Anda di halaman 1dari 25

TUGAS MATERIAL DAN KONSTRUKSI BANGUNAN

DIBUAT OLEH:
RADITYA NURULLAH TAMA (21902034)

TEKNIK ARSITEKTUR
2020/2021
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dalam suatu bangunan, atap berfungsi sebagai penutup seluruh ruangan yang ada di
bawahnya. Gunanya untuk melindungi dari pengaruh panas, hujan, angin, debu, dan lain-lain.
Sebagai “mahkota” dari suatu bangunan, pemilihan atap haruslah disesuaikan dengan
bangunan di bawahnya, iklim setempat, model atap, biaya, serta bahan yang tersedia.

Pemilihan atap hendaknya memperhatikan iklim setempat, tampak atap yang


dikehendaki, biaya yang tersedia dan bahan-bahannya dengan mudah didapat di mana
bangunan itu didirikan.

1.2 Permasalahan
 Pengertian atap
 Jenis rangka atap atau kuda-kuda
 Bahan penutup atap
 Macam-macam bentuk atap

1.3 Sistematika penulisan


KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


1.2 Permasalahan
1.3 Sistematika Penulisan

BAB II ISI

2.1 Pengertian dan Fungsi


2.2 Jenis rangka atap atau kuda-kuda
2.3 Bahan penutup atap
2.4 Macam-macam bentuk atap

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan
3.2 Saran

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN
BAB II

ISI

2.1 Pengertian

Atap adalah bagian yang penutup banggunan yang berfungsi sebagai pelindung
bangunan dari panas dan hujan. Beberapa syarat yang harus dipenuhi untuk pekerjaan atap
adalah:

1. harus serasi dengan bentuk bangunannya sehingga dapat menambah keindahan


dari bangunan,
2. dibuat dengan kemiringan sedemikian, sehingga air hujan dapat cepat
meninggalkan atap bangunan,
3. harus dibuat dari bahan yang tahan dan tidak mudah rusak oleh pengaruh cuaca,
panas dan hujan,
4. dapat memberikan kenyamanan bertempat tinggal bagi penghuninya.
2.2 Jenis rangka atap atau kuda-kuda

a. Kuda-kuda kayu

Kuda-kuda kayu dibuat dengan cara merangkaikan beberapa batang kayu yang
dibentuk menjadi suatu konstruksi rangka batang, dengan bentuk dasar segitiga. Untuk
menentukan ukuran kayu yang akan dipakai, dapat dihitung dengan metode Cremona
terhadap beban atap yang didukungnya, dengan anggapan kuda-kuda terletak pada tumpuan
sendi dan rol (mekanika statis tertentu).Adapun macam-macam kayu berdasarkan kualitasnya
adalah sebagai berikut:

 Kayu kualitas 1 : untuk konstruksi berat yang dibangun diluar (tidak


terlindung): kayu jati, johar, sonokeling, belian, dsb.
 Kayu kualitas 2 : untuk keperluan kontruksi berat, tidak terlindung dan tidak
dikenai tanah lembab: kayu rasamala, merawan, walikukun, dsb.
 Kayu kualitas 3 : untuk kontruksi berat yang terlindung; kayu kamper,
keruwing, mahoni, jamuju dsb.
 Kayu kualitas 4 : untuk keperluan kontruksi ringan yang terlindung; kayu
meranti, suren, durian, dsb.
b. Kuda-kuda baja ringan

Rangka atap baja ringan merupakan susunan rangka batang hasil pabrikasi yang
membentuk suatu system dengan perakitan. Perhitungannya menggunakan bantuan software
computer. Bahan yang digunakan adalah baja bermutu tinggi yang tipis dan ringan. Untuk
mencegah terjadinya karatan, bahan tersebut diberi lapisan galpanis (lapisan seng) atau
galvanum (lapisan yang mengandung unsur alumunium dan seng). Elemen dari struktur atap
baja ringan adalah kuda-kuda, reng, sekrup, dan jurai dalam. Jarak antar kuda-kuda
tergantung pada berat penutup atap. Semakin berat beban dari penutup atap maka akan
semakin rapat jarak kuda-kudanya. Misalnya dengan menggunakan penutup atap genteng
beton, jarak antar kuda-kudanya dapat mencapai 1.4 m. Ketebalan bahan untuk kuda-kuda
berkisar 0.75 – 1 mm, sedangkan ketebalan untuk reng antara 0,4 – 0,7 mm.

2.3 Bahan penutup atap

Dalam kehidupan sehari-hari sering kita dengar bahwa mahkotanya suatu bangunan
terletak pada keserasian atapnya. Salah satu faktor yang turut mempengaruhi keserasian itu
adalah jenis bahan penutupnya. Jenis bahan penutup bidang atap ada bermacam-macam
diantaranya: Genteng, asbes, seng, sirap, beton, kaca, alang-alang dan lain-lainnya.
Mengingat banyaknya jenis bahan penutup atap yang dapat digunakan, maka dipandang perlu
untuk membuat kriteria dasar pemilihannya.

 Kriteria dasar bahan penutup atap


Adapun kriteria dasar untuk dapat memilih bahan penutup atap adalah sebagai berikut:

1) tinjauan terhadap iklim setempat, artinya: apakah di tempat didirikannya bangunan itu
mempunyai iklim panas ataukah iklim dingin?
2) bentuk keserasian atap yang dikehendaki.
3) mudahnya bahan itu didapat atau didatangkan di tempat di mana bangunan itu
didirikan.
4) banyaknya dana/uang yang tersedia.
 Syarat-syarat umum bahan penutup atap
Adapun syarat umum bahan penutup atap adalah:

1) bahan harus dapat bersifat isolasi terhadap panas, dingin, dan bunyi.
2) harus rapat terhadap air hujan/tidak tembus air.
3) tidak mengalami perubahan bentuk karena adanya pergantian cuaca.
4) tidak terlalu banyak memerlukan perawatan.
5) tidak mudah terbakar.
6) bobotnya cukup ringan dan mempunyai kedudukan yang mantap setelah di pasang.
7) tahan lama (awet).
Di samping pernyataan di atas, bahan penutup atap mempunyai hubungan yang erat
dengan sudut lerengnya. Hal itu dimaksudkan agar :

1) Agar air hujan yang jatuh pada permukaan bidang atap dengan cepat dapat mengalir
meninggalkan bidang atap tersebut, sehingga kemungkinan rembes itu sangat kecil.
2) Menambah keindahan pandangan dari suatu bangunan.
3) Di dapat ruangan atas yang sekaligus dapat berfungsi sebagai isolasi terhadap iklim.
Dan bila dalam keadaan memaksa dapat dipakai untuk gudang penyimpanan barang-
barang kecil dan ringan.
 Hubungan antar jenis bahan penutup dengan besar-kecilnya sudut lereng (kemiringan)
atap.
No Bahan penutup atap Sudut lereng atap
1. Beton 1o-2o
2. Kaca 10o-20o
3. Asbes 15o-25o
4. Seng 20o-25o
5. Genting 30o – 40o
6. Sirap 25o – 40o

 Beberapa bahan penutup atap yang banyak dipakai untuk bangunan adalah sebagai
berikut:
a. Genteng

Berdasarkan bahan bakunya, genteng dibedakan menjadi dua, yaitu genteng tanah dan
genteng beton. Bahan dasar pembuatan genteng tanah adalah tanah liat yang dicetak baik
secara manual (dengan tangan) atau menggunakan mesin press yang kemudian dibakar
sempurna. Sementara genteng beton terbuat dari campuran pasir atau abu batu dengan semen
PC yang dicetak menggunakan mesin.

Macam-macam genteng:

1. Genteng kodok ( press = silang )

Genteng kodok ini mempunyai bidang datar dan di tengah-tengah bagian bawahnya
terdapat peninggi menyerupai hidung, di salah satu tepinya terdapat lekukan-lekukan yang
berakur untuk memperoleh hubungan yang betul-betul merapat. Peninggian atau tonjolan
yang ada pada bidang dasar bagian bawah menyerupai kodok sehingga orang banyak
menamakan: Genteng kodok. Genteng ini dipasang di atas reng yang berukuran 2 x 3 cm
secara berselang-seling. Pembuatannya dilakukan secara manual dengan tangan dan ada juga
dengan mesin. Bahan dasar genteng kodok berupa tanah liat. Genteng kodok tergolong ringan
dibanding jenis lainnya,yaitu hanya sekitar 1,5-1,8 kg per buah. Kebutuhan genteng per meter
persegi atap sekitar 21-25 buah,tergantung ukuran gentengnya. Sudut kemiringan pada saat
pemasangannya sebagai atap adalah 190 tanpa aluminium foil.
2. Genteng bubungan (genteng kerpus)

Untuk menyatukan dua bidang atap genteng pada bagian puncaknya dan pada jurai
luar atap diperlukan adanya genteng bubungan. Bahan dasar genteng ini adalah tanah liat.
Pemasangannya menggunakan adukan dengan komposisi 1 semen : 4 pasir + pecahan-
pecahan genteng yang sekaligus berfungsi menjepit genteng pada bagian ujung atas, agar
tidak bergeser.

Langkah-langkah pemasangan genteng bubungan :

 Pasang papan angin di kedua ujung balok bubungan.


 Genteng pada baris ke-1 dari atas telah selesai dipasang dan genteng pada
baris ke-3 dibongkar dulu lalu dipasang kembali bila telah selesai.
 Rentangkan benang tepat di tengah-tengah balok bubungan setinggi bidang
atas dari genteng hubungan dan sejajar padanya.
 Pemasangan genteng bubungan yang pertama dimulai dari kedua ujungnya
dan berakhir di tengah-tengah panjang balok bubungan. Pemasangannya menggunakan
adukan seperti yang telah dijelaskan diatas.
 Setelah selesai, kemudian pada bagian luar yang ada adukannya dilapisi
dengan adukan pc ditambah air untuk kulit luar. Untuk pemasangan genteng bubungan
pada atap perisai yang mempunyai jurai luar, dimulai dari keempat sudut bawah menuju
keatas dan berakhir di tengah-tengah bagian yang mendatar.

3. Genteng beton

Genteng beton memiliki banyak model dan warna, mulai dengan model lekukan
sampai model rata atau flat. Warnanya pun bervariasi dari cokelat, biru, hijau, atau kombinasi
2-3 warna dalam satu genteng. Bahan baku pembuatan genteng beton ini adalah campuran
semen,pasir,bahan pengikat.bahan penguat,dan bahan pewarna.

Tipe genteng beton


Spesifikasi
Centurion Nova Pallace
Berat per buah (kg) 4,0-4,2 2,6
Isi per m2 (buah) 9,5 16
Jarak reng (cm) 35 30
Sudut atap minimum (derajat) 25 -
Panjang (mm) 425 -
Lebar (mm) 330 -

4. Genteng kaca

Genteng kaca ini terbuat dari bahan dasar pasir kuarsa dan batu api yang ditumbuk
atau batu pasir yang dilebur. Kaca dapat dikatakan baik untuk genteng bila memiliki sifat
warna yang jernih, permukaan yang rata dan tidak ada rongga udara dalam kaca tersebut.
Genteng ini dipasang untuk dapat memasukkan cahaya ke dalam ruangan pada waktu siang
hari melalui penutup atap.

5. Genteng morando

Genteng morando ini ada yang di glazur dan ada yang non glazur (natural). Genteng
yang belum di glazur sebaiknya perlu di cat untuk mencegah serangan lumut dan jamur.
Spesifikasi genteng morando antara lain berat 2.3 kg/bh, isi 18 buah/m 2, jarak usuk 40 cm,
jarak reng 27.5 cm, system sambungan interlock, dan sudut kemiringan minimum 190.
Kelebihan genteng morando antara lain cukup ringan, murah dan kuat. Sementara
kekurangannya antara lain diperlukan ketelitian pada saat pemasangan agar tampak rapi.

6. Genteng keramik

Bahan dasar pembuatan genteng ini adalah tanah liat. Proses pembuatannya melalui
pembakaran pada suhu mencapai 1.100 dengan waktu selama 18 jam. Pembakarannya
menggunakan oven sehingga ukuran genteng lebih presisi dan seragam. Setelah pembakaran,
proses pembuatan selanjutnya adalah pewarnaan dan pemberian glazur. Dengan glazur
genteng ini mampu memantulkan panas sampai 90% sehingga ruangan dibawahnya relatif
dingin. Adapun spesifikasi genteng keramik adalah berat 3,2 kg/buah, isi 14 buah/m 2, jarak
usuk 40 cm, dan system sambungan interlock.

b. Sirap

Bahan sirap adalah kayu keras yang banyak terdapat di hutan-hutan Kalimantan. Yang
dibuat menjadi lembaran-lembaran tipis dengan ukuran 60 x 70 cm dengan ketebalan 1 mm.
Jenis kayu yang sering digunakan untuk sirap ini adalah kayu Ulin,kayu Jati dan kayu Belian.
 Keuntungan sirap:
- bahan ringan,

- setelah disusun menjadi satu mempunyai bentuk yang artistik dan indah,

- merupakan isolasi panas yang baik sehingga udara dalam ruangan menjadi tidak
panas.

 Kerugian sirap:
Karena merupakan lembaran-lembaran yang kecil, maka air hujan mudah merembes
ke sela-sela antara sirap yang satu dan lainnya, akibatnya terjadi kebocoran dalam
ruangan yang kadang-kadang sangat sulit mencari titik kebocoran ini. Untuk mengatasi
hal ini, sebelum sirap-sirap dipasang, lebih dahulu diberi lembaran-lembaran seng plat,
yang akibatnya harga konstruksi menjadi mahal.

Ukuran-ukuran sirap ada bermacam-macam, seperti berikut:

- Ukuran Besar: panjang 60cm, lebar 8 @ 9 cm dan tebalnya 4-5 mm.

- Ukuran kecil: panjang 40 cm, lebar 5 cm dan tebalnya 3 @ 4 mm.

Warna biasa sirap adalah coklat tua, namun lama kelamaan akan berubah menjadi
coklat tua kehitam-hitaman. Lamanya sirap sebagai penutup atap diperkirakan berumur 35
tahun. Pemasangan sirap ini dilakukan di atas reng kayu dengan jarak serupa dengan genteng
(±22 cm).

Di atas setiap reng harus terdapat minimal 3 lapis sirap, dengan maksud agar air hujan
yang jatuh tidak akan mencapai lapisan yang paling bawah, dengan kata lain untuk
menghindari adanya bocor karena sisipan air di antara lapisan sirap. Lembaran-lembaran
sirap disusun berderet sedemikian rupa, sehingga lembaran sirap yang satu menggeser
setengah lebar sirap terhadap deretan yang lain yang berada di bawahnya. Agar sirap itu tidak
mudah bergeser satu sama lain, sirap dipaku pada reng yang ada di bawahnya.

c. Asbes gelombang

Keuntungan asbes gelombang sebagai penutup atap adalah mudah dan cepat
pemasangannya karena tidak memerlukan usuk dan reng, yaitu langsung dapat diletakkan
pada balok gording. Kerugiannya apabila terjadi keretakan atau rusak, maka harus mengganti
dengan lembaran asbes baru yang utuh, juga bukan isolasi panas yang baik, sehingga ruangan
di bawah atap asbes akan menjadi panas.

Asbes ini ada yang mempunyai gelombang kecil dan ada juga yang gelombang besar,
sedang ukurannya merupakan standar pabrik yang dapat dilihat pada masing-masing
brosurnya.

Kemiringan atap selain ditentukan dari segi keindahan dan selera, juga ditentukan
oleh bahan penutup atapnya. Untuk penutup atap dari genting atau yang sejenis, kemiringan
atap minimum adalah 35o, sedang untuk penutup asbes atau yang berukuran besar,
kemiringan atap boleh hanya 10o.

Kemiringan atap ini juga tidak boleh terlalu besar, lebih dari 60 o, karena selain
pemakaian kayu atapnya menjadi lebih banyak, juga genting-gentingnya mudah lepas.
Apabila memang menghendaki kemiringan yang besar, maka genting-gentingnya dipasang
dengan diskrup pada rengnya.

Untuk melengkapi pekerjaan penutup atap ini, masih diperlukan pekerjaan-pekerjaan


lain sebagai kelengkapannya, yaitu pekerjaan-pekerjaan talang, lisplang dan luifel.

2.4 Macam-macam bentuk atap

Pada prinsipnya model atap dapat dibedakan menjadi dua bagian berdasarkan
bentuknya yaitu model atap berdasarkan bentuk dasar atap dan model atap berdasarkan
kemiringan.

a) Model atap berdasarkan bentuk dasar


Berdasarkan bentuk dasarnya, atap dapat dibedakan menjadi tiga jenis yaitu atap
pelana, atap perisai dan atap kerucut.

1. Atap Pelana

Atap pelana sebagai penutup ruangan terdiri dari dua bidang atap miring yang tepi
atasnya bertemu pada satu garis lurus, dinamakan bubungan. Tepi bawah bidang atap,
dimana air itu meninggalkan atap dinamakan tepi teritis. Pada tepi teritis ini dapat dipasangi
talang air. Di kedua ujung akhir tembok bangunan dibuatkan gunung-gunung sebagai
pengganti fungsi kuda-kuda. Kalau bangunannya cukup panjang, maka tiap-tiap jarak 3 m
perlu dipasang kuda-kuda untuk menahan gording/bidang penutupa atap. Bahan penutupnya
banyak yang menggunakan genteng biasa (genteng kampung) maupun seng gelombang. Perlu
diingat bahwa atap dari seng tidak bersifat isolasi artinya pada saat musim panas dalam
ruangan terasa amat panas dan bila musim dingin, maka dalam ruangan terasa lebih dingin.
Begitu pula tetesan air hujan pada atap seng menimbulkan suara yang gaduh. Bentuk atap
pelana digunakan untuk rumah-rumah yang sederhana pula. Rumah dengan bentuk atap ini
banyak dijumpai di pedesaan seperti di Bali, Jawa Timur, Jawa Tengah, Jawa Barat dan di
tempat lainnya.

2. Atap Perisai

Atap perisai merupakan penyempurnaan dari bentuk atap pelana dengan


menambahkan dua bidang atap miring yang berbentuk segitiga pada ujung akhir atap
bangunan. Dengan demikian atap perisai terdiri dari dua bidang atap miring yang berbentuk
trapesium panjang yang pada tepi atasnya bertemu pada satu garis lurus, yang dinamakan
bubungan. Dan dua bidang atap lainnya yang berbentuk segitiga. Biasanya miring bidang-
bidang atap ini sama. Pertemuan dari tiap dua bidang atap yang merupakan garis miring yang
menyudut serta menjorok ke luar dinamakan bubungan miring atau jurai luar. Sedangkan
pertemuan dari dua bidang atap yang menjorok ke dalam dinamakan jurai dalam atau
lembahan. Oleh karena air hujan yang jatuh di sekitar jurai kemudian mengalir ke jurai
dalam, maka ini perlu dibuatkan talang. Dengan demikian jurai dalam atau lembahan dapat
juga dinamakan jurai talang.

3. Atap Kerucut

Atap kerucut disebut juga atap limasan karena berbentuk seperti limas. Kemiringan
atap ini sangat besar (lebih dari 30o). bahan struktur dan penutup atap dibutuhkan cukup
banyak. Namun demikian, keindahan bentuk atap ini lebih baik dari model atap lainnya.
Namun, atap ini agak susah atau berisiko dari segi perawatannya sehingga perlu kehati-hatian
ini disebabkan atap ini memiliki kemiringan yang tinggi.

b). model atap berdasarkan kemiringan

1. Atap sandar

Atap sandar sering disebut juga dengan nama atap sengkuap atau atap tempel. Pada
umumnya atap ini terdiri dari sebuah bidang atap miring yang bagian tepi atasnya bersandar
atau menempel pada tembok bangunan induk (tembok yang menjulang tinggi). Pada bentuk
atap sandar menggunakan konstruksi setengah kuda-kuda untuk mendukung balok gording.
Bila dikehendaki, konstruksi setengah kuda-kuda dapat diganti dengan gunung-gunung.
Gunung-gunung adalah merupakan suatu konstruksi pasangan bata yang dapat dipakai untuk
menggantikan fungsi kuda-kuda. Bangunan dengan memakai atap sandar biasanya dibuat
kemudian, karena ruangan-ruangan yang telah tersedia dianggap masih kurang dari
kebutuhan. Oleh karenanya dibuatlah ruang tambahan dengan atap sandar, sebagai bangunan
pelengkap saja. Kemiringan atapnya dapat diambil 30o @ 40o bila memakai bahan penutup
dari genteng. Untuk bahan penutup atap dari semen asbes gelombang dan seng gelombang
kemiringannya dapat diambil 20o @ 25o, yang pada pemasangannya tidak memerlukan reng.

2. Atap Datar

Bentuk atap ini kelihatannya paling sederhana, jika dibandingkan dengan bentuk-
bentuk atap lainnya. Meskipun bentuk ini dikatakan atap datar, akan tetapi pada permukaan
atap selalu dibuat sedikit miring atau menyalurkan air hujan ke lubang talang.

Menentukan banyaknya arah kemiringan air didasarkan luas bidang atap dan letak
dimana talang itu berada. Bahan yang sesuai untuk bentuk atap ini biasanya digunakan
campuran beton bertulang. Ini merupakan atap pelat beton yang penulangannya harus
dihitung tersendiri sesuai dengan bentangan dan tebal pelat atap. Agar dibawah atap ini tidak
terlalu panas atau dingin, maka perlu dibuatkan ruang isolasi di atas langit-langit (plafon).
Atap datar banyak digunakan untuk rumah-rumah mewah seperti rumah bertingkat.

Di samping itu dapat digunakan sebagai emper/atap teras pada bagian depan pintu
masuk rumah. Atap pelat beton ini ditahan/disangga oleh balok-balok dan kolom-kolom
beton dengan ukuran tertentu, sehingga akhirnya merupakan suatu portal. Mengingat bahan
yang digunakan dari campuran beton bertulang, maka biaya pembuatannya cukup besar.

3. ATAP MIRING

Atap miring memiliki kemiringan diatas 200. atap ini memerlukan bahan material
yang banyak dan pengerjaannya lebih rumit. Bahan yang digunakan sebagai penutupnya
adalah genteng, sirap, genteng metal, dsb. Keunggulan atap ini adalah ruangan dibawahnya
relatif lebih dingin disbanding atap datar.
Lampiran

Jenis bahan penutup atap harga

 Genteng Morando
a. KW II
- Glazur Rp. 2.500,-*
- Non Glazur Rp. 2.000,-*

 Genteng Jatiwangi
a. KW II Rp. 900,-*

 Genteng Bubungan Rp. 2.500,-*


 Genteng Plentong
- Natural Rp. 1.250,-****
- Standart Rp. 2.250,-****
- Special Rp. 3.000,-****
- Premium Rp. 3.500,-****

 Genteng Kodok Rp. 1.400,-****


- Natural Rp. 2.300,-****
- Standart Rp. 2.800,-****
- Special Rp. 3.000,-****
- Premium

 Asbes
- Ukuran 1.80 m Rp. 40.000,-**
- Ukuran 2.40 m Rp. 50.000,-**
- Ukuran 2,70 m Rp. 60.000,-**
- Ukuran 3 m Rp, 70.000,-**

 Asbes bahan fiberglass


- Ukuran P 1,80 m L 8,2 Rp. 129.000,-***

 Seng gelombang
- Ukuran 80 x 80 Rp. 46.000,-*

*TB. RIZKY PANGHEGAR Jl. Dr. Setiabudy180


**TB. PRATAMA JAYA Jl. Gegerkalong hilir no 22
***IBCC Hypermart Bangunan
****Google image search
 
18
4.
 
Mengencangkan kuda-kuda dengan plat L (L bracket), dengan menggunakan 4 buahscrew 12
 – 
 14 x 20 HEX.5.
 
Mengencangkan plat L dengan ring balok menggunakan dynabolt, dan menambahkan balok
penopang sementara, agar posisi kuda-kuda tidak berubah.6.
 
Mengulangi langkah ke-1 sampai ke-6 untuk mendirikan semua kuda-kuda, sesuaidengan
posisinya dalam gambar kerja.7.
 
Memeriksa ulang jarak antar kuda-kuda dari as ke as (maksimum 1,2 meter).8.
 
Memeriksa kedataran (leveling) semua puncak kuda-kuda (Apex), dan memastikangaris nok
memiliki ketinggian yang sama (datar)9.
 
Memasang balok nok.10.
 
Memasang bracing (pengikat) sebagai perkuatan, jika bekerja beban angin. Bracingdipasang
di atas top-chord dan di bawah reng.11.
 
Bila menggunakan aluminium foil, lapisan ini dipasang terlebih dahulu di atas truss, jurai dan
rafter12.
 
Memasang reng (roof battens) dengan jarak menyesuaikan jenis penutup atap yangdigunakan.
Setiap pertemuan reng dengan kuda-kuda diikat memakai screw ukuran10-16×16 sebanyak 2
(dua) buah13.
 
Memasang outrigger (gording tambahan setelah kuda-kuda terakhir yang menumpuringbalk).
Pada atap jenis pelana, outrigger dapat dipasang sebagai overhang dengan panjang
maksimal 120 cm dari kuda- kuda terluar, dan jarak antar outrigger 120 cm.outrigger harus
diletakkan dan di-screw dengan dua buah kuda-kuda yang terdekat.14.
 
Memasang ceilling battens dengan jarak antar masing-masing ceilling battens adalah120 cm.
Komponen ini dipasang pada permukaan bagian atas bottom chord kuda-kuda dan di-screw.
Untuk pertemuan ceilling battens dengan ring balok di beri bantalan bracket yang diikat
memakai 2 (dua) buah dynabolt.Fungsi ceilling battens adalah untuk memperkuat ikatan antar
kuda-kuda. Jikadiperlukan, sambungan memanjang ceilling battens sebaiknya tepat diatas
bottomchord. Setiap sambungan harus overlap 40 cm, dan setiap pertemuan dengan
bottomchord harus di-screw. Ceiling battens selanjutnya dapat difungsikan untuk
menahan plafond dan penggantungnya

 
19
D.
 
Pemasangan ceiling battens
Sambungan ceilling battens atau top span overlap sepanjang 40 cm dengan perkuatan 4 buah
screw
E.
 
Pemasangan penutup atap
1.
 
Memeriksa ulang pemasangan kuda-kuda sesuai dengan nomor, kedataran nokmaupun sisi
atap, dan memastikan support overhang terpasang dengan benar.
2.
 
Bila menggunakan Aluminium Foil, maka lapisan ini dipasang terlebih dahulu di atas jurai
dan rafter,
3.
 
Menentukan jarak reng sesuai dengan jenis penutup atap yang digunakan,
kemudiandilanjutkan dengan pemasangan reng (roof battens) dengan screw 10
 – 
 16 x 16 HEX.
4.
 
Memasang satu jalur penutup terlebih dahulu dari bawah ke atas.
Pemasangan penutup atap harus lurus dan rapi agar polanya menjadi rapi dan tidak berbelok
 – 
  belok
 
20
JENIS-JENIS KAYU UNTUK KONSTRUKSI BANGUNAN

Jenis-Jenis Kayu Untuk Konstruksi Bangunann –  Kayu merupakan material bangunan yang
berasal dari bilah-bilah pohon. Kayu banyak digunakan sebagai bahan bangunan karena
memiliki sifat yang mudah dibentuk namun tetap kuat dan mudah didapatkan. Bahan
bangunan tersebut sering digunakan untuk elemen-elemen struktur dan arsitektur pada
rumah ti nggal seperti kuda-kuda, reng, usuk, pintu kayu, jendela dan lainnya. Kendati
mudah ditemukan, namun ti dak semua kayu tentu baik digunakan sebagai material
bangunan. Kayu harus memenuhi kriteria tertentu agar ti dak berbahaya keti ka nanti nya
bangunan digunakan.

Kendati saat ini sudah banyak bangunan yang terdiri dari material besi maupun semen,
namun bangunan dengan material kayu tentu ti dak sepenuhnya kehilangan peminatnya.
Beberapa orang masih membuat rumah dengan kayu agar dapat mengusung tema klasik
dari bangunan. Hal ini membuat permintaan pasar terhadap jenis-jenis kayu yang baik
untuk bangunan semakin ti nggi.

Selain digunakan sebagai material yang terpasang, kayu juga menjadi material pendukung
pekerjaan struktur pada bangunan gedung seperti pada pembuatan bekisti ng balok, pelat
dan kolom. Beberapa material yang digunakan sebagai pendukung pekerjaan struktur
adalah Kayu Jati , Kayu Glugu, Kayu Merbau, Kayu Ulin, Kayu Gelam dan lainnya.
Jenis-Jenis Kayu untuk Konstruksi
Bangunan

Seperti yang dikatakan sebelumnya bahwa ti dak semua jenis pohon yang kayunya baik
digunakan untuk material bangunan. Ada beberapa jenis kayu khusus yang baik untuk
material bangunan. Berikut adalah beberapa jenis kayu yang baik untuk konstruksi.

1. Jenis-Jenis Kayu untuk Konstruksi


Bangunan – Kayu Jati
Kayu Jati memiliki kelebihan pada kekuatannya yang ti nggi dibandingkan kayu-kayu pada
umumnya. Selain itu kayu ini juga memiliki serat dan tekstur yang indah, tahan terhadap
serangan serangga dan jamur. Jenis kayu ini sering digunakan untuk bahan dasar furniture
seperti pintu, jendela dan meja kursi. Masyarakat juga banyak yang menggunakan Kayu
Jati sebagai keperluan mebel interior.

2. Jenis-Jenis Kayu untuk Konstruksi


Bangunan – Kayu Kelapa (Glugu)
Indonesia yang merupakan negara dengan wilayah hutan tropis memang memiliki beragam
jenis kayu yang cocok untuk dijadikan bahan konstruksi bangunan. Salah satunya adalah
Kayu Kelapa atau Glugu. Kayu Glugu sering diaplikasikan dalam bangunan sebagai
pembuat kanopi teras hingga rangkap atap. Jenis kayu ini sering digunakan untuk proyek
gedung sebagai bekisti ng balok. Glugu memiliki serat yang berbeda dengan serat kayu
pada umumnya. Keti ka anda ingin menggunakan kayu Glugu sebagai rangka kanopi lebih
dahulu lapisi dengan cat akrilik agar seratnya tetap terlihat.

3. Jenis-Jenis Kayu untuk Konstruksi


Bangunan – Kayu Merbau
Kayu Merbau memiliki keunggulan dari ketahanannya terhadap serangan serangga. Corak
kayu merbau berwarna coklat kemerahan dengan highlight kuning serta serat garis yang
terputus-putus. Pohon Merbau termasuk pohon hutan hujan tropis. Kayu Merbau masuk
dalam Kelas Awet I dan Kelas Kuat I. Kayu merbau biasanya difi nishing dengan
menggunakan melamin dengan warna gelap/tua. Hampir sama dengan Kayu Glugu, Kayu
Merbau juga memiliki serat garis yang terputus-putus. Kayu jenis ini tumbuh subur di
Pulau Irian.

4. Jenis-Jenis Kayu untuk Konstruksi


Bangunan – Kayu Ulin
Kayu Ulin masuk dalam jajaran kayu yang kuat untuk konstruksi. Pulau Ulin tumbuh subur
di Pulau Kalimantan. Material Alam ini banyak digunakan sebagai bahan bangunan rumah,
kantor dan lainnya. Kayu Ulin juga tahan terhdap air laut sehingga kayu ini sering
digunakan sebagai ti ang pancang hingga jembatan.

5. Jenis-Jenis Kayu untuk Konstruksi


Bangunan – Kayu Gelam
Kayu Gelam lebih terkenal sebagai kayu yang biasa digunakan sebagai kerangka sementara
kosntruksi. Material ini sering duganakan sebagai stager atau perancah dalam proyek
bangunan. Pada beberapa daerah kayu ini digunakan sebagai cerucuh pembangunan
jembatan.

Itulah jenis-jenis kayu untuk konstruksi bangunan yang umum ditemukan di Indonesia.
Walaupun saat ini sudah banyak inovasi-inovasi baru dalam bidang pembangunan namun
perminataan pasar kayu masih sangat ti nggi.
BAB III

KESIMPULAN

1.1 Kesimpulan
Atap merupakan salah satu komponen yang sangat penting dalam pembuatan
bangunan. Selain berfungsi sebagai penutup ruangan, atap juga dapat memperindah rumah
penghuninya. Pemilihan bentuk dan pemasangan atap yang kurang baik berisiko terjadinya
kebocoran sehingga penghuni bangunan tersebut akan merasa tidak nyaman. Memang hal ini
dapat diperbaiki, tetapi diperlukan biaya dan energi cukup banyak. Biaya tersebut bukan
hanya untuk perbaikan atau tetapi juga biaya keamanan benda-benda atau barang-barang
yang ada di bawahnya atau di dalam rumah.

1.2 Saran
Sebelum membangun sebuah gedung khususnya atap harus direncanakan sedetail
mungkin, agar atap yang digunakan dalam sebuah gedung tersebut berkualitas baik.
Pemilihan atap hendaknya memperhatikan iklim setempat, tampak atap yang dikehendaki,
biaya yang tersedia dan bahan-bahannya dengan mudah di dapat dimana bangunan itu
didirikan.

Anda mungkin juga menyukai