Anda di halaman 1dari 12

ISSN : 1693-9883

Majalah Ilmu Kefarmasian, Vol. V, No. 3, Desember 2008, 138 - 149

KEJADIAN REAKSI OBAT YANG


TIDAK DIKEHENDAKI YANG
MENYEBABKAN PASIEN USIA LANJUT
DIRAWAT DI RUANG PERAWATAN
PENYAKIT DALAM INSTALASI
RAWAT INAP B RUMAH SAKIT
DR. CIPTO MANGUNKUSUMO
Merry Christianie*, Siti Setiati**, Yulia Trisna***, Retnosari Andrajati*
*
Departemen Farmasi FMIPA Universitas Indonesia
**
Divisi Geriatri Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI/RSCM
***
Instalasi Farmasi RS Dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta

ABSTRACT
Objectives. To determine the prevalence of adverse drug reaction related hospital ad-
missions in geriatric patients, to describe the most frequent clinical manifestations
and the drugs responsible to adverse drug reaction related hospital admissions.
Design. Observational cross-sectional study.
Methods. Naranjo algorithm used to assess the adverse drug reaction causality.
Subjects and setting. Geriatric patients admitted to geriatric inpatient installation of
Cipto Mangunkusumo general hospital over one month period and assessed for cause
of admissions.
Results. 14,7% of 102 admissions were identified to be adverse drug reaction related
hospital admissions. One adverse drug reaction was categorized as definite and 14
were probable causality. Gastrointestinal bleeding and hypoglicemia were the most
common clinical manifestation found. The drugs most frequent responsible for these
adverse drug reactions were nonsteroidal antiinflamatory drugs and oral antidiabetic
drugs.
Conclusion. Adverse drug reactions are an important cause of hospital admission in
geriatric patients.
Keywords: adverse drug reaction, geriatric, Naranjo algorithm.

ABSTRAK
Telah dilakukan penelitian tentang kejadian reaksi obat yang tidak dikehendaki (ROTD)
yang menyebabkan pasien usia lanjut dirawat di ruang perawatan penyakit dalam
Instalasi Rawat Inap B Rumah Sakit Dr. Cipto Mangunkusumo, periode Mei-Juli
Corresponding author : E-mail : merrychristianie@yahoo.com

138
2005 untuk mengetahui proporsi kejadian, manifestasi klinik yang sering terjadi dan
obat yang sering menyebabkannya. Penelitian dilakukan dengan menggunakan desain
studi potong lintang (cross-sectional) dan untuk penilaian kausalitas ROTD
digunakan algoritma Naranjo. Total pasien yang ikut serta dalam penelitian ini
berjumlah 102 orang. Diperoleh proporsi kejadian ROTD yang menyebabkan pasien
usia lanjut dirawat di ruang perawatan penyakit dalam Instalasi Rawat Inap B Rumah
Sakit Dr. Cipto Mangunkusumo sebesar 14,7% (interval kepercayaan 95%: 11,2-
18,2%). Satu dari 15 ROTD yang terjadi dikategorikan pasti (definite) dan 14
kejadian dikategorikan besar kemungkinan (probable). Manifestasi klinik terbesar
adalah perdarahan saluran cerna dan penurunan kesadaran karena hipoglikemi. Obat
yang sering menyebabkan pasien dirawat karena ROTD tersebut adalah obat anti-
inflamasi non-steroid (NSAID) dan obat hipoglikemi oral.
Kata kunci: adverse drug reaction, geriatric, Naranjo algorithm.

PENDAHULUAN maupun terapi (4). Masalah ROTD


perlu mendapatkan perhatian karena
Salah satu tanggung jawab pro- dapat menyebabkan penurunan kua-
fesi seorang farmasis adalah mem- litas hidup, peningkatan kunjungan
berikan layanan kefarmasian yang ke dokter, perawatan di rumah sakit,
berorientasi pada pasien, yang di- bahkan kematian. Peran fundamen-
sebut dengan pharmaceutical care tal farmasis adalah mengidentifikasi
(asuhan kefarmasian). Dalam terapi ROTD yang potensial maupun aktual,
obat pasien, seorang farmasis diha- memecahkan masalah ROTD aktual,
rapkan dapat mengidentifikasi ma- dan mencegah ROTD yang potensial
salah-masalah yang berkaitan dengan terjadi. Farmasis bertanggung jawab
penggunaan obat (Drug Related Prob- dalam pengembangan program
lems) baik yang telah terjadi atau deteksi, pemantauan dan pelaporan
yang berpotensi untuk terjadi, kemu- ROTD (5).
dian mengupayakan penanganannya Di negara-negara barat, ROTD
dan pencegahan terhadap masalah menyebabkan 3% sampai 12% di-
yang teridentifikasi (1,2). rawatnya pasien di rumah sakit dan
Salah satu masalah yang berkait- mengalami peningkatan hingga 20%
an dengan penggunaan obat adalah pada seluruh pasien selama dirawat
reaksi obat yang tidak dikehendaki di rumah sakit. ROTD juga bertang-
(ROTD / adverse drug reaction) (1,3). gung jawab terhadap sekitar 5% sam-
ROTD adalah respons terhadap obat pai 10% biaya perawatan di rumah
yang membahayakan atau tidak sakit. Frekuensi ROTD yang menye-
diharapkan yang terjadi pada dosis babkan perawatan pasien di rumah
lazim dan dipakai oleh manusia sakit ini bervariasi dari satu pene-
untuk tujuan profilaksis, diagnosis litian ke penelitian lain (3,6,7,8,9).
Sudah dipresentasikan di Kongres Ilmiah ISFI XV, 17-19 Juni 2007, Jakarta.

Vol. V, No.3, Desember 2008 139


Banyak penelitian menemukan harus dirawat di rumah sakit belum
adanya peningkatan ROTD pada ada. Hal penting yang harus diper-
pasien usia lanjut. Pasien usia lanjut hatikan adalah bahwa untuk me-
rentan terhadap ROTD terutama nentukan apakah suatu manifestasi
karena rejimen multi obat dan klinik yang tidak diinginkan merupa-
perubahan dalam farmakokinetik kan akibat penggunaan suatu obat
dan farmakodinamik yang berhu- atau tidak, harus dilakukan kajian
bungan dengan usia (3,10). Pasien secara seksama agar kesimpulan yang
usia lanjut seringkali mempunyai diperoleh tidak bias. Oleh sebab itu
banyak penyakit dan banyak di perlu digunakan metode penentuan
antaranya merupakan penyakit yang sudah tervalidasi, sebagai
kronik yang memerlukan penggu- contoh metode algoritma Naranjo
naan banyak obat secara bersamaan. (13,14).
Diperkirakan pula bahwa dua per- Data obat atau kelompok obat
tiga pasien usia lanjut menggunakan yang paling sering menyebabkan
obat tanpa resep. Hal ini membuat masalah ROTD berat yang menye-
perlunya perhatian khusus terhadap babkan pasien usia lanjut dirawat di
risiko terjadinya ROTD pada pasien rumah sakit perlu diperoleh sebagai
usia lanjut (5,11). bahan pertimbangan saat memutus-
Data ROTD pada pasien usia kan untuk menggunakan obat-obat
lanjut di Indonesia masih kurang. tersebut. Selain obat-obat yang di-
Demikian pula data ROTD yang resepkan oleh dokter, dirasa perlu
menyebabkan dirawatnya pasien pula untuk mengetahui obat non-
usia lanjut di rumah sakit juga belum resep berupa obat bebas (over the
pernah diteliti. Penelitian tentang counter drugs) dan obat tradisional
ROTD yang terjadi pada pasien yang digunakan oleh pasien usia
rawat inap usia lanjut sudah dila- lanjut karena kecenderungan untuk
kukan. Penelitian tersebut membahas melakukan swamedikasi saat ini
ROTD yang terjadi akibat pengguna- meningkat tetapi seringkali tidak
an obat selama pasien usia lanjut diimbangi oleh pengetahuan yang
dirawat di rumah sakit (12). Namun cukup tentang obat tersebut .
demikian ROTD yang terjadi akibat Penelitian ini dilakukan dengan
penggunaan obat sebelum masuk ke tujuan untuk mengetahui proporsi
rumah sakit belum didata. Oleh angka kejadian dan manifestasi klinik
karena itu penelitian tentang insiden ROTD yang menyebabkan pasien usia
ROTD, terutama yang berbahaya lanjut dirawat di ruang perawatan
yang menyebabkan dirawatnya pa- penyakit dalam instalasi rawat inap
sien di rumah sakit perlu dilakukan. B (IRNA B) RS Dr. Cipto Mangun-
Data tentang manifestasi klinik kusumo (RSCM), serta obat-obat
ROTD yang sering terjadi pada yang sering menyebabkan kejadian
pasien usia lanjut sehingga pasien ROTD tersebut.
Sudah dipresentasikan di Kongres Ilmiah ISFI XV, 17-19 Juni 2007, Jakarta.

140 MAJALAH ILMU KEFARMASIAN


METODOLOGI kunder dari rekam medik dan data
primer melalui wawancara dengan
Penelitian dilakukan dengan me- pasien/keluarga. Data yang terkum-
tode potong lintang (cross-sectional). pul digunakan untuk menganalisis
Lokasi penelitian dilakukan di ruang kausalitas ROTD dengan mengguna-
perawatan penyakit dalam IRNA B kan algoritma Naranjo seperti dapat
RSCM, Jakarta. Pengambilan data dilihat pada lampiran.
dilakukan pada periode bulan Mei
sampai Juli 2005. HASIL DAN PEMBAHASAN
Populasi terjangkau penelitian ini
adalah pasien usia lanjut yang masuk Dari sebanyak 128 orang pasien
dirawat di ruang perawatan penyakit yang bersedia berpartisipasi dalam
dalam IRNA B RSCM saat penelitian penelitian ini sebanyak 26 orang
berlangsung. Teknik pengambilan dikeluarkan dari penelitian (8 orang
sampel adalah secara purposif di- karena tidak menggunakan obat dan
mana sampel yang diambil adalah 17 orang tidak dapat memberikan
seluruh pasien usia lanjut yang masuk keterangan yang jelas tentang obat
dirawat di ruang perawatan penyakit yang digunakan sebelum masuk ke
dalam IRNA B RSCM selama bulan rumah sakit, 1 orang karena intok-
Mei-Juli 2005 yang memenuhi kriteria sikasi obat), sehingga total responden
inklusi, yaitu: 1. Pasien dengan usia dalam penelitian ini berjumlah 102
60 tahun atau lebih yang masuk orang. Data rinci tentang karak-
dirawat di ruang perawatan penyakit teristik pasien dapat dilihat pada
dalam IRNA B RSCM selama periode tabel 1.
Mei-Juli 2005. 2. Pasien bersedia Berdasarkan hasil wawancara,
untuk mengikuti penelitian ini pengumpulan data sekunder dan
dengan menandatangani formulir analisis kausalitas dengan algoritma
pernyataan persetujuan. Sedangkan Naranjo didapatkan bahwa kejadian
kriteria eksklusi sampel adalah: 1. ROTD yang menyebabkan pasien
Pasien tidak bersedia untuk mengi- dirawat di rumah sakit berjumlah 15
kuti penelitian ini. 2. Pasien tidak orang (14,7%; IK 95%) dan 87 orang
menggunakan obat (obat resep dok- pasien dirawat di rumah sakit bukan
ter, obat bebas atau obat tradisional) karena ROTD. Satu dari 15 kejadian
satu bulan sebelum masuk rumah ROTD dikategorikan pasti (definite)
sakit. 3. Pasien atau keluarga pasien dan 14 kejadian dikategorikan besar
tidak dapat memberikan keterangan kemungkinan (probable). Terdapat 20
yang jelas tentang obat-obat yang kejadian dikategorikan mungkin (pos-
digunakan sebelum masuk ke rumah sible), 10 kejadian dikategorikan me-
sakit. ragukan (doubtful), dan 57 kejadian
Pengumpulan data dilakukan rawat yang tidak berkaitan dengan
dengan cara pengambilan data se- obat, seperti terlihat pada tabel 2.
Sudah dipresentasikan di Kongres Ilmiah ISFI XV, 17-19 Juni 2007, Jakarta.

Vol. V, No.3, Desember 2008 141


Tabel 1. Karakteristik pasien
n % Rentang Median Rerata SD

Usia (tahun) 102 60 - 100 67,5 70,0 8,2


60 – 75 79 77,5
> 75 23 22,5

Jenis kelamin 102


P 51 50
L 51 50

Jumlah obat 102 1 - 15 5,0 5,5 3,2


1–6 68 66,7
>6 34 33,3

Jumlah penyakit 102 1 - 11 4,0 4,3 2,0


1–2 17 16,7
3–4 40 39,2
>5 45 44,1

n = jumlah pasien; SD=standard deviasi

Tabel 2. Skor kausalitas ROTD


Kategori ROTD Jumlah (pasien) %

Pasti (Definite), skor: > 9 1 0,98


ROTD
Besar kemungkinan (Probable), skor: 5-8 14 13,73

Mungkin (Possible), skor: 1-4 20 19,61


Non ROTD Meragukan (Doubtful), skor: < 0 10 9,80
Tidak berhubungan dengan obat, skor: 57 55,88

Jumlah 102 100

Manifestasi klinik ROTD yang Terdapat dua pasien yang sebelum-


sering menyebabkan pasien usia nya juga pernah dirawat karena per-
lanjut dirawat di ruang perawatan darahan saluran cerna yang dicurigai
penyakit dalam IRNA B RSCM adalah juga disebabkan oleh efek samping
perdarahan saluran cerna (6 keja- NSAID. Durasi terpendek pengguna-
dian). Semua kejadian perdarahan an NSAID yang menyebabkan per-
saluran cerna disebabkan pengguna- darahan saluran cerna ini adalah 3
an obat anti inflamasi non steroid hari, dimana pasien ini mempunyai
(NSAID). Rata-rata NSAID diguna- riwayat pecah varises esofagus bebe-
kan dalam waktu yang lama yaitu 3 rapa tahun sebelumnya.
minggu sampai lebih dari tiga tahun. Manifestasi klinik ROTD lain
Sudah dipresentasikan di Kongres Ilmiah ISFI XV, 17-19 Juni 2007, Jakarta.

142 MAJALAH ILMU KEFARMASIAN


yang cukup banyak adalah penu- untuk kondisi tertentu, menghindari
runan kesadaran karena hipoglikemi. penggunaan obat atau kombinasi
Terdapat 4 kejadian hipoglikemi yang obat yang merupakan kontraindikasi
semuanya disebabkan penggunaan mutlak atau relatif, serta memper-
obat hipoglikemi oral dengan faktor timbangkan pengaruh penyakit
risiko kurangnya asupan pasien ka- penyerta. ROTD yang terjadi karena
rena penurunan nafsu makan. Durasi penggunaan obat atau kombinasi
penggunaan obat hipoglikemi oral ini obat yang tidak dapat dihindari
antara 3 hari sampai 2 minggu. merupakan ROTD yang tidak dapat
Berdasarkan tipe dan karakteris- dicegah kejadiannya. Dalam pene-
tik reaksi, 14 ROTD dalam penelitian litian ini 12 kejadian ROTD yang
ini merupakan ROTD tipe A (aug- dapat dicegah dan 3 kejadian yang
mented) dan 1 ROTD diklasifikasikan tidak dapat dicegah. Data lengkap
menjadi tipe B (bizarre). ROTD tipe A dapat dilihat pada tabel 3 (10,16).
adalah ROTD yang berhubungan Berdasarkan penelitian ini jenis
dengan kerja farmakologis obat, ter- obat yang sering berhubungan ROTD
gantung dosis dan dapat diprediksi yang membuat pasien usia lanjut
kejadiannya. Angka kejadiannya dirawat di ruang perawatan penyakit
tinggi dengan angka mortalitas dalam adalah obat golongan NSAID.
rendah dan angka morbiditas tinggi. Selanjutnya obat hipoglikemi oral
Yang termasuk ROTD tipe A ini golongan sulfonilurea. Berdasarkan
adalah perdarahan saluran cerna ka- penelitian-penelitian yang telah
rena NSAID dan obat anti koagulan, dilakukan, NSAID merupakan obat
hipoglikemia karena obat hipoglike- yang sering terkait dengan kejadian
mia oral, ileus paralitik karena obat ROTD yang menyebabkan pasien usia
anti spasmodik dan anti kolinergik, lanjut dirawat di rumah sakit dengan
serta stomatitis akut karena kemo- manifestasi klinik terbesar berupa
terapi. ROTD tipe B adalah ROTD gejala saluran pencernaan seperti
yang tidak berhubungan dengan perdarahan saluran cerna, nyeri perut
kerja farmakologis obat, tidak serta mual dan muntah (3,16,17).
tergantung dosis, dan tidak dapat Sebanyak 30% ROTD yang menye-
diprediksi kejadiannya. Angka babkan pasien usia lanjut dirawat di
kejadian ROTD tipe B rendah dengan rumah sakit disebabkan oleh NSAID
angka mortalitas tinggi dan angka (16).
morbiditas rendah. Yang termasuk Penggunaan NSAID dapat me-
dalam reaksi ini adalah sindroma ningkatkan insiden terjadinya per-
stevens-johnson karena antibiotika. darahan dan perforasi pada saluran
(15) Sebagian besar ROTD dapat pencernaan bagian atas. Faktor risiko
dicegah kejadiannya dengan cara terjadinya perdarahan saluran cerna
mengikuti prosedur pengobatan yang pada penggunaan NSAID adalah usia
ada, melakukan penyesuaian dosis lanjut, riwayat tukak lambung dan
Sudah dipresentasikan di Kongres Ilmiah ISFI XV, 17-19 Juni 2007, Jakarta.

Vol. V, No.3, Desember 2008 143


perdarahan saluran cerna, serta ada rekomendasi khusus pengguna-
penggunaan bersama kortikosteroid. annya pada pasien usia lanjut (20).
Oleh karena itu NSAID harus digu- Setengah dari NSAID yang
nakan dengan hati-hati pada pasien terkait dengan kejadian ROTD (3
usia lanjut terutama yang mempunyai pasien) didapatkan pada pasien ber-
faktor risiko lain. Penyesuaian dosis swamedikasi. Satu pasien meng-
mungkin diperlukan pada pasien usia gunakan obat bebas dan dua pasien
lanjut dan dianjurkan menggunakan menggunakan obat resep dokter
dosis terendah yang masih efektif yang didapatkan dari toko obat.
bagi pasien. Pada satu penelitian Swamedikasi ini tidak diimbangi
didapatkan bahwa durasi terapi tidak dengan informasi dan pengetahuan
mempengaruhi risiko terjadinya yang cukup tentang obat tersebut,
perdarahan atau perforasi saluran termasuk di antaranya efek samping
pencernaan. Risiko ini konstan dan kontra indikasi dari obat yang
selama pengobatan (18). digunakan.
Obat anti inflamasi non steroid Berbeda dengan NSAID, obat
yang menyebabkan ROTD dalam hipoglikemi oral jarang menyebabkan
penelitian ini adalah piroksikam, ROTD yang berat pada penelitian-
natrium diklofenak, asam mefe- penelitian lain di banyak negara maju.
namat, ibuprofen dan aspirin. Dalam Hal ini kemungkinan karena sistem
suatu meta analisis didapatkan informasi dan pemantauan peng-
bahwa piroksikam mempunyai risiko gunaan obat golongan ini di negara
relatif tertinggi dari terjadinya maju lebih baik. Pada penelitian yang
komplikasi saluran pencernaan. dilakukan di Swiss terdapat 2,8 %
Ibuprofen dosis rendah mempunyai kejadian ROTD dengan manifestasi
risiko relatif yang rendah tetapi risiko hipoglikemi yang terjadi karena
ini meningkat pada penggunaan dosis penggunaan insulin dan glibenkla-
besar. NSAID lain yang mempunyai mid. Obat hipoglikemi oral yang
risiko besar bagi terjadinya perda- menyebabkan ROTD pada penelitian
rahan saluran pencernaan adalah ini adalah glibenklamid, dan kom-
azapropazon dan ketoprofen (19). binasi glibenklamid dengan metfor-
NSAID yang selektif mengham- min (3,8,16).
bat COX 2 pada mempunyai risiko Glibenklamid merupakan obat
yang lebih rendah terhadap terjadi- hipoglikemi oral golongan sulfoni-
nya perdarahan saluran cerna. Peng- lurea yang mempunyai waktu kerja
gunaan celecoxib dan rofecoxib yang panjang. Efek samping yang
(penghambat selektif COX 2) mem- lazim ditemukan pada penggunaan
punyai risiko terjadinya tukak obat golongan sulfonilurea adalah
lambung yang lebih rendah daripada terjadinya hipoglikemi. Pada pene-
penggunaan NSAID yang tidak litian yang mengkaji 57 laporan kasus
selektif. Tetapi hingga saat ini belum hipoglikemi akibat penggunaan
Sudah dipresentasikan di Kongres Ilmiah ISFI XV, 17-19 Juni 2007, Jakarta.

144 MAJALAH ILMU KEFARMASIAN


glibenklamid tercatat bahwa 20% formin merupakan obat pilihan
kejadian hipoglikemi terjadi pada satu pertama untuk pasien diabetes
bulan pertama penggunaannya. Ter- mellitus dengan kelebihan berat
dapat 24 pasien mengalami hipogli- badan (overweight), tetapi merupakan
kemi hingga 72 jam. Kejadian yang kontraindikasi untuk pasien dengan
fatal tidak hanya didapatkan pada gangguan fungsi ginjal dan gagal
pasien yang menggunakan dosis jantung. Metformin dapat menye-
tinggi (median 10 mg/hari) tetapi babkan asidosis laktat pada pasien
juga pada dosis kecil (2,5-5 mg/hari). dengan penurunan fungsi ginjal
Faktor independen yang merupakan (22).
risiko terjadinya hipoglikemi yang Semua kejadian penurunan
serius adalah riwayat strok sebelum- kesadaran karena hipoglikemi dalam
nya dan adanya gangguan jantung penelitian ini berkaitan dengan
pada pasien. Faktor lain yang mem- asupan pasien yang kurang. Pasien
punyai kontribusi terhadap kejadian dan keluarganya tidak mengetahui
hipoglikemi adalah penurunan fungsi tanda-tanda hipoglikemi yang
ginjal, asupan pasien yang kurang, merupakan efek samping utama dari
diare, konsumsi alkohol dan adanya obat hipoglikemi oral golongan
interaksi dengan obat lain (21). sulfonilurea, sehingga pada saat
Mengingat waktu kerjanya yang pasien mengalami penurunan kadar
panjang maka penggunaan gliben- gula darah, pasien tetap mengkon-
klamid pada usia lanjut sebaiknya sumsi obat hipoglikemi oral tersebut.
dihindari. Penggunaan slufonilurea Jadi pemberian informasi yang benar
yang mempunyai waktu kerja yang oleh tenaga kesehatan tentang peng-
lebih pendek seperti gliklazid, gli- gunaan obat hipoglikemi oral sangat
kuidon, dan glipizid lebih dianjurkan penting agar ROTD dapat dihindari.
untuk pasien yang berusia lanjut. Pada pasien usia lanjut sebaiknya
Dalam beberapa penelitian disebut- dosis diberikan bertahap dari dosis
kan bahwa insiden terjadinya hipo- terendah dan dapat disesuaikan tiap
glikemi pada penggunaan gliben- 1 sampai 3 minggu. Dosis awal gli-
klamid lebih besar daripada glipizid benklamid yang direkomendasikan
yang waktu kerjanya lebih singkat untuk pasien usia lanjut adalah 1,25-
(22,23). 2,5 mg/hari dan dosis awal metfor-
Metformin merupakan obat min adalah 500 mg/hari (22,24).
hipoglikemi oral golongan biguanid. Dugaan ROTD yang berkaitan
Tidak seperti obat hipoglikemi dengan obat tradisional agak sulit
golongan sulfonilurea, metformin dinilai. Kurangnya laporan penelitian
jarang menyebabkan hipoglikemi tentang ROTD obat tradisional mem-
pada pasien yang menggunakannya buat penilaian kausalitasnya menjadi
kecuali bila pasien menggunakan agak sulit. Kesulitan diperbesar
kombinasi dengan obat lain. Met- dengan banyaknya obat tradisional
Sudah dipresentasikan di Kongres Ilmiah ISFI XV, 17-19 Juni 2007, Jakarta.

Vol. V, No.3, Desember 2008 145


yang identitasnya tidak jelas, tidak atau menurunkan dosis obat (per-
terdaftar pada Badan Pengawas Obat tanyaan nomor 8). Oleh karena
dan Makanan (BPOM), dan obat keterbatasan ini maka sebagian besar
tradisional yang dilaporkan mengan- kejadian rawat yang dicurigai ber-
dung bahan kimia obat. Peneliti kaitan dengan obat dikategorikan
melakukan pengujian sampel obat besar kemungkinan (probable) dan
tradisional yang digunakan oleh mungkin (posssible). Kurangnya
pasien dan tidak terdaftar pada informasi mengenai kondisi kese-
BPOM di laboratorium analisis obat hatan pasien sebelum dirawat di
Departemen Farmasi Universitas rumah sakit sebagai data dasar
Indonesia untuk menganalisis ada- menyebabkan kesulitan dalam
nya campuran bahan kimia obat. penilaian kausalitas ROTD dengan
Hasil pengujiannya adalah negatif manifestasi klinik berupa penyakit
terhadap beberapa pembanding kronik (misalnya penyakit ginjal dan
bahan kimia obat yang sering hati). Akibatnya terdapat kerancuan
dilaporkan menjadi campuran obat apakah manifestasi klinik terjadi
tradisional. sebelum atau sesudah penggunaan
Berdasarkan penelusuran obat suatu obat. Keterbatasan-keter-
tradisional yang digunakan oleh batasan ini menyebabkan kejadian
pasien di BPOM, didapatkan bahwa rawat yang dicurigai berkaitan
18 orang (46,2%) menggunakan dengan obat sebagian besar jatuh
produk yang tidak legal karena tidak pada kategori besar kemungkinan
terdaftar di BPOM, menggunakan dan kategori mungkin.
nomor registrasi palsu, produsen
fiktif, ataupun telah masuk dalam KESIMPULAN
daftar produk yang dilarang pere-
darannya menurut beberapa public 1. Angka kejadian ROTD yang
warning yang dikeluarkan BPOM menyebabkan pasien usia lanjut
sejak tahun 2001. dirawat di ruang perawatan
Keterbatasan yang terjadi dalam penyakit dalam IRNA B RSCM
penentuan kausalitas ROTD dengan mencapai 14,7%. Dengan interval
algoritma Naranjo pada penelitian ini kepercayaan 95% didapatkan
adalah tidak dilakukannya peng- proporsi ROTD berkisar antara
gunaan kembali obat yang dicurigai/ 11,2-18,2 %.
rechallenge (pertanyaan nomor 4), 2. Manifestasi klinik ROTD yang
tidak dilakukannya evaluasi meng- sering menyebabkan pasien usia
gunakan placebo (pertanyaan nomor lanjut dirawat di ruang pera-
6), tidak dilakukannya pengukuran watan penyakit dalam IRNA B
konsentrasi obat dalam darah (per- RSCM adalah perdarahan salur-
tanyaan nomor 7), dan tidak dilaku- an cerna dan penurunan kesa-
kannya evaluasi dengan menaikkan daran karena hipoglikemi.
Sudah dipresentasikan di Kongres Ilmiah ISFI XV, 17-19 Juni 2007, Jakarta.

146 MAJALAH ILMU KEFARMASIAN


Lampiran. Algoritma Naranjo[13]

Ya Tidak Tidak tahu Skor


1. Apakah ada laporan penelitian +1 0 0
sebelumnya tentang reaksi ini ?
2. Apakah reaksi muncul setelah obat yang +2 -1 0
dicurigai diberikan ?
3. Apakah reaksi ini berkurang saat obat +1 0 0
dihentikan atau antagonis obat yang
spesifik diberikan ?
4. Apakah reaksi muncul kembali saat obat +2 -1 0
digunakan kembali ?
5. Apakah ada penyebab alternatif (selain -1 +2 0
obat) yang dapat menyebabkan reaksi
ini ?
6. Apakah reaksi muncul kembali saat -1 +1 0
diberikan placebo ?
7. Apakah obat terdeteksi dalam darah +1 0 0
(atau cairan lain) dalam konsentrasi
yang diketahui toksik ?
8. Apakah reaksi lebih berat saat dosis +1 0 0
dinaikkan, atau berkurang saat dosis
diturunkan ?
9. Apakah pasien mempunyai reaksi yang +1 0 0
mirip pada obat yang sama atau mirip
pada pemaparan sebelumnya ?
10. Apakah reaksi dikonfirmasi dengan +1 0 0
suatu bukti obyektif ?
Total skor

3. Obat yang sering bertanggung- ing The Seven Star of Pharmacist


jawab terhadap terjadinya ROTD on AFTA 2003”. Diselenggara-
yang menyebabkan pasien usia kan oleh mahasiswa profesi
lanjut dirawat di ruang pera- Farmasi Universitas Gadjah
watan penyakit dalam IRNA B Mada. Yogyakarta. 3 Juni 2000.
RSCM adalah NSAID dan obat 2. Anonim, Keputusan Menteri
hipoglikemi oral. Kesehatan Republik Indonesia
tentang standar pelayanan
DAFTAR ACUAN farmasi di rumah sakit, 2004:
nomor 1197/Menkes/SK/X.
1. Trisna Y. 2000. Peran farmasis di 3. Onder G, C Pedone, et al. 2002.
rumah sakit: Kenyataan dan Ha- Adverse drug reactions as cause
rapan. Seminar sehari “Achiev- of hospital admissions: Result
Sudah dipresentasikan di Kongres Ilmiah ISFI XV, 17-19 Juni 2007, Jakarta.

Vol. V, No.3, Desember 2008 147


from The Italian Group of Phar- 11. Walker R, C Edwards, eds. 2003.
macoepidemiology in The Eld- Clinical Pharmacy and Therapeu-
erly (GIFA). Journal of American tics, 3rd ed. Churchill Living-
Geriatrics Society; 50:1962-8. stone, Edinburg; pp. 33-46.
4. WHO. 1972. International drug 12. Sofiah D. 2004. Reaksi obat yang
monitoring : the role of national tidak dikehendaki pada pasien
centres. Tech Rep Ser WHO: no geriatri selama dirawat di perjan
498. rumah sakit Dr Cipto Mangun-
5. Aslam M, CK Tan, A Prayitno, kusumo pada periode Februari-
eds. 2003. Farmasi Klinis: Menuju April 2004. Skripsi Departemen
Pengobatan Rasional dan Peng- Farmasi Fakultas Matematika
hargaan Pilihan Pasien. Elex Me- dan Ilmu Pengetahuan Alam
dia Komputindo, hlm. 101-17. Universitas Indonesia.
6. Balla N, C Duggan, S Dhillon. 13. Naranjo CA, U Busto, et al. 1981.
2003.The incidence and nature of A method for estimating the
drug-related admissions to hos- probability of adverse drug re-
pital. The Pharmaceutical Journal; actions. Clinical Pharmacology and
270: 583-6. Therapeutics; 30(2): 239-45.
7. Moore N, D Lecointre, et al. 1998. 14. Louik C, et al. 1985. A study of
Frequency and cost of serious adverse reaction algorithm in
adverse drug reactions in a de- drug survaillance program.
partment of general medicine. Clinical Pharmacology and Thera-
British Journal of Clinical Pharma- peutics; 38: 183-187. Ini sudah
cology; 45(3): 301. saya cek ada jilid 2 nya, jadi yang
8. Mannesse CK, FHM Derkx, et al. benarnya yaitu: 38 (2): 183-187.
2000. Contribution of adverse 15. MacDonald TM, et al. 1997. As-
drug reactions to older patients. sociation of upper gastrointes-
Age and Ageing; 29: 35-9. tinal toxicity of nonsteroidal
9. Fattinger K, et al. 2000. Epide- anti-inflammatory drugs with
miology of drug exposure and continued exposure: cohort
adverse drug reaction in two study. British Medical Journal;
Swiss departments of internal 315: 1333-7.
medicine. British Journal of Clini- 16. Col N, JE Fanale, P Kronholm.
cal Pharmacology; 49: 158-67. 1990. The Role of medication
10. Doucet J, A Jego, et al. 2002. Pre- noncompliance and adverse drug
ventable and non-preventable reactions in hospitalizations of
risk factors for adverse drug the elderly. Archieves of Internal
events related to hospital admis- Medicine; 150: 841-5.
sions in the elderly. A prospec- 17. Lokakarya Survei Kesehatan
tive study. Clinical Drug Investi- Rumah Tangga, Cisarua. Badan
gation; 22(6): 385-92. Litbang Depkes RI 1995.
Sudah dipresentasikan di Kongres Ilmiah ISFI XV, 17-19 Juni 2007, Jakarta.

148 MAJALAH ILMU KEFARMASIAN


18. Henry D, et al. 1996. Variability berapa terbitnya? Saya tidak
in risk of gastrointestinal compli- ketemu tahunnya jadi biarlah
cations with individual non-ste- seperti itu adanya.
roidal anti-inflammatory drugs: 22. Rosenstock J, PJ Corrao, RG
result of a collaborative meta Goldberg, et al. 1993. Diabetes
analysis. British Medical Journal ; control in the elderly: a random-
312: 1563-6. ized comparative study of gly-
19. Mamdani M, et al. 2002. Obser- buride versus glipizide in non-
vational study of upper gas- insulin dependent diabetes mel-
trointestinal haemorrhage in eld- litus. Clinical Therapeutics ; 15:
erly patients given selective 1031-40.
cyclooxygenase-2 inhibitors or 23. Semla TP, JL Beizer, MD Higbee.
conventional non-steroidal anti- 2003. Geriatric dosage hand-
inflammatory drugs. British book, 8th ed. Lexi Comp’s, Ame-
Medical Journal ; 325: 624-9. rican Pharmaceutical Associa-
20. Asplund K, et al. 1983. Gliben- tion; 503-4.
clamideassociated hypoglicae- 24. Ghazali MV. 1995. Studi cross
mia: a report on 57 cases. Dia- sectional. Dalam: Sastroasmoro S
betologia; 24: 412-7. dan Ismael S, eds. Dasar-dasar
21. Konzem SL. Optimization of metodologi penelitian klinis.
treatment of type 2 diabetes in Jakarta: Bagian Ilmu Kesehatan
the elderly. U.S. Pharmacist. Anak FKUI; 6: 66-7.
Ajobson Publication; 25: 11. Tahun

Sudah dipresentasikan di Kongres Ilmiah ISFI XV, 17-19 Juni 2007, Jakarta.

Vol. V, No.3, Desember 2008 149

Anda mungkin juga menyukai