Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA

CORONARY ARTERY DISEASE (CAD)

Kristian Agustinus
1862030003

FAKULTAS VOKASI

PROGRAM STUDI FISIOTERAPI

UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA

2020/2021
A. Definisi CAD
Coronary Artery Disease atau Penyakit jantung koroner adalah suatu keadaan
dimana terjadi penyempitan, penyumbatan, atau kelainan pembuluh darah koroner.
penyempitan atau penyumbatan ini dapat menghentikan aliran darah ke otot jantung
yang sering ditandai dengan rasa nyeri. Kondisi lebih parah kemampuan jantung
memompa darah akan hilang, sehingga sistem kontrol irama jantung akan terganggu
dan selanjutnya bisa menyebabkan kematian (Soeharto, 2001).

B. Patofisiologis CAD
Angina (sakit dada apabila kepenatan) terjadi akibat berlakunya aterosklerosis
yang menyebabkan saluran yang mengalirkan darah ke otot otot jantung menyempit
dan aliran darah terhalang. Serangan sakit jantung terjadi apabila darah membeku di
bagian aterosklerosis dan menghalang sepenuhnya pengaliran darah ke otot otot
jantung. Keadaan ini menyebabkan sel jantung mati akibat tidak emndapat oksigen.
Penyakit jantung koroner dan myocardiak infark merupakan proses iskemik
dari miokardium yang disebabkan oleh penyempitan arteri koronaria secara permanen
atau tidak permanen. Oksigen diperlukan oleh sel sel miokardial untuk metabolisme
aerob. Banyaknya oksigen yang diperlukan untuk energi jantung disebtu sebagai
Myocardial Oxygen Consumption (MVO2) yang dinyatakan oleh percepatan jantung,
kontraksi miocardial dan tekanan pada dinding jantung.
Jantung yang normal dapat dengan mudah menyesuaikan terhadap
peningkatan tuntutan tekanan oksigen dengan menambah percepatan dan kotraksi
untuk menekan volume darah ke sekat-sekat jantung. Pada jantung yang mengalami
obstruksi aliran darah miiocardial, suplai darah tidak dapat mencukupi terhadap
tuntutan yang terjadi. Keadaan adanya obstruksi letal maupun sebagian dapat
menyebabkan anoksia dan suatu kondisi menyerupai glikosis aerobic yang berupaya
untuk memenuhi kebutuhan oksigen.
Kegagalan ventrikel kiri menyebabkan penurunan stroke volume, pengurangan
cardiac output, peningkatan ventrikel kiri pada saat tekanan akhir distol dan tekanan
desakan pada arteri pulmonalis serta tanda-tanda kegagalan jantung.
Kelanjutan dan iskemia tergantung pada obstruksi pada arteri koronaria
(permanen atau sementara), lokasi, serta ukurannya. Tiga manifestasi dari iskemik
miocardial adalah angina pectoris, penyempitan arteri koronarius sementara,
perinferkasi angina, dan miocardial infark atau obstruksi permanen pada arteri
koronari.
C. Coronary Artery Bypass Grafting (CABG)
CABG adalah salah satu penanganan intervensi dari penyakit jantung koroner
(PJK) dengan cara membuat saluran baru melewati bagian arteri koronaria yang
mengalami penyempitan atau penyumbatan. Banyak penelitian telah dilakukan
dengan membandingkan revaskularisasi yang terjadi dengan kelangsungan hidup
pasien pasca operasi mempergunakan berbagai variasi teknik operasi dengan
menggunakan pembuluh-pembuluh darah tersebut dengan hasil yang beragam
tergantung dari kondisi dan keadaan dari keparahan PJK yang diderita .
CABG bertujuan untuk mengatasi kurangnya atau terhambatnya aliran arteri
koronaria akibat adanya penyempitan bahkan penyumbatan ke otot jantung .
pemastian daerah yang mengalami penyempitan atau penyumbatan telah dilakukan
sebelumnya dengan melakukan katerisasi arteri koronaria. CABG dilakukan dengan
membuka dinding dada melalui pemotongan sternum. Selanjutnya, dilakukan
pemasangan pembuluh darah baru dari arteri mammaria interna maupun vene
saphenous tergantung pada kebutuhan, teknik yang dipakai, ataupun anatomi
pembuluh darah pasien.Tindakan CABG ini dapat dilakukan dengan menggunakan
mesin jantung paru, atau tanpa menggunakan mesin (Off Pump).

D. REKOMENDASI PROSES ASSESMENT PADA KASUS

1.Inspeksi:

Posisi pasien berbaring Terpasang perban pada sepanjang sternal node sampai
xipoid Tampak perban ke 2 pada tungkai kanan sepanjang middle os femur sampai
maleolus medial Pola nafas : dalam dan lambat Tidak ada gerak cuping hidung Tidak
ada sianosis Bentuk dada normal.

2.Palpasi:

 Gerak pernafasan Abdominalthorak-Suhu normal


 Tidak ada oedem-Adanya spasme pada M.Upper Trapezius
 Gerakan pengembangan simetris dada

Upper : dada kanandan dada kiri simetris


Middle : dada kanandan dada kiri simetris

 Adanya nyeri tekan pada sekitar insis

F. POTENSIAL MASALAH GERAK DAN FUNGSI

A. Impairment
 Sesak nafas
 Spasme pada otot upper trapezius dextra
 Gerak nafas dominan abdominal
 Penurunan ekspansi thoraks upper,middle dan lower
 Penurunan kekuatan otot (MMT) pada bahu
 Postur shoulder protraksi
 Keterbaatasan ROM
 Adanya nyeri gerak pada bahu dextra
 Terdapat odema pada ankle dextra

B. Functional Limitation

 Os tiddak dapat berjalan jauh


 Os tidak dapat menyisir rambut

C. Participation Restrictive

 Os tidak dapat pergi bekerja sementara waktu


 Os tidak dapat menjalankan hobinya

G. DIAGNOSA FISIOTERAPI

 Gangguan fungsional pernafasan karena adanya sputum, adanya nyeri tekan pada
sekitar insisi , adanya nyeri gerak pada saat respirasi serta penurunan
ekspansi thoraks lower akibat post op CABG.
 Adanya gangguan gerak dan fungsional akibat adanya spasme pada upper
trapezius akibat post CABG

H. INTERVENSI YANG DAPAT DILAKSANAKAN

1.Breathing Exercise :
1.Tujuan Breathing Exercise

 Meningkatkan ventilasi.
 Meningkatkan efektifitas mekanisme batuk.
 Mencegah atelektasis
 Meningkatkan kekuatan, daya tahan dan koordinasi otot-otot respirasi.
 Mempertahankan atau meningkatkan mobilitas chest dan thoracal spine.
 Koreksi pola-pola nafas yang tidak efisien dan abnormal.
 Meningkatkan relaksasi.
 Mengajarkan pasien bagaimana melakukan tindakan bila terjadi gangguan nafas.

2. Pursed lips breathinga.

Menarik napas (inspirasi) secara biasa beberapa detik melalui hidung (bukan
menarik napas dalam) dengan mulut tertutup. Kemudian mengeluarkan napas
(ekspirasi) pelan-pelan melalui mulut dengan posisi seperti bersiul. PLB dilakukan
dengan atau tanpa kontraksi otot abdomen selama ekspirasi. Selama PLB tidak ada
udara ekspirasi yang mengalir melalui hidung. Dengan pursed lips breathing (PLB)
akan terjadi peningkatan tekanan pada rongga mulut, kemudian tekanan ini
akan diteruskan melalui cabang-cabang bronkus sehingga dapat mencegah air
trapping dan kolaps saluran napas kecil pada waktu ekspirasi.

Dosis : F : 5x/minggu

T : 5 –10 menit

I : 8x repetisi

Posisi pasienhalf lying

Posisi terapis disamping pasien

3. Segmental breathing.

Adalah suatu latihan nafas pada segmen paru tertentu dengan tujuan
melatih pengembangan paru persegmen. Penatalaksanaan : Posisi pasien tidur
miring dan diganjal bantal dengan posisi paru kanan berada diatas. Tangan
fisioterapis berada pada segment paru-paru kanan (atas, tengah atau bawah),
kemudian instruksikan pasien untuk menarik napas dan tangan fisioterapis pada
akhir inspirasi diberikan tekanan kearah atas dalam dan saat akhir ekspirasi berikan
tekanan ke arah luar bawah.

Dosis : F: 5x/minggu

T:5 –10 menit

I : 8xrepetisi

Posisi pasien tidur terlentang dan diganjal bantal di bagian kepala. Tangan
fisioterapis berada pada segment paru-paru kanan (upper dan middle),
Kemudian instruksikan pasien untuk menarik napas dan tangan fisioterapis pada
akhir inspirasi diberikan tekanan kearah atas dalam dan saat akhir ekspirasi berikan
tekanan ke arah luar bawah

4. Batuk Efektif

Merupakan suatu metode batuk dengan benar, dimana klien dapat


menghemat energi sehingga tidak mudah lelah dan dapat mengeluarkan dahak secara
maksimal. Tujuan Batuk efektif dan napas dalam merupakan teknik batuk efektif yang
menekankan inspirasi maksimal yang dimulai dari ekspirasi, Merangsang terbukanya
system kolateral, Meningkatkan distribusi ventilasi, Meningkatkan volume
paru, Memfasilitasi pembersihan saluran napas ( Jenkins, 1996 ).

Batuk Yang tidak efektif menyebabkan :

1) Kolaps saluran nafas

2) Ruptur dinding alveoli

3) Pneumothoraks

Penatalaksaan : Untuk menyiapkan paru-paru dan saluran nafas dari Tehnik Batuk
huff, keluarkan semua udara dari dalam paru-paru dan saluran nafas. Mulai dengan
bernafas pelan. Ambil nafas secara perlahan, akhiri dengan mengeluarkan nafas
secara perlahan selama 3 –4 detik.

 Tarik nafas secara diafragma, Lakukan secara pelan dan nyaman, jangan sampai
overventilasi paru-paru.
 Setelah menarik nafas secra perlahan, tahan nafas selama 3 detik, Ini untuk
mengontrol nafas dan mempersiapkan melakukan batuk huff secara efektif.
 Angkat dagu agak keatas, dan gunakan otot perut untuk melakukan pengeluaran nafas
cepat sebanyak 3 kali dengan saluran nafas dan mulut terbuka, keluarkan dengan
bunyi Ha,ha,ha atau huff, huff, huff. Tindakan ini membantu epligotis terbuka dan
mempermudah pengeluaran mucus.
 Kontrol nafas, kemudian ambil napas pelan 2 kali.
 Ulangi tehnik batuk diatas sampai mucus sampai ke belakang tenggorokkan-Setelah
itu batukkan dan keluarkan mucus/daha.

2. Massage

Prosedur : Posisikan pasien rileks atau half lying Posisi terapis di samping
pasienPenatalaksanaan:

 Siapkan peraltan yang dibutuhkan seperti baby oil.


 Buka area yang akan di massage dari baju atau kain yang menghalangi.
 Lakukan teknik stroking pada daerah Upper trapezius kanan sampai baby oil rata.
 Dilanjutkan dengan teknik efflurage di area upper trapezius kanan.
 Selanjutnya di bagian otot deltoid lateral dilakukan teknik stroking , eflurage dan
friction di m. deltoid lateral.
 Teknik stroking , efflurage dan friction kembali dilakukan di m.biceps.

Pengertian teknik massage :

 Stroking adalah sejenis usapan atau membelai lembut ringan dan arahnya tidak
menentu yang tujuannya membuat pra kondisi pasien agar pasien atauklien dalam
keadaan rileks tidak tegang biasanya dilakukan sambil meratakan bahan pelican atau
baby oil .
 Efflurage adalah gosokan yang lebih mantap , cukup keras dan dalam yang
tujuannya untuk memperlancar aliran vena dan limfe oleh karena itu arahnya tertentu
dari distal ke proksimal atau dari insertion dan origo suatu otot (searah serabut otot ).
 Friction adalah tekanan lebih keras dan dalam menggunakan ujung jari atau ibu jari
pada ujung otot atau tendon atau ligament di dekat sendi dilakukan transversal dan
longitudinal untuk sirkulasi tujuan : untuk menhancurkan perlengketan jaringan
serta membuat inflasi baru agar proses penyembuhan lebih cepat.
3. ROM Exercise

A.Latihan aktif ROM adalah merupakan suatu kebutuhan manusia untuk melakukan
pergerakan dimana pergerakan tersebut dilakukan secara bebas. latihan aktif ROM dapat
dilakukan kapan saja dimana keadaan fisik disesuaikan dengan keadaan pasien.

 Untuk memelihara fungsi dan mencegah kemunduran.


 Untuk memelihara dan meningkatkan pergerakan dari persendian.
 Untuk merangsang sirkulasi darah.
 Untuk mencegah kelainan bentuk.
 Untuk memelihara dan meningkatkan kekuatan otot.

B. Langkah-langkah Latihan Aktif ROM

Latihan I:Pasien diminta untuk dorsal fleksi dan dorsal ekstensi pada ankle.

Latihan II: Pasien diminta untuk melakukan fleksi shoulder, ekstensi shoulder,
abduksi shoulder dan adduksi shoulder .

C. Active assisted axercise

Latihan dilakukan dapat secara aktif sendiri dan dengan bantuan minimal dari terapi
atau active assisted exercise . Active assisted exercise dilakukan untuk membantu
pasien untuk bergerak dengan bantuan minimal dari terapis .

Latihan I : Pasien diminta untuk dorsal fleksi dan plantar fleksi pada ankle .
Atau menggerakkan pergelangan kaki untuk naik dan turun sesuai instruksi
terapis . Bantuan minimal di berikan pada telapak kaki pasien .

Dosis F: 5x /minggu
T: 10 –15 menit
I: 5xrepetisi
posisikan pasien dengan half lying dan duduk

Penatalaksanaan

ROM exercise dengan Free Active pada ekstremitas yang tidak bermasalah ROM
exercise dengan Active Assited exercise
Latihan : Pasien diminta untuk melakukan fleksi shoulder (mengangakat bahunya
kearah atas depan), abduksi shoulder (menggerakkan bahunya dan tangannya
kearah samping ) dan adduksi shoulder (menggerakkan bahunya kearah dalam) .
Bantuan minimal diberikan pada lengan bawah atau dapat diberikan pada lengan atas
distal . Dilanjutkan dengan menekukkan kakinya , dilakukan satu persatu dengan
tujuan menjaga persendian pada ekstremitas bawah post op CABG .

4. Home Program

 Latihan berjalan sejauh mungkin dengan toleransi kemampuan pasien.


 Meneruskan latihan pernafasan yang sudah diajarkan oleh terapis.
 Berjemur di bawah matahari pada pagi hari.

H. REKOMENDASI METODE EVALUASI PADA KASUS

I. SIMULASI KASUS DENGAN APLIKASI FORMAT STATUS KLINIK

Nama Mahasiswa Kristian Agustinus Nama Pasien P


NIM 1862030003 No RM XX
Nama Fisioterapis Kristian Agustinus Usia 60 tahun
Tanggal 15 Desember 2020 Jenis Kelamin L/P
Waktu 18:00 WIB Perawatan Ranap/Rajal

Alasan rujukan (centang semua kriteria)


Kedaruratan klinis Instabilitas Kardiorespirasi Perdarahan
Penurunan Kesadaran Disfungsi Ginjal Efek Samping Obat
Masalah Pernapasan  Gangguan Metabolis/Elektrolit Kecemasan

Lain-Lain (sebutkan) : Coronary Artery Disease (CAD)

Tanda Vital (Diperiksa oleh Fisioterapis)


BP______/______, Temp_______˚C, RR________, Sp O2________%, O2
Flow__________, HR________, Ritme denyut nadi/jantung:
_______________________

Tingkat Kesadaran Sadar Merespon Suara Merespon Nyeri Tidak merespon

TOTAL EWT 0 1 2 3

Pemeriksaan Kondisi Fisik (SOAP)


Subyektifitas:
Keluhan Utama : Sesak nafas
Pencetus Gejala : Pasien
Qualitas Gejala :
Radiasi/Perluasan Gejala :
Skala Gejala
Time/Waktu Munculnya Gejala: Saat pasien melakukan aktivitas dalam waktu yang
cukup lama

Riwayat Penyakit
Pasien mengalami keringat dingin maka dari itu bapa tersebut berobat ke Rumah Sakit.
Dan ternyata harus oprasi CABG

Obyektifitas : Asesmen Fisik


Airway Sendiri/Mampu  Terganggu Tracheostomy

Breathing Air Entry: Usaha Pernapasan:

O2 therapy:
Mampu mengeluarkan sputum: Ya/Tidak

Circulation Warna dan suhu kulit: Normal


Capillary Refill (detik): JVP (cm):
Pulsasi perifer Ada Lemah Hilang
Oedema:

Disability Orientasi Waktu Tempat Orang


Nyeri____/___/___ Lokasi: Asuransi Ya/Tidak
Nausea/Emesis Ya/Tidak Kecemasan Ya/Tidak
Masalah Emosional &/Psikologis:

Exposure Abdomen:
Thorax:
Urine Output:
Fluid Balance:
Other losses:
Bowel Function:

Peripheral IVC PICC Central NGT IDC


Lines Lain-lain:

Pemeriksaan Fisioterapi Lain

Data penunjang
Data lab Normal Hasil Data Lab Normal Hasil
pH 7,35-7,45 Triglycerides 50-150 mg/dL

Lipid
pCo2 35-45 mmHg Total cholesterol 3-5.5 mmol/L
ABG

pO2 75-100 mmHg (HDL) 40-80 mg/dL


SaO2 95-99% (LDL) 85-125 mg/dL
HCO3 22-26 mEq/l BUN 8-25 mg/100 ml

Enzim Jantung Ginjal


Na 135-145 mEq/l Creatinin 0.6-1.3 mg/100 ml
K 3.5-5.0 mEq/l Asam urat 3.0-7.0 mg/100 ml
Urea 8-25 mg/100 ml Troponin T <0.1 ng/ml
Mg 1.5-2.0 mEq/l CPK total < 100 U/l
Umum

Ca 8.2 -10.2 mg/dl CRP <10 mg/l

Bilirubin <1.0 mg/100 ml Hb 12-17 g/dl


BNP < 100 pg/ml Pletelets 150 juta-450 juta/mm
FBC

Albumin 3.5-5.5 gr/100 ml WCC 4-11 x 109/l


Lactat 6-16 mg/dl Neutrophils 54-75%
Clotting

Kesan Laboratorium:
INR 10-14 detik

APTT 20-35 detik

Radiologi CXR CT X USS MRI ECHO Lain2:


Kesan radiologi:

Diagnosa Fisioterapi
 Gangguan fungsional pernafasan karena adanya sputum, adanya nyeri tekan
pada sekitar insisi , adanya nyeri gerak pada saat respirasi serta penurunan
ekspansi thoraks lower akibat post op CABG.
 Adanya gangguan gerak dan fungsional akibat adanya spasme pada upper
trapezius akibat post CABG
Status Dokumentasi Resusitasi(Lingkari)
CPR No CPR MET NoMET Batasan lain:

Intervensi Fisioterapi
Rencana Terapi
Tujuan :

Breathing Exercise
 Meningkatkan ventilasi.
 Meningkatkan efektifitas mekanisme batuk.
 Mencegah atelektasis
 Meningkatkan kekuatan, daya tahan dan koordinasi otot-otot respirasi.
 Mempertahankan atau meningkatkan mobilitas chest dan thoracal spine.
 Koreksi pola-pola nafas yang tidak efisien dan abnormal.
 Meningkatkan relaksasi.
 Mengajarkan pasien bagaimana melakukan tindakan bila terjadi gangguan
nafas.

2. Pursed lips breathinga.

Menarik napas (inspirasi) secara biasa beberapa detik melalui hidung (bukan
menarik napas dalam) dengan mulut tertutup. Kemudian mengeluarkan napas
(ekspirasi) pelan-pelan melalui mulut dengan posisi seperti bersiul. PLB
dilakukan dengan atau tanpa kontraksi otot abdomen selama ekspirasi. Selama PLB
tidak ada udara ekspirasi yang mengalir melalui hidung. Dengan pursed lips
breathing (PLB) akan terjadi peningkatan tekanan pada rongga mulut,
kemudian tekanan ini akan diteruskan melalui cabang-cabang bronkus
sehingga dapat mencegah air trapping dan kolaps saluran napas kecil pada
waktu ekspirasi.

Dosis : F : 5x/minggu

T : 5 –10 menit

I : 8x repetisi

Posisi pasienhalf lying

Posisi terapis disamping pasien

3. Segmental breathing.

Adalah suatu latihan nafas pada segmen paru tertentu dengan tujuan
melatih pengembangan paru persegmen. Penatalaksanaan : Posisi pasien tidur
miring dan diganjal bantal dengan posisi paru kanan berada diatas. Tangan
fisioterapis berada pada segment paru-paru kanan (atas, tengah atau bawah),
kemudian instruksikan pasien untuk menarik napas dan tangan fisioterapis
pada akhir inspirasi diberikan tekanan kearah atas dalam dan saat akhir ekspirasi
berikan tekanan ke arah luar bawah.

Dosis : F: 5x/minggu

T:5 –10 menit

I : 8xrepetisi

Posisi pasien tidur terlentang dan diganjal bantal di bagian kepala. Tangan
fisioterapis berada pada segment paru-paru kanan (upper dan middle),
Kemudian instruksikan pasien untuk menarik napas dan tangan fisioterapis
pada akhir inspirasi diberikan tekanan kearah atas dalam dan saat akhir ekspirasi
berikan tekanan ke arah luar bawah

4. Batuk Efektif

Merupakan suatu metode batuk dengan benar, dimana klien dapat


menghemat energi sehingga tidak mudah lelah dan dapat mengeluarkan dahak
secara maksimal. Tujuan Batuk efektif dan napas dalam merupakan teknik batuk
efektif yang menekankan inspirasi maksimal yang dimulai dari ekspirasi,
Merangsang terbukanya system kolateral, Meningkatkan distribusi ventilasi,
Meningkatkan volume paru, Memfasilitasi pembersihan saluran napas ( Jenkins,
1996 ).

Batuk Yang tidak efektif menyebabkan :

1) Kolaps saluran nafas

2) Ruptur dinding alveoli

3) Pneumothoraks

Penatalaksaan : Untuk menyiapkan paru-paru dan saluran nafas dari Tehnik Batuk
huff, keluarkan semua udara dari dalam paru-paru dan saluran nafas. Mulai dengan
bernafas pelan. Ambil nafas secara perlahan, akhiri dengan mengeluarkan nafas
secara perlahan selama 3 –4 detik.

 Tarik nafas secara diafragma, Lakukan secara pelan dan nyaman, jangan sampai
overventilasi paru-paru.
 Setelah menarik nafas secra perlahan, tahan nafas selama 3 detik, Ini untuk
mengontrol nafas dan mempersiapkan melakukan batuk huff secara efektif.
 Angkat dagu agak keatas, dan gunakan otot perut untuk melakukan pengeluaran
nafas cepat sebanyak 3 kali dengan saluran nafas dan mulut terbuka, keluarkan
dengan bunyi Ha,ha,ha atau huff, huff, huff. Tindakan ini membantu epligotis
terbuka dan mempermudah pengeluaran mucus.
 Kontrol nafas, kemudian ambil napas pelan 2 kali.
 Ulangi tehnik batuk diatas sampai mucus sampai ke belakang tenggorokkan-Setelah
itu batukkan dan keluarkan mucus/daha.

2. Massage

Prosedur : Posisikan pasien rileks atau half lying Posisi terapis di samping
pasienPenatalaksanaan:

 Siapkan peraltan yang dibutuhkan seperti baby oil.


 Buka area yang akan di massage dari baju atau kain yang menghalangi.
 Lakukan teknik stroking pada daerah Upper trapezius kanan sampai baby oil rata.
 Dilanjutkan dengan teknik efflurage di area upper trapezius kanan.
 Selanjutnya di bagian otot deltoid lateral dilakukan teknik stroking , eflurage dan
friction di m. deltoid lateral.
 Teknik stroking , efflurage dan friction kembali dilakukan di m.biceps.

Pengertian teknik massage :

 Stroking adalah sejenis usapan atau membelai lembut ringan dan arahnya tidak
menentu yang tujuannya membuat pra kondisi pasien agar pasien atauklien dalam
keadaan rileks tidak tegang biasanya dilakukan sambil meratakan bahan pelican
atau baby oil .
 Efflurage adalah gosokan yang lebih mantap , cukup keras dan dalam yang
tujuannya untuk memperlancar aliran vena dan limfe oleh karena itu arahnya
tertentu dari distal ke proksimal atau dari insertion dan origo suatu otot (searah
serabut otot ).
 Friction adalah tekanan lebih keras dan dalam menggunakan ujung jari atau ibu jari
pada ujung otot atau tendon atau ligament di dekat sendi dilakukan transversal
dan longitudinal untuk sirkulasi tujuan : untuk menhancurkan perlengketan
jaringan serta membuat inflasi baru agar proses penyembuhan lebih cepat.

3. ROM Exercise

A.Latihan aktif ROM adalah merupakan suatu kebutuhan manusia untuk melakukan
pergerakan dimana pergerakan tersebut dilakukan secara bebas. latihan aktif ROM
dapat dilakukan kapan saja dimana keadaan fisik disesuaikan dengan keadaan pasien.

 Untuk memelihara fungsi dan mencegah kemunduran.


 Untuk memelihara dan meningkatkan pergerakan dari persendian.
 Untuk merangsang sirkulasi darah.
 Untuk mencegah kelainan bentuk.
 Untuk memelihara dan meningkatkan kekuatan otot.

B. Langkah-langkah Latihan Aktif ROM

Latihan I:Pasien diminta untuk dorsal fleksi dan dorsal ekstensi pada ankle.

Latihan II: Pasien diminta untuk melakukan fleksi shoulder, ekstensi shoulder,
abduksi shoulder dan adduksi shoulder .

C. Active assisted axercise

Latihan dilakukan dapat secara aktif sendiri dan dengan bantuan minimal dari terapi
atau active assisted exercise . Active assisted exercise dilakukan untuk membantu
pasien untuk bergerak dengan bantuan minimal dari terapis .

Latihan I : Pasien diminta untuk dorsal fleksi dan plantar fleksi pada ankle .
Atau menggerakkan pergelangan kaki untuk naik dan turun sesuai instruksi
terapis . Bantuan minimal di berikan pada telapak kaki pasien .

Dosis F: 5x /minggu
T: 10 –15 menit
I: 5xrepetisi
posisikan pasien dengan half lying dan duduk

Penatalaksanaan

ROM exercise dengan Free Active pada ekstremitas yang tidak bermasalah ROM
exercise dengan Active Assited exercise

Latihan : Pasien diminta untuk melakukan fleksi shoulder (mengangakat bahunya


kearah atas depan), abduksi shoulder (menggerakkan bahunya dan tangannya kearah
samping ) dan adduksi shoulder (menggerakkan bahunya kearah dalam) . Bantuan
minimal diberikan pada lengan bawah atau dapat diberikan pada lengan atas distal .
Dilanjutkan dengan menekukkan kakinya , dilakukan satu persatu dengan tujuan
menjaga persendian pada ekstremitas bawah post op CABG.

Penatalaksanaan Intervensi
Evaluasi Terapi
Objek Evaluasi Sebelum Terapi Setelah Terapi
(satuan)
Ekspansi thoraks Selisih: Selisih:
upper: 1 cm upper: 1 cm
middle: 2cm middle: 2cm
lower: 2cm lower: 2cm
Gerak napas Dominan abdominal Dominan abdominal
Pola Nafas Abdominal Abdominal

Fisioterapis: Kristian Agustinus Tanda Tangan:


DAFTAR PUSTAKA

1.Katz MJ. 2010. Coronary artery disease. Atrain Education [serial online] 2010
[cited 2011 Nov 09]; Available from: URL:
http://www.atrainceu.com/pdf/41_Coronary_Artery_Disease_CAD.pdf

2.Bryg RJ. 2009. Coronary artery disease. WebMD [serial online] 2009 [cited 2011 Nov 10];
Available from: URL: http://www.webmd.com/heart-disease/guide/heart-disease-coronary-
artery

3.Deckelbaum L. Heart attacks and Coronary artery disease. Chapter 11. [cited 2011 Nov
10]; Available from:URL:http://www.med.yale.edu/library/heartbk/11.pdfp.133.

4.Makmun LH, Alwi I & Ranitya R. 2009. Panduan tatalaksana sindrom koroner akut dengan
elevasi segmen ST. Jakarta: Interna Publishing.

5.Latif Ch. 2011.Buku panduan pendidikan klinik dokter muda laboratorium ilmu penyakit
dalam. Samarinda: Lab. Penyakit Dalam FK UNMUL.

6.Cabin HS. The heart and circulation. Chapter 1. [cited 2011 Nov 12]; Available
from: URL: http://www.med.yale.edu/library/heartbk/1.pdf. p.5

7.Asri WS, Vivi S & Primasari. 2006. Profil penyakit jantung koroner (pjk) dan
faktor risiko pjk pada penduduk miskin perkotaan di jakarta. Puslitbang Biomedis
dan Farmasi, Badan Litbang Kesehatan.

8.Boudi FB. Risk factors for coronary artery disease. Medscape [serial online] 2011 [cited
2011 Nov 16]; Available from: URL: http://emedicine.medscape.com/article/164163-
overview

9.McPherson JA. Coronary Artery Atherosclerosis. Medscape [serial online] 2011


[cited 2011 Nov 17]; Available from: URL:

Anda mungkin juga menyukai