolah, buku-buku penunjang, kursus tambahan,
dan sejenisnya. Selain itu, orang tua atau wali peserta
didik juga memikul sebagian biaya satuan pendidikan
untuk menutupi kekurangan pendanaan yang
disediakan oleh penyelenggara satuan pendidikan.
Pihak lain yang memiliki perhatian terhadap
pendidikan dapat memberikan sumbangan pendidikan
secara sukarela dan sama sekali tidak mengikat kepada
satuan pendidikan, yang harus dikelola secara transparan.

102
Administrasi dan Supervisi Pendidikan

5. Kegiatan Mengelola Dana Pendidikan


a. Perencanaan/ Penganggaran Keuangan (Budgeting)
Menurut Nanang Fattah (2000:47), penganggaran
merupakan kegiatan atau proses penyusunan anggaran
(budget). Sementara itu anggaran atau budget adalah
merupakan rencana operasional yang dinyatakan secara
kuantitatif dalam bentuk satuan uang yng digunakan
sebagai pedoman dalam melaksanakan kegiatan-kegiatan
lembaga dalam kurun waktu tertentu. Sementara itu
menurut Djamaluddin (1977:11), anggaran adalah sejenis
rencana yang menggambarkan rangkaian tindakan atau
kegiatan dalam bentuk angka-angka dari segi uang untuk
suatu jangka tertentu.
Dengan demikian, penganggaran dan anggaran tidak
semata-mata berkaitan dengan uang, namun juga
memberi gambaran tentang program kegiatan yang akan
dilaksanakan disertai dengan besaran dana/biaya yang
dialokasikannya, sehingga terdapat dua hal yang perlu
mendapat perhatian, yaitu besaran dana untuk
membiayai kegiatan serta kegiatannya sendiri.
Dalam setiap anggaran tergambar dua sisi penting
yaitu sisi penerimaan dan atau rencana penerimaan dan
sisi pengeluaran. Sisi penerimaan menunjukkan sumber-
sumber dari mana dana itu diperoleh apakah dari
pemerintah, baik pemerintah pusat maupun pemerintah
daerah, dari orang tua, dari masyarakat, atau dari sumber
lain yang dibenarkan, sedangkan sisi pengeluaran
menggambarkan alokasi besarnya biaya pendidikan
untuk setiap komponen yang harus dibiayai (Nanang
Fattah, 2000:48). Dengan demikian, anggaran suatu
lembaga dapat menggambarkan kegiatan/program yang
akan atau sudah dilaksanakan serta besaran biaya yang
dikeluarkan sehingga dapat diketahui efektifitas dan

103
Sohiron

efesiensi pelaksanaan program yang tecantum dalam


anggran.74
Beberapa hal yang perlu mendapat perhatian
dalam menyusun rencana keuangan sekolah sebagai
berikut.
1) Perencanaan harus realistis
Perencanaan harus mampu menilai bahwa alternatif
yang dipilih sesuai dengan kemampuan
sarana/fasilitas, daya/ tenaga, dana, maupu waktu.
2) Perlunya koordinasi dalam perencanaan
Perencanaan harus mampu memperhatikan cakupan
dan sarana/volume kegiatan sekolah yang kompleks.
3) Perencanaan harus berdasarkan pengalaman,
pengetahuan, dan intuisi.
Pengalaman, pengetahuan, dan intuisi, mampu
menganalisa berbagai kemungkinan yang terbaik
dalam menyususn perencanaan.
4) Perencanaan harus fleksible (luwes)
Perencanaan mampu menyesuaikan dengan segala
kemungkinan yang tidak diperhatikan sebelumnya
tanpa harus membuat revisi.
5) Perencanaan yang didasrkan penelitian
Perencanaan yang berkualitas perlu didukung suatu
data yang lengkap dan akurat melalui suatu
penelitian.

1) Fungsi Anggaran
Anggaran di samping sebagai alat untuk
perencanaan dan pengendalian manajemen, juga
merupakan alat bantu bagi manajemen dalam
mengarahkan suatu organisasi dalam posisi yang kuat
atau lemah (Nanang Fattah, 2000:49). Sementara beberapa

74 Op. Cit, Uhar Suharsaputra, hlm. 293-294

104
Administrasi dan Supervisi Pendidikan

fungsi anggaran dalam manajemen organisasi sektor


publik menurut Dedy Noriawan adalah sebagai berikut:75
a) Anggaran sebagai alat perencanaan
Dengan fungsi ini organisasi tahu apa yang harus
dilakukan dan kearah mana kebijakan dibuat.
b) Anggaran sebagai alat pengendalian
Dengan adanya anggaran organisasi sektor publik
dapat menghindari adanya pengeluaran yang terlalu
besar (overpending) atau adanya penggunaan dana
yang tidak semestinya (misspending).
c) Anggaran sebagai alat kebijakan
Dengan adanya anggaran organisasi sektor publik
dapat menentukan arah atas kebikan tertentu.
d) Anggaran sebagai alat politik
Dengan adanya anggaran dapat dilihat komitmen
pengelola dalam melaksanakan proram-program yang
telah dijanjikan.
e) Anggaran sebagai alat koordinasi dan komunikasi
Dengan dokumen-dokumen anggaran yang bersifat
komprehesif sebuah bagian atau unit kerja atau
depertemen dapat mengetahui apa yang akan
dilakukan oleh masing-masing bagian atu unit kerja
lainnya.
f) Anggaran sebagai alat penilaian kinerja
Anggaran adalah suatu ukuran yang bisa menjadi
patokan apakah suatu bagian/unit kerja telah
memenuhi target baik berupa terlaksananya aktivitas
maupun terpenuhinya efesiensi biaya.
g) Anggaran sebagai alat motivasi
Anggaran dapat digunakan sebagai alat komunikasi
dengan menjadikan nilai-nilai nominal yang
tercantum sebagai target pencapaian. Dengan catatan
anggran akan menjadi alat motivasi yang baik jika

75 Tim Dosen ADM Pendidikan Universitas Pendidikn Indonesia,

Manajemen Pendidikan, Bandung:Alfabeta,2013), hlm 11

105
Sohiron

memenuhi sifat menantang tetapi masih mungkin


dicapai. Maksudnya adalah suatu anggaran itu
hendaknya jangan terlalu tinggi sehingga tidak dapat
dipenuhi juga jangan terlalu rendah sehingga terlalu
mudah dicapai.

2) Prinsip-prinsip dan Prosedur Anggaran


Prinsip-prinsip penyusunan anggaran bila
dikaitkan dengan anggaran sebagai alat perencanaan dan
pengendalian menurut Nanang Fattah adalah sebagai
berikut: 76
a) Adanya pembagian wewenang dan tanggung jawab
yang jelas dalam sistem manajemen organisasi.
b) Adanya sistem akuntansi yang memadai dalam
melaksanakan anggarannya.
c) Adanya penelitian dan analisis untuk menilai
organisasi.
d) Adanya dukungan dari pelaksanaan dari tingkat atas
hingga yang paling bawah.
Sedangkan prosedur penyusunan anggaran
adalah sebagai berikut:
a) Mengidentifikasi kegiatan-kegiatan yang akan
dilakukan selama periode anggaran.
b) Mengidentifikasi sumber-sumber yang dinyatakan
dalam uang, jasa dan barang.
c) Semua sumber dinyatakan dalam bentuk uang sebab
anggaran pada dasarnya merupakan pernyataan
finansial.
d) Memformulasikan anggaran dalam bentuk format
yang telah disetujui dan dipergunakan oleh instansi
tertentu.
e) Menyusun usulan anggaran untuk memperoleh
persetujuan dan pihak-pihak yang berwenang.
f) Melakukan revisi usulan anggaran.

76 ibid

106
Administrasi dan Supervisi Pendidikan

g) Persetujuan revisi usulan anggaran.


h) Pengesahan anggaran.

b. Tahap Pelaksanaan (Akunting)


Arens dan Loebbecke,77 menjelaskan bahwa akuntansi
merupakan proses pencatatan, pengelompokkan dan
pengikhtisaran kejadian-kejadian ekonomi dalam bentuk
yang teratur dan logis dengan tujuan menyajikan informsi
keuangan yang dibutuhkan untuk pengambilan
keputusan. Agar penyajian informasi tepat, maka seorang
akuntan harus memiliki pengetahuan yang baik
mengenai prinsip-prinsip dan aturan-aturan dalam
penyusunan informasi akntansi. Di samping itu, seorang
akuntan harus mengembangkan sistem yang dapat
menjamin bahwa semua peristiwa ekonomi yang terjadi
dalam organisasi dapat tercatat dengan mencukupi pada
saat yang tepat dengn biaya yang pantas.
Tujuan dari sistem akuntansi ini adalah untuk
memastikan bahwa data keuangan dan transaksi ekonomi
diinputkan secara tepat kedalam catatan akuntansi, serta
laporan-laporan yang perlu disajikan secara akurat dan
tepat waktu.
Komponen-komponen sistem akuntansi, secara
tradisional sistem akuntansi terdiri dari komponen-
komponen berikut:
1) Bagan Perkiraan/akun
Bagan perkiraan adalah daftar masing-masing item, di
mana pencatatannya dibagi dalam lima katagori.
a) Aktiva
b) Utang
c) Aktiva bersih
d) Pendapatan
e) Belanja

77 ibid

107
Sohiron

Masing-masing pencatatan ditetukan dengan


mengidentifikasikan angka yang diinput ke sistem
akuntansi.
2) Buku Besar
Buku besar mengklasifikasikan informasi pencatatan,
dimana bagan perkiraan atau akun bertindak sebagai
daftar isi buku besar. Dalam sistem manual, ringkasan
total dari seluruh jurnal dimasukkan ke dalam buku
besar setiap bulannya dimana hal inilikakukan selama
satu tahun dan dilaporkan pada tanggal neraca.
Dalam sistem komputerisasi, data secara khusus
dimasukkan ke sistem sekali saja. Saat entri data telah
disetujui oleh pemakai, perangkat lunak memasukkan
informasi itu ke seluruh laporan, dimana angka yang
dicatat akan muncul.

3) Jurnal
Jurnal digunakan untuk mencatat semua transaksi
akuntansi sebelum diklasifikasikan ke buku besar.
Jurnal mengatur informasi secara kronologis dan
sesuai dengan jenis transakasi. Contoh:
a) Jurnal untuk mencatat transaksi pengeluaran kas
adalah pencatatan secara kronologis atas cek yang
ditulis, yang dikategorikan menurut bagan
perkiraan/akun.
b) Jurnal untuk mencatat transakasi penerimaan kas
adalah pencatatan secara kronologis atas seluruh
setoran yang dibuat, yang dikatagorikan menurut
bagan perkiraan/akun.
c) Jurnal untuk mencatat transaksi gaji, yaitu jurnal
yang mencatat seluruh transakasi yang berkaitan
dengan penggajian.
d) Jurnal untuk mencatat transaksi pengeluaran kas
dan piutang merupakan bagian akun
pertambahan biaya dan pendapatan. Juranal ini
bermanfaat untuk mengelompokkan transaksi

108
Administrasi dan Supervisi Pendidikan

pertambahan biaya dan/atau pendapatan yang


terlalu banyak melalui jurnal.
4) Buku Cek
Buku cek menyajikan kombinasi jurnal dan buku
besar. Sebagian besar transaksi keuangan akan dicatat
melalui buku cek, dimana tanda penerimaan yang
disetor ke dan dari saldo pembayaran akan buat.

c. Tahap Penilaian (Auditing)


Auditing adalah proses pengumpulan dan
pengevalusian bahan bukti tentang informasi yang dapat
diukur mengenai entinitas ekonomi yang dilakukan
seseorang yang kompeten dan independen untuk
menentukan dan melaporkan kesesuaian informasi
dimaksud dengan kriteria-kriteria yang telah ditetapkan.
auditing seharusnya dilakukan oleh seorang yang
independen dan kompeten.
Untuk melaksanakan audit diperlukan informasi yang
dapat diverifikasi dan sejumlah standar atau kriteria yang
dapat digunakan sebagai pegangan pengevalusian informasi
tersebut. Agar dapat diverifikasi, informasi harus dapat
diukur.
Dalam auditing data akuntansi yang menjadi pokok
adalah menentukan apakah informasi yang tercatat telah
tercermin dengan benar kejadian ekonomi pada periode
akuntansi. Oleh karena itu kriterianya adalan aturan-aturan
akuntansi, maka seorang auditor harus memahami aturan-
aturan dimaksud dengan baiak. Dalam audit laporan
keuangan, aturan-aturan dimaksud adalah prinsip-prinsip
akuntansi yang berlaku umum. Dalam sistem akuntansi
Indonesia, maka standara akauntansi keuangan ditetapkan
oleh IAI (Ikatan Akuntan Indonesia).78

78 ibid

109
Sohiron

6. Rencana Anggaran Pendapatan Belanja Sekolah


/Madrasah
RAPBS (Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja
Sekolah) adalah anggaran terpadu antara penerimaan dan
penggunaan dana serta pengelolaannya dalam memenuhi
seluruh kebutuhan sekolah selama satu tahun pelajaran
berjalan. Dimana sumber dananya berasal dari pemerintah
pusat, pemerintah daerah, masyarakat, dan orangtua/wali
peserta didik. Sumber dana perolehan dan pemakaian dana
dipadukan dengan kondisi objektif kepentingan sekolah
dan penyandang dana.79
Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja Sekolah
(RAPBS) harus berdasarkan pada rencana pengembangan
sekolah dan merupakan bagian dari rencana operasional
tahunan. RAPBS setidaknya meliputi penganggaran untuk
kegiatan pengajaran, materi kelas, pengembangan profesi
guru, renovasi bangunan sekolah, pemeliharaan, buku,
meja dan kursi. Penyusunan RAPBS tersebut harus
melibatkan kepala sekolah, guru, komite sekolah, staf TU
dan komunitas sekolah. RAPBS perlu disusun pada setiap
tahun ajaran sekolah dengan memastikan bahwa alokasi
anggaran bisa memenuhi kebutuhan sekolah secara
optimal.80 Secara garis besar, kegiatan RAPBS dilakukan
agar rencana penerimaan dan pengeluaran dana
sekolah/madrasah dapat dikontrol dengan baik. Adapun
secara rinci, RAPBS berfungsi untuk:
a. Pedoman pengumpulan dana dan pengeluarannya
b. Menggali dana secara kreatif dan maksimal
c. Menggunakan dana secara jujur dan terbuka
d. Mengembangkan dana secara produktif
e. Mempertanggung-jawabkan dana secara objektif.81

79 Abuddinata,Manajemen Pendidikan,Kencana,Bogor,2003,h.102.
80 Ibid,h.103
81 Mujamil Qomar, Manajemen Pendidikan Islam ,Erlangga, Jakarta, h.

170.

110
Administrasi dan Supervisi Pendidikan

Proses pengembangan RAPBS/M pada umumnya


menempuh langkah-langkah pendekatan dengan prosedur
sebagai berikut:
a. Pada tingkat kelompok kerja
Kelompok kerja yang dibentuk sekolah, yang terdiri
dari para pembantu kepala sekolah sekolah memiliki
tugas antara lain melakukan identifikasi kebutuhan-
kebutuhan biaya yang harus dikeluarkan, selanjutnya
diklasifikasikan, dan dilakukan perhitungan sesuai
dengan kebutuhan.
Dari hasil analisi kebutuhan biaya yang dilakukan oleh
kelompok kerja selanjutnya seleksi alokasi yang
diperkirakan sangat mendesak dan tidak bisa
dikurangi, sedangkan yang dipandang tidak
mengganggu kelancaran kegiatan pendidikan,
khususnya proses belajar-mengajar maka dapat
dilakukan pengurangan biaya sesuai dengan dana
yang tersedia.
b. Pada tingkat kerjasama dan komite sekolah
Kerjasama antara komite sekolah dengan kelompok
kerja yang telah terbentuk diatas, dilakukan untuk
melakukan rapat pengurus dan rapat anggota dalam
rangka mengembangkan kegiatan yang harus
dilakukan sehubungan dengan pengembangan
RAPBS/M.
c. Sosialisasi dan Legalitas
Setelah RAPBS/M dibicarakan dengan komite sekolah
selanjutnya disosialisasikan kepada berbagai pihak.
Pada tahap sosialisasi dan legalitas ini kelompok kerja
melakukan konsultasi dan laporan pada pihak
pengawas, serta mengajukan usulan kepada pihak
RAPBS/M kepada Kantor Inspeksi Pendidikan untuk
mendapat pertimbangan dan pengesahan.

111
Sohiron

G. Administrasi Tata Laksana


Tata laksana pendidikan sering disebut dengan istilah
administrasi tata usaha, yaitu segenap proses kegiatan
pengelolaan surat-menyurat yang dimulai dari menghimpun
(menerima), mencatat, mengelola, menggandakan, mengirim
dan menyimpan semua bahan keterangan yang di perlukan
oleh organisasi. Dengan pengertian ini maka tata laksana atau
tata usaha bukan hanya meliputi surat-surat saja tetapi semua
bahan keterangan atau informasi yang berwujud warkat.
Warkat ini adalah catatan tertulis atau bergambar mengenai
sesuatu hal untuk keperluan pengingatan agar apabila
sewaktu-waktu diperlukan dapat disiapkan.
Menurut Wililiam Leffingwe dan Edwin Robinson
yang telah di terjemahkan oleh The Liang Gie (2000: 60 )
pekerjaan kantor atau tata laksana ini pekerjaannya
menyangkut segala usaha perbuatan menyangkut warkat,
pemakaian warkat-warkat dan pemeliharaannya guna
dipakai untuk mencari keterangan dikemudian hari.82
Tata Laksana / Tata Usaha Sekolah/Pendidikan
merupakan seluruh proses kegiatan yang direncanakan dan
dilaksanakan secara sengaja dan bersungguh-sungguh, serta
membina kegiatan-kegiatan yang bersifat tulis menulis di
sekolah, agar PBM semakin efektif dan efisien untuk
membantu tercapainya tujuan pendidikan yang telah
ditetapkan.
Administrasi Tata Laksana merupakan serangkaian
kegiatan mencatat, menyimpan, menggandakan,
menghimpun, mengolah, dan mengirim benda-benda tertulis
serta warkat yang pada hakikatnya menunjang seluruh
garapan administrasi sekolah/pendidikan.
Menurut The Liang Gie (2000:50):
1. Menghimpun yaitu kegiatan mencari dan mengusahakan
tersedianya segala keterangan yang tadinya belum ada

82 Suharsimi,,Arikunto. Lia Yuliana. Manajemen Pendidikan.


(Yogyakarta:Aditya Media. 2008) hal 341

112
Administrasi dan Supervisi Pendidikan

atau berserakan dimana-mana sehingga siap


dipergunakan bila mana diperlukan.
2. Mencatat yaitu meliputi kegiatan yang membutuhkan
dengan berbagai alat tulis-menulis mengenai keterangan-
keterangan yang diperlukan sehingga terwujudnya
tulisan-tulisan yang dapat dibaca, dikirim atau disimpan.
3. Mengolah yaitu bermacam-macam kegiatan mengerjakan
keterangan-keterangan dengan maksud menyajikan
dalam bentuk yang lebih berguna atau lebih jelas untuk
dipakai.
4. Menggandakan yaitu kegiatan memperbanyak dengan
berbagai cara dan alat sebanyak jumlah yang diperlukan.
5. Mengirim yaitu kegiatan menyampaikan dengan berbagai
cara dan alat dari pihak pertama ke pihak yang lain.
6. Menyimpan yaitu kegiatan menaruh dengan berbagai
cara dan alat ditempat tertentu yang aman.83

H. Administrasi Layanan Khusus


Administrasi layanan khusus meliputi Administrasi
perpustakaan, kesehatan, dan keamanan sekolah.
Administrasi komponen-komponen tersebut merupakan
bagian penting dari manajemen berbasi sekolah yang efektif
dan efisien.84
Perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni
yang berlangsung begitu pesat pada masa sekarang
menyebabkan guru tidak bisa melayani kebutuhan anak-anak
akan informasi, dan guru-guru juga tidak bisa mengandalkan
apa yang diperolehnya dibangku sekolah.
Administrasi layanan khusus lain adalah layanan
kesehatan dan keamanan. Sekolah sebagai satuan pendidikan
yang bertugas dan bertanggung jawab melaksanakan proses
pembelajaran, tidak hanya bertugas mengembangkan ilmu
pengetahuan, keterampilan dan sikap saja, tetapi juga harus

83 Op.Cit, Suharsimi,,Arikunto. Lia Yuliana


84 Mulyasa.2004.Manajemen Berbasis Sekolah.hal 52

113
Sohiron

menjaga dan meningkatkan kesehatan jasmani dan rohani


peserta didik. Hal ini sesuai dengan tujuan pendidikan
nasional yaitu “….manusia yang memiliki kesehatan jasmani
dan rohani” (UUSPN, bab II, pasal 3)/ untuk itu, sekolah-
sekolah dikembangkan program pendidikan jasmani dan
kesehatan, menyediakan pelayanan kesehatan sekolah
melalui Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) dan berusaha
meningkatkan program pelayanan melalui kerja sama dengan
unit-unit dinas kesehatan setempat. Selain itu, sekolah juga
menyediakan pelayanan keamanan kepada peserta didik dan
para pegawai sekolah.85
Perpustakaan yang lengkap dan di kelola dengan baik
memungkinkan peserta didik untuk lebih mengembangkan
dan mendalami pengetahuan yang diperolehnya dikelas
melalui belajar mandiri, baik pada waktu-waktu kosong
disekolah maupun di rumah. Di samping itu juga
memungkinkan guru untuk mengembangkan pengetahuan
secara mandiri, dan juga dapat mengajar dengan metode
bervariasi, misalnya belajar individual.86
Administrasi layanan khusus dilakukan untuk
mendukung keberhasilan proses belajar mengajar.
Keberhasilan proses belajar mengajar membutuhkan fasilitas
lain untuk mencapainya. Keberhasilan belajar tersebut,
diantaranya harus ditunjang dengan pusat sumber belajar,
pusat kesehatan sekolah, bimbingan konseling dan kantin
sekolah. Untuk menyelenggarakan layanan khusus, tersebut
dibutuhkan personil khusus pula. Namun, karena personil
khusus tersebut tidak dapat diadakan, yang membantu
pelayanan khusus ini adalah guru. Layanan khusus adalah
usaha-usaha yang secara tidak langsung berhubungan
dengan proses belajar di kelas, tetapi secara khusus,
diberikan atau ditangani oleh kepala sekolah kepada para

85Mulyasa. 2004. Manajemen Berbasis Sekolah.hal 52-53


86 Dr. E Mulyasa, M.Pd, Manajemen berbasis Sekolah, Bandung : PT
Remaja Rosdakarya, 2002, hlm. 52

114
Administrasi dan Supervisi Pendidikan

siswa agar mereka lebih optimal dalam melaksanakan proses


belajar mengajar.87

1. Perpustakaan Sekolah
Salah satu sarana terpenting untuk menciptakan
budaya membaca adalah buku. Oleh karena itu ilmu
pengetahuan dan perkembangannya semakin banyak disebar
luaskan melalui buku. Maka dari itu kita harus menciptakan
minat baca kepada para pembaca seperti mahasiswa,
masyarakat maupun pelajar. Salah satu upaya kearah itu
ialah dengan melatih diri untuk aktif di perpustakaan88.
Perpustakaan merupakan sarana belajar yang baik
bagi setiap orang yang ingin mengembangkan wawasannya.
Diperpustakaan akan diperoleh berbagai jenis buku dan
informasi. Begitu pentingnya arti perpustakaan, maka tidak
berlebihan kalau dikatakan perpustakaan sebagai faktor yang
dominan dalam usaha mencerdaskan kehidupan bangsa.
Meminjam istilah Bung Hatta, perpustakaan ibarat sumurnya
ilmu pengetahuan. karena di perpustakaan akan diperoleh
berbagai jenis ilmu pengetahuan.
Perpustakaan merupakan sarana yang sangat penting.
Peserta didik dapat mulai belajar mencintai buku dan
menggali pengetahuan melalui buku. Kegiatan-kegiatan yang
melibatkan buku ini merupakan sebuah pengalaman yang
bermakna bagi anak sekalipun mereka belum mampu
membaca.
Para guru pun dapat menjadikan perpustakaan ini
sebagai sumber literatur yang akan membantunya dalam
mengembangkan pembelajaran. Guru dapat
mengembangkan wawasan, kreasi, dan kemampuan
mengajarnya melalui literatur yang cocok dan tersedia
diperpustakaan.89

87 Dr.Rohiat, M.Pd, Manajemen Sekolah, Bandung : PT Refika Aditama,

2010, hlm 28
88 Puwono, 2009. Pemaknaan Buku Bagi Masyarakat Pembelajar.Hal 5
89 Rita Mariana, dkk, 2010. Pengelolaan Lingkungan Belajar.Hal 53

115
Sohiron

Administrasi perpustakaan berarti seni dan teknik


mengorganisasikan semua sumber daya yang ada
diperpustakaan, yang meliputi informasi dan sumber-sumber
informasi, baik dalam bentuk tercetak maupun dalam bentuk
non cetak, dengan tujuan untuk pemanfaatan secara optimal
bagi penggunanya.90

a. Administrasi Pengetahuan Perpustakaan Konvensional


Pengetahuan (knowledge) yang dikelola oleh
perpustakaan, temasuk perpustakaan konvensional adalah
jenis pengetahuan yang cenderung berkategori eksplisit,
bahkan lebih mengarah kepada jenis penyimpan
pengetahuan yang eksplisit yakni ‘pustaka’, yang sering
diidentikkan dengan buku dan urutannya. Padahal makna
pustaka yang sebenarnya adalah semua jenis bahan bacaan
yang terdiri atas bahan dari kertas dan bahan dari bukan
kertas, bahan cetakan dan bahan noncetakan, dan bahkan
sekarang berkembang dengan bahan-bahan audio dan
audiovisual.
1) Pengadaan koleksi
Administrasi pada bagian ini bertanggung jawab
mulai dari melakukan survei awal tentang kebutuhan
pengguna perpustakaan, baik pengguna aktual maupun
pengguna potensial, melakukan inventarisasi koleksi
yang menjadi target pengadaan atas dasar permintaan
dari masyarakat, melaksanakan pembelian koleksi,
melakukan pertukaran koleksi, melakukan kerjasama
dengan pihak terkait untuk pengadaan barang dan jasa
perpustakaan, dan pekerja lain yang cukup kompleks,
hingga akhirnya menyerahkan koleksi yang diadakannya
kepada bagian pengelolaan.91

90 Pawit M. Yusup, 2012. Perspektif Manajemen Pengetahuan

Informasi, Komunikasi, Pendidikan, dan Perpustakaan.Hal 433


91 Ibid., Hal 439

116
Administrasi dan Supervisi Pendidikan

Pengadaan koleksi atau pengadaan bahan untuk


koleksi perpustakaan merupakan rangkaian kegiatan
yang ada di perpustakaan. Mulai dari prsiapan pemilihan
hingga pengolahannya. Tugas inti dari perpustakaan
adalah mengumpulkan atau menghimpun, mengolah,
dan kemudian menyebarkannya kemasyarakat.
Dasar pengadaan koleksi untuk perpustakaan adalah
dengan memperhatikan kebutuhan - kebutuhan segenap
anggota masyarakat pengguna perpustakaan yang
bersangkutan. Koleksi suatu perpustakaan hendaknya
bersesuaian dan bahkan harus sejalan dengan hal-hal
sebagai berikut :
a) Kondisi daerah tempat perpustakaan tersebut berada.
b) Sistem pendidian yang berlaku secara nasional.
c) Sistem perpustakaan nasional.
2) Pembelian
Pembelian buku disesuaikan dengan dana yang ada.
Pembelian buku bisa dilakukan dengan pertemuan antar
pengurus perpustakaan dengan pihak terkait atau bisa
dengan cara pemesanan. Pengurus perpustakaan harus
dimusyawarahkan terlebih dahulu hal-hal yang berkaitan
terhadap pembelian buku seperti judul buku yang
dibelinya.92
3) Hadiah atau sumbangan
Untuk memperoleh buku melalui sumbangan atau
hadiah, bisa dilakukan dengan berbagai cara yang lazim
dijalankan oleh perpustakaan. Misalnya perpustakaan
dengan aktif menghubungi tempat-tempat tertentu
sambil mengajukan permohonan untuk meminta bantuan
bahan pustaka atau koleksi guna mengisi perpustakaan.
Tempat –tempat yang perlu didatangi antara lain
misalnya penerbit, badan-badan pemerintah, perusahaan-
perusahaan tertentu dan setempat, yayasan-yayasan,
toko-toko buku tertentu, dan para pemuka masyarakat

92 Ibid., Hal 442

117
Sohiron

yang sekiranya memungkinkan untuk dimintai


sumbangannya untuk perpustakaan.
4) Sumbangan atau Swadaya Masyarakat
Cara mencari koleksi seperti ini hampir sama dengan
permintaan sumbangan sebagaimana diuraikan di atas.
Bentuk sumbangan ini murni dari hasil swadaya
masyarakat dilingkungan perpustakaan yang
bersangkutan berada.
5) Pertukaran Koleksi dengan Perpustakaan Lain
Pertimbangan pertukaran ini terutama atas kenyataan
bahwa koleksi yang dimilikinya berlebih atau kurang
berguna pada perpustakaan sendiri dan dipandang lebih
berguna untuk perpustakaan lain.
6) Penggandaan atau Reproduksi
Maksudnya adalah kegiatan penyalinan atau pembuatan
koleksi yang sudah rusak atau untuk tujuan menambah
koleksi yang ada.93
7) Laporan Hasil Kegiatan
Jenis koleksi ini dihasilkan oleh lembaga induk
perpustakaan setempat dimana perpustakaan tersebut
berada, atau bahkan bisa juga dihasilkan oleh
perpustakaan yang bersangkutan sebagai bagian dari
kinerjanya.
8) Teknik Pengadaan Koleksi
Dalam melaksanakan pengadaan bahan pustaka, seorang
pustakawan perlu memerhatikan hal-hal sebagai berikut :
a) Sebagai manusia pustakawan tidaklah mungkin dapat
menguasai semua cabang ilmu pengetahuan yang ada
didunia ini. Untuk itu ia memerlukan bantuan orang
lain dibidangnya.
b) Untuk melakukan pembelian bahan pustaka atau
pesanan bahan pustaka seorang pustakawan
memerlukan keterangan yang cukup terinci tentang
buku atau bahan pustaka yang akan dibeli atau

93 Ibid., Hal 446

118
Administrasi dan Supervisi Pendidikan

dipesannya seperti misalnya judul, pengarang,


kualitas fisik dan isi, dan lain-lain.
c) Pustakawan perlu menemukan pilihan terhadap jenis
terbitan yang akan dipesannya, seperti apakah
mutakhir, apakah ada buku lain yang lebih baik
dalam bidang yang sama, apakah banyak peminatnya,
dan lain-lain.
9) Organisasi Koleksi
Semua koleksi yang masuk keperpustakaan, diolah
sedemikian rupa sehingga mudah untuk dimanfaatkan
secara berulang oleh mereka yang membutuhkan. Dalam
tataran praktik akademik, semua koleksi yang ada
diperpustakaan itu diorganisasikan secara baik dengan
tujuan untuk bisa ditemukan kembali jika diperlukan.
Pengorganisasian ini cukup beragam teknik dan caranya,
seperti misalnya dengan melakukan pengkatalogan,
pelabelan, dan sebagainya.94
10) Jaringan Informasi dan Berbagai Sumber
Jaringan informasi dan berbagai sumber merupakan
konsep kehidupan perpustakaan masa depan.
Perpustakaan tidak lagi mencukupi dirinya sendiri
dengan sediaan koleksi yang sanggup memenuhi segala
kebutuhan umat manusia.95
11) Pemeliharaan Koleksi
Adalah tindakan atau kegiatan mencegah, melindungi,
dan memperbaiki semua fasilitas, sarana perabotan dan
perlengkapan yang ada diperpustakaan, baik
perlindungan dari kekuasaan oleh sebab-sebab alamiah,
maupun kerusakan akibat tangan- tangan usil manusia.
12) Tindakan pencegahan
Tindakan pencegahan (preventif) ini dimaksudkan untuk
mencegah sebelum bahan atau koleksi perpustakaan
termasuk segala fasilitas, perabotan, dan

94 Ibid., Hal 448


95 Ibid., Hal 463

119
Sohiron

perlengkapannya mengalami keruskan. Caranya antara


lain sebagai berikut :
a) Membersihkan secara rutin seluruh perabotan dan
perlengkapan perpustakaan.
b) Membungkus atau memberi sampul setiap buku yang
dimiliki oleh perpustkaan.
c) Mengatur ventilasi udara supaya tetap dalam keadaan
normal.
d) Membersihkan buku dan koleksi lainnya dengan
menggunakan lap yang bersih atau kebut pembersih
(kemoceng).
e) Memberi peringatan kepada pengguna agar turut
menjaga kebersihan dan kelestarian perpustakaan.
f) Memasang rambu-rambu peringatan diruang
perpustakaan.
g) Tetap menjaga kerapihan letak buku-buku atau
koleksi perpustakaan.
h) Secara berkala misalnya mengadakan pembersihan
pada setiap jengkal ruangan perpustakaan, termasuk
disela –sela buku.
13) Tindakan penanggulangan
Tindakan perbaikan ini bisa dilakukan dengan cara-cara
sebagai berikut :
a) Melaksanakan penjilidan sederhana terhadap buku-
buku yang rusak sebagian.
b) Melaksanakan penyemprotan dengan menggunakan
obat-obat anti serangga guna membunuh serangga
penggangu.
c) Mengganti bahan-bahan yang sudah rusak sekali
dengan bahan yang baru terutama terhadap buku
yang banyak peminatnya.
d) Meminta ganti rugi kepada pengguna perpustakaan
yang dengan sengaja telah merusak atau
menghilangkan koleksi milik perpustakaan.

120
Administrasi dan Supervisi Pendidikan

b. Keterlibatan Guru dalam Administrasi Perpustakaan


Tidak semua guru sekolah menengah harus terlibat
langsung dalam administrasi perpustakaan sekolah. Nasution
(1981) mengemukakan keterlibatan guru dalam perpustakaan
itu antara lain:
1) Memperkenalkan buku-buku kepada para siswa dan
guru.
2) Memilih buku-buku dan bahan pustaka lainnya yang
akan digunakan untuk menambah koleksi perpustakaan
sekolah.
3) Mempromosikan perpustakaan, bauk untuk pemakaian,
maupun untuk pembinaannya.
4) Mengetahui jenis dan menguasai kriteria umum yang
menentukan baik-buruknya suatu koleksi.
5) Mengusahakan agar siswa aktif membantu
perkembangan perpustakaan.

c. Fungsi Perpustakaan
Dalam ikut serta mendukung pelaksanaan program
pendidikan di sekolah menengah, perpustakaan mempunyai
funugsi sebagai berikut:
1. Fungsi pendidikan, yaitu memberikan kesempatan
kepada siswa untuk menambah pengetahuan atau
mempelajari kembali materi-materi pelajaran yang telah
diberikan oleh guru di kelas. Siswa yang rajin akan selalu
mencari atau mendalami apa yang telah diajarkan oleh
guru di kelas.
2. Fungsi informasi, yaitu tempat mencari informasi yang
berkenaan dengan pemenuhan rasa igin tahu siswa dan
guru.
3. Fungsi rekreasi, yaitu memberikan kesempatan siswa dan
guru untuk menikmati bahan yang ada.
4. Fungsi penelitian, yaitu menggunakan perpustakaan
sebagai jawaban terhadap berbagai pertanyaan ilmiah.

121
Sohiron

Organisasi perpustakaan sekolah dapat diatur sesuai


dengan keadaan sekolah. Kepala sekolah dapat menunjuk
wakilnya atau salah seorang guru yang dianggapnya mampu
bertanggung jawab dalam administrasinya. Apabila kepala
sekolah memberikan tugas administrasi perpustakaan itu
kepada guru, maka guru tersebut hendaknya diberi keringan
jumlah jam mengajarnya sehingga ia dapat memikirkan lebih
baik tentang pengembangan perpustakaannya.
Untuk membuat agar perpustakaan tidak ketinggalan
dengan laju perkembangan ilmu dan teknologi, perpustakaan
harus membuat agar koleksiya senantiasa layak
baca dan mutakhir. Untuk maksud itu perpuatakaan harus
senantiasa melakukan penambahan koleksinya.

2. Koperasi Sekolah
Koperasi berasal dari perkataan co dan operation, yang
mengandung arti kerja sama untuk mencapi tujuan. Oleh
sebab itu definisi koperasi dapat diberikan sebagai berikut:
Koperasi adalah “suatu perkumpulan yang
beranggotakan orang-orang atau badan-badan, yang
memberikan masuk dan keluar sebagai anggota; dengan
bekerja sama secara kekeluargaan menjalankan usaha, utuk
mempertinggi kesejahteraan jasmaniah para anggotanya”.
Koperasi mengandung unsur-unsur bahwa:
a. Perkumpulan koperasi bukan merupakan perkumpulan
modal (bukan akumulasi modal), akan tetapi persekutuan
sosial.
b. Sukarela untuk menjadi anggota, netral terhadap aliran
dan agama.
c. Tujuannya mempertinggi kesejahteraan jasmaniah
anggota-anggota dengan kerja sama secara kekeluargaan.
Kerja sama dalam masyarakat modern telah nampak
wujudnya dalam suatu jaringan sistem yang lebih kompleks.
Bentuk-bentuk ikatan perekutuan hidup telah berkembang
dan menjadi lebih beragam. Kini kerja sama di samping
memenuhi kebutuhan menjaga kelangsungan hidup dan rasa

122
Administrasi dan Supervisi Pendidikan

aman, juga untuk memperoleh kasih sayang dan


persahabatan seperti dalam keluarga dan paguyuban, juga
telah digunakan untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu yang
diinginkan, seperti nampak pada bentuk-bentuk organisasi
yang resmi.
Kerja sama dalam lapangan ekonomi bagi masyarakat
modern sudah sangat berkembang, bukan saja dalam ragam
kegiatannya, tetapi juga jangkauan luas lingkupnya. Kerja
sama terjalin dalam sistem pembagian kerja yang rumit pada
setiap lapangan kegiatan ekonomi, seperti pertanian, industri,
perdagangan dan lain-lain di samping jaringan-antar
lapangan ekonomi; antar kelompok, antar organisasi, antar
daerah, bahkan dalam lingkup internasional. Secara
ekonomis, umat manusia di pelosok bumi maupun saling
membutuhkan, saling bergantung satu sama lain.
Guna mencapai tujuan luhur seperti tercantum dalam
Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945, yaitu
mewujudkan kemakmuran bagi seluruh rakyat Indonesia,
maka tata kehidupan ekonomi harus dikembangkan atas
dasar semangat kerja sama dan di kota yang merupakan
sebagian besar rakyat Indonesia perlu diajak, diikutsertakan
secara aktif dan diberikan kesempatan yang lebih luas untuk
membangun dirinya melalui koperasi. Koperasi menurut
Undang-undang No. 12 Tahun 1967, tentang Pokok-Pokok
Perkoperasian adalah kumpulan orang-orang yang
bekerjasama memenuhi satu atau lebih kebutuhan ekonomi
atau bekerja sama melaskukan usaha, maka dapat dibedakan
dengan jelas dari badan-badan usaha atau pelaku kegiatan
ekonomi yang lebih mengutamakan modal. Dengan demikian
koperasi sebagai badan usaha mengutamakan faktor manusia
dan bekerja atas dasar perikemanusiaan bagi keejahteraan
para anggotanya. Meskipun koperasi meruakan kumpulan
dan menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan, tetapi
koperasi bukanlah badan amal.
Tujuan koperasi yang utama ialah meningkatkan taraf
hidup dan kesejahteraan anggota-anggotanya. Pada dasarnya

123
Sohiron

koperasi bukanlah suatu usaha yang mencari keuntungan


semata-mata seperti halnya usaha-usaha swasta seperti firma
dan perseroan. Firma dan pereroan bersifat sangat kapitalis.
Tujuan firma dan pereroan yang terutama ialah mencari
keuntungan yang sebesar-besarnya. Sungguhpun berusaha
memperbaiki nasib, meningkatkan taraf hidup serta
memajukan kemakmuran.

3. Kafetaria Sekolah.
Pertimbangan awal pendirian kafetaria/warung/
kantin sekolah adalah bukan karena unsur bisnis semata,
tanpa memperhitungkan aspek lain yang lebih penting.
Keberadaan kafetaria/warung/kantin sekolah diharapkan
mampu menyokong kelancaran proses belajar mengajar dari
sisi keperluan akan makanan bagi siswa.
Kafetaria/warung/kantin sekolah secara tidak
langsung mempunyai kaitan dengan proses pembelajaran di
sekolah. Adakalanya proses pembelajaran tidak dapat
berjalan sebagaimana mestinya karena siswa lapar dan haus.
Kafetaria/warung/kantin sekolah tidak harus
diadministrasikan oleh sekolah, tetapi dapat
diadministrasikan oleh pribadi di luar sekolah atau oleh
darma wanita sekolah. Namun kafetaria/warung/kantin
sekolah ini tidak boleh terlepas dari perhatian kepala sekolah.
Kepala sekolah harus memikirkan atau mengupayakan
kehadiran kafetaria/warung/kantin sekolah itu mempunyai
sumbangan positif dalam proses pembelajaran anak di
sekolah.
Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam
administrasi kafetaria itu adalah:
b. Administrasi kafetaria/warung/kantin sekolah harus
menjaga kesehatan (higienitas) masakan-masakan yang
dijajakan kepada siswa.
c. Kebersihan tempat juga harus menjadi pertimbangan
utama, karena kebersihan diharapkan dapat menjauhkan
penyebaran hama penyakit.

124
Administrasi dan Supervisi Pendidikan

d. Makanan-makanan yang disediakan hendaknya makanan


yang bergizi tinggi, dan bilamana perlu dapat
menambahkan vitamin-vitamin yang diperlukan siswa
pada umumnya.
e. Harga makanan-makanan hendaknya dapat dijangkau
atau sesuai dengan kondisi ekonomi siswa.
f. Usahakan agar kafetaria/warung/kantin sekolah tidak
memberikan kesempatan kepada siswa untuk berlama-
lama atau nongkrong. Kondisi yang demikian akan
menyokong munculnya perilaku-perilau negatif.

4. Unit Kesehatan Sekolah (UKS)


Usaha Kesehatan Sekolah adalah suatu layanan yang
bertujuan untuk membantu meningkatkan kualitas
pendidikan di sekolah dengan cara memberikan pelayanan
kesehatan di sekolah.
Biasanya di UKS disediakan sebuah fasilitas untuk
istirahat seperti tempat tidur dan obat-obatan. Hal itu sangat
dibutuhkan oleh murid atau guru maupun karyawan jika
terjadi sesuatu hal.
Organisasi UKS diatur sesuai dengan keadaan
sekolah. Kepala sekolah bisa menunjuk bawahannya untuk
mengatur keorganisasian dari pada UKS tersebut.96

96Http://Darwoto.wordpress.com/2010/03/17Administrasi/Pelayanan

/Khusus.htmlss

125
Sohiron

BAB V
PARADIGMA BARU DALAM MANAJEMEN
PENDIDIKAN

A. Manajemen Berbasis Sekolah


1. Pengertian Manajemen Berbasis Sekolah
Menurut Slamet yang dikutip oleh Mulyono istilah
manajemen berbasis sekolah berasal dari tiga kata, yaitu
manajemen, berbasis dan sekolah. Manajemen adalah
pengkoordinasian dan penyerasian sumber daya melalui
sejumlah input manajemen untuk mencapai tujuan atau
untuk memenuhi kebutuhan pelanggan. Berbasis berarti
“berdasarkan pada” atau “berfokus pada”. Sekolah adalah
suatu organisasi terbawah dalam jajaran Departemen
Pendidikan Nasional (Depdiknas) yang bertugas
memberikan bekal “kemampuan dasar” kepada peserta
didik atas dasar ketentuan-ketentuan yang bersifat legalistik
(makro, meso, mikro) dan profesionalistik (kualifikasi, untuk
sumber daya manusia, spesifik untuk barang/jasa, dan
prosedur kerja.97
Dari definisi masing-masing kata tersebut dapat
dipahami bahwa manajemen berbasis sekolah pada intinya
proses mengorganisasikan atau pengkoordinasian terhadap
sumber daya yang dimiliki sekolah. Sekolah diberikan
kekuasaan penuh untuk mengelola potensi-potensi yang
dimiliki sekolah baik bersifat legalistik maupun
profesionalistik.

97 Mulyono, Manajemen, Administrasi & Organisasi Pendidikan ... hlm. 239

126
Administrasi dan Supervisi Pendidikan

Manajemen berbasis sekolah dapat diartikan sebagai


model pengelolaan yang memberikan otonomi (kewenangan
dan tanggung jawab kepada kepala sekolah), memberikan
fleksibelitas/keluwesan kepala sekolah, mendorong
partisipasi secara langsung dari warga sekolah (guru, siswa,
kepala sekolah, karyawan) dan masyarakat (orangtua siswa,
tokoh masyarakat, ilmuwan, pengusaha) dan meningkatkan
mutu sekolah berdasarkan kebijakan pendidikan nasional
serta peraturan perundang-undangan yang berlaku. Dengan
otonomi tersebut sekolah diberikan kewenangan dan
tanggung jawab untuk mengambil keputusan sesuai dengan
kebutuhan, kemampuan dan tuntutan sekolah serta
masyarakat atau stakeholder yang ada98.
Dari penjelasan ini dapat diinterpertasi bahwa
manajemen berbasis sekolah (MBS) melalui otonomi yang
diberikan kepada sekolah diberikan kewenangan dan
tanggung jawab penuh kepada sekolah untuk
memanfaatkan, memberdayakan segala potensi yang ada
agar sekolah menjadi lebih baik. Kepala sekolah selaku pihak
yang bertanggung jawab untuk menjalankan amanah itu
berupaya memberdayakan warga sekolah dan masyarakat
untuk bersama-sama menjadikan sekolah yang lebih baik
dan menghasilkan output99 yang bermutu.
Nur Zazin mengatakan jika dimaknai lebih sempit MBS
hanya mengarah kepada tanggung jawab dari pemerintah
kepada sekolah meliputi pengelolaan anggaran, personel

98 Rohiat, Manajemen Sekolah: Teori Dasar dan Praktik, (Bandung: PT.

Refika Aditama, 2010), hlm. 47.


99 Sekolah bagai suatu sistem seharusnya menghasilkan output yang

dijamin kepastiannya. Output dari aktivitas sekolah adalah segala sesuatu yang
kiat pelajari di sekolah, yaitu seberapa banyak yang dipelajari dan seberapa
baik kita mempelajarinya, apa yang dipelajari baik berupa pengetahuan
kognitif, keterampilan, dan sikap-sikap. Output lebih mudah diartikan siswa
yang keluar sebagai pemenang dari ajang pergualatan ilmu yang diakhiri
dengan ujian-ujian yang menghasilkan nilai penghargaan, berupa angka-angka
nilai. Lihat Aan Komariyah & Cepi Triatna, Visionary Leadership: Menuju
Sekolah Efektif, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2006), hlm. 6

127
Sohiron

dan kurikulum. MBS juga memberikan hak kontrol proses


pendidikan kepada sekolah, guru, siswa masyarakat dan
orangtua, dengan keterlibatan stakeholder lokal. Oleh karena
itu pengambilan keputusan dalam MBS dapat meningkatkan
lingkungan belajar yang efektif bagi siswa, dengan
meningkatnya efektifitas belajar bagi siswa, prestasi belajar
siswa berupa prestasi akademik dan non-akademik akan
meningkat.100
Hasbullah secara lebih spesifik menjelaskan bahwa
MBS pada umumnya dimaknai dengan:
a. Dalam rangka MBS alokasi dana kepala sekolah menjadi
besar dan sumber dana tersebut dapat dimanfaatkan
sesuai kebutuhan sekolah sendiri.
b. Sekolah lebih bertanggung jawab terhadap perawatan,
kebersihan dan penggunaan fasilitas sekolah termasuk
pengadaan buku dan bahan belajar. Hal itu pada
akhirnya akan meningkatkan mutu kegiatan belajar
mengajar yang berlangsung di kelas.
c. Sekolah membuat perencanaan sendiri dan mengambil
inisiatif sendiri untuk meningkatkan mutu pendidikan
dengan melibatkan masyarakat sekitarnya dalam proses
tersebut.
d. MBS menciptakan rasa tanggung jawab melalui
administrasi sekolah yang lebih terbuka. Kepala sekolah,
guru, dan anggota masyarakat bekerja sama dengan baik
untuk membuat rencana pengembangan sekolah.
Sekolah memajangkan anggaran sekolah dan
perhitungan dana secara terbuka pada papan sekolah.101
Dari penjelasan di atas dapat diinterpertasi bahwa MBS
memberikan peluang besar kepada sekolah untuk mengelola
secara mandiri potensi yang dimiliki. Kepala sekolah sebagai

100 Nur Zazin, Gerakan Menata Mutu Pendidikan: Teori dan Aplikasi,
(Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2014), hlm. 168
101 Hasbullah, Otonomi Pendidikan: Kebijakan Otonomi Daerah dan

Implikasinya Terhadap Penyelenggaraan Pendidikan, (Jakarta: PT. RajaGrafindo


Persada, 2007), hlm. 69

128
Administrasi dan Supervisi Pendidikan

manajer diberikan wewenang untuk mengelola sekolah,


pendanaan, perawatan, kebersihan lingkungan, hubungan
dengan pihak lain, secara luwes, amanah dan transparan.
Kepala sekolah bersama-sama para bawahan untuk
membuat rencana rencana pembangunan sekolah agar
menjadi sekolah yang efektif.
Manajemen berbasis sekolah memiliki ciri-ciri
sebagai berikut:
a. Otonomi yang kuat pada tingkat sekolah.
b. Peran serta aktif masarakat dalam pendidikan.
c. Proses pengambilan keputusan yang demokratif dan
berkeadilan.
d. Menunjang tinggi akuntanbilitas.
e. Transparansi dalam setiap kegiatan pendidikan.102
Implementasi manajemen berbasis sekolah telah
memberikan warna baru dalam pendidikan. Pola yang
dijalankan pada MBS tidak sama dengan pola pelaksaaan
manajemen sebelum MBS. Secara lebih rinci pola perubahan
manajemen pendidikan dari pola lama kepada pola otonomi
pendidikan (MBS).
NO POLA LAMA POLA BARU
1 Subordinasi Otonomi
2 Pengambilan Pengambilan Keputusan
keputusan terpusat Partisipatif
3 Ruang gerak kaku Ruang gerak luwes
4 Pendekatan birokratik Pendekatan profesional
5 Sentralistik Desentralisasi
6 Diatur Motivasi diri
7 Over regulasi Deregulasi
8 Mengontrol Memengaruhi
9 Mengarahkan Memfasilitasi
10 Menghindari resiko Mengelola resiko

102 Dachnel Kamars, Administrasi Pendidikan: Teori dan Praktik, (Padang:

CV. Suryani Indah, 2004), hlm. 248

129
Sohiron

11 Gunakan uang Gunakan uang seefisien


semuanya mungkin
12 Individual yang cerdas Teamwork yang cerdas
13 Informasi terpribadi Informasi terbagi
14 Pendelagasian Pemberdayaan
15 Organisasi hierarkis Organisasi datar

Pola di atas memberikan gambaran jelas bahwa


manajemen berbasis sekolah (MBS), sekolah memiliki
kewenangan yang lebih besar dalam pengelolaan
lembaganya, pengambilan keputusan dilakukan secara
partisipatif, dan partisipasi masyarakat semakin besar,
sekolah lebih luwes dalam mengelola lembaga.103

2. Landasan Yuridis Penerapan Manajemen Berbasis


Sekolah
Secara yuridis penerapan manajemen berbasis sekolah
(MBS) dijamin oleh peraturan perundang-undangan sebagai
berikut:
a. Undang-undang nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional pasal 5 ayat 1, yaitu pengelolaan
suatu satuan pendidikan anak usia dini, pendidikan
dasar, pendidikan menengah dilaksanakan berdasarkan
standar layanan minimal dengan prinsip manajemen
berbasis sekolah/madrasah.
b. Undang-undang nomor 25 tahun 200 tentang Program
Pembangunan Nasional Tahun 2000-2004 pada bab VII
tentang bagian Program Pembangunan Bidang
Pendidikan, khususnya sasaran (3), yaitu, “terwujudnya
manajemen pendidikan yang berbasis sekolah dan
masyarakat (school comunity based management).
c. Keputusan Menteri Pendidikan Nasional nomor 44 tahun
2002 tentang Pembentukan Dewan Pendidikan dan
Komite Sekolah

103 Hasbullah, Otonomi Pendidikan, ... hlm. 83

130
Administrasi dan Supervisi Pendidikan

d. Kepmendiknas nomor 087 tahun 2004 tentang Standar


Akreditasi Sekolah, khususnya tentang manajemen
berbasis sekolah.
e. Peraturan Pemerintah nomor 19 tahun 2005 tentang
Standar Nasional Pendidikan, khususnya standar
pengelolaan sekolah, yaitu manajemen berbasis sekolah.
Landasan dasar yuridis ini menguatkan posisi sekolah
agar secara mandiri mengembangkan potensi-potensi yang
dimiliki agar menjadi sekolah efektif baik dari segi
manajerial, personel dan kurikulum.

3. Tujuan Manajemen Berbasis Sekolah


Tujuan adalah sesuatu yang ingin dicapai atau sesuatu
yang menjadi sasaran, fokus perhatian. Dalam hal ini tujuan
utama dari manajemen berbasis sekolah menurut Djama’an
Satori adalah untuk menjamin mutu pembelajaran anak
didik yang berpijak pada asas student-driven servis. Asas ini
mengandung makna mendasar yakni tercptanya kondisi dan
situasi yang kondusif dalam penyelenggaraan pendidikan
disekolah untuk kepentingan prestasi belajar dan kualitas
pengembangan pribadi putra-putrinya.
Menurut Tim Pokja MBS Jawa Barat Implementasi MBS
memiliki tujuan sebagai berikut:
a. Meningkatkan mutu pendidikan melalui kemandirian
dan inisiatif sekolah dalam mengeloladan
memberdayakan sumber daya yang tersedia.
b. Meningkatkan kepedulian warga sekolah dan
masyarakat dalam penyelenggaraan pendidikan melalui
pengambilan keputusan bersama.
c. Meningkatkan tanggung jawab sekolah kepada orangtua,
sekolah dan pemerintah tentang mutu sekolah.
d. Meningkatkan kompetisi yang sehat antar sekolah untuk
pencapaian mutu pendidikan yang diharapkan.104

104 Mulyono, Manajemen, Administrasi & Organisasi Pendidikan ... hlm. 245

131
Sohiron

Poin penting dari tujuan utama manajemen berbasis


sekolah di atas adalah meningkatkan kinerja sekolah melalui
pemberian kewenangan dan tanggung jawab yang lebih
besar kepada sekolah yang dilaksanakan berdasarkan
prinsip-prinsip tata pengelolaan sekolah yang baik yaitu
partisipasi, transparansi, dan akuntabilitas. Kinerja sekolah
meliputi peningkatan kualitas, efektivitas, produktivitas, dan
inovasi pendidikan105. E. Mulyasa menyebutkan melalui
MBS membawa dampak terhadap peningkatan efisiensi dan
fektivitas kinerja sekolah, dengan menyediakan layanan
yang komprehensif dan tanggap terhadap kebutuhan
masyarakat. Disisi lain sekolah juga harus meningkatkan
efisiensi, partisipasi dan mutu serta bertanggung jawab
kepada masyarakat dan pemerintah106.
Dari pengertian-pengertian di atas dapat dipahami
tujuan manajemen berbasis sekolah (MBS) adalah
peningkatan mutu pendidikan, yakni dengan memandirikan
sekolah untuk mengelola lembaga bersama pihak-pihak
terkait (guru, peserta didik, masyarakat, wali murid dan
intansi lain) sehingga sekolah dan masyarakat tidak perlu
lagi menunggu intruksi dari atas dalam mengambil langkah-
langkah memajukan pendidikan. Mereka dapat
mengembangkan suatu visi pendidikan sesuai dengan
keadaan setempat dan melaksanakan visi tersebut secara
mandiri.107

4. Manfaat penerapan Manajemen Berbasis Sekolah


Penerapan MBS yang efektif secara spesifik
mengidentifikasi beberapa manfaat spesifik dari penerapan
MBS sebagai berikut (Kathleen, ERIC_Digests, downloaded
April 2002).

105 Rohiat, Manajemen Sekolah: Teori Dasar dan Praktik... hlm. 49


106 E. Mulyasa, Menjadi Kepala Sekolah Profesional, (Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2011), hlm. 35
107 Sri Minarti, Manajemen Sekolah: Mengelola Lembaga Pendidikan Secara

Mandiri, (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2011), hlm. 70

132
Administrasi dan Supervisi Pendidikan

a. Memungkinkan orang-orang yang kompeten di


sekolah untuk mengambil keputusan yang akan
meningkatkan pembelajaran.
b. Memberi peluang bagi seluruh anggota sekolah untuk
terlibat dalam pengambilan keputusan penting.
c. Mendorong munculnya kreativitas dalam merancang
bangun program pembelajaran.
d. Mengarahkan kembali sumber daya yang tersedia
untuk mendukung tujuan yang dikembangkan di
setiap sekolah.
e. Menghasilkan rencana anggaran yang lebih realistik
ketika orang tua dan guru makin menyadari keadaan
keuangan sekolah, batasan pengeluaran, dan biaya
program-program sekolah.
f. Meningkatkan motivasi guru dan mengembangkan
kepemimpinan baru di semua level.
Menurut Eman Superman seperti yang dikutip Mulyono
menjelaskan dengan menerapkan MBS beberapa manfaat
yang dapat diraih:
a. Sekolah sebagai lembaga pendidikan lebih mengetahui
kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman bagi
dirinya dibandingkan dengan lembaga-lembaga lain.
b. Sekolah dapat mengoptimalkan sumber daya yang
tersedia untuk memajukan lembaganya.
c. Sekolah lebih mengetahui sumber daya yang dimilikinya
dan input pendidikan yang akan dikembangkan serta
didayagunakan dalam proses pendidikan sesuai dengan
tingkat perkembangan dan kebutuhan peserta didik.
d. Sekolah dapat bertangung jawab tentang mutu
pendidikan masing-masing kepada pemerintah, orangtua
peserta didik dan masyarakat pada umumnya sehingga
sekolah akan berupaya semaksimal mungkin untuk
melaksanakan dan mencapai sasaran mutu pendidikan
yang telah direncanakan.
e. Sekolah dapat malakukan persaingan sehat dengan
sekolah lain untuk meningkatkan mutu pendidikan

133
Sohiron

melalui upaya-upaya inovatif dengan dukungan


orangtua peserta didik, masyarakat, dan pemerintah
daerah setempat.108

B. Manajemen Berbasis Sasaran


1. Pengertian Manajemen Berbasis Sasaran
Istilah manajemen berbasis sasaran (MBS) pertama kali
dipopulerkan sebagai suatu pendekatan terhadap
perencanaan oleh Peter Drucker (1954). Sejak itu, MBO
(management by objectivitas) telah memacu banyak pengkajian,
evaluasi dan riset. MBO merupakan teknik manajemen yang
membantu memperjelas dan menjabarkan tahapan tujuan
organisasi, dengan MBO dilakukan proses penentuan tujuan
bersama antara atasan dan bawahan. Manajer tingkat atas
bersama manajer tingkat bawah bersama-sama menentukan
tujuan unit kerja agar serasi dengan tujuan organisasi.109
Penjelasan di atas memberikan gambaran jelas bahwa
manajemen berbasis sasaran (objek) pada intinya membantu
memperjelas dan menjabarkan tahapan tujuan organisasi.
Tujuan oraganisasi menjadi pemikiran dan kebutuhan
bersama antara manajer tingkat atas dan manejer tingkat
bawah agar oragansasi yang sedang dilaksanakan sesuai
dengan yang diharapkan.
Tujuan organisasi adalah segala sesuatu yang harus
dicapai oleh organisasi dalam melaksanakan misinya.
Menurut John R. Schermenhorn yang dikutip oleh Nanang
Fattah menyebutkan organisasi memiliki tujuan resmi yang
disebut misi dan tujuan operasi. Misi organisasi membantu
organisasi dalam identifikasi, integrasi, kolaborasi, adaptasi
dan pembaruan diri. Sedangkan tujuan operasi mencapai

108 Mulyono, Manajemen Administrasi dan Organisasi Pendidikan,


(Jogjakarta, Ar-Ruzz Media, 2012), hlm. 245-246
109 Nanang Fattah, Landasan Manajemen Pendidikan, (Bandung: PT. Remaja

Rosdakarya, 2006), hlm. 33

134
Administrasi dan Supervisi Pendidikan

tingkat keuntungan, posisi pasar, sumber daya, efisiensi,


kualitas, inovasi dan tanggung jawab sosial.110
Penjelasan di atas masih bersifat umum artinya
manajemen berbasis sasaran dapat dilakukan bagi
pendidikan yang menganut sistem liberal. Bagaimana jika
diterapkan di Indonesia? apakah dapat dilaksanakan sistem
MBO seperti ini atau tidak? Kenyataanya bahwa segala
aktivitas pendidikan Indonesia dibatasi tujuan dan rambu-
rambu yang dituangakan dalam peraturan pemerintah.
Namun menurut Veitzal Rivai walaupun MBO tidak dapat
diterapkan di Indonesia tapi tetap dapat memberikan
manfaat yang besar. Ia bekerja secara sistem dan membantu
pembinaan karyawan. Penerapannya terbatas mewujudkan
tujuan pendidikan yang telah ada dan membentuk serta
merealisasikan variasi-variasi tujuan pendidikan.111
Berdasarkan prinsip manajemen berbasis sasaran kepala
atau pimpinan mengelola atau mengorganisasikan lembaga
mengikutsertakan manajer bawahan untuk bersama-sama
mencapai tujuan dari lembaga/intansi pendidikan.
Manajemen berbasis sasaran mencoba membina para
bawahan kearah prilaku positif serta terjalinnya hubungan
saling menunjang antara prilaku positif. Mengapa demikian?
Karena dengan melaksanakan manajemen berbasis sasaran
seseorang mendapatkan:
a. Memiliki pengetahuan tentang apa yang diharapkan oleh
atasannya.
b. Mengerti akan kedudukannya sesuai dengan kemajuan
yang mereka peroleh masing-masing.
c. Dasar penilaian pekerjaan dan hasil kerja menjadi lebih
baik, bukan bersifat pribadi.
d. Menimbulkan semangat yang lebih tinggi dan hasil kerja
yang bermutu.112

110 Ibid, hlm. 33


111 Veithzal Rivai & Sylvina Murni, Education Management: Analisis Teori
dan Praktik, (Jakarta: Rajawali Press, 2009), hlm. 614
112 Ibid, hlm. 611

135
Sohiron

2. Efektivitas Manajemen Berbasis Sasaran


Menurut Reddin seperti yang dikutip Nanang Fattah,
manajemen berbasis sasaran dapat efektif jika mengandung
unsur-unsur sebagai berikut:
a. Komitmen kepada program, artinya keterlibatan setiap
tingkatan manajer sangat dibutuhkan karena MBO
membutuhkan banyak waktu dan tenaga.
b. Penentuan sasaran pada tingkat puncak, artinya manajer
puncak menetapkan terlebih dahulu tujuan pendahuluan
setelah berkonsultasi dengan anggota organisasi. Sasaran
harus operasional dan dapat diukur agar manajer bawah
mempunyai gambaran jelas mengenai apa yang
diharapkan oleh manajer puncak dan dapat melihat
hubungan pekerjaan dengan pencapaian tujuan
organisasi.
c. Sasaran individu maksudnya penentuan tujuan setiap
tingkat untuk membantu karyawan apa yang diharapkan
dari mereka.
d. Peran serta aktif semua tingkatan manajer sangat
menentukan tercapai tidaknya sasaran.
e. Otonomi dalam pelaksanaan rencana artinya setiap
individu mempunyai keleluasaan memilih sarana untuk
mencapai sasaran.
f. Penilai prestasi artinya harus ada evaluasi yang
dilakukan secara terprogram untuk menilai kemajuan
sasaran.113

3. Keunggulan Manajemen Berbasis Sasaran


MBO memiliki keunggulan sebagai berikut:
a. Pengelolaan cenderung lebih baik karena keharusan
membuat program.
b. Peranan dan fungsi struktur organisasi harus jelas.
c. Individu mengikat diri pada tugas-tugasnya
(commited).

113 Op. Cit, hlm. 34

136
Administrasi dan Supervisi Pendidikan

d. Pengawasan lebih efektif berkembang.

4. Kelemahan Manajemen Berbasis Sasaran


Manajemen berbasis sasaran juga memiliki kelemahan-
kelemahan yaitu:
a. Tidak mudah menanamkan pemahaman tentang konsep-
konsep dan pemberian motivasi kepada bawahan untuk
mempelajari penggunaan teknik MBO secara tepat.
b. Tidak mudah menentukan tujuan dengan memberikan
kesempatan kepada para anggota untuk berpartisipasi.
c. Tidak mudah menilai prestasi kerja, karena tidak setiap
prestasi dapat diukur secara dikuantifikasikan.
d. Perubahan yang diinginkan MBO dalam prilaku manajer
kemungkinan akan menimbulkan masalah dalam proses
MBO titik berat akan bergeser dari menilai menjadi
membantu bawahan.

C. Manajemen Berbasis Orang


1. Pengertian Manajemen Berbasis Orang
Manajemen berbasis orang merupakan suatu konsep
manajemen modern yang mengkaji dimensi prilaku,
komponen sistem dalam kaitannya dengan perubahan dan
pengembangan organisasi. Tuntuan perubahan dan
pengembangan yang muncul sebagai akibat tuntutan
lingkungan internal dan eksternal, membawa implikasi
terhadap perubahan prilaku dan kelompok dan wadahnya.
Manajer pada umunya bekerja pada lingkungan yang
selalu berubah. Perubahan lingkungan yang bermacam-
macam, menuntut organisasi selalu menyesuaikan diri. Salah
satu upaya yang paling penting adalah dengan
mengembangkan sumber daya manusia. Namun,
pengembangan sumber daya manusia (SDM) harus
diimbangi dengan pengembangan organisasi. Tuntutan
perubahan organisasi juga sering ditemukan dalam berbagai
konflik, baik konflik individu, kelompok maupun antar

137
Sohiron

kelompok. Konflik ini mengharuskan adanya perubahan


atau penataaan ulang pekerjaan dan desain organisasi yang
ada. Oleh karen itu, tuntutan akan perubahan merupakan
suatu yang tidak terelakkan. Perubahan prilaku dan
perubahan organisasi merupakan bagian esensial dari
manejemn inovasi sebagai dampak globalisasi diberbagai
bidang kehidupan.114
Perubahan bukan suatu yang diciptakan artinya hadir
secara natural/alamiyah. Lingkungan menjadi faktor
penting dalam perubahan. Penjelasan di atas memberikan
gambaran jelas bahwa organisasi pendidikan dikelilingi oleh
arus perubahan cepat artinya organisasi tidak terlepas
dengan perubahan baik perubahan prilkau atau perubahan
organisasi. Perubahan juga dapat mengakibatkan konflik
antar anggota organisasi, sehingga untuk menghadapi
berbagai perubahan dan konflik yang terjadi tidak
terelakkan membutuhkan SDM yang handal. Iulah sebabnya
organisasi akan memiliki kemampuan adaptasi yang tinggi
dan memiliki kemampuan melaksanakan perubahan yang
baik jika organisasi berisikan manusia-manusia pembelajar
dan didukung dengan sistem yang selalu dalam kondisi
belajar.115

2. Hakikat Perubahan
Perubahan adalah suatu proses menjadikan sesuatu
yang berbeda dengan yang sudah ada. Perubahan itu dapat
terjadi pada orang, struktur, dan teknologi. Perubahan
memiliki tujuan yang sifatnya penyesuaian diri dengan
lingkungan agar tujuan organisasi sesuai dengan kebutuhan
dan tuntutan masyarakat.
Perubahan yang terjadi pada organisasi melibatkan
berbagai komponen, misalnya tujuan, strategi, manusia,

114Nanang Fattah, Landasan Manajemen Pendidikan, ... hlm. 39


115 Muhaimin, et al, Manajemen Pendidikan: Aplikasi dalam Penyusunan
Rencana Pengembangan Sekolah/Madrasah, (Jakarta: Prenada Media Group, 2009),
hlm. 70

138
Administrasi dan Supervisi Pendidikan

struktur dan teknologi yang saling berkaitan erat sehingga


perubahan pada suatu komponen harus diikuti dengan
perubahan pada komponen lainnya. Misalnya perubahan
pada teknologi yang menunjang kecepatan pelayanan seperti
komputerisasi, menurut perubahan sturktur, deskripsi
pekerjaan, desain organisasi, mekanisme kordinasi. Agar
perubahan yang dilakukan efektif maka harus direncanakan
dengan baik. Mengelola perubahan dimulai dengan
merencanakan, memahami proses perubahan, mengenal
sumber-sumber penolakan maupun cara mengatasinya.116
Dari penjelasan ini data dipahami bahwa perubahan
menuntut adanya kesiapan seluruh komponen organisasi
karena perubahan sifatnya berdampak sistemik. Artinya jika
terjadi perubahan pada satu komponen oraganisasi maka
komponen lain prlu disiapkan dengan baik. Deskripsi
tentang hal-hal yang perlu disiapkan untuk menghadapi
perubahan perlu diperhatikan misalnya dengan
merencanakan, mengelola, memahami proses perubahan,
mengenal sumber-sumbernya dan cara mengatasinya.
Bagaimana hakikat atau perubahan dalam pendidikan?
Sulit untuk menjawab atau menjelaskan perubahan
pendidikan secara ringkas. Masalahnya istilah “perubahan
pendidikan” memiliki beragam arti. Perubahan pendidikan
mempunyai banyak dimensi dan juga sulit untuk
menggunakan istilah analisis. Akan tetapi sebuah
kesimpulan umum telah dijelaskan oleh Veithzal Rivai
bahwa perubahan pendidikan memiliki arti:
a. Perubahan adalah fenomena proses. Perubahan
berlangsung seiring waktu perubahan dapat terjadi
secara evolusi dan revolusi, melibatkan sejumlah
tahapan, para individu, institusi-institusi dan sub-sistem.
b. Perubahan adalah fenomenal sistemik. Perubahan
apapun dalam sistem sosial seperti kreasi berantai. Setiap
individu, organisasi dan kelompok yang berkepentingan

116 Nanang Fattah, Landasan Manajemen Pendidikan, ... hlm. 40

139
Sohiron

terhubung melalui koneksi formal dan informal yang


dipengaruhi kekuatan eksternal.
c. Perubahan merupakan fenomena multi-dimensional.
Perubahan pendidikan hanya dapat benar-benar
dimengerti dengan menggunakan prespektif yang
berbeda termasuk prespektif dari bidang lain. Sejumlah
teori dan hipotesis bidang ekonomi, antropologi,
sosiologi, psikologi, administratif, dan ilmu
pengorganisasian pedagogi penting untuk memahami
banyaknya dimensi perubahan.117
Ketiga proses perubahan di atas memeberikan
pemahaman bahwa perubahan pendidikan memiliki arti
yang luas dapat dilihat dari aspek proses, sistem dan multi-
dimensional.

3. Proses Perubahan
Kurt Lewin seperti dikutip Nanang Fattah menyatakan
bahwa setiap individu mengalami dua hambatan utama
untuk melakukan perubahan, yaitu tidak bersedia
mengubah prilaku yang sudah mapan dan perubahan hanya
dalam waktu singkat (kembali ke pola prilaku lam)118.
Memang sangat sulit untuk merubah suatu yang telah
mapan, membutuhkan kesiapan dari setiap individu yang
berkepentingan menginginkan kebaikan. Perubahan juga
tidak dapat maksimal jika hanya bersifat sementara artinya
dalam waktu singkat. Sangat benar bahwa perubahan perlu
direncanakan dan dikelola dengan baik.
Dari beberapa studi kasus pada perubahan pendidikan
dibeberapa negara terdapat empat kategori rintangan yang
muncul, sebagai berikut:
a. Rintangan nilai. Rintangan ini ada karena setiap individu
dan kelompok memiliki ideologi dan kepercayaan yang

117 Veithzal Rivai & Sylvina Murni, Education Management: Analisis Teori

dan Praktik, ... hlm. 643


118 Nanang Fattah, Landasan Manajemen Pendidikan, ... hlm. 40

140
Administrasi dan Supervisi Pendidikan

berbeda yang membuat perubahan terlihat berbeda,


tergantung perpsektif pengamatnya.
b. Rintangan kekuasaan. Rintangan tersebut dihasilkan dari
redistribusi kekuasaan dalam sistem, yang sering
merupakan hasil dari inovasi yang signifikan.
c. Rintangan praktis. Terkadang inovasi gagal karena
inovasi tidak diungkapkan dengan baik.
d. Rintangan psikologis. Terkadang orang menolak
perubahan walaupun perubahan tersebut terlalu
memengaruhi kekuasaan atau nilai-nilai mereka.
Oleh karena itu berbagai rintangan ini perlu untuk
dipahami dengan baik agar proses perubahan tidak
terhambat. Lewin seperti yang dikutip Nanang Fattah
mengembangkan sebuah model proses perubahan yang
terdiri dari tiga langkah.

Tahap Pencairan

Tahap
Pengubahan

Tahap Pembekuan

Melalui tiga tahapan ini Lewin menjelaskan pada tahap


“pencairan” mencakup upaya membuat kebutuhan akan
perubahan secara gamblang sehingga individu, kelompok
atau organisasi dapat dengan mudah memahami dan
menerima perubahan. Pada tahap “pengubahan” mencakup
pemodifikasian organisasi yang membutuhkan agen
perubahan yang terlatih untuk membantu perkembangan
nilai, sikap, dan prilaku baru selama proses mengidentifikasi
nilai dan internalisasi. Sedangkan pada tahap “pembekuan”

141
Sohiron

mencakup mengukuhkan pola prilaku baru (refrezing)


melalui mekanisme pendukung atau penguat, sehingga
menjadi norma baru. Pada tahap ini data dan informasi
umpan balik merupakan aspek penting untuk mengevaluasi
dan lebih menyempurnakan tindakan perubahan.

D. Manajemen Berbasis Mutu Terpadu Pendidikaan


1. Pengertian Manajemen Berbasis Mutu Terpadu
Pendidikan
Secara etimologi kata “mutu” di dalam Kamus Besar
Bahasa Indonesia Mutu (quality) diartikan dengan ukuran
baik buruk suatu benda, kadar, taraf, atau derajat
(kepandaian, kecerdasan, dan sebagainya), kualitas119. Dalam
bahasa Inggris mutu diistilahkan dengan “quality”
sedangkan dalam bahasa Arab disebut “juddah”. Secara
terminologi istilah mutu memiliki pengertian yang cukup
beragam mengandung banyak tafsir dan bertentangan. Hal
itu disebabkan tidak ada ukuran yang baku tenang mutu.
Sehingga sulit kiranya untuk mendapatkan sebuah jawaban
yang sama apakah sesuatu itu bermutu atau tidak.
Mutu mengimplikasikan hal-hal yang berbeda pada
masing-masing orang. Sebuah alasan yang paling mungkin
dalam memahami karakter mutu yang membingungkan
tersebut adalah bahwa mutu merupakan gagasan yang
dinamis. Kekuatan emosi dan moral yang dimiliki mutu
membuatnya menjadi sebuah gagasan yang sulit
diseragamkan. Mutu merupakan suatu ide yang dinamis
bukan yang kaku sehingga perlu pembahasan yang
komprehensif berkaitan dengan mutu.
Setidaknya ada hal agar mutu dapat dipahami secara
luas. Pertama, mutu adalah konsep yang absolut. Dalam
definisi yang absolut sesuatu yang bermutu merupakan
bagian standar yang tinggi yang tidak dapat diungguli.

119 Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa,

Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1996), hlm. 67

142
Administrasi dan Supervisi Pendidikan

Pandangan ini membawa implikasi bahwa dalam


memproduksi barang dan jasa digunakan kriteria untuk
menilai mutu dan kriteria itu ditentukan oleh produsen dan
pemasok barang. Kedua, mutu adalah konsep yang relatif.
Dalam definisi ini mutu bukan sebagai suatu atribut produk
dan layanan tetapi suatu dianggap berasal dari produk dan
layanan tersebut. Mutu dapat dikatakan apabila sebuah
layanan memenuhi spesifikasi yang ada. Mutu merupakan
sebuah cara yang menentukan apakah produk terakhir
sesuai standar atau belum. Mutu dalam definisi relatif
dianggap sebagai ukuran relatif kebaikan suatu produk dan
jasa yang terdiri atas kualitas desain dan kualitas
kesesuaian.120
Untuk lebih memahami konsep mutu yang sulit
diseragamkan terdapat kriteria umum yang telah disepakati
bahwa sesuatu dikatakan bermutu pasti ketika sesuatu itu
bernilai baik atau buruk mengandung makna yang baik.
Sebaliknya dikatakan tidak bermutu bila sesuatu itu
mempunyai nilai yang kurang baik atau mengandung
makna yang kurang baik.121

2. Manajemen Mutu Terpadu Pendidikan


Falsafah dasar mutu terpadu (Total Quality Management)
adalah mengerjakan pekerjaan yang benar dan tepat sejak
pertama kali. Menurut Caffe dan Sherr yang dikutip oleh
Nur Zazin menyatakan bahwa manajemen mutu terpadu
adalah suatu filosofi komprehensif tentang kehidupan dan
kegiatan organisasi yang menekankan perbaikan
berkelanjutan sebagai fundamental untuk meningkatkan
mutu, produktivitas dan mengurangi pembiayaan.

120 Sohiron, Akreditasi Satuan Pendidikan, (Pekanbaru: Zanafa Publishing,


2014), hlm. 1-3
121 Muhammad Faturrahman & Sulistyorini, Implementasi Peningkatan

Mutu Pendidikan Islam: Peningkatan Lembaga Pendidikan Islam Secara Holistik,


(Jogjakarta: Teras, 2012), hlm. 41

143
Sohiron

Pengertian ini masih bersifat umum, secara lebih


spesifik manajemen mutu dalam pendidikan dapat
disebutkan ‘mengutamakan pelajar” atau “program
perbaikan sekolah” yang mungkin dilakukan secara lebih
kreatif dan konstruktif. Penekanan yang penting adalah
mutu terpadu dalam programnya dapat mengubah kultur
sekolah.122
Menurut Sallis (2003: 17) seperti yang dikutip Husaini
Usman bahwa manajemen mutu terpadu pendidikan adalah
menciptakan budaya mutu dimana tujuan setiap anggota
ingin menyenangkan pelanggannya dan dimana struktur
organisasinya mengizinkan untuk mereka berbuat seperti
itu.123
Manajemen mutu terpadu berfungsi efektif dalam
berbagai organisasi, yaitu untuk meningkatkan kualitas
outcome atau produk, sehingga dapat diterima oleh
pelanggan atau pemakai dan dapat menghindari timbulnya
kesalahan. Kegiatan pendidikan yang dilaksanakan harus
diutamakan untuk mencapai kepuasan pelanggan
pendidikan.124
Pelanggan menjadi tujuan utama dalam pelaksanaan
TQM di sekolah. Penerapan TQM di sekolah menghendaki
adanya perbaikan mutu dalam satu sekolah. Konsep mutu
dalam TQM harus memenuhi spesifikasi yang telah
ditetapkan yang secara operasional, mutu ditentukan oleh
dua faktor yaitu terpenuhinya spesifikasi yang telah
ditentukan sebelumnya atau disebut mutu sesungguhnya,
dan terpenuhinya spesifikasi yang diharapkan menurut
tuntutan dan kebutuhan pengguna jasa atau disebut mutu
persepsi.

122 Nur Zazin, Gerakan Menata Mutu Pendidikan: Teori dan Aplikasi,.. hlm.
57.
123 Husaini Usman, Op. Cit, hlm. 530.
124 Encep Safrudin Muhyi, Kepemimpinan Pendidikan Transformasional,
(Jakarta: Diadit Media, 2011), hlm. 83

144
Administrasi dan Supervisi Pendidikan

Mutu sesungguhnya diukur dengan mutu produksi


sesuai kriteria dengan spesifikasi, cocok dengan tujuan
pembuatan dan penggunaan tanpa cacat (zero defect), dan
selalu baik sejak awal (right first time and every time). Mutu
dalam persepsi diukur dengan kepuasan pelanggan atau
pengguna, meningkatnya minat, harapan dan kepuasan
pelanggan. Dalam konteks pendidikan mutu sesungguhnya
adalah merupakan profil lulusan institusi pendidikan sesuai
dengan kualifikasi tujuan yang berbentuk standar
kemampuan dasar atau kualifikasi akademik minimal
dikuasai oleh peserta didik. Sedangkan pada mutu persepsi,
pendidikan adalah kepuasan dan bertambahnya minat
pelanggan eksternal terhadap lulusan pendidikan.125
Dapat di interpertasi bahwa penerapan TQM di sekolah
tujuan utama adalah menjamin mutu seseungguhnya artinya
memberikan kepuasan pelaksanaan pendidikan kepada
peserta didik, dan menjamin mutu persepsi yaitu
memberikan kepercayaan kepada pengguna jasa pendidikan
bahwa lulusan pendidikan pada suatu setiap institusi
pendidikan siap untuk dipakai dan berdaya saing.
Sekolah/Madrasah yang menerapkan TQM harus
memperhatikan lima hal sebagai berikut:
a. Perbaikan secara terus menerus
b. Menentukan standar mutu
c. Perubahan Kultur
d. Perubahan organisasi
e. Mempertahankan hubungan dengan pelanggan
Lima poin ini menjadi patokan dalam pelaksanaan
TQM di sekolah/madrasah. Sekolah/madrasah menjadi
lebih baik dengan selalu melakukan perbaikan, menentukan
standar mutu, merubah kultur, melakukan perubahan
oraganisasi ke arah yang lebih baik, dan menjaga erat
hubungan dengan pelanggan pendidikan.

125 Op. Cit, ... 63

145
Sohiron

Keberhasilan penerapan TQM dalam suatu sekolah


diukur dengan tingkat kepuasan pelanggan, baik internal
maupun eksternal. Sekolah dikatakan baik jika mampu
memberikan pelayanan sesuai harapan pelanggan. Tim
Depdiknas dalam Nur Zazin menyebutkan bahwa sekolah
dikatakan baik atau berhasil mencakup hal-hal sebagai
berikut:
a. Siswa puas dengan layanan sekolah, yaitu dengan
pelajaran yang diterima, perlakuan guru, pimpinan,
puas dengan fasilitas yang disediakan sekolah atau
siswa menikmati situasi sekolah dengan baik.
b. Orangtua siswa merasa puas dengan layanan
terhadap anaknya, layanan yang diterimanya dengan
laporan tentang perkembangan kemajuan belajar
anaknya, dan program yang dijalankan sekolah.
c. Pihak pemakai atau penerima lulusan (PT, Industri,
Masyarakat) puas karena menerima lulusan dengan
berkualitas tinggi sesuai harapan.
d. Guru dan karyawan puas dengan layanan sekolah
dalam bentuk, pembagian kerja, hubungan dan
komunikasi antar-guru/pimpinan, karyawan, dan
gaji/honor yang diterima dan pelayanan lainnya.126
Dari penjelasan di atas dapat diinterpertasi bahwa TQM
sangat erat dengan kepuasan baik dari internal maupun
eksternal. Kepuasan dari internal terdiri dari kepala sekolah,
guru, staf, karyawan merasa puas terhadap segala layanan
yang diberikan kepada mereka. Sedangkan kepuasan
eksternal dapat dilihat dari Perguruan tinggi, Masyarakat,
industri yang merasa puas memekai jasa lulusan dari setiap
intansi pendidikan yang mengutamakan mutu.

126 Nur Zazin, Gerakan Menata Mutu Pendidikan: Teori dan Aplikasi,.. hlm.
64

146
Administrasi dan Supervisi Pendidikan

3. Perbedaan Manajemen Mutu Terpadu Pendidikan


dengan Manajemen Lainnya.
Ada empat hal yang membedakan manajemen mutu
terpadu pendidikan (MMTP) dengan manajemen lain:
a. Asal intelektualnya berasala dari ilmu-ilmu sosial. Ilmu
ekonomi mikro merupakan dasar dari sebagian besar
teknik-teknik manajemen keuangan. Ilmu psikologi
merupakan dasar teknik pemasaran dan decision support
system. Ilmu sosiologi memberikan konseptual bagi
desain organisasi. Inti dari TQM adalah pengendalian
Proses Statistikal yang didasarkan pada sampling dan
analisis varians.
b. Sumber inovasi. Apabila ide dan teknik manajemen
bersumber dari sekolah bisnis dan perusahaan konsultan
manajemen terkemuka maka inovasi manajemen mutu
terpadu pendidikan berasal dihasilkan oleh para pionir
yang pada umumnya adalah insinyur teknik industri dan
ahli fisika yang bekerja diisektor industri dan
perusahaan.
c. Asal negara kelahirannya. Kebanyakan konsep dan
teknik manajemen keuangan, pemasaran, manajemen
strategik dan desain organsasi berasal dari amerika
serikat kemudian menyebar diseluruh dunia. Manajemen
Mutu Terpadu (MMT) berasal dari Amerika tetapi lebih
banyak dikembangkan di Jepang, kemudian berkembang
di Amerika Utara dan Eropa, jadi MMT
mengintegrasikan keterampilan teknikal dan analisis dari
amerika, keahlian implementasi dan pengorganisasian
jepang serta tradisi keahlian dan integrasi dari Eropa dan
Asia.
d. Diseminasi atau penyebaran. Penyebaran sebagian besar
manajemen modern bersifat hierarkis dan top-down
yang mempeloporinya perusahaan raksasa seperti
General Elektrik, IBM, dan General Motors. Sedangkan
perbaikan kualitas merupakan bottom up yang
dipelopori perusahaan kecil. Dalam implementasi MMT

147
Sohiron

penggerak utamanya tidaklah selalu CEO tetapi


seringkali melah manajer departemen atau manajer
devisi.127
Dari penjelasan di atas dapat dipahami bahwa
manajemen mutu teradu pendidikan merupakan konsep
manajemen baru yang mengintegrasikan atau memadudak
ilmu-ilmu sosial menjadi satu kesatauan yang utuh, ide-ide
inovasi atau gagasan manajemen berasal dari para pionir
atau insinyur yang bekerja pada industri dan perusahaan.
MMTP berasal dari Amerika yang kemudian dipadukan
dengan implementasi pengorganisasian dari Jepang,
keahlian dan integrasi dari Eropa dan Asia.

4. Prinsip dan Komponen Manajemen Mutu Terpadu


Pendidikan
Husaini Usman mengatakan MMTP merupakan suatu
konsep yang berusaha melaksanakan sistem manajemen
kelas dunia. Untuk itu diperlukana perubahan besar dan
sistem nilai suatu organisasi.
a. Prinsip-Prinsip MMTP
Menurut Hensler dan Brunell dalam Husaini Usman
ada empat prinsip utama dalam MMTP yaitu sebagai
berikut:
1) Kepuasaan pelanggan. Konsep mengenai mutu dan
pelanggan diperluas dengan spesifikasi-spesifikasi
tertentu, tetapi mutu tersebut ditentukan oleh
pelanggan. Pendidikan adalah layanan jasa. Sekolah
harus memberikan layanan yang sebaik-baiknya
kepada pelanggannya. Pelanggan meliputi internal
dan eksternal. Pelanggan internal meliputi siswa,
guru, dan staf tata usaha. Pelanggan eksternal adalah
orangtua siswa, pemerintah dan masyarakat termasuk
komite sekolah.

127 Husaini Usman, Op. Cit, ...hlm. 533

148
Administrasi dan Supervisi Pendidikan

2) Respek terhadap orang. Dalam sekolah yang bermutu


dunia, setiap orang di sekolah dipandang memiliki
potensi. Orang yang ada di organisasi dipandang
sebagai sumber daya organisasi yang paling bernilai
dan dipandang sebagai aset organisasi.
3) Manajemen berdasarkan fakta. Setiap keputusan
didasarakan kepada fakta bukan perasaaan (feeling)
atau ingatan semata. Ada dua konsep berkaitan
dengan ini: pertama, prioritatisasi yakni soatu konsep
bahwa perbaikan tidak dapat dilakukan pada semua
aspek pada saat yang bersamaan mengingat
keterbatasan sumber daya yang ada. Kedua, variasi
atau variablitas kinerja manusia. Data statistik dapat
menggambarkan mengenai variabilitas yang
merupakan bagian yang wajar dari setiap sistem
organisasi.
4) Perbaikan terus menerus. Sekolah agar melakukan
proses sistematis dalam melaksanakan perbaikan
berkesinambungan. Konsep yang berlaku adalah
siklus PDCA, yang terdiri dari perencanaan,
melaksanakan rencanam memeriksa hasil pelaksanaan
rencana, dan melakukan tindakan korektif terhadap
hasil yang diperoleh.128

b. Komponen-komponen MMTP
Geotsch dan Davis dalam Husaini Usman
mengatakan ada 10 kompeten dalam pelaksanaan MMTP
sebagai berikut:
1) Fokus kepada kepuasan pelanggan. Baik pelanggan
internal maupun pelanggan eksternal.
2) Obsesi terhadap mutu. Pelanggan menentukan mutu,
dengan mutu organisasi terobsesi memenuhi yang
diinginkan pelanggan.

128 Ibid, ... hlm. 535-536

149
Sohiron

3) Pendekatan ilmiah. Pendekatan ini diperlukan untuk


mendesain pekerjaan, proses pengambilan keputusan
dengan demikian data lapangan sangat diperlukan
dalam menyusun patok duga, memantau prestasi
dan melaksanakan perbaikan.
4) Komitmen jangka panjang. MMTP merupakan
paradigma baru, untuk itu dibutuhkan budaya
sekolah yang baru pula. Komitmen jangka panjang
sangat diperlukan guna mengadakan perubahan
budaya agar penerapan MMTP dapat terlaksana
dengan baik.
5) Kerja sama tim (teamwork). MMTP menerapkan kerja
sama tim, kemitraan dijalin dan dibuka baik antar
wargasekolah maupun luar sekolah.
6) Perbaikan sistem secara terus menerus. Sistem perlu
terus menerus diperbaiki agar mutu dapat
meningkat.
7) Pendidikan dan pelatihan. Sekolah yang menerapkan
MMTP, pendidikan dan pelatihan merupakan faktor
yang mendasa, dengan demikian pendidikan dan
pelatihan setiap guru dan staf tata usaha akan
meningkat keterampilan teknisnya.
8) Kebebasan yang terkendali. Keterlibatan dan
pemberdayaan guru dan staf tatusaha dalam
pengambilan keutusan dan pemecahan sangat
penting karena dapat meningktkan rasa memiliki dan
tanggung jawab terhadap keputusan yang dibuat
serta dapat memperkaya wawasan dan pandangan
dalam suatu keputusan.
9) Kesatuan tujuan. Agar penerapan MMTP diterapkan
dengan baik maka sekolah harus memiliki kesatuan
tujuan yang jelas, dengan demikian setiap usaha
dapat diarahkan pada semua tujuan yang sama.
10) Adanya keterlibatan dan pemberdayaan guru dan
staf tata usaha. Usaha dalam melibatkan guru dan
staf tata usaha mempunyai manfaat sebagai berikut:

150
Administrasi dan Supervisi Pendidikan

pertama, dapat menghasilkan keputusan yang baik,


dan perbaikan yang lebih efektif karena mencakup
pandangan dan pemikiran dari pihak yang langsung
berhubungan dengan situasi kerja. Kedua,
meningkatkan “rasa memiliki” dan tanggung jawab
atas keputusan dengan melibatkan orang yang harus
melaksanakan.129

129 Ibid, ... hlm. 537-538

151
Sohiron

BAB VI
KOMPETENSI KEPALA SEKOLAH

A. Pengertian Kompetensi Kepala Sekolah


Secara etimologi kompetensi artinya kewenangan untuk
memutuskan atau bertindak.130 Kompetensi juga diartikan
kewenangan/kekuasaan untuk memutuskan sesuatu,
kemampuan menguasai gramatika suatu bahasa secara
abstrak atau batiniyah.131 Kompetensi juga diartikan dengan
daya saing, keadaan memiliki kecakapan dan pengetahuan
yang memadai dalam suatu hal atau pekerjaan.132
Berdasarkan pengertian di atas dapat diinterpretasi
“kompetensi” erat kaitannya dengan kemampuan, daya
saing, kecakapan seseorang dalam suatu hal atau pekerjaan
sebagai wewenang atau kekuasaan dalam menentukan
segala sesuatu. Artinya keputusan diambil oleh seseorang
berdasarkan dengan kemampuan atau kecakapan yang
dimiliki.
Kepala sekolah yang berhasil apabila mereka memahami
keberadaan sekolah sebagai organisasi yang kompleks dan
unik serta mampu melaksanakan peranana kepala sekolah
sebagai seorang yang diberi tanggung jawab untuk
memimpin sekolah.

130 Indah Nur’aini, Kamus Bahasa Indonesia, (Bogor: CV. Duta Grafika,

2010), hlm. 533.


131 Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia,

(Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2008), hlm. 720.


132 Tim Pustaka Phoenix, Kamus Besar Bahasa Indoensia Edisi Baru, (Jakarta

Barat: PT. Media Pustaka Phoenix, 2008), hlm. 471.

152
Administrasi dan Supervisi Pendidikan

Sekolah sebagai organisasi yang komplek dan unik.


Bersifat kompleks karena sekolah sebagai organisasi yang di
dalamnya terdapat dimensi yang satu sama lain saling
berkaitan dan saling menentukan. Bersifat unik
menunjukkan sekolah sebagai organisasi memiliki ciri-ciri
tertentu yang tidak dimiliki oleh organisasi lain yakni
terdapat proses belajar-mengajar, tempat penyelenggaraan
pembudayaan kehidupan umat manusia. Sekolah yang
berhasil maka memerlukan tingkat koordinasi yang tinggi.133
Dari penjelasan di atas dapat dipahami yang dimaksud
dengan “kompetensi kepala sekolah” adalah segala
kecakapan atau kemampuan kepala sekolah untuk
memimpin dan melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya
dengan baik serta memahami sekolah sebagai organisasi
yang kompleks serta unik.
Untuk lebih memahami tugas dan tanggung jawab
kepala sekolah terlabih dahulu dua kata kunci ini perlu
untuk diperjelas. Seperti yang dijelaskan Wahjosumidjo kata
“Kepala” daapat diartika dengan ketua atau pemimpin
dalam suatu organisasi atau suatu lembaga. Sedangkan
“sekolah” sebuah lembaga dimana tempat memberi dan
menerima pelajaran. Secara sederhana “kepala sekolah”
dapat didefinisikan sebagai seorang tenaga fungsional guru
yang diberi tugas untuk memimpin suatu sekolah dimana
diselenggarakan proses belajar mengajar, atau tempat
dimana terjadi interaksi antara guru yang memberi pelajaran
dan murid yang menerima pelajaran.134
Kata memimpin mengandung arti kemampuan untuk
menggerakkan segala sumber yang ada pada suatu sekolah
sehingga dapat didayaguanakan secara maksimal untuk
mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Sutisna mengatakan
kepemimpinan diartikan sebagai proses mempengaruhi

133 Wahjosumidjo, Kepemimpinan Kepala Sekolah: Tinjauan Teoritik dan

Permasalahannya, (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2007), hlm. 81.


134 Ibid, ... hlm. 83

153
Sohiron

kegiatan seseorang atau kelompok dalam usaha-usaha


kearah pencapaian tujuan dalam situasi tertentu.135 Begitu
luas arti “memimpin” mengindikasikan bahwa tugas kepala
sekolah sangat luas sebagai pemimpin organisasi yang
komplek dan unik.
Definisi kepala sekolah juga dapat dilihat dari dua sisi.
Pertama, secara formal kepala sekolah dipandang cakap dan
memiliki kualifikasi untuk menduduki jabatan itu yang
diangkat oleh pihak yang berwenang untuk mengelola suatu
sekolah. Dari sisi ini kepala sekolah merupakan pejabat
struktural yang menjalankan peran kepemimpinan dengan
kekuasaan yang sah (legitimate power) yang dimilikinya.
Kedua, secara fungsional, kepala sekolah memainkan
beberapa peran. Mulyasa menyebutkan dalam Muhyidin Al-
Barobis bahwa kepala sekolah memiliki peran edukator,
manajer, administrator, dan supervisor.136
Di dalam bahasa Arab pemimpin atau kepemimpinan
diterjemahkan sebagai al-ri’ayah, al-imarah, al-qiyadah, atau al-
zaamah kata tersebut memiliki makna yang sama atau
muradif. Para ahli pendidikan menyebut istilah
kepemimpinan pendidikan dengan istilah “qiyadah
tarbawiyah”. Tilaar dalam Mujammil Qomar menyebutkan
pemimpin adalah jenderal lapangan yang mengendalikan
berbagai strategi dan taktik untuk melaksanakan program
yang telah disepakati. Lebih dari itu pemimpin harus
memiliki gagasan yang terus berkembang terutama terkait
dengan strategi untuk memajukan organisasi yang
dipimpinnya.137
Kepala sekolah yang bertanggung jawab penuh
terhadap pencapaian tujuan sekolah perlu menyadari tugas

135 Oteng Sutisna, Administrasi Pendidikan: Dasar Teoritis untuk Praktek

Profesional, (Bandung: PT. Angkasa, 1989), hlm. 300


136 Muhyidin al-Barobis, Kepemimpinan Pendidikan, (Jogjakarta, PT.

Pustaka Insan Madani, 2012), hlm. 29.


137 Mujammil Qomar, Manajemen Pendidikan Islam: Strategi baru

Pengelolaan Lembaga Pendidikan Islam, (Malang: PT. Erlangga, 2007), hlm. 274.

154
Administrasi dan Supervisi Pendidikan

dan tanggung jawabnya. Mulyasa dalam Mujamil Qomar


menyebutkan kepala sekolah sebagai pemimpin perlu
memiliki tiga kemampuan dasar yakni:
1. Kemampuan manajerial dalam kaitannya dengan
chief officer.
2. Sense of business. Kemampuan berhubungan dengan
pencairan sumber dana yang akan menjamin tetap
terlaksananya operasional pendidikan.
3. Sense of educated. Kemampuan dalam mendidik.138
Selanjutnya dalam kelompok manapun seorang
pemimpin harus memiliki power atau pengaruh diantaranya
sebagai berikut:
1. Power eksekutf pelaksanaan, yaitu pengaruh yang
dapat menimbulkan karisma dan wibawa untuk
mengatur enggota kelompok atau orang lain.
2. Power legislatif pembuat hukum, yaitu pengaruh
untuk mengatur hubungan antar kelompok (satu
kelompok dengan kelompok lain).
3. Power pembuat keputusan, yaitu pengaruh untuk
mendamaikan perselisihan yang terjadi dalam
penerapan hukum.139
Berkaitan dengan tugas dan tanggung jawab kepala
sekolah yang kompleks dan unik, Pemerintah telah
menetapkan sejumlah kompetensi yang harus dimiliki oleh
seorang kepala sekolah. Melalui Peraturan Menteri
Pendidikan Nasional (Permendiknas) Nomor 13 Tahun 2007
tentang Standar Kepala Sekolah/Madrasah. Pemerintah
telah menetapkan sejumlah kualifikasi dan kompetensi yang
harus dipenuhi kepala sekolah. Kualifikasi lebih ditekankan
kepada masalah administrasi seperti gelar akademik,
pangkat, kepegawaian dan masa kerja. Sedangkan
kompetensi lebih ditekankan kepada kemampuan yang

138Ibid, ... hlm. 284.


139 Ali Muhammad Taufiq, Praktik Manajemen Berbasis Al-Qur’an
diterjemahkan oleh Abdul Hayyie al-Kattani dan Sabaruddin, (Jakarta: Gema
Insani, 2004), hlm. 35-37

155
Sohiron

harus dimiliki oleh seorang kepala sekolah. Kompetensi


yang harus dimiliki oleh kepala sekolah mencakup lima
dimensi kompetensi yaitu kompetensi kepribadian,
kompetensi manjerial, kompetensi kewirausahaan,
kompetensi supervisi, dan kompetensi sosial.140
Kualifikasi kepala sekolah dibedakan menjadi dua.
Pertama, kaulifikasi umum kepala sekolah mencakup
beberapa hal:
1. Memiliki kualifikasi akademik sarjana (S1) atau
Diploma Empat (IV) Kependidikan atau
Nonkependidikan pada perguruan terakreditasi.
2. Pada waktu diangkat menjadi kepala sekolah
setinggi-tingginya berusia 56 tahun.
3. Memiliki pengalaman mengajar sekurang-
kurangnya 5 (lima) tahun menurut jenjang sekolah
masing-masing kecuali Taman Kanak-
Kanak/Raudhatul Athfal (TK/RA) memiliki
pengalaman mengajar sekurang-kurangnya 3 (tiga)
tahun di TK/RA.
4. Memiliki pengkat serendah-rendahnya III/c bagi
pegawai negeri sipil dan bagi non PNS disetarakan
dengan kepangkatan yang dikeluarkan oleh yayasan
atau lembaga yang berwenang.
Kedua, kualifikasi khusus kepala sekolah ditentukan
sesuai dengan jenjang sekolah yang dipimpinnya. Kepala
sekolah pada jenjang Taman Kanak-Kanak/Raudhatul
Athfal (TK/RA), Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyyah
(SD/MI), Sekolah Menengah Pertama/Madrasah
Tsanawiyah (SMP/Mts), Sekolah Menengah Atas/Madrasah
Aliyah (SMA/MA) Sekolah menengah Kejuruan/Madrasah
Aliyah Kejuruan (SMK/MAK) Sekolah Dasar Luar
Biasa/Sekolah Menengah Luar Biasa/Sekolah Menengah
Atas Luar Biasa (SDLB/SMPLB/SMALB) maupun

140 Muhyidin al-Barobis, Kepemimpinan Pendidikan, hlm. 30-31

156
Administrasi dan Supervisi Pendidikan

kualifikasi kepala sekolah Luar Negeri pada dasarya


memiliki substansi ketentuan yang sama yaitu:
1. Berstatus sebagai guru yang mengajar pada lembaga
dan jenjang sekolah tersebut.
2. Memiliki sertifikat pendidik.
3. Memiliki sertifikat kepala sekolah berdasarkan
jenjang sekolah yang dipimpinnya yang diterbitkan
oleh lembaga yang ditetapkan oleh pemerintah.
Berdasarkan kualifikasi-kualifikasi tersebut kepala
sekolah dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya
diharapkan dapat meningkatkan kualitas kerjanya
mewujudkan sekolah yang berhasil.141 Kualifikasi dan
kompetensi yang diatur oleh pemerintah menggambarkan
betapa penting jabatan atau peran kepala sekolah untuk
memajukan dan mengorganisasikan sekolah agar tujuan
organisasi tercapai dan sekolah menjadi lebih baik.

B. Kompetensi Kepribadian Kepala Sekolah


Kepribadian asal katanya adalah pribadi. Menurut
Kamus Bahasa Indonesia “pribadi” artinya manusia sebagai
perseorangan, diri manusia itu sendiri. Kata pribadi terdapat
tambahan awalan “ke” dan akhiran “an” yakni kepribadian
artinya keadaan manusia sebagai perseorangan keseluruhan
sifat yang merupakan watak orang artinya orang yang baik
sifat dan wataknya. Kepribadian juga diartikan sifak hakiki
yang tercermin pada seseorang atau suatu bangsa yang
membedakannya dengan orang atau bangsa lain.142
Kepribadian juga diartikan dengan sifat mendasar yang

141 Andang, Manajemen dan Kepemimpinan Kepala Sekolah: Konsep, Strategi

dan Inovasi Menuju Sekolah Efektif, (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2014), hlm. 139-
140.
142 Tim Pustaka Phoenix, Kamus , Op.Cit., hlm. 674.

157
Sohiron

tercermin dari prilaku seseorang atau suatu bangsa yang


merupakan ciri atau bangsa tersendiri.143
Dengan demikian kompetensi kepribadian kepala
sekolah yang dimaksud di atas adalah daya atau
kemampuan kepala sekolah sebagai kualitas diri yang
menjadi ciri khas dan membedakannya dengan orang lain.
Adapaun kompetensi kepribadian kepala sekolah adalah
sebagai berikut:
1. Berakhlak mulia, menembangkan budaya dan tradisi
akhlak mulia, dan menjadi teladan akhlak mulia bagi
komunitas di sekolah/madrasah.
2. Memiliki integritas kepribadian yang kuat sebagi
pemimpin.
3. Memiliki keinginan yang kuat dalam pengembangan
diri sebagai kepala sekolah.
4. Bersikap terbuka dalam melaksanakan tugas pokok
dan fungsi.
5. Mampu mengendalikan diri dalam menghadapi
masalah dalam pekerjaan sebagai kepala sekolah.
6. Memilik bakat dan minat jabatan sebagai pemimpin
pendidikan.144
Poin-poin di atas memberikan penjelasan bahwa aspek
kepribadian kepala sekolah menjadi suatu
kompetensi/kemampuan bagi kepala sekolah sebagai
pemimpin untuk menjadi panutan atau teladan bagi warga
sekolah untuk melaksanakan tugas dan fungsi dengan baik.

C. Kompetensi Manajerial Kepala Sekolah


Kepala sekolah disamping sebagai pemimpin, kepala
sekolah juga sebagai manajer. Sebagai seorang manajer
kepala sekolah perlu memahami, mengerti dan
melaksanakan fungsi-fungsi manajemen dengan baik.

143 Peter Salim & Yenny Sali, Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer,

(Jakarta: Modern English Press, 2002), hlm. 1190


144 Andang, Kepemimpinan, Op. Cit. Hlm. 141

158
Administrasi dan Supervisi Pendidikan

Sebagai seorang manajer pada hakikatnya kepala sekolah


adalah seorang perencana, organisator, pemimpin, dan
seorang pengendali. Menurut Stoner dalam Wahjosumidjo
ada delapan fungsi seorang manajer yang perlu
dilaksanakan dalam suatu organisasi yaitu bahwa para
manajer:
1. Bekerja dengan dan melalui orang lain.
2. Bertanggungjawab dan mempertanggungjawabkan.
3. Dengan waktu dan sumber daya yang terbatas
mampu menghadapi berbagai persoalan.
4. Berpikir secara realistis dan konseptual.
5. Sebagai juru penengah.
6. Sebagai seorang politisi.
7. Sebagai seorang diplomat.
8. Pengambil keputusan yang sulit.145
Dalam Permendiknas No 13 Tahun 2007 Tentang
Standar Kompetensi kepala sekolah disebutkan kompetensi
manajerial kepala sekolah meliputi:
1. Menyusun perencanaan sekolah untuk berbagai
tingkatan perencanaan.
2. Mengembangkan organisasi sekolah sesuai dengan
kebutuhan.
3. Memimpin sekolah/madrasah dalam rangka
pendayagunaan sumber daya manusia secara
optimal.
4. Mengelola perubahan dan pengembangan
sekolah/madrasah menuju organisasi pembelajar
yang efektif.
5. Menciptakan budaya dan iklim sekolah/madrasah
yang kondusif dan inovatif bagi pembelajaran
peserta didik.
6. Mengelola guru dan staf dalam rangka
pendayagunaan sumber daya manusia secara
optimal.

145 Wahjosumidjo, Kepemimpinan Kepala Sekolah, ... Op. Cit, hlm. 96-97

159
Sohiron

7. Mengelola sarana dan prasarana sekolah/madrasah


dalam rangka pendayagunaan secara optimal.
8. Mengelola hubungan sekolah/madrasah dan
masyarakat dalam rangka pencarian dukungan ide,
sumber belajar, dan pembiayaan sekolah/madrasah.
9. Mengelola pserta didik dalam rangka peneriamaan
peserta didik baru, dan penempatan dan
pengembangan kapasitas peserta didik.
10. Mengelola pengembangan kurikulum dan kegiatan
pembelajaran sesuai dengan arah dan tujuan
pendidikan nasional.
11. Mengelola keuangan sekolah/madrasah sesuai
dengan prinsip pengelolaan yang akuntabel,
transparan dan efisien.
12. Mengelola ketatausahaan sekolah/madrasah dalam
mendukung pencapaian tujuan sekolah/madrasah.
13. Mengelola unit layanan khusus sekolah/madrasah
dalam mendukung kegiatan pembelajaran dan
kegiatan peserta didik sekolah/madrasah.
14. Mampu mengelola sistem informasi sekolah yang
mendukung penyususnan program dan
pengambilan keputusan.
15. Memanfaatkan kemajuan teknologi informasi bagi
peningkatan pembelajaran dan manajemen sekolah.
16. Melakukan monitoring evaluasi dan pelaporan
pelaksanaan program kegiatan sekolah/madrasah
dengan prosedur yang tepat serta merencanakan
tindak lanjut.146

146 Permendiknas No 13 Tahun 2007 Tentang Standar Kompetensi Kepala


Sekolah

160
Administrasi dan Supervisi Pendidikan

D. Kompetensi Kewirausahaan Kepala Sekolah


Kompetensi kewirausahaan kepala sekolah adalah
sebagai berikut:
1. Menciptakan inovasi yang berguna bagi
pengembangan sekolah/madrasah.
2. Bekerja keras untuk mencapai keberhasilan
sekolah/madrasah sebagai organisasi pembelajar
yang efektif.
3. Memiliki motivasi yang kuat untuk sukses dalam
melaksanakan tugas pokok dan fungsinya sebagai
pemimpin sekolah/madrasah.
4. Pantang menyerah dan selalu mencari solusi terbaik
dalam menghadapi kendala yang dihadapi
sekolah/madrasah.
5. Memiliki naluri kewirausahaan dalam mengelola
kegiatan produksi/jasa sekolah/madrasah sebagai
sumber belahar peserta didik.

E. Kompetensi Supervisi Kepala Sekolah


Kompetensi supervisi kepala sekolah adalah sebagai
berikut:
1. Merencanakan program supervisi akademik dalam
rangka peningkatan profesionalisme guru.
2. Melaksanakan supervisi akademik terhadap guru
dengan menggunakan pendekatan dan teknik
supervisi yang tepat.
3. Menindaklanjuti hasil supervisi akademik dalam
rangka profesionalisme guru.

F. Kompetensi Sosial Kepala Sekolah


Kompetensi sosial kepala sekolah adalah sebagai
berikut:
1. Bekerja sama dengan pihak lain untuk kepentingan
sekolah/madrasah.

161
Sohiron

2. Berpartisipasi dalam kegiatan sosial


kemasyarakatan.
3. Memiliki kepekaan terhadap orang atau kelompok
lain.

162
Administrasi dan Supervisi Pendidikan

BAB VI
SUPERVISI PENDIDIKAN

A. Hakikat Supervisi Pendidikan


Secara etimologi, istilah supervisi diambil dari perkataan
bahasa inggris supervision artinya pengawasan di bidang
pendidikan. Orang yang melakukan supervisi disebut
dengan supervisor. Secara morfologi supervisi terdiri dari
dua kata, yaitu super berarti atas atau lebih, visi artinya lihat,
tilik awasi. Seorang supervisor memiliki kedudukan di atas
atau mempunyai kedudukan yang lebih dari orang yang
disupervisinya.147 Secara semantik menurut Willes dalam
Jasmani supervisi adalah bantuan pengembangan situasi
belajar mengajar agar lebih baik. Menurut Depdiknas dalam
Jasmani supervisi adalah pembinaan yang diberikan kepada
seluruh staf sekolah agar mereka dapat emningkatkan
kemampuan untuk mengembangkan situasi belajar yang
lebih baik.148
Bantuan atau pembinaan yang dimaksudkan perlu
diperjelas. Bantuan dapat berupa material maupun moral
yang diberikan secara terus menerus dapat mengakibatkan
anak didik (yang disupervisi) tidak akan menjadi “dewasa”
dalam arti pedagogis yaitu sanggup berdiri sendiri. Oleh
karena itu bantuan yang dimaksudkan hendaklah sesuai

147 Jasmani & Syaiful Mustofa, Supervisi Pendidikan: Terobosan Baru dalam

Penigkatan Kinerja Pengawas Sekolah dan Guru, (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2013),
hlm. 25-26
148 Ibid, ... hlm. 26

163
Sohiron

dengan proses dan taraf perkembangan orang yang


disupervisi.149
Menurut Adam dan Dickey telah merumuskan supervisi
sebagai suatu pelayanan khususnya menyangkut pengajaran
dan perbaikannya-menyangkut proses mengajar dan belajar,
termasuk segala faktor di dalam situasi itu. Perumusan
supervisi ini sesungguhnya menyangkut hakikat dari
supervisi pendidikan yaitu memberikan pelayanan kepada
orang yang disupervisi. Amatembun menyimpulkan
supervisi pendidikan adalah pembinaan kearah perbaikan
situasi pendidikan. Pembinaan yang dimaksud adalah
berupa bimbingan atau tuntunan kearah perbaikan situasi
pendidikan (pengajarannya) pada umumnya peningkatan
mutu mengajar dan belajar pada khususnya.150
Dalam pengertian itu supervisi pendidikan artinya
pembinaan. Pembinaan adalah segala kegiatan dan usaha
yang berhubungan dengan perencanaan, penyusunan,
pengembangan, pembangunan, pengarahan, penggunaan
serta pengendalian segala sesuatu secara berdaya guna dan
berhasil guna. Pembinaan yang dilakukan bertujuan agar
situasi pendidikan menjadi lebih baik.151 Situasi pendidikan
memiliki cakupan yang sangat luas dapat dimaknai dengan
segala hal yang terkait dengan pendidikan, misalnya
metode, motivasi, kultur dan lain-lain.
Jasmani menyebutkan supervisi pendidikan adalah
segala bantuan dari supervisor dan atau semua pimpinan
kepala sekolah untuk memperbaiki manajemen pengelolaan
sekolah dan meningkatkan kinerja guru/staf dalam
menjalankan tugas, fungsi, dan kewajibannya sehingga
tujuan pendidikan dapat tercapai dengan optimal. Caranya
dengan memberikan bantuan, dorongan, pembinaan,
bimbingan, dan memberi kesempatan bagi pengelol sekolah

149 Amatembun, Supervisi Pendidikan: Penuntun Bagi Penilik Pengawas

Kepala Sekolah dan Guru-guru, (Bandung: PT. Suri, 200), hlm. 3


150 Ibid, ... hlm. 5
151 Ibid, ... hlm. 7

164
Administrasi dan Supervisi Pendidikan

dan para guru untuk memperbaiki dan mengembangkan


kinerja dan profesionalismenya.152
Dari penejelasan di atas dapat dipahami secara lebih
komprehensif makna dan hakikat supervisi pendidikan
yakni usaha seseorang (supervisor) dalam memberikan
bantuan, layanan kepada orang lain (orang yang disupervisi)
dalam melaksanakan tugas, kinerja dan kewajibannya.
Supervisi pendidikan ditujukan untuk memberi bantuan
dalam pengembangan situasi pembelajar yang lebih baik
sehingga rumusan ini mengisyaratkan bahwa layanan
supervisi meliputi keseluruhan situasi belajar (goal, material,
technique, method, teacher, student, an environment). Situasi
belajar inilah yang seharusnya diperbaiki dan ditingkatkan
melalui layanan kegiatan supervisi.153

B. Tujuan dan Sasaran Supervisi Pendidikan


Tujuan pelaksanaan supervisi terkait dengan apa yang
hendak dicapai dari kegiatan supervisi. Tujuan dari
supervisi pendidikan oleh Amatembun dibagi kedalam 2
(dua) bagian:
1. Tujuan Umum Supervisi Pendidikan
Supervisi pendidikan merupakan bagian dari integral
dari seluruh kegiatan pendidikan, tidak terlepas dari tujuan
umum pendidikan dan tujuan pendidikan nasional.
a. Tujuan Umum Pendidikan
Langeveld dalam Amatembun menyebutkan tujuan
umum dari pendidikan adalah “kedewasaan”.
Kedewasaan oleh Langeveld diartikan dengan
“zelfverantwoordelijke zelfbepaling” yaitu apabila anak telah
sanggup mengambil keputusan sendiri atas tanggung
jawab sendiri.

152Op. Cit, ... hlm. 27


153Umiarso & Imam Gojali, Manajemen Mutu Sekolah di Era Otonomi
Pendidikan, (Jogjakarta, IRCiSoD, 2010), hlm. 288.

165
Sohiron

Dari pengertian ini maka tujuan umum dari supervisi


pendidikan adalah untuk membina orng-orang yang
disupervisi menjadi dewasa yang sanggup berdiri
sendiri.
b. Tujuan Pendidikan Nasional
Tujuan supervisi pendidikan tidak terlepas dari
tujuan pendidikan nasional yakni, untuk meningkatkan
ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa, kecerdasa,
keterampilan, dan mempertinggi budi pekerti,
memperkuat kepribadian, dan mempertebal semanat
kebangsaan agar dapat menmbuhkan manusia-manusia
pembangunan yang bertanggung jawab atas
pembangunan bangsa.
Dalam Undang-undang nomor 20 Tahun 2003
tentang Sitem Pendidikan Nasional tujuan pendidikan
nasional adalah untuk berkembangnya peserta didik
agar menjadi manusia yang beriman, dan bertakwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,
berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga
negara yang demokratis dan bertanggung jawab.154
Berdasarkan tujuan itu maka supervisi pendidikan
bertujuan untuk membina orang-orang yang disupervisi
menjadi manusia pembangunan, dewasa dan berakhlak
karimah.
c. Tujuan Tersendiri dari Supervisi Pendidikan
Selain tujuan umum di atas, supervisi pendidikan
memiliki tujuan tersendiri. Amatembun menjelaskan
bahwa tujuan umum dari supervisi pendidikan adalah
perbaikan situasi pendidikan dan pengajaran pada
umumnya dan peningkatan mutu mengajar dan belajar
pada khususnya.155

154 Lihat Undang-Undang No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

Nasional Bab II pasal 3


155 Amatembun, Supervisi Pendidikan: ... hlm. 28

166
Administrasi dan Supervisi Pendidikan

2. Tujuan Khusus Supervisi Pendidikan


Amatembun dalam Jasmani menyebutkan tujuan khusus
supervisi pendidikan adalah sebagai berikut:
a. Membina kepala sekolah dan guru-guru memahami
tujuan pendidikan yang sebenarnya dan peranan
madrasah dalam merealisasikan tujuan tersebut.
b. Memperbesar kesanggupan kepada sekolah dan guru-
guru untuk mempersiapkan perserta didiknya menjadi
anggota masyarakat yang lebih efektif.
c. Membantu kepala sekolah dan guru untuk mengadakan
diagnosis secara kritis terhadap aktivitas-aktivitas dan
kesulitan-kesulitan pembelajaran serta menolong mereka
merencanakan perbaikan-perbaikan.
d. Meningkatkan kesadaran sekolah dan guru-guru serta
warga sekolah terhadap cara kerja yang demokratis dan
komprehensif serta memperbesar kesediaan untuk tolong
menolong.
e. Memperbesar semangat guru-guru dan meningkatkan
motivasi berprestasi untuk mengoptimalkan kinerja
secara maksimal dalam profesinya.
f. Membantu kepala sekolh untuk mempopulerkan
pengembangan program pendidikan di madrasah
kepada masyarakat. Melindungi orang-orang yang
disupervisi terhadap tuntutan yang tidak wajar dan
kritik-kritik yang tidak sehat dari masyarakat.
g. Membantu kepala sekolah dan guru-guru dalam
melaksanakan aktivitasnya untuk mengembangkan
aktivitas dan kreativitas peserta didik.
h. Mengembangkan rasa kesatuan dan persatuan di antara
guru.156

Berdasarkan penjelasan di atas dapat diinterpasti bahwa


tujuan khusus dari supervisi pendidikan adalah untuk
membina orang-orang yang disupervisi dalam

156 Jasmani Asf & Saiful Musafa, Supervisi Pendidikan, ... hlm. 35-36

167
Sohiron

melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya. Sasaran yang


ingin dicapai dari pelaksanaan supervisi pendidikan guru
dapat melaksanakan tanggung jawabnya “belajar dan
mengajar” dengan baik, kinerja baik dan profesional.
Secara lebih tegas dapat disimpulkan bahwa sasaran
supervisi terbagi menjadi tiga bagian:
a. Supervisi akademik, yang menitikberatkan pengamatan
supervisor pada masalah-masalah akademik, yaitu hal-
hal yang langsung berada dalam lingkungan kegiatan
pembelajaran pada waktu siswa sedang dalam proses
mempelajari sesuatu.
b. Supervisi administrasi, yang menitikberatkan
pengamatan supervisor pada aspek-aspek administrasi
yang berfungsi sebagai pendukung danpelancar
terlaksananya pembelajaran.
c. Supervisi lembaga, yang menebarkan atau menyebarkan
objek pengamatan supervisor pada aspek-aspek yang
berada di seluruh sekolah. Jika supervisi akademik
dimaksudkan untuk meningkatkan kualitas
pembelajaran maka supervisi lembaga dimaksudkan
untuk meningkatkan nama baik sekolah atau kinerja
sekilah secara keseluruhan.157

C. Fungsi Supervisi Pendidikan


Seorang supervisor pendidikan perlu memahami
dengan jelas tugas dan tanggung jawab yang dipercayakan
kepadanya dalam usaha ke arah tercapainya tujuan tersebut.
Fungsi utama yang merupakan tugas-tugas pokok seorang
supervisor dibidang pendidikan adalah sebagai berikut:
1. Penelitian
Untuk memperoleh gambaran yang jelas dan obyektif
tentang situasi pendidikan, maka perlu diadakan penelitian.
Proses suatu penelitian ilmiah meliputi:

157http://masimamgun.blogspot.com/2013/02/supervisi-

pendidikan.html (imam gunawan). Diakses tanggal 13 september 2015.

168
Administrasi dan Supervisi Pendidikan

a. Perumusan pokok (topik) masalah yang akan diselidiki.


Pada fase ini supervisor merumuskkan dan membatasi
dengan tegas dan jelas tentang apa yang akan diselidiki.
b. Pengumpulan data. Pada fase ini supervisor
mengumpulkan sebanyak mungkin data (keterangan-
keterangan) mengenai masalah tersebut. data itu baik
bersifat faktual (fakta-fakta konkrit) atau berupa opini
(pendapat atau tanggapan) orang-orang yang
disupervisi. Pengumpulan data dapat dilakukan secara
langsung melaluai observasi atau wawancara atau tidak
secara langsung melalui angket dan sebagainya.
c. Pengolahan data. Pada fase ini bahan atau data yang
telah terkumpul diolah dalam hal ini dilakukan:
1) Koreksi : memeriksa data yang diperoleh, apakah
data yang diperolah memenuhi syarat-syarat untuk
diolah atau tidak.
2) Seleksi : memilih data yang sesuai atau tidak sesuai
dengan yang dibutuhkan.
3) Klasifikasi : menggolongkan atau mengelompokkan
data yang sejenis, sesuai dengan kriteria yang telah
ditetapkan menurut jenis kelamin, umur, ijazah, dan
sebagainya.
4) Komparasi : membandingkan atau mengelompokkan
data.
5) Interpretasi : menafsirkan hasil pengolahan itu.
Dalam proses pengolahan data diadakan
perhitungan-perhitungan statistik, seperti menghitung
persenan (%), menyusun tabel-tabel dan sebagainya.158

2. Penilaian
Dalam suatu penelitian, supervisor dapat menarik suatu
kesimpulan terhadap situasi datau masalah yang diselidiki.
Kesimpulan itu berupa tanggapan terhadap masalah atau
situsi yang diselidiki.

158 Ibid, ... hlm. 35

169
Sohiron

Fungsi penilaian atau evaluasi dalam supervisi modern,


lebih menitik beratkan kepada aspek-aspek positif
(kebaikan-kebaikan) dari pada aspek-aspek negatif
(kesalahan-kesalahan). Hal ini yang perlu dipahami oleh
para supervisor pendidikan sehingga tidak terus menerus
mencari kesalahan-kesalahan yang dilakukan oleh orang-
orang yang disupervisi, akan tetapi menemukan dan
mengembangkan kemajuan-kemajuan yang telah dicapai.

3. Perbaikan
Dari hasil-hasil penilaian (evaluasi) supervisor dapat
mengetahui bagaimana keadaan atau situasi
pendidikan/pengajaran pada umumnya dan situasi
mengajar/belajar pada khususnya, serta segala fasilitas dab
upaya yang dipergunakan apakah baik atau buruk,
memuaskan atau tidak, mengalami kemajuan atau
kemunduran, mengalami kemacetan atau sebagainya.
Dalam supervisi pendidikan modern, tugas utama
seorang supervisor adalah mengadakan perbaikan
(improvement). Bahwasanya apa yang belum baik atau
belum memuaskan atau yang mengalami kemacetan atau
kemunduran supaya segera diperbaiki.

4. Peningkatan
Situasi yang ada sudah baik atau belum, sudah
memuaskan atau mengalami kemajuan. Situasi yang
demikian harus ditingkatkan atau dikembangkan (fungsi
“development”) agar apa yang sudah baik itu supaya lebih
baik lagi, apa yang sudah memuaskan itu supaya lebih
memuaskan lagi, apa yang telah mengalami kemajuan
supaya lebih maju lagi. Inilah fungsi supervisor pendidikan
sebagai “developer”.
Fungsi-fungsi itu harus teritegrasi dalam tugas
“pembinaan” sebagai tugas inti supervisor pendidikan.
Dalam supervisinya pembinaan yang diberikan supervisor
berupa bimbingan (guidence) atau tuntunan (tut wuri

170
Administrasi dan Supervisi Pendidikan

handayani) ke arah pembinaan dari orang-orang yang


disupervisi.
Inilah fungsi ke empat supervisor pendidikan sebagai
“developer”. Dalam perwujudan fungsi inti supervisi ini tidak
terlepas pula dari fungsi pembinaan dari supervisor sendiri,
bahkan hal ini merupakan “conditio sie qua non” (syarat
mutlak) yang harus dipenuhi supervisor untuk membina
orang-orang lain. Secara pedagogis dikatakan bahwa proses
pembinaan diri ini bukan hanya dari luar tetapi terutama
pembinaan dari dalam diri sendiri (selbstblibung). Jadi fungsi
inti yang merupakan fungsi sentral seorang supervisor
dibidang kependidikan, yaitu sebagai (educator).
Fungsi-fungsi utama supervisi pendidikan ini tidak daoat
dipisah-pisahkan merupakan suatu kesatuan dalam kegiatan
supervisi dibidang kependidikan yang harus dilaksanakan
para supervisor secara simultan (serentak), konsisten
(mantap), dan kontinu (berkesinambungan).159
Menurut Ngalim Purwanto fungsi supervisi terbagi
menjadi beberapa bagian sebagai berikut:
a. Dalam bidang pendidikan
1) Menyusun rencana dan policy bersama.
2) Mengikutsertakan anggota-anggota kelompok (guru-
guru,pegawai) dalam berbagai kegiatan.
3) Memberikan bantuan kepada anggota kelompok
dalam menghadapi dan memecahkan persoalan-
persoalan.
4) Membangkitkan dan memupuk semangat kelompok,
atau memupuk moral yang tinggi kepada anggota
kelompok.
5) Mengikutsertakan semua anggota dalam
menetapkan putusan-putusan.
6) Membagi-bagi dan mendelegasikan wewenang dan
tanggung jawab kepada anggota kelompok, sesuai

159 Ibid, ... hlm. 37

171
Sohiron

dengan fungsi-fungsi dan kecakapan masing-


masing.
7) Mempertinggi daya kreatif pada anggota kelompok.
b. Dalam hubungan kemanusiaan
1) Memanfaatkan kekeliruan ataupun kesalahan-
kesalahan yang dialami untuk dijadikan pelajaran
demi perbaikan selanjutnya, bagi diri sendiri
maupun anggota kelompoknya.
2) Membantu mengatasi kekurangan ataupun kesulitan
yang dihadapi anggota kelompok.
3) Mengarahkan anggota kelompok kepada sikap-sikap
yang demokratis.
4) Memupuk rasa saling menghormati di antara sesame
anggota kelompok dan sesama manusia.
5) Menghilangkan rasa curiga-mencurigai antara
anggota kelompok.
c. Dalam pembinaan proses kelompok
1) Mengenal masing-masing pribadi anggota
kelompok, baik kelemahan maupun kemampuan
masing-masing.
2) Menimbulkan dan memelihara sikap percaya-
mempercayai antara sesame anggota maupun antara
anggota dan pimpinan.
3) Memupuk sikap dan kesediaan tolong-menolong.
4) Memperbesar rasa tanggung jawab para anggota
kelompok.
5) Bertindak bijaksana dalam menyelesaikan
pertentangan atau perselisihan pendapat di antara
anggota kelompok.
6) Mengusai teknik-teknik memimpin rapat dan
pertemuan-pertemuan lainnya.
d. Dalam bidang administrasi personel
1) Memilih personel yang memiliki syarat-syarat dan
kecakapan yang diperlukan untuk suatu pekerjaan.

172
Administrasi dan Supervisi Pendidikan

2)Menempatkan personel pada tempat dan tugas yang


sesuai dengan kecakapan dan kemampuan masing-
masing.
3) Mengusahakan susunan kerja yang menyenangkan
dan meningkatkan daya kerja serta hasil maksimal.
e. Dalam bidang evaluasi
1) Menguasai dan memahami tujuan-tujuan
pendidikan secara khusus dan terinci.
2) Menguasai dan memiliki norma-norma atau ukuran-
ukuran yang akan digunakan sebagai kriteria
penilaian.
3) Menguasai teknik-teknik pengumpulan data untuk
memperoleh data yang lengkap,benar, dan dapat
diolah menurut norma-norma yang ada.
4) Menafsirkan dan menyimpulkan hasil-hasil
penilaian sehingga mendapatgambaran tentang
kemungkinan-kemungkinan untuk mengadakan
perbaikan-perbaikan.160

D. Ruang Lingkup Supervisi Pendidikan


Ruang lingkup supervisi pendidikan merupakan
seluruh aspek kemampuan yang ada kaitannya dengan
penyelenggaraan suatu sekolah. Bafadhal dalam Mukhtar
dan Iskandar mengatakan pada hakikatnya ruang lingkup
supervisi suatu sekolah meliputi:
1. Supervisi bidang kurikulum.
2. Supervisi di bidang kesiswaaan.
3. Supervisi di bidang kepegawaian.
4. Supervisi di bidang sarana dan prasarana.
5. Supervisi di bidang keuangan.
6. Supervisi di bidang humas.

160 M.Ngalim Purwanto.Admistrasi dan supervisi pendidikan (Bandung:

PT.Remaja Rosdakarya, 2010), hal. 86-87

173
Sohiron

7. Supervisi di bidang ketetausahaan.161


Ruang lingkup supervisi pendidikan secara umum
meliputi supervisi akademik yang berhubungan dengan
aspek pelaksanaan proses pembelajaran, Supervisi akademik
dilakukan dengan pendekatan supervisi klinis, dan supervisi
manajerial yang berhubungan dengan aspek pengelolaan
dan administrasi sekolah yang mengacu pada 8 (delapan)
standar nasional pendidikan yang meliputi: 1). Standar isi;
2). Standar proses; 3). Standar kompetensi lulusan; 4).
Standar pendidik dan tenaga kependidikan; 5). Standar
sarana dan prasarana; 6). Standar pengelolaan; 7). Standar
pembiayaan; dan 8). Standar penilian pendidikan.
E. Prinsip-prinsip Supervisi Pendidikan
Sebagai seorang supervisor yang baik harus memahami
prinsip-prinsip atau asas-asas supervisi pendidikan untuk
dapat dipergunakan sebagai landasan dalam menunaikan
tugas supervisi:
Suharsimi Arikunto menyatakan bahwa supervisi
dilakukan agar supervisi dapat memenuhi fungsi seperti
yang disebutkan sebaiknya harus memenuhi prinsip-prinsip
supervisi secara umum sebagai berikut :
1. Supervisi bersifat memberikan bimbingan dan
memberikan bantuan kepada guru dan staf sekolah lain
untuk mengatasi masalah dan mengatasi kesulitan, dan
bukan mencari-cari masalah.
2. Pemberian bantuan dan bimbingan dilakukan secara
langsung.
3. Apabila pengawas atau kepala sekolah merencanakan
akan memberikan saran atau umpan balik, sebaiknya
disampaikan sesegera mungkin agar tidak lupa. Dalam
memberikan umpan balik sebaiknya supervisor
memberikan kesempatan kepada pihak yang disupervisi
untuk mengajukan petanyaan atau tanggapan.

161 Mukhtar & Iskandar, Orientasi Baru Supervisi Pendidikan, (Jakarta:

Gaung Persada Press, 2009), hlm. 46

174
Administrasi dan Supervisi Pendidikan

4. Kegiatan supervisi sebaiknnya dilakukan secara berkala.


5. Suasana yang terjadi selama supervisi berlangsung
hendaknya mencerminkan adanya hubungan yang baik
antara supervisor dan yang disupervisi.
6. Untuk menjaga agar apa yang dilakukan dan yang
ditemukan tidak hilang atau terlupakan, sebaiknya
supervisor membuat catatan singkat, berisi hal-hal
penting yang diperlukan untuk membuat laporan.162

Amatembun membagi prinsip supervisi menjadi dua


bagian:
1. Prinsip Fundamental
Supervisi pendidikan sebagai bagian yang integral
dari seluruh kegiatan pendidikan tidak terlepas dari
dasar-dasar pendidikan nasional Indonesia yaitu :
Pancasila, pandangan hidup dan dasar Negara Republik
Indonesia. Majelsi Permusyawaratan Rakyat (MPR)
Republik Indonesia dalam ketetapannya No. IV tahun
1978 menegaskan “Pendidikan Nasional berdasarkan
Pancasila”.
Dengan demikian Pancasila merupakan dasar atau
prinsip yang Fundamental bagi setiap supervisor
pendidikan Indonesia. seorang supervisor pendidikan
Indonesia harus Pancasilais sejati yang harus menghayati
dan mengamalkan sila-sila Pencasila:
a. Harus ber-Ketuhanan Yang Maha Esa:
1) Percaya dan Takwa kepada Tuhan Yang Maha
Esa sesuai dengan agama atau kepercayaan yang
dianutnya.
2) Bersikap menghormati dan bekerja sama dengan
orang-orang yang disupervisi yang menganut
agama atau kepercayaan yang lain.

162 Suharsimi Arikunto.Dasar-dasar Supervisi. (Jakarta: PT.Rineka Cipta,

2006), hal. 19-21.

175
Sohiron

3) Rukun hidup beragama dengan orang-orang


yang disupervisi.
4) Bersikap menghormati dan kebebasan orang-
orang yang disupervisi menjalankan ibadah
sesuai agama atau kepercayaan masing-masing.
5) Tidak memaksakan suatu agama atau
kepercayaan kepada orang-orang yang
disupervisi.
b. Harus ber-Kemanusiaan yang adil dan beradab:
1) Mengikuti dan memperlakukan orang-orang
yang disupervisi sesuai dengan harkat dan
martabatnya.
2) Tidak membeda-bedakan suku, keturunan, jenis
kelamin, agama suatu kepercayaan orang-orang
yang disupervisi.
3) Bersikap mencintai tenggang rasa dan tepa selira
terhadap orang-orang yang disupervisi.
4) Tidak bersikap dan semena-mena terhadap
orang-orang yang disupervisi.
5) Menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan.
6) Gemar melakukan kegiatan-kegiatan
kemanusiaan.
7) Berani membela kebenaran dan keadilan
8) Bersikap hormat-menghormati dan bekerja sama
dengan orang-orang yang disupervisi.
c. Harus mempunyai rasa Persatuan Indonesia yang
mendalam:
1) Menempatkan persatuan dan kesatuan serta
kepentingan Bangsa dan Negara di atas
kepentingan pribadi atau golongan.
2) Sanggup dan rela berkorban bagi kepentingan
Bangsa dan Negara.
3) Bangga akan Bahasa dan Tanah Air Indonesia.
4) Memajukan pergaulan demi kesatuan dan
persatuan Bangsa Indonesia.

176
Administrasi dan Supervisi Pendidikan

d. Harus ber-Kerakyatan yang menjunjung tinggi


musyawarah dan mufakat:
1) Memperhatikan dan mengutamakan kepentingan
Negara dan masyarakat.
2) Tidak boleh memaksakan kehendaknya kepada
orang-orang yang disupervisi.
3) Mengadakan musyawarah sebelum mengambil
keputusan yang menyangkut kepentingan
bersama.
4) Mengambil keputusan atas dasar musyawarah.
5) Mengembangkan semangat kekeluargaan dalam
musyawarah untuk mencapai mufakat.
6) Menjunjung tinggi setiap hasil keputusan
musyawarah.
7) Mempercayakan wakil-wakil dalam
melaksanakan musyawarah.
e. Harus ber-Keadilan sosial:
1) Mengembangkan perbuatan luhur yang
mencerminkan sikap dan suasana dan
kegotongroyongan.
2) Bersikap adil terhadap orang-orang yang
disupervisi.
3) Memlihara keseimbangan antara hak dan
kewajiban.
4) Menghormati hak-hak orang yang disupervisi.
5) Bersikap rela menolong orang-orang yang
disupervisi yang memerlukan bantuan.
6) Tidak bersifat memeras terhadap orang-orang
yang disupervisi.
7) Tidak memboros dan bergaya hidup mewah.
8) Bersikap suka bekerja keras.
9) Bersikap menghargai hasil karya orang-orang
yang disupervisi.
Berdasarkan prinsip-prinsip supervisi yang
fundamental para supervisor Pendidikan Indonesia harus
merasa mapu mengendalikan diri dan kepentingan

177
Sohiron

sendiri dalam rangkan pembinaan diri sendiri dapat


menunaikan fungsinya sebagai supervisor dengan sebaik-
baiknya.163

2. Prinsip-prinsip Praktis
Dalam melaksanakan kegiatan supervisi, seorang
supervisor sewajarnya berpegang teguh kepada pancasila
sebagai dasar atau prinsip yang paling fundamental yang
harus menjiwai seluruh kegiatan supervisi. Disamping itu
sebagai pedoman praktis dalam melaksanakan supervisi
sehari-hari. Amatembun menyebutkan prinsip praktis
dalam supervisi terbagi menjadi dua bagian yakni
prinsip-prinsip negatif dan prinsip-prinsip positif.
a. Prinsip-prinsip Negataif
1) Supevisi tidak boleh bersifat mendesak (otoriter).
Supervisor tidak boleh memaksakan kemauannya
kepada bawahannya. Jika hendak memberikan
intruksi hendaklaha terlebih dahulu dijelaskan
argumentasi (alasan-alasan) yang mendasari
tindakan-tindakan yang akan diambil.
2) Supervisi tidak didasarkan atas kekuasaan
pangkat (kedudukan) atau kekuasaan pribadi.
3) Supervisi tidak boleh dilepaskan dari tujuan
pendidikan dan pengajaran.
4) Supervisi hendaklah tidak hanya mengenai hal-hal
yang langsung terlihat.
5) Supervisi janganlah terlalu banyak mengenai
detail cara-cara mengajar atau detail bahan-bahan
pelajaran.
6) Supervisi bukanlah mencari kelemahan-
kelemahan, kekurangan-kekurangan atau
kesalahan-kesalahan dan janganlah pernah
kecewa.

163 Amatembun, Op. Cit., hlm. 13-16

178
Administrasi dan Supervisi Pendidikan

7) Supervisi janganlah terlalu cepat mengharapkan


hasil.
b. Prinsip-prinsip Positif
1) Supervisi harus konstruktif dan kreatif.
2) Supervisi hendaklah lebi berdasarkan sumber-
sumber kolektif dari kelompok daripada usaha-
usaha kolektif dari kelompok daripada usaha-
usaha supervisor sendiri.
3) Supervisi hendaklah lebih didasarkan kepada
hubungan profesional daripada atas hubungan
pribadi.
4) Supervisi hendaklah dapat mengembangkan
kesanggupan para guru dan karyawan pendidikan
dalam segi-segi kekuatannya.
5) Supervisi hendaklah memperhatikan
kesejahteraan guru-guru, para karyawan
pendidikan dan hubungan baik diantara mereka.
6) Supervisi hendaklah progresif, dilaksanakan
bertahap tapi dengan ketekunan.
7) Supervisi hendaklah dimulai dengan keadaan dan
kenyataan yang sebenarnya.
8) Supervisi hendaklah selalu memperhitungkan
kesanggupan dan sikap-sikap orang yang akan
disupervisi bahkan juga prasangka-prasangka
mereka.
9) Supervisi hendaklah sederhana dan informal
dalam pelaksanaannya.
10) Supervisi hendaklah obyektif dan sanggup
mengevaluasi diri sendiri.164
Berdasarkan penjelasan di atas dapat dipahami bahwa
prinsip-prinsip praktis dalam pelaksanaan supervisi
berkaitan erat dengan berbagai hal diantarnya
kedudukan/jabatan, prasangka, situasi/keadaan, cara,
motivasi dan lain-lain. Dengan demikian seorang supervisor

164 Ibid, ... hlm. 12-23

179
Sohiron

berdasarkan prinsip fundamental atau praktis melakukan


kegiatan supervisi pendidikan tidak sembarangan bahkan
berorientasi kepada tujuan pendidikan dan pengajaran.

F. Teknik, Strategi dan Keterampilan-Keterampilan Supervisi


Pendidikan
Supervisi atau pengawasan yang baik perlu
menggunakan cara-cara yang baik. Cara dalam konteks
supervisi dikenal dengan istilah metode. Metode dalam
supervisi adalah suatu cara yang ditempuh oleh seorang
supervisor pendidikan guna merumuskan tujuan yang
hendak dicapai baik oleh sistem perorangan maupun
kelembagaan pendidikan itu sendiri. Sedangkan teknik
adalah langkah-langkah konkrit yang dilakukan oleh
seorang supervisor. Teknik yang dilaksanakan dalam
supervisi dapat ditempuh melalui berbagai cara, yakni pada
prinsip supervisi berusaha merumuskan harapan-harapan
menjadi sebuah kenyataan.165
Teknik supervisi merupakan cara-cara yang ditempuh
supervisor untuk mencapai tujuan tertentu baik yang
berhubungan dengan penyelesaian masalah manajerial
dengan sasaran kepala sekolah dalam mengembangkan
kelembagaan serta masalah-masalah lain yang berhubungan
dengan serta berorientasi pada peningkatan mutu
pendidikan dan masalah akademik dengan sasaran para
guru kelas dan atau mata pelajaran untuk memperbaiki
proses pembelajaran di kelas, di laboratorium, dan atau di
alam bebas serta memperbaiki pencapaian hasil belajar
peserta didik.
Dengan demikian supervisi yang baik perlu
menggunakan metode dan teknik yang dapat memudahkan
seorang supervisor dalam melaksanakan tugasnya dan

165 Jasmanai Asf & Syaiful Musthofa, Supervisi Pendidikan, Op. Cit, hlm.
70-71

180
Administrasi dan Supervisi Pendidikan

tujuan apa yang hendak disupervisi tercapai dengan baik.


Metode dalam supervisi terbagi menjadi dua, yakni metode
langsung (direct method) dan metode tak langsung.
1. Metode langsung (direct method)
Metode langsung dalam supervisi pendidikan
merupakan cara pendekatan langsung terhadap sasaran
supervisi. Metode ini merupakan suatu cara yang
dilakukan oleh supervisor yang secara pribadi dan
langsung berhadapan dengan orang yang disupervisi,
baik secara perorangan maupun secara kelompok.
Contoh: observasi kelas, pertemuan individual, rapat
guru dan sebagainya.
2. Metode tidak Langsung
Metode ini dilakukan oleh seorang supervisor
secara tidak langsung akan tetapi melui media (alat)
komunikasi. Supervisor tidak secara langsung
menghadapi atau berhadapan dengan orang-orang yang
disupervisi tetapi menggunakan berbagai alat atau media
komunikasi. Misalnya radio, televisi, surat, papan
pengumuman, dan sebagainya.166
Umiarso dan Imam Gojali membagi pendekatan dalam
supervisi menjadi tiga bagian. Pertama, pendekatan direktif
adalah cara pendekatan terhadap masalah yang bersifat
langsung. Supervisor memberikan arahan langsung, yakni
menjelaskan, memberi contoh, menetapkan tolak ukur, dan
menguatkan. Kedua, pendekatan tidak langsung (nondirektif)
yakni cara pendekatan terhadap permasalahan yang sifatnya
tidak langsung. Supervisor tidak secara langsung
menunjukkan permasalahn tetapi, ia terlibat lebih dahulu
mendengarkan secara aktif apa yang dikemukakan oleh
guru-guru. Prilaku supervisor adalah mendengarkan,
memberanikan, menjelaskan, menyajikan, dan memecahkan
masalah. Ketiga, pendekatan kolaborasi adalah cara
pendekatan yang memadukan cara pendekatan direktif dan

166 Amatembun, Op. Cit., hlm. 60-61

181
Sohiron

nondirektif menjadi pendekatan baru. Pada pendekatan ini


baik supervisor maupun guru-guru bersama-sama dan
bersepakat untuk menetapkan struktur, proses, dan kriteria
dalam melaksanakan proses percakapan masalah yang
dihadapi guru. Prilaku supervisor adalah menyajikan,
menjelaskan, mendengarkan, memecahkan masalah, dan
negosiasi.167
Teknik-teknik dalam supervisi secara garis besar
terbagai menjadi dua, yaitu teknik perseorangan dan teknik
kelompok.
1. Teknik perseorangan
Menurut Ametembun teknik perseorangan
dalam supervisi pendidikan digunakan bila orang
yang disupervisi dihadapi secara tersendiri
(individual) biasanya dilakukan terhadap individu
yang mengalami masalah khusus atau bersifaat
pribadi. Menurut Ngalim Purwanto teknik
perseorangan adalah supervisi yang dilakukan
secara perseorangan. Beberapa kegiatan yang dapat
dilakukan antara lain sebagai berikut:
a. Mengedakan kunjungan kelas (clasroom visition).
b. mengadakan kunjungan observasi (observasi
visit).
c. Membimbing guru tentang cara-cara
mempelajari siswa dan atau mengatasi problema
yang dihadapi siswa.
d. Membimbing guru-guru dalam hal-hal yang
berhubungan dengan pelaksanaan kurikulum
sekolah:
1) Menyusun program program semester.
2) Menyusun atau membuat program satuan
pelajaran.
3) Mengorganisasi kegiatan-kegiatan
pengelolaan kelas.

167 Umiarso & Imam Gojali, Manajemen Mutu,.. Op. Cit,. Hlm. 314

182
Administrasi dan Supervisi Pendidikan

4) Melaksanakan teknik-teknik evaluasi


pengajaran.
5) Menggunakan media dan sumber dalam
proses belajar-mengajar.
6) Mengorganisasi kegiatan-kegiatan siswa
dalam bidang ekstrakulikuler, study tour,
dan sebagainya.168
2. Teknik kelompok
Teknik kelompok dalam supervisi pendidikan
adalah cara pelaksanaan supervisi terhadap
sekelompok orang yang disupervisi. Orang-orang
yang diduga mempunyai masalah yang sama dapat
dihadapi secara bersama-sama dalam situasi
supervisi oleh supervisor. Misalnya dalam rapat
guru, lokakarya, dan sebagainya.169
Beberapa kegiatan yang dapat dilakukan
supervisor dalam melaksanakan teknik ini adalah:
a. Mengadakan pertemuan atau rapat
(meetings).
b. Mengadakan diskusi kelompok (group
discussions).
c. Mengadakan penataran-penataran
(inservice-training).170
Selain metode dan teknik di atas seorang
supervisor dalam melaksanakan tugas dan fungsinya
secara baik (efektif dan efisien), seorang supervisor
pendidikan perlu memiliki “skill” (keterampilan-
keterampilan) tertentu sekurang-kurangnya supervisor
perlu memiliki keterampilan dalam kepemimpinan,
proses kelompok, hubungan insani, administrasi
personil dan evaluasi pendidikan.
1. Keterampilan dalam kepemimpinan

168 Ngalim Purwanto, Administrasi dan Supervisi Pendidikan, (Bandung:

PT. Remaja Rosdakarya, 2008), hlm. 120-122


169 Amatembun, loc. Cit., hlm. 59
170 Ngalim Purwanto, Administrasi, ... Op.Cit,. hlm. 122-123

183
Sohiron

Kepemimpinan (leadhership) menyangkut dua


aspek bipolar yaitu pemimpin dan yang dipimpin.
Kepemimpinan yang baik bila terjalin suatu interaksi
yang harmonis antara kedua unsur itu. Dalam proses
kepemimpinan ini seorang supervisor sebagai
pemimpin pendidikan, mungkin menempuh cara-
cara sebagai berikut:
a. “working on” bekerja di atas. Yaitu supervisor
yang menganggap fungsinya sebagai penguasa
yang menguasai (mendominir), memerintah,
mengaragakan bawahannya. Supervisor
memperlihatkan power over (kekuasaan atas)
orang-orang yang disupervisinya.
b. “Working for” bekerja bagi, yaitu supervisor yang
menganggap bahwa fungsinya ialah sebagai
pembantu bagi orang-orang yang disupervisinya
untuk mewujudkan tujuan-tujuan dari orang-
orang yang disuoervisisnya. Supervisor yang
demikian mempunyai daya kerja keras bagi
kepentingan orang-orang yang disupervisinya,
yang disupervisi merasa keenakan karena segala
sesuatu telah dipersiapkan dan dikerjakan
sendiri oleh supervisornya.
c. “working within” bekerja bersama dengan orang-
orang yang disupervisi. Supervisor yang
demikian menganggap bahwa fungsinya adalah
membina orang-orang yang disupervisi untuk
menentukan dan melaksanakan tujuan bersama
yang telah ditetapkan.171
Dari penjelasan di atas bahwa keterampilan
dalam kepemimpinan, seorang supervisor
pendidikan menempatkan posisinya sebagai atasan
yang siap untuk mengarahkan, memerintahkan atau
menginstrusikan bawahananya dengan aturan-

171 Amatembun, loc. Cit., hlm. 45-46

184
Administrasi dan Supervisi Pendidikan

aturan yang tekah dibuat. Supervisor juga


menempatkan posisinya sebagai pembantu bagi
orang yang disupervisi dalam mewujudkan tujuan
yang ingin dicapai. Disamping itu supervisor
pendidikan juga menempatkan posisinya sebagai
mitra yang siap bekerja bersama-sama dengan
orang yang disupervisi dalam mencapai tujuan
yang diinginkan.
2. Keterampilan dalam Proses Kelompok
Pemimpin dan yang dipimpin merupakan sati
kesatuan yang saling bergantungan (interdepensi).
Adanya pemimpin karena ada sekelompok orang-
orang yang dipimpinnya. Seorang supervisor
sebagai pemimpin pendidikan harus dapat
menciptakan situasi dimana dia dan orang-orang
yang disupervisi dapat bekerja secara bergotong
royong (kooperatif). Dalam hal ini supervisor yang
baik di alam proses kelompok setidaknya mencakup
beberapa hal sebagai berikut:
a. Membangkitkan semangat kerja sama dalam
kelompok.
b. Merumuskan bersama tujuan yang akan dicapai.
c. Merencanakan bersama.
d. Mengambil keputusan bersama.
e. Menciptakan tanggung jawab bersama.
f. Menilai dan merevisi bersama rencana kerah
terwujudnya172 tujuan yang telah ditetapkan
bersama dan sebagainya.
Disamping itu supervisor juga perlu melibatkan
orang-orang yang berkepentingan dalam
pendidikan. Dalam hal ini supervisor perlu
membekali dirinya dengan berbagai teknik-teknik
komunikasi yang dapat digunakan untuk
melaksanakan supervisinya.

172 Amatembun, ibid, ... hlm. 48

185
Sohiron

3. Keterampilan dalam Hubungan Insani


Keterampilan dalam hubungan antar manusia
(human relations) merupakan keterampilan penting
bagi supervisor, sebab dalam melaksanakan fungsi
dan tugasnya seorang supervisor berhubungan
secara langsung atau tidak langsung, baik hubungan
veertikal atau horizontal, bail sepihak maupun
timbal balik dengan orang-orang yang disupervsi.
Hubungan insani ini dapat dibedakan menjadi:
a. Hubungan pribadi
Pribadi dalam hal ini menjadi perhatian
utama. Berkat terjalinnya hubungan yang baik
antar pribadi seseorang dapat membuka hati dan
bersahabat sehingga dapat saling menerima.
b. Hubungan fungsional
Hubungan ini berkaitan dengan fungsi dan
tugas yang dilaksanakan oleh seseorang.
Hubungan ini juga disebut hubungan profesional
yaitu hubungan dalam menunaikan profesinya
(jabatan) yang diemban oleh seseorang.
c. Hubungan instrumental
Hubungan ini didasarkan pada
“memperalat” bawahan. Bahwa orang-orang
yang disupervisi kadang-kadang dianggap
hanya sebagai alat untuk memenuhi keinginan
supervisor.
d. Hubungan konvensional
Hubungan ini didasarkan atas kebiasaan
atau konvensi yang terlaku. Hubungan ini
disebut juga dengan hubungan tradisional yaitu
berdasarkan tradisi atau adat kebiasaan yang
berlaku, misalnya bawahan wajar memberi
hormat kepada atasan. Penghargaan terhadap
pribadi dalam hubungan ini menjadi perhatian
penting. Penghargaan terhadap pribadi yang
disupervisi oleh supervisor tampak pada:

186
Administrasi dan Supervisi Pendidikan

1) Memperhatikan mereka dan masalah-


masalahnya.
2) Bersedia melayani kepentingan mereka.
3) Memberikan perhatian terhadap gagasan dan
saran-saran mereka.
4) Mendorong kegiatan-kegiatan sosial guna
terjalin relasi-relasi yang akrab diantara
mereka.
5) Menciptakan kondisi-kondisi kerja yang
menarik dan memuaskan.
6) Mengadakan pertemuan-pertemuan yang
memungkinkan mereka bertukar pendapat
dan sebaginya.173
4. Keterampilan dalam Administrasi Personil
Keterampilan ini berkaitan dengan keahlian
seorang supervisor dalam menempatkan seseorang
pada posisi yang tepat (in the right man in the right
place). Supervisor perlu memiliki keterampilan
dalam bidang administrasi personil. Administrasi
personil (personil administrasion) pembinaan dan
pemanfaatan secara maksimal potensi-potensi orang-
orang dalam staf. Orang-orang yang terlibat dalam
administarsi personil adalah kepalas sekolah, guru-
guru atau staf pengajar baik tetap maupun tidak
tetap, staf bukan pengajar (tenaga administratif)
seperti para karyawan tata usaha sekolah, penjaga
sekolah dan murid-murid.
5. Keterampilan dalam evaluasi
Seorang supervisor perlu memiliki
keterampilan dalam menggunakan prosedur dan
teknik-teknik evaluasi pendidikan. Evaluasi
mengandung keterampilan dalam:
a. Merumuskan tujuan kriteria-kriteria guna
mempertimbangkan berbagai perubahan.

173 Amatembun, ibid, ... hlm. 49-51

187
Sohiron

b. Mengumpulkan fakta-fakta perubahan.


c. Menetapkan kriteria-kriteria dalam menyusun
pertimbangan-pertimbangan mengenai
perubahan secara wajar.
d. Merevisi rencana-rencana yang telah disusun.
Supervisor hendaklah membina orang-orang yang
disupervisinya untuk:
a. Menilai aktivitas-aktivitas mereka.
b. Mengambil keputusan-keputusan guna
memperbaiki proses-proses kelompok.174
G. Supervisor
Siapakah yang berhak menjadi supervisor/pengawas
dalam pendidikan? siapakah sebenarnya
supervisor/pengawas pendidikan itu? Jawaban dari dua
pertanyaan itu dapat memberi gambaran jelas tentang siapa
sebenarnya “supervisor”. Untuk lebih tepat dan dalam
pengetahuan tentang supervisor/pengawas, pemerintah
telah mengeluarkan aturan sebagai landasarn yuridis bagi
pengawas sekolah. Di dalam SK Menpan Nomor
91/KEP/M.PAN/10/2001 tentang Jabatan Fungsional
Pengawas Sekolah dan Angka Kreditnya adalah Pegawai
Negeri Sipil yang diberi tugas, tanggung jawab, dan
wewenang secara penuh oleh pejabat yang berwenang untuk
melakukan pengawasan pendidikan pada satuan pendidikan
pra sekolah, sekolah dasar dan sekolah menegah.
Keputusan Menteri Pendidikan Nasional Republik
Indonesai Nomor 097/U/2002 tentang Pedoman
Pengawasan Pendidikan, Pembinaan Pemuda dan Pembina
Olahraga Pasal 1 ayat 4 berbunyi: pengawas adalah salah
satu fungsi manajemen untuk menjaga agar kegiatan
pelaksanaan tugas pokok dan fungsi organisasi dalam
rangka mencapai tujuan dapat berjalan dengan efektif dan
efisien sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang
berlaku.

174 Amatembun, ibid, ... hlm. 57

188
Administrasi dan Supervisi Pendidikan

Selanjutnya Pasal 12 berbunyi Pengawasan teknis adalah


kegiatan pengawasan yang dilakukan oleh pengawas
sekolah, penilik pada pendidikan luar sekolah, pembinaan
pemuda, dan pembinaan olahraga untuk memantau,
menilai, dan memberi bimbingan terhadap penyelenggaraan
pendidikan, pembinaan pemuda dan pembinaan olahraga.
Berdasarkan peraturan tersebut yang dimaksud dengan
pengawas/supervisor adalah pejabat yang berwenang
melakukan pengawasan pada satuan pendidikan melalui
usaha memantau, menilai, memberi bimbingan, dan
pembinaan secara efektif dan efisien dalam rangka mencapai
tujuan pendidikan yang berkualitas.175
Supervisi merupakan kegiatan yang kompleks, oleh
karena itu harus dilakukan oleh orang-orang profesional
atau ahli. Di dalam pengetian tersebut tergambar bahwa
seorang supervisor harus orang yang memiliki jabatan resmi
yang memiliki kewenangan dalam pengawasan. Pengawas
dalam artian ini berarti orang yang diangkat oleh
pemerintah untuk mengawasi satuan pendidikan atau
lembaga pendidikan. Supervisor/pengawas dalam hal ini
berarti orang yang berada atau bertugas diluar satuan
pendidikan yang mengawasi terhadap pelaksanaan proses
belajar-mengajar di sekolah. Pengawas ini melakukan fungsi
dan tugasnya kepada orang-orang yang disupervisi
mencakup kepala sekolah dan guru-guru di sekolah.
Supervisor yang bertugas mangawasi tugas kepala
sekolah disebut penilik. Penilik memiliki jabatan yang lebih
tinggi daripada kepala sekolah. Sebagai penilik ia
melaksanakan fungsi pengawasan atau supervisi dalam
pendidikan yang bukan hanya sekedar mengontrol apakah
segala kegiatan telah dilaksanakan degan rencana atau
program yang telah digariskan, tetapi lebih daripada itu
meneliti penentua kondisi untuk terciptanya situasi belajar-

175 Engkoswara & Aan Komariyah, Administrasi Pendidikan, (Bandung:

Alfabeta, 2012), hlm. 224-225.

189
Sohiron

mengajar yang efektif, dan usaha memenuhi syarat-syarat


yang sesuai dengan kebutuhan.176
Sementara di dalam satuan pendidikan, kepala sekolah
dalam arti formal adalah pejabat yang diangkat oleh
pemerintah dan diberikan wewenang untuk memimpin
sekolah dalam mencapai tujuannya, dapat bertugas menjadi
supervisor pada satuan pendidikan tersebut. Hal ini dapat
dipahami bahwa salah satu kompetensi yang harus dimiliki
kepala sekolah adalah kompetensi supervisi artinya kepala
sekolah menjadi supervisor bagi guru-guru pada satuan
pendidikan yang dipimpinnya.
Lebih tegas Oteng Sutisna seperti yang dikutip Dadang
Suhardan mengatakan supervisor adalah orang yang
melakukan kegiatan supervisi ia mungkin seorang pengawas
umum pendidikan atau kepala sekolah yang karena
perannya sebagai pemimpin memiliki tanggung jawab
tentang mutu program pengajaran di sekolahnya, atau
seorang petugas khusus yang diangkat untuk memimpin
perbaikan sutu bidang pengajaran tertentu misalnya
pendidikan jasmani, seni rupa, musik, keterampilan-
keterampilan dan lain sebagainya.177
Dalam melaksanakan fungsi dan tugasnya supervisor
yang baik perlu memiliki ciri-ciri pribadi sebagai guru yang
baik, memiliki kecerdasan yang tinggi, pandangan yang luas
mengenai proses pendidikan dalam masyarakat, kepribadian
yang menyenangkan dan kecakapan melaksanakan human
relation (hubungan manusia) yang baik.178 Lebih tegas
Ngalim Purawanto mengatakan seorang supervisor yang
baik perlu memiliki ciri-ciri dan sifat-sifat sebagai berikut:
1. Berpengetahuan luas tentang seluk-beluk semua
pekerjaan yang berada di bawah pengawasannya.

176 Herabudin, Administrasi dan Supervisi Pendidikan, (Bandung: Pustaka


Setia, 2009), hlm. 214
177 Dadang Suhardan, Supervisi Profesional; Layanan Dalam Meningkatkan

Mutu Pengajaran di Era Otonomi Daerah, (Bandung: Alfabeta, 2010), hlm. 54.
178 Ngalim Purwanto, Administrasi, ... Loc. Cit,. Hlm. 84

190
Administrasi dan Supervisi Pendidikan

2. Menguasai/memahami benar-benar rencana dan


program yang telah digariskan yang akan dicapai
oleh setiap lembaga atau bagian.
3. Berwibawa, dan memiliki kecakapan praktis tentang
teknis-teknis kepengawasan, terutama human
relation.
4. Memiliki sifat-sifat jujur, tegas, konsekuen,
ramah,dan rendah hati.
5. Berkemauan keras, rajin bekerja demi tercapai nya
tujuan atau program yang telah di
gariskan/disusun.179
Dari penjelasan di atas dapat dipahami bahwa seorang
supervisor memiliki kualifikasi tertentu agar pelaksanaan
supervisi yang dilakukan terlaksana dengan baik. Daryanto
menyebutkan syarat-syarat supervisi yang baik dilihat dari
sisi kepribadiannya adalah sebagai berikut:
1. Ia harus mempunyai prikemanusiaan dan solidaritas
yang tinggi, dapat menilai orang lain secara teliti
dari segi kemanusiaannya, serta dapat bergaul
dengan baik.
2. Ia harus dapat memelihara dan menghargai dengan
sungguh-sungguh, semua kepercayaan yang
diberikan oelh orang-orang yang berhubungan
dengannya.
3. Ia harus berjiwa optimis yang berusaha mencari
yang baik, mengharapkan yang baik dan melihat
segi-segi yang baik.
4. Hendaknya bersifat adil dan jujur, sehingga tidak
dapat dipengaruhi oleh penyimpangan manusia.
5. Hendaknya ia cukup tegas dan obyektif (tidak
memihak), sehingga guru-guru yang lemah dalam
stafnya tidak “hilang dalam bayangan”, orang-orang
yang kuat pribadinya.

179 Ngalim Purwanto, Administrasi, ... Ibid,. hlm. 85-86

191
Sohiron

6. Ia harus berjiwa terbuka dan luas, sehingga lekas


dan mudah dapat memberikan pengakuan dan
penghargaan terhadap prestasi yang baik.
7. Jiwanya yang terbuka tidak boleh menimbulkan
prasangka terhadap seseorang untuk selama-
lamanya hanya karena suatu kesalahan saja.
8. Ia hendaknya sedemikian jujur, terbuka dan penuh
tanggung jawab.
9. Ia harus cukup taktik sehingga kritiknya tidak
menyinggung perasaan orang.
10. Sikapnya yang bersimpati terhadap guru-gurunya
tidak akan menimbulkan depresi dan putus asa pada
anggotanya.
11. Sikapnya harus ramah, terbuka dan mudah
dihubungi sehingga guru-guru dan siapa saja yang
memerlukannya tidak akan ragu-ragu untuk
menemuinya.
12. Ia harus dapat bekerja dengan tekun dan rajin serta
teliti, sehingga merupakan contoh bagi anggota
stafnya.
13. Personel appereance terpelihara dengan baik,
sehingga dapat menimbulkan respect dari orang lain.
14. Terhadap murid-murid ia harus mempunyai
perasaan cinta sedemikian rupa, sehingga ia secara
wajar dan serius mempunyai perhatian terhadap
mereka.180

H. Supervisi Klinis
Istilah “Klinis” erat kaitannya dengan cara pengobatan
yang dilakukan oleh seorang dokter kepada para pasiennya.
Pemberian obat oleh dokter setelah dokter melakukan
pengamatan secara langsung tehadap pasien. Dalam istilah
supervisi. Klinis berkaitan langsung terhadap pengajaran.

180 Daryanto, Administrasi Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2011), hlm.


183-184

192
Administrasi dan Supervisi Pendidikan

Istilah klinis dalam pengajaran karena prosedur


pelaksanaannya lebih ditekankan kepada mencari sebab-
sebab atau kelemahan yang terjadi dalam proses belajar-
mengajar.
Ngalim Purwanto menyebutkan di dalam supervisi
klinis cara “memberikan obat” setelah supervisor melakukan
pengamatan langsung tehaap cara guru mengajar, dengan
mengadakan diskusi balikan antara supervisor dengan guru
yang bersangkutan. Diskusi balikan adalah diskusi yang
dilakukan segera setelah guru selesai mengajar dan
bertujuan untuk memperoleh balikan tentang kebaikan
maupun kelemahan yang terdapat selama guru mengajar
serta bagaimana usaha untuk memperbaikinya.181
Cogan dalam Saiful Sagala mengatakan supervisi klinis
adalah upaya yang dirancang secara rasional dan praktis
untuk memperbaiki performansi guru di kelas, dengan
tujuan untuk mengembangkan profesionalisme guru dan
perbaikan pengajaran.182 Dengan demikian supervisi klinis
adalah supervisi yang dilakukan supervisor untuk
membantu para guru dalam melaksanakan proses belajar-
mengajar, perbiakan pengajaran dengan hubungan yang
intens, berlanjut dan matang antara supervisor dan guru
searah dengan perbaikan praktek profesional guru yang
dapat menjamin kualitas pelayanan belajar secara
berkelanjutan dan konsisten.183
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa
supervisi klinis adalah supervisi yang dilakukan oleh
supervisor untuk membantu para guru dalam melaksanakan
tugas profesionalnya. Tugas itu berkaitan langsung dengan
proses belajar mangajar, disamping itu pelaksanaan
supervisi telah dirancang secara rasional dan praktis untuk
memperbaiki performa guru di dalam kelas. Supervisor

181 Ngalim Purwanto, Administrasi, ... Op.Cit, hlm. 90


182 Syaiful Sagala, Administrasi Pendidikan Kontemporer, (Bandung:
Alfabeta, 2008), hlm. 246.
183 Ibid, .. hlm. 247

193
Sohiron

klinis mengadakan hubungan secara intens, berlanjut dan


matang demi perbaikan prakterk profesional guru dengan
tujuan menjamin kualitas pelayanan belajar atau perbaikan
proses belajar-mengajar yang dilakukan oleh guru.
Mukhtar dan Iskandar menyebutkan bahwa istilah klinis
merujuk kepada unsur-unsur khusus sebagai berikut:
1. Adanya hubungan tatap muka antara supervisor dan
guru di dalam proses supervisi.
2. Fokus pada tingkah laku yang sebenar dari guru di
dalam kelas.
3. Observasi secara cermat.
4. Pendeskripsian data observasi secara terperinci.
5. Supervisor dan guru secara bersama-sama menilai
penampilan guru.
6. Fokus observasi sesuai dengan kebutuhan dan
penampilan guru.
Jadi fokus supervisi klinis adalah penampilan suru
secara nyata di kelas, termasuk pula guru sebagai peserta
atau partisipasi aktif dala proses supervisi tersebut.184
a. Tujuan Umum Supervisi Klinis
Supervisi klinis bertujuan untuk membantu guru
dalam memenuhi kebutuhannya yang berhubungan
dengan tugasnya. Tujuan ini dimaksudkan agar guru
benar-benar profesional. Guru profesional merupakan
idaman dalam pembaruan pendidikan dan untuk
memerangi kemorosotan pendidikan dengan cara
memperbaiki cara mengajar di kelas.185
b. Tujuan Khusus Supervisi Klinis
Disamping memiliki tujuan umum, supervisi klinis
bertujuan untuk:
1. Menyediakan guru suatu balikan yang efektif dari
kegiatan mereka yang baru saja mereka jalankan,
ini merupakan cerminan agar guru dapat melihat

184 Mukhtar & Iskandar, Orientasi ,... Op.Cit,. hlm. 61


185 Ibid, .. hlm. 248

194
Administrasi dan Supervisi Pendidikan

apa yang sebenarnya yang mereka perbuat saat


mengajar, sebab apa yang mereka lakukan
mungkin sangat berbeda dengan perkiraan
mereka.
2. Mendiagnosis, memecahkan atau membantu,
memcahkan masalah mengajar.
3. Membantu guru mengembangkan keterampilan
dalam mengembangkan strategi-setrategi.
4. Sebagai dasar untuk menilai guru dalam
kemajuan pendidikan, promoosi, jabatan atau
pekerjaan meraka.
5. Membantu guru mengembangkan sikap positif
terhadap pengembangan diri secara terus
menerus dalam karier dan profesi mereka secara
mandiri.
6. Perhatian utama pada kebutuhan guru.186
Dengan demikian jelas bahwa supervisi klinis secara
khusus bertujuan untuk membantu para guru dalam
melaksanakan tugas, meniagnosis, memecahkan masalah-
masalah mengajar, mengembangkan keterampilan
mengajar serta membantu guru untuk mengembangkan
sikap positif dalam karir dan profesinya.
c. Ciri-ciri Supervisi Klinis
La Sulo seperti yang dikutip Ngalim Purwanto
mengatakan ciri-ciri supervisi klinis adalah sebagai
berikut:
1. Bimbingan supervisor kepada guru/calon guru
bersifat bantuan, bukan perintah atau intruksi.
2. Jenis keterampilan yang akan di supervisi diusulkan
oleh guru atau calon guru yang akan di supervisi, dan
disepakati melalui pengkajian bersama antar guru dan
supervisor.
3. Meskipun guru atau calon guru mempergunakan
sabagai ketrampilan mengajar secara terintegrasi,

186 Ibid, .. hlm. 249

195
Sohiron

sasaran supervisi hanya pada keterampilan supervisi


saja.
4. Instrumen supervisi di kembangkan dan disepakati
bersama antar supervisi dan guru antar kontrak (lihat
butir 3 diatas).
5. Balikan di berikan segera dan secara objektif (sesuai
dengan data yang direkam oleh instrumen observasi).
6. Meskipun supervisor telah menganalisis dan
mengintrpretasi data yang direkam oleh instrumen
observasi, di dalam diskusi atau pertemuan balikan
guru/calon guru diminta terlebih dahulu
menganalisis penampilanya.
7. Supervisor lebih banyak bertanya dan mendengarkan
daripada memerintah atau mengarahkan.
8. Supervisi berlangsung dalam suasana intim dan
terbuka.
9. Supervisi berlangsung dalam siklus yang meliputi
perencanan, observasi dan diskusi/ pertemuan
balikan.
10. Supervisi klinis dapat di pergunakan untuk
pembentukan atau peningkatan dan perbikan
keterampilan mengajar; di pihak lain dipakai dalam
konteks pendidikan prajabatan maupun dalam
jabatan.187
d. Prinsip-Prinsip Supervisi Klinis
Piet Suhartian dalam Mukhtar dan Iskandar
mengatakan adapun prinsip yang harus dilakukan dalam
supervisi klinis adalah sebagai berikut:
1. Supervisi klinis yang dilakukan harus berdasarkan
inisiatif dari para guru, prilaku supervisor harus
demikian teknis sehingga guru-guru terdorong untuk
berusaha meminta bantuan dari supervisor.
2. Ciptakan hubungan yang bersifat manusiawi yang
bersifat interaktif dan rasa kesejawatan.

187 Ngalim Purwanto, Administrasi, ... Op.Cit,. hlm. 91

196
Administrasi dan Supervisi Pendidikan

3. Ciptakan suasana bebas di mana setiap orang bebas


dan berani mengemukakan apa yang di alaminya
supervisor berusaha menjawab dan menemukan
solusinya atas apa yang diharapkan guru.
4. Objek kajian adalah kebutuhan profesional guru yang
riil tentunya yang mereka alami.
5. Perhatian dipusatkan pada unsur-unsur yang spesifik
yang harus diangkat untuk diperbaiki.188
Berdasarkan prinsip-prinsip di atas dapat
disimpulkan bahwa supervisi klinis menghendaki adanya
pengawasan yang lebih fleksibel, artinya kegiatan
supervisi dilakukan berdasarkan kesepakatan para guru
dan supervisor, supervisi dilakukan berdasarkan
hubungan yang manusiawi dan suasana bebas dimana
guru dan supervisor dapat melakukan mengemukakan
dengan senang hati tanpa paksaan atas apa yang
dialaminya kemudian supervisor dengan senang hati
menjawab dan menemukan solusi bersama-sama
terhadap masalah-masalah yang nyata (riil) yang perlu
diperbaiki dalam rangka menunjang keprofesionalan
seorang guru.
e. Kelebihan Supervisi Klinis
Kebaikan dari pelaksanaan supervisi klinis adalah
sebagai berikut:
1. Dapat dipakai untuk memperbaiki kinerja guru-guru
yang sangat lemah kenerjanya.
2. Perbaikan yang dilakukan sangat intensif, sebab
masing-masing kelemahan ditangani satu persatu,
sampai semua kelemahan menjadi berkurang atau
hilang.
3. Proses memperbaiki kelemahan dilakukan secara
mendalam, termasuk:
a. Guru merefleksi kemampuannya melaksanakan
proses pembelajaran.

188 Mukhtar & Iskandar, Orientasi ,... Op.Cit,. hlm. 61

197
Sohiron

b. Supervisor mengobservasi secara mendalam bila


perlu memakai video.
4. Bagi guru-guru lain yang ingin tahu cara penyelesaian
kelemahan-kelemahan guru yang disupervisi
diperbolehkan ikut menjadi pendengar dalam
pertemuan balikan.189
f. Kelemahan Supervisi klinis
Disamping memiliki kebaikan supervisi klinis juga
memiliki kelemahan yakni terlalu mahal, sebab
membutuhkan waktu yang panjang, karena kelemahan
diperbaiki satu persatu dan menyita pikiran serta tenaga
yang besar sebab dilakukan secara mendalam agar
intensif.

I. Program dan Evaluasi Supervisi Pendidikan


Pelaksanaan supervisi yang baik perlu langkah-langkah
strategis yang baik, dalam supervisi kegiatan ini dinamakan
“programming” yakni memprogram kegiatan pelaksanaan
supervisi yang direncanakan. Program supervisi pendidikan
adalah suatu rangkaian kegiatan yang direncanakan yang
erat hubunganya satu sama lain dan seluruhnya terarah
kepada tercapainya tujuan supervisi pendidikan. James
Curtin dalam Ametembun menegaskan ”a supervisory
program is a planned series of activities which results in
instructional improvement”.
Lebih lanjut Ametembun mengatakan suatu progam
supervisi pendidikan adalah dalam rangka program
perbaikan dan atau peningkatan mutu pendidikan dan
pengajaran, jadi bukanlah terbatas hanya pada
perbaikan/peningkatan mekanis mengajar belajar atau
program yang hanya terbatas pada supervisor guru-murid
belaka. Makin lebih ambisius suatu program supervisi
pendidikan makin lebih edukatif efek potensianya, dan lebih

189 Made Pidarta, Supervisi Pendidikan Kontekstual, (Jakarta, Rineka Cipta,

2009), hlm. 138-139.

198
Administrasi dan Supervisi Pendidikan

banyak melibatkan orang-orang (kepala sekolah, guru-guru,


murid-murid, orangtua/wali murid, dan masyarakat umum)
ke dalam program supervisi yang direncanakan.
Dari penjelasan di atas dapat dipahami bahwa suatu
program supervisi pendidikan adalah serangkaian kegiatan
yang direncanakan yang salim berhubungan terarah kepada
tujuan supervisi pendidikan. Pertanyaan pokok dibawah ini
dapat membantu seorang supervisor menyusun program
supervisi pendidikan, yakni:
1. Apa yang perlu dilakukan untuk memperbaiki
situasi pendidikan/pengajaran disekolah atau
kelompok sekolah lain?
2. Sejauh mana supervisor baik melalui usaha-
usahanya sendiri maupun bersama rekan-rekanya
dapat berkontribusi (meyumbang) bagi perbaikan?
3. Daya upaya, alat-alat atau teknik supervisi apa
kiranya sesuai untuk mensukseskan perbaikan ini?
Dari pertanyaan di atas dapat dipahami program
supervisi pendidikan terkait dengan apa yang dilakukan,
kontribusi atau hubungan usaha, serta daya atau teknik yang
sesuai untuk mensukseskan perbaikan.
Program-program supervisi antarasatu sekolah dengan
sekolah lain dapat berbeda hal ini dapat disebabkan oleh:
1. Perbedaan staf.
2. Perbedaan sarana dan fasilitas pendidikan.
3. Perbedaan finansial.
4. Perbedaan masyarakat setempat dan sebagainya.
Adapun elemen-elemen atau unsur-unsur suatu
program supervisi yang baik adalah sebagai berikut:
1. Identifikasi aspek-aspek terkait dengan kebutuhan
dan relevansinya terhadap situasi. Relevansi dapat
ditentukan dengan suatu penelaahan yang seksama
terhadap program intruksional berdasarkan pada
informasi yang dapat dipercaya melalui:
a. Hasil-hasil test yang telah distandarisasikan.
b. Hasil test susunan guru sendiri.

199
Sohiron

c. Partisipasi murid dalam pelajarana.


d. Penyelesaian tugas-tugas dan sebagainya.
2. Perumusan Tujuan-tujuan program. Dalam rangka
perumusan tujuan secara seksama jelas maka
hendaklah diperhatikan agar tujuan-tujuan itu:
a. Dinamis yaitu mengindikasikan tindakan-
tindakan dan dapat dilaksanakan.
b. Achieable yaitu dapattercapai dan
dimungkinkan oleh fasilitas-fasilitas yang
tersedia.
c. Develpmet yaitu terarah kepada ingkat
pencapaian hasil yang lebih tinggi.
d. Limited yaitu cukup terbatas dalam jumlah
kegiatan sehingga simpang siur.190
3. Penentuan aktivitas-aktivitas. Adapun aktivitas-
aktivitas itu adalah:
a. Observasi-observasi kelas.
b. Pembicaraan-pembicaraan individual.
c. Rapat-rapat supervisi.
d. Lokakarya (workshop) atau seminar-eminar dan
sebagainya.
4. Perumusan kriteria-kriteria evaluatif. Untuk
menentukan sejauh mana perbaikan-
perbaikan/peningkatan-peningkatan telah
terlaksana, maka supervisor perlu menetapkan
kriteria-kriteria evaluasinya. Dalam hal ini evaluasi
harus dihubungkan dengan tujuan-tujuan yang telah
ditetapkan bagi program.
Dari pembahasan di atas dapat dipahami bahwa
supervisi yang baik perlu untuk diprogram atau
direncanakan dengan baik serta disusun berdasarkan
elemen-elemen program yang dapat menjadi acuan dalam
menyusun program supervisi pendidikan.

190 Amatembun, ibid, ... hlm. 131

200
Administrasi dan Supervisi Pendidikan

Dalam melaksanakan program supervisi maka perlu


program itu untuk dievalusi. Evaluasi dimaksudkan untuk
mengetahui pencapaian tujuan pelaksanaan program serta
untuk mengetahuai sejauh mana program itu dilaksanakan
demi tercapainya tujua supervisi. Evaluasi program
hendaklah merupakan proses yang kontinu, paralel dengan
perkembangan program supervisi. Adapun tujuan evaluasi
tidak hanya menyangkut hasil-hasil terakhir, melainkan pula
untuk membina program agar berjalan lebih lancar dan
efektif.
Evauluasi program supervisi menurut Ametembun
terkait dengan:
1. Menilai keefektifan program setiap saat.
2. Mengkalkulasi kemajuan-kemajuan sehubungan
dengan tujuan-tujuan yang dicita-citakan.
3. Mencatat hambatan dan kesulitan yang dialami.
4. Menyarankan modifikasi (perubahan-perubahan)
yang diperlukan sesuai dengan perkembangan
situasi baru dan sebagainya.191
Empat poin di atas merupakan isi dari evaluasi program
supervisi pendidikan untuk mengetaui keefektifan program,
mengetahui kemajuan-kemajuan, untuk mengetahui
hambatan dan kesulitan yang dialami, serta melakukan
perbaikan sesuai dengan perkembangan situasi yang baru.

191
Amatembun, ibid, ... hlm. 149

201
Sohiron

Daftar Pustaka

Reza Baizuri, Tadbir dan Adab sebagai Kerangka Teori Manajemen


Islam, http://www.komunitasnuun.org/2014/03/tadbir-dan-
adab-sebagai-kerangka-teori-manajemen-islam-1/, di
download 10 April 2015.
Abdul Malik Abdul Karim Amrullah(HAMKA), H. Tafsir Al-
Azhar Juz 11, Panji Mas, Jakarta, 1999.
Depdiknas, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi Ketiga, Balai
Pustaka, Jakarta, 2003.
Yeti Heryati, Manajemen Sumber Daya Pendidikan, Pustaka Setia,
Bandung, 2014.
Brantas, Dasar – dasar Manajemen, Alfabeta, Bandung, 2009.
Daryanto. Drs. H.M. 2008. Administrasi Pendidikan. Jakarta :
Rineka Cipta.
Nanang Fatah, Landasan Manajemen Pendidikan, Remaja
Rosdakarya, Bandung, 2008.
Nopri Ahadi, Pengantar Manajemen, UIR Press, Pekanbaru, 2004.
Husaini Usman, Manajemen: Teori Praktik dan Riset Pendidikan,
Jakarta: Bumi Aksara, 2008.
Oemar Malik, Dasar-Dasar Pengembangan Kurikulum, PT.Remaja
Rosdakarya, Bandung, 2008.
Sururi dan Sukarti Nasihin, Manajemen Peserta Didik, Alfabeta,
Bandung, 2010.
Mohammad Ali dan Mohammad Asrori, Psikologi Remaja,
Perkembangan Peserta Didik, Bumi Aksara, Jakarta, 2009.
E. Mulyasa, Manajemen Berbasis Sekolah, Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2004.

202
Administrasi dan Supervisi Pendidikan

Dosen Administrasi Pendidikan UPI , Manajemen Pendidikan


,Bandung :Alfabeta, 2012.
Suryosubroto, Manajemen Pendidikan di Sekolah , Jakarta : Rineka
Cipta, 2004.
Suharsimi Arikunto & Lia Yuliana, Manajemen Pendidikan,
Yogyakarta: Aditya, 2008.
Ali Imron, Manajemen Peserta Didik Berbasis Sekolah, Jakarta: Bumi
Aksara, 2011.
Damsar. 2011, Pengantar sosiologi pendidikan, Kencana prenada
media grup.
Ramayulis. 2013 (Ilmu Pendidikan Islam). Kalam Mulia.
Depdiknas. 2006. BSNP, Panduan Penyusunan Kurikulum Tingkat
Satuan Pendidikan Jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah.
Jakarta. Badan Standar Nasional Pendididkan.
Rusman, 2011, Manajemen Kurikulum, Rajagrafindo Persada.
Suharsimi Arikunto, Organisasi dan Administrasi Pendidikan
Teknologi dan Kejuruan (Jakarta: Rajawali Pers, 1988).
M. Moh Rifai, Administrasi dan Supervisi Pendidikan 1 (Bandung:
Jemmars, 1984).
Sulistiyorini, 2006, Manajemen Pendidikan Islam, (Elkaf
: Tulungagung) .
Republik Indonesia, Peraturan Pemerintah No 19 tahun 2005 Pasal 2
tentang Standar Nasional Pendidikan, Lembaran Negara RI :
Jakarta, 2005.
Republik Indonesia, Undang Undang No 20 tahun 2003Pasal 39
tentang Sistem Pendidikan, Lembaran Negara RI, Jakarta,
2003.
Undang-undang guru dan dosen no 14 thn 2005 cet ke-7,(Jakarta:
sinar grafika,2014).
luk.staff.ugm.ac.id/atur/PP17-2010Lengkap.pdf.

203
Sohiron

Mujamil qomar, manajemen pendidikan islam,(Jakarta: erlangga,


2007).
Mulyasa, Menjadi Kepala Sekolah Profesional cet 11, (Bandung: PT
Remaja Rosda Karya, 2011).
Hamdani, Dasar-Dasar Kepedidikan, 2011 (Bandung : Pustaka
Setia).
Dedy Achmad Kurniady, Bahan Ajar Humas,
http://file.upi.edu.com
Yadi Haryadi, dkk, Modul 1: Penguatan Kelembagaan Komite
Sekolah, Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar
dan Menengah, Jakarta, 2006.
Burhanuddin, Analisis Administrasi dan Kepemimpinan Pendidikan,
( Jakarta: Bumi Aksara, 1994), hlm. 59.
Mulyono, Manajemen Administrasi & Organisasi Pendidikan,
(Yogyakarta: AR-RUZZ MEDIA, 2009).
Manullang, M.. Dasar-dasar Manajemen. (Jakarta: Ghalia
Indonesia1990)
Abuddin Nata, Manajemen Pendidikan, Kencana, Bogor, 2003.
Rohiat, M.Pd, Dr. Manajemen Sekolah, Bandung : PT Refika
Aditama, 2010.
Puwono, 2009. Pemaknaan Buku Bagi Masyarakat Pembelajar.Hal 5
Rita Mariana, dkk, 2010. Pengelolaan Lingkungan Belajar.
Pawit M. Yusup, 2012. Perspektif Manajemen Pengetahuan
Informasi, Komunikasi, Pendidikan, dan Perpustakaan.
Http://Darwoto.wordpress.com/2010/03/17Administrasi/Pela
yanan/Khusus.htmlss
Aan Komariyah & Cepi Triatna, Visionary Leadership: Menuju
Sekolah Efektif, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2006).

204
Administrasi dan Supervisi Pendidikan

Nur Zazin, Gerakan Menata Mutu Pendidikan: Teori dan Aplikasi,


(Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2014).
Hasbullah, Otonomi Pendidikan: Kebijakan Otonomi Daerah dan
Implikasinya Terhadap Penyelenggaraan Pendidikan, (Jakarta:
PT. RajaGrafindo Persada, 2007).
Dachnel Kamars, Administrasi Pendidikan: Teori dan Praktik,
(Padang: CV. Suryani Indah, 2004).
Sri Minarti, Manajemen Sekolah: Mengelola Lembaga Pendidikan
Secara Mandiri, (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2011).
Mulyono, Manajemen Administrasi dan Organisasi Pendidikan,
(Jogjakarta, Ar-Ruzz Media, 2012).
Nanang Fattah, Landasan Manajemen Pendidikan, (Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya, 2006).
Veithzal Rivai & Sylvina Murni, Education Management: Analisis
Teori dan Praktik, (Jakarta: Rajawali Press, 2009).
Muhaimin, et al, Manajemen Pendidikan: Aplikasi dalam Penyusunan
Rencana Pengembangan Sekolah/Madrasah, (Jakarta: Prenada
Media Group, 2009).
Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan
Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai
Pustaka, 1996).
Sohiron, Akreditasi Satuan Pendidikan, (Pekanbaru: Zanafa
Publishing, 2014).
Muhammad Faturrahman & Sulistyorini, Implementasi
Peningkatan Mutu Pendidikan Islam: Peningkatan Lembaga
Pendidikan Islam Secara Holistik, (Jogjakarta: Teras, 2012).
Encep Safrudin Muhyi, Kepemimpinan Pendidikan Transformasional,
(Jakarta: Diadit Media, 2011).
Indah Nur’aini, Kamus Bahasa Indonesia, (Bogor: CV. Duta
Grafika, 2010).

205
Sohiron

Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia,


(Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2008).
Tim Pustaka Phoenix, Kamus Besar Bahasa Indoensia Edisi Baru,
(Jakarta Barat: PT. Media Pustaka Phoenix, 2008).
Wahjosumidjo, Kepemimpinan Kepala Sekolah: Tinjauan Teoritik dan
Permasalahannya, (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2007).
Oteng Sutisna, Administrasi Pendidikan: Dasar Teoritis untuk
Praktek Profesional, (Bandung: PT. Angkasa, 1989).
Muhyidin al-Barobis, Kepemimpinan Pendidikan, (Jogjakarta, PT.
Pustaka Insan Madani, 2012).
Ali Muhammad Taufiq, Praktik Manajemen Berbasis Al-Qur’an
diterjemahkan oleh Abdul Hayyie al-Kattani dan
Sabaruddin, (Jakarta: Gema Insani, 2004).
Andang, Manajemen dan Kepemimpinan Kepala Sekolah: Konsep,
Strategi dan Inovasi Menuju Sekolah Efektif, (Yogyakarta: Ar-
Ruzz Media, 2014).
Peter Salim & Yenny Sali, Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer,
(Jakarta: Modern English Press, 2002)
Permendiknas No 13 Tahun 2007 Tentang Standar Kompetensi
Kepala Sekolah
Jasmani & Syaiful Mustofa, Supervisi Pendidikan: Terobosan Baru
dalam Penigkatan Kinerja Pengawas Sekolah dan Guru,
(Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2013).
Amatembun, Supervisi Pendidikan: Penuntun Bagi Penilik
Pengawas Kepala Sekolah dan Guru-guru, (Bandung: PT. Suri,
200).
Umiarso & Imam Gojali, Manajemen Mutu Sekolah di Era Otonomi
Pendidikan, (Jogjakarta, IRCiSoD, 2010).
http://masimamgun.blogspot.com/2013/02/supervisi-pendidikan.html
(imam gunawan). Diakses tanggal 13 september 2015.

206
Administrasi dan Supervisi Pendidikan

M.Ngalim Purwanto.Admistrasi dan supervisi pendidikan


(Bandung: PT.Remaja Rosdakarya, 2010).
Mukhtar & Iskandar, Orientasi Baru Supervisi Pendidikan, (Jakarta:
Gaung Persada Press, 2009).
Suharsimi Arikunto.Dasar-dasar Supervisi. (Jakarta:
PT.Rineka Cipta, 2006).
Engkoswara & Aan Komariyah, Administrasi Pendidikan,
(Bandung: Alfabeta, 2012).
Herabudin, Administrasi dan Supervisi Pendidikan, (Bandung:
Pustaka Setia, 2009).
Dadang Suhardan, Supervisi Profesional; Layanan Dalam
Meningkatkan Mutu Pengajaran di Era Otonomi Daerah,
(Bandung: Alfabeta, 2010).
Syaiful Sagala, Administrasi Pendidikan Kontemporer, (Bandung:
Alfabeta, 2008).
Made Pidarta, Supervisi Pendidikan Kontekstual, (Jakarta, Rineka
Cipta, 2009), hlm. 138-139.

207
Sohiron

208

Anda mungkin juga menyukai