Profil PDP Annastia
Profil PDP Annastia
BANYUWANGI
Pedagang eceran medapatkan produk cabai rawit yang Pedagang pengepul dan pedagang eceran
didistribusikan oleh pedagang pengepul. Nilai tambah mengeluarkan biaya untuk sumbangan input lain
di tingkat pedagang eceran tidak jauh berbeda dengan seperti transportasi dan pengemasan, namun demikian
petani, yaitu sebesar Rp. 5.541,67, namun memiliki prosentasenya sangat kecil, yaitu sebesar 1,38% untuk
rasio nilai tambah yang jauh lebih besar, yaitu 112,02%. pedagang pengepul, 3,93% untuk pedagang eceran.
Besar keuntungan yang didapatkan oleh pedagang
pengecer sebesar Rp. 4.818,12/kg atau setara dengan Tabel berikut menyajikan nilai margin pemasaran yang
90,50%. Pedagang pengepul dan pedagang pengecer diterima oleh masing-masing lembaga pemasaran
dapat meraih keuntungan yang jauh lebih besar beserta share keuntungan yang diterima. Saluran
dibandingkan petani, salah satunya adalah dengan pemasaran yang digunakan adalah rantai yang
dihematnya biaya tenaga kerja. Petani selaku produsen terpendek. Terlihat bahwa aktor pada rantai pasok yang
mengeluarkan biaya yang cukup besar untuk proses menerima keuntungan terbesar adalah pedagang
produksi, yaitu sebesar 38,49%, sedangkan pedagang pengepul. Panjangnya rantai pemasaran
pengepul hanya mengeluarkan sebesar 10,51% dan menyebabkan semakin kurang efisiennya kinerja rantai
pedagang eceran sebesar 9,50% dari total biaya. pasok cabai rawit.
Tabel 2. Margin pemasaran cabai rawit
Share
No. Lembaga Pemasaran Saluran 1 Saluran 2
Ski Sbi
1 Produsen 41,20%
Biaya produksi 7.925 7.925
Harga jual 13.012,50 13.012,50
Margin 5.087,50 5.087,50
Biaya pemanenan 500 500
Keuntungan 4.587,50 4.587,50
2 Pedagang pengepul 36,41%
Harga beli 13.012,50
Harga jual 26.041,67
Margin 13.029,17
Biaya (pengemasan, transportasi) 1.529,69 4,84%
Keuntungan 11,499.48
3 Pedagang pengecer 15,26%
Harga beli 26.041,67
Harga jual 31.583,33
Margin 5.541,67
Biaya (pengemasan. transportasi) 723,54 2,29%
Keuntungan 4.818,12
Biaya Total 500 2.753,23 7,13%
Margin total 5.087,50 23.658,33
Keuntungan total 4.587,5 20.905,10 92,87%
Hasil analisis margin pemasaran menunjukkan bahwa namun dengan margin sebesar Rp. 5.087,50 dan biaya
dengan harga jual rata-rata di tingkat produsen (petani) pemanenan Rp. 500, petani masih mendapatkan
cabai rawit sebesar Rp. 13.012,50,-, share keuntungan keuntungan sebesar Rp. 4.587,50 per kilogram cabai
yang didapatkan sebesar 41% dari harga rata-rata yang rawit. Rantai pemasaran yang melalui beberapa
sampai ke tangan konsumen yaitu sebesar Rp. lembaga yaitu pedagang pengepul dan pedagang
31.583,33. Pedagang pengepul sebagai lembaga pengecer, menyebabkan konsumen harus
pemasaran pertama, memperoleh share keuntungan mengeluarkan uang jauh lebih banyak dibandingkan
sebesar 36%, yaitu dengan harga jual rata-rata Rp. dengan bila membeli pada saluran pemasaran yang
26.041,67/kg yang dikurangi biaya pengemasan dan pendek atau membeli langsung dari petani. Dapat
transportasi sebesar Rp. 1.529,69, keuntungan yang dilihat margin pemasaran rata-rata cabai rawit dari
didapatkan oleh pedagang pengepul adalah Rp. petani sampai ke tangan konsumen adalah sebesar Rp.
11.499,48. 18.570, 83.
Pedagang pengecer sebagai lembaga pemasaran ke C. Strategi peningkatan kinerja supply chain cabai
dua, menetapkan harga jual rata-rata ke konsumen rawit di Kecamatan Wongsorejo Kabupaten
sebesar Rp. 31.583,33 yang dikurangi dengan biaya Banyuwangi
pengemasan dan transportasi sebesar Rp. 723,54/kg, Analisis lingkungan internal dan internal dilakukan
mendapatkan share keuntungan sebesar 15% atau Rp. untuk dapat mengetahui berbagai kekuatan,
4.818 per kilogram. Lembaga pemasaran ini kelemahan, peluang, serta ancaman pada rantai pasok
menetapkan harga jual berdasarkan harga pasar rata- cabai rawit di Kecamatan Wongsorejo Kabupaten
rata yang berlaku. Banyuwangi. Pengukuran indikator, bobot, dan skor
Petani sebagai produsen mengeluarkan biaya yang didapatkan dari hasil focus group discussion dengan
lebih besar untuk tenaga kerja selama proses produksi, para stakeholder rantai pasok cabai rawit.
Tabel 3. Faktor internal rantai pasok cabai rawit di Kecamatan Wongsorejo Kabupaten Banyuwangi
Strength (kekuatan) Bobot Rating Skor
1 Daya dukung lahan memadai 0,12 4 0,46
2 Komoditi pokok yang tidak dapat disubstitusi 0,10 3 0,31
3 Dukungan pemerintah daerah 0,04 4 0,14
4 Sentra pemasok cabai nasional 0,12 3 0,35
5 Kondisi klimatis mendukung 0,12 3 0,35
6 Sektor unggulan daerah 0,10 4 0,40
Jumlah 0,59 2,01
Weakness (kelemahan) Bobot Rating Skor
1 Tidak ada standar harga 0,08 2 0,17
2 Kelembagaan petani kurang maksimal 0,08 1 0,08
3 Kapasitas SDM petani kurang bersaing 0,03 2 0,07
Ketergantungan petani dengan lembaga pemasaran 0,07 2 0,13
4 tertentu
5 Kebutuhan modal cukup besar 0,15 2 0,30
Jumlah 0,41 0,74
Jumlah S + W = 2,76
Selisih = Skor kekuatan-kelemahan 0.66
Kekuatan yang dimiliki oleh rantai pasok cabai rawit kebutuhan modal cukup besar, kemudian tidak ada
Kecamatan Wongsorejo Kabupaten Banyuwangi standar harga komoditi cabai rawit, ketergantungan
antara lain: daya dukung lahan memadai (skor 0,46) petani dengan lembaga pemasaran tertentu juga
merupakan kekuatan utama; cabai rawit merupakan merupakan kelemahan, kelembagaan petani kurang
salah satu sektor unggulan daerah (skor 0,40); produksi berfungsi maksimal, serta kapasitas SDM petani yang
cabai rawit Kecamatan Wongsorejo merupakan sentra kurang bersaing.
pemasok cabai nasional dan kondisi klimatis yang
mendukung juga merupakan suatu kekuatan; cabai Identifikasi faktor-faktor eksternal yang mempengaruhi
rawit merupakan komoditi pokok masyarakat yang tidak keberlanjutan dan kinerja rantai pasok agribisnis cabai
dapat disubstitusi (skor 0,31); serta adanya dukungan rawit di Kecamatan Wongsorejo Kabupaten
dari Pemerintah Daerah. Rantai pasok cabai rawit Banyuwangi dibagi ke dalam beberapa peluang dan
Kecamatan Wongsorejo Kabupaten Banyuwangi juga ancaman yang disajikan pada tebel berikut:
memiliki beberapa kelemahan, yang terpenting adalah
Tabel 4. Faktor eksternal rantai pasok cabai rawit di Kecamatan Wongsorejo Kabupaten Banyuwangi
Opportunities (Peluang) Bobot Rating Skor
1 Tingginya permintaan cabai rawit 0,13 4 0,50
2 Teknologi informasi terus berkembang 0,10 3 0,30
3 Akses pasar terbuka luas 0,14 3 0,41
4 Lembaga penyedia permodalan semakin banyak 0,12 4 0,48
5 Industri pengolahan makanan semakin banyak 0,09 3 0,26
Jumlah 0,57 1,96
Threats (Ancaman)
1 Ketidakpastian perolehan dana 0,09 2 0,18
2 Tantangan dampak perubahan iklim 0,11 2 0,22
3 Harga yang fluktuatif 0,11 2 0,22
4 Melimpahnya stok saat panen raya 0,08 1 0,08
5 Alih fungsi lahan pertanian 0,05 1 0,05
Jumlah 0,43 0,75
O+T = 2,71
Selisih = Skor peluang-ancaman 1,21
Peluang peningkatan kinerja rantai pasok cabai rawit di cabai rawit di Kecamatan Wongsorejo Kabupaten
Kecamatan Wongsorejo Kabupaten Banyuwangi yang Banyuwangi, antara lain faktor cuaca/iklim yang tidak
terpenting berdasarkan hasil analisa adalah tingginya menentu dan fluktuasi harga yang tidak menentu
kebutuhan cabai rawit (skor 0,50); kemudian peluang dengan skor 0,22; ketidakpastian perolehan dana.
terpenting ke dua adalah akses terhadap permodalan
Berdasarkan analisis faktor internal dan eksternal yang
dengan skor 0,48; akses pasar yang masih terbuka luas
berisi kekuatan-kelemahan-peluang-ancaman
(skor 0,41); teknologi yang terus berkembang (skor
(SWOT), disusunlah matriks strategi peningkatan
0,30), dan industri makanan yang semakin banyak. Di
kinerja cabai rawit Kecamatan Wongsorejo Kabupaten
antara beberapa peluang, terdapat pula ancaman-
Banyuwangi sebagai berikut:
ancaman yang dapat menghambat kinerja rantai pasok
Tabel 1. Matriks SWOT Rantai Pasok Cabai Rawit Kecamatan Wongsorejo Kabupaten Banyuwangi
Strategi yang dirumuskan berdasarkan analisis SWOT
terdiri dari Strategi SO, ST, WO, dan WT. Strategi SO
adalah strategi yang disusun dengan mengoptimalkan
kombinasi kekuatan dan peluang yang ada, yaitu
perluasan Akses jaringan informasi pemasaran
maupun keuangan digital yang lebih luas dan cepat.
Strategi ST yaitu dengan mengoptimalkan kekuatan di
antara berbagai ancaman, di antaranya dengan 1)
Peningkatan kapasitas petani terkait manajemen
pengelolaan lahan optimal; dan 2) Peningkatan
teknologi budidaya cabai yang produktif dan
berkelanjutan. Strategi WO merupakan strategi yang
dirumuskan dengan memanfaatkan peluang untuk
menutupi kelemahan yang ada, yaitu dengan 1)
Mengoptimalkan kinerja lembaga petani guna
peningkatan kapasitas petani; dan 2) Memperkuat
akses kerjasama dengan lembaga Keuangan.
Strategi WT merupakan strategi yang dapat ditempuh
diantara berbagai kelemahan serta ancaman yang ada.
Strategi tersebut adalah dengan peningkatan peran
kelembagaan pertanian sebagai fasilitasi kemitraan
dengan lembaga pemasaran untuk memperpendek
rantai pasok cabai rawit.