Anda di halaman 1dari 13

Jurnal AGRINIKA. Maret-2022.

6(1): 96-108

Strategi Pengembangan Agribisnis Komoditas Bawang Merah di


Kabupaten Banyuwangi
Ari Suciati1*, Sumadi1, Abdoel Djamali1
1
Program Studi Pascasarjana Agribisnis, Politeknik Negeri Jember, Jember, Indonesia

*Korespondensi: arisuciati80@gmail.com
Diterima 24 Oktober 2021/ Direvisi 03 Maret 2022/ Disetujui 16 Maret 2022

ABSTRAK
Bawang merah termasuk komoditas sayuran yang sudah lama menjadi unggulan dan
secara intensif telah banyak diusahakan petani. Bawang juga termasuk ke dalam kelompok
rempah tidak bersubstitusi yang digunakan sebagai bahan obat tradisional dan bumbu
penyedap makanan. Kabupaten Banyuwangi merupakan salah satu Kabupaten di provinsi
Jawa Timur sebagai daerah penghasil sektor pertanian dari komoditas bawang merah.
Setiap tahunnya, data produksi bawang merah di Kabupaten Banyuwangi mengalami
peningkatan mulai dari 3.423 sampai dengan 6.322 ton (Badan Pusat Statistik
Banyuwangi, 2019). Sedangkan untuk luas panen bawang merah di Kabupaten
Banyuwangi mengalami fluktuatif, tahun 2016 – 2019 yaitu sebesar 314, 319, 322, 556 ton
(Dinas Pertanian dan Pangan, 2019) sehingga ada peluang untuk pengembangan bawang
merah. Selain itu bawang merah sebagai juga termasuk tanaman hortikultura yang
memiliki peran dalam meningkatkan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) di
Kabupaten Banyuwangi. Ada beberapa faktor yang mendukung usaha tani bawang merah
yaitu lahan yang cocok dan adanya dukungan pemerintah. Penelitian ini bertujuan untuk
menganalisis strategi pengembangan agribisnis komoditas bawang merah di Kabupaten
Banyuwangi. Metode yang digunakan adalah (Stenght, Weakness, Opportunity, and
Threat) SWOT untuk menentukan faktor internal dan eksternal usaha bawang merah,
Quantitative Strategic Planning Matrix (QSPM) untuk penentuan strategi pengembangan
dengan menggunakan prioritas strategi dihasilkan dari SWOT. Dari penelitian dihasilkan
bahwa usaha agribisnis komoditas bawang merah di Kabupaten Banyuwangi layak untuk
dikembangkan, prioritas strategi yang dihasilkan yaitu mempertahankan dan
meningkatkan produksi serta kualitas bawang merah di Kabupaten Banyuwangi untuk
memenuhi permintaan pasar yang tinggi dengan nilai tertinggi yaitu 7,23.
Kata kunci : Bawang merah; Strategi; Pengembangan; SWOT; QSPM

ABSTRACT
Shallots are vegetable commodities that have long been superior and have been
intensively cultivated by many farmers. This vegetable commodity belongs to the group of
non-substituted spices that function as food seasonings as well as ingredients for traditional
medicines. Banyuwangi Regency is one of the regencies that produces the agricultural
sector from the shallot commodity in East Java Province. Onion production data in
Banyuwangi Regency each year has increased from 3,423 to 6,322 tons (Badan Pusat
Statistik Banyuwangi, 2019). Meanwhile, the shallot harvested area in Banyuwangi
Regency has fluctuated, in 2016 – 2019 amounting to 314, 319, 322, 556 tons (Dinas
Pertanian dan Pangan, 2019) so there is an opportunity for the development of shallots. In
addition, shallots are one of the horticultural crops that play a role in increasing the Gross
Regional Domestic Product (GRDP) in Banyuwangi Regency. The supporting factors for
onion farming namely suitable land and government support. This study aims to analyze
Ari Suciati, Strategi Pengembangan Agribisnis…

the strategy of developing shallot agribusiness in Banyuwangi Regency. The method used
is (Strength, Weakness, Opportunity, and Threat) SWOT to determine the internal and
external factors of the shallot business, Quantitative Strategic Planning Matrix (QSPM) to
determine the development strategy by using the priority strategy generated from SWOT.
From the research, it was found that the shallot agribusiness in Banyuwangi is feasible to
be developed, the priority of the resulting strategy is to maintain and increase the
production and quality of shallots in Banyuwangi Regency to meet high market demand
with the highest value of 7.23.
Keywords: Development; QSPM; Shallots; Strategy; SWOT
bentuk sarana produksi seperti benih,
PENDAHULUAN mulsa, pestisida, dan benih (Satar &
Indonesia adalah negara yang Buraerah, 2020).
sesuai sebagai tempat menanam Usaha yang bisa dilakukan untuk
bawang merah karena merupakan mengembangkan agribisnis dan menguji
daerah beriklim tropis. Bawang merah kelayakan finansial komoditas bawang
lebih sesuai hidup pada daerah dataran merah di Kabupaten Banyuwangi yaitu
rendah yang panas dan memiliki dengan melakukan analisis faktor
ketinggian berkisar 0-1.000 mdpl eksternal dan internal untuk memastikan
(Fajriyah, 2019). Kabupaten Banyuwangi keberhasilan dengan penggunaan alat
memiliki iklim dan letak geografis yang analisis SWOT. Selanjutnya, beberapa
cocok dalam berusahatani komoditas dari faktor eksternal dan internal yang
bawang merah. Di kabupaten dianggap paling berpengaruh terhadap
Banyuwangi tanaman holtikuktura yang perkembangan bawang merah di
penting salah satunya adalah bawang Kabupaten Banyuwangi, yaitu
merah. memutuskan strategi dalam
Setiap tahunnya produksi bawang mengembangkan agribinis bawang
merah di kabupaten banyuwangi terjadi merah di Kabupaten Banyuwangi dengan
kenaikan mulai dari 3.423 sampai memanfaatkan alat analisis QSPM.
dengan 6.322 ton (Badan Pusat Statistik Sehingga dapat diketahui prioritas yang
Banyuwangi, 2019). Sedangkan untuk akan dilaksanakan dalam
luas panen bawang merah di Kabupaten mengembangkan agribisnis bawang
Banyuwangi mengalami fluktuatif, tahun merah di Kabupaten Banyuwangi.
2016 – 2019 yaitu sebesar 314, 319, 322, Tujuan penelitian ini adalah
556 ton (Dinas Pertanian dan Pangan, mengetahui faktor eksternal dan internal,
2019). alternatif strategi, dan priotitas strategi
Beberapa hal pentiing yang yang cocok dan dapat menentukan
memerlukan perhatian dalam pengembangan agribisnis komoditas
mengembangkan bawang merah antara bawang merah di Kabupaten
lain: kelembaban udara, kadar air dan Banyuwangi.
perubahan iklim. Pola konsumsi
BAHAN DAN METODE
masyarakat yang berubah juga
mendorong permintaan terhadap produk Penelitian ini tergolong dalam
pangan, misalnya adalah bawang merah. penelitian deskriptif kuantitatif dan
pemerintah Kabupaten Banyuwangi kualitatif. Penelitian ini dilakukan pada
mengadakan bantuan yang berfungsi Kecamatan Muncar dan Kecamatan
membantu mengembangkan bawang Tegaldlimo, Kabupaten Banyuwangi,
merah di Kabupaten Banyuwangi dalam Jawa Timur.

Page 97 of 108
Ari Suciati, Strategi Pengembangan Agribisnis…

Pemilihan lokasi pada penelitian ini Banyuwangi, Badan Pusat Statistik,


dengan purposive sampling yang dan dokumen yang bersangkutan.
didasari pada pertimbangan keahlian
Data yang didapatkan di analisis
responden untuk penyusunan strategi
menggunakan Kekuatan, kelemahan,
pengembangan komoditas bawang
kesempatan, ancaman (SWOT) dan
merah di Kabupaten Banyuwangi. Teknik
Quantitative Strategic Planning Matrix
yang diterapkan dengan pengambilan
(QSPM) digunakan untuk mengetahui
sampel yaitu expert system dengan
strategi untuk mengembangkan
memberikan kuisioner penelitian kepada
agribisnis di Kabupaten Banyuwangi.
responden ahli (expert) dengan kriteria
Menurut Songi et al., (2018) tahap
berusia minimal 30 tahun sampai dengan
melakukan analisis SWOT yaitu sebgai
50 tahun, berpendidikan minimal SLTA
berikut:
dan mengetahui teknis budidaya bawang
a. Mengidentifikasi faktor internal dan
merah. Beberapa teknik yang digunakan
eksternal,
untuk memperoleh data yaitu
b. Memberikan bobot pada setiap
wawancara, kuisioner dan dokumentasi.
faktor, yang didasarkan pada nilai 4
a. Wawancara, dilakukan untuk
= sangat baik, nilai 3 = baik, 2 =
mendapatkan informasi yang lebih
rinci dan data keuangan petani dari cukup baik dan 1 = tidak baik
responden mengenai strategi c. Perkalian bobot dan rating,
mengembangkan dan menguji d. Membuat matriks IE (Internal
kelayakan finansial agribisnis Eksternal)
komoditas bawang merah di e. Pembuatan matriks SWOT
Kabupaten Banyuwangi.
b. Kuisioner, dilakukan untuk Menurut (Hariance et al., 2016)
mendapatkan data mengenai tahap analisis QSPM yaitu:
strategi dalam mengembangkan dan a Menyusun daftar ancaman/peluang
menguji kelayakan finansial eksternal dan kelemahan/kekuatan
agribisnis komoditas bawang merah internal, informasi ini didapatkan
di Kabupaten Banyuwangi, dengan melalui matriks EFE dan IFE,
memberikan pertanyaan kepada b Memberi bobot untuk setaiap faktor
responden dalam bentuk tertulis. eksternal dan internal (pemberian
Kuisioner diberikan pada 5 bobot sama dengan matriks EFE dan
responden antara lain Penyuluh di IFE),
Kecamatan Muncar dan Kecamatan c Mengevaluasi matriks dan
Tegaldlimo, Dinas Pertanian dan mengidentifikasi strategi alternatif
Pangan Kabupaten Banyuwangi, yang perlu dipertimbangkan
Gapoktan di Kecamatan Muncar dan organisasi untuk diterapkan,
Kecamatan Tegaldlimo dan Petani di d Menentukan Nilai Daya Tarik
Kecamatan Muncar dan Kecamatan (Attractiveness Scores-AS), dapat
Tegaldlimo. diartikan sebagai angka yang
c. Dokumentasi, dilaksanakan agar menunjukkan daya tarik relatif dari
didapat data sekunder yang masing-masing strategi dalam suatu
dibutuhkan pada penelitian ini. Data alternatif tertentu. Nilai 1 = tidak
sekunder bersumber dari Dinas menarik Nilai 2 = agak menarik Nilai
Pertanian dan Pangan Kabupaten 3 = cukup menarik Nilai 4 = sangat
menarik

Page 98 of 108
Ari Suciati, Strategi Pengembangan Agribisnis…

HASIL DAN PEMBAHASAN Berikut ini adalah faktor eksternal


dan factor internal dalam usaha
Berikut ini hasil dari analisis SWOT
agribisnis bawang merah di Kabupaten
pada penelitian ini:
Banyuwangi:
a. Hasil identifikasi factor eksternal dan
factor internal.

Tabel 1. Faktor internal


Kekuatan Kelemahan
Tenaga Kerja 1. Pengalaman petani 1. Tingginya upah pekerja
dalam usaha bawang atau tenaga kerja yang
merah minim
Produksi 1. Produksi bawang merah 1. Minimnya modal petani
sepanjang tahun 2. Tidak ada pergiliran
2. Penyedian bibit yang tanaman
unggul dan bersertifikat 3. Ketergantungan petani
3. Kualitas dan produksi akan input bahan kimia
bawang merah yang baik tinggi

Sarana dan Prasarana 1. Sarana prasarana 1. Sulit mendapatkan


produksi tersedia pupuk bersubsidi
lengkap 2. Belum ada fasilitas
gudang
3. Lahan kebanyakan
menyewa

Tabel 2. Faktor eksternal


Peluang Ancaman
Pemasaran 1. Permintaan pasar tinggi 1. Persaingan bawang
2. Program pemerintah yang merah dari luar pulau
menjadikan Kab. 2. Permainan pedagang
Banyuwangi sentra 3. Fluktuasi harga
bawang
3. Perkembangan teknologi
semakin maju
4. Harga jual bawang merah
cukup tinggi
Produksi 1. Peningkatan nilai tambah 2. Biaya produksi yang
saat panen raya dan harga semakin meningkat
rendah 3. Cuaca ektrim yang
sering menimbulkan
hama/penyakit

Berikut ini merupakan matriks


b. Matriks Internal Factor Evaluation
Internal Factor Evaluation (IFE) dari
(IFE)
usaha agribisnis bawang merah di
Kabupaten Banyuwangi:

Page 99 of 108
Ari Suciati, Strategi Pengembangan Agribisnis…

Tabel 3. Hasil matriks IFE usaha agribisnis bawang merah


No Kekuatan Bobot Relatif Rating Skor
Pengalaman petani dalam usaha
1 4 0.12 4 0.47
bawang merah
Produksi bawang merah sepanjang
2 4 0.12 3.3 0.39
tahun
Sarana prasarana produksi tersedia
3 4 0.12 4 0.47
lengkap
Penyediaan bibit yang unggul dan
4 4 0.12 4 0.47
bersertifikat
Kualitas dan produksi bawang
5 3.7 0.11 3.7 0.41
merah yang baik
No Kelemahan Bobot Relatif Rating Skor

1 Tingginya upah pekerja atau tenaga 2 0.06 3.7 0.22


kerja yang minim
2 Minimnya modal petani 2 0.06 4 0.24
Sulit mendapatkan pupuk
3 2 0.06 4 0.24
bersubsidi
4 Tidak ada pergiliran tanaman 2.7 0.08 3.3 0.26

5 Ketergantungan petani akan input 1.7 0.05 4 0.20


bahan kimia tinggi
6 Belum ada fasilitas gudang 2 0.06 2.7 0.16
7 Lahan kebanyakan menyewa 1.7 0.05 4 0.20
Total 33.8 1 3.73
Sumber: Data diolah (2021)
c. Matriks Eksternal Factor Evaluation Berikut ini merupakan matriks
(EFE) Eksternal Factor Evaluation (EFE) dari
usaha agribisnis bawang merah di
Kabupaten Banyuwangi:

Tabel 4. Hasil matriks EFE usaha agribisnis bawang merah


No Peluang Bobot Relatif Rating Score
1 Permintaan pasar tinggi 4 0.15 3.7 0.57
Program pemerintah yang
2 menjadikan Kab. Banyuwangi sentra 3.7 0.14 4 0.57
bawang merah
Peningkatan nilai tambah saat panen
3 4 0.15 4 0.62
raya dan harga rendah
Perkembangan teknologi semakin
4 4 0.15 4 0.62
maju
No Ancaman Bobot Relatif Rating Score
Persaingan bawang merah dari luar
1 2.3 0.09 4 0.35
pulau
2 Permainan pedagang 2 0.08 4 0.31
3 Fluktuasi harga 2 0.08 4 0.31

Page 100 of 108


Ari Suciati, Strategi Pengembangan Agribisnis…

Biaya produksi yang semakin


4 2 0.08 4 0.31
meningkat
Cuaca ekstrim yang sering
5 2 0.08 4 0.31
menimbulkan hama/penyakit
Total 26 1 3.95
Sumber: Data diolah (2021)

dalam 9 kolom. Parameter yang


d. Matriks Internal-Ekstenal (I-E)
digunakan adalah hasil skor faktor
Tujuan pembuatan matriks Internal- internal sebesar 3,70 dan faktor eksternal
Eksternal (I-E) adalah untuk melihat sebesar 3,86. Berikut ini adalah Gambar
posisi usaha dalam menentukan strategi 1 Matriks I-E:
bisnis yang lebih detail dan disajikan

SKOR TOTAL IFE 3,73

KUAT RATA_RATA LEMAH


SKOR TOTAL EFE 3,95

3,0 sampai 4,0 2,0 sampai 2,99 1,0 sampai 1,99


TINGGI 1 2 3

3,0 sampai 4,0 GROWTH GROWTH RETRENCHEMENT

MENENGAH 4 5 6
GROWTH
2,0 sampai 2,99 STABILITY RETRENCHEMENT
STABILITY
RENDAH 7 8 9

1,0 sampai 1,99 GROWTH GROWTH RETRENCHEMENT

Gambar 1 Hasil Matriks Internal-Eksternal (I-E) usaha bawang merah di Kabupaten


Banyuwangi
e. Matriks SWOT dilakukan, maka dirumuskan alternatif-
alternatif strategi dengan menggunakan
Berdasarkan hasil analisis faktor-
analisis SWOT yang dapat dilihat pada
faktor internal dan eksternal yang telah
tabel dibawah ini:

Page 101 of 108


Ari Suciati, Strategi Pengembangan Agribisnis…

Tabel 5. Hasil matrik SWOT


IFAS Kekuatan (Strenght) Kelemahan (Weakness)
S1 = Pengalaman petani dalam usaha
W1 = Tingginya upah pekerja atau
bawang merah
tenaga kerja yang minim
S2 = Produksi bawang merah sepanjang
W2 = Minimnya modal petani
tahun
W3 = Sulit mendapatkan pupuk
S3 = Sarana prasarana produksi tersedia
bersubsidi
lengkap
W4 = Tidak ada pergiliran tanaman
S4 = Penyediaan bibit yang unggul dan
W5 = Ketergantungan petani akan input
bersertifikat
bahan kimia tinggi
S5 = Kualitas dan produksi bawang
EFAS W6 = Belum ada fasilitas gudang
merah yang baik
W7 = Lahan kebanyakan menyewa
Peluang
Strategi SO Strategi WO
(Opportunity)
O1 = Permintaan pasar tinggi 1. Meningkatkan produksi dan kualitas 1. Mengurangi ketergantungan petani
O2 = Program pemerintah bawang merah di Kabupaten dalam penggunaan pupuk kimia yang
yang menjadikan Kab. Banyuwangi untuk memenuhi tinggi agar dapat meningatkan nilai
Banyuwangi sentra bawang permintaan pasar yang tinggi (S2,S5,O1) tambah produk bawang merah (W4,O3)
merah
O3 = Peningkatan nilai 2. Mempergunakan pengalaman petani 2. Menggunakan teknologi yang semakin
tambah saat panen raya dan dengan memanfaatkan teknologi yang maju dengan minimnya modal petani
harga rendah semakin maju untuk meningkatkan dan sulitnya mendapatkan pupuk
O4 = Perkembangan produksi bawang merah untuk bersubsidi untuk mendukung program
teknologi semakin maju mendukung Program Pemerintah Pemerintah menjadikan Kabupaten
menjadikan Kabupaten Banyuwangi Banyuwangi sentra bawang merah
sentra bawang merah (S1,S2,O2,O4) (W2,W3,O2,O4)

3. Memanfaatkan sarana prasarana


produksi yang tersedia dengan
menggunakan bibit yang unggul dan
bersertifikat sehingga dapat
meningkatkan nilai tambah (S3,S4,O3)

Ancaman (Threats) Strategi ST Strategi WT


T1 = Persaingan bawang 1. Meningkatkan produksi bawang 1. Mengurangi penggunaan bahan kimia
merah dari luar pulau merah sepanjang tahun dengan dengan menggunakan pupuk organik
T2 = Permainan pedagang mempergunakan bibit yang unggul dan dan menanggulangi serangan
T3 = Fluktuasi harga bersertifikat sehingga didapatkan hama/penyakit dalam menghadapi
T4 = Biaya produksi yang kualitas dan produksi bawang merah persaingan bawang merah di luar pulau
semakin meningkat dengan baik untuk menghadapi (W5,T1,T5)
T5 = Cuaca ektrim yang persaingan bawang merah dari luar
sering menimbulkan pulau (S2,S4,S5,T1) 2. Memanfaatkan lahan sewa untuk
hama/penyakit produksi bawang merah agar dapat
2. Meningkatkan pengalaman petani bersaing dengan bawang merah dari luar
dalam penggunaan sarana prasarana pulau (W7,T1)
produksi yang ada untuk
menghadapipermainan pedagang,
fluktuasi harga dan serangan
hama/penyakit (S1,S3,T2,T3,T5)

3. Mengoptimalkan penggunaan sarana


prasarana produksi yang ada untuk
menekan biaya produksi pada usaha
bawang merah yang semakin meningkat
(S3,T4)

Berdasarkan hasil analisis yang


1) Strategi S-O
sudah dilakukan, beberapa alternative
Strategi S-O didapatkan dari hasil
strategi yang dapat dilakukan dalam
identifikasi faktor kekuatan dan peluang
mengambangkan agribisnis komoditas
dalam usaha tani agribisnis komoditas
bawang merah di Kabupaten
bawang merah di Kabupaten
Banyuwangi, antara lain:
Banyuwangi. Berikut ini terdapat
beberapa strategi yang dapat digunakan

Page 102 of 108


Ari Suciati, Strategi Pengembangan Agribisnis…

pada usaha agribisnis komoditas bawang Kabupaten Banyuwangi (Afrizal et


merah di Kabupaten Banyuwangi yaitu: al., 2018; Asmara & Ardhiani, 2010).
1. Strategi S-O pertama dapat 2. Strategi S-T kedua dapat dilakukan
dilakukan dengan cara dengan cara meningkatkan
meningkatkan produksi dan kualitas pengalaman petani bawang merah
bawang merah yang lebih baik lagi dalam menggunakan sarana
agar terpenuhinya permintaan pasar prasarana untuk mengatasi
yang tinggi dari konsumen dalam permainan pedagang (Lisanty et al.,
dan luar Kabupaten (Setiani, 2019). 2020).
2. Strategi S-O kedua dapat dilakukan 3. Strategi S-T ketiga dapat dilakukan
dengan cara mempergunakan dengan cara mengoptimalkan dalam
pengalaman petani untuk penggunaan sarana prasarana
meningkatkan produksi bawang usaha bawang merah mulai dari
merah dengan memanfaatkan tanam sampai dengan panen
teknologi yang semakin maju. Selain sehingga dapat mengurangi
itu, adanya dukungan pemerintah pengeluaran biaya produksi
(Kiloes et al., 2019). (Muhammad & Ekaria, 2019)
3. Strategi S-O ketiga dapat dilakukan
3) Strategi W-O
dengan cara tetap menggunakan
Tujuannya agar usaha agribisnis
bibit unggul dan bersertifikat dengan
komoditas bawang merah dapat
memanfaatkan sarana prasarana
menanggulangi kelemahan yang ada
produksi yang ada sehingga
dengan memanfaatkan peluang yang
menghasilkan bawang merah yang
telah ada dalam usaha agribisnis
baik dan dapat meningkatkan nilai
komoditas bawang merah. Berikut ini
tambah (Lubis, 2019; Wadu & Linda,
terdapat beberapa strategi yang dapat
2020).
diterapkan pada usaha agribisnis
2) Strategi S-T komoditas bawang merah di Kabupaten
Tujuannya yaitu agar usaha tani Banyuwangi yaitu:
agribisnis komoditas bawang merah 1. Strategi W-O pertama dapat
dapat memaksimalkan semua kekuatan dilakukan dengan cara mengurangi
yang dimiliki dan memaksimalkan penggunaan pupuk kimia dalam
pemanfaatan peluang yang sudah ada budidaya bawang merah untuk
untuk menghadapi ancaman yang terjadi. meningkatkan kualitas serta nilai
Berikut ini beberapa strategi yang dapat tambah bawang merah, misalnya
digunakan pada usaha agribisnis dengan penggunaan pupuk organik
komoditas bawang merah di Kabupaten cair (Lisanty & Junaidi, 2021).
Banyuwangi yaitu: 2. Strategi W-O kedua dapat dilakukan
1. Strategi S-T pertama dapat dengan cara menggunakan
dilakukan dengan cara tetap teknologi yang semakin maju
mempertahankan pengunaan bibit dengan minimnya modal petani dan
unggul dan bersertifikat serta sulitnya mendapatkan pupuk
produksi bawang merah dengan bersubsidi untuk mendukung
kualitas yang tinggi, sehingga dapat program pemerintah menjadikan
menghadapi persaingan bawang sentra bawang merah (Songi et al.,
merah dari luar pulau yang masuk ke 2018).

Page 103 of 108


Ari Suciati, Strategi Pengembangan Agribisnis…

4) Strategi W-T Selanjutnya dilakukan analisis


Tujuannya agar usaha agribisnis QSPM untuk mengetahui strategi
komoditas bawang merah dapat pengembangan agribisnis komoditas
menanggulangi kelemahan yang ada bawang merah di Kabupaten
dengan mempertimbangkan ancaman Banyuwangi. Alternatif strategi yang
yang dihadapi oleh usaha agribisnis didapatkan dari memadukan antara
komoditas bawang merah sehingga kekuatan, kelemahan, ancaman, dan
kelemahan dapat diatasi dengan sebaik peluang yaitu didapatkan 5 alternatif
mungkin. Berikut ini terdapat beberapa strategi yang bisa digunakan untuk
strategi yang dapat diterapkan pada pengembangan usaha tani bawang
usaha agribisnis komoditas bawang merah di Kabupaten Banyuwangi.
merah di Kabupaten Banyuwangi yaitu: Pada tahap analisis Quantitative
1. Strategi W-T pertama dapat Strategic Planning Matrix (QSPM),
dilakukan dengan pegurangan dimana akan ditentukan prioritas strategi
dalam menggunakan bahan kimia berdasarkan ketertarikan Kasi
dengan mengganti pupuk organik Hortikultura Dinas Pertanian dan Pangan
pada budidaya bawang merah dan Kabupaten Banyuwangi PPL Kecamatan
menanggulangi serangan Tegaldlimo dan Kecamatan Muncar
hama/penyakit, sehingga dapat dengan alternatif-alternatif strategi yang
menghadapi persaingan bawang ditawarkan. Berdasarkan hasil
mera dari luar pulau yang masuk di perhitungan Quantitative Strategic
Kabupaten Banyuwangi (Apriliani & Planning Matrix (QSPM) didapatkan hasil
Fahmi, 2016; Rostini, 2011). bahwa alternatif strategi yang
2. Strategi W-T kedua dapat dilakukan diprioritaskan oleh responden pakar
dengan caramemanfaatkan lahan adalah strategi nomor 1 dengan skor 7,23
sewa dengan sebaik mungkin untuk yaitu meningkatan produksi dan kualitas
menghasilkan produksi dan kualitas bawang merah di Kabupaten
bawang merah sehingga dapat Banyuwangi ntuk memenuhi permintaan
bersaing dengan bawang merah dari pasar yang tinggi. Alternatif-alternatif
luar pulau yang masuk di Kabupaten strategi dari matrik SWOT yang telah
Banyuwangi (Rahardjo & Wijaya, dihitung dengan menggunakn QSPM
2018; Wisnu et al., 2021). dapat diihat pada Tabel 6 berikut ini:

Tabel 6. Peringkat alternatif strategi usaha tani agribisnis bawang merah di Kabupaten
Banyuwangi
Skor
No Alternatif Strategi Peringkat
TAS
11 Meningkatkan produksi dan kualitas bawang merah di
Kabupaten Banyuwangi untuk memenuhi permintaan 7,23 1
pasar yang tinggi baik didalam maupun diluar Kabupaten
Banyuwangi
22 Memanfaatkan sarana prasarana produksi yang tersedia
dengan menggunakan bibit yang unggul dan bersertifikat 7,05 2
sehingga dapat meningkatkan nilai tambah.
33 Meningkatkan produksi bawang merah sepanjang tahun
dengan mempergunakan bibit yang unggul dan 7,05 3
bersertifikat sehingga didapatkan kualitas dan produksi

Page 104 of 108


Ari Suciati, Strategi Pengembangan Agribisnis…

bawang merah dengan baik untuk menghadapi


persaingan bawang merah dari luar pulau.
44 Meningkatkan pengalaman petani dalam penggunaan
sarana prasarana produksi yang ada untuk menghadapi 7,02 4
permainan pedagang, fluktuasi harga dan serangan
hama/penyakit
55 Mempergunakan pengalaman petani dengan
memanfaatkan teknologi yang semakin maju untuk 6,95 5
meningkatkan produksi bawang merah untuk mendukung
Program Pemerintah menjadikan Kabupaten Banyuwangi
sentra bawang merah
Sumber: Data diolah (2021)

Berdasarkan Tabel 6 ditunjukkan satu tanaman hortikultura yang menonjol


bahwa prioritas strategi yang menjadi di Kabupaten Banyuwangi. Selain itu,
pertimbangan untuk pengembangan kualitas hasil bawang merah dari petani
usaha bawang merah di Kabupaten Kabupaten Banyuwangi memiliki kualitas
Banyuwangi adalah strategi nomor 1 tinggi yang mampu bersaing dengan
yaitu mempertahankan dan bawang merah dari luar pulau.
meningkatkan produksi serta kualitas Disamping itu dari produksi bawang
bawang merah di Kabupaten merah yang tinggi sehingga dapat
Banyuwangi untuk memenuhi mencukupi kebutuhan konsumen lokal
permintaan pasar yang tinggi dengan (Lisanty et al., 2021).
sekor sebesar 7,23 untuk hasil kali bobot
dengan skor AS. KESIMPULAN
Agar mendapatkan produksi dan 1. Berdasarkan analisis yang telah
kualitas bawang merah yang baik maka dilakukan pada usaha tani agribisnis
digunakan bibit yang unggul dan bawang merah di Kabupaten
bersertifikat.Bibit bawang merah yang Banyuwangi dapat disimpulkan
dapat tumbuh dan cocok di Kabupaten bahwa terdapat beberapa faktor
Banyuwangi menggunakan varietas tajuk eksternal dan internal untuk
dengan keunggulan dapat tumbuh mengembangkan agribisnis
didataran rendah, umur panen 60 HST, komoditas bawang merah di
produksi bawang merah varietas tajuk Kabupaten Banyuwangi. Faktor-
dapat mencapai minimal 10-15 ton/ha, , faktor yang menjadi strength
memiliki ketahanan yang baik terhadap (kekuatan), weakness (kelemahan),
hujan, dapat beradaptasi di musim opportunity (peluang), dan threat
kemarau, beraroma sangat tajam (ancaman) dalam usaha tani bawang
sehingga cocok untuk diolah menjadi merah di Kabupaten Banyuwangi
bahan baku bawang goreng yaitu: Kekuatan produksi bawang
Hasil ini dapat mencerminkan merah sepanjang tahun, meliputi
bahwa produksi bawang merah di pengalaman petani dalam usaha
Kabupaten Banyuwangi tinggi bawang merah, sarana prasarana
dikarenakan adanya sarana prasarana produksi yang sudah lengkap dan
yang lengkap dan dukungan dari tersedia, penyediaan bibit unggul
Pemerintah Kabupaten Banyuwangi bersertifikat, serta kualitas dan
untuk menjadikan Banyuwangi sebagai produksi bawang merah yang baik.
sentra bawang merah. Hal tersebut Kelemahan meliputi tingginya upah
dikarenakan bawang merah adalah salah

Page 105 of 108


Ari Suciati, Strategi Pengembangan Agribisnis…

pekerja atau tenaga kerja yang d. Meningkatkan pengalaman petani


minim, minimnya modal petani, sulit dalam penggunaan sarana
mendapatkan pupuk bersubsidi, prasarana produksi yang ada untuk
tidak ada pergiliran tanaman, menghadapipermainan pedagang,
ketergantungan petani akan input fluktuasi harga dan serangan
bahan kimia tinggi, belum ada hama/penyakit.
fasilitas gudang, dan lahan e. Mempergunakan pengalaman
kebanyakan menyewa. Peluang petani dengan memanfaatkan
meliputi permintaan pasar tinggi, teknologi yang semakin maju untuk
program pemerintah yang meningkatkan produksi bawang
menjadikan Kabupaten Banyuwangi merah untuk mendukung Program
sentra bawang merah, peningkatan Pemerintah menjadikan Kabupaten
nilai tambah saat panen raya dan Banyuwangi sentra bawang merah.
harga rendah, dan perkembangan
3. Prioritas strategi yang dihasilkan yaitu
teknologi semakin maju. Ancaman
Meningkatkan produksi dan kualitas
meliputi persaingan bawang merah
bawang merah di Kabupaten
dari luar pulau, permainan
Banyuwangi untuk memenuhi
pedagang, fluktuasi harga, biaya
permintaan pasar yang tinggi baik
produksi yang semakin meningkat,
didalam dan diluar Kabupaten
dan cuaca ekstrim yang sering
Banyuwangi dengan nilai tertinggi
menimbulkan hama/penyakit.
yaitu 7,23
2. Alternatif strategi yang dihasilkan
untuk usaha bawang merah di UCAPAN TERIMAKASIH
Kabupaten Banyuwangi adalah Ucapan terimakasih atas
sebagai berikut: terselesaikannya penelitian ini, ucapan
a. Meningkatkan produksi dan terimakasih khususnya kepada
kualitas bawang merah di Kementerian Riset dan Teknologi,
Kabupaten Banyuwangi agar Politeknik Negeri Jember, dan Dinas
permintaan pasar yang tinggi baik Pertanian dan Pangan Kabupaten
didalam maupun diluar Kabupaten Banyuwangi, selaku lembaga yang telah
Banyuwangi dapat terpenuhi. mendukung terselesaikannya proses
b. Memanfaatkan sarana prasarana pembelajaran yang tertuang dalam
produksi yang tersedia dengan penelitian ini. Kami juga mengucapkan
menggunakan bibit yang unggul terimakasih pada generasi muda, petani,
dan bersertifikat sehingga dapat pelaku usaha pertanian, dan semua
meningkatkan nilai tambah. pihak yang terlibat di Kabupaten
c. Meningkatkan produksi bawang Banyuwangi yang sudah membantu
merah sepanjang tahun dengan kelancaran kegiatan penelitian. Semoga
mempergunakan bibit yang unggul penelitian ini dapat memberikan
dan bersertifikat sehingga kontribusi dalam mengembangkan
didapatkan kualitas dan produksi agribisnis komoditas bawang merah di
bawang merah dengan baik untuk Kabupaten Banyuwangi.
menghadapi persaingan bawang
merah dari luar pulau.

Page 106 of 108


Ari Suciati, Strategi Pengembangan Agribisnis…

DAFTAR PUSTAKA Hortikultura, 28(2), 269.


https://doi.org/10.21082/jhort.v28n2
Afrizal, Hadi, S., & Maharani, E. (2018).
.2018.p269-280
Strategi Pengembangan Bawang
Merah Di Kota Pekanbaru. Jurnal Lisanty, N., Andajani, W., Pamudjiati, A.
Dinamika Pertanian, 34(3), 219– D., & Artini, W. (2021). Regional
228. Overview of Food Security from Two
Dimensions: Availability and Access
Apriliani, T. L., & Fahmi, A. (2016).
to Food, East Java Province.
Analisis efisiensi pemasaran
Journal of Physics: Conference
bawang merah di Kecamatan
Series, 1899(1), 4–10.
Gerung Kabupaten Lombok Barat.
https://doi.org/10.1088/1742-
Ganec Swara, 10(2), 26–33.
6596/1899/1/012067
Asmara, R., & Ardhiani, R. (2010).
Lisanty, N., & Junaidi, J. (2021). Produksi
Integrasi pasar dalam sistem
Pupuk Organik Cair (POC) dengan
pemasaran bawang merah. Agrise,
memanfaatkan Mikro Organisme
10(3), 164–176.
Lokal (MOL) di Desa Jegreg
Badan Pusat Statistik Banyuwangi. Kabupaten Nganjuk. JATIMAS:
(2019). Kabupaten Banyuwangi Jurnal Pertanian Dan Pengabdian
dalam Angka. BPS Kabupaten Masyarakat, 1(1), 1–10.
Banyuwangi.
Lisanty, N., Sutiknjo, T. D., Artini, W., &
Dinas Pertanian dan Pangan. (2019). Pamujiati, A. D. (2020). Saluran
Data Tahunan Bidang Perkebunan Pemasaran Bawang Merah di Desa
dan Hortikultura. Dinas Pertanian Sentra Produksi Kabupaten
dan Pangan Kabupaten Nganjuk Provinsi Jawa Timur.
Banyuwangi. Jimanggis, 1(2), 69–86.

Fajriyah, N. (2019). Kiat Sukses Lubis, Z. (2019). Strategi pengembangan


Budidaya Bawang Merah. Bio komoditi bawang merah di
Genesis. Kabupaten Simalungun. Seminar
Nasional & Expo II Hasil Penelitian
Hariance, R., Febriamansyah, R., & Dan Pengabdian Masyarakat, 1,
Tanjung, F. (2016). Strategi 1685–1691.
Pengembangan Agribisnis Kopi
Robusta Di Kabupaten Solok. Jurnal Muhammad, M., & Ekaria, E. (2019).
AGRISEP, 15(1), 111–126. Strategi Pengembangan Usaha
https://doi.org/10.31186/jagrisep.15. Bawang Merah Lokal Topo di
1.111-126 Kecamatan Tidore Utara Kota
Tidore Kepulauan. Agrikan: Jurnal
Kiloes, A. M., Hardiyanto, N., Agribisnis Perikanan, 12(2), 209–
Sulsityaningrum, A., & Anwarudin 219.
Syah, M. J. (2019). Strategi https://doi.org/10.29239/j.agrikan.12
Pengembangan Agribisnis Bawang .2.209-219
Merah di Kabupaten Solok (Shallot
Agribusiness Development Strategy Rahardjo, D., & Wijaya, G. A. (2018).
in Solok Regency). Jurnal Perbandingan Usahatani Bawang

Page 107 of 108


Ari Suciati, Strategi Pengembangan Agribisnis…

Merah Di Musim Kemarau Dan


Musim Penghujan Di Kecamatan
Sukomoro. Agrinika, 2(1), 1–12.

Rostini, N. (2011). Enam Jurus Bertanam


Cabai Bebas Hama dan Penyakit.
PT Agromedia Pustaka.

Satar, M., & Buraerah, S. (2020). Analisis


Kelayakan dan Strategi
Pengembangan Usaha Tani
Bawang Merah Di Kota Parepare.
Economos : Jurnal Ekonomi Dan
Bisnis, 3(2), 46–50.

Setiani, R. _. (2019). Strategi


Pengembangan Bawang Merah Di
Kabupaten Bima, Nusa Tenggara
Barat. Jurnal Ekonomi
Pembangunan, 26(2), 143–152.
https://doi.org/10.14203/jep.26.2.20
18.143-152

Songi, R. I., Baruwadi, M., & Rauf, A.


(2018). Strategi Pengembangan
Agribisnis Bawang Merah di
Kecamatan Paguyaman Kabupaten
Boalemo. AGRINESIA: Jurnal Ilmiah
Agribisnis, 3(1), 30–38.

Wadu, J., & Linda, A. M. (2020). Strategi


Pengembangan Usahatani Bawang
Merah Di Kelurahan Malumbi,
Kecamatan Kambera, Kabupaten
Sumba Timur. Agrilan : Jurnal
Agribisnis Kepulauan, 8(3), 294.
https://doi.org/10.30598/agrilan.v8i3
.1099

Wisnu, G., Pamungkas, J., & Rahardjo,


P. (2021). Pengaruh Ukuran Polibag
Dan Jarak Antar Rak Dalam Sistem
Vertikultur Terhadap Pertumbuhan
Dan Produksi Tanaman Bawang
Merah. Jurnal Jintan, 1(1), 92–100.

Page 108 of 108

Anda mungkin juga menyukai