Anda di halaman 1dari 208

Muhammad Fadlun, S.Pd.

Bahagia
Tanpa Dosa
Dosa : Akibat dan Pengaruh dalam
kehidupan
Muhammad Fadlun, S.Pd.I

Bahagia Tanpa
Dosa
Dosa : Akibat dan Pengaruh
dalam Kehidupan

118
KATA PENGANTAR

Dampak yang ditimbulkan dari perbuatan dosa bisa


menimpa pada seseorang yang melakukan tindakan dosa itu
sendiri secara pribadi dan juga bisa menimpa pada orang lain
secara sosial.

Secara individual dosa bisa berakibat pada adanya adzab


Allah kepada para pelaku dosa. Adzab Allah ini bisa di
timpahkan kelak di akhirat atau juga bisa langsung diberikan
sewaktu di dunia. Adzab yang diberikan akibat dosa sewaktu
di dunia juga bermacam-macam, bisa dalam bentuk siksa fisik
atau siksa non fisik. Yang termasuk siksaan non fisik adalah
berupa siksa batin.

Dosa sendiri pada hakikatnya akan mengakibatkan


siksaan fisik bagi manusia. Dosa, sebagaimana yang telah
dijelaskan oleh Rasulullah SAW. adalah suatu tindakan yang
terasa tidak enak di hati dan akan merasa malu jika tindakan
itu diketahui oleh orang lain. Itu berarti manusia pada
hakikatnya tidak suka dengan tindakan dosa. Hal itu
disebabkan tindakan dosa akan meninggalkan bekas “ tidak
enak “ di hati. Hal yang disebut “ tidak enak “ itu adalah
berupa kegundahan sekaligus kegersangan yang bercokol
dalam lubuk jiwa.

Berpijak dari kenyataan diatas dipastikan bahwa semakin


banyak orang melakukan tindakan dosa, maka pada saat itu ia
akan merasakan kegelisahan dan kegundahan dalam hatinya.
Orang yang banyak melakukan dosa akan jauh dari ketenangan
117
batin. Mengapa demikian? Sebab hati yang sudah banyak
diwarnai noda hitam dari dosa lama kelemahan akan menjadi
mati. Dan kondisi hati sudah mati, maka pasti hati tak akan
bisa merasakan ketenangan dan kebahagiaan batin. Hati tidak
akan bisa menerima kedamaian.

Seperti inilah dosa. Tidak ada kebaikan yang akan


diperoleh manusia ketika mereka melakukan dosa selain
kesengsaraan hidup baik di dunia maupun di akhirat. Kalaupun
seandainya para pelaku dosa itu “ terbebas “ dari
kesengsaraan hidup di dunia, maka percayalah bahwa mereka
akan menjadi orang terhina, menjadi orang yang paling
sengsara dan menderita di akhirat nanti. Percayalah. Ya,
percayalah bahwa tak ada manfaatnya sama sekali ketika kita
membuat dosa, malah kesengsaraan yang akan kita temukan
dari perbuatan itu.

Demikianlah, mudah-mudahan apa yang kami usahakan


senantiasa mendapat taufiq dan hidayah dari Allah swt.
Akhirnya hanya kepada-Nyalah kami bersyukur, berserah diri
dan bertawakal atas segala karunia dan nikmat-Nya yang telah
memberikan kemudahan dan jalan yang lurus untuk
menyelesaikan buku ini. Dan kami berharap agar buku ini
dapat memberikan manfaat bagi semua pembaca umumnya,
dan khusunya bagi kami pribadi. Semoga buku ini dapat
memberikan petunjuk untuk mendapatkan kebahagiaan dan
kesuksesan di dunia dan akhirat.

118
DAFTAR ISI

I. Dosa manusia..............................................................
10
1. Syirik........................................................................
11
2. Membunuh................................................................
16
3. Melalaikan shalat......................................................
21
4. Tidak membayar zakat..............................................
30
5. Tidak puasa wajib.....................................................
39
6. Tidak berhaji.............................................................
41
7. Sihir..........................................................................
44
8. Durhaka kepada orang tua........................................
47
117
9. Berzina......................................................................
54
10. Riba...........................................................................
60
11. Bunuh diri.................................................................
66
12. Riya’.........................................................................
68
13. Khianat......................................................................
72
14. Adu domba...............................................................
74
15. Sombong...................................................................
75
16. Mencuri.....................................................................
82
17. Merampok.................................................................
84
18. Judi............................................................................
85

118
19. Minum minuman keras.............................................
86
20. Kikir..........................................................................
91
21. menyakiti tetangga....................................................
94
22. Meratapi orang mati..................................................
98
23. Mengingkari takdir...................................................
99
24. Mengungkit-ungkit pemberian.................................
101
25. Menyembunyikan ilmu.............................................
103
26. Sisa kencing yang tidak di bersihkan.......................
106
27. Sumpah palsu............................................................
106
28. Banci.........................................................................
111
117
29. Menjauhi kerabat......................................................
111
30. Homo sexsual...........................................................
115
31. Berbuat dhalim.........................................................
117
32. Perselingkuhan dan aborsi........................................
121
33. KKN (korupsi, kolusi, dan nepotisme).....................
122
34. Jihad, terorisme dan balas dendam...........................
124
35. Memakan harta anak yatim.......................................
125
36. Dengki dan iri hati....................................................
129
37. Fitnah dan menggunjing...........................................
130
38. Mengurangi timbangan.............................................
132

118
39. Buang air besar di tempat berteduh..........................
133
40. Memalsukan keturunan.............................................
134
41. Menggambar makhluk hidup dan patung.................
135
42. Tajassus (menyelidiki rahasia orang).......................
137
II. Akibat dan pengaruh dosa...........................................
139
1. Dosa menyikan sengsara..........................................
139
2. Antara dosa dan kesengsaraan hidup........................
144
3. Jauh dari Allah..........................................................
150
4. Menggelapkah hati...................................................
151
5. Menghalangi ilmu pengetahuan................................
151
117
6. Menghalangi rizki.....................................................
152
7. Memperpendek umur dan menghapus kebenaran....
152
8. Menimbulkan kehinaan............................................
153
9. Merusak akan............................................................
153
10. Menghalangi syafaat Rasulullah SAW.....................
154
11. Melenyapkan malu...................................................
156
12. Meremehkan Allah SWT..........................................
156
13. Melenyapkan nikmat dan mendatangkan azan.........
156
14. Terlalu mencintai kemewahan dunia........................
157
15. Tunduk pada hawa nafsu..........................................
163

118
16. Menyepelekan dosa..................................................
168
17. Merasa aman dari adzab Allah SWT........................
169
18. Berputus asa dari rahmat Allah SWT.......................
170
19. Dekat dengan neraka................................................
173
20. Menimbulkan dosa yang lain....................................
174
III. Ruang lingkup kebahagiaan tanpa dosa......................
175
1. Bersyukur..................................................................
175
2. Bersabar....................................................................
177
3. Berdosa.....................................................................
178
4. Shalat........................................................................
185
117
5. Berdzikir...................................................................
187
6. Beristighfar...............................................................
189
7. Bersedekah................................................................
191
IV. Langkah mengubah dosa menjadi pahala...................
196
1. Mencegah dan meninggalkan dosa...........................
196
2. Menyesali diri atas dosa yang pernah di lakukan.....
197
3. Bertaubat...................................................................
198
4. Merubah gaya...........................................................
199
5. Memerangi dosa.......................................................
200
6. Memulai lembaran baru............................................
201

118
7. Memperbanyak ketaatan kepada Allah.....................
202
8. Memelihara anggota tubuh dari perbuatan maksiat..
202
9. Memurnikan amal.....................................................
214
10. Melaksanakan sendi-sendi rukun islam dan rukun
iman..........................................................................
215
11. Mencintai dan mengutamakan kampung akhirat......
216
12. Mengajak dalam kebaikan........................................
217
13. Menegakkan persaudaraan sesama muslim..............
218
14. Tidak mementingkan diri sendiri..............................
219
117
I

Dosa Manusia

Persoalan dosa merupakan persoalan yang menempati


wilayah hati dan jiwa sebagaimana sabda Rasulullah SAW :

“yang dinamakan dosa adalah sesuatu yang terasa


menggelisahkan jiwa, dan kamu tidak mau menampakkannya
kepada orang lain.” (HR. Imam Ahmad)

Perasaan gelisah merupakan perasaan yang tidak nyaman


bagi perilaku seseorang yang melakukan dosa, bahkan

118
tindakan lanjutan dari rasa tidak nyaman itu adalah dengan
menutupi perbuatannya dari orang lain.

Rasulullah SAW juga bersabda : “perbuatan baik adalah


suatu perbuatan yang membuat jiwa tenteram dan hati menjadi
tenang dan perbuatan dosa adalah perbuatan yang menjadikan
jiwa guncang dan hai gusar, sekalipun kamu mendapatkan
petuah dari para ahli fatwa (mufti)”.

Dosa adalah tindakan dan perilaku manusia yang


bertentangan dengan hati nurani dan ketentuan Tuhan. Karena
pada dasarnya setiap manusia di ciptakan dalam keadaan suci.

Perbuatan dosa memang merupakan perbuatan yang


dapat mengotori jiwa apabila seseorang secara terus menerus
melakukan dosa, maka mata hatinya akan buta dan tidak lagi
mampu bercermin kepada hal-hal yang baik.

Di antara macam dosa manusia itu adalah :

1. Syirik

Syirik menurut istilah agama adalah mempersekutukan


Allah dengan lain-Nya. Ada juga yang mengatakan bahwa
syirik kufur, di samping itu ada yang mengatakan juga bahwa
syirik adalah salah satu di antara macam-macam kekufuran.

Allah SWT berfirman :


117
       
      
       
      
      
Artinya : “Sesungguhnya telah kafirlah orang-orang yang
berkata: "Sesungguhnya Allah ialah Al masih putera
Maryam", Padahal Al masih (sendiri) berkata: "Hai Bani
Israil, sembahlah Allah Tuhanku dan Tuhanmu".
Sesungguhnya orang yang mempersekutukan (sesuatu
dengan) Allah, Maka pasti Allah mengharamkan kepadanya
surga, dan tempatnya ialah neraka, tidaklah ada bagi orang-
orang zalim itu seorang penolong pun.” (QS. Al-Maidah :
72)

Allah SWT berfirman :

         


       
   
Artinya : “Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni
dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang selain
dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya.
Barangsiapa yang mempersekutukan Allah, Maka sungguh
ia telah berbuat dosa yang besar.” (QS. An-Nisa’ : 48)

Allah SWT berfirman :

118
       
       
Artinya : “dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada
anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: "Hai
anak-Ku, janganlah kamu mempersekutukan Allah,
Sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-
benar kezaliman yang besar.” (QS. Luqman : 13)

Syirik merupakan perbuatan yang menduakan Allah


SWT. Perbuatan ini sangat di benci oleh Allah SWT.
Perbuatan syirik dalam banyak kasus di lakukan dengan
meminta pertolongan dari selain Allah SWT.

Syirik juga dapat terjadi dengan mengagung-agungkan


kebesaran makhluk melebihi kebesaran Allah SWT.

Pada hakikatnya kemusyrikan di zaman modern ini


hampir sama dengan yang di lakukan oleh orang-orang di
zaman jahiliyah. Dahulu, mereka menyatakan beriman kepada
Allah SWT, namun enggan meninggalkan kebiasaan lama
nenek moyangnya. Sekarang, orang mengaku beragama islam,
namun enggan pula meninggalkan kebiasaan di luar akidah
islam.

Di tengah-tengah masyarakat Islam (terutama di jawa)


sebagian orang meyakini bahwa Dewi sri adalah Dewa
pemberi dan pemurah. Ia diyakini memberikan keberkahan
dalam bertani, sehingga padi-padi yang mereka tanam
mengalami panen yang melimpah. Sebagai rasa terima kasih,
117
para petani dan masyarakat desa kemudian mengadakan
sesembahan berupa sesaji. Ada pula yang memotong hewan
untuk di korbankan kepada Dewi sri sebagian pula menaruh
makanan di empat penjuru sudut sawah. Jika mengadakan
pesta, kemudian di sebut sebagai pesta panen. Di dalamnya
dikemas acara-acara ritual dan hiburan yang sama sekali tidak
islam.

Kita dapat pula menjumpai suatu tempat di mana orang-


orang mengadakan sedekah bumi setiap tahun. Istilah lai dari
sedekah bumi adalah ruwat desa. ritual ini sebagai perwujudan
rasa hormat dan terima kasih kepada roh yang menjaga dan
melindungi penduduk kampung dari bencana. Padahal cerita
itu tak lebih dari sebuah legenda.

Juga dapat menjumpai di masyarakat pesisir tertentu


yang mana setiap tahunnya mengadakan kurban persembahan
berupa sesaji. Sesaji itu terdiri dari rupa-rupa makanan dan
hiasan unik yang di larung ke laut. Acara ritual ini di lakukan
sebagai simbol rasa terima kasih kepada penunggu laut yang
telah dan akan memberikan rezeki berupa ikan tangkapan.

Hal ini yang juga merusak akidah dan seringkali di


halalkan oleh pelakunya yang mengaku beragama islam adalah
ajimat-ajimat yang ditaruh di atas pintu rumah, di tanam di
pojok bangunan, di simpan di laci uang, dan sebagainya.

Gambaran di atas adalah sebagian contoh dari praktek


kemusyrikan yang berlangsung di tengah-tengah masyarakat.

118
Hal tersebut merupakan kemusyrikan nyata (jaly) yang benar-
benar merusak akidah. Seharusnya segera di tinggalkan.
Karena sudah cukup kuat sebagai alasan untuk mensejajarkan
Allah dengan makhluk.

Dalam sebuah riwayat telah di terangkan bahwa


Rasulullah SAW bersabda : “jauhilah olehmu tujuh macam
dosa besar, yaitu : menyekutukan Allah, melakukan sihir,
membunuh jiwa yang di haramkan oleh Allah, kecuali dengan
alasan yang benar, memakan harta anak yatim, memakan riba,
melarikan diri (pengecut) dari medan perang, dan menuduh
wanita baik-baik melakukan zina.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Dalam hadits lain, di terangkan pula bahwa Rasulullah


SAW bersabda : “maukah kutunjukkan kepadamu tentang
dosa-dosa yang paling besar ? .” Rasulullah SAW
mengulanginya sampai tiga kali. Lalu Rasulullah SAW
menjawab, “baiklah, wahai Rasul.” Rasulullah SAW kemudian
menasehati, “yaitu menyekutukan Allah (dengan sesuatu) dan
berani kepada kedua orang tua.” Kemudian Rasulullah SAW
duduk seraya berkata lagi, “ingatlah, bahwa ungkapan dusta
dan sumpah palsu itu (termasuk dosa besar), “setelah itu
Rasulullah terus menerus mengulanginya sampai kami (para
sahabat) berharap agar berhenti atau diam.” (HR. Bukhari dan
Muslim)
117
2. Membunuh

Allah SWT berfirman :

       


      
        
     
        
    
      
Artinya : “dan orang-orang yang tidak menyembah Tuhan
yang lain beserta Allah dan tidak membunuh jiwa yang
diharamkan Allah (membunuhnya) kecuali dengan (alasan)
yang benar, dan tidak berzina, barang siapa yang melakukan
yang demikian itu, niscaya Dia mendapat (pembalasan)
dosa(nya), (yakni) akan di lipat gandakan azab untuknya
pada hari kiamat dan Dia akan kekal dalam azab itu, dalam
Keadaan terhina, kecuali orang-orang yang bertaubat,
beriman dan mengerjakan amal saleh, Maka itu kejahatan
mereka diganti Allah dengan kebajikan. Dan adalah Allah
Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. Al-Furqan :
68-70)

Allah SWT berfirman :

118
      
      
 
Artinya : “dan Tiadalah kehidupan dunia ini, selain dari
main-main dan senda gurau belaka. dan sungguh kampung
akhirat itu lebih baik bagi orang-orang yang bertaqwa.
Maka tidakkah kamu memahaminya ? .” (QS. Al-Maidah :
32)

Allah SWT berfirman :

     


      
   
Artinya : “dan Barangsiapa yang membunuh seorang
mukmin dengan sengaja Maka balasannya ialah Jahannam,
kekal ia di dalamnya dan Allah murka kepadanya, dan
mengutukinya serta menyediakan azab yang besar baginya.”
(QS. An-Nisa’ : 93)

Allah SWT telah menyediakan adzab bagi orang yang


telah membunuh orang yang beriman. Allah SWT juga
memberikan balasan atas perbuatannya berupa neraka
jahanam.

Allah SWT berfirman :

     


       
117
        
  
Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu
saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil,
kecuali dengan jalan perniagaan yang Berlaku dengan suka
sama-suka di antara kamu. dan janganlah kamu membunuh
dirimu Sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang
kepadamu.” (QS. An-Nisa’ : 29)

Rasulullah SAW bersabda : “apabila dua orang muslim


saling berhadap-hadapan (bertengkar) dengan menggunakan
pedangnya (untuk saling membunuh) maka yang dibunuh dan
membunuh keduanya masuk neraka. Lalu di katakan oleh
sahabat : “wahai Rasulullah, betul bagi pembunuhnya, tetapi
mengapa orang yang dibunuh juga masuk neraka ? .” Nabi
SAW menjawab, “sebab dia juga ingin membunuh
kawanannya itu.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Menurut sebagian ulama’ bahwa kedua orang tersebut


baik yang dibunuh maupun yang membunuh keduanya masuk
neraka adalah sebab pembunuhan tersebut disertai rasa
permusuhan di antara keduanya atau berdasarkan saling
menginginkan harta sehingga terjadi perebutan harta tersebut
atau juga dapat disebabkan karena saling berebutan pangkat
atau jabatan.

Adapun orang yang membunuh orang-orang yang


membuat kerusakan di bumi yang memang wajib dibunuh atau

118
seseorang terbunuh karena membela diri atau membela
kebenaran, maka orang tersebut tidak termasuk dalam ancaman
hadits tersebut, karena dia menjalankan hal yang diwajibkan
oleh Allah SWT.

Rasulullah SAW bersabda : “jauhilah olehmu tujuh


macam dosa besar yaitu : membunuh orang yang di haramkan
oleh Allah kecuali dengan alasan yang benar.” Maka salah
seorang bertanya kepada Nabi SAW, “apakah dosa besar di sisi
Allah itu ? .” Rasulullah SAW menjawab, “bahwa
menyekutukan Allah, padahal Allah itu yang menciptakan
kamu.” Orang tersebut bertanya lagi, “kemudian apa lagi ? .”
Rasulullah SAW menjawab, “membunuh anakmu karena kamu
takut memberi makan dia (takut menjadi miskin).” Orang
tersebut bertanya, “apa lagi ? .” Nabi SAW menjawab,
“engkau berbuat zina dengan istri tetanggamu.” (QS. Bukhari
Muslim)

Rasulullah SAW bersabda : “janganlah kamu menjadi


kafir sepeninggalku dengan cara kamu membunuh sebagian
yang lain.” (QS. Bukhari dan Muslim)

Rasulullah SAW bersabda : “di antara dosa-dosa yang


paling besar itulah menyekutukan Allah, membunuh orang dan
bersumpah palsu.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Rasulullah SAW bersabda : “yang pertama kali di hisab


(oleh Allah) di antara manusia nanti adalah masalah
pembunuhan.” (HR. An-Nasa’i)
117
Rasulullah SAW bersabda : “semua dosa itu
kemungkinan masih dapat di ampuni oleh Allah, kecuali dosa-
dosa orang yang mati kafir atau dosa orang yang membunuh
orang mu’min dengan sengaja.” (HR. An-Nasa’I dan Hakim)

Rasulullah SAW bersabda : “tiada orang yang


membunuh orang dengan keadaan dhalim melainkan terjadi
atas anak Adam yang pertama. Maka dialah yang menanggung
dosanya karena yang mula-mula memberi contoh dalam
perbuatan tersebut adalah dia.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Rasulullah SAW bersabda : “barangsiapa yang


membunuh seorang mu’ahid, maka dia tidak dapat mencium
bau surga padahal baunya itu dapat di cium sejauh empat puluh
tahun perjalanan.” (HR. Bukhari)

Rasulullah SAW bersabda : “barangsiapa yang


membantu untuk membunuh orang islam meskipun hanya
dengan sepatah kata saja , maka akan menulis di dahinya
sebagai orang yang terputus dari rahmat Allah Ta’ala.” (HR.
Ahmad)

3. Melalaikan Shalat

      


 
Artinya : “Maka kecelakaanlah bagi orang-orang yang
shalat, (yaitu) orang-orang yang lalai dari shalatnya.” (QS.
Al-Ma’un : 4-5)

118
Melalaikan shalat maksudnya adalah menganggap ringan
shalatnya. Sebagaimana Sa’ad abi Waqqas mengatakan :

“Seraya bertanya kepada Rasulullah SAW tentang orang


yang melalaikan shalatnya, maka beliau menjawab :
maksudnya orang yang melambatkannya.” (HR. All-Bazzar)

Menurut Said bin Musayyab bahwa yang di maksud


dengan melalaikan shalat adalah tidak segera shalat dhuhur
hingga datang waktu ashar, tidak segera shalat ashar sehingga
datang shalat maghrib, tidak segera shalat maghrib sehingga
datang shalat isya’, tidak segera shalat isya’ sampai datang
shalat fajar dan tidak segera shalat subuh sampai terbit
matahari, maka barangsiapa yang mati sedang ia masih tetap
berbuat seperti itu dan tidak berbuat, niscaya Allah akan
menetapkannya sebagai orang yang tersesat kejurang jahannam
yang dalam dengan situasi yang sangat tidak enak.

Allah SWT berfirman :

      


      
Artinya : “Maka datanglah sesudah mereka, pengganti
(yang jelek) yang menyia-nyiakan shalat dan
memperturutkan hawa nafsunya, Maka mereka kelak akan
menemui kesesatan.” (QS. Maryam : 59)

Rasulullah SAW bersabda : “perbuatan hamba yang


pertama kali akan di hisab di hari kiamat nanti adalah
117
shalatnya, maka barangsiapa yang shalatnya bagus, sungguh ia
telah berbahagia dan akan selamat dan jika kurang baik
shalatnya maka ia akan sengsara dan merugi.” (HR. Mundzir,
Thabrani, dan Tirmidzi)

Rasulullah SAW bersabda dalam hadits yang lain :


“perbedaan antara hama Allah (yang beriman dan yang kafir)
adalah meninggalkan shalatnya.” (HR. Muslim)

Allah SWT berfirman :

        


      
      
  
Artinya : “Apakah yang memasukkan kamu ke dalam Saqar
(neraka) ? " mereka menjawab: "Kami dahulu tidak
Termasuk orang-orang yang mengerjakan shalat, dan Kami
tidak (pula) memberi Makan orang miskin, dan adalah
Kami membicarakan yang bathil, bersama dengan orang-
orang yang membicarakannya, dan adalah Kami
mendustakan hari pembalasan.” (QS. Al-Mudatsir : 42-48)

Demikianlah pengakuan orang-orang yang menjadi


penghuni neraka saqar.

118
Di dalam sunan Al-Baihaqi di katakan oleh Nabi SAW :

“Barangsiapa meninggalkan shalat dengan sengaja maka


tidak ada jaminan baginya dari Allah.” (HR. Al-Baihaqi dan
Ibnu Majah)

Rasulullah SAW bersabda : “barangsiapa yang mau


menjaga shalatnya maka adalah ia akan menjadi cahaya dan
tanda bukti serta dapat menyelamatkan baginya di hari kiamat
nanti, sedang orang yang tidak mau menjaga shalatnya dia
tidak mempunyai cahaya, tanda bukti serta penyelamat di hari
kiamat nanti, bahkan ia kelak akan berkumpul dengan Fir’aun,
Qarun, Haman dan Ubay bin Khalaf.” (HR. Ath-Thabrani)

Sebagian ulama’ ada yang mengatakan bahwa orang


yang meninggalkan shalat itu kelak akan di kumpulkan
bersama-sama Fir’aun, Haman dan Ubay bin Khalaf, sebab
mereka itu sama-sama meninggalkan shalat itu karena sibuk
mengurus harta mereka.

Ada suatu riwayat mengatakan bahwa ada seorang


pendatang menghadap kepada Rasulullah SAW, ia bertanya,
“ya Rasulullah, amalan apakah yang paling di sukai oleh Allah
SWT dalam islam ? .” beliau menjawab, “shalat tepat pada
waktunya dan barangsiapa yang meninggalkan shalat maka
berarti tidak mempunyai agama sebab shalat itu sebagai tiang
agama.” (HR. Baihaqi)
117
Ibnu Hazm mengatakan bahwa tidak ada dosa yang lebih
besar setelah syirik dapat melebihi dosa orang yang
meninggalkan shalat sampai habis waktunya atau dosa orang
yang membunuh orang yang beriman dengan sengaja tanpa
alasan yang benar.

Rasulullah SAW bersabda : “jika seorang hamba shalat


di awal waktunya, maka amal itu naik ke langit dengan penuh
cahaya sampai ke ‘Arsy lalu mendoakan orangnya sampai hari
kiamat dengan do’anya : “semoga Allah memelihara engkau
sebagaimana engkau telah memelihara shalat itu.” Dan jika
seorang hamba shalat tidak pada waktunya maka perbuatan
tersebut naik ke langit dengan ke gelapan setelah sampai di
langit ia menangis seperti baju yang menyesali pada
pembuatnya dan memukul-mukul yang mempunyai perbuatan
itu seraya berkata : “semoga Allah melupakan kepadamu
seperti halnya kamu melupakan shalat itu.“ (HR. Ath-
Thabrani)

Rasulullah SAW bersabda : “ada tiga golongan yang


shalatnya tidak di terima oleh Allah, yaitu : orang yang
berkunjung ke suatu tempat lalu dia di tolak tidak di senangi,
orang yang memerdekakan budak tetapi tidak di tanyakan
kepada budaknya (supaya ia memperbudak terus-menerus),
dan orang yang terlambat shalatnya sampai di luar waktu.”
(HR. Abu Dawud)

Di dalam kitab shaheh Bukhari dan Muslim riwayat yang


bersumber dari Abu Hurairah ra. Di katakan : “bahwa pada

118
suatu ketika ada salah seorang masuk ke dalam masjid di
waktu itu Rasulullah SAW sedang duduk, lalu orang itu
melakukan shalat, setelah selesai lalu ia memberi salam kepada
Rasulullah SAW. Tetapi beliau menolaknya seraya bersabda :
“ulangilah shalatmu, (sebenarnya) kamu itu belum shalat.”
Kemudian ia mengulangi shalatnya lagi, lalu ia datang dan
memberi salam kepada Rasulullah SAW namun beliau
menolaknya seraya bersabda : “ulangilah shalatmu,
(sebenarnya) kamu itu belum shalat.” Kemudian ia mengulangi
shalatnya lagi kemudian ia datang dan memberi salam kepada
Nabi SAW namun beliau menolaknya lagi seraya beliau
bersabda : “ulangilah shalatmu, (sebenarnya) kamu itu belum
melakukan shalat.” Sampai berulang tiga kali. Maka ia berkata
yang ketiga kalinya : “demi zat yang telah mengutus engkau
dengan benar wahai Rasulullah SAW. Ini sudah yang terbaik,
maka ajarkanlah shalat kepadaku.” Lalu Rasulullah SAW
menjawab, “apabila kamu berdiri (untuk melakukan) shalat
hendaklah (di mulai) dengan takbir, lalu membaca ayat-ayat
Al-Qur’an yang engkau anggap paling mudah, lalu ruku’lah
dengan tenang kemudian ber’tidallah dengan tegak, lalu
sujudlah dengan tentang dan lakukanlah seperti ini pada
shalatmu semuanya.” (HR. Bukhari)

Al-Qur’an menjelaskan bahwa shalat yang di lakukan


dengan benar, memperhatikan syarat rukunnya secara tepat dan
hati yang khusyuk merupakan sebuah keharusan dan wajib di
laksanakan.
117
Shalat yang benar adalah shalat yang telah di contohkan
oleh Rasulullah SAW. Kita sebagai umat islam yang taat
seharusnya mengikuti ajaran Rasulullah SAW. Jangan
menambah dan mengurangi ajaran beliau.

Dalam hadits Nabi SAW. Di katakan sebagai berikut :

“pencuri yang ulung itu ialah orang yang mencuri


shalatnya.” Lalu ada yang bertanya : “bagaimana caranya
mencuri shalat itu ? .” beliau menjawab : “yaitu orang yang
tidak menyempurnakan ruku’, sujud, dan bacaan di dalam
shalatnya.” (HR. Ahmad dan Al-Hakim)

Dari Umar bin Khathab ra. Rasulullah SAW bersabda :


“setiap orang yang melakukan shalat itu pasti ia di dampingi
oleh dua malaikat sebelah kanan dan kirinya. Jika orang
tersebut memperbaiki shalatnya maka kedua malaikat itu nak
ke langit dengan membawa amalan itu untuk menghadap
kepada Allah Ta’ala. Dan jika orang tersebut jelek shalatnya,
maka kedua malaikat tersebut memukul wajahnya.” (HR. Ad-
Daruqutni)

Dari Ubadah bin Shamit ra Rasulullah SAW bersabda :


“barangsiapa Aung memperbaiki wudhunya lalu memperbaiki
ruku’ dan sujudnya serta bacaan-bacaannya, maka amalan
shalatnya itu berdo’a kepada Allah : “semoga Allah Menag
kamu sebagaimana kamu menjaga shalat itu.” Lalu dia naik
lelangit dengan penuh cahaya dan nur lalu di bukakan pintu
langit untuk dia sampai di hadirat Allah SWT. Lalu amal itu

118
memberi syafa’at kepada yang memilikinya. Adapun jika
orang yang tidak memperbaiki shalatnya, ruku’ dan sujudnya
maupun bacaannya, maka amal shalat itu berkata kepada orang
itu : “semoga Allah melengahkan kamu seperti halnya kamu
melengahkan shalat itu, lalu amal itu naik ke langit dengan di
liputi kegelapan, kemudian ia menyesal seperti baju menyesali
perbuatannya dan memukuli wajah orang mempunyai shalat
itu.” (HR. Al-Baihaqi)

Dari Salman Al-Farisi Rasulullah SAW bersabda :


“shalat itu merupakan timbangan barangsiapa yang
menepatinya ia akan di balas dengan tepat dan barangsiapa
yang menguranginya maka benar-benar kamu akan mengetahui
apa yang telah di firmankan oleh Allah SWT. Di dalam Al-
Qur’an : “wailul lil muthaffifin” (celakalah orang yang
mengurangi timbangan) dan yang dimaksud muthaffifin adalah
orang mengurangi timbangan, ukuran (ukuran panjang) atau
mengurangi shalat, maka Allah mengancam mereka dengan
neraka Wail, taut suatu jurang di dalam neraka jahannam dia
meminta minum karena panasnya, Nau’dzubillah (kami mohon
perlindungan kepada Allah dari siksaan semacam itu).” (HR.
Ibnu Qayyim)

Imam An-Nawawi berkata : “orang yang meninggalkan


shalat dengan cara mengingkari kewajibannya, di pandang
telah menjadi kafir, keluar dari agama islam dengan ijma’
ulama’. Kecuali jikaia baru memasuki islam dan belum
mengetahui hukum kewajiban mengerjakan shalat”.
117
Adapun Imam Malik dan Imam Syafi’i berpendapat,
“jika seseorang meninggalkan shalat karena malas serta masih
menyakini kewajiban shalat itu atas dirinya, maka orang itu
tidak di kafirkan, hanya di pandang fasiq dan du suruh
bertaubat. Jika ia tidak mau bertaubat, pasti mendapat
hukuman bunuh”.

Dari beberapa pendapat di atas dapat di simpulkan


bahwa orang yang meninggalkan shalat itu telah melanggar
kewajiban yang telah di bebankan Allah SWT kepada hamba-
Nya. Sebagaimana firman Allah SWT :

      


      
      
     
Artinya : “Maka datanglah sesudah mereka, pengganti
(yang jelek) yang menyia-nyiakan shalat dan
memperturutkan hawa nafsunya, Maka mereka kelak akan
menemui ke sesatan, kecuali orang yang bertaubat, beriman
dan beramal saleh, Maka mereka itu akan masuk syurga dan
tidak dianiaya (dirugikan) sedikitpun.” (QS. Maryam : 59-
60)

        


 
Artinya : “Apakah yang memasukkan kamu ke dalam Saqar
(neraka)? ." mereka menjawab: "Kami dahulu tidak

118
Termasuk orang-orang yang mengerjakan shalat.” (QS. Al-
Mudatsir : 42-43)

Umar bin Khathab ra. Dan Abu Hurairah ra.


Menerangkan bahwa Rasulullah SAW bersabda : “Jibril telah
turun kepadaku dan berkata, ‘bacalah ! .” apa yang ku baca.
Jibril melanjutkan, “maka datanglah sesudah mereka pengganti
(yang buruk), yang menyia-nyiakan shalat dan menuruti hawa
nafsunya, maka niscaya mereka kelak akan menemui
kesesatan.” Aku bertanya, “wahai Jibril, apakah shalat ? .”
Jibril menjawab, “di akhir jaman kelak akan ada manusia dari
umatmu yang menyia-nyiakan shalat dan mengakhirkan
(memperlambatkan) waktu shalat, dan mereka menuruti hawa
nafsunya, dinar (uang) menurut anggapan mereka lebih baik
dari pada mengerjakan shalat”.

Rasulullah SAW bersabda : “(ada) tiga golongan yang di


laknat oleh Allah SWT, yaitu orang yang berkunjung pada
suatu kaum sedang kaum tersebut membenci kepadanya,
serang perempuan yang tidur sedang suaminya dalam keadaan
marak kepada dia, dan seorang yang mendengar seruan Adzan,
tetapi dia tidak mau menghindarinya.” (HR. Al-Hakim)

4. Tidak Membayar Zakat

Allah SWT berfirman :

      


    
     
117
      
 
Artinya : “Katakanlah: "Bahwasanya aku hanyalah seorang
manusia seperti kamu, diwahyukan kepadaku bahwasanya
Tuhan kamu adalah Tuhan yang Maha Esa, Maka tetaplah
pada jalan yang Lurus menuju kepadanya dan mohonlah
ampun kepadanya. dan kecelakaan besarlah bagi orang-
orang yang mempersekutukan-Nya, (yaitu) orang-orang
yang tidak menunaikan zakat dan mereka kafir akan adanya
(kehidupan) akhirat.” (QS. Fushilat : 6-7)

Zakat merupakan kewajiban bagi setiap muslim yang


memiliki kecukupan benda yang sudah cukup nisabnya supaya
ia mengeluarkan sebagian harta bendanya sesuai dengan
ketentuan di dalam agama islam.

Barangsiapa yang mengabaikan kewajiban zakat ini,


sedangkan ia telah cukup mampu, berarti ia telah mengabaikan
kewajiban dan berarti telah melakukan dosa besar.

Allah SWT berfirman :

      


    
      
     

118
      
      
     
      
Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, Sesungguhnya
sebahagian besar dari orang-orang alim Yahudi dan rahib-
rahib Nasrani benar-benar memakan harta orang dengan
jalan batil dan mereka menghalang-halangi (manusia) dari
jalan Allah. dan orang-orang yang menyimpan emas dan
perak dan tidak menafkahkannya pada jalan Allah, Maka
beritahukanlah kepada mereka, (bahwa mereka akan
mendapat) siksa yang pedih, pada hari dipanaskan emas
perak itu dalam neraka jahannam, lalu dibakar dengannya
dahi mereka, lambung dan punggung mereka (lalu
dikatakan) kepada mereka: "Inilah harta bendamu yang
kamu simpan untuk dirimu sendiri, Maka rasakanlah
sekarang (akibat dari) apa yang kamu simpan itu.” (QS. At-
Taubah : 34-35)

Di ceritakan dalam kitab shahih Bukhari dan Muslim


bahwa Rasulullah SAW bersabda : “sesungguhnya pemilik
emas dan perak yang tidak membayar kewajibannya, benar-
benar kelak di hari kiamat nanti harta itu akan menjadi
potongan-potongan berupa api neraka : lalu membakar dia di
atasnya neraka jahannam, lalu di letakkan pada dahinya,
pinggang dan punggungnya setiap panasnya berkurang di ganti
lagi dengan panas seperti semula. Hal itu sampai berjalan
selama + 50.000 tahun. Sampai Allah memberi putusan atas
117
manusia, baru ketika itu dia akan mengetahui apakah dia akan
masuk ke dalam neraka lagi atau tidak (masuk ke dalam
surga).” Kemudian di waktu itu ada sahabat yang bertanya
kepada Nabi SAW, “wahai Rasulullah, bagaimana halnya
dengan pemilik unta ? .” beliau menjawab, “demikian juga
pemilik unta yang tidak membayar kewajibannya di hari
kiamat dia pasti akan di kenakan siksa”.

Rasulullah SAW bersabda : “(ada) tiga golongan yang


pertama kali masuk neraka adalah : “penguasa yang angkuh,
orang yang memiliki harta kekayaan tetapi ia tidak membayar
hak Allah dari hartanya itu dan orang miskin yang sombong.”
(HR. Ibnu Hibban)

Kewajiban zakat telah tertulis di dalam Al-Qur’an. Allah


SWT memerintahkan zakat bukan untuk kepentingan-Nya
melainkan untuk kepentingan kita. Sebagaimana firman-Nya :

     


        
   
Artinya : “ambillah zakat dari sebagian harta mereka,
dengan zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan
mereka dan mendoalah untuk mereka. Sesungguhnya doa
kamu itu (menjadi) ketenteraman jiwa bagi mereka. dan
Allah Maha mendengar lagi Maha mengetahui.” (QS. At-
Taubah : 103)

118
    
    
       
 
Artinya : “Sesungguhnya orang-orang yang beriman,
mengerjakan amal saleh, mendirikan shalat dan menunaikan
zakat, mereka mendapat pahala di sisi Tuhannya. tidak ada
kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka
bersedih hati.” (QS. Al-Baqarah : 277)

Sesungguhnya zakat merupakan penyucian atas harta


yang kita miliki. Dapat menjadikan pembelajaran agar rasa
kikir kita perlahan-lahan lenyap dari jiwa ini. Sebab manusia
itu mempunyai kecenderungan untuk menyayangi sesuatu yang
dimilikinya. Apabila tidak di latih dengan zakat, maka
kekikiran itu semakin menjadi.

Di zaman Rasulullah SAW. Pernah ada seorang sahabat


bernama Tsa’labah. Mulanya ia adalah seorang yang sangat
miskin. Sampai-sampai ia hanya memiliki selembar kain untuk
shalat. Apabila ia shalat, istrinya di rumah telanjang menanti
kedatangannya.

Suatu ketika Tsa’labah shalat berjamaah. namun ia


tergesa-gesa meninggalkan tempat sebelum sempat berdo’a.
Melihat yang demikian itu, Rasulullah SAW menegurnya :
“mengapa engkau tergesa-gesa seperti itu wahai Tsa’labah ? “.
117
Tsa’labah lalu menceritakan keadaan hidupnya yang
miskin. Sampai-sampai untuk shalat saja mereka hanya
memiliki selembar kain. Jika Tsa’labah memakainya, istrinya
menunggu dalam keadaan telanjang.

Rasulullah SAW mencoba menghiburnya, “wahai


Tsa’labah, sedikit tetapi engkau pandai mensyukuri itu lebih
baik dari pada banyak namun kau tak mampu mensyukurinya”.

Namun Tsa’labah merengek-rengek minta agar


Rasulullah SAW berdo’a kepada Allah SWT demi perubahan
hidupnya. Mula-mula Rasulullah SAW enggan menurutinya.
Namun Tsa’labah terus memaksa, akhirnya Rasulullah SAW
berdo’a agar Allah SWT memberikan rizki yang banyak.

Usaha Tsa’labah di mulai dengan memelihara seekor


domba betina. Hewan tersebut kemudian bunting dan beranak.
Dari anak-anaknya berkembang terus hingga menjadi puluhan
ekor. Semakin lama ternak Tsa’labah semakin banyak hingga
ia harus membawanya ke luar kota.

Tsa’labah mulai sibuk dengan urusan harta bendanya.


Sehari-hari ia mengurus ternak-ternaknya. Bahkan di
tempatnya yang baru, domba-domba itu berkembang pesat.
Sampai-sampai di katakan bukit dan lembah tidak cukup untuk
ternak-ternak tersebut.

118
Tsa’labah semakin menjauh dari kota. Ia mulai
meninggalkan shalat berjamaah. Bahkan shalat jum’at pun
akhirnya tidak sempat.

Suatu ketika Rasulullah SAW teringat dengannya. Ia


menanyakan kepada seseorang yang kebetulan masih sering
berjumpa dengan Tsa’labah, “bagaimana keadaannya sekarang
? .” tanya Rasulullah SAW.

“dia sibuk dengan ternak-ternaknya.” Jawab orang itu.

Rasulullah SAW diam sejenak lalu bergumam,


“celakalah engkau, wahai Tsa’labah ! ”.

Kemudian turunlah ayat Al-Qur’an yang memerintahkan


wajib zakat bagi kaum muslimin. Lalu Rasulullah SAW
menyuruh salah seorang sahabat untuk meminta zakat atas
harta benda Tsa’labah. Namun Tsa’labah menolak untuk
membayar zakat.

Demikianlah kisah Tsa’labah yang pada akhirnya di


anggap sebagai seorang yang durhaka kepada Allah SWT
karena enggan membayar zakat.

Allah SWT berfirman :

      


          
       
      
 
117
Artinya : “sekali-kali janganlah orang-orang yang bakhil
dengan harta yang Allah berikan kepada mereka dari
karunia-Nya menyangka, bahwa kebakhilan itu baik bagi
mereka. sebenarnya kebakhilan itu adalah buruk bagi
mereka. harta yang mereka bakhilkan itu akan dikalungkan
kelak di lehernya di hari kiamat. dan kepunyaan Allah-lah
segala warisan (yang ada) di langit dan di bumi. dan Allah
mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS. Ali Imran :
180)

Diriwayatkan bahwa suatu ketika Rasulullah SAW


mengomentari orang yang enggan membayar zakat kambing,
sapi, unta, dan kuda. Beliau bersabda : “seorang di antara
kamu yang memiliki dua ribu ekor kambing, akan datang pada
hari kiamat dengan seekor kambing yang berak di atas
pundaknya. Kemudian orang itu memanggil : ya Muhammad !
ya Muhammad ! maka aku menjawab, “aku tidak di beri hak
oleh Allah. Bukankah dahulu telah kusampaikan kepadamu ? .
dan apabila di antara kamu memiliki dua ribu ekor unta, ia
akan datang di hari kiamat dengan seekor unta yang melenguh
di atas bahunya. Kemudian ia memanggil, “wahai Muhammad,
wahai Muhammad ! .” maka ku jawab, “aku sama sekali tidak
di beri hak oleh Allah. Bukankah dahulu telah ku sampaikan
kepadamu ? .” dan jika ada seorang di antara kamu memiliki
dua ribu ekor kuda, ia akan datang di hari kiamat dengan
seekor kuda yang meringkik di atas bahunya. Kemudian
memanggil, “ya Muhammad ! ya Muhammad ! .” maka ku

118
jawab, “sedikit pun Allah tidak memberikan hak kepadaku,
bulanan dahulu telah ku sampaikan kepadamu ? ”.

Ancaman Allah SWT terhadap orang yang enggan


membayar zakat. Di hari kiamat kelak hartanya berubah
menjadi ular yang sudah sangat tua dan biota. Keadaan botak
kepalanya dan runcing taringnya dikarenakan racunnya yang
sangat dahsyat. Binatang itu melilit tubuh si kikir dan
taringnya menggigit di neraka jahannam, sebagaimana sabda
Rasulullah SAW :

“barangsiapa yang Allah telah memberikan kepadanya


harta benda, lalu ia tidak mengeluarkan zakatnya, niscaya ia di
serupakan pada hari kiamat bagaikan ular yang botak, yang
mempunyai dua taring pada kedua rahangnya, lalu ia berkata,
“aku adalah harta bendamu, aku adalah simpananmu.”
Kemudian ia membaca ayat, “sekali-kali janganlah orang-
orang yang bakhil dengan hartanya.” (HR. Bukhari Muslim)

5. Tidak Puasa Wajib

Puasa Ramadhan adalah termasuk salah adu dari rukun


islam yang lima. Barangsiapa yang meninggalkannya tanpa
adzur yang sah, berarti ia telah meninggalkan kewajiban yang
berakibat melakukan dosa besar.

Rasulullah SAW bersabda : “ciri-ciri islam dan tiangnya


itu ada tiga yaitu : “bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah,
shalat, puasa Ramadhan, maka barangsiapa yang
117
meninggalkan salah satu dari padanya, maka dia telah kafir.”
(HR. Adz-Dzahabi)

Rasulullah SAW juga bersabda : “barangsiapa tidak


berpuasa di bulan Ramadhan tanpa ada alasan, maka dia tidak
bisa membayarnya dengan berpuasa satu tahun penuh,
walaupun ia kerjakan puasa itu.” (HR. Tirmidzi, An-Nasa’i
dan Ibnu Majah)

Allah SWT mewajibkan ibadah puasa karena di balik


perintah itu tersimpan hikmah yang besar bagi kita.
Sesungguhnya puasa merupakan sarana latihan untuk
mencapai jiwa yang takwa.

Sesungguhnya orang yang meremehkan dan melalaikan


puasa, maka puasanya tidak akan membuahkan hasil, kecuali
hanya lapar dan dahaga. Sebagaimana sabda Rasulullah SAW :

“berapa banyak orang-orang yang mengerjakan puasa,ia


tidak mendapatkan dari puasanya,kecuali lapar dan dahaga”.

Rasulullah SAW bersabda : “barangsiapa yang tidak


dapat menghentikan kata-kata kotor dan perbuatan kotor, maka
Allah tidak butuh kepadanya untuk menghentikan makan dan
minumnya (puasa).” (HR. Bukhari)

Rasulullah SAW bersabda : “jika datang hari puasa ala


seorang kamu, maka tidak ada kata-kata keji dan kotor, dan
tidak ada seorang yang memaki-maki atau akan

118
membunuhnya, maka katakanlah, “aku sedang berpuasa.” (HR.
Muslim)

Inilah salah satu dari tujuan puasa, membentuk jiwa


manusia menjadi lebih dewasa dan lebih bijak dengan
berpuasa, kita di latih untuk sabar menghadapi segala macam
bentuk kehidupan.

6. Tidak Berhaji

Apabila seseorang telah memiliki kemampuan untuk


berhaji, nun ia tidak mau menjalankannya, niscaya seraya tidak
langsung ia telah melaksanakan dosa besar.

Rasulullah SAW bersabda : “barangsiapa yang memiliki


bekal atau kesempatan dapat menyampaikan dia hingga ke
sama (naik haji ke Baitullah All-Haram) lalu dia tidak mau
naik haji, ingatlah dia akan mati dalam keadaan Yahudi atau
Nasrani.” (HR. At-Tirmidzi)

Dari tafsir Ibnu Katsir. Umar bin Khathab ra. Pernah


berkata, “aku akan menyuruh beberapa orang laki-laki ke
negeri ini untuk memeriksa siapa saja di antaramereka yang
mempunyai bekal tetapi tidak mau menunaikan haji, maka
mereka harus membayar Jizyah karena mereka bukan islam”.
117
Ibnu Abbas ra. Berkata, “orang-orang yang mampu naik
haji tetapi tidak mau menunaikannya dan juga tidak mau
membayar zakat, maka sungguh mereka tatkala sakaratul maut
akan minta hidup panjang lagi padahal orang-orang yang
meminta hidup lagi di waktu akan mati itu hanyalah orang-
orang kafir.” Sebagaimana firman Allah SWT :

       


     
      

Artinya : “dan belanjakanlah sebagian dari apa yang telah
Kami berikan kepadamu sebelum datang kematian kepada
salah seorang di antara kamu; lalu ia berkata: "Ya Rabb-ku,
mengapa Engkau tidak menangguhkan (kematian)ku sampai
waktu yang dekat, yang menyebabkan aku dapat bersedekah
dan aku Termasuk orang-orang yang saleh ? .” (QS. Al-
Munafiqun : 10)

Akan tetapi Allah tidak mengabulkan permohonan


mereka. Sebagaimana firman-Nya :

        


   
Artinya : “dan Allah sekali-kali tidak akan menangguhkan
(kematian) seseorang apabila telah datang waktu
kematiannya. dan Allah Maha Mengenal apa yang kamu
kerjakan.” (QS. Al-Munafiqun : 11)

118
Orang yang memiliki kemampuan dan kesempatan untuk
menunaikan ibadah haji tetapi tidak mau menunaikannya
berarti sama dengan dia menentang Allah SWT.

Dari Ibnu Abbas ra. Rasulullah SAW bersabda :


“hendaklah kamu bersegera mengerjakan haji. Karena
sesungguhnya seseorang tidak akan menyadari terhadap
sesuatu halangan yang akan merintanginya.” (HR. Ahmad)

Abu Hurairah ra. menerangkan bahwa Rasulullah SAW


bersabda : “barangsiapa yang berhaji. Karena sesungguhnya
seseorang tidak akan menyadari terhadap sesuatu halangan
yang akan merintanginya.” (HR. Ahmad)

Orang yang mampu namun mengabaikan ibadah haji,


maka Allah SWT akan memalingkan dia dari jalan-Nya.
Sebagaimana sabda Rasulullah SAW :

“Allah SWT berfirman : “sesungguhnya seorang hamba


yang aku telah memberikan kesehatan badannya kepadanya
dan telah aku berikan kelapangan atasnya di dalam
penghidupannya, maka berlalulah atasnya lama pastilah ia
tidak memperoleh apa-apa.” (HR. Ibnu Hibban)

Rasulullah SAW juga bersabda : “barangsiapa mati,


padahal ia belum menunaikan ibadah, yaitu haji islam tanpa di
halang-halangi oleh penguasa yang zalim atau penyakit yang
membelenggu, Ata musuh secara terang-terangan, hendaklah ia
117
mati, jika ia menghendaki mati dalam beragama Nasrani atau
Yahudi”.

7. Sihir

Allah SWT berfirman :

     


      
     
      
      
      
       
       
      
       
        
  
Artinya : “dan mereka mengikuti apa yang dibaca oleh
syaitan-syaitan pada masa kerajaan Sulaiman (dan mereka
mengatakan bahwa Sulaiman itu mengerjakan sihir),
Padahal Sulaiman tidak kafir (tidak mengerjakan sihir),
hanya syaitan-syaitanlah yang kafir (mengerjakan sihir).
mereka mengajarkan sihir kepada manusia dan apa yang
diturunkan kepada dua orang malaikat di negeri Babil Yaitu
Harut dan Marut, sedang keduanya tidak mengajarkan
(sesuatu) kepada seorang pun sebelum mengatakan:
"Sesungguhnya Kami hanya cobaan (bagimu), sebab itu

118
janganlah kamu kafir". Maka mereka mempelajari dari
kedua Malaikat itu apa yang dengan sihir itu, mereka dapat
menceraikan antara seorang (suami) dengan isterinya. dan
mereka itu (ahli sihir) tidak memberi mudharat dengan
sihirnya kepada seorang pun, kecuali dengan izin Allah. dan
mereka mempelajari sesuatu yang tidak memberi mudharat
kepadanya dan tidak memberi manfaat. Demi,
Sesungguhnya mereka telah meyakini bahwa Barangsiapa
yang menukarnya (kitab Allah) dengan sihir itu, Tiadalah
baginya Keuntungan di akhirat, dan Amat jahatlah
perbuatan mereka menjual dirinya dengan sihir, kalau
mereka mengetahui.” (QS.Al-Baqarah : 102)

Sesungguhnya sihir merupakan ilmu sesat yang sudah


tua umurnya. Artinya, sejak lama hal itu sudah ada. Sihir
termasuk yang dapat menyesatkan umat manusia ke dalam
jurang kehinaan.

Di masa Nabi Sulaiman, wanita-wanita gemar membaca


mantra sihir. Begitu pula di zaman Nabi Musa, para tukang
sihir melawan Nabi Allah tersebut dengan ilmunya. Mereka
mengubah tali temali menjadi ular dalam jumlah yang sangat
banyak. namun Allah SWT memerintahkan Musa untuk
melemparkan tongkatnya, maka tongkat itu berubah menjadi
117
ular besar yang sanggup memakan semua ular-ular buatan
tukang sihir.

Abu Hurairah ra. Menerangkan bahwa Rasulullah SAW


bersabda : “tinggalkanlah tujuh macam dosa yang
membinasakan ! .” para sahabat bertanya, “apakah itu, wahai
Rasul ? .” Rasulullah SAW menjelaskan, “syirik
(menyekutukan Allah), santet, renung. Membunuh jiwa
manusia yang diharamkan oleh Allah kecuali karena hak
makan riba dan makan harta anak yatim, lari pada waktu
perang jihad fi sabilillah, dan menuduh wanita mukmin baik-
baik berbuat zina.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Santet termasuk perbuatan sihir. Akibat santet korban


bisa sakit atau meninggal dia. Guna-guna pun termasuk sihir.
Akibat guna-guna, seseorang yang semula tidak punya ras suka
menjadi suka, banyak perbuatan-perbuatan yang tergolong
sihir diduga oleh orang hanya sebagai perbuatan yang haram
saja padahal sebenarnya perbuatan tersebut termasuk kufur
karena tergolong perbuatan sihir.

Dari Ibnu Mas’ud. Rasulullah SAW bersabda : “(ada)


tiga golong tidak dapat masuk surga, yaitu peminum khamer,
orang yang memutuskan hubungan tali persaudaraan,dan orang
yang membenarkan sihir.” (HR. Ahmad dan Al-Hakim)

Rasulullah SAW bersabda : “hukuman bagi tukang sihir


itu ialah di penggal dengan pedang.” (HR. Tirmidzi)

118
8. Durhaka Kepada Orang Tua

Allah SWT berfirman :

      


     
      
       
      
     
Artinya : “dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu
jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat
baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. jika salah
seorang di antara keduanya atau Kedua-duanya sampai
berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, Maka sekali-kali
janganlah kamu mengatakan kepada keduanya Perkataan
"ah" dan janganlah kamu membentak mereka dan
ucapkanlah kepada mereka Perkataan yang mulia. dan
rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh
kesayangan dan ucapkanlah: "Wahai Tuhanku, kasihilah
mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah
mendidik aku waktu kecil.” (QS. Al-Isra’ : 23-24)

Allah SW melarang kita berkata “ah” kepada orang tua


itu sebagai ukuran mengatakan yang demikian saja di
haramkan apalagi berani dan menyakiti mereka.
117
Nabi SAW pernah bersabda bahwa orang yang pernah
berani kepada orang tuanya itu tidak akan bisa masuk surga.
Sebagaimana sabda beliau :

“seandainya Allah memandang kata-kata yang lebih


dekat kepada kata “hus” (uf) pasti juga Allah akan
melarangnya, oleh karena itu orang yang durhaka kepada
kedua orang tua itu akan berbuat apa saja yang ia kehendaki
niscaya dia tidak akan masuk surga, sebaliknya orang yang
baik (kepada ibu bapaknya itu) tidak akan masuk neraka.”
(HR. Ad-Dailami)

Rasulullah SAW bersabda : “ada empat golongan


manusia, di mana Allah berhak tidak memasukkan mereka ke
dalam surga akan tidak dapat merasakan nikmat yang ada di
dalamnya, yaitu : peminum khamer, orang yang memakan
(dari hasil) riba, orang yang memakan harta anak yatim secara
dzolim, orang yang durhaka kepada kedua orang tuanya,
kecuali alu mereka itu mau bertaubat.” (HR. Hakim)

Dari Abu Isa Al-Mughirah bin Syu’bah ra. Bahwa


Rasulullah SAW bersabda : “sesungguhnya Allah Ta’ala
mengharamkan kamu sekalian untuk durhaka kepada ibu,
menolak kewajiban, meminta yang bukan haknya, dan
menanam hidup-hidup anak perempuan, dan Allah SWT benci
kepadamu dalam hal banyak bicara, banyak bertanya dan
menyia-nyiakan harta.” (HR. Bukhari dan Muslim)

118
Bahkan tidak cukup itu saja, orang yang Dhaka kepada
ibu bapaknya akan di laknat oleh Allah SWT. Sebagaimana
sabda Rasulullah SAW :

“Allah melaknat orang yang mencela bapaknya dan


melaknat pula kepada orang yang memaki ibunya.” (HR. Ibnu
Hibban)

Rasulullah SAW bersabda : “Allah mengutuk orang yang


durhaka kepada kedua Ong tuanya.” (HR. At-Tirmidzi)

Dari Abdillah bin Amr bin Al-Ash. Rasulullah SAW


bersabda : “termasuk dosa besar yaitu orang yang mencaci
maki ibu bapaknya.” Para sahabat bertanya, “apakah bisa atau
ada orang yang mencaci maki ibu bapaknya sendiri ? .”
Rasulullah SAW bersabda, “yaitu jika ada seseorang yang
mencaci maki ayah orang lain kemudian orang lain itu mencac
maki itu bapak-Nya.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Rasulullah SAW bersabda : “aku melihat dalam Isra’ dan


Mi’raj ada orang-orang yang di gantungkan di batang pohon
mereka itu ? .” lalu di jawab, “yaitu orang yang mencela
bapaknya di waktu hidup di dunia.” (HR. Ath-Thabrani)

Rasulullah SAW bersabda dalam hadits yang lain :


“semua dosa itu adzabnya di tunda oleh Allah SWT sampai
hari kiamat kecuali orang yang durhaka kepada kedua orang
tuanya. Sesungguhnya Allah akan mempercepat adzab
kepadanya, dan Allah akan menambah umur seorang hamba
jika ia berbuat baik kepada ibu bapaknya, bahkan Allah akan
117
menambah kebaikannya, kepada siapa saja yang berbuat baik
kepada ibu bapaknya serta memberi nafkah kepada mereka jika
di perlukan.” (HR. Ibnu Majah)

Rasulullah SAW bersabda : “semua dosa akan di biarkan


atau di akhirkan (siksanya) sekehendak Allah SWT sampai
hari kiamat, kecuali durhaka kepada kedua orang tuanya, maka
sesungguhnya dosa itu Allah akan menyegerakan adzab
kepada pelakunya.” (HR. Ibnu Hiban)

Dari Amr bin Murah Al-Juhainy bahwa ada seorang


yang datang kepada Rasulullah SAW. Seraya ia berkata, “ya
Rasulullah bagaimana pendapat anda apabila aku telah shalat
lima waktu, berpuasa di bulan Ramadhan, menunaikan zakat
dan haji ke Baitullah, maka pahala apakah untukku ? .”
Rasulullah SAW menjawab, “barangsiapa yang berbuat
demikian kelak nanti akan berkumpul bersama-sama dengan
para Nabi, orang-orang shidiq, para syuhada’ dan orang-orang
yang shaleh, kecuali ia durhaka kepada orang tuanya.” (HR.
Ahmad dan Ath-Thabrani)

Pada suatu riwayat di kisahkan tentang sahabat Al-


Qomah ketika ia sedang sakaratul maut :

Di masa Nabi SAW ada seorang pemuda namanya Al-


Qomah dan dia adalah salah seorang yang tekun beribadah :
sahalat, puasa dan shadaqah, pada suatu hari dai sedang sakit
dan semakin hari semakin keras sakitnya. Lalu ia berkata : “ya
Rasulullah suamiku sekarang ini sedang sakit sakar, aku

118
berharap agar Rasulullah mengutus Amar, Suaib dan Bilal dan
berkata, “tunggulah Al-Qomah dan talqinkanlah dia dengan
kalimat Laa ilaa ha illallah.” Ketiga utusan itu lalu datang
kepada Al-Qomah lalu masuk ke tempat dia sakit, maka
mereka melihat Al-Qomah dalam keadaan sakaratul, mulailah
mereka membimbingnya untuk membaca “Laa ilaa ha illallah.”
Tetepi Al-Qomah tidak dapat menirukannya, lalu mereka
menyuruh utusan untuk menghadap kepada Rasulullah SAW.
Mengabarkan keadaan Al-Qomah itu tidak dapat mengucapkan
syahadat. Maka Rasulullah SAW bersabda : “apakah dia masih
mempunyai seorang ibu bapak ? .” di jawab masih tetapi
umurnya sudah lanjut, maka Rasulullah SAW serukan untuk
mencari ibu Al-Qomah dan beliau bersabda kepada utusan ini
supaya berkata kepada ibu Al-Qomah : “kalau ibu dapat
berjalan di harap menghadap kepada Rasulullah kalau tidak
dapat atau tidak kuat. supaya di sini saja, beliau akan datang di
sini untuk mendatangi kamu.” Utusan itu mengatakan bahwa
Rasulullah SAW akan datang kepada ibu dan mengabarkan
tentang itu, maka ibu Al-Qomah lalu berkata, “demi Allah
jiwaku mau berkorban untuk itu aku yang datang menghadap
beliau adalah lebih wajib”.

Ibu itu lalu berjalan dengan tongkatnya untuk mengacapi


kepada Rasulullah SAW dan memberi salam kepadanya
kemudian Rasulullah SAW menjawabnya : Rasulullah SAW
bersabda kepada ibu Al-Qomah : “percayalah kepadaku, jika
tidak, maka akan turun wahyu dari Allah SWT.” (Nabi
bertanya) : “bagaimana keadaan anakmu Al-Qomah ? .”
117
ibunya menjawab, “ya Rasulullah, Al-Qomah iturajin sekali
melakukan shalat,puasa dan banyak bersedekah.” Lalu
Rasulullah SAW bertanya : “lalu bagaimana keadaanmu
bu ? .” dia menjawab, “aku benci kepadanya.” Rasulullah
SAW bertanya lagi, “apa sebabnya ? .” dia menjawab, “ya
Rasulullah, dia itu mengutamakan istrinya dan durhaka
kepadaku.” Lalu Rasulullah SAW bertanya lagi, “sungguh
kebencian itu Menai hambatan lidah Al-Qomah untuk
mengucapkan kalimat syahadat, “lalu Rasulullah
memerintahkan Bilal, “hai Bilal, coba cepat kumpulkan kayu
yang sebanyak-banyaknya untuk aku.” Maka perempuan ibu
bertanya, “ya Rasulullah, untuk apa kayu itu ? .” Rasulullah
SAW menjawab, “aku akan membakar Al-Qomah di depanmu
(ibu).” Maka perempuan itu berkata, “ya Rasulullah, anakku
jangan sampai memberati hatiku apabila engkau membakar Al-
Qomah dengan api itu di depanku.” Rasulullah SAW bersabda,
“wahai ibu Al-Qomah, adzab Allah lebih berat dan lebih lama,
jika kamu lebih suka agar Allah memberi ampunan kepada Al-
Qomah, maka berilah restu kepadanya, maka demi Allah yang
jiwaku di dalam kekuasaan-Nya sungguh tidak ada gunanya
shalat, puasa, dan shodaqah Al-Qomah itu jika ibu masih benci
kepadanya”, lalu ibu itu berkata, “ya Rasulullah,sungguh aku
bersaksi kepada Allah SWT. Malaikat serta kaum muslimin
yang hadir di sini bahwa aku sudah rela memberi restu kepada
Al-Qomah”, kemudian Rasululla SAW bersabda,
“berangkatlah kamu bilal kepada Al-Qomah dan lihatlah
apakah dia dapat mengucapkan kata-kata Laa ilaa ha illallah
atau belum ? sebab mungkin bisa jadi ibu Al-Qomah tidak rela

118
sungguh-sungguh dari hati sanubarinya mungkin dia hanya
malu kepadaku”.

Maka berangkatlah bilal lalu dia mendengar Al-Qomah


di dalam rumah mengucapkan ucapan Laa ilaa ha illallah, lalu
bilal masuk dan berkata kepada para hadirin, “sungguh
kebencian ibu Al-Qomah dapat menjadikan penghambat lidah
Al-Qomah sehingga tidak dapat membaca dua kalimat
syahadat dan sungguh kerelaan ibunya dapat menggerakkan
lisan Al-Qomah untuk mengucapkan syahadat”.

Kemudian ia wafat pada hari itu dan Rasulullah SAW


pun datang dan menyuruh memandikan Al-Qomah dan
mengkafaninya lalu menyembahyangkannya dan hadir pada
waktu pemakamannya lalu beliau berdiri di atas makamnya
dan berpidato : “wahai kaum Muhajirin dan kaum Anshar. Di
sebabkan Al-Qomah mengutamakan istrinya dan mengabaikan
ibunya dapat menyebabkan ia dilaknat oleh Allah SWT,
malaikat dan semua orang. Dan Allah tidak mau menerima
amalnya kecuali da mau memperbaiki diri untuk ibunya. Maka
ridho Allah itu tergantung kepada keridhoan ibunya, dan
kebencian Allah itu tergantung pula kepada kebencian ibunya.”
(HR. Thabrani dan Ahmad)

9. Berzina

Perzinaan merupakan perbuatan mesum baik dalam


pandangan agama maupun dalam pandangan masyarakat,
bahkan perbuatan tersebut akan mengarah kepada pengkaburan
117
keturunan dan akhirnya sangat dimungkinkan anak yang di
lahirkan itu menjadi terlantar.

Zina adalah hubungan seksual antara seorang laki-laki


dan perempuan yang tidak ada ikatan nikah. Menyalurkan
hubungan seksual lewat perbuat adalah sebuah kenikmatan
yang sementara dan tercela. Memang syahwat seksual adalah
suatu kenikmatan yang datangnya dari Allah SWT. Oleh
karena itu kenikmatan tersebut harus di salurkan pada jalan
yang benar.

Zina adalah termasuk salah satu perbuatan yang di larang


dalam Islam, demikian juga perkara-perkara atau hal-hal yang
mendatangkan dan mendekatkan dengan perbuatan zina juga di
larang.

Setan memang menjadikan perzinaan sebagai media


yang paling mudah untuk menjerumuskan manusia pada
kesesatan. Sebab perzinaan di hiasi dengan syahwat dan
sesuatu yang indah-indah. Seks menyimpan daya tarik yang
kuat biasa sehingga setiap orang apabila tidak kuat imannya
maka akan terseret mengikuti bisikan setan.

Allah SWT melarang manusia berbuat zina dan berbuat


sesuatu yang berai zina. karena perbuatan itu mengandung
bahaya yang luar biasa bagi kehidupan umat manusia. dengan
alasan itulah Allah SWT melarang untuk melaksanakan

118
perbuatan zina karena zina termasuk golongan dosa besar.
Sebagaimana firman Allah SWT :

       


 
Artinya : “dan janganlah kamu mendekati zina;
Sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji.
dan suatu jalan yang buruk.” (QS. Al-Isra’ : 32)

       


      
        
     
        
    
      
Artinya : “dan orang-orang yang tidak menyembah Tuhan
yang lain beserta Allah dan tidak membunuh jiwa yang
diharamkan Allah (membunuhnya) kecuali dengan (alasan)
yang benar, dan tidak berzina, barang siapa yang melakukan
yang demikian itu, niscaya Dia mendapat (pembalasan)
dosa(nya), (yakni) akan dilipat gandakan azab untuknya
pada hari kiamat dan Dia akan kekal dalam azab itu, dalam
Keadaan terhina, kecuali orang-orang yang bertaubat,
beriman dan mengerjakan amal saleh; Maka itu kejahatan
mereka diganti Allah dengan kebajikan. dan adalah Allah
Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. Al-Furqan :
68-70)
117
    
      
       
     
  
Artinya : “perempuan yang berzina dan laki-laki yang
berzina, Maka deralah tiap-tiap seorang dari keduanya
seratus dali dera, dan janganlah belas kasihan kepada
keduanya mencegah kamu untuk (menjalankan) agama
Allah, jika kamu beriman kepada Allah, dan hari akhirat,
dan hendaklah (pelaksanaan) hukuman mereka disaksikan
oleh sekumpulan orang-orang yang beriman.” (QS. An-
Nur : 2)

Di dalam kitab Zabur di sebutkan bahwa orang yang


berzina itu kelak akan di gantung kemaluannya di dalam api
neraka dan di pukuli dengan pecut dari besi, jika ia sudah
kehausan meminta minum. Lalu malaikat Zabaniah
menjawab : “mana suara kamu itu dahulu, tertawa berduka ria
dan bersenang-senang tidak memperhatikan aturan-aturan
Allah SWT dan tidak malu”.

Hadits dari Rasulullah SAW. Beliau bersabda : “seorang


itu tidak akan berzina kik dia berman dan seorang itu tidak
akan mencuri jika dia beriman, seorang itu tidak akan minum
khamer dan ketika dia minum khamer dia tidak beriman dan
tidaklah orang terhormat itu terseret dan ketika terseret dia
tidak beriman.” (HR. Bukhari Muslim)

118
Rasulullah SAW bersabda : “jika seseorang berzina
maka imannya itu keluar seperti asap yang menutupi kepalanya
lalu apabila ia telah selesai berzina, imannya kembali lagi.”
(HR. Abu Dawud dan Tirmidzi)

Rasulullah SAW bersabda : “barangsiapa berzina atau


minum khamer, maka Allah cabut imannya dari orang itu
seperti orang yang melepaskan pakaian dari badannya.” (HR.
Hakim)

Dalam sebuah hadits di sebutkan. Samurah bin Jundub


ra. Menerangkan bahwa Rasulullah SAW telah di datangi
malaikat Jibril dan malaikat Mikail Rasulullah SAW bersabda :
“kamu berangkat dan sampailah di dapur api, yang bagian atas
sempit dan bagian bawah lebih besar. Dari dalamnya terdengar
saru keras. Apu Ali menengok ruangan tungku tersebut.
Ternyata ada seorang lelaki dan para perempuan yang tidak
berpakaian. Tiba-tiba api dinyalakan dari bawah mereka dan
seketika mereka dan seketika merek beriak menjerit-jerit
karena kepanasan. Aku bertanya kepada Jibril, “siapakah
merek itu wahai Jibril ? .” Jibril menjawab, “mereka para lelaki
dan perempuan yang berzina dan itulah siksa bagi merek kelak
di hari kiamat.” (HR. Baihaqi)

Orang yang tetap berzina disejajarkan dengan


penyembah berhala. Sebagaimana sabda Rasulullah SAW :

“orang yang selalu tetap dalam perzinaan seperti halnya


menyembah berhala.” (HR. Kairathi)
117
Rasulullah SAW bersabda : “sesugguhnya orang-orang
yang berzina itu wajah-wajahnya akan menyala-nyala api.”
(HR. Thabrani)

Zina itu juga dapat menyebabkan kemiskinan.


Sebagaimana sabda Rasulullah SAW :

“zina itu menyebabkan kemiskinan.” (HR. Baihaqi)

Rasulullah SAW bersabda : “orang yang berzina dengan


istri tetangganya, Allah tidak akan memandang dan tidak akan
menyucikannya pada hari kiamat nanti bahkan dia berfirman,
“masuklah kamu ke neraka bersama-sama dengan orang yang
masuk neraka.” (HR. Ibnu Ubay dan Al-Khairathi)

Rasulullah SAW bersabda : “sesungguhnya langit lapis


tujuh da bumi lapis tujuh sangat melaknat orang tua yang
berzina, dan sesungguhnya orang-orang berzina itu
kemaluannya menyebarkan bau busuk kepada penduduk
neraka.” (HR. Al-Bazzar)

Rasulullah SAW bersabda : “wahai kaum muslimin,


takutlah terhadap berbuat zina, sebab di situ ada enam perkara,
yang tiga di dunia dan yang tiga lagi di akhirat. Adapun yang
tiga di dunia adalah hilangnya cahaya di wajahnya, pendek
usia, berlangsung tes kefakirannya. Sedangkan yang tiga
perkara di akhirat adalah mendapat kemurkaan Allah, hisab
yang buruk, dan adzab neraka.” (HR. Baihaqi)

118
Rasulullah SAW bersabda : “tidak ada dosa yang paling
besar di sisi Allah sesudah syirik kepada Allah, dapat melebihi
dosa orang yang menumpahkan air mani (sperma) nya pada
perempuan yang halal.” (HR. Ahmad dan Thabrani)

Rasulullah SAW juga bersabda : “barangsiapa yang mati


dalam keadaan minum khamer, niscaya Allah akan
memberikan minuman kepada orang tersebut dari sumber
ghutbah, yaitu sumber di dalam neraka yang bersal dari farji
(kemaluan) wanita pezina.” (HR. Abu Ya’la dan Ahmad)

Adapun dampak buruk yang di akibatkan oleh perbuat


zina di antaranya adalah :

a. Merusak kehoarmonisan rumah tangga


b. Merusak keturunan
c. Menjatuhkan kehormatan keluarga
d. Menimbulkan penyakit berbahaya dan mematikan seperti
HIV / AIDS
10. Riba

Riba artinya tambahan. Maksudnya adalah hutang


piutang atau pinjam meminjam uang atau barang dengan syarat
ada pungutan bunganya.

Allah SWT berfirman :


117
     
     
 
Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu
memakan Riba dengan berlipat ganda dan bertakwalah
kamu kepada Allah supaya kamu mendapat
keberuntungan.” (QS. Ali Imran : 130)

Riba itu ada dua macam : masih dan fadhl. Riba masih
adalah pembayaran lebih yang di syaratkan oleh orang yang
meminjamkan. Iba fadhl adalah penukaran suatu barang
dengan bara yang sejenis, tetapi lebih banyak jumlahnya
karenaorang yang menukarkan mensyaratkan demikian, seperti
penukaran emas dengan emas, padi dengan padi dan
sebagainya.

Allah SWT berfirman :

      


      
     
      
       
       
      
      
      
Artinya : “orang-orang yang Makan (mengambil) riba tidak
dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang

118
kemasukan syaitan lantaran (tekanan) penyakit gila.
Keadaan mereka yang demikian itu, adalah disebabkan
mereka berkata (berpendapat), Sesungguhnya jual beli itu
sama dengan riba, Padahal Allah telah menghalalkan jual
beli dan mengharamkan riba. orang-orang yang telah
sampai kepadanya larangan dari Tuhannya, lalu terus
berhenti (dari mengambil riba), Maka baginya apa yang
telah diambilnya dahulu (sebelum datang larangan); dan
urusannya (terserah) kepada Allah. orang yang kembali
(mengambil riba), Maka orang itu adalah penghuni-
penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya. Allah
memusnahkan Riba dan menyuburkan sedekah. dan Allah
tidak menyukai Setiap orang yang tetap dalam kekafiran,
dan selalu berbuat dosa.” (QS Al-Baqarah : 275-276)

Allah SWT berfirman :

      


       
      
       
  
117
Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah
kepada Allah dan tinggalkan sisa Riba (yang belum
dipungut) jika kamu orang-orang yang beriman. Maka jika
kamu tidak mengerjakan (meninggalkan sisa riba), Maka
ketahuilah, bahwa Allah dan Rasul-Nya akan
memerangimu. dan jika kamu bertaubat (dari pengambilan
riba), Maka bagimu pokok hartamu; kamu tidak
Menganiaya dan tidak (pula) dianiaya.” (QS. Al-Baqarah :
278-279)

Allah SWT mengharamkan riba karena mengandung


unsur yang membahayakan. lebih berbahaya dari pada
pembunuhan. Orang yang terjebak dalam riba, ia makna
mengalami kemiskinan dan kesengsaraan hidup yang
berkepanjangan. Pelaku, pemakan, pemberi dan penerima riba
dianggap sebagai manusia yang telah melakukan dosa besar.
Sebagaimana firman-Nya :

     


      
     
     
     
Artinya : “Maka disebabkan kezaliman orang-orang
Yahudi, Kami haramkan atas (memakan makanan) yang
baik-baik (yang dahulunya) Dihalalkan bagi mereka, dan
karena mereka banyak menghalangi (manusia) dari jalan
Allah, dan disebabkan mereka memakan riba, Padahal

118
Sesungguhnya mereka telah dilarang daripadanya, dan
karena mereka memakan harta benda orang dengan jalan
yang batil. Kami telah menyediakan untuk orang-orang
yang kafir di antara mereka itu siksa yang pedih.” (QS. An-
Nisa’ : 160-161)

Rasulullah SAW bersabda : “semua pinjaman yang dapat


menarik pada suatu manfaat (keuntungan) maka yang
demikian itu adalah riba.” (HR. Haris bin Abu Usamah)

Dari Abu Hurairah ra. Rasulullah SAW bersabda :


“juallah emas dengan emas yang sama timbangannya dan sama
bandingannya dan perak dengan perak yang sama
timbangannya dan sama bandingannya, barangsiapa
menambah atau minta tambahan, maka hal itu termasuk riba.”
(HR. Muslim)

Dari Abdir Rahman bin Mas’ud dari ayahnya : “apabila


zina dan riba telah merajalela pada suatu desa, maka Allah
mengizinkan akan kerusakannya.” (HR. Abu Ya’la)

Rasulullah SAW bersabda : “tidak akan merata riba pada


suatu kaum, kecuali akan merata pula gila pada mereka. Dan
zina tidak akan merajalela pada suatu kaum melainkan akan
merajalela kematian pada mereka dan suatu kaum tidak akan
curang dalam takaran dan timbangan, kecuali Allah akan
menghalangi mereka dari kesejahteraan.” (HR. Ibnu Majah,
Al-Bazzar, Baihaqi dan Hakim)
117
Dari Abdullah bin Mas’ud. Rasulullah SAW bersabda :
“riba itu mempunyai tujuh puluh tiga pintu, sedangkan yang
paling ringan setaraf seseorang yang bersetubuh dengan
ibunya, dan sejahat-jahatnya iba adalah mengganggu
kehormatan orang muslim.” (HR. Ibnu Majah)

Rasulullah SAW bersabda : “ada empat golongan yang


menjadi hak Allah untuk tidak memasukkan mereka ke dalam
surga yaitu : peminum khamer, pemakan riba, pemakan harta
anak yatim dengan cara tidak sah dan durhaka kepada ibu
bapak kecuali mereka mau bertaubat.” (HR. Bukhari)

Rasulullah SAW bersabda : “satu dirham dari barang


riba di antara seorang lelaki telah memakannya padahal ia
sudah mengerti itu lebih berat dari pada tiga puluh enam kali
zina.” (HR. Ahmad dan Ath-Thabrani)

Rasulullah SAW juga bersabda : “demi zat yang jiwaku


dalam kekuasaan-Nya, sungguh semalam-malaman manusia
dari umatku itu ada dalam kemaksiatan (karena tidak tahu
menggunakan nikmat yang telah di berikan kepada mereka),
senda gurau dan permainan, maka pagi-pagi mereka menjadi
kera dan babi hutan, sebab mereka menghalalkan sesuatu yang
haram, mereka mengambil biduan-biduan, reka minum
khamer, sebab mereka makan sesuatu yang riba serta memakai
kain sutera.” (HR. Abdullah bin Ahmad)

11. Bunuh Diri

118
Bunuh diri yaitu seseorang yang mencelakakan dirinya
dengan maksud untuk menghabisi nyawanya sendiri.

Allah SWT berfirman :

     


       
        
      
       
  
Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu
saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil,
kecuali dengan jalan perniagaan yang Berlaku dengan suka
sama-suka di antara kamu. dan janganlah kamu membunuh
dirimu Sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang
kepadamu. dan Barangsiapa berbuat demikian dengan
melanggar hak dan aniaya, Maka Kami kelak akan
memasukkannya ke dalam neraka. yang demikian itu adalah
mudah bagi Allah.” (QS. An-Nisa’ : 29-30)

Rasulullah SAW bersabda dalam hadits Tsabit bin Dahak


: “orang mukmin terlaknat seperti (juga) membunuhnya,
barangsiapa menuduh orang mukmin kafir, maka yang
117
demikian itu seperti membunuhnya dan barangsiapa
membunuh jiwanya dengan sesuatu maka di hari kiamat nanti
ia akan di siksa.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Dari Abu Hurairah ra. Rasulullah SAW bersabda :


“barangsiapa membunuh diri dengan (menggunakan alat) besi,
sedang besi itu dari tangannya sendiri di tusukkan pada
perutnya maka ia akan masuk ke dalam neraka jahannam yang
kekal untuk selama-lamanya, barangsiapa yang bunuh diri
dengan meminum racun, maka ia akan masuk neraka jahannam
kekal di dalamnya selama-lamanya dan barangsiapa
menggelincirkan diri dari Ata gunung yang menyebabkan ia
mati, maka ia di masukkan ke dalam neraka jahannam (untuk)
selama-lamanya.” (HR. Bukhari)

12. Riya’

Yang dimaksud riya’ adalah menampakkan diri kepada


orang lain supaya di ketahui kehebatannya, kebaikannya, dan
lain-lainnya dengan tujuan supaya mendapat perhatian dan
pujian dari orang lain.

Menurut Al-Harits Al-Muhasibi, ada tiga poin yang


menyebabkan riya’, yaitu :

1. Senang di puji
2. Takut di cela
3. Selalu ingin mendapatkan apa yang ada di tangan orang
lain

118
Ciri-ciri dan bahaya riya’ ini di sebutkan dalam firman
Allah SWT :

      


      
 
Artinya : “Maka kecelakaanlah bagi orang-orang yang
shalat, (yaitu) orang-orang yang lalai dari shalatnya, orang-
orang yang berbuat riya’, dan enggan (menolong dengan)
barang berguna.” (QS. Al-Ma’un : 4-7)

     


     
      
     
       
       

Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu
menghilangkan (pahala) sedekahmu dengan menyebut-
nyebutnya dan menyakiti (perasaan si penerima), seperti
orang yang menafkahkan hartanya karena riya kepada
manusia dan Dia tidak beriman kepada Allah dan hari
kemudian. Maka perumpamaan orang itu seperti batu licin
yang di atasnya ada tanah, kemudian batu itu ditimpa hujan
lebat, lalu menjadilah Dia bersih (tidak bertanah). mereka
tidak menguasai sesuatu pun dari apa yang mereka
117
usahakan; dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-
orang yang kafir.” (QS. Al-Baqarah : 264)

Orang yang suka menyebut-nyebut pemberian (sedekah)


yang di berikan kepada seseorang atau penyakit hati seseorang
yang menerimanya, maka amal tersebut tidak akan
membuahkan pahala perbuatan itu sama saja dengan orang
yang bersedekah dengan riya’.

Dari Abu Hurairah ra. Ia berkata. Rasulullah SAW


bersabda : “sesungguhnya manusia mula pertama kali yang di
adili di hari kiamat itu adalah seseorang yang mati syahid di
jalan Allah, maka ia di datangkan dan di perlihatkan nikmat-
nikmat (sebagai pahalanya) kemudian ia melihatnya seraya di
katakan (kepadanya), amal apakah yang engkau lakukan
sehingga memperoleh (tentang) nikmat-nikmat itu ? ia
menjawab, “aku berperang karena-Mu (ya Allah) sehingga aku
mati syahid.” Allah menjawab : “dusta engkau, sesungguhnya
kamu berbuat (yang demikian itu) supaya kamu di katakan
sebagai pahlawan.”dan kemudian (malaikat) di perintahkan
kepadanya lalu menyeret mukanya dan melemparkan ke dalam
neraka. Seorang yang di beri oleh Allah bermacam-macam
harta benda kemudi ia di datangkan dan di perlihatkan nikmat
itu (sebagai pahalanya), lalu ia melihatnya seraya di katakan
(sehingga memperoleh) nikmat itu ? ia menjawab : “aku tidak
pernah meninggalkan infaq pada jalan yang engkau ridhai (ya
Allah) melainkan aku berinfaq (hanya) karena-Mu. Lalu Allah
menjawab : dusta engkau, sesungguhnya kamu berbuat (yang

118
demikian itu) supaya kamu di katakan sebagai orang
dermawan, kemudian malaikat di perintahkan kepadanya untuk
menyeret mukanya dan melemparkan ke dalam neraka. Dan
seorang lagi menuntut ilmu dan mengajarkan garau membaca
Al-Qur’an, maka ia di datangkan dan di perlihatkan nikmat-
nikmat itu (sebagai pahalanya) kemudian ia melihatnya serata
Allah bertanya kepadanya : “amal apakah yang engkau
lakukan (sehingga memperoleh) nikmat-nikmat itu ? .” ia
menjawab : “aku menuntut ilmu, mengajarkannya dan
membaca Al-Qur’an (hanya) untuk-Mu (ya Allah) kemudian
Allah menjawab : dusta engkau sesungguhnya engkau
menuntut ilmu itu supaya di katakan orang alim (pintar) dan
engkau membaca (Al-Qur’an) itu supaya di katakan Qari’.
Lalu malaikat itu perintahkan kepadanya untuk menyeret
mukanya dan melemparkannya ke dalam neraka.” (HR.
Muslim)

Itulah tiga golong manusia yang telah banyak berkorban,


bahkan mengorbankan nyawa untuk melakukan berbagai
ketaatan dan ibadah, namun semua itu tidak berguna sama
sekali, karena mereka melakukannya bukan karena
mengharapkan ridha Allah SWT. Akhirnya semua usaha
mereka justru menjerumuskan mereka ke dalam siksaan.

Rasulullah SAW bersabda : “berjalan (dengan bersifat)


riya’ itu termasuk, syirik.” (HR. Al-Hakim)

Rasulullah SAW juga bersabda : “sesuatu yang paling


aku khawatirkan di antara kamu itu adalah syirik kecil, lalu di
117
tanakan oleh sahabat, “apakah syirik kecil itu ya
Rasulullah ? .” kemudian beliau menjawab : “yaitu riya’.”
(HR. Ahmad dan Al-Baihaqi)

13. Khianat

Allah SWT berfirman :

     


   
 
Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu
mengkhianati Allah dan Rasul (Muhammad) dan (juga)
janganlah kamu mengkhianati amanat-amanat yang
dipercayakan kepadamu, sedang kamu mengetahui.” (QS.
Al-Anfal : 27)

Orang dapat di katakan khianat bilamana orang tersebut


tidak memenuhi kepercayaan yang di berikan kepadanya.

Allah SWT berfirman :

      


     
Artinya : “(Yusuf berkata): "Yang demikian itu agar Dia (Al
Aziz) mengetahui bahwa Sesungguhnya aku tidak

118
berkhianat kepadanya di belakangnya, dan bahwasanya
Allah tidak meridhai tipu daya orang-orang yang
berkhianat.” (QS. Yusuf : 52)

Sifat khianat itu merupakan sifat yang tercela di dalam


islam dan pelakunya akan mendapat ancaman di akhirat kelak.

Rasulullah SAW bersabda : “tunaikanlah amanat kepada


orang yang kamu perata dan janganlah sekali-kali kamu
berkhianat kepada orang yang mengkhianatimu”.

Orang yang berkhianat itu dapat di golongkan juga


sebagai orang yang keluar dari agama islam, yakni menjadi
orang munafik.

Rasulullah SAW bersabda : “belum (di katakan) beriman


bagi orang tidak beramanat dan tidak ada agama bagi orang
yang tidak memegangi janji.” (HR. Ahmad, Bazzar dan Ath-
Thabrani)

Rasulullah SAW bersabda dalam Hadits yang lain :


“Rasulullah SAW bersabda : Allah SWT berfirman : “aku
sebagai orang ketiga (bagi) orang yang berserikat selama salah
satunya tidak berkhianat”.

14. Adu Domba

Adu domba adalah memindahkan kejelekan orang lain di


tengah-tengah orang banyak dengan tujuan supaya mereka
membenci atau memusuhinya.
117
Allah SWT berfirman :

       


 
Artinya : “dan janganlah kamu ikuti Setiap orang yang
banyak bersumpah lagi hina, yang banyak mencela, yang
kian ke mari menghambur fitnah.” (QS. Al-Qalam : 10-11)

Adu domba termasuk peruatan tercela, yang termasuk


juga salah satu dari perban dosa besar yang akan mendapatkan
ancaman siksa kelak di akhirat.

Rasulullah SAW bersabda : “tidak akan masuk surga


orang yang menghambur-hamburkan firma (suka mengadakan
domba).” (HR. Abu Dawud, dan Ath Thurmudzi)

Rasulullah SAW bersabda dalam haditsnya yang lain :


bahwasanya Rasulullah SAW lewat di dua kuburan seraya
bersabda : “sesungguhnya penghuni dua kubur (ini) di siksa
dan keduanya tidak di siksa karena dosa besar. adapun salah
satunya yakni (orang) yang tidak bersuci dari kencingnya dan
yang lain ia berbuat mengadu domba kemudi Rasulullah
mengambil pelepah kurma yang basah dan memecahnya
menjadi du potong, lalu menancapkannya pada masing-masing
kubur serata berkata (berdo’a) : “semoga Allah meringankan
siksa atas mereka selama batang ini belum kering di atas
keduanya.” (HR. Jamaah dan Ibnu Khuzaimah)

118
Dari Abu Hurairah ra. Berkata : Rasulullah SAW
bersabda : “kelak kamu akan menjumpai sejelek-jelek
manusia, ialah orang munafik (bermuka dua) (di mana) ia
datang pada suatu pihak dengan satu wajah dan datang kepada
orang lain dengan wajah yang berbeda pula, dan barangsiapa
yang memiliki dua lisan di dunia, maka Allah akan menjadikan
dua lisan itu dari api di hari kiamat.” (HR. Bukhari Muslim)

15. Sombong

Sombong adalah perilaku yang menolak kebenaran dan


meremehkan manusia dengan anggapan kepandaiannya lebih
hebat dan lebih tinggi derajat maupun pangkatnya dari pada
yang lain.

Kesombongan seseorang itu dapat menyebabkan


seseorang menolak dan mengingkari kebenaran. Sebagaimana
firman Allah SWT :

      


      
 
Artinya : “dan pada hari kiamat kamu akan melihat orang-
orang yang berbuat Dusta terhadap Allah, mukanya menjadi
hitam. Bukankah dalam neraka Jahannam itu ada tempat
bagi orang-orang yang menyombongkan diri ? .” (QS. Az-
Zumar : 60)
117
    
      
 
Artinya : “dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada
Para Malaikat: "Sujudlah kamu kepada Adam," Maka
sujudlah mereka kecuali Iblis; ia enggan dan takabur dan
adalah ia Termasuk golongan orang-orang yang kafir.” (QS.
Al-Baqarah : 34)

     


       
   
Artinya : “dan apabila dibacakan kepadanya ayat-ayat Kami
Dia berpaling dengan menyombongkan diri seolah-olah Dia
belum mendengarnya, seakan- akan ada sumbat di kedua
telinganya; Maka beri kabar gembiralah Dia dengan azab
yang pedih.” (QS. Luqman : 7)

     


       
      
     
     
    
Artinya : “aku akan memalingkan orang-orang yang
menyombongkan dirinya di muka bumi tanpa alasan yang
benar dari tanda-tanda kekuasaan-Ku. mereka jika melihat
tiap-tiap ayat(Ku), mereka tidak beriman kepadanya. dan

118
jika mereka melihat jalan yang membawa kepada petunjuk,
mereka tidak mau menempuhnya, tetapi jika mereka melihat
jalan kesesatan, mereka terus menempuhnya. yang demikian
itu adalah karena mereka mendustakan ayat-ayat Kami dan
mereka selalu lalai dari padanya.” (QS. Al-A’raf : 146)

Akibat dari kesombongan akan membuahkan siksa dari Allah SWT.


Sebagaimana firman-Nya :

         


    
Artinya : “tidak diragukan lagi bahwa Sesungguhnya Allah
mengetahui apa yang mereka rahasiakan dan apa yang
mereka lahirkan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai
orang-orang yang sombong.” (QS. An-Nahl : 23)

     


   
Artinya : “Maka masukilah pintu-pintu neraka Jahannam,
kamu kekal di dalamnya. Maka Amat buruklah tempat
orang-orang yang menyombongkan diri itu.” (QS. An-
Nahl : 29)

Rasulullah SAW bersabda : “Allah SWT berfirman :


“kemegahan itu sarung-Ku dan kesombongan itu adalah
selendang-Ku, barangsiapa yang menginginkan (salah satu)
dari keduanya, niscaya ia akan aku limpahkan ke dalam
neraka.” (HR. Muslim)
117
Rasulullah SAW bersabda : “tiada seorang pun berjalan
dengan sombong dan menyombongkan dirinya, melainkan dia
akan bertemu dengan Allah dengan mendapatkan kemurkaan-
Nya.” (HR. Ath-Thabrani)

Rasulullah SAW juga bersabda : “tidak akan masuk


surga seseorang yang mempunyai sifat sombong (di hatinya)
meskipun hanya sebesar atom.” (HR. Muslim)

Rasulullah SAW bersabda : “(ada) tiga golongan yang


akan masuk neraka, yaitu : penguasa dhalim, orang kaya
enggan mengeluarkan zakat, dan orang fakir yang sombong.”
(HR. Ibnu Huzaimah dan Ibnu Hiban)

Sombong merupakan perasaan berpuas diri atas apa yang


telah ia raih untuk di tunjukkan kepada orang lain. Orang yang
sombong biasanya karena ia memiliki kelebihan-kelebihan
yang membuat orang lain merasa kagum kepadanya.

Pada dasarnya, orang yang sombong adalah bodoh,


karena ia tidak mengenal dirinya sendiri yang sebenarnya dan
juga tidak mengenal hakikat Tuhannya. Seandainya ia betul-
betul mengenal dirinya, maka tentu ia mengetahui bahwa
dirinya hanyalah berasal dari setetes air mani.

Allah SWT berfirman :

     


   

118
Artinya : “Apakah ia menjanjikan kepada kamu sekalian,
bahwa bila kamu telah mati dan telah menjadi tanah dan
tulang belulang, kamu Sesungguhnya akan dikeluarkan
(dari kuburmu) ? .” (QS. Al-Mu’min : 35)

Allah SWT berfirman :

       


   
    
    
        
    
Artinya : “sembahlah Allah dan janganlah kamu
mempersekutukan-Nya dengan sesuatu pun. dan berbuat
baiklah kepada dua orang ibu-bapa, karib-kerabat, anak-
anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat dan
tetangga yang jauh, dan teman sejawat, Ibnu sabil dan
hamba sahayamu. Sesungguhnya Allah tidak menyukai
orang-orang yang sombong dan membangga-banggakan
diri.” (QS. An-Nisa’ : 36)

Allah SWT berfirman :

        


        
Artinya : “dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari
manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di
muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak
117
menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan
diri.” (QS. Luqman : 18)

Kebanyakan orang yang tidak beriman kepada Allah


SWT dalam menampakkan kesombongan itu terutama sekali
adalah dengan menunjukkan cara berpakaian untuk
menampakkan kegagahan, kemegahan atau ujub (berbangga
diri) dengan bercelana, bersarung atau berpakaian yang di
panjangkan hingga mata kaki bahkan sampai ke tanah juga.
maka perbuatan seperti inilah termasuk suatu ke durhakaan di
sisi Allah SWT.

Dari Abu Hurairah ra. Rasulullah SAW bersabda : “apa


saja yang berlebih-lebihan di bawah mata kaki berupa kain,
maka menyebabkan dia di neraka.” (HR. Bukhari)

Dari Ibnu Umar ra. Rasulullah SAW bersabda : “di hari


kiamat Allah tidak akan melihat orang yang melabuhkan
pakaiannya karena sombong.” (HR. Bukhari, Muslim, An-
Nasa’I, Malik dan Ath-Thurmudzi)

Dari Abu Dzar Al-Ghifari ra. Rasulullah SAW bersabda :


“ada tiga golongan yang Allah tidak akan berbicara dengan
mereka di hari kiamat, tidak akan melihat mereka dan tidak
akan mensucikan mereka bahkan atas merek di timpahkan
siksa yang pedih, mereka itu adalah orang yang melebih-
lebihkan pakaiannya (karena sombong), orang yang suka
mengungkit-ungkit pemberian, dan orang yang menawarkan

118
dagangannya dengan sumpah palsu.” (HR. Muslim, Abu
Dawud, Ath-Thirmidzi dan An-Nasa’i)

16. Mencuri

Mencuri adalah mengambil barang orang lain yang di


simpan tanpa meminta izin kepada pemiliknya dengan maksud
dimilikinya. Larangan mencuri dan sanksinya ini telah
ditegaskan dalam firman Allah SWT :

       


       
        
Artinya : “dan Tiadalah binatang-binatang yang ada di bumi
dan burung-burung yang terbang dengan kedua sayapnya,
melainkan umat (juga) seperti kamu. Tiadalah Kami
alpakan sesuatupun dalam Al-Kitab, kemudian kepada
Tuhanlah mereka dihimpunkan.” (QS. Al-Maidah : 38)

Dalam suatu riwayat di katakan Rasulullah SAW


bersabda : “janganlah sekali-kali kamu memotong tangan
pencuri yang bernilai kurang dari seperempat dinar.” (HR.
Muslim)

Dari Aisyah ra. katanya : “adalah Rasulullah SAW


memotong tangan pencuri yang sampai seperempat dinar atau
lebih.” (HR. Mutafaq alaih)

Rasulullah SAW bersabda : “sesungguhnya yang dapat


mebinasakan orang-orang sebelummu itu apabila dari
117
golongan yang Terhormat melakukan pencuri ia merdeka
tinggalkan had (hukuma) nya, sedang apabila dari golongan
yang lemah melakukan pencuri mereka menegakkan haddnya
(memotongnya). Demi Dzat yang diriku dalam kekuasaan-
Nya. Seandainya Fatimah binti Muhammad melakukan
pencurian, niscaya aku akan memotong tangannya.” (HR.
Mutafaq alaih)

17. Merampok

Merampok ini hukumannya sangat berat sekali yakni


mereka harus dibunuh atau di salib atau di potong tangan dan
kakinya secara bersilang atau di asingkan ke tempat terpencil.
Sebagaimana firman Allah SWT :

     


      
     
        
        
Artinya : “Sesungguhnya pembalasan terhadap orang-orang
yang memerangi Allah dan Rasul-Nya dan membuat
kerusakan di muka bumi, hanyalah mereka dibunuh atau di
salib, atau dipotong tangan dan kaki mereka dengan
bertimbal balik, atau dibuang dari negeri (tempat
kediamannya). yang demikian itu (sebagai) suatu
penghinaan untuk mereka di dunia, dan di akhirat mereka
beroleh siksaan yang besar.” (QS. Al-Maidah : 33)

118
Dari Jabir ra. Rasulullah SAW bersabda : “jikalau ia
mencuri hendaklah kamu potong tangannya, jikalau mencuri
lagi hendaklah kamu potong kakinya, jikalau mencuri lagi
hendaklah kamu potong tangan satunya, kemudian jika masuh
masih mencuri lagi hendaklah kamu potong kakinya.” (HR.
Abu Daud dan An-Nasa’i)

18. Judi

Allah SWT berfirman :

    


     
    
     
    
        
 
Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, Sesungguhnya
(meminum) khamer, berjudi, (berkorban untuk) berhala,
mengundi nasib dengan panah, adalah Termasuk perbuatan
syaitan. Maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kamu
mendapat keberuntungan. Sesungguhnya syaitan itu
bermaksud hendak menimbulkan permusuhan dan
kebencian di antara kamu lantaran (meminum) khamer dan
berjudi itu, dan menghalangi kamu dari mengingat Allah
dan sembahyang, Maka berhentilah kamu (dari
mengerjakan pekerjaan itu).” (QS. Al-Maidah : 90-91)
117
19. Minum Minuman Keras

Penyebaran minuman keras dan tindak kejahatan yang


terkait dengan minuman keras dan barang haram ini semakin
ramai di era globalisasi ini. Karena bukan saja masyarakat
Indonesia yang mengkonsumsi, mengedarkan, atau
mendapatkan keuntungan finansial dari bisnis ini, namun juga
bangsa lain, atau sebaliknya bangsa lain menjadi pemasok
barang haram ini kepada generasi muda di Indonesia.

Mengkonsumsi minuman keras, minuman yang


memabukkan, yang menghilangkan kesehatan akal, atau
mengkonsumsi sabu-sabu dan sejenisnya adalah merupakan
perbuatan yang dilarang oleh islam, termasuk amal perbuatan
jahat dan dosa besar. Perbuatan tersebut adalah merugikan dan
merusak akal. Keberadaan akal sebagai pemimpin dalam hidup
kemudian di rusak oleh khamer (minum-minuman keras) dan
memabukkan adalah suatu perbuatan yang bertentangan
dengan agama, yang mengedepankan pemeliharaan dan
kesehatan akal.

Islam melarang umatnya untuk mengkonsumsi sesuatu


yang dapat merusak akal, apakah itu berupa khamer, narkotika,
dan sejenisnya. Kenikmatan dan kemanfaatannya Cuma sedikit
dan sementara bila di bandingkan dengan kemadharatannya.
Dosanya lebih banyak dari pada pahalanya. Sebagaimana
firman Allah SWT :

118
“telah turun (ayat Allah) tentang pengharaman khamer,
sedangkan khamer itu ada lima macam yaitu dari anggur dan
kurma, madu, gandum dan sair. Dan khamer itu adalah yang
mengubah akal (sehat menjadi tidak sehat).” (HR. Bukhari
Muslim)

Minum-minuman keras ini dilarang oleh islam.


Sebagaimana firman Allah SWT :

    


     
    
     
    
        
 
Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, Sesungguhnya
(meminum) khamer, berjudi, (berkorban untuk) berhala,
mengundi nasib dengan panah, adalah Termasuk perbuatan
syaitan. Maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kamu
mendapat keberuntungan. Sesungguhnya syaitan itu
bermaksud hendak menimbulkan permusuhan dan
kebencian di antara kamu lantaran (meminum) khamer dan
berjudi itu, dan menghalangi kamu dari mengingat Allah
dan sembahyang, Maka berhentilah kamu (dari
mengerjakan pekerjaan itu).” (QS. Al-Maidah : 90-91)

Rasulullah SAW bersabda : “hendaklah kamu jauh


minuman keras karena ia adalah induk segala perbuatan jahat,
117
barangsiapa yang tidak mau menjauhinya sungguh ia telah
durhaka kepada Allah dan Rasul-Nya dan adzab itu berhak
menimpa (kepada orang) yang durhaka kepada Allah dan
Rasul-Nya.” (HR. Ath-Thabrani)

Dari Anas ra. Rasulullah SAW bersabda :


“sesungguhnya Allah telah menurunkan (ayat) yang
mengharamkan arak, sedangkan di Madinah tidak ada
minuman (keras) yang di minum kecuali dari kurma.” (HR.
Muslim)

Dari Ibnu Umar ra. Rasulullah SAW bersabda : “setiap


yang memabukkan itu khamer, dan setiap khamer itu haram.”
(HR. Muslim)

Dari Jabir ra. Rasulullah SAW bersabda : “apa-apa yang


memabukkan, sedikit pun haram.” (HR. Ahmad)

Dalam hadits lain di jumpai keterangan bahwa


Rasulullah SAW bersabda : “ada tiga golongan manusia yang
shalatnya tidak di terima serta kebaikannya tidak akan sampai
ke langit, yaitu : budak (pembantu) yang minta maaf. Istri yang
suaminya marah kepadanya (karena tidak mau di campuri)
hingga sang suami memaafkannya, dan pemabuk hingga ia
insyaf.” (HR. Ibnu Khuzaimah)

Rasulullah SAW bersabda : “barangsiapa yang minum


khamer di dunia maka Allah mengharamkannya di akhirat
kelak.” (HR. Bukhari Muslim)

118
Rasulullah SAW bersabda : “sesungguhnya Allah telah
menetapkan janjinya kepada peminum minuman yang
memabukkan, yakni Allah akan memberi minum kepadanya
dari thinatil khabal.” Di tanyakan. “ya Rasulullah, apa yang di
maksud thinatil khabal itu ? .” beliau menjawab, “yaitu
keringat ahli neraka dan darah.” (HR. Muslim dan An-Nasa’i)

Rasulullah SAW bersabda : “barangsiapa minum khamer


tidak mabuk, maka Allah akan jauh dari padanya empat puluh
malam, dan barangsiapa minum khamer mabuk, maka Allah
tidak terima tebusannya empat puluh malam. jika ia mati
dalam masa ini, maka ia mati seperti matinya penyembah
berhala dan Allah berhak memberi minum kepadanya air
keringat bercampur darah (dari) penghuni neraka.” (HR. Al-
Hakim)

Rasulullah SAW bersabda : “aku mengutuk khamer,


peminumnya, penjamunya, penjualnya, pembelinya,
pemarahnya, yang diperahkannya, pembawanya, yang di
bawahnya dan pemakan harganya.” (HR. Abu Dawud)

Dari Ibnu Malik ra. Rasulullah SAW melaknat karena di


dalam khamer terkandung sepuluh unsur pelaku, yaitu ; yang
memeras (pembuatnya) yang meminta di peraskan, yang
meminum, yang membawa, yang di bawakan arak kepadanya,
yang meminumnya, yang menjualnya, yang makan harganya
(hasil penjualnya), yang membelinya, dan orang yang
dibelikannya.” (HR. Ibnu Majah dan Ath-Thirmidzi)
117
Adapun ancaman bagi peminum khamer sungguh sangat
berat, sebab tergolong dosa besar. Sebagaimana sabda
Rasulullah SAW : “barangsiapa meminum khamer, niscaya
Allah memberi minum kepadanya dari air panas neraka
jahannam.” (HR. Al-Bazzar)

Rasulullah SAW juga bersabda : “tiga golongan


manusia, mereka tidak akan masuk surga, di antaranya : orang
yang senantiasa minum khamer, orang yang memutuskan tali
persaudaraan dan orang yang membenarkan sihir (percaya
kepada kekuatan sihir), barangsiapa mati dalam keadaan
minum khamer, Allah yang maha Agung dan maha Luhur
memberi minum kepadanya dari sungai Ghuwathan.” Di
tanyakan, “apakah sungai Ghuwathan itu wahai Rasul ? .”
Rasulullah SAW menjawab, “yaitu sungai yang mengalir
airnya dari vagina wanita tukang zina, yang menyakitkan
penghuni neraka karena bau vagina itu.” (HR. Ahmad dan
Ya’la)

20. Kikir

Kikir adalah sifat egoisme yang jahat sehingga di dalam


hati timbul kekerasan, kehilangan kasih sayang dan tidak
mempunyai rasa peri kemanusiaan sesama manusia yang d
anggap tidak menguntungkannya. Secara tidak langsung
kekikiran itu telah menanamkan kedengkian pada hati orang-
orang yang Miki terhadap orang-orang kaya yang kikir
sehingga di antara mereka saling menanti kesempatan untuk
mencelakakan dan merusak harta milik mereka.

118
Apabila kekikiran itu sudah memdominir hati seseorang,
meskipun ia mengaku telah beriman, maka imannya itu masih
diragukan sebab siar kikir itu tidak akan melekat pada hati
orang beriman. Sebagaimana sabda Rasulullah SAW :

“dua sifat tidak mungkin ada pada seorang mu’min :


yaitu kir (bakhil) dan perangai yang jahat.” (HR. Ath-
Thirmidzi)

Harta benda yang berada dalam kekuasaan manusia itu


menur pandangan islam adalah harta Allah yang di berikan
kepada manusia yang merupakan titipan kepada mereka di
samping harus di belanjakan untuk kepentingan diri sendiri
juga di berikan kepada orang-orang yang berhak menerimanya,
maka orang yang kikir harta terhadap orang-orang yang
kekurangan dengan sendirinya berarti mereka telah
mengadakan penimbunan suatu titipan dari Allah SWT dan
juga akan menghalang-halangi kesejahteraan masyarakat,
terutama di antara mereka yang miskin dan sangat
membutuhkan, sehingga hal itu berakhir membawa kerusakan
di tengah-tengah umat. Sebagaimana sabda Rasulullah SAW :

“jauhilah kehakiman, karena kehakiman itu (akan


mengakibatkan) kegelapan di hari kiamat, dan jauhilah kikir
(bakhil) karena kikir itu sifat yang telah membinasakan umat-
umat yang dahulu sebelum kamu.” (HR. Muslim)
117
Setan selalu membuat bayang-bayang dalam pikiran
manusia bahwa jika bersedekah. Malaria akan menjadi miskin.
Sebagaimana firman Allah SWT :

   


     
     
Artinya : “syaitan menjanjikan (menakut-nakuti) kamu
dengan kemiskinan dan menyuruh kamu berbuat kejahatan
(kikir); sedang Allah menjadikan untukmu ampunan
daripada-Nya dan karunia. dan Allah Maha Luas (karunia-
Nya) lagi Maha Mengetahui.” (QS. Al-Baqarah : 268)

Dari Abu Hurairah ra. Rasulullah SAW bersabda :


“barangsiapa di anugerahi rezeki harta oleh Allah, namun ia
tidak menunaikan zakatnya, maka ia akan di beri rupa ular
bertanduk yang pada kedua sudut mulutnya mengeluarkan bisa
ular itu akan membelit rubuhnya kelak pada hari kiamat dan
akan merobek-robek tubuhnya seraya berkata, “aku adalah
hartamu, aku adalah perbendaharaanmu.” Kemudian Nabi
SAW membaca ayat (yang artinya) :

      


          
       
      
 

118
Artinya : “sekali-kali janganlah orang-orang yang bakhil
dengan harta yang Allah berikan kepada mereka dari
karunia-Nya menyangka, bahwa kebakhilan itu baik bagi
mereka. sebenarnya kebakhilan itu adalah buruk bagi
mereka. harta yang mereka bakhilkan itu akan dikalungkan
kelak di lehernya di hari kiamat. dan kepunyaan Allah-lah
segala warisan (yang ada) di langit dan di bumi. dan Allah
mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS. Ali Imran :
180)

21. Menyakiti Tetangga

Dari Abu Hurairah ra. Rasulullah SAW bersabda :

“barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari


kiamat, maka janganlah menyakiti tetangganya.” (HR. Bukhari
dan Muslim)

Rasulullah SAW bersabda : “demi Allah seseorang


belum di katakan beriman, demi Allah seseorang belum di
katakan beriman.” Di tanyakan oleh seorang sahabat :
“siapakah (yang demikian itu) wahai Rasulullah ? .” beliau
menjawab, “yaitu orang yang tetangganya tidak merasa aman
dari gangguannya.” (HR. Muslim)

Dari Abu Hurairah ra. Ia berkata : “seorang laki-laki


datang kepada Rasulullah SAW serata berakta : “ya
Rasulullah, tunjukkanlah kepadaku suatu amalan yang apabila
117
aku menetapinya, aku akan masuk surga.” Maka beliau
menjawab : “jadilah kamu seorang yang baik.” Lalu ia
berkata : “wahai Rasulullah, bagaimana cara mengetahui
bahwa aku menjadi orang yang baik ? .” beliau menjawab,
“tanyakanlah kepada tetanggamu, jikalau mereka berkata kamu
itu seorang yang baik, maka sesungguhnya kamu itu baik dan
jikalau mereka berkata bahwa kamu itu jelek, maka
sesungguhnya kamu itu jelek.” (HR. Baihaqi)

Dari Abu Hurairah ra. Rasulullah SAW bersabda : “tidak


dapat masuk surga orang yang tetangganya tidak meresa aman
dari gangguannya.” (HR. Muslim)

Dari Abudullah bin Mas’ud ra. Rasulullah SAW pernah


di tanya tentang dosa yang paling besar di sisi Allah SWT.
Maka beliau menyebutkan tiga macam (perkara) :

“menyekutukan Allah SWT. Padahal dia yang


menciptakannya, membunuh anaknya karena dia takut
memberi makan kepadanya, dan berzina dengan istri
tetangga.” (HR. Bukhari, Muslim, Ath-Thirmidzi dan An-
Nasa’i)

Dari Abu Hurairah ra. Ia berkata : Rasulullah SAW di


tanya : “wahai Rasulullah, jika ada seorang wanita melakukan
shalat malam, sedang di siang harinya ia bepuasa (akan tetapi)
ia menyakiti tetangganya dengan lisannya, bagaimana ? .”
beliau menjawab, “tiada kebaikan sedikitpun di dalam (amal

118
perbuatannya) dan ia kelak masuk neraka.” (HR. Al-Hakim,
Ibnu Hibban, Ahmad dan Bazzar)

Rasulullah SAW bersabda : “seorang muslim itu


bersaudara terhadap orang islam lainnya, ia tidak boleh
menganiaya. Dan menganiaya seorang cukup di anggap
berlaku jahat karena ia menghina saudara sesama muslim.”
(HR. Muslim)

Allah SWT bersabda :

   


     
  
Artinya : “dan orang-orang yang menyakiti orang-orang
yang mukmin dan mukminat tanpa kesalahan yang mereka
perbuat, Maka Sesungguhnya mereka telah memikul
kebohongan dan dosa yang nyata.” (QS. Al-Ahzab : 58)

Allah SWT bersabda :

      


       
117
        
     
       
     
     
        
       
        
  
Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, janganlah
sekumpulan orang laki-laki merendahkan kumpulan yang
lain, boleh Jadi yang ditertawakan itu lebih baik dari
mereka. dan jangan pula sekumpulan perempuan
merendahkan kumpulan lainnya, boleh Jadi yang
direndahkan itu lebih baik. dan janganlah suka mencela
dirimu sendiri dan jangan memanggil dengan gelaran yang
mengandung ejekan. seburuk-buruk panggilan adalah
(panggilan) yang buruk sesudah iman dan Barangsiapa yang
tidak bertobat, Maka mereka Itulah orang-orang yang zalim.
Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan purba-
sangka (kecurigaan), karena sebagian dari purba-sangka itu
dosa. dan janganlah mencari-cari keburukan orang dan
janganlah menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang
diantara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang
sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya.
dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha
Penerima taubat lagi Maha Penyayang.” (QS. Al-Hukurat :
11-12)

118
22. Meratapi Orang Mati

Dari Abu Hurairah ra. Rasulullah SAW bersabda : “da


tanda pada manusia dengannya merek menjadi kufur yaitu
cercaan pada keluarga dan meratapi mayat.” (HR.Muslim)

Bahkan mayat akan di siksa dalam kubur karena ada


orang yang meratapinya. sebagaimana sabda Rasulullah SAW :

“mayat itu di siksa dalam kuburnya sebab orang


meratapinya.” (HR. Bukhari Muslim)

Menangisi orang mati yang melampaui batas sehingga


seolah-olah ia tak mau menerima ketentuan Allah SWT yang
berlaku bagi setiap orang akan meninggal dunia adalah
terlarang. Namun jika sekedar menangis atau timbulnya rasa
sedih atas kematian seseorang itu tidaklah termasuk perbuatan
yang terlarang, karena setiap manusia memilik rasa sedih dan
tangsi yang merupakan batas kewajaran.

Di dalam hadits yang diriwayatkan oleh Bukhari dan


Muslim dari Ibnu Umar di nyatakan. :

“Rasulullah SAW menjenguk Sa’ad bin Ubadah sedang


bersama dia Abdur Rahman bin ‘Auf. Sa’ad bin Abi Waqaqas
dan Abdullah bin Mas’ud ra. Maka Rasulullah SAW menangis,
tatkala orang-orang melihat Rasulullah SAW menangis maka
mereka pun menangis, lalu Rasulullah SAW bersabda :
“ingatlah apa yang kamu dengar itu sesungguhnya Allah
sekali-kali tidak akan menyiksa di sebabkan berlinangnya air
117
mata dan susahnya hati tetapi Allah akan menyiksa sebab ini
atau dengan kasih sayang seraya beliau berisyarat kepada
lisannya.” (HR. Bukhari Muslim)

Rasulullah SAW juga pernah menangis ketika di tinggal


mati oleh putra kesayangannya Ibrahim. Sebagaimana di
sebutkan dalam hadits :

“bahwasanya Rasulullah SAW masuk ke (tempat


pembaringan) Ibrahim, putranya, sedang ia dalam keadaan
terharu, dan kedua matanya meneteskan air mata. Lalu
Abdurrahman bin ‘Auf berkata : “bagaimana anda ya
Rasulullah ? .” beliau menjawab, “ya, Ibnu ‘Auf, anak ini
adalah rahmat.” Tetapi kemudian di susul yang lain,
selanjutnya ia bersabda : “sungguh mata ini dapat melinangkan
air mata dan hati merasa sedih dan kami tak mengucapkan,
kecuali kata-kata yang di ridhoi Tuhan kami dan sesungguhnya
berpisah dengan Ibrahim sangat sedih.” (HR. Bukhari)

23. Mengingkari Takdir

Asal arti takdir adalah ukuran, batas, ketetapan atau


ketentuan. Adapun yang di maksud dengannya adalah suatu
ketetapan Allah SWT yang berlaku pada setiap makhluk-Nya.

Tidak ada satu pun ciptaan Allah SWT tanpa adanya


takdir. Sebagaimana firman-Nya :

     

118
Artinya : “Sesungguhnya Kami menciptakan segala sesuatu
menurut ukuran.” (QS. Al-Qamar : 49)

Jadi, takdir merupakan ketetapan Allah SWT yang


bersifat mutlak kepada setiap makhluk-Nya tanpa bisa
berubah. Takdir ini merupakan bagian dari rukun iman.
Barangsiapa yang percaya kepada takdir berarti telah
menyempurnakan keimanan kepada Allah SWT. Adapun yang
termasuk mengingkari takdir itu adalah tidak percaya bahwa
Allah SWT telah memberikan ketetapan terhadap sesuatu, atau
dengan kata lain ia menolak apa Yat telah terjadi pada dirinya,
bukan merupakan ketetapan dari Allah SWT. Dan mengingkari
takdir salah satu dosa besar.

Diriwayatkan oleh Umar bin Khathab, Rasulullah SAW


bersabda : “tatkala Allah mengumpulkan orang-orang dari
golongan awwalin dan golongan akhirin di hari kiamat nanti,
Allah memerintahkan (Malaikat) juru panggil untuk
memanggil mereka, maka mereka sama mendengarnya, dari
golongan Qadariah kemudian memimpin mereka menuju ke
neraka, seraya di katakan oleh Allah SWT : “rasakanlah
sentuhan api neraka saqar, sesungguhnya segala sesuatu kami
ciptakan menurut ukurannya, dan hanya kepada orang-orang
yang membantah Allah di katakan kepada mereka : “kalian
adalah pembantah, yang tidak di perbolehkan (hal seperti itu)
karena mengingkari takdir hamba.” Kemudian arena itulah
mereka di siksa.”
117
Allah SWT berfirman :

      


      
       
Artinya : “Sesungguhnya orang-orang yang berdosa berada
dalam kesesatan (di dunia) dan dalam neraka. (ingatlah)
pada hari mereka diseret ke neraka atas muka mereka.
(Dikatakan kepada mereka): "Rasakanlah sentuhan api
neraka ! ." Sesungguhnya Kami menciptakan segala sesuatu
menurut ukuran.“ (QS. Al-Qamar : 47-49)

24. Mengungkit-ungkit pemberian

Yang di maksud dengan mengungkit-ungkit pemberian


adalah seseorang yang telah memberikan sesuatu kepada orang
lain, kemudian pada kesempatan yang berlainan, orang yang
memberi, merasa jengkel kepada orang yang telah di beri
tersebut, kemudian ia (yang memberi) mengungkit-ungkit
kembali pemberiannya. Dengan tujuan agar yang di beri
menjadi ingat dan sadar bahwa dia pernah berhutang budi
kepadanya, sehingga ia mau berbuat baik terhadapnya.

Memberi dengan di ungkit-ungkit kembali termasuk


perbuatan tercela yang akan dapat menyebabkan sengsara di
akhirat kelak. Perbuatan mengungkit-ungkit pemberian ini juga
akan menimbulkan permusuhan dan kebencian antara pemberi

118
dan penerimanya, sebab yang menerima merasa tercoreng
nama baiknya dan pemberiannya akan timbul rasa sombong
kepada arang yang pernah di berinya. Oleh karena itu, Allah
SWT melarang perbuatan ini. Sebagaimana firman-Nya :

     


     
      
     
       
       

Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu
menghilangkan (pahala) sedekahmu dengan menyebut-
nyebutnya dan menyakiti (perasaan si penerima), seperti
orang yang menafkahkan hartanya karena riya kepada
manusia dan Dia tidak beriman kepada Allah dan hari
kemudian. Maka perumpamaan orang itu seperti batu licin
yang di atasnya ada tanah, kemudian batu itu ditimpa hujan
lebat, lalu menjadilah Dia bersih (tidak bertanah). mereka
tidak menguasai sesuatu pun dari apa yang mereka
usahakan; dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-
orang yang kafir.” (QS. Al-Baqarah : 264)

Rasulullah SAW bersabda : “ada tiga golongan di hari


kiamat di mana Allah tidak berbicara, tidak melihat dan tidak
pula mensucikan mereka dan bahkan bagi mereka siksa yang
pedih. Yakni orang yang melabuhkan sarungnya hingga
117
telapak kaki, orang yang mengungkit-ungkit (pemberian). Dan
orang yang menawarkan dagangannya dengan sumpah palsu.”
(HR. Muslim)

Rasulullah SAW bersabda : “ada tiga golongan yang


tidak dapat masuk surga orang yang berani kepada orang
tuanya, peminum khamer dan orang yang mengungkit-ungkit
(pemberiannya).” (HR. An-Nasa’i)

25. Menyembunyikan Ilmu

Di antara pengertian orang yang menyembunyikan ilmu


adalah :

1. Ia tidak mau menjelaskan secara benar kepada orang uang


membutuhkannya demi perkembangan ilmu itu sendiri

2. Ia tidak mau mengerjakan kepada orang lain terhadap


pengetahuan yang dimilikinya, sedang di lain pihak
banyak orang yang membutuhkannya

3. Ia menyembunyikan pengetahuan yang semestinya di


berikan kepada umat (untuk kepentingan orang banyak)

Menyembunyikan ilmu itu termasuk dosa besar, sebab


demikian itu dapat menghalangi kemajuan umat dari segala
bidang, juga dapat menutupi kebenaran sehingga orang-orang
yang menyembunyikan ilmu itu di ancam hukuman berat di
akhirat kelak, sebab pada dasarnya mereka itu memiliki
tanggung jawab. Yakni tanggung jawab untuk
menyebarluaskan ilmu dan berarti telah mengabaikan atau

118
meninggalkan tanggung jawab, yang berarti mereka itu telah
berbuat dosa besar. Sebagaimana firman Allah SWT :

      


      
     
 
Artinya : “Sesungguhnya orang-orang yang
Menyembunyikan apa yang telah Kami turunkan berupa
keterangan-keterangan (yang jelas) dan petunjuk, setelah
Kami menerangkannya kepada manusia dalam Al Kitab,
mereka itu dila'nati Allah dan dila'nati (pula) oleh semua
(mahluk) yang dapat mela'nati.” (QS. Al-Baqarah : 159)

      


    
      
   
Artinya : “dan (ingatlah), ketika Allah mengambil janji dari
orang-orang yang telah diberi kitab (yaitu): "Hendaklah
kamu menerangkan isi kitab itu kepada manusia, dan jangan
kamu menyembunyikannya," lalu mereka melemparkan
janji itu ke belakang punggung mereka dan mereka
menukarnya dengan harga yang sedikit. Amatlah buruknya
tukaran yang mereka terima.” (QS. Ali Imran : 187)

Dari Abu Hurairah ra. Rasulullah SAW bersabda :


“barangsiapa yang di tanya suatu ilmu lalu ia
117
menyembunyikannya, maka di hari kiamat nanti ia akan di
kendalikan dengan kendali (dari) api neraka.” (HR. Atho’)

Dari Ibnu Umar ra. Rasulullah SAW bersabda :


“barangsiapa yang menuntut ilmu sedang ia tidak mau
mengamalkannya, niscaya ilmu tidak mu bertambah melainkan
(hanya) kesombongan belaka.” (HR. Ath-Thirmidzi dan Ibnu
Hibban)

26. Sisa Kencing Yang Tidak Di Bersihkan

Dalam ajaran islam, air kencing termasuk barang najis.


Oleh karenanya setiap orang islam hendaklah selalu menjaga
kebersihan dari air kencing maupun sisanya, baik yang
mengenai badan maupun pakaian.

Rasulullah SAW bersabda : “hendaklah kamu


membersihkan dari sisa kencing (mu) (karena) sesungguhnya
kebanyakan siksa kubur itu di sebabkan karenanya.” (HR. Ad-
Darutni)

Dari Ibnu Abbas ra. Ia berkata, Nabi pernah melewati


dua kubur serata beliau bersabda : “sesungguhnya dua kubur
ini sedang di siksa.” Sahabat bertanya tentang persoalan apa
yang kebanyakan keduanya di siksa, beliau bersabda : “adapun
salah satunya di waktu sedang berjalan ia suka mengadu-adu
(orang) dan adapun yang lainnya ia buang membersihkan sisa

118
kencingnya, artinya, ia tidak menjaga dari padanya.” (HR.
Bukhari Muslim)

27. Sumpah Palsu

Sumpah palsu adalah dosa besar. Namun demikian


banyak orang mengabaikan hal tersebut. Sebagaimana firman
Allah SWT :

     


       
      
      
Artinya : “Sesungguhnya orang-orang yang menukar janji
(nya dengan) Allah dan sumpah-sumpah mereka dengan
harga yang sedikit, mereka itu tidak mendapat bahagian
(pahala) di akhirat, dan Allah tidak akan berkata-kata
dengan mereka dan tidak akan melihat kepada mereka pada
hari kiamat dan tidak (pula) akan mensucikan mereka. bagi
mereka azab yang pedih.” (QS. Ali Imra : 77)

       


       
     
     
        
       
    
117
Artinya : “Demikianlah (perintah Allah). dan Barangsiapa
mengagungkan apa-apa yang terhormat di sisi Allah Maka
itu adalah lebih baik baginya di sisi Tuhannya. dan telah
Dihalalkan bagi kamu semua binatang ternak, terkecuali
yang diterangkan kepadamu keharamannya, Maka jauhilah
olehmu berhala-berhala yang najis itu dan jauhilah
perkataan-perkataan dusta. dengan ikhlas kepada Allah,
tidak mempersekutukan sesuatu dengan Dia. Barangsiapa
mempersekutukan sesuatu dengan Allah, Maka adalah ia
seolah-olah jatuh dari langit lalu disambar oleh burung, atau
diterbangkan angin ke tempat yang jauh.” (QS. Al-Hajj :
30-31)

Rasulullah SAW bersabda : “barangsiapa yang telah


kuputuskan baginya dari harta saudaranya dengan tidak benar
(keterangan saksi palsu), maka janganlah ia mengambilnya.
Karena sesungguhnya hal itu, berarti aku berikan kepadanya
sepotong dari api neraka.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Rasulullah SAW bersabda : “tidak akan binasa dua


telapak kaku orang yang menjadi saksi dusta. Hingga Allah
menetapkan kepadanya neraka.” (HR. Ibnu Majah dan Al-
Hakim)

Rasulullah SAW bersabda : “barangsiapa yang


menyembunyikan persaksian ketika ia di undangnya mengenai

118
(persaksian itu), maka ia seperti orang yang menyaksikan
dusta.” (HR. Thabrani)

Dari Abu Usamah, Rasulullah SAW bersabda :


“barangsiapa memutuskan hak seseorang muslim dengan
sumpahnya, maka Allah mewajibkan kepadanya ke neraka dan
ia di haramkan masuk surga.” (lalu) ada seseorang yang
bertanya, “bagaimana jikalau (perkara) itu ringan ya
Rasulullah ? .” beliau menjawab : “meskipun hanya memotong
pendapatmu.” (HR. Muslim)

Dari Abi Dzar. Nabi SAW bersabda : “(ada) tiga


golongan di hari kiamat nanti (di mana) Allah tidak berbicara
dengan mereka, tidak mensucikan mereka bahkan mereka
mendapat siksaan yang pedih.” Maka Rasulullah membacaka
ayat (yang artinya) :

     


       
      
      

Artinya : “Sesungguhnya orang-orang yang menukar janji


(nya dengan) Allah dan sumpah-sumpah mereka dengan
harga yang sedikit, mereka itu tidak mendapat bahagian
(pahala) di akhirat, dan Allah tidak akan berkata-kata
dengan mereka dan tidak akan melihat kepada mereka pada
117
hari kiamat dan tidak (pula) akan mensucikan mereka. bagi
mereka azab yang pedih.” (QS. Ali Imran : 77)

Sampai tiga kali. Seraya Abu Dzar berkata : “mereka tertipu,


mereka rugi. Siapakah mereka itu ya Rasulullah ? .” beliau
menjawab, “orang yang memanjakan pakaiannya (karena)
sombong, orang yang mengungkit-ungkit pemberiannya
(sehingga menyakitkan orang yang di beri) dan orang yang
menawarkan dagangannya dengan sumpah palsu.” (HR.
Muslim, Abu Dzar, At-Turmudzi, An-Nasa’i dan Ibnu Majah)

Dari Abdillah bin Amr bin Ash, Rasulullah SAW


bersabda : “yang termasuk dosa-dosa besar itu adalah
menyekutukan Allah, berani terhadap kedua orang tua,
membunuh jiwa, dan bersumpah palsu.” (HR. Bukhari)

Abu Bakrah ra. Berkata bahwa Rasulullah SAW


bersabda : “sukakah aku beri tahukan kepadamu dosa-dosa
yang besar ? .” para sahabat menjawab, “baiklah, wahai
Rasul.” Rasulullah SAW bersabda : “menyekutukan Allah dan
durhaka terhadap ke dua orang tua.” Ketika itu Rasulullah
SAW masih bersandar, kemudian tegak duduknya dan berkata,
“camkanlah dan perhatikanlah, ketahuan tipuan dan saksi
palsu.” Kemudian Rasulullah SAW mengulangi beberapa kali,
hingga kami berkata (dalam hati) agar Rasulullah SAW mau
diam.” (HR. Bukhari Muslim)

28. Banci

118
Rasulullah SAW bersabda : “Allah melaknat perempuan-
perempuan yang menyerupai laki-laki dan laki-laki yang
menyerupai wanita.” (HR. Bukhari, Abu Dawud dan lainnya)

Dari Abu Hurairah ra. Rasulullah SAW bersabda :


“Allah melaknat orang perempuan yang memakai pakaian laki-
laki dan orang laki-laki yang memakai pakaian perempuan.”
(HR. Abu Dawud)

Laki-laki menyerupai perempuan dan sebaliknya adalah


di larang oleh Allah SWT. Bahkan akan mendapat laknat dari-
Nya. Allah SWT menjadikan antara laki-laki dan wanita ini
ada perbedaan yang mendasar baik dari segi penampilannya,
jiwanya, suaranya, kekuatannya, memang sudah di atur oleh
pencipta-Nya menurut kodrat dan sunnatullah masing-masing.

29. Menjauhi Kerabat

Allah SWT telah memerintahkan kepada kita agar


berhati-hati dalam menjaga hubungan kerabat agar tidak
sampai menjauhi kerabat. Sebagaimana firman-Nya :

      


      
      
       
 
Artinya : “Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada
Tuhan-mu yang telah menciptakan kamu dari seorang diri,
dan dari padanya Allah menciptakan isterinya; dan dari
117
pada keduanya Allah memperkembang biakkan laki-laki
dan perempuan yang banyak. dan bertakwalah kepada Allah
yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling
meminta satu sama lain], dan (peliharalah) hubungan
silaturrahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan
mengawasi kamu.” (QS. An-Nisa’ : 1)

      


    
    
 
Artinya : “Maka Apakah kiranya jika kamu berkuasa kamu
akan membuat kerusakan di muka bumi dan memutuskan
hubungan kekeluargaan ? mereka Itulah orang-orang yang
dila'nati Allah dan ditulikan-Nya telinga mereka dan
dibutakan-Nya penglihatan mereka.” (QS. Muhammad : 22-
23)

Rasulullah SAW bersabda : “tidak bisa masuk surga


orang yang memutuskan hubungan tali persaudaraan.” (HR.
Mutafaq alaih)

Maka barangsiapa yang memutuskan hubungan tali


persaudaraan di mana orang tersebut tidak mampu dan
menjauhinya serta berlaku sombong terhadapnya bahkan tidak
mau menyambungnya dengan berlaku baik padahal dia kaya
seng ia miskin, maka orang tersebut termasuk di dalam
ancaman Allah yaitu tidak di perkenankan masuk ke dalam
surga-Nya. Kecuali dia mau bertaubat kepada Allah dan mau

118
memperbaiki diri dengan berlaku baik kepada yang tidak
mampu itu. Sebagaimana sabda Rasulullah SAW :

“barangsiapa yang mempunyai kerabat yang tidak


mampu lalu ia tidak berlaku baik kepadanya dan membelokkan
sedekahnya kepada orang lain, maka Allah tidak akan
menerima sedekahnya bahkan tidak melihatnya di hari kiamat
nanti jika dia sendiri miskin, hendaklah menyambung mereka
dengan jalan menjenguknya atau mencari berita tentang hal
ihwal mereka seraya Nabi SAW bersabda : “sambunglah
kerabatmu walaupun hanya dengan salam.” (HR. Ath-
Thabrani)

Rasulullah SAW juga bersabda : “barangsiapa yang


beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah ia
memuliakan tamunya. Dan barangsiapa yang beriman kepada
Allah dan hari akhir hendaklah ia menyambung tali
persaudaraannya dan barangsiapa yang beriman kepada Allah
dan hari akhir hendaklah ia berkata baik atau lebih baik diam.”
(HR. Bukhari dan Muslim)

Rasulullah SAW bersabda : “Allah SWT berfirman :


“akulah yang maha Rahman dan itulah (yang di katakan
rahim). Barangsiapa yang menyambung tali persaudaraan,
maka aku akan menyambungnya. Dan barangsiapa yang
memutuskannya, maka aku akan memutuskannya juga.” (HR.
Abu Dawud dan Turmudzi)
117
Dari Abu Hurairah ra. Rasulullah SAW bersabda :
“sesungguhnya Rahmat Tuhan tidak akan di turunkan kepada
suatu kaum yang di situ ada orang yang memutuskan
hubungan tali persaudaraan.” (HR. Al-Ashbahany)

Dalam hadits Qudsi di terangkan bahwa Rasulullah SAW


bersabda : “engkau telah aku (Allah) ciptakan dengan
kekuasaan-Ku sendiri. Telah aku petik bagimu nama dari
nama-Ku sendiri dan telah aku dekatkan kedudukanmu
kepada-Ku dan demi kemuliaan dan keagungan-Ku,
sesungguhnya aku pasti akan menghubungkan orang yang
telah menghubungkan engkau, dan aku memutuskan (rahmat-
Ku) pada orang yang telah memutuskan engkau dan aku tidak
ridho sebelum engkau ridha.” (HR. Hakim)

Abu Muhammad (Djubair) bin Mut’im ra. Berkata


bahwasanya Rasulullah SAW bersabda : “tidak akan masuk
surga orang yang memutuskan (silaturrahim).” Menurut
Sufyan yakni memutuskan hubungan Famili.” (HR. Bukhari
dan Muslim)

Dari Aisyah ra. Rasulullah SAW bersabda : “tali


persaudaraan ini tergantung pada Arsy dan berkata :
barangsiapa yang menghubungi aku, maka Allah akan
menghubungkannya , dan barangsiapa yang memutuskan aku,
maka Allah memutuskannya.” (HR. Bukhari dan Muslim)

30. Homo Sexual

118
Homo sexual adalah hubungan sengaja antara laki-laki
dengan laki-laki. Perbuatan homo sexual ini telah menyalah
fitrah manusia dan juga menyalahi syariat. Barangsiapa yang
melakukan homo sexual ini berarti ia telah melakukan dosa
besar. Sebagaimana firman Allah SWT :

    


        
   
Artinya : “mengapa kamu mendatangi jenis lelaki di antara
manusia, dan kamu tinggalkan isteri-isteri yang dijadikan
oleh Tuhanmu untukmu, bahkan kamu adalah orang-orang
yang melampaui batas.” (QS. Asy-Syu’ara’ : 165-166)

Rasulullah SAW bersabda : “barangsiapa di antara kamu


yang mendapati orang yang melakukan perbuatan kaum Luth,
maka bunuhlah dia, baik yang mengajak maupun orang yang di
ajaknya.” (QS. Abu Dawud)

Rasulullah SAW juga bersabda : “yang paling


khawatirkan atas kamu adalah perbuatan kaum Luth dan
melaknat orang yang mengerjakan perbuatan kaum Luth
sampai tiga kali. Lalu Nabi SAW bersabda : “Allah melaknat
perbuatan kaum Luth (homo sexual), Allah melaknat orang
yang melakukan perbuatan kaum Luth dan Allah melaknat
tang yang melakukan perbuatan kaum Luth.” (HR. Ibnu
Majah)
117
Dari Abu Hurairah ra. Katanya : Rasulullah SAW
bersabda : “ada empat golongan di pagi hari di murkai Allah
dan di sore hari di benci Allah SWT.” Lalu ada sahabat yang
bertanya, “siapakah mereka itu ya Rasulullah ? .” beliau
menjawab, “yaitu orang laki-laki yang menyerupakan dirinya
dengan orang wanita, orang perempuan yang menyerupakan
dirinya dengan laki-laki, orang berbuat serong (bersetubuh)
dengan binatang dan orang melakukan homo seksual.” (HR.
Ath-Thabrani)

Rasulullah SAW bersabda : “Allah tidak mau melihat


orang laki-laki yang bersetubuh dengan dubur sesama laki-laki
atau perempuan yang homo seksual.” (HR. Ath-Thurmudzi)

31. Berbuat Dhalim

Dhalim menurut bahasa adalah berbuat aniaya terhadap


diri sendiri atau kepada orang lain. Sedang dalam pengertian
lain yaitu menempatkan sesuatu bukan pada tempatnya.

Dhalim merupakan perbuatan yang terlarang dan


termasuk dosa besar. Bahkan akan mendapatkan siksaan yang
pedih di akhirat kelak.

Allah SWT berfirman :

       


      
     
     
     

118
      
     
       
     
      
 
Artinya : “dan janganlah sekali-kali kamu (Muhammad)
mengira, bahwa Allah lalai dari apa yang diperbuat oleh
orang-orang yang zalim. Sesungguhnya Allah memberi
tangguh kepada mereka sampai hari yang pada waktu itu
mata (mereka) terbelalak, mereka datang bergegas-gegas
memenuhi panggilan dengan mengangkat kepalanya,
sedang mata mereka tidak berkedip-kedip dan hati mereka
kosong. dan berikanlah peringatan kepada manusia terhadap
hari (yang pada waktu itu) datang azab kepada mereka,
Maka berkatalah orang-orang yang zalim: "Ya Tuhan Kami,
beri tangguhlah Kami (kembalikanlah Kami ke dunia)
walaupun dalam waktu yang sedikit, niscaya Kami akan
mematuhi seruan Engkau dan akan mengikuti rasul-rasul".
(kepada mereka dikatakan): "Bukankah kamu telah
bersumpah dahulu (di dunia) bahwa sekali-kali kamu tidak
akan binasa ? dan kamu telah berdiam di tempat-tempat
kediaman orang-orang yang Menganiaya diri mereka
sendiri, dan telah nyata bagimu bagaimana Kami telah
berbuat terhadap mereka dan telah Kami berikan kepadamu
beberapa perumpamaan.” (QS. Ibrahim : 42-45)
117
Perbuatan dhalim (aniaya) dapat di lakukan oleh manusia
kepada dirinya sendiri atau kepada orang lain kehakiman atau
perbuatan aniaya kepada orang lain dengan menyakiti jasmani
atau menyakiti hati, akan menjadikan manusia mengalami
berbagai hambatan.

Dari Abu Dzar ra. Rasulullah SAW bersabda : dari


Tuhan yang maha Tinggi bahwasanya dia berfirman : “wahai
hamba-Ku sesungguhnya aku mengharamkan (engkau) berbuat
dhalim kepada-Ku dan aku haramkan juga di antara kamu,
maka janganlah kamu saling mendhalimi (sesamamu).” (HR.
Muslim)

Paling tidak, manusia yang berbuat dhalim itu tidak


sekedar dengan melakukan penganiayaan dalam pengertian
jasmaniah semata. Namun penganiayaan dalam bentuk lain
yang dapat berdampak pada dirinya. seperti halnya tang yang
berbuat dosa. Sesungguhnya orang yang melakukan dosa
secara tidak sadar sedang mendhalimi dan menyakiti dirinya
sendi, demikian juga ketika ia menyakiti orang lain. Karena
mendhalimi manusia dan makhluk lain akan di balas oleh
Allah SWT kelak di akhirat nanti.

Dari Aisyah ra. Rasulullah SAW bersabda : “barangsiapa


berbuat dhalim sejengkal tanah niscaya (besok di hari kiamat)

118
akan di kalungkan (di lehernya) menjadi tujuh lipat tanah.”
(HR. Bukhari dan Muslim)

Dari Anas ra. Rasulullah SAW bersabda : “hendaklah


kamu menolong, saudaramu yang menganiaya dan yang di
aniaya.” Sahabat bertanya, “wahai Rasulullah (benar) aku
menolong apabila ia dianiaya, maka bagaimana cara
menolongnya apabila ia menganiaya.” Beliau menjawab,
“engkau cegah dia dari penganiayaan, maka orang yang
demikian itulah berarti menolongnya.” (HR. Bukhari)

Dari Ibnu Mas’ud ra. Rasulullah SAW bersabda : “besok


akan ada raja (pemimpin-pemimpin) datang / mengumpulkan
rakyat dengan berbuat dhalim dan berbohong kepada mereka,
maka barangsiapa ikut pada golongan mereka, membenarkan
kebohongan mereka dan menolong kehakiman mereka. Maka
ia bukanlah dari golongannya. Dan barangsiapa yang tidak ikut
golongan mereka bahkan tidak membantu kehakiman maka Isa
berarti dari golonganku dan aku pun menjadi golongannya.”
(HR. Ahmad, Abu Ya’la dan Ibnu Hibban)

Rasulullah SAW bersabda : “menagguh-nangguhkan


membayar hutang (bagi) orang kaya itu termasuk dhalim. ia
bisa (di halalkan) di adukan (kepada yang berwajib) atau Bfi
tahannya”.

Rasulullah SAW bersabda : “menunda (hutang) bagi


orang kaya itu termasuk dhalim.” (HR. Bukhari dan Muslim)

32. Perselingkuhan dan aborsi


117
Pola hubungan laki-laki dan perempuan dalam islam di
tegaskan dan di atur dalam bingkai keluarga melalui ikatan
mitsaqan ghalidza (perjanjian yang berat) dalam ikatan
pernikahan. Namun terkadang ikatan-ikatan ini tercabik-cabik
oleh ke tidak konsistenan manusia terhadap pasangannya.
Perselingkuhan yang sudah berstatus suami istri kerap terjadi.

Dalam konteks zaman ini, tentunya banyak fasilitas dan


kemudahan manusia untuk melakukan penyelewengan.

Perselingkuhan menjadi hal yang aneh dan tabu,


perbuatan dosa dan maksiat ini sekarang semakin menggila
dan semakin terbuka, bahkan orang tidak malu dan ragu ketika
di beritakan melakukan perselingkuhan dengan suami atau istri
orang.

Selingkuh memang erat hubungannya dengan aborsi


walaupun tidak semua pasangan selingkuh berakhir dengan
pembunuhan janin.

Inilah salah satu dosa yang di timbulkan dari globalisasi,


yang memberikan berbagai tawaran kemudahan dalam soal
komunikasi dan teknologi. Dengan teknologi dan komunikasi
yang serba canggih dan mudah ini, perilaku dosa dalam
konteks perselingkuhan dan aborsi juga akan mudah di
lakukan.

33. KKN (Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme)

118
Korupsi merupakan masalah penting yang pernah terjadi
mengiringi kehidupan manusia dalam rangka penataan sistem
masyarakat atau publik.

Korupsi kata sebagian orang menjadi kebiasaan bahkan


seseorang akan di hina oleh kawan lain atau bahkan di
kucilkan jika berlaku jujur dalam menjalankan amanah
jabatannya itu. Korupsi merupakan dosa publik karena
menggunakan, merampas, dan mengambil harta benda milik
publik secara tidak sah.

Allah SWT berfirman :

      


    
Artinya : “dan mereka berkata: "Hati Kami tertutup". tetapi
sebenarnya Allah telah mengutuk mereka karena keingkaran
mereka; Maka sedikit sekali mereka yang beriman.” (QS.
Al-Baqarah : 88)

Dalam kasus korupsi, mengambil harta publik sering kali


di lakukan dengan melakukan legitimasi pada aturan-aturan
negara dan pemerintah. sekalipun terkandung harta yang di
ambil jelas-jelas berbau korupsi.

KKN menjadi akar permasalahan sosial dan individual


bagi masyarakat umum, KKN sangat berpengaruh terhadap
hajat hidup banyak orang, karena harta di korupsi, pejabat
117
melakukan kolusi dan nepotisme, maka rakyat tidak akan
mendapat kemaslahatan dari penyelewengan jabatan ini.
Perbuatan KKN kini sedang menjadi penyakit bersama yang
susah untuk di musnahkan. Karena KKN menjadi perilaku
yang terintegral dalam sistem penyelewengan negara.

Oleh karena itu Allah SWT berpesan kepada manusia


agar lebih profesional memberikan pekerjaan publik kepada
seseorang untuk menghindari KKN dan juga sebagai langkah
nyata mewujudkan kepemimpinan yang amanah. Sebagaimana
firman Allah SWT :

      


    
Artinya : “salah seorang dari kedua wanita itu berkata: "Ya
bapakku ambillah ia sebagai orang yang bekerja (pada kita),
karena Sesungguhnya orang yang paling baik yang kamu
ambil untuk bekerja (pada kita) ialah orang yang kuat lagi
dapat dipercaya.” (QS. Al-Qashas : 26)

“Barangsiapa yang mengangkat pemimpin karena


keluarga atau kedekatan padahal ada yang lebih Allah SWT
ridhoi, maka ia telah berkhianat kepada Allah, Rasul, dan
orang-orang beriman.” (HR. Hakim)

Ayat-ayat di atas mengamanatkan manusia agar


memberikan jabatan terutama jabatan publik kepada mereka
yang jelas memiliki profesionalitas bukan karena krom atau

118
kerabat. Selain itu, juga di berikan kepada orang yang dapat di
percaya menjalankan amanah jabatan tersebut.

34. Jihad, Terorisme dan Balas Dendam

Maksiat lain yang merajalela dalam rumah kehidupan


global adalah senternya kampanye dan provokasi untuk
melakukan jihad (perang dalam makna yang sesungguhnya)
dengan jalan kekerasan. jihad (bersungguh-sunguh) adalah
perilaku untuk bersungguh-sungguh dalam menjalankan dan
menggapai cita-cita. Namun maka jihad ini sebagai perang suci
membela agama Allah SWT. jihad di konotasikan sama
dengan perang salib. Perang salib dalam istilah gereja dan
jihad dalam islam memang pernah menjadi momen penting
dalam perselisihan dua Agama besar tersebut.

Dalam pengertian yang lazim, jihad adalah perang untuk


melawan orang kafir. Sementara tindakan kekerasan dalam
konteks ini merupakan problem lain yang berbeda sama sekali
bahkan berlawanan dengan substansi jihad. Tindakan
kekerasan, penghancuran, tempat-tempat publik dan aksi-aksi
pengeboman adalah peristiwa tidak ada kaitannya dengan
peristiwa agama.

Inilah dosa dan maksiat yang banyak di lakukan oleh


manusia, baik atas nama jihad, terorisme, ataupun balas
dendam.
117
35. Memakan harta anak yatim

Al-Qur’an telah menjelaskan adanya larangan memakan


harta anak yatim dengan cara dhalim. Sebagaimana firman
Allah SWT :

     


      
 
Artinya : “Sesungguhnya orang-orang yang memakan harta
anak yatim secara zalim, sebenarnya mereka itu menelan
api sepenuh perutnya dan mereka akan masuk ke dalam api
yang menyala-nyala (neraka).” (QS. An-Nisa’ : 10)

      


      
      
       
        
  
Artinya : “dan janganlah kamu dekati harta anak yatim,
kecuali dengan cara yang lebih bermanfaat, hingga sampai
ia dewasa. dan sempurnakanlah takaran dan timbangan
dengan adil. Kami tidak memikulkan beban kepada
sesorang melainkan sekedar kesanggupannya. dan apabila
kamu berkata, Maka hendaklah kamu Berlaku adil,
Kendatipun ia adalah kerabat(mu), dan penuhilah janji

118
Allah. yang demikian itu diperintahkan Allah kepadamu
agar kamu ingat.” (QS. Al-An’am : 152)

      


       
      
   
Artinya : “dan Apakah orang yang sudah mati kemudian
Dia Kami hidupkan dan Kami berikan kepadanya cahaya
yang terang, yang dengan cahaya itu Dia dapat berjalan di
tengah-tengah masyarakat manusia, serupa dengan orang
yang keadaannya berada dalam gelap gulita yang sekali-kali
tidak dapat keluar dari padanya? Demikianlah Kami jadikan
orang yang kafir itu memandang baik apa yang telah
mereka kerjakan.” (QS. Al-An’am : 122)

    


    
     
       
     
     
      
Artinya : “dan ujilah anak yatim itu sampai mereka cukup
umur untuk kawin. kemudian jika menurut pendapat mu
mereka telah cerdas (pandai memelihara harta), Maka
serahkanlah kepada mereka harta-hartanya. dan janganlah
kamu Makan harta anak yatim lebih dari batas kepatutan
117
dan (janganlah kamu) tergesa-gesa (membelanjakannya)
sebelum mereka dewasa. barang siapa (di antara pemelihara
itu) mampu, Maka hendaklah ia menahan diri (dari
memakan harta anak yatim itu) dan Barangsiapa yang
miskin, Maka bolehlah ia Makan harta itu menurut yang
patut. kemudian apabila kamu menyerahkan harta kepada
mereka, Maka hendaklah kamu adakan saksi-saksi (tentang
penyerahan itu) bagi mereka. dan cukuplah Allah sebagai
Pengawas (atas persaksian itu).” (QS. An-Nisa’ : 6)

     


     
       
Artinya : “dan berikanlah kepada anak-anak yatim (yang
sudah balig) harta mereka, jangan kamu menukar yang baik
dengan yang buruk dan jangan kamu Makan harta mereka
bersama hartamu. Sesungguhnya tindakan-tindakan
(menukar dan memakan) itu, adalah dosa yang besar.” (QS.
An-Nisa’ : 2)

Rasulullah SAW bersabda : “sebaik-baik rumah islam


adalah rumah di mana di dalamnya terdapat anak yatim di
santuni dengan baik. Seburuk-buruknya rumah orang islam
adalah di mana di dalamnya terdapat anak yatim di perlakukan
dengan buruk terhadapnya.” (HR. Ibnu Majah)

Abu Hurairah ra. Berkata bahwa Rasulullah SAW


bersabda : “tinggalkanlah tujuh dosa yang akan
membinasakan.” Sahabat bertanya, “apakah itu ya Rasul ? .”

118
Rasulullah SAW menjawab, “menyekutukan Allah, sihir
membunuh jiwa yang tidak bersalah, kecuali dengan hak,
makan riba, makan harta anak yatim, lari dari peperangan
(jihad), dan menuduh wanita baik-baik berbuat zina.” (HR.
Bukhari dan Muslim)

Rasulullah SAW bersabda : “suatu kaum akan di


bangkitkan pada hari kiamat dari kuburnya, mulut-mulut
mereka menyala-nyala api. Maka di tanyakan, “siapakah itu
wahai Rasul ? .” beliau menjawab, “apakah engkau tidak
mengerti bahwasanya Allah SWT berfirman : sesungguhnya
orang-orang tidak memakan harta anak yatim secara dhalim,
sebenarnya mereka itu menelan api sepenuh perutnya.” (HR.
Abu Ya’la)

36. Dengki dan Iri Hati

Dengki dan iri hati adalah termasuk amal perbuatan


buruk yang di larang oleh agama. Untuk memiliki dan di
sandang oleh setiap muslim.

Dengki dan iri hati adalah suatu penyakit rohani yang


dapat merenggut dan merampas amal kebajikan.

Dengki dan iri hati di umpamakan bagaikan api yang


memakan kau bakar. Tentu saja dalam waktu sekejap kau
bakar di lalap oleh api. apabila tidak segera di berantas, maka
117
akan memakan segala amal kebaikan yang selama ini di
rancang dan di kemasnya.

Sungguh sangat rugi apabila amal kebajikan yang di


dalamnya di kemas dan di lakukan oleh orang-orang yang
mempunyai dengki dan iri hati.

37. Fitnah dan Menggunjing

Fitnah dan menggunjing adalah termasuk perbuatan


buruk yang sangat di murkai Allah yang harus kita hindari dan
kita jauhkan dari kehidupan kita. Sebagaimana firman Allah
SWT :

“hai orang-orang yang beriman, janganlah satu kaum


mengolok-olokkan (saling menjelekkan dan menjatuhkan)
kaum yang lainnya boleh jadi mereka (kaum yang diperolok-
olokkan itu) jauh lebih baik dari mereka (yang mengolok-
olokkan), dap jangan pula perempuan-perempuan mengolok-
olokkan perempuan yang lain, boleh jadi perempuan-
perempuan (yang diperolok-olokkan) itu jauh lebih baik dari
mereka (yang memperolok-olokkan), dan jangan kamu saling
mencela dirimu sendiri, dan janganlah kamu panggil
memanggil dengan gelar-gelar (panggilan) yang buruk.
seburuk-buruk nama (panggilan) ia panggilan fasik sesudah
beriman. dan barangsiapa yang tidak bertaubat, maka mereka
itulah orang-orang yang dhalim”.

      


       

118
        
     
       
     
     
        
       
        
  
Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, janganlah
sekumpulan orang laki-laki merendahkan kumpulan yang
lain, boleh Jadi yang ditertawakan itu lebih baik dari
mereka. dan jangan pula sekumpulan perempuan
merendahkan kumpulan lainnya, boleh Jadi yang
direndahkan itu lebih baik. dan janganlah suka mencela
dirimu sendiri dan jangan memanggil dengan gelaran yang
mengandung ejekan. seburuk-buruk panggilan adalah
(panggilan) yang buruk sesudah iman dan Barangsiapa yang
tidak bertobat, Maka mereka Itulah orang-orang yang zalim.
Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan purba-
sangka (kecurigaan), karena sebagian dari purba-sangka itu
dosa. dan janganlah mencari-cari keburukan orang dan
janganlah menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang
di antara kamu yang suka memakan daging saudaranya
yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik
kepadanya. dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya
Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang.” (QS.
Al-Hujurat : 11-12)
117
38. Mengurangi Timbangan

Mengurangi jumlah takaran, ukuran, timbangan atau


sesuatu yang lain dari ketentuan yang sebenarnya adalah
termasuk perbuatan tercela.

Allah SWT berfirman :

     


      
  
Artinya : “kecelakaan besarlah bagi orang-orang yang
curang, (yaitu) orang-orang yang apabila menerima takaran
dari orang lain mereka minta dipenuhi, dan apabila mereka
menakar atau menimbang untuk orang lain, mereka
mengurangi.” (QS. Al-Muthaffifin : 1-3)

Rasulullah SAW bersabda : “(ada) lima perkara yang di


balas dengan lima perkara juga.” Mereka (sahabat) bertanya,
“wahai Rasulullah, apakah lima perkara (di balas) dengan lima
perkara itu ? .” beliau menjawab, “yaitu satu kaum yang
melanggar janji Allah, pasti Allah akan menjadikan mereka di
kuasai musuhya, dan mereka yang tak berhukum dengan
hukum Allah, pasti kemelaratan akan tersebar di tengah-tengah
mereka, dan bilamana zina telah merajalela, maka pasti Allah
akan menurunkan bencana yang membawa kematian pada
mereka (Tho’un), dan mereka yang mengurangi timbangan,
pasti akan terkurangi tanaman mereka dan di timpa oleh

118
bencana musuh, dan mereka yang tidak mau membayar zakat,
pasti hujan akan tahan dari mereka.” (HR. Ath-Thabrani)

39. Buang Air Besar Di Tempat Berteduh

Yang di maksud dengan tempat berteduh adalah tempat-


tempat yang biasa di pergunakan untuk beristirahat atau duduk
oleh orang baya. Orang yang buang air besar di tempat tersebut
adalah terarah karena dapat mengganggu orang banyak.

Dari Abu Hurairah ra. Rasulullah SAW bersabda :


“takutlah kamu (terhadap perbuatan) dua orang yang mendapat
laknat (yaitu) orang-orang yang buang air besar di jalan atau
tempat berteduh mereka.” (HR. Muslim)

Dari Mu’adz ra. Rasulullah SAW bersabda : “takutlah


kamu dari tiga tempat yang menyebabkan terlaknat : buang air
di tempat-tempat air tergenang, di pinggir-pinggir jalan raya
dan tempat orang berteduh.” (HR. Abu Dawdu)

40. Memalsukan Keturunan

Yang di maksud dengan memalsukan keturunan adalah


orang yang tidak mau mengakui ayahnya yang sebenarnya
kemudian ia berayah kepada orang lain padahal sebenarnya ia
mengetahuinya. Perbuatan ini termasuk perbuatan dosa.

Dari Sa’id ra. Ia berkata bahwa Rasulullah SAW


bersabda : “barangsiapa bersuku kepada selain ayahnya sedang
117
ia mengetahui bahwa orang tersebut bukan ayahnya maka
surga di haramkan atasnya.” (HR. Al-Bukhari)

Dari Abu Dzar ra. Rasulullah SAW bersabda : “bukan


termasuk golongan kami orang yang mengaku suku selain
ayahnya sedang ia mengetahui kecuali ia termasuk orang yang
kafir dan barangsiapa yang mengaku suatu yang tidak ada hak
maka dia bukan dari kami dan siap-siaplah (untuk) duduk di
neraka dan barangsiapa yang memanggil seseorang dengan
(kata-kata) kafir, atau ia katakan, “wahai musuh Allah.”
Padahal bukan seperti itu, maka yang demikian itu tiada bisa
lain kecuali akan kembali pada dirinya sendiri.” (HR. Muslim)

Dari Abu Hurairah ra. Rasulullah SAW bersabda :


“kamu janganlah sekali-kali membenci ayahmu, barangsiapa
yang membenci ayahnya maka dia adalah kafir.” (HR.
Bukhari)

41. Menggambar Makhluk Hidup dan Patung

Dalam persoalan gambar-menggambar ini terdapat ayat


dan hadits yang menerangkan akibat yang di derita oleh
pembuatnya di hari kiamat kelak. Sebagaimana firman Allah
SWT :

       


      
Artinya : “Sesungguhnya orang-orang yang menyakiti Allah
dan Rasul-Nya. Allah akan melaknatinya di dunia dan di

118
akhirat, dan menyediakan baginya siksa yang
menghinakan.” (QS. Al-Ahzab : 57)

Dari Aisyah ra. Ia berkata : “Rasulullah SAW datang


dari bepergian sedang rakku telah kututupi dengan kain yang
ada gambar-gambar patung, maka tatkala Rasulullah SAW
melihatnya lalu berubahlah wajahnya seraya berkata : “wahai
Aisyah (ketahuilah) bahwa siksaan yang paling pedih atas
manusia di hari kiamat nanti adalah orang yang menciptakan
sesuatu yang serupa dengan ciptaan Allah Azza wa jalla.” Lalu
Aisyah ra. berkata tentang itu kemudian memotongnya untuk
di jadikan bantal.” (HR. Bukhari Muslim)

Dari Ibnu Umar ra. Rasulullah SAW bersabda :


“sesungguhnya orang-orang yang membuat gambar-gambar di
hari kiamat mereka Ian di siksa dan di katakan kepadanya :
“hendaklah kalian hidup apa saja yang pernah kamu ciptakan.”
(HR. Bukhari Muslim)

Dari Ibnu Abbas ra. Ia berkata : “aku mendengar


Rasulullah SAW bersabda : “barangsiapa menggambar sebuah
gambar di dunia ini maka di hari kalimat nanti Allah akan
memaksakan dia untuk meniupkan ruh kepadanya untuk
selama-lamanya.” (HR. Bukhari)

Aisyah ra. Telah berkata : “sesungguhnya Ummu


Habibah dan Ummu Salama, keduanya menceritakan kepada
Rasulullah SAW pada suatu gereja yang mereka lihat di negeri
habasah. Di dalamnya terdapat gambar-gambar. Maka
117
Rasulullah SAW bersabda : “sesungguhnya mereka itu ada
yang shaleh. Lalu ia mati, maka mereka buat tempat
sembahyang di atas kuburnya, dan mereka buat padanya
gambar-gambar itu merek itu orang-orang yang jahat menurut
Allah Azza wa jalla di hari kiamat.” (HR. Muslim)

Said bin Hasan, seorang laki-laki telah datang kepada


Ibnu Abbas, lalu ia berkata : “saya ini seorang tukang
membuat gambar-gambar ini. Maka berikanlah fatwa
kepadaku tentang itu.” Maka Ibnu Abbas berkata : “saya
pernah mendengar Rasulullah SAW bersabda : “tiap-tiap
tukang pembuat gambar (tempatnya) di neraka. Bagi setiap
gambar yang ia buat itu Allah akan menjadikan satu Kwa yang
menyiksa dia di neraka jahannam.” Dan Ibnu Abbas berkata :
“kalau hendak terpaksa engkau hendak kerjakan, membuat
gambar-gambar pohon dan barang-barang yang tak bernyawa.”
(HR. Muslim)

42. Tajassus (Menyelidiki Rahasia Orang)

Tajassus adalah seseorang yang menceritakan aib


saudaranya. padahal Allah sendiri menutupinya jadi secara
jelas bahwa tajassus ini adalah termasuk perbuatan yang
mencari aib seseorang atau dengan kata lain membuka rahasia
orang yang secara hukum sebenarnya hal itu di lindungi oleh
Agama islam. Karena islam benar-benar melindungi rahasia
setiap orang.

118
Perbuatan tajassus sangat merugikan orang lain, maka
benar jika islam melarang dan tidak membenarkan perbuatan
tersebut dan bahkan Allah sendiri akan mengutuknya.
Sebagaimana sabda Rasulullah SAW :

“barangsiapa yang mendengar cerita suatu kaum padahal


yang demikian itu akan di larutkan leburan timah ke dalam
telinganya.” (HR. Bukhari)

Naudzubillah ! semoga kita bukan termasuk di


dalamnya. Walaupun manusia itu tempatnya salah dan dosa,
namun hendaknya kita bisa meminimalisir dosa itu sendiri di
setiap kita telah melakukannya. Agar kita mudah dalam
menyesali setiap dosa yang pernah kita lakukan.

Dari sekian banyak macamnya, itulah beberapa di antara


dosa-dosa yang sering di lakukan oleh kebanyakan manusia,
walaupun masih banyak lagi dosa-dosa yang tidak di sebutkan.

117
II

Akibat Dan Pengaruh Dosa

1. Dosa Menyisakan Sengsara

Ada banyak hal yang akan di timbulkan oleh perbuatan


dosa dan yang pasti akan mengakibatkan kesengsaraan hidup
bagi pelakunya. ya, dosa akan mengakibatkan kehidupan
seseorang menjadi sengsara, merana, dan menderita.

Sebagaimana perilaku yang mengakibatkan kehinaan,


dosa sesungguhnya bis menyebabkan seseorang akan menjadi
tak punya harga diri, baik di mata sesama manusia lebih-lebih
di mata Allah.

Allah SWT berfirman :

    


        
      
       
  

118
Artinya : “dan orang-orang yang mengerjakan kejahatan
(mendapat) Balasan yang setimpal dan mereka ditutupi
kehinaan. tidak ada bagi mereka seorang pelindung pun dari
(azab) Allah, seakan-akan muka mereka ditutupi dengan
kepingan-kepingan malam yang gelap gelita. mereka Itulah
penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya.” (QS. Yunus :
27)

Dengan berbuat dosa seseorang menjadi hina dan tak ada


harganya. Tak ada ketenangan dan kedamaian hidup bagi
orang-orang yang hidup dalam kehinaan, apalagi merasa
kebahagiaan yang sejati.

Allah SWT berfirman :

      


       
Artinya : “dan peliharalah dirimu dari pada siksaan yang
tidak khusus menimpa orang-orang yang zalim saja di
antara kamu. dan ketahuilah bahwa Allah Amat keras
siksaan-Nya.” (QS. Al-Anfal : 25)

Inilah dampak terbesar dari perbuatan dosa yang terasa


di kehidupan dunia. Ternyata perbuatan dosa bukan saja akan
mendatangkan dampak bagi seseorang secara pribadi yang
akan menimpa pelaku dosa sendiri, tetapi lebih dari itu, dosa
juga bisa menurunkan adzab di mana adzab itu akan menimpa
pas banyak orang walaupun mereka sama sekali tidak
mengetahui apa-apa.
117
Bencana alam memang bisa di sebut sebagai fenomena
ala yang wajar. Artinya bencana alam terkadang memang
merupakan suatu kejadian yang secara alamiah memang harus
ada di bumi ini. Namun sadarlah kita bahwa bencana alam
ternyata juga bisa merupakan akibat dari tindakan tangan-
tangan berdosa yang dampak-Nya secara mereka menimpa
pada banyak orang ?

Dalam sebuah hadits dari Jabir bin Samurah di kisahkan


bahwa suatu ketika penduduk kuah mengadukan Sa’ad bin Abi
Waqas kepada Umar bin Khathab sewaktu menjabat sebagai
khalifah. Kata mereka, Sa’ad tidak memperbaiki shalatnya.
Umar pun lalu memecatnya dan menggantikan kedudukan
Sa’ad dengan orang lain yang bernama Amar. Kali lain Sa’ad
di panggil oleh Umar, “wahai bapak Ishaq, sesungguhnya
banyak orang kuah mengadukan bahwa kamu tidak
memperbaiki shalatmu ! .” kata Umar kepada Sa’ad,

“demi Allah, sesungguhnya saya melakukan shalat


bersama mereka bagaimana shalat yang di lakukan oleh Nabi.
Saya tidak berbuat cacat. Saya melakukan salat Isya’ dan
berdiam lama dalam rakaat pertama dan memendekkan dua
rakaat yang terakhir.” Demikian kata Sa’ad.

“Itu hanya menurut penilaianmu saja, wahai Abu


Ishaq ! .” bentuk Umar.

118
Selanjutnya, untuk memastikan Khabar itu Umar bin
Khathab lalu mengutus utusan ke kuffah untuk mengecek
kebenaran laporan tersebut.

Di kuffah sama utusan itu bertanya kepada orang-orang


di masjid-masjid, namun jawaban mereka mengatakan bahwa
Sa’ad adalah orang yang baik.

Sampai di sebuah masjid bernama Bani Absin, utusan


Umar itu bertanya kepada seorang lelaki bernama Usamah bin
Qatadah yang sering di juluki Abu Sa’adah. Ia berkat, “jika
engkau bertanya, maka sesungguhnya Sa’ad itu tidak mau
berjalan bersama prajurit, tidak suka membagi sama rata, dan
tidak adil dalam mengambil keputusan”.

Apa yang di katakan Abu Sa’adah adalah sebuah fitnah


belaka agar utusan Umar itu menaruh benci kepada Sa’ad.
Sa’ad pun merasa bahwa dirinya telah di fitnah. Sebagai
manusia biasa tentu ia tidak bisa menerima perlakuan seperti
itu. Maka Sa’ad bin Abi Waqas pun bersumpah, “demi Allah
saya akan berdo’a tentang tiga hal : ya Allah jika hamba-Mu
itu adalah seorang pendusta, berbuat riya’, dan hanya ingin
terkenal, maka panjangkanlah umurnya, panjangkanlah
kefakirannya, dan datangkanlah fitnah kepadanya ! ”.

Do’a Sa’ad langsung maqbul. Lantas apakah yang terjadi


pada diri Abu Sa’adah ?
117
Sungguh dosa akan mendapatkan adzabnya, dosa yang di
perbuat Abu Sa’adah telah menampakkan wajah aslinya. Dosa
itu menjadikan pelakuya hidup dalam kungkungan derita dan
kesengsaraan yang berkepanjangan. Ya, di sebutkan bahwa
untuk selanjutnya Abu Sa’adah hidup begitu lama dengan
umur yang sangat panjang. Tak hanya itu, ia juga hidup dalam
kefakiran dan kemelaratan yang menyiksa batinnya. Dia
sendiri, sebenarnya merasa bahwa keberadaan hidupnya yang
seperti itu adalah bab do’a Sa’ad bi Abi Waqas.s tiap kali di
tanya oleh orang lain, dia selalu berkata, “aku kena do’a Sa’ad
bin Abi Waqas”.

Abdul Malik bin Umair ar Rawi berkata dari Jabir bin


Samurah : “saya sendiri melihat orang itu (Abu Sa’adah)
begitu tua hingga aslinya sampai menutupi matanya, dan dia
selalu duduk di tepi jalan untuk mengganggu gadis-gadis yang
berlalu lalang di situ ! ”.

Dalam sebuah ayat Allah SWT berfirman :

      


      

Artinya : “(Bukan demikian), yang benar: Barangsiapa
berbuat dosa dan ia telah diliputi oleh dosanya, mereka
Itulah penghuni neraka, mereka kekal di dalamnya.” (QS.
Al-Baqarah : 81)

Dalam ayat lain Allah SWT juga menegaskan :

118
     
Artinya : “Sesungguhnya orang-orang yang berdosa berada
dalam kesesatan (di dunia) dan dalam neraka.” (QS. Al-
Qamar : 47)

Jelaslah bahwa faktor penyebab seorang manusia bisa


sampai di masukkan ke dalam neraka dan harus menerima
siksaan yang teramat parah adalah lantaran perbuatan dosa
yang mereka lakukan.

2. Antara Dosa Dan Kesengsaraan Hidup

Perbuatan dosa ain menjadi penyebab utama terjadinya


kesengsaraan hidup di dunia. Jadi bahagia dan sengsara hidup
di dunia sangat tergantung pada kelakuan kita sendiri.

Allah SWT berfirman :

    


        
      
117
       
  
Artinya : “dan orang-orang yang mengerjakan kejahatan
(mendapat) Balasan yang setimpal dan mereka ditutupi
kehinaan. tidak ada bagi mereka seorang pelindung pun dari
(azab) Allah, seakan-akan muka mereka ditutupi dengan
kepingan-kepingan malam yang gelap gelita. mereka Itulah
penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya.” (QS. Yunus :
27)

Dosa dengan demikian berarti menjadi penyebab


hancurnya harga diri seseorang. Dengan berbuat dan seseorang
tidak akan menjadi mulia. Dengan berbuat dosa seseorang
menjadi hina dan tak ada harganya tak ada ketenangan dan
kedamaian hidup bagi orang-orang yang hidup dalam
kehinaan, apalagi merasakan kebahagiaan yang sejati.

Allah SWT berfirman :

      


      

Artinya : “(Bukan demikian), yang benar: Barangsiapa
berbuat dosa dan ia telah diliputi oleh dosanya, mereka

118
Itulah penghuni neraka, mereka kekal di dalamnya.” (QS.
Al-Baqarah : 81)

Allah SWT berfirman :

     


Artinya : “Sesungguhnya orang-orang yang berdosa berada
dalam kesesatan (di dunia) dan dalam neraka.” (QS. Al-
Qamar : 47)

Di kisahkan bahwa ada seorang menteri di Baghdad telah


merampas dengan paksa harta keadaan seorang wanita tua.
Segala milik wanita itu di rampas hingga tak menyisahkan
sedikit pun barang yang berharga. Karena hak-haknya telah di
rampas, maka wanita tua ini memberanikan diri untuk protes
kepada sang menteri.

“tolong kembalikanlah harta bendaku, sebab itu sangat


berharga dalam hidupku.” Demikian kata wanita itu. Sembari
menangis. Namun dengan pengaduan itu sang menteri tak mau
peduli. Sama sekali ia tak menaruh rasa kasihan terhadap
wanita yang sudah tua itu. Sang menteri tidak merasa bahwa
apa yang ia perbuat kepada wanita tua itu adalah sebuah dosa.

“tolong kembalikan harta benda kamu.” Pinta wanita itu


untuk yang kuda kalinya namun lagi sang menteri tak peduli
sama sekali. Karena sudah tak di pedulikan lagi, maka
selanjutnya sang wanita ini berkata dengan sebuah ancaman,
117
“jika engkau tidak mengembalikan juga aku akan memohon
kepada Allah agar engkau celaka ! ”.

Menteri itu malah tertawa mengejek seraya berkata,


“berdoalah di waktu sepertiga malam yang terakhir, supaya
doamu terkabulkan ! .” sungguh tak terkirakan dosa yang di
lakukan sang menteri itu. Sambas kali sang menteri itu tak
merasa takut. Dia tak tahu atau mungkin tak mau tahu bahwa
doa orang yang teraniaya itu sangat maqbul. Dia tidak takut
akan akibat perbuatan yang ia lakukan.

Begitulah maka wanita Aiu pun pergi meninggalkannya


pada setiap sepertiga malam terakhir, ia selalu berdo’a dan
sungguh doa orang yang terdhalimi memang begitu manjur.
Tak beberapa lama berselang, menteri itu di pecat dari
jabatannya, dan seluruh harta bendanya di sita. Ia di ikat di
tengah pasar dan di cambuk sebagai hukuman, menurut
ketentuan majelis hakim, dikarenakan atas kekejamannya
terhadap rakyatnya.

Pada waktu wanita tua itu berjalan-jalan di pasar dia


begitu tertarik melihat sebuah keramaian. Saat melihat apa
yang sedang terjadi, ia begitu kaget ternyata sang menteri yang
dulu telah merampas harta bendanya, dan yang telah
mendzaliminya kini telah menjalani masa hukumannya. Begitu
melihatnya, wanita ini langsung berkata, “engkau benar,
engkau telah menganjurkan kepadaku untuk berdo’a di
sepertiga malam terakhir, ternyata bukti bahwa sepertiga
malam terakhir itu memang waktu yang terbaik untuk berdo’a.

118
Dari kisah di atas, ternyata dosa apa pun bentuknya akan
menyisahkan kesengsaraan hidup bagi pelakunya,
kesengsaraan itu lebih merupakan sebuah ganjaran setimpal
yang memang layak di peroleh.

Al-Qur’an, lewat kisah-kisah umat terdahulu sudah


berulang kali menceritakan bahwa perbuatan dosa pasti akan
menimbulkan petaka dunia.

Allah SWT berfirman :

      


       
Artinya : “dan peliharalah dirimu dari pada siksaan yang
tidak khusus menimpa orang-orang yang zalim saja di
antara kamu. dan ketahuilah bahwa Allah Amat keras
siksaan-Nya.” (QS. Al-Anfal : 25)

Inilah dampak terbesar dari perbuatan dosa yang terasa


di kehidupan dunia. Ternyata perbuatan dosa bukan saja akan
mendatangkan adzab bagi seseorang secara pribadi yang akan
menimpa pelaku dosa itu sendiri, tetapi lebih dari itu, dosa juga
bisa menurunkan adzab di mana adzab itu akan menimpa pada
banyak orang walaupun mereka sama sekali tidak tahu apa-
apa.

Dalam sebuah kabar di sebutkan bahwa Urwah bin


Zubair. Mengisahkan bahwa Sa’id bin Zaid bin Amru bin
Nufail di duka oleh seorang wanita bernama Arwa binti Aus
117
kepada Marwan bin Abdul Hakim, seorang Khalifah pada saat
itu. Wanita ini menuduh bahwa sebagian tanahnya telah di
ambil oleh Sa’id. Tuduhan tersebut sebenarnya hanyalah
merupakan tindakan zalim dari Arwa. Marwan sendiri tidak
membutuhkan penjelasan lebih lanjut dari Sa’id.

Sa’id merasa bahwa dirinya telah di dhalimi wanita itu


benar-benar telah berbuat sesuatu yang menyebabkan diri
Sa’id menjadi teraniaya. Pada saat itu Sa’id berdo’a kepada
Allah, “ya Allah, jika seorang perempuan itu seorang pendusta,
maka butakanlah penglihatannya dam matikan dia di atas
tanahnya”.

Dari Sa’id adalah doa yang keluar dari mulut seseorang


yang di dhalimi oleh orang lain. Karenanya do’a Sa’id begitu
maqbul. Dan ternyata do’a Sa’id langsung di jawab oleh Allah,
ketika Arwa binti Aus berjalan di atas tanahnya, tiba-tiba dia
terperosok ke dalam lubang hingga akhirnya dia mati di tempat
itu.” (HR. Muttafaq alaih)

Berpijak dari kenyataan yang seperti itu, sadarlah bahwa


jauh-jauh Rasulullah SAW sudah mengingatkan kita akan
bahaya tindakan aniaya terhadap orang lain. Sebagaimana
sabda beliau :

“dan orang yang teraniaya itu mustajabah, meski ia


adalah seorang yang durjana, (persoalan) kedurjanaannya itu
adalah urusan dia sendir”.

118
Dalam riwayat hadits lain Nabi SAW juga pernah
bersabda :

“takutlah kalian terhadap do’a orang-orang yang


teraniaya, meskipun orang itu seorang yang kafir, sebab
sesungguhnya (do’a orang yang teraniaya) dengan Allah tidak
ada penghalang”.

3. Jauh Dari Allah

Jauhnya atau sunyinya hati seorang manusia dari cahaya


Allah SWT di sebabkan oleh dosa-dosanya. Seseorang yang
berakal tentu akan dengan mudah meninggalkan kesunyian
tersebut.

Diriwayatkan ada seorang laki-laki yang mengeluh


kepada seorang yang arif tentang kesunyian jiwanya. Sang arif
itu berpesan, “jika kegersangan hatimu akibat dosa-dosa, maka
tinggalkanlah, dalam hati kita, Yan ada perkara yang lebih
pahit dari pada kegersangan dosa di atas dosa”.

4. Menggelapkan Hati

Para pelaku dosa akan senantiasa mengalami kegelapan


hati seperti gelapnya malam.

Ibnu Abbas ra. Berkata : “sesungguhnya perbuatan baik


itu mendatangkan kecerahan pada wajah dan cahaya pada hati,
kelapangan rezeki, kekuatan badan, dan kecintaan. Sebaliknya,
perbuatan buruk itu mengandung ke tidak ceriaan pada raut
117
muka, kegelapan di kubur dan di hati, kelemahan badan,
susutnya rezeki, dan kebencian makhluk”.

5. Menghalangi Ilmu Pengetahuan

ilmu merupakan cahaya yang di pancarkan ke dalam hati,


namun dosa dalam diri kita dapat menghalangi dan
memadamkan cahaya tersebut. Oleh karena itu, tatkala ilmu
Syafi’i duduk di hadapan Imam Malik untuk belajar, Imam

Malik sangat kagum akan kecerdasan dan daya


hafalannya beliau bertutur, “aku melihat Allah telah
menyiratkan cahaya di hatimu, wahai anakku. Janganlah
engkau padamkan cahaya itu dengan maksiat”.

Imam Syafi’i bertutur : aku mengadu tentang kelemahan


hafalanku dan buruk, dia memberiku bimbingan untuk
meninggalkan kemaksiatan seraya berkata : “ketahuilah, ilmu
adalah karunia, dan karunia Allah tidak di berikan pada si
pelaku dosa dan kemaksiatan”.

6. Menghalangi Rizki

Apabila ketakwaan merupakan penyebab datangnya


rizki, maka meninggalkannya dapat menimbulkan kefakiran
tidak ada satu pun yang dapat memudahkan rizki Allah Kecua
dengan meninggalkan dosa-dosa. Sebagaimana sabda
Rasulullah SAW :

“seorang hamba di cegah dari rezeki akibat dosa yang di


perbuatnya.” (HR. Ahmad)

118
7. Memperpendek Umur Dan Menghapus Kebenaran

Apabila kebajikan dapat menambah umur,otomatis dosa


dapat memperpendek umur. Karena pada dasarnya umur
manusia di hitung dari masa hidupnya. Sementara itu, tak ada
yang namanya hidup kecuali jika di habiskan dengan ketaatan,
ibadah, cinta, dan dzikir kepada rabbnya serta mementingkan
keridhaan-Nya.

8. Menimbulkan Kehinaan

Imam Hasan Basri berkata, “mereka hina dan rendah


dalam pandangan Allah SWT sehingga mereka pun sangat
mudah bermaksiat. Sekiranya dalam pandangan Allah mereka
mempunyai nilai, tentu dia akan memelihara mereka. Dan
ketika dalam pandangan Allah seorang telah hina, tidak ada
seorang pun yang memuliakannya”.

Allah SWT berfirman :

     


        
Artinya : “dan Kami turunkan air dari langit menurut suatu
ukuran; lalu Kami jadikan air itu menetap di bumi, dan
117
Sesungguhnya Kami benar-benar berkuasa
menghilangkannya.” (QS. Al-Hajj : 18)

9. Merusak Akal

Seorang ulama’ salaf berkata, “tidaklah seseorang


bermaksiat kepada Allah, sehingga akalnya hilang karena,
sekiranya akalnya masih berjalan tentu akan mencegah dari
kemaksiatan dan dia berada dalam genggaman dan kekuasaan
Allah SWT. Sementara, Malaikat-Nya menyaksikan. Nasihat
Al-Qur’an pun mencegahnya, begitu juga dengan nasihat
keimanan. Orang yang luput dari kemaksiatan adalah orang
yang terbaik dan di akhirat kelak dia akan memperoleh
kebahagiaan dan kenikmatan yang berlipat ganda. Maka,
adakah orang yang memiliki akal sehat itu mau mendatangi
kemaksiatan yang penuh kehina-hinaan itu ? ”.

10. Menghalangi Syafa’at Rasulullah SAW

Kepada Rasul-Nya. Allah SWT menyuruh untuk


mohonkan ampunan bagi hamba Allah yang beriman melalui
firman-Nya :

    


    
     
     
     
     
    

118
      
      
       
Artinya : “(malaikat-malaikat) yang memikul 'Arsy dan
Malaikat yang berada di sekelilingnya bertasbih memuji
Tuhannya dan mereka beriman kepada-Nya serta
memintakan ampun bagi orang-orang yang beriman (seraya
mengucapkan): "Ya Tuhan Kami, rahmat dan ilmu Engkau
meliputi segala sesuatu, Maka berilah ampunan kepada
orang-orang yang bertaubat dan mengikuti jalan Engkau dan
peliharalah mereka dari siksaan neraka yang menyala-nyala,
Ya Tuhan Kami, dan masukkanlah mereka ke dalam surga
'Adn yang telah Engkau janjikan kepada mereka dan orang-
orang yang saleh di antara bapak-bapak mereka, dan istri-
istri mereka, dan keturunan mereka semua. Sesungguhnya
Engkaulah yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana, dan
peliharalah mereka dari (balasan) kejahatan. dan orang-
orang yang Engkau pelihara dari (pembalasan) kejahatan
pada hari itu Maka Sesungguhnya telah Engkau
anugerahkan rahmat kepadanya dan Itulah kemenangan
yang besar.” (QS. Al-Mu’min : 7-9)

11. Melenyapkan Malu


117
Malu adalah penggal kebajikan. Sebagaimana sabda
Rasulullah SAW : “malu itu merupakan kebaikan seluruhnya.”
(HR. Bukhari)

Apabila rasa malu telah hilang, maka hilanglah seluruh


kebaikannya. Sebagaimana sabda Rasulullah SAW :

“jika kamu tidak merasa malu, berbuatlah sesukamu.”


(HR. Bukhari)

12. Meremehkan Allah

Apabila seseorang berbuat dosa, di sadari atau tidak, rasa


untuk mengagungkan Allah perlahan-lahan lenyap dari hati.
Apabila perasaan tersebut masih ada dalam hatinya, itu dapat
mencegah seseorang dari perbuatan dosa.

13. Melenyapkan Nikmat Dan Mendatangkan Adzab

Seorang hamba mendapatkan nikmat karena telah


menjauhi dosa dan sebaliknya, tertimpa adzab karena
mendekati perbuatan dosa. Sebagaimana firman Allah SWT :

      


   
Artinya : “dan apa saja musibah yang menimpa kamu Maka
adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan
Allah memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-
kesalahanmu).” (QS. Asy-Syuara : 30)

118
Ali ra. Berkata : “tidaklah turun bencana melainkan
karena dosa dan tidaklah bencana lenyap melainkan karena
taubat”.

14. Terlalu Mencintai Kemewahan Dunia

Mencintai dunia beserta segala macam isinya itu wajar


dan manusiawi. Karena Allah SWT menjadikan dunia ini
dengan segala macam isinya itu adalah di peruntukan manusia
dan di jadikan sebagai perhiasannya untuk memenuhi
kebutuhan kelangsungan hidupnya.

Allah SWT berfirman :

     


     
     
      
       
       
 
Artinya : “ketahuilah, bahwa Sesungguhnya kehidupan
dunia ini hanyalah permainan dan suatu yang melalaikan,
perhiasan dan bermegah-megah antara kamu serta
berbangga-banggaan tentang banyaknya harta dan anak,
seperti hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan Para
petani; kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu
Lihat warnanya kuning kemudian menjadi hancur. dan di
akhirat (nanti) ada azab yang keras dan ampunan dari Allah
117
serta keridhaan-Nya. dan kehidupan dunia ini tidak lain
hanyalah kesenangan yang menipu.” (QS. Al-Hadid : 20)

Memang Allah menjadikan dunia ini sebagai lahan dan


tempat mengabdi. Ibarat pertanian, maka dunia ih adalah
sawah ladangnya untuk menanam. Dunia bagi orang mukmin
hendaknya di sikapi dan di jadikan sebagai sarana bukan
menjadi tempat tujuan hidup. Tujuan hidup orang mukmin
sebenarnya adalah kehidupan di akhirat.

Allah SWT berfirman :

     


     
       
       
Artinya : “berlomba-lombalah kamu kepada (mendapatkan)
ampunan dari Tuhanmu dan surga yang luasnya seluas
langit dan bumi, yang disediakan bagi orang-orang yang
beriman kepada Allah dan Rasul-Rasul-Nya. Itulah karunia
Allah, diberikan-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya.
dan Allah mempunyai karunia yang besar.” (QS.Al-Hadid :
21)

118
Yang tidak di perkenankan adalah kita terlalu condong
dan sangat cinta pada dunia : sehingga segala sesuatunya
hanya di fokuskan untuk mencari dan mengumpulkan dunia,
sementara kepentingan akhirat sama sekali di akhirkan.

Nabi menggambarkan, seseorang yang mencintai kepada


dunia adalah ibarat orang itu minum khamer (minuman yang
memabukkan) setiap di minum terasa belum puas sampai ia
jatuh tak sadarkan diri karena mabuk. Sebagaimana sabda
beliau :

“barangsiapa yang mencita-citakan kehidupan akhirat,


maka Allah akan menjadikan kekayaan dalam hatinya, di
himpunkan segala kepentingannya, dan di berikan kepadanya
kenikmatan hidup di dunia ini seberapa perlunya. Dan
barangsiapa yang mencita-citakan kehidupan dunia,maka Allah
akan menjadikan kemiskinan antara dua matanya, di pisahkan
dari padanya apa yang menjadi keperluannya, dan tidak di
berikan kepadanya kenikmatan hidup di dunia kecuali apa
yang sudah di tentukan.” (HR. Imam Tirmidzi)

Cinta terhadap dunia membuat hati manusia melampaui


batas sehingga mereka menjadi budaknya dan menuhankan
sesuatu selain Allah. Sebagaimana sabda Rasulullah SAW :

“celakalah budak dinar dan dirham, dan celakalah budak


kelaparan. Jika di beri ia puas dan jika tidak di beri ia marah.”
(HR. Bukhari)
117
Diriwayatkan dari Jabir ra. Bahwa Rasulullah SAW
pernah melewati pasar. Pada saat itu, orang-orang berada di
sekitar beliau. Kemudian, datanglah kakekku membawa
binatang yang telah mati. Sambil Menteng Kupang binatang
tersebut, kakekku berkata, “siapa di antara kalian yang ingin
memiliki binatang ini hanya dengan seharga satu dirham ? .”
mereka serempak menjawab, “kami sama sekali tidak
menginginkannya. Apa yang dapat kami perbuat dengan
binatang itu ? .” kemudian Rasulullah SAW bersabda, “apa
kalian senang apabila binatang itu menjadi milik kalian ? .”
mereka menjawab, “demi Allah, seandainya binatang itu hidup
tentu akan menjadi aib karena ia alah binatang tak berguna,
apalagi binatang itu telah menjadi bangkai ? .” Rasulullah
SAW bersabda, “demi Allah, dunia ini jauh lebih hina di
hadapan Allah di bandingkan dengan kehinaan binatang ini di
hadapan kalian.” (HR. Muslim)

Diriwayatkan dari Abu Hurairah ra. Rasulullah SAW


bersabda : “sesungguhnya dunia ini penuh laknat, apa yang ada
di dalamnya juga penuh laknat. Kecuali dzikrullah, (berdzikir
kepada Allah) dan hal-hal yang menyertainya, beserta orang
alim dan orang yang belajar ilmu.” (HR. Ibnu Majah, Baihaqi
dan Ath-Thirmidzi)

Diriwayatkan dari Amr bin Aur Al-Anshari ra.


Rasulullah SAW bersabda : “demi Allah, tentu kefakiran
sangat kalian takuti tetapi aku lebih takut lagi bila kemewahan
dunia di lapangkan kepada kalian sebagaimana yang terjadi

118
kepada kaum-kaum sebelum kalian, lalu kalian saling berebut
seperti mereka dan akhirnya kalian binasa seperti mereka di
binasakan karena kemewahan dunia yang dimilikinya.” (HR.
Bukhari Muslim)

Ali ra. Berkata : “barangsiapa dalam dirinya terdapat


enam perkara, maka tidak usah mencari surga dan lari-lari di
neraka : (1) Orang yang mengenal Allah kemudian taat
kepada-Nya, (2) Orang yang mengenal setan kemudian ia
ingkar kepadanya, (3) Orang yang mengetahui kebenaran
kemudian ia mengikutinya, (4) Orang yang mengetahui
kebatilan kemudian ia menjauhinya, (5) Orang yang
mengetahui dunia kemudian ia menghindarinya, dan (6) Orang
yang mengetahui akhirat kemudian ia mencarinya”.

Dalam riwayat lain, Ali ra. Juga berkata, “dumi adalah


rumah bagi orang yang menginginkan sakit. Barangsiapa
merasa aman di dalamnya, maka ia akan menyesal.
Barangsiapa merasa butuh di dalamnya, maka ia akan sedih.
Dan barangsiapa tidak butuh terhadapnya, maka ia akan
terkena fitnah. Halalnya dunia akan di hisab, haramnya dunia
akan di siksa, dan syubhatnya dunia juga berbutut siksa”.

Hasan Al-Bashri berkata : “Allah menyayangi suatu


kaum. Bagi mereka, dunia hanya merupakan suatu titipan
kemudian mereka menunaikannya kepada orang yang berhak
menerimanya dan mereka kembali dalam keadaan tenang”.
117
Hasan Al-Bashri juga berkata : “barangsiapa mengajak
berlomba denganmu dalam masalah agama, maka terimalah
tantangannya dan barangsiapa mengajak berlomba denganmu
dalam masalah dunia, maka menyeralah di hadapannya”.

Malik bin Dinar berkata, “sebesar apa kesedihan hatimu


terhadap dunia, maka sebesar itu pula kecenderungan hatimu
terhadap akhirat, dan sebesar apa kesedihan hatimu terhadap
akhirat, maka sebesar itu pula kecenderungan hatimu terhadap
dunia”.

Imam Syafi’i berkata : “dunia adalah tempat penuh


kehinaan. Bangunannya akan kembali roboh, penduduknya
akan menuju kuburan, kekayaannya di bagi-bagikan kepada
orang fakir, menumpuk harta akan mendatangkan kesulitan.
Dan kesengsaraan akan berganti dengan kemudahan. Karena
itu berlindunglah kamu kepada Allah dan ridhalah terhadap
rizki yang di anugerahkan-Nya, janganlah kamu berangkat dari
negeri yang Fana ini menuju negeri yang abadi dalam keadaan
berutang. Sebab kehidupanmu akan sangat merugi.
Perbanyaklah amal perbuatanmu dan kurangilah angan-
anganmu”.

15. Tunduk Kepada Hawa Nafsu

Abu Darda’ ra berakta, “ketika seseorang bangun tidur,


maka berhimpunlah pada dirinya hawa nafsu, amal, dan
ilmunya. Jika amalnya tunduk pada hawa nafsunya, mas

118
harinya akan menjadi buruk. Dan jika amalnya tunduk pada
ilmunya, maka harinya akan menjadi baik”.

Abu Hasan Al-Mawardi berkata, “hawa nafsu akan


selalu menghalangi kebaikan dan memusuhi akal sehingga ia
melahirkan akhlak yang tercela dan perilaku yang buruk.
Batas-batas muru’ah (kehormatan diri) ia patahkan dan pintu
kejahatan ia jadikan sebagai lintasan”.

Orang yang pandai adalah orang yang mampu


menjadikan akalnya sebagai hakim atas hawa nafsunya, dan
orang yang lebih pandai lagi adalah orang yang menjadikan
syariat sebagai hakim atas akal dan hawa nafsunya sehingga ia
berjalan di jalur syari’at dan di sinari oleh cahayanya.

Allah SWT berfirman :

      


     
        
       
 
Artinya : “Hai Daud, Sesungguhnya Kami menjadikan
kamu khalifah (penguasa) di muka bumi, Maka berilah
keputusan (perkara) di antara manusia dengan adil dan
janganlah kamu mengikuti hawa nafsu, karena ia akan
menyesatkan kamu dari jalan Allah. Sesungguhnya orang-
orang yang sesat darin jalan Allah akan mendapat azab yang
117
berat, karena mereka melupakan hari perhitungan.” (QS.
Shaad : 26)

Menurut Ibnu Abbas ra. Tidaklah Allah menyebut dalam


Al-Qur’an mengenai hawa nafsu kecuali dai menghinanya,
sebagaimana firman-Nya :

     


      
      
      
    
 
Artinya : “dan kalau Kami menghendaki, Sesungguhnya
Kami tinggikan (derajat)nya dengan ayat-ayat itu, tetapi Dia
cenderung kepada dunia dan menurutkan hawa nafsunya
yang rendah, Maka perumpamaannya seperti anjing jika
kamu menghalaunya diulurkannya lidahnya dan jika kamu
membiarkannya Dia mengulurkan lidahnya (juga).
demikian Itulah perumpamaan orang-orang yang
mendustakan ayat-ayat kami. Maka Ceritakanlah (kepada
mereka) kisah-kisah itu agar mereka berfikir.” (QS. Al-
A’raf : 176)

     


     
     
       
      

118
Artinya : “dan bersabarlah kamu bersama-sama dengan
orang-orang yang menyeru Tuhannya di pagi dan senja hari
dengan mengharap keridhaan-Nya; dan janganlah kedua
matamu berpaling dari mereka (karena) mengharapkan
perhiasan dunia ini; dan janganlah kamu mengikuti orang
yang hatinya telah Kami lalaikan dari mengingati Kami,
serta menuruti hawa nafsunya dan adalah keadaannya itu
melewati batas.” (QS. Al-Kahfi : 28)

Diriwayatkan dari Abu Barzah ra. Bahwa Rasulullah


SAW bersabda : “hal yang lebih aku takutkan adalah syahwat
yang timbul dari perut dan kemaluanmu serta dorongan hawa
nafsumu.” (HR. Ahmad)

Ibnu As-Samak berakta, “jadilah dirimu sebagai perusak


bagi hawa nafsumu dan sebagai penolong bagi akalmu.
Perhatikanlah sesuatu yang memiliki akibat buruk, maka
tekadkanlah dalam hatimu untuk menjauhinya. Sebab,
membiarkan jiwa mengikuti hawa nafsu adalah penyakit,
sementara menjauhi hawa nafsu adalah obatnya maka
bersabarlah kamu atas obat sebagaimana kamu takut terhadap
penyakit”.

Sebagian orang bijak berkata, “akal adalah sahabat yang


di jauhi, sedangkan hawa nafsu adalah musuh yang di ikuti”.

Ali bin Abi Thalib ra. Berkata : “takutlah kamu terhadap


berkuasanya syahwat atas dirimu. Dalam waktu cepat. Ia akan
membuat celah. Dan dalam waktu lambat, ia akan
117
membahayakan. jika kamu mendapati syahwat dalam dirimu,
maka patahkanlah angan-angan dan harapannya. Sebab bila
harapan dan kekhawatiran berkumpul dalam jiwa, maka
syahwat menjadi hina dan tunduk”.

Hasan Al-Bashri berakta : “jihad yang paling utama


adalah jihad melawan hawa nafsu.” Rasulullah SAW
bersabda : “yang di sebut muhajir adalah orang yang berpindah
dari kejahatan, sedangkan yang di sebut mujahid adalah orang
yang berjihad melawan hawa nafsunya.” (HR. Ibnu Majah)

Orang yang mampu mencegah dirinya dari hawa nafsu


berarti ia sampai pada titik ketaatan. Hawa nafsu adalah
pendorong kuat terhadap timbulnya ke dzaliman, kejahatan,
dan kemaksiatan. ia adalah awal munculnya musibah dan
kejahatan.

Allah SWT tidak menuntut manusia untuk


menyingkirkan hawa nafsu, karena Allah SWT tahu bahwa ini
berada di luar kemampuan manusia. Allah SWT hanya
memerintahkan supaya manusia mencegah dan menahan
serangannya serta menanamkan perasaan takut kepada Allah
SWT. Dengan jihad yang sangat melelahkan ini, Allah SWT
menyediakan bagi mereka surga sebagai balasan dan tempat
kembali. Sebagaimana firman-Nya :

    


Artinya : “Maka Sesungguhnya surgalah tempat
tinggal(nya).” (QS. An-Nazi’at : 41)

118
16. Menyepelekan Dosa

Menyepelekan dosa termasuk tanda lemahnya iman


sebab, orang yang memiliki iman kuat, rasa takutnya kepada
Allah akan semakin bertambah dan semakin ketat menjaga
dirinya dari noda dosa.

Diriwayatkan dari Abu Hurairah ra. Bahwa Rasulullah


SAW bersabda : “jika seorang hamba berbuat satu kesalahan,
maka di dalam hatinya tertulis noktah hitam, bila ia mencoba
menghapusnya dan beristighfar, maka noktah hitam itu akan
hilang. Tetapi bila ia kembali berbuat dosa, maka noktah hitam
itu akan semakin banyak hingga memenuhi hatinya,
sebagaimana firman Allah SWT : “sekali-kali tidak, bahakan
hati mereka akan ternoda oleh apa yang mereka perbuat.” (HR.
Ath-Thirmidzi)

Dengan demikian, bila seseorang ingin selamat dan


aman, hendaknya ia tidak menyepelekan dosa-dosa kecil.
Sebagaimana sabda Rasulullah SAW kepada Aisyah ra :

“janganlah sekali-kali kamu menyepelekan dosa, karena


kelak di hadapan Allah ia akan menuntutmu.” (HR. An-Nasa’i,
Ibnu Majah, dan Ad-Darimi)

17. Merasa Aman Dari Azab Allah

Allah SWT berfirman :

        


  
117
Artinya : “Maka Apakah mereka merasa aman dari azab
Allah (yang tidak terduga-duga) ? tiada yang merasa aman
dan azab Allah kecuali orang-orang yang merugi.” (QS. Al-
A’rah : 99)

Azab Allah adalah dengan memberikan nikmat dan sehat


secara terus-menerus. Meraba aman dari azab Allah dapat
menyebabkan kelalaian. Dan kelalaian dapat menyebabkan
rasa menyepelekan.

Barangsiapa menganggap enteng satu saja dari perintah-


perintah Allah, maka Allah akan menariknya pada perkara
yang lebih dari pada itu, bahkan Allah akan menimpakan azab
kepadanya.

18. Berputus Asa Dari Rahmat Allah

Allah SWT berfirman :

      


        
       
Artinya : “Katakanlah: "Hai hamba-hamba-Ku yang
malampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah
kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah
mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dialah
yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. Az-
Zumar : 53)

118
Sayyid Qutub berkata : “rahmat Allah sangat luas,
meliputi setiap maksiat yang ada di muka bumi ini merupakan
seruan untuk bertaubat, seruan kepada orang-orang yang suka
bermaksiat dan orang-orang yang optimis dan berpegang teguh
terhadap ampunan Allah karena sesungguhnya Allah maha
penyayang terhadap hamba-hamba-Nya”.

Dari Abu Musa Al-Asy’ari ra. Rasulullah SAW bersabda


: “sesugguhnya Allah akan membentangkan tang-Nya pada
waktu malam untuk menerima taubat orang yang berbuat dosa
pada waktu siang, dan membentangkan tangan-Nya pada
waktu siang untuk menerima taubat orang yang berbuat dosa
pada waktu malam. Hal itu di lakukan-Nya hingga matahari
terbit.” (HR. Muslim)

Rasulullah SAW juga bersabda : “sesungguhnya Allah


SWT akan menerima taubat seorang hamba selagi nyawanya
belum di tenggorokan (sakaratul maut).” (HR. Ath-Thrimidzi)

Diriwayatkan dari Abu Said Al-Khudri ra. Bahwa


Rasulullah SAW bersabda : “sebelum kalian, pernah ada
seorang laki-laki yang membunuh sembilan puluh sembilan
jiwa. Kemudian ia bertanya tentang orang yang paling alim di
muka bumi. Lalu di tunjukkan kepada serang pendeta. Laki-
laki itu pun mendatangi pendeta tadi dan mengaku bahwa
dirinya telah membunuh sembilan puluh sembilan jiwa. Kau ia
bertanya apakah ia akan di ampuni jika bertaubat ? sang
pendeta menjawab tegas, “tidak ! .” mendengar jawaban
tersebut, maka di bunuhlah pendeta itu. Jadi, ia sudah genap
117
membunuh seratus orang. Kemudian ia bertanya lagi tentang
orang yang paling alim di muka ini. Dan di tunjukkan rumah
seorang laki-laki yang alim. Si pembunuh itu pun mengaku di
hadapan laki-laki tersebut bahwa ia sudah membunuh seratus
orang, lalu ia bertanya apakah ia akan di ampuni jika
bertaubat ? orang alim pun menjawab tegas, “iya, siapa yang
bisa menghalangi antara dirimu dengan taubat ? pergilah kamu
ke daerah ini dan ini. Di daerah itu, ada sekelompok manusia
yang menyembah Allah, maka ikutlah kamu bersama mereka
menyembah Allah dan janganlah kamu kembali ke negerimu
karena negerimu adalah negeri kejahatan.” Mendengar nasihat
tersebut, si pembunuh itu pun pergi menuju daerah yang di
tunjukkan oleh orang alim tadi. Namun, sampai di tengah
perjalanan, ajal datang menjemputnya. Menyaksikan peristiwa
itu, maka terjadilah perdebatan antara malaikat rahmat dan
malaikat azab, malaikat rahmat berkata, “ia datang untuk
bertaubat kepada Allah dan menghadapkan hatinya kepada-
Nya.” Adapun malaikat azab membantah, “tetapi, ia tidak
pernah berbuat baik sama sekali.” Setelah itu, datanglah
seorang malaikat dengan menyerupai manusia untuk
menengahi sengketa tersebut. Ia berakta, “ukurlah jarak antara
dua daerah itu (daerah tempat tinggalnya dan daerah yang Ian
di tuju), mana yang lebih dekat ? jika dekat pada daerah tempat
tinggalnya, maka malaikat azab Yan berhak membawanya.
Dan jika dekat pada daerah yang akan di tuju, maka malaikat
rahmat yang berhak membawanya.” Allah memberikan ilham
kepada daerah tempat tinggalnya untuk menjauh dan kepada
daerah yang makna di tujunya untuk mendekat. Setelah itu,

118
ketiga malaikat itu pun mengukur jarak kedua daerah tersebut.
Setelah di ukur, ternyata jarak mayat si pembunuh yang
bertaubat itu lebih dekat pada daerah yang hendak di tuju.
Maka, di bawakan jasadnya oleh malaikat rahmat.” (HR.
Muttafaq alaih)

Diriwayatkan dari Anas ra. Ia berkata : “aku pernah


mendengar Rasulullah SAW bersabda : “Allah SWT
berfirman:

“wahai anak Adam, jika kamu berdo’a kepada-Ku dan


hanya berharap kepada-Ku, maka aku akan mengampuni apa
yang tela kamu perbuat. Wahai anak Adam, seandainya dosa-
dosamu mencapai tingginya langit kemudian kamu memohon
ampunan kepada-Ku, maka aku Ian mengampunimu. Wahai
anak Adam, seandainya kamu mendatangi-Ku dengan
membawah dosa seluas bumi kemudian kamu menjumpai-Ku
dalam keadaan tidak menyekutukan-Ku dengan sesuatu apa
pun, maka aku akan mendatangimu dengan membawa
ampunan seluas bumi pula.” (HR. At-Thirmidzi)

Oleh sebab itu, kita tidak boleh berputus asa, meski dosa
yang kita lakukan begitu besar dan menumpuk, karena
ampunan Allah jauh lebih besar dari pada itu.

19. Dekat Dengan Neraka

Rasulullah SAW bersabda : “surga itu lebih dekat bagi


seseorang dari kamu bahkan lebih dekat dari pada tali
sandalnya. Demikian juga halnya dengan neraka juga lebih
117
dekat dengan seseorang, bahkan lebih dekat dari pada tali
sandalnya”.

Hadits di atas adalah sebagai isyarat bahwa neraka itu


seperti halnya dengan surga yang ke adaannya lebih dekat bagi
seseorang dari pada tali sandalnya. Sesungguhnya kedua
tempat tersebut (surga dan neraka) adalah sangat dekat dengan
amal perbuatan seseorang. Sekalipun demikian, kita haru
mempunyai keyakinan bahwa yang menyebabkan seseorang
masuk surga adalah karena rahmat Allah yang di lewatkan
dengan perwujudan ketaatan kepada-Nya. Juga seseorang yang
masuk neraka kena tidak adanya rahmat Allah dalam
perwujudan amal kebajikan. Sebagaimana sabda Rasulullah
SAW :

“amal perbuatan sesering itu tidaklah menyebabkan


dirinya masuk surga dan juga tidak menetapkan (jaminan)
selamat dari neraka. Dan saya (Rasulullah) sendiri pun tidak
masuk ke dalam surga dengan amal perbuatanmu, akan tetapi
karena iringan (bersamaan) rahmat Allah Ta’ala”.

20. Menimbulkan Dosa Yang Lain

Pada dasarnya, manusia yang sudah terperangkap dalam


dosa akan merasa sulit untuk keluar dan melepaskan diri
darinya. Sebagaimana kata ulama salaf :

“di antara dampak negatif keburukan adalah


menimbulkan keburukan yang lain. Sedangkan pengaruh
kebaikan adalah mendatangkan kebaikan berikutnya. Maka

118
jika serang hamba melakukan suatu kebaikan, kebaikan yang
lainnya akan meminta untuk di lakukan, begitu seterusnya
ganda dan kebaikan yang tidak sedikti. Begitu juga halnya
dengan keburukan dengan demikian kebaikan dan keburukan
merupakan sifat yang kokoh dan kuat serta menjadi kebiasaan
yang teguh pada diri si pelaku”.

III

Ruang Lingkup Kebahagiaan Tanpa Dosa

1. Bersyukur

Rasulullah SAW bersabda : “barangsiapa Yan di karuniai


nikmat oleh Allah lalu bersyukur, di uji Allah labu sabar, dan
berbuat dosa lalu mohon maaf, maka ia akan masuk surga dari
pintu mana saja yang ia sukai”.

Siapa pun menyadari bahwa syukur akan membuat


kehidupan seseorang menjadi bahagia dengan syukur
seseorang bisa merasakan hidup damai dan penuh dengan
kenikmatan.

Perintah syukur sesungguhnya ingin mengingatkan


manusia bahwa segala kenikmatan yang ada di bumi ini adalah
atas pemberian Cuma-Cuma dari Tuhan. Dan sebagai balas
117
jasa atas pemberian itu manusia sepatutnya bersyukur sebagai
ungkapan rasa terima kasihnya.

Syukur di maksudkan agar manusia mau menyadari


bahwa semua yang telah di perolehnya di dunia adalah sebuah
kenikmatan dari Allah SWT.

Ketahuilah bahwa syukur sebenarnya bukan saja di


tunjukkan pada nikmat-nikmat yang secara fisik di rasakan
oleh manusia, namun juga secara psikologis telah mereka
jalani.

Allah SWT berfirman :

      


     
Artinya : “dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu
memaklumkan; "Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti
Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu
mengingkari (nikmat-Ku), Maka Sesungguhnya azab-Ku
sangat pedih.” (QS. Ibrahim : 7)

Selain syukur akan mendatangkan nikmat lagi yang lebih


besar, sifat syukur juga akan membawa dampak positif
terhadap pengaruh psikologis. sifat syukur secara psikologis
akan membuahkan sifat bisa menerima karunia Tuhan dengan
lapang dada serta apa adanya.

118
Dengan syukur, kita bis menerima segala apa yang sudah
kita miliki. dengan syukur, kita bisa menerima pemberian
nikmat Allah SWT dengan rasa ikhlas dan dengan tangan
terbuka. Dan dengan syukur kita bisa mempunyai sifat merasa
puas.

Sifat syukur akan menentramkan jiwa. Hanya dengan


syukur manusia bisa merasakan bahwa karunia nikmat Tuhan
itu benar-benar menjadi sebuah kebahagiaan hidup.

Allah SWT akan menambah karunia nikmat-Nya kepada


manusia yang mau bersyukur. Ini adalah sebuah janji. Dan
Allah tidak akan pernah mengingkari apa yang dia janjikan
sendiri. Jadi jelaslah bahwa apabila manusia mau bersyukur,
maka dengan itu manusia makna memperoleh nikmat yang
lebih.

2. Bersabar

Allah SWT berfirman :

    


    
Artinya : “Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu.
dan Sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat,
kecuali bagi orang-orang yang khusyu'.” (QS. Al-Baqarah :
45)

Sabar sering kali di hadapkan pada sesuatu yang terasa


menyakitkan hati. Karena itulah sifat ih selalu di tengarai
117
sebagai obat penyembuh bagi seseorang yang merasakan
kegelisahan, kemelaratan, dan kesedihan.

Memang teramat berat melakukan sabar ketika berada


dalam bencana, Allah SWT sendiri mengkonfirmasikan itu.
Hanya sebagian orang yang bisa melakukan sabar saat berada
dalam kepedihan hidup.

Sabar, sebagaimana yang di jelaskan oleh Al-Ghazali


dalam ihya’nya adalah keharusan menahan diri dari syahwat
dan berusaha terlepas dari pengaruhnya, dari pengertian ini,
maka inti dari sabar adalah kerelaan menahan ajakan-ajakan
nafsu yang cenderung untuk tidak menerima segala sesuatu
dengan rela. Dari sinilah, sabar juga sering di artikan dengan
rela menerima segala cobaan dan penderitaan.

Di sadari atau tidak bahwa yang di butuhkan dalam


menyikapi kenyataan hidup yang menyedihkan adalah
kesabaran.

Sadarlah bahwa saat setumpuk kepedihan hidup yang


terjadi tidak kita sikapi dengan sabar, semuanya akan tetap
menyedihkan. Kesengsaraan hidup yang tengah terjadi tidak
akan sirna dengan tiba-tiba manakala kita tidak mau bersabar.

3. Berdo’a

Allah SWT berfirman :

118
      
       
   
Artinya : “atau siapakah yang memperkenankan (doa) orang
yang dalam kesulitan apabila ia berdoa kepada-Nya, dan
yang menghilangkan kesusahan dan yang menjadikan kamu
(manusia) sebagai khalifah di bumi ? Apakah di samping
Allah ada Tuhan (yang lain)? Amat sedikitlah kamu
mengingati(Nya).” (QS. An-Naml : 62)

Kehadiran do’a sangat penting dalam membantu manusia


untuk menyelesaikan segala masalahnya. Pada saat manusia
sudah tidak bisa berbuat apa-apa, pada saat mereka sudah tidak
bisa lagi mendayagunakan kekuatan akal dan fisiknya, maka
pada saat inilah ternyata do’a bisa hadir sebagai solusi.

Allah SWT berfirman :

      


    
  
Artinya : “dan Tuhanmu berfirman: "Berdoalah kepada-Ku,
niscaya akan Kuperkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-
orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku akan
masuk neraka Jahannam dalam Keadaan hina dina.” (QS.
Al-Mu’min : 60)

Allah SWT berfirman :


117
       
      
    
Artinya : “dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya
kepadamu tentang Aku, Maka (jawablah), bahwasanya aku
adalah dekat. aku mengabulkan permohonan orang yang
berdoa apabila ia memohon kepada-Ku, Maka hendaklah
mereka itu memenuhi (segala perintah-Ku) dan hendaklah
mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada
dalam kebenaran.” (QS. Al-Baqarah : 186)

Allah SWT akan memberikan pertolongan kepada siapa


saja yang meminta tolong kepada-Nya, terutama bagi mereka
yang berada dalam keadaan kesulitan. Ketahuilah bahwa di
antara sekian banyak orang-orang do’anya di dahulukan oleh
Allah SWT akan di kabulkan adalah do’a seseorang yang
berada dalam keadaan sangat terjepit, sangat terpaksa, dan
yang berada dalam kesulitan.

Dalam sebuah hadits pernah di ceritakan, dari


Abdurrahman Abdullah bin Umar bin Khathab, Nabi SAW
pernah mengisahkan tentang tiga orang yang terperangkap
dalam sebuah gua (Ashabul Ghar) sebagai berikut :

Dahulu, ada tiga orang yang melakukan perantauan di


tengah perjalanan panjangnya, ketiga laki-laki tersebut singgah
di sebuah gua. Namun sial, ketika mereka berada dalam gua,

118
tiba-tiba ada sebuah batu besar runtuh hingga menutupi semua
bagian mulut gua. Mereka terperangkap dan tidak ada jalan
untuk keluar. Ketiganya bingung. Jangankan menyingkirkan
batu besar itu, menggesernya pun sepertinya mereka tak punya
kemungkinan. Tak ada yang bisa mereka perbuat kecuali
hanya diam dan pasrah kepada Allah.

“kita tak akan bisa selamat dari tempat ini kecuali


dengan pertolongan Allah. Kita tak akan bisa keluar dari sini
kecuali dengan berdo’a, meminta pertolongan kepada-Nya
dengan perantara amal shalih yang pernah kita kerjakan
sebelumnya.” Kata salah satu dari mereka.

Di saat itu mereka baru sadar bahwa pada saat akal sudah
tak lagi bisa berfikir, pada saat kekuatan yang mereka miliki
sudah tidak lagi mampu memecahkan masalah, dan pada saat
apa saja yang mereka miliki tak berguna sama sekali, maka
pada saat itulah mereka sadar bahwa Allah-lah satu-satunya zat
yang akan sanggup memberikan pertolongan. hanya dengan
do’a mereka bisa keluar dari kesulitan tersebut. maka, salah
satu dari mereka ada yang memulai berdo’a :

“ya Allah, saya adalah seorang anak yang masih


mempunyai ibu dan bapak yang sudah tua renta. Saya selalu
meladeni mereka setiap hari. Suatu saat, saya di suruh mereka
mencari kau. lama saya mencari kayu hingga saya pulang agak
sore dan mendapati keduanya tertidur. Makan malam
keduanya. Seperti biasa pula, saya tak akan memberikan susu
itu kepada anak-anak saya sebelum bapak dan ibu
117
menikmatinya terlebih dahulu. Namun hingga selesai
memeraskan susu tersebut keduanya masih tertidur pulas. Saya
takut membangunkannya dan hanya diam terpaku
menunggunya terjaga sambil memegangi kedua mangkuk yang
berisi susu itu. hingga fajar menyingsing saya menunggu
mereka terbangun, namun tetap saja mereka tertidur pulas,
sementara anak saya bersimpuh, merengek dan menangis
meminta susu karena kelakar. saya tidak memberikan susu
tersebut kepada mereka. Hingga bapak dan ibu terbangun, susu
itu pun saya berikan kepada mereka. Ya Allah, jika menurut
engkau semua apa yang saya lakukan itu hanya untuk
mengharap riah-Mu, maka lapangkanlah kami dari batu besar
yang menutupi gua ini ! ”.

Usai berdo’a seperti itu tiba-tiba batu besar yang


menutupi seluruh mulut gua bergeser sedikit. Namun biar pun
begitu mereka masih tetap belum bisa keluar. Kemudian teman
yang satunya berdo’a :

“ya Allah, saya punya saudara mampu, yaitu anak


perempuan paman. Sungguh, saya ternyata mencintainya
(dalam sebuah riwayat di sebutkan, “saya mencintainya
sebagaimana seorang lelaki yang mencintai seorang wanita).
Saya ingin memilikinya, namun ternyata cinta saya bertepuk
sebelah tangan. Dia menolak cinta yang hancur. Suatu ketika,

118
entah tiba-tiba saja dia datang. Saya sangat gembira yang lalu
memberinya uang sebanyak seratu dua puluh dinar supaya dia
mau saya ajak duduk berdua-duaan. Di luar dugaan, ternyata
dia mau (dalam sebuah riwayat di sebutkan, “maka pada saat
saya duduk di antara dua kakinya), sepupu yang saya cintai itu
berkata, “takutlah kepada Allah, janganlah mengambil
keperawanan (seorang gadis) kecuali dengan hak.” Mendengar
perkataan itu saya langsung sadar dan langsung lari
menjauhinya, jika apa yang saya lakukan itu hanyalah semata-
mata karena mengharap ridha-Mu, maka lapangkanlah kami
dari batu besar yang menutupi gua ini !”.

Usai berdo’a, tiba-tiba batu itu bergeser sedikit lagi,


tetapi biarpun begitu, mereka masih tetap terperangkap sebab
masih belum bisa keluar. Maka, kini giliran teman satunya lagi
yang berdo’a :

“ya Allah, saya punya beberapa orang pekerja. Suatu saat


para pekerja saya beri upah sebagai hak atas kerja yang telah
mereka lakukan. Namun ada satu pekerja yang pergi tanpa
sepengetahuan saya hingga dia belum menerima upahnya
tersebut. Semula upah itu saya simpan. namun lama dia tidak
muncul yang akhirnya uang upah tersebut saya kembangkan.
Lama sekali dia tidak muncul hingga uang upah tersebut
berkembang menjadi banyak, berupa unta, sapi, kambing dan
budak. Suatu saat tiba-tiba dia datang menemui saya dan
meminta uang upahnya, “wahai hamba Allah, berikanlah upah
saya ! .” katanya. Lalu saya menjawab, “semua yang kamu
117
lihat itu, unta, kambing, sapi dan budak itu semuanya adalah
upahnya ! .” “jangan mempermainkan saya ! .” jawab dia yang
tak percaya, “sama sekali aku tak mempermainkan-mu ! jawab
saya untuk menyakinkan bahwa semua binatang dan budak itu
adalah benar-benar miliknya, sebab semuanya adalah bermula
dari uang upahnya. maka, setelah saya menyakinkannya, dia
pun lalu membawa semuanya tanpa meninggalkan seekor pun.
Ya Allah, jika apa yang saya lakukan itu adalah hanya semata-
mata karena mencari keridhaan-Mu, maka keluarkanlah kami
dari tempat ini ! ”.

Lalu dengan tiba-tiba batu besar yang sudah sedikit


bergeser itu pun bergeser lagi hingga membuka pintu gua.
Ketiga laki-laki itu pun lalu bisa keluar dari dalam dan bisa
selamat berkat kekuatan doa yang mereka panjatkan.

Seperti itulah peranan doa dalam membantu


menyelesaikan permasalahan pelik yang terjadi dalam
kehidupan kita maka, berdoalah dengan mengharap datangnya
pertolongan Allah, sebab tiada yang bisa menyelesaikan
masalah pelik yang sedang kita hadapi tanpa seizin-Nya.

4. Shalat

Allah SWT berfirman :

    


    

118
Artinya : “Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu.
dan Sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat,
kecuali bagi orang-orang yang khusyu'.” (QS. Al-Baqarah :
45)

Shalat memang memiliki kekuatan untuk bisa


menyelesaikan masalah yang di hadapi manusia, dari mulai
masalah kegundahan hati, masalah ekonomi, masalah rumah
tangga, masalah kehormatan, bahkan semua masalah dari
mulai yang kecil sampai pada masalah yang besar.

Dalam shalat Allah SWT membuka pintu-Nya lebar-


lebar untuk menerima berbagai pengaduan dan pemohonan
semua hamba-Nya. Dengan demikian maka shalat merupakan
sebuah penyelesaian masalah. Karena semua manusia punya
masalah dalam kehidupannya, maka semestinya manusia butuh
terhadap shalat itu sebagaimana mereka butuh jalan
penyelesaian terhadap masalah yang tengah di hadapi. Di
sinilah mengapa kita perlu dan butuh dengan shalat.

Nabi SAW telah memberikan sebuah contoh bagaimana


semestinya yang harus kita lakukan saat hidup di hadapan pada
permasalahan yang menyulitkan, yakni menghadapi semua itu
dengan shalat. Sebagaimana yang di jelaskan dalam sebuah
hadits :

“apabila Rasulullah menemui suatu kesulitan, maka


beliau segera mengerjakan shalat”.
117
Dalam sebuah hadits juga di jelaskan betapa shalat
memang benar-benar dapat menjadi daun penolong bagi
manusia untuk menyelesaikan permasalahan hidup.
Sebagaimana yang di sabdakan oleh Rasulullah SAW :

“di dalam isra’ku ke langit, Allah berpesan lima hal


kepadaku : (1) Janganlah hatimu terlalu melekat terhadap
dunia, sebab dunia di ciptakan bukan untukmu (bukan untuk di
pakai bersenang-senang), (2) Jadikan cintamu hanya kepada-
Ku, sebab tempat kembalimu kelak adalah kepada-Ku, (3)
Bersungguh-sungguhlah dalam mencari surga, (4) Hentikan
berharapmu dari semua makhluk, sebab mereka sama sekali
tak punya kemampuan, 95) Terus meneruslah melaksanakan
shalat malam (tahajjut), sebab datangnya pertolongan di sertai
dengan shalat malam”.

Yakinlah sepenuhnya bahwa shalat akan bisa mengatasi


berbagai masalah yang sedang nada hadapi dengan shalat
semua masalah pelik akan bisa terselesaikan berkat
pertolongan Allah. Jenis masalah apa saja yang memberatkan
beban hidup anda bisa di adukan sekaligus bisa terselesaikan
dengan shalat.

5. Berdzikir

Allah SWT berfirman :

      


     

118
Artinya : “(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati
mereka menjadi tentram dengan mengingat Allah. Ingatlah,
hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram.”
(QS. Ar-Ra’d : 28)

Dzikir sesungguhnya punya kekuatan yang bisa


menghantarkan manusia menemukan kebahagiaan yang sejati.
Sebagaimana sabda Rasulullah SAW :

“tidak ada suatu kaum yang duduk berdzikir kepada


Allah, kecuali para malaikat akan mengerumuninya dan
mereka akan di naungi rahmat dan di turunkan ketenangan
jiwa kepada mereka. Dan Allah membanggakan mereka di
depan majelis-Nya”.

Dengan dzikir hati manusia akan bersih, semua kotoran-


kotoran yang di akibatkan oleh noda dosa terhapuskan.
Sebagaimana firman Allah SWT :

   


  
  
  
  
  
   
     
 
117
Artinya : “Sesungguhnya laki-laki dan perempuan yang
muslim, laki-laki dan perempuan yang mukmin, laki-laki
dan perempuan yang tetap dalam ketaatannya, laki-laki dan
perempuan yang benar, laki-laki dan perempuan yang sabar,
laki-laki dan perempuan yang khusyuk, laki-laki dan
perempuan yang bersedekah, laki-laki dan perempuan yang
berpuasa, laki-laki dan perempuan yang memelihara
kehormatannya, laki-laki dan perempuan yang banyak
menyebut (nama) Allah, Allah telah menyediakan untuk
mereka ampunan dan pahala yang besar.” (QS. Al-Ahzab :
35)

Dalam sebuah hadits Nabi SAW juga bersabda :


“tidaklah suatu kaum berkumpul berdzikir kepada Allah hanya
mengharap ridha-Nya, melainkan pemanggil akan memanggil
dari langit, “berdirilah, kalian telah di ampuni dan keburukan
kalian telah di ganti dengan kebaikan”.

Tidak hanya akan mendapatkan ampunan, dzikir ternyata


juga akan menyebabkan kesalahan-kesalahan seseorang di
ganti oleh Allah dengan kebaikan. Ini berarti ada dua
keuntungan yang Ian di peroleh orang-orang yang berdzikir,
yakni ampunan dan pahala yang besar. Dua keuntungan ini
kiranya sudah cukup di jadikan sebagai jaminan bahwa
seseorang pasti akan merasakan ketentraman dalam jiwanya.

6. Beristighfar

118
Rasulullah SAW bersabda : “barangsiapa yang
memperbanyak membaca istighfar, maka Allah akan
memberikan jalan keluar setiap kali ada kesempitan,
menggantikan baginya kesedihan dengan kebahagiaan, dan
Allah akan memberinya rizki yang datangnya tak di sangka-
sangka”.

Selain istighfar bisa menurunkan pertolongan Allah dan


memberikan jalan keluar bagi setiap kesulitan, istighfar
ternyata juga bisa mengatasi permasalahan kegundahan hati.
Istighfar adalah sebuah solusi. Di balik kalimat-kalimat
permohonan ini ternyata tersimpan sebuah energi besar yang
bisa menyebabkan permasalahan hidup bisa terselesaikan
dengan bantuan siapa pun yang banyak-banyak beristighfar
memohon ampunan, pasti Allah akan memberikan
pertolongan.

Allah SWT berfirman :

      


    
     
   
Artinya : “Maka aku katakan kepada mereka: 'Mohonlah
ampun kepada Tuhanmu, -sesungguhnya Dia adalah Maha
Pengampun, niscaya Dia akan mengirimkan hujan
kepadamu dengan lebat, dan membanyakkan harta dan
117
anak-anakmu, dan Mengadakan untukmu kebun-kebun dan
Mengadakan (pula di dalamnya) untukmu sungai-sungai.”
(QS. An-Nuh : 10-12)

7. Bersedekah

Rasulullah SAW bersabda : “dermawan (bisa


menyebabkan) dekat dengan Allah, dekat dengan rahmat-Nya
dan jauh dari adzab-Nya. Sedangkan sifat kikir (bisa
menyebabkan) jauh dari Allah, jauh dari rahmat-Nya, dan
dekat dengan siksa-Nya”.

Hadits di atas menjelaskan bahwa sifat dermawan (suka


bersedekah) akan mendekatkan manusia kepada Allah
sekaligus memungkinkan manusia mendapatkan Ahmad dari
Nya. Sedangkan sifat kikir dan bakhil akan menjauhkan
mereka dari Allah sekaligus menjauhkan mereka dari rahmat-
Nya, dan malah mendekatkan mereka kepada siksaan-Nya.

Lihatlah betapa Nabi SAW juga pernah menjelaskan


bahwa sedekah bisa saja memadamkan kemurkaan Allah
sekaligus bisa menghindarkan seseorang dari datangnya balak.
Sebagaimana sabda beliau :

“sedekah secara rahasia itu dapat memadamkan murka


Allah, dapat menarik berkah dan rizki yang banyak. Cepat-
cepatlah mengeluarkan sedekah di pagi hari, sebab bencana
turun sebelum pagi, dan Qadha’ itu di kembalikan di udara”.

118
Nabi menjelaskan bahwa ada dua manfaat yang akan di
timbulkan oleh tindakan sedekah, yaitu buah yang pertama
Diana sedekah bisa memadamkan kemurkaan Allah, (sedekah
sesungguhnya bisa menghalau balak). Atas dasar inilah Nabi
memerintahkan kepada umatnya agar cepat-cepat
mengeluarkan sedekah pada waktu pagi sebab balak biasanya
turun sebelum pagi. Dan hal tersebut bisa menghindarkan
seseorang dari balak yang turunnya sebelum pagi tiba.

Di kisahkan ada seorang wanita yang mempunyai


sepotong roti. Dia hendak memakan roti itu, namun sebelum ia
makan, tiba-tiba datang seorang pengemis yang menghibah
meminta roti tersebut. Wanita itu urung memakannya dan
memberikan roti tersebut kepada sang pengemis.

Tak lama kemudian wanita itu pergi ke hutan kayau


bersama anaknya yang masih kecil. Malang tak bisa di tolak
untung tak bisa di raih, tiba-tiba anak bayinya di serang oleh
ekor serigala dan di bawahnya kabur. Wanita itu begitu panik
dan berteriak sambil berlari mengejar serigala tersebut. Tetapi
apalah yang bisa ia lakukan di hutan itu. Lari serigala
terlampau cepat untuk di kejar. Maka yang bisa ia lakukan
hanyalah berteriak dan terus berteriak. Wanita itu menangis
dan menjerit meminta pertolongan.

Pada saat itu Allah mengutus malaikat Jibril agar


mengambil kembali anak itu untuk di kembalikan ibunya.
Jibril pun melaksanakan tugas tersebut. Ia ambil anak itu lalu
117
di kembalikan kepada ibunya. Jibril berkata, “wahai hamba
Allah, ridhakah engkau, sesuap di balas dengan sesuap ? ”.

Inilah balasan dari sebuah sedekah, ia bisa menjadi


penyelamat dari bencana yang terjadi.

Kisah lain dalam kita “Dzurratun Nasihin” di sebutkan


sebagai berikut : suatu ketika bangsa Israel sedang di landa
musim paceklik yang berkepanjangan banyak orang yang tidak
bisa memenuhi kebutuhan makan pada waktu itu.

Di sebutkan ada seorang pengemis mencoba untuk


meminta darma kepada salah seorang kaya di sebuah kota :
“berilah kami sedekah karena Allah, meskipun hanya sepotong
roti ! .” demikian pinta pengemis tersebut. Seorang gratis jelata
keluar dari dalam rumah dan membawakan sepotong roti
hangat untuk pengemis itu. Tetapi malang, tiba-tiba sang ayah
yang kikir memergokinya, sang ayah murka dengan tindakan
putrinya itu. Begitu marahnya, maka serta merta ia memotong
tangan kanan putrinya dengan tanpa belas kasihan.

Hari berganti hari dan waktu terus berlalu. Seiring


dengan berjalannya waktu, sebab kebakhilannya orang kaya
yang memotong teman putrinya itu pun jatuh bangkrut.
Usahanya gulung tikar. Kini ia bukan saja miskin harta, namun
juga terbebani banyak hutang. Banyak orang Adang
menagihnya namun tak ada apapun yang bisa di buat untuk
membayar. Semua perabotan rumah sudah terjual, bahkan

118
rumahnya juga tersita. tetapi meski demikian ia belum bisa
menutupi semua hutang-hutangnya.

Kini orang kaya itu sudah tidak punya apa-apa. Inilah


balasan bagi orang yang tak mau mengeluarkan sebagian
hartanya untuk sedekah dan untuk menutupi kebutuhan hidup
sehari-hari ia pun menjadi seorang pengemis bersama putrinya
yang dulu ia potong tangannya. Namun akhirnya orang kaya
itu mati tragis sebab terlalu stres memikirkan nasib sial yang
telah menimpa hidupnya. Kini tinggallah gadis jelita itu yang
hidup sebatang kara.

Sepeninggal ayahnya ia tetap mengemis ke setiap rumah


untuk mencari belas kasihan. Tak ada yang bisa ia kerjakan
dengan kondisi tangan yang hanya tinggal satu kecuali
meminta-minta hingga sampailah di suatu hari gadis itu
meminta belas kasihan ke sebuah rumah milik salah seorang
yang kaya raya. Setelah mengucapkan salam dan mengetuk
pintunya, gadis itu berkata, “berilah aku sedekah karena Allah,
meskipun hanya sepotong roti’.

Muncul dari pintu seorang ibu. Sejenak wanita itu


memandangi wajah gadis pengemis di hadapannya. dan
tumbuh rasa iba sekaligus kagum ibu melihat ada seorang anak
yang masih gadis namun sudah menjadi pengemis. Dia pun
kagum sebab setelah di pandang secara mendalam, ternyata
gadis tersebut sungguh sangat jelita. maka tak lama wanita itu
pun mengajak gadis pengemis tersebut ke dalam rumah dan
117
entah mengapa pula tiba-tiba dalam hatinya timbul satu
maksud menjodohkan gadis pengemis itu dengan putranya.

Maka tak lama setelah itu wanita tersebut menikahkan


anak lelakinya dengan gadis tersebut. Pesta pernikahan di gelar
hingga unta. Saat malam pertama gadis itu di undang makan
malam bersama keluarga. Ada satu perasaan tak enak tang
terpendam dalam gadis ini, akan mengecewakan suami dan
mertuanya jika mereka tahu tangan kanannya telah hilang.
Tetapi bagaimanapun malam itu dia harus makan bersama.
Maka dengan terpaksa gadis itu makan dengan tangan kirinya.
Hal itu semakin bingung dan bimbang, apakah ia harus
berterus terang apa tidak. Kalau terus terang apakah nanti
semuanya tidak kecewa ? tetapi alu tidak terus terang pun itu
tidak mungkin. Maka dalam kebingungannya tiba-tiba ada
sebuah seruan yang berkata, “keluarkan tangan kananmu, hai
sang putri. Sesungguhnya tangan kananmu itu dulu telah
bersedekah semata-mata karena Allah, maka aku harus
memberimu tang kembali ! ”.

Sungguh di luar dugaan siapa pun, ternyata tangan gadis


itu yang dulu tidak ada tiba-tiba saja ada dengan sendirinya
atas sekehendak Allah. Inilah sebentuk balasan Allah SWT
terhadap orang yang ikhlas menyedekahkan sebagian hartanya
untuk orang lain.

Dari kenyataan yang seperti ini, sedekah apapun


bentuknya, entah itu rupa zakat atau hanya sekedar shadaqah

118
sunah akan menghindarkan seseorang dari petakan atau
musibah.

IV

Langkah mengubah dosa menjadi pahala

1. Mencegah Dan Meninggalkan Dosa

Tidak ada satu pun manusia yang akan terhindari dari


kesalahan atau dosa. Jika tidak ada usaha untuk mencegah atau
menghindarinya. Sebab sifat dan karakter manusia tidak akan
jauh dari kelalaian dan kecenderungan untuk melakukan dosa.
Sebagaimana firman Allah SWT :

     


Artinya : “bahkan manusia itu hendak membuat maksiat
terus menerus.” (QS. Al-Qiyamah : 5)
117
Kecenderungan untuk selalu melakukan dosa ini tidak
dapat terhindarkan, kecuali seseorang dapat memanfaatkan
instrumen penting dari bagian tubuh dan jasadnya.

Walaupun berat, dosa harus kita tinggalkan. Jangan


sampai tindakan salah dan dosa itu menjadi kebiasaan karakter
seseorang. Sebab kesalahan sekali yang di lakukan seseorang
tidak akan berdampak buruk baginya, namun apabila terjadi
berulang-ulang, maka ia Ana menjadi karakter yang akhirnya
menjadi sesuatu yang biasa.

Meninggalkan dosa berarti menunjukkan keseriusan


seseorang untuk melaksanakan pertaubatan. Dosa seseorang,
apabila bertaubat dengan benar, akan dapat dengan mudah
diampuni oleh Allah SWT. Sebagaimana sabda Rasulullah
SAW :

“semua manusia (Bani Adam) itu melakukan kesalahan,


dan sebaik-baik orang yang melakukan kesalahan itu ialah
orang-orang yang suka bertaubat.” (HR. Tirmidzi)

2. Menyesali Dari Atas Dosa Yang Pernah Di Lakukan

Menyesali perbuatan yang telah di lakukan merupakan


salah satu syarat pengampunan dosa. tindakan menyesali
kesalahan diri itu lebih baik dari pada tindakan menyesali
kesalahan atau dosa orang lain.

Tindakan menyesali akan terjadi pada saat seseorang


menemukan titik jenuh dan kesan yang mendalam terhadap

118
berbagai peristiwa yang ada kaitannya dengan perbuatan yang
ia lakukan.

Penyesalan ini harus di lakukan secara tulus dengan


kesadaran yang sebenar-benarnya bahwa apa yang telah di
lakukan adalah kesalahan yang harus ia tebus dengan berbagai
hal.

3. Bertaubat

Untuk mengubah dosa menjadi pahala, iringilah


kesalahan dan dosa-dosa itu dengan memohon ampunan dari
Tuhan. Sebab apabila setiap dosa tidak di sertai dengan proses
pengampunan kepada Tuhan, maka akan menjadi dosa yang
tertimbun dan akan menjadi bukit dosa yang sulit untuk di
ampuni.

Permohonan ampunan bukan saja dalam bentuk lisan,


namun sampai pada tindakan (amaliyah) yang mengarahkan
pada pembersihan jiwa yang sebenarnya, termasuk juga
pembersihan jasad dari sisa-sisa noda dalam hati.

Taubat adalah meninggalkan dosa karena keburukannya,


menyesali terhadap apa yang telah di lakukan, berkeinginan
kuat untuk tidak mengulanginya dan berusaha melakukan apa
yang bisa di ulangi (di ganti)
117
Apalagi pendosa dengan ikhlas melakukan taubat dengan
benar-benar memohon ampunan kepada Tuhan yang maha
Kuasa, maka pintu kehidupan, kemudahan hidup, rizki dan
segala permintaan manusia akan dengan mudah di kabulkan.
Sebagaimana firman Allah SWT :

      


    
     
   
Artinya : “Maka aku katakan kepada mereka: 'Mohonlah
ampun kepada Tuhanmu, -sesungguhnya Dia adalah Maha
Pengampun, niscaya Dia akan mengirimkan hujan
kepadamu dengan lebat, dan membanyakkan harta dan
anak-anakmu, dan Mengadakan untukmu kebun-kebun dan
Mengadakan (pula di dalamnya) untukmu sungai-sungai.”
(QS. An-Nuh : 10-12)

4. Merubah Gaya Hidup

Ubahlah gaya hidup anda secara perlahan-lahan. Gaya


hidup dari yang penuh dosa menjadi gaya hidup yang bersih
dan aman dari dosa.

Apabila seseorang sudah mampu mengubah gaya


hidupnya, maka ia akan dengan muda pula menemukan
kedamaian hati dan penyembuhan jiwa.

118
Mengubah perilaku buruk menjadi perilaku baik, butuh
latihan yang terus-menerus, sebab manusia memiliki
kecenderungan untuk mengulang sesuatu yang telah menancap
dalam memorinya. Selain itu, meninggalkan pergaulan yang
dapat membuka peluang melakukan dosa juga menjadi faktor
penting agar orang dapat segera melepaskan diri dari masa lalu
yang penuh dengan dosa.

5. Memerangi dosa

Langkah untuk mengubah menjadi pahala di antaranya


adalah dengan memerangi dosa itu sendiri. Yang pada mulanya
harus di awali dari diri kita sendiri, baur kemudian di lakukan
untuk orang lain dan masyarakat.

Mengibarkan semangat untuk melawan dosa setidaknya


harus di awali dari persepsi awal kita tentang dosa. Persepsi ini
akan membantu terhadap pembentukan mental perlawanan
terhadap dosa.

Mengubah persepsi tentang kehidupan dan dosa juga


akan semakin membuat manusia pandai dalam menyikapi
dosa. Bahkan juga melawan perilaku dan tindakan dosa dengan
lebih mudah.

Selain persepsi seseorang tentang dosa harus di ubah,


juga implementasi dan tindakan nyata juga menjadi pengaruh
penting dalam perlawanan dosa ini.
117
Cara menghindari dosa adalah dengan meninggalkan
perilaku dan tindakan yang dapat mendatangkan hukuman dan
ganjaran dosa tersebut.

Dosa adalah Vonis dan ganjaran bagi manusia yang


melakukan pelanggaran-pelanggaran yang di perlukan dalam
melawan dosa ini adalah dengan mengiringi setiap tindakan
dosa dengan kebaikan-kebaikan.

6. Memulai Lembaran Baru

Memulai lembaran ari tidak berarti mengilangkan sama


sekali memori masa lalu, masa lalu biarkan menjadi kenangan
yang menjadi bagian dari daftar memori seseorang.

Apa yang pernah terjadi jadikan sebagai pelajaran yang


dapat memberikan hikmah bagi diri kita. Lakukan berbagai
inovasi baru, alternatif-alternatif baru dalam berbagai aktivitas.

Untuk sebuah perbaikan ban kemajuan di masa depan,


terkadang seseorang harus mengorbankan banyak hal termasuk
pertemanan anda dengan awan anda di masa lalu.

Membuka lembaran baru dan memulai kehidupan baru


kadang akan merasa menjadi terasing. Sebab, segala sesuatu
yang baru sering kali menjadikan ke tidak nyamanan pada diri
seseorang, namun inilah prosesnya yang harus di lakukan
apalagi kita tidak ingin semakin terpuruk di masa depan.

118
7. Memperbanyak Ketaatan Kepada Allah

Dari Abu Hurairah ra. Rasulullah SAW bersabda : “jika


anak Adam membaca ayat sajadah kemudian ia bersujud, maka
setan segera menghindar sambil menangis. Kemudian ia
berkata, “sungguh celaka, anak Adam di perintahkan untuk
bersujud lalu ia bersujud, maka ia makna masuk surga,
sementara aku di perintahkan untuk bersujud tetapi aku
menolaknya, maka aku akan masuk neraka.” (HR. Muslim)

8. Memelihara Anggota Dari Perbuatan Maksiat

A. Memelihara pandangan

Rasulullah SAW bersabda : “peristiwa-peristiwa besar


terjadi karena pandangan yang berlebihan. Betapa pandangan
menimbulkan banyak kerugian, dan bukan satu kerugian saja”.

Rasulullah SAW bersabda : “pandangan adalah panah


beracun yang berasal dari iblis. Barangsiapa menundukkan
pandangannya karena Allah, maka Allah akan mencicipkan
rasa manis di dalam hatinya hingga hari di mana ia akan
berjumpa dengan-Nya”.

Membebaskan pandangan termasuk celah lebar


masuknya setan. Adapun menundukkan pandangan dapat
melumpuhkan punggung setan dan mematahkan sifat
tamaknya terhadap manusia.
117
Diriwayatkan dari Abu Hurairah ra. Bahwa Nabi SAW
bersabda : “telah di catatkan bagi anak Adam bagian-bagian,
yang berzina. Ia harus mengetahui semuanya. Zina kedua mata
adalah melihat, zina kedua telinga adalah mendengar, zina
lisan adalah berbicara, zina tangan adalah memukul, zina kaki
adalah melangkah, zina hati adalah menginginkan, sementara
yang membenarkan dan yang mendustakan adalah kemaluan.”
(HR. Bukhari dan Muslim)

B. Memelihara lisan

Rasulullah SAW bersabda kepada mu’adz : “tidaklah


seseorang di sungkurkan ke neraka kecuali karena menuai hasil
lisannya”.

Ibnu Qayyim Al-Jauzi berkata : “terlalu banyak bicara


dapat membuka pintu kejahatan bagi seseorang, sedangkan
menahan diri darinya dapat menutup pintu-pintu tersebut.
Banyak terjadi perselisihan yang di picu satu kalimat saja”.

Sebagian besar maksiat terlahir dari terlalu banyak bicara


dan memandang. Keduanya merupakan tempat yang paling
luas bagi setan untuk memasuki manusia, karena ia tidak
pernah merasa puas.

Imam Ghazali berkata, “lisan merupakan area yang


sangat luas dan tidak bertepi. Baginya, tidak ada ujung dan
pangkal di dalam kebaikan, ia dapat membawa pada kemuliaan
yang tinggi. Begitu pula dalam kejelekan, ia dapat
menyeretnya pada kehinaan yang tiada tara. Barangsiapa

118
melepaskan kendali lisan dan mengendorkan tali pengikatnya,
setan akan berjalan di setiap area yang disukainya, bahkan ia
menyeret pemiliknya ke tepi lubang ke sesatan sehingga
akhirnya ia tercebur ke dalam jurang kebinasaan. Seseorang
tidaklah di jerumuskan ke dalam neraka kecuali karena menuai
hasil lisannya. Ia juga tidak bisa selamat dari kejahatan
lisannya kecuali jika mengikatnya dengan kendali syara’ ia
tidak akan melepaskan lisanya kecuali untuk sesuatu yang
dapat membawa manfaat, baik bagi urusan dunia maupun
akhiratnya. Ia juga selalu menahan dari setiap sesuatu yang
membawa bahaya, baik di masa sekarang maupun masa
mendatang”.

Imam Mujahid berkata bahwa ia pernah mendengar Ibnu


Abbas berkata : “ada lima hal yang lebih saya sukai dari pada
orang tolol yang diam : (1) Janganlah kamu membicarakan
sesuatu yang tidak ada manfaatnya, karena itu adalah kotoran
dan kamu tidak akan selamat dari dosa, (2) Janganlah kamu
membicarakan sesuatu yang tidak ada manfaatnya hingga
kamu menjumpai kondisi yang tepat. Tidak sedikit orang
berbicara mengenai hal-hal yang bermanfaat, tetapi karena di
ucapkan pada kondisi yang tidak tepat, akhirnya ia sengsara,
(3) Jangkah kamu berdebat dengan orang yang ramah dan
jangan pula dengan orang yang bodoh, karena orang yang
ramah dapat membencimu dan orang yang bodoh dapat
menyakiti hatimu, (4) Perbincangkanlah saudaramu yang
sedang berada di tamat jauh dengan perbincangan yang dapat
membuatmu senang bila hal serupa di tujukan kepadamu, dan
117
peliharalah rahasianya seperti halnya rahasiamu juga ingin di
pelihara olehnya, dan perlakukanlah ia dengan sesuatu di mana
kamu juga ingin di perlakukan seperti itu, (5) Berbuat seperti
seseorang yang tahu bahwa ia Ana mendapatkan pahala dari
kebaikan yang dikerjakannya dan akan mendapatkan siksa dari
kejahatan yang dilakukannya”.

Ibnu Mas’ud ra. Berkata : “pada hari kiamat kelak,


kebanyakan manusia berdosa dikarenakan terlalu banyak
membicarakan perkataan yang batil.” (HR. Imam At-Thabrani)

Diriwayatkan dari ‘Adi bin Hatim ra. Bahwa Nabi SAW


bersabda : “takutlah kalian terhadap neraka meskipun seukuran
buah kurma yang di belah. Barangsiapa yang tidak mampu,
maka hendaknya ia berkata dengan biak.” (HR. Mutafaq alaih)

Rasulullah SAW bersabda : “orang yang paling aku


senangi di antara kalian dan paling dekat denganku tempat
duduknya kelak di akhirat adalah orang yang paling bagus
akhlaknya, dan orang yang paling aku benci dan paling jauh
dariku kelak di akhirat adalah As-Sarsaru (orang yang terlalu
banyak bicara dan di buat-buat), Al-Mutasyaddiqun (orang
yang suka berbicara bertele-tele), dan Al-Mutafihiqun (orang
yang banyak bicara karena sombong).” Para sahabat bertanya,
“ya Rasul, kalau As-Sarsauh dan Al-Mutasyadiqun kamu idah
tahu. Tetapi, siapakah Al-Mutafihiqun itu ? .” beliau
menjawab, “orang orang yang sombong.” (HR. Ahmad dan At-
Tirmidzi)

118
Umar ra. Berkata : “barangsiapa banyak tertawanya,
maka sedikit wibawanya. Barangsiapa suka bergurau, maka
orang akan meremehkannya. Barangsiapa memperbanyak
sesuatu, maka ia akan di kenal. Barangsiapa banyak berbicara,
maka akan banyak kelirunya. Barangsiapa banyak kelirunya,
berarti sedikit rasa malunya. Barangsiapa sedikit malunya,
maka sedikit pula sikap wara’nya dan barangsiapa sedikit sikap
wara’nya, berarti hatinya telah mati”.

Abu Hasan Al-Mawardi berkata, “membiasakan banyak


tertawa dapat memalingkan seseorang dari memikirkan hal-hal
yang penting dan dapat mengacaukan pikirannya ketika di
timpa musibah yang menyakitkan. Orang yang banyak
bergurau tidak akan memiliki wibawa dan kedudukan yang
mulia”.

Abu Al-Lais As-Samarqandi berkata, “janganlah kamu


terlalu banyak bergurau, karena banyak bergurau dapat
menghilangkan kewibawaan, menjadikanmu rendah di
hadapan orang-orang shaleh, menjadikan orang-orang bodoh
berani terhadapmu, dan membuatmu di remehkan oleh orang
lain. Dan janganlah apu bergurau dengan orang yang tidak
memiliki hubungan persahabatan denganmu, dan orang yang
tidak kamu ketahui wataknya. Silahkan kamu bergurau dengan
teman-teman karibmu, asal tidak berunsur dosa dan terlalu
berlebihan. Sebab, sebaik-baik perkara adalah yang tengah-
tengah, tidak terlalu boros kata dan tidak pula terlalu hemat”.
117
Sa’id bin ‘Ash berpesan kepada anaknya, “berguraulah
kamu secara wajar, karena gurauan yang berlebihan dapat
menghilangkan kewibawaan dan membuat berani orang-orang
yang bodoh. Sementara itu, terlalu pelit untuk bergurau dapat
menghambarkan suasana bahagia dan membuat kalau
persahabatan”.

C. Memelihara perut

Allah SWT berfirman :

     


      
 
Artinya : “Sesungguhnya orang-orang yang memakan harta
anak yatim secara zalim, sebenarnya mereka itu menelan
api sepenuh perutnya dan mereka akan masuk ke dalam api
yang menyala-nyala (neraka).” (QS. An-Nisa’ : 10)

Imam As-Sudi berkata : “pada hari kiamat kelak,orang


yang memakan harta anak yatim akan di bangkitkan oleh
Allah, dan keluarlah nyala api dari mulutnya, pendengarannya,
hidungnya, dan kedua matanya. Setiap orang yang melihatnya
tahu bahwa ia Dyah pemakan harta anak yatim”.

Allah SWT berfirman :

118
      
      

Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, makanlah di
antara rezki yang baik-baik yang Kami berikan kepadamu
dan bersyukurlah kepada Allah, jika benar-benar kepada-
Nya kamu menyembah.” (QS. Al-Baqarah : 172)

Diriwayatkan dari Abu Sa’id Al-Khudri ra. Nabi SAW


bersabda : “barangsiapa yang memakan makanan yang baik,
suka mengamalkan perkara sunah, dan orang lain merasa aman
terhadap kejelekan yang dilakukannya, maka ia akan masuk
surga.” (HR. At-Tirmidzi)

Diriwayatkan dari Abu Hurairah ra. Rasulullah SAW


bersabda : “Edi zat yang jiwaku berada dalam kekuasaan-Nya.
seorang laki-laki yang mengambil tali kemudian pergi ke
gunung untuk mencari kau, lalu membawa kau itu di atas
punggungnya dan memakan hasil darinya, itu jauh lebih baik
dari pada ia meminta-minta kepada manusia. seseorang yang
mengambil debu kemudian ia menjejalkannya ke mulutnya, itu
jauh lebih baik dari pada mengisi mulutnya dengan sesuatu
yang di haramkan oleh Allah kepadanya.” (HR. Ahmad)

Allah SWT berfirman :


117
       
       
 
Artinya : “Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah
di Setiap (memasuki) mesjid, Makan dan minumlah, dan
janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak
menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan.” (QS. Al-
A’raf : 31)

Rasulullah SAW bersabda : “makan dan minumlah kamu


dan bersedekahlah dalam batas yang tidak terlalu berlebihan
dan tidak sombong.” (HR. An-Nasa’i dan Ibnu Majah)

Diriwayatkan dari Ibnu Abbas ra. Rasulullah SAW


bersabda : “orang-orang yang biasa kenyang ketika hidup di
dunia, di akhirat kelak ia akan menjadi orang yang kelaparan.”
(HR. Ath-Thabrani)

Diriwayatkan dari Muqdad bin Ma’dikariba ra.


Rasulullah SAW bersabda : “tidaklah anak Adam memenuhi
suatu wadah yang lebih jelek di bandingkan dengan perutnya,
kecuali ia memasukkan beberapa suap saja untuk menegakkan
tulang rusuknya. Jika itu terlalu memberatkan, maka
hendaknya sepertiga untuk makanannya, sepertiga lagi untuk
minumannya, dan sepertiganya lagi untuk nafasnya.” (HR.
Bukhari)

Diriwayatkan dari Abu Hurairah ra. Ia berkata,


“Rasulullah SAW pernah kedatangan tamu orang kafir,

118
kemudian beliau menyuruh memerah susu kambing untuk
tamu tersebut. Setelah di perah, susu itu pun di minum oleh
orang kafir tadi. Kemudian di perahkan susu kambing yang
lainnya dan di minumnya lagi, di perahkan lagi susu kambing
yang lainnya dan diminumnya lagi sampai habis menghabiskan
tujuh ekor kambing. Beberapa waktu kemudian, orang kafir
tersebut masuk islam. Pada saat bertemu, Nabi SAW
menyuruh kembali untuk memerahkan susu kambing untuk
orang tersebut. Setelah di minum, beliau memerintahkan lagi
untuk memerahkan susu dari kambing yang lainnya. Namun,
orang kafir yang sudah masuk islam itu tidak sanggup lagi
untuk meminumnya. Kemudian Rasulullah SAW bersabda,
“sungguh, orang mukmin hanya akan minum dalam satu usus,
sedangkan orang kafir akan minum dalam tujuh usus.” (HR.
Bukhari dan Muslim)

Lukman pernah berpesan kepada anaknya, “wahai


anakku, jika lambung sudah penuh, maka pikiran menjadi
beku, hikmah menjadi bisu, dan anggota tubuh menjadi malas
untuk beribadah”.

Abu Sulaiman Ad-Darani berkata, “barangsiapa yang


mengenyangkan perutnya, maka Ian datang enam pengaruh
negatif : (1) hilangnya keindahan bermunajat, (2) lemahnya
menjaga hikmah, (3) terhijabnya rasa kasih sayang terhadap
117
sesama karena ketika kaya, ia akan menyangka bahwa orang
yang lainnya juga kenyang, (4) berat untuk beribadah, (5)
tekanan syahwat semakin naik, (6) kalau orang mukmin suka
Bolak-balik ke masjid, maka orang yang kenyang suka bolak-
balik ke wc”.

Abu Ubaidillah Al-Khawas berkata : “kematianmu ada


dalam kekenyanganmu dan perawatanmu ada dalam
kelaparanmu. Jika kamu kenyang, maka kamu menjadi malas
dan suka tidur sehingga musuh dengan mudah
mengalahkanmu”.

Muhammad bin Wasi’ berkata : “barangsiapa yang


sedikit makannya, maka ia cepat memahami dan memahamkan
orang lain, hatinya akan bersih dan penuh kasih sayang.
Banyak makan dapat mengakibatkan seseorang malas untuk
melakukan apa Aung ia cita-citakan”.

Ibrahim bin Adam berkata, “barangsiapa yang mampu


melindungi perutnya, berarti ia telah melindungi agamanya.
Barangsiapa yang di sukai oleh rasa lapar, maka ia akan di
kuasai oleh rasa lapar, maka ia akan di kuasai oleh akhlak yang
mulia. Maksiat kepada Allah jauh dari orang yang lapar dan
sangat dekat dengan orang yang kenyang. Perut yang kenyang
dapat membuat hati beku sehingga ia hanya bersenang-senang,
ceria, dan tertawa”.

Di ceritakan bahwa iblis La’natullah pernah berkata


kepada Yahya as. “ketika kamu kenyang, maka kami

118
membuatmu malas untuk shalat.” Kemudian Yahya berkata,
“demi Allah, aku tidak akan pernah mengenyangkan perutku
lagi.” Maka, iblis La’natullah juga berkata, “demi Allah, aku
tidak akan pernah memberikan nasihat lagi kepada orang
muslim untuk selamanya”.

Imam Asy-Syafi’i berkata, “perut kenyang dapat


memberatkan tubuh, menghilangkan kecerdasan, memudahkan
mengantuk, dan membuat malas orang untuk beribadah”.

D. Memelihara kemaluan

Diriwayatkan dari Sahl bin Sa’d ra. Rasulullah SAW


bersabda : “barangsiapa yang menjamin kepadaku untuk
menjaga sesuatu yang berada di antara jenggot dan kumisnya
(yakni mulut) dan sesuatu yang berada di antara kedua kakinya
(yakni kemaluan), maka aku akan menjaminnya dengan
surga.” (HR. Bukhari)

Diriwayatkan dari Abu Hurairah ra. Rasulullah SAW


bersabda : “terdapat tiga kelompok manusia, Allah tidak akan
mengajak mereka berbicara pada hari kiamat kelak, Allah juga
tidak akan menyucikan mereka dan tidak akan melihat mereka
sama sekali bagi mereka telah di sediakan siksa yang amat
pedih : (1) orang tua yang masih senang berzina, (2) penguasa
yang dusta, (3) orang miskin yang sombong.” (HR. Muslim
dan An-Nasa’i)

Diriwayatkan dari Ibnu Mas’ud ra. Ia berkata : “aku


pernah bertanya kepada Rasulullah SAW, “dosa apa yang
117
Peking besar di sisi Allah ? .” beliau menjawab, “jika kamu
menjadikan di antara makhluk sebagai sekutu bagi Allah.” Aku
berkata, “iya,itu memang dosa besar. Lalu apa lagi, ya Rasul?.”
Rasulullah SAW menjawab, “jika kamu membunuh anakmu
hanya karam takut tidak Sanggau memberinya makan.”
Kemudian akau bertanya lagi, “lalu apa lagi, ya
Rasul ? .”beliau menjawab, “jika kamu berzina dengan istri
tetanggamu.” (HR. Mutafaq alaih)

E. Memelihara tangan

Imam Hanafi berkata : “seorang laki-laki tidak boleh


menyentuh wajah dan telapak tangan wanita, meskipun tidak
di sertai syahwat”.

Dalam madzab Maliki, Syakh Ahmad bin Muhammad


bin Ahmad Ad-Dardir berkata, “tidak boleh berjabat tangan
dengan wanita meskipun ia sudah lanjut usia”.

Dalam mazhab Syafi’i, Abu Zar’ah berkata : “haram


hukumnya menyentuh wanita yang bukan mahramnya”.

Syekh Muhammad Sulthan Al-Ma’susi berkata, “hukum


berjabat tangan dengan wanita yang bukan muhramnya adalah
tidak boleh dan tidak halal, baik di sertai syahwat maupun
tidak, masih gadis maupun sudah lanjut usia”.

118
Pendek kata, setiap muslim tidak boleh berjabat tangan
dengan wanita yang bukan mahramnya. Maksud wanita yang
bukan mahramnya adalah setiap wanita yang masih boleh di
nikahi.

9. Memurnikan Amal

Allah SWT berfirman : “barangsiapa yang berharap


menemui Tuhannya (di akhirat untuk menerima pahala,
balasan dan karunia-Nya hendaklah ia mengerjakan amal
perbuatan yang baik dan janganlah mempersekutukan dalam
beribadah kepada Tuhannya dengan siapa pun)”. (QS. 110)

Dalam hadits Qudsi, Allah SWT berfirman :


“barangsiapa yang beramal untuk-Ku (Allah dengan selain-Ku,
maka amal itu untuk dirinya seluruhnya menjadi tanggung
jawabnya sendiri), aku terlepas dari padanya, dan aku (Allah)
yang paling tidak memerlukan persekutuan”.

Hidup ini berkaitan dengan pergerakan, perjuangan dan


amal perbuatan. Amal perbuatan yang dapat menyelamatkan
dan mendatangkan kebahagiaan hidup di akhirat tiada lain
amal kebajikan (‘amilus sholihat) yang di sertai dengan rahmat
Allah. Amal kebajikan dan rahmat Allah itulah yang dapat
mengatarkan seseorang untuk menjadi penghuni surga.

Di dalam menjalankan amal kebajikan ini, hendaknya di


kemas dengan kemurnian ibadah (yakni ikhlas). Memurnikan
amal ketika beribadah (ikhlas) adalah langkah awal untuk
117
meraih kehidupan yang menguntungkan, kehidupan yang
menyenangkan di akhirat.

10. Melaksanakan Sendi-Sendi Rukun Islam Dan Rukun


Iman

Sendi islam itu ada lima, yang biasa di sebut dengan


rukun islam, yakni :

1. Mengucapkan dua kalimat syahadat (yakni penyaksian dan


pengikraran bahwa di alam dunia ini tidak ada Tuhan yang
berhak di sembah dan di taati perintah-Nya kecuali Allah,
dan penyaksian bahwa Muhammad adalah seorang Rasul
dan Nabi Akhiruz zaman)

2. Mendirikan dan mengerjakan kewajiban shalat lima waktu


dalam sehari semalam

3. Membayar atau menunaikan zakat wajib (apabila sudah


mencapai nisabnya)

4. Mengerjakan puasa Ramadhan

5. Menunaikan ibadah haji ke Baitullah Mekkah

Seorang muslim yang sempurna keislamannya, maka


dalam hidup dan kehidupannya harus mengamalkan ajaran
islam. Sikap dan perilakunya harus mencerminkan ajaran
islam.

118
Selanjutnya, sendi keimanan itu ada enam, yaitu :

1. Iman kepada Allah


2. Iman kepada Malaikat-Malaikat Allah
3. Iman kepada kitab-kitab Allah
4. Iman kepada Rasul-Rasul Allah
5. Iman kepada hari akhir
6. Iman kepada takdir baik dan takdir buruk
Keimanan itu di benarkan oleh hati. Hati yang menerima
dan menyakini kemudian di ikrarkan oleh lisan lalu di amalkan
oleh semua anggota badan.

Islam dan iman itu perlu di buktikan dalam perbuatan


anggota badan dan di wujudkan dalam amal nyata.

11. Mencintai Dan Mengutamakan Akhirat

Kehidupan di alam akhirat adalah kehidupan yang kekal


abadi selama-lamanya. Kehidupan di akhirat hanya ada dua
tempat tinggal, yaitu surga dan neraka.

Surga adalah tempat yang penuh dengan kecintaan dan


keridhoan Allah. Sedangkan neraka adalah tamat yang penuh
dengan kesengsaraan dan kemurkaan Allah.

Kehidupan akhirat di tentukan oleh kehidupan di dunia.


Artinya kebahagiaan dan kesengsaraan di akhirat di tentukan
oleh amal ibadah yang di lakukan di dunia.
117
Mengutamakan kehidupan akhirat yaitu dengan
mengedepankan amal ibadah. Mencintai dan mengutamakan
akhirat adalah langkah awal untuk meraih kehidupan yang
menguntungkan, yang mendatangkan manfaat bagi dirinya
kelak.

12. Mengajak Dalam Kebaikan

Termasuk amal perbuatan baik yang dapat mengubah


dosa menjadi pahala adalah selalu mengajak dalam kebaikan
karena sebaik-baik manusia di antara kita adalah manusia yang
di lahirkan ke muka bumi ini dengan mengemban dan
melaksanakan tugas amar ma’ruf dan nahi Munkar. Paling
tidak kita berkewajiban melaksanakan kebajikan untuk diri kita
sendiri dan meninggalkan segala bentuk kemungkaran dan
kemaksiatan agar kita mendapat ridho Allah,dan sekaligus
terhindar dari kemurkaan-Nya. Sebagaimana firman-Nya :

     


    
       
    
 
Artinya : “kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan
untuk manusia, menyuruh kepada yang ma'ruf, dan
mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah.
Sekiranya ahli kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi
mereka, di antara mereka ada yang beriman, dan

118
kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik.” (QS.
Ali Imra : 110)

Mengerjakan kebaikan hendaknya di mulai dari diri kita


masing-masing, demikian juga dalam meninggalkan perbuatan
dosa.

13. Menegakkan Persaudaraan Sesama Muslim

Termasuk amal perbuatan baik yang mengandung nilai


pahala adalah menegakkan persaudaraan sesama muslim.
persaudaraan sesama muslim itu di bangun dan di rakit dari
pondasi keimanan yang kuat.

Dalam persaudaraan sesama muslim, maka yang di


butuhkan para pelakunya adalah harus menampilkan akhlak
yang mulia berdasarkan ajaran agama islam. sehingga tidak
terjadi perselisihan.

Rasulullah SAW bersabda : “seorang muslim tidak boleh


menyeteru (tidak bersapaan) terhadap saudara muslim lainnya
melebihi tiga malam. Apabila keduanya bertelu lalu salah
seorang dari keduanya itu saling berpaling dan menolak ke
sana dan ke sini. Adapun yang lebih baik dari keduanya adalah
orang yang paling dahulu menebarkan salam (menyapa
duluan).” (HR. Malik, Bukhari dan Muslim)

14. Tidak Mementingkan Diri Sendi

Tidak mementingkan diri sendiri adalah merupakan


kepedulian terhadap saudaranya. Landasan atau yang melatar
117
belakangi mementingkan kepentingan orang lain adalah
keimanan yang kuat yang sudah tertanam dalam jiwanya
karena mengharapkan ridho Allah semata. Sebagaimana
firman Allah SWT :

      


     

Artinya : “dan di antara manusia ada orang yang


mengorbankan dirinya karena mencari keridhaan Allah; dan
Allah Maha Penyantun kepada hamba-hamba-Nya.” (QS.
Al-Baqarah : 207)

118

Anda mungkin juga menyukai