Kristian Agustinus
1862030003
FAKULTAS VOKASI
2020/2021
A. Definisi CAD
Coronary Artery Disease atau Penyakit jantung koroner adalah suatu keadaan
dimana terjadi penyempitan, penyumbatan, atau kelainan pembuluh darah koroner.
penyempitan atau penyumbatan ini dapat menghentikan aliran darah ke otot jantung
yang sering ditandai dengan rasa nyeri. Kondisi lebih parah kemampuan jantung
memompa darah akan hilang, sehingga sistem kontrol irama jantung akan terganggu
dan selanjutnya bisa menyebabkan kematian (Soeharto, 2001).
B. Patofisiologis CAD
Angina (sakit dada apabila kepenatan) terjadi akibat berlakunya aterosklerosis
yang menyebabkan saluran yang mengalirkan darah ke otot otot jantung menyempit
dan aliran darah terhalang. Serangan sakit jantung terjadi apabila darah membeku di
bagian aterosklerosis dan menghalang sepenuhnya pengaliran darah ke otot otot
jantung. Keadaan ini menyebabkan sel jantung mati akibat tidak emndapat oksigen.
Penyakit jantung koroner dan myocardiak infark merupakan proses iskemik
dari miokardium yang disebabkan oleh penyempitan arteri koronaria secara permanen
atau tidak permanen. Oksigen diperlukan oleh sel sel miokardial untuk metabolisme
aerob. Banyaknya oksigen yang diperlukan untuk energi jantung disebtu sebagai
Myocardial Oxygen Consumption (MVO2) yang dinyatakan oleh percepatan jantung,
kontraksi miocardial dan tekanan pada dinding jantung.
Jantung yang normal dapat dengan mudah menyesuaikan terhadap
peningkatan tuntutan tekanan oksigen dengan menambah percepatan dan kotraksi
untuk menekan volume darah ke sekat-sekat jantung. Pada jantung yang mengalami
obstruksi aliran darah miiocardial, suplai darah tidak dapat mencukupi terhadap
tuntutan yang terjadi. Keadaan adanya obstruksi letal maupun sebagian dapat
menyebabkan anoksia dan suatu kondisi menyerupai glikosis aerobic yang berupaya
untuk memenuhi kebutuhan oksigen.
Kegagalan ventrikel kiri menyebabkan penurunan stroke volume, pengurangan
cardiac output, peningkatan ventrikel kiri pada saat tekanan akhir distol dan tekanan
desakan pada arteri pulmonalis serta tanda-tanda kegagalan jantung.
Kelanjutan dan iskemia tergantung pada obstruksi pada arteri koronaria
(permanen atau sementara), lokasi, serta ukurannya. Tiga manifestasi dari iskemik
miocardial adalah angina pectoris, penyempitan arteri koronarius sementara,
perinferkasi angina, dan miocardial infark atau obstruksi permanen pada arteri
koronari.
C. Coronary Artery Bypass Grafting (CABG)
CABG adalah salah satu penanganan intervensi dari penyakit jantung koroner
(PJK) dengan cara membuat saluran baru melewati bagian arteri koronaria yang
mengalami penyempitan atau penyumbatan. Banyak penelitian telah dilakukan
dengan membandingkan revaskularisasi yang terjadi dengan kelangsungan hidup
pasien pasca operasi mempergunakan berbagai variasi teknik operasi dengan
menggunakan pembuluh-pembuluh darah tersebut dengan hasil yang beragam
tergantung dari kondisi dan keadaan dari keparahan PJK yang diderita .
CABG bertujuan untuk mengatasi kurangnya atau terhambatnya aliran arteri
koronaria akibat adanya penyempitan bahkan penyumbatan ke otot jantung .
pemastian daerah yang mengalami penyempitan atau penyumbatan telah dilakukan
sebelumnya dengan melakukan katerisasi arteri koronaria. CABG dilakukan dengan
membuka dinding dada melalui pemotongan sternum. Selanjutnya, dilakukan
pemasangan pembuluh darah baru dari arteri mammaria interna maupun vene
saphenous tergantung pada kebutuhan, teknik yang dipakai, ataupun anatomi
pembuluh darah pasien.Tindakan CABG ini dapat dilakukan dengan menggunakan
mesin jantung paru, atau tanpa menggunakan mesin (Off Pump).
1.Inspeksi:
Posisi pasien berbaring Terpasang perban pada sepanjang sternal node sampai
xipoid Tampak perban ke 2 pada tungkai kanan sepanjang middle os femur sampai
maleolus medial Pola nafas : dalam dan lambat Tidak ada gerak cuping hidung Tidak
ada sianosis Bentuk dada normal.
2.Palpasi:
A. Impairment
Sesak nafas
Spasme pada otot upper trapezius dextra
Gerak nafas dominan abdominal
Penurunan ekspansi thoraks upper,middle dan lower
Penurunan kekuatan otot (MMT) pada bahu
Postur shoulder protraksi
Keterbaatasan ROM
Adanya nyeri gerak pada bahu dextra
Terdapat odema pada ankle dextra
B. Functional Limitation
C. Participation Restrictive
G. DIAGNOSA FISIOTERAPI
Gangguan fungsional pernafasan karena adanya sputum, adanya nyeri tekan pada
sekitar insisi , adanya nyeri gerak pada saat respirasi serta penurunan
ekspansi thoraks lower akibat post op CABG.
Adanya gangguan gerak dan fungsional akibat adanya spasme pada upper
trapezius akibat post CABG
1.Breathing Exercise :
1.Tujuan Breathing Exercise
Meningkatkan ventilasi.
Meningkatkan efektifitas mekanisme batuk.
Mencegah atelektasis
Meningkatkan kekuatan, daya tahan dan koordinasi otot-otot respirasi.
Mempertahankan atau meningkatkan mobilitas chest dan thoracal spine.
Koreksi pola-pola nafas yang tidak efisien dan abnormal.
Meningkatkan relaksasi.
Mengajarkan pasien bagaimana melakukan tindakan bila terjadi gangguan nafas.
Menarik napas (inspirasi) secara biasa beberapa detik melalui hidung (bukan
menarik napas dalam) dengan mulut tertutup. Kemudian mengeluarkan napas
(ekspirasi) pelan-pelan melalui mulut dengan posisi seperti bersiul. PLB dilakukan
dengan atau tanpa kontraksi otot abdomen selama ekspirasi. Selama PLB tidak ada
udara ekspirasi yang mengalir melalui hidung. Dengan pursed lips breathing (PLB)
akan terjadi peningkatan tekanan pada rongga mulut, kemudian tekanan ini
akan diteruskan melalui cabang-cabang bronkus sehingga dapat mencegah air
trapping dan kolaps saluran napas kecil pada waktu ekspirasi.
Dosis : F : 5x/minggu
T : 5 –10 menit
I : 8x repetisi
3. Segmental breathing.
Adalah suatu latihan nafas pada segmen paru tertentu dengan tujuan
melatih pengembangan paru persegmen. Penatalaksanaan : Posisi pasien tidur
miring dan diganjal bantal dengan posisi paru kanan berada diatas. Tangan
fisioterapis berada pada segment paru-paru kanan (atas, tengah atau bawah),
kemudian instruksikan pasien untuk menarik napas dan tangan fisioterapis pada
akhir inspirasi diberikan tekanan kearah atas dalam dan saat akhir ekspirasi berikan
tekanan ke arah luar bawah.
Dosis : F: 5x/minggu
I : 8xrepetisi
Posisi pasien tidur terlentang dan diganjal bantal di bagian kepala. Tangan
fisioterapis berada pada segment paru-paru kanan (upper dan middle),
Kemudian instruksikan pasien untuk menarik napas dan tangan fisioterapis pada
akhir inspirasi diberikan tekanan kearah atas dalam dan saat akhir ekspirasi berikan
tekanan ke arah luar bawah
4. Batuk Efektif
3) Pneumothoraks
Penatalaksaan : Untuk menyiapkan paru-paru dan saluran nafas dari Tehnik Batuk
huff, keluarkan semua udara dari dalam paru-paru dan saluran nafas. Mulai dengan
bernafas pelan. Ambil nafas secara perlahan, akhiri dengan mengeluarkan nafas
secara perlahan selama 3 –4 detik.
Tarik nafas secara diafragma, Lakukan secara pelan dan nyaman, jangan sampai
overventilasi paru-paru.
Setelah menarik nafas secra perlahan, tahan nafas selama 3 detik, Ini untuk
mengontrol nafas dan mempersiapkan melakukan batuk huff secara efektif.
Angkat dagu agak keatas, dan gunakan otot perut untuk melakukan pengeluaran nafas
cepat sebanyak 3 kali dengan saluran nafas dan mulut terbuka, keluarkan dengan
bunyi Ha,ha,ha atau huff, huff, huff. Tindakan ini membantu epligotis terbuka dan
mempermudah pengeluaran mucus.
Kontrol nafas, kemudian ambil napas pelan 2 kali.
Ulangi tehnik batuk diatas sampai mucus sampai ke belakang tenggorokkan-Setelah
itu batukkan dan keluarkan mucus/daha.
2. Massage
Prosedur : Posisikan pasien rileks atau half lying Posisi terapis di samping
pasienPenatalaksanaan:
Stroking adalah sejenis usapan atau membelai lembut ringan dan arahnya tidak
menentu yang tujuannya membuat pra kondisi pasien agar pasien atauklien dalam
keadaan rileks tidak tegang biasanya dilakukan sambil meratakan bahan pelican atau
baby oil .
Efflurage adalah gosokan yang lebih mantap , cukup keras dan dalam yang
tujuannya untuk memperlancar aliran vena dan limfe oleh karena itu arahnya tertentu
dari distal ke proksimal atau dari insertion dan origo suatu otot (searah serabut otot ).
Friction adalah tekanan lebih keras dan dalam menggunakan ujung jari atau ibu jari
pada ujung otot atau tendon atau ligament di dekat sendi dilakukan transversal dan
longitudinal untuk sirkulasi tujuan : untuk menhancurkan perlengketan jaringan
serta membuat inflasi baru agar proses penyembuhan lebih cepat.
3. ROM Exercise
A.Latihan aktif ROM adalah merupakan suatu kebutuhan manusia untuk melakukan
pergerakan dimana pergerakan tersebut dilakukan secara bebas. latihan aktif ROM dapat
dilakukan kapan saja dimana keadaan fisik disesuaikan dengan keadaan pasien.
Latihan I:Pasien diminta untuk dorsal fleksi dan dorsal ekstensi pada ankle.
Latihan II: Pasien diminta untuk melakukan fleksi shoulder, ekstensi shoulder,
abduksi shoulder dan adduksi shoulder .
Latihan dilakukan dapat secara aktif sendiri dan dengan bantuan minimal dari terapi
atau active assisted exercise . Active assisted exercise dilakukan untuk membantu
pasien untuk bergerak dengan bantuan minimal dari terapis .
Latihan I : Pasien diminta untuk dorsal fleksi dan plantar fleksi pada ankle .
Atau menggerakkan pergelangan kaki untuk naik dan turun sesuai instruksi
terapis . Bantuan minimal di berikan pada telapak kaki pasien .
Dosis F: 5x /minggu
T: 10 –15 menit
I: 5xrepetisi
posisikan pasien dengan half lying dan duduk
Penatalaksanaan
ROM exercise dengan Free Active pada ekstremitas yang tidak bermasalah ROM
exercise dengan Active Assited exercise
Latihan : Pasien diminta untuk melakukan fleksi shoulder (mengangakat bahunya
kearah atas depan), abduksi shoulder (menggerakkan bahunya dan tangannya
kearah samping ) dan adduksi shoulder (menggerakkan bahunya kearah dalam) .
Bantuan minimal diberikan pada lengan bawah atau dapat diberikan pada lengan atas
distal . Dilanjutkan dengan menekukkan kakinya , dilakukan satu persatu dengan
tujuan menjaga persendian pada ekstremitas bawah post op CABG .
4. Home Program
TOTAL EWT 0 1 2 3
Riwayat Penyakit
Pasien mengalami keringat dingin maka dari itu bapa tersebut berobat ke Rumah Sakit.
Dan ternyata harus oprasi CABG
O2 therapy:
Mampu mengeluarkan sputum: Ya/Tidak
Exposure Abdomen:
Thorax:
Urine Output:
Fluid Balance:
Other losses:
Bowel Function:
Data penunjang
Data lab Normal Hasil Data Lab Normal Hasil
pH 7,35-7,45 Triglycerides 50-150 mg/dL
Lipid
pCo2 35-45 mmHg Total cholesterol 3-5.5 mmol/L
ABG
Kesan Laboratorium:
INR 10-14 detik
Diagnosa Fisioterapi
Gangguan fungsional pernafasan karena adanya sputum, adanya nyeri tekan
pada sekitar insisi , adanya nyeri gerak pada saat respirasi serta penurunan
ekspansi thoraks lower akibat post op CABG.
Adanya gangguan gerak dan fungsional akibat adanya spasme pada upper
trapezius akibat post CABG
Status Dokumentasi Resusitasi(Lingkari)
CPR No CPR MET NoMET Batasan lain:
Intervensi Fisioterapi
Rencana Terapi
Tujuan :
Breathing Exercise
Meningkatkan ventilasi.
Meningkatkan efektifitas mekanisme batuk.
Mencegah atelektasis
Meningkatkan kekuatan, daya tahan dan koordinasi otot-otot respirasi.
Mempertahankan atau meningkatkan mobilitas chest dan thoracal spine.
Koreksi pola-pola nafas yang tidak efisien dan abnormal.
Meningkatkan relaksasi.
Mengajarkan pasien bagaimana melakukan tindakan bila terjadi gangguan
nafas.
Menarik napas (inspirasi) secara biasa beberapa detik melalui hidung (bukan
menarik napas dalam) dengan mulut tertutup. Kemudian mengeluarkan napas
(ekspirasi) pelan-pelan melalui mulut dengan posisi seperti bersiul. PLB
dilakukan dengan atau tanpa kontraksi otot abdomen selama ekspirasi. Selama PLB
tidak ada udara ekspirasi yang mengalir melalui hidung. Dengan pursed lips
breathing (PLB) akan terjadi peningkatan tekanan pada rongga mulut,
kemudian tekanan ini akan diteruskan melalui cabang-cabang bronkus
sehingga dapat mencegah air trapping dan kolaps saluran napas kecil pada
waktu ekspirasi.
Dosis : F : 5x/minggu
T : 5 –10 menit
I : 8x repetisi
3. Segmental breathing.
Adalah suatu latihan nafas pada segmen paru tertentu dengan tujuan
melatih pengembangan paru persegmen. Penatalaksanaan : Posisi pasien tidur
miring dan diganjal bantal dengan posisi paru kanan berada diatas. Tangan
fisioterapis berada pada segment paru-paru kanan (atas, tengah atau bawah),
kemudian instruksikan pasien untuk menarik napas dan tangan fisioterapis
pada akhir inspirasi diberikan tekanan kearah atas dalam dan saat akhir ekspirasi
berikan tekanan ke arah luar bawah.
Dosis : F: 5x/minggu
I : 8xrepetisi
Posisi pasien tidur terlentang dan diganjal bantal di bagian kepala. Tangan
fisioterapis berada pada segment paru-paru kanan (upper dan middle),
Kemudian instruksikan pasien untuk menarik napas dan tangan fisioterapis
pada akhir inspirasi diberikan tekanan kearah atas dalam dan saat akhir ekspirasi
berikan tekanan ke arah luar bawah
4. Batuk Efektif
3) Pneumothoraks
Penatalaksaan : Untuk menyiapkan paru-paru dan saluran nafas dari Tehnik Batuk
huff, keluarkan semua udara dari dalam paru-paru dan saluran nafas. Mulai dengan
bernafas pelan. Ambil nafas secara perlahan, akhiri dengan mengeluarkan nafas
secara perlahan selama 3 –4 detik.
Tarik nafas secara diafragma, Lakukan secara pelan dan nyaman, jangan sampai
overventilasi paru-paru.
Setelah menarik nafas secra perlahan, tahan nafas selama 3 detik, Ini untuk
mengontrol nafas dan mempersiapkan melakukan batuk huff secara efektif.
Angkat dagu agak keatas, dan gunakan otot perut untuk melakukan pengeluaran
nafas cepat sebanyak 3 kali dengan saluran nafas dan mulut terbuka, keluarkan
dengan bunyi Ha,ha,ha atau huff, huff, huff. Tindakan ini membantu epligotis
terbuka dan mempermudah pengeluaran mucus.
Kontrol nafas, kemudian ambil napas pelan 2 kali.
Ulangi tehnik batuk diatas sampai mucus sampai ke belakang tenggorokkan-Setelah
itu batukkan dan keluarkan mucus/daha.
2. Massage
Prosedur : Posisikan pasien rileks atau half lying Posisi terapis di samping
pasienPenatalaksanaan:
Stroking adalah sejenis usapan atau membelai lembut ringan dan arahnya tidak
menentu yang tujuannya membuat pra kondisi pasien agar pasien atauklien dalam
keadaan rileks tidak tegang biasanya dilakukan sambil meratakan bahan pelican
atau baby oil .
Efflurage adalah gosokan yang lebih mantap , cukup keras dan dalam yang
tujuannya untuk memperlancar aliran vena dan limfe oleh karena itu arahnya
tertentu dari distal ke proksimal atau dari insertion dan origo suatu otot (searah
serabut otot ).
Friction adalah tekanan lebih keras dan dalam menggunakan ujung jari atau ibu jari
pada ujung otot atau tendon atau ligament di dekat sendi dilakukan transversal
dan longitudinal untuk sirkulasi tujuan : untuk menhancurkan perlengketan
jaringan serta membuat inflasi baru agar proses penyembuhan lebih cepat.
3. ROM Exercise
A.Latihan aktif ROM adalah merupakan suatu kebutuhan manusia untuk melakukan
pergerakan dimana pergerakan tersebut dilakukan secara bebas. latihan aktif ROM
dapat dilakukan kapan saja dimana keadaan fisik disesuaikan dengan keadaan pasien.
Latihan I:Pasien diminta untuk dorsal fleksi dan dorsal ekstensi pada ankle.
Latihan II: Pasien diminta untuk melakukan fleksi shoulder, ekstensi shoulder,
abduksi shoulder dan adduksi shoulder .
Latihan dilakukan dapat secara aktif sendiri dan dengan bantuan minimal dari terapi
atau active assisted exercise . Active assisted exercise dilakukan untuk membantu
pasien untuk bergerak dengan bantuan minimal dari terapis .
Latihan I : Pasien diminta untuk dorsal fleksi dan plantar fleksi pada ankle .
Atau menggerakkan pergelangan kaki untuk naik dan turun sesuai instruksi
terapis . Bantuan minimal di berikan pada telapak kaki pasien .
Dosis F: 5x /minggu
T: 10 –15 menit
I: 5xrepetisi
posisikan pasien dengan half lying dan duduk
Penatalaksanaan
ROM exercise dengan Free Active pada ekstremitas yang tidak bermasalah ROM
exercise dengan Active Assited exercise
Penatalaksanaan Intervensi
Evaluasi Terapi
Objek Evaluasi Sebelum Terapi Setelah Terapi
(satuan)
Ekspansi thoraks Selisih: Selisih:
upper: 1 cm upper: 1 cm
middle: 2cm middle: 2cm
lower: 2cm lower: 2cm
Gerak napas Dominan abdominal Dominan abdominal
Pola Nafas Abdominal Abdominal
1.Katz MJ. 2010. Coronary artery disease. Atrain Education [serial online] 2010
[cited 2011 Nov 09]; Available from: URL:
http://www.atrainceu.com/pdf/41_Coronary_Artery_Disease_CAD.pdf
2.Bryg RJ. 2009. Coronary artery disease. WebMD [serial online] 2009 [cited 2011 Nov 10];
Available from: URL: http://www.webmd.com/heart-disease/guide/heart-disease-coronary-
artery
3.Deckelbaum L. Heart attacks and Coronary artery disease. Chapter 11. [cited 2011 Nov
10]; Available from:URL:http://www.med.yale.edu/library/heartbk/11.pdfp.133.
4.Makmun LH, Alwi I & Ranitya R. 2009. Panduan tatalaksana sindrom koroner akut dengan
elevasi segmen ST. Jakarta: Interna Publishing.
5.Latif Ch. 2011.Buku panduan pendidikan klinik dokter muda laboratorium ilmu penyakit
dalam. Samarinda: Lab. Penyakit Dalam FK UNMUL.
6.Cabin HS. The heart and circulation. Chapter 1. [cited 2011 Nov 12]; Available
from: URL: http://www.med.yale.edu/library/heartbk/1.pdf. p.5
7.Asri WS, Vivi S & Primasari. 2006. Profil penyakit jantung koroner (pjk) dan
faktor risiko pjk pada penduduk miskin perkotaan di jakarta. Puslitbang Biomedis
dan Farmasi, Badan Litbang Kesehatan.
8.Boudi FB. Risk factors for coronary artery disease. Medscape [serial online] 2011 [cited
2011 Nov 16]; Available from: URL: http://emedicine.medscape.com/article/164163-
overview