NIM : 190301071
Rukun-Rukun Sholat:
Yang dimaksud dengan rukun shalat adalah setiap perkataan atau
perbuatan yang akan membentuk hakikat shalat. Jika salah satu rukun ini
tidak ada, maka shalat pun tidak teranggap secara syar’i dan juga tidak bisa
diganti dengan sujud sahwi.
Kedua: Meninggalkannya karena lupa atau tidak tahu. Di sini ada tiga
rincian,
1. Jika mampu untuk mendapati rukun tersebut lagi, maka wajib untuk
melakukannya kembali. Hal ini berdasarkan kesepakatan para ulama.
2. Jika tidak mampu mendapatinya lagi, maka shalatnya batal menurut
ulama-ulama Hanafiyah. Sedangkan jumhur ulama (mayoritas ulama)
berpendapat bahwa raka’at yang ketinggalan rukun tadi menjadi
hilang.
3. Jika yang ditinggalkan adalah takbiratul ihram, maka shalatnya harus
diulangi dari awal lagi karena ia tidak memasuki shalat dengan benar.
ٍ َج ْن/ َفإِنْ لَ ْم َتسْ َتطِ عْ َف َعلَى، َفإِنْ لَ ْم َتسْ َتطِ عْ َف َقا ِع ًدا، ص ِّل َقائِمًا
ب َ
ُّ ة/ِ َصال
ال َّتسْ لِي ُم/ ال َّت ْكبِي ُر َو َتحْ لِيل ُ َها/الطهُو ُر َو َتحْ ِري ُم َها /ُ ِم ْف َتا
َّ ح ال
“Pembuka shalat adalah thoharoh (bersuci). Yang mengharamkan dari hal-
hal di luar shalat adalah ucapan takbir. Sedangkan yang menghalalkannya
kembali adalah ucapan salam. ”[2]
“Tidak ada shalat (artinya tidak sah) orang yang tidak membaca Al
Fatihah.”[3]
Hendaklah sujud dilakukan pada tujuh bagian anggota badan: [1,2] Telapak
tangan kanan dan kiri, [3,4] Lutut kanan dan kiri, [5,6] Ujung kaki kanan dan
kiri, dan [7] Dahi sekaligus dengan hidung.
“Aku diperintahkan bersujud dengan tujuh bagian anggota badan: [1] Dahi
(termasuk juga hidung, beliau mengisyaratkan dengan tangannya), [2,3]
telapak tangan kanan dan kiri, [4,5] lutut kanan dan kiri, dan [6,7] ujung kaki
kanan dan kiri. ”
ِ َت ْط َمئِنَّ َسا/ ُث َّم اسْ ج ُْد َح َّتى، َت ْط َمئِنَّ َجالِ ًسا/ ُث َّم ارْ َفعْ َح َّتى، ج ًدا
ج ًدا ِ ُث َّم اسْ ُج ْد َح َّتى َت ْط َمئِنَّ َسا
“Kemudian sujudlah dan thuma’ninalah ketika sujud. Lalu bangkitlah dari
sujud dan thuma’ninalah ketika duduk. Kemudian sujudlah kembali dan
thuma’ninalah ketika sujud.”[8]
Rukun keduabelas dan ketigabelas: Tasyahud akhir
dan duduk tasyahud
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
ِ َّات هَّلِل
ُ حي َّ ال/… َفإِ َذا َق َع َد أَ َح ُد ُك ْم فِى
ِ ل ال َّت/ِ ُة َف ْل َيق/ِ َصال
“Jika salah seorang antara kalian duduk (tasyahud) dalam shalat, maka
ucapkanlah “at tahiyatu lillah …”.”[9]
Bacaan tasyahud:
ِع َبا ِد/ ال َّسالَ ُم َعلَ ْي َنا َو َعلَى، ى َو َرحْ َم ُة هَّللا ِ َو َب َر َكا ُت ُه/ُّ ك أَ ُّي َها ال َّن ِب
َ ال َّسالَ ُم َعلَ ْي، ات َّ ات َو
/ُ الط ِّي َب /ُ صلَ َو َّ َوال/ِ َّات هَّلِل
ُ حي ِ ال َّت
َ َ هَّللا َ
َوأ ْش َه ُد أنَّ م َُح َّم ًدا َع ْب ُدهُ َو َرسُول ُ ُه/ُ َّ أ ْش َه ُد أنْ الَ إِلَ َه إِال، ِين َ َ صالِح َّ ِ ال هَّللا
Jawab:
(Yang menandatangani fatwa ini adalah Syaikh ‘Abdul ‘Aziz bin Baz sebagai
Ketua, Syaikh ‘Abdur Rozaq ‘Afifi sebagai Wakil Ketua, Syaikh ‘Abdullah bin
Qu’ud dan ‘Abdullah bin Ghodyan sebagai anggota)[11]
بعد بما/ هللا عليه وسلم ثم يدعو/ صلى/ النبي/ على/ أحدكم فليبدأ بتمجيد هللا والثناء عليه ثم يصلي/إذا صلى
شاء
“Jika salah seorang di antara kalian hendak shalat, maka mulailah dengan
menyanjung dan memuji Allah, lalu bershalawatlah kepada Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam, lalu berdo’a setelah itu semau kalian.”[13]
ُّ ة/ِ َصال
ال َّتسْ لِي ُم/ ال َّت ْك ِبي ُر َو َتحْ لِيل ُ َها/الطهُو ُر َو َتحْ ِري ُم َها /ُ ِم ْف َتا
َّ ح ال
SYARAT-SYARAT SHALAT:
Apabila wudhu ini tidak ada, maka tidak sah shalat seseorang. Dan tidak
mengharuskan adanya wudhu adanya shalat. Barangsiapa yang wudhu tidak
harus dia mengerjakan shalat. Akan tetapi orang yang tidak wudhu maka tidak
sah shalatnya.
1. ISLAM
Syarat shalat yang pertama adalah Islam. Karena non Muslim atau orang kafir
amalannya tidak akan diterima dan akan terhapus seluruh amalan kebaikan
yang ia kerjakan sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:
َ ان َف َق ْد َح ِب َط َع َمل ُ ُه َوه َُو فِي اآْل خ َِر ِة م َِن ْال َخاسِ ِر
﴾٥﴿ ين ِ َو َمن َي ْكفُرْ ِباإْل ِي َم
“Barangsiapa yang kufur kepada keimanan maka telah terhapus amalan-
amalannya dan di akhirat dia termasuk orang yang merugi.” (QS. Al-
Maidah[5]: 5)
Juga firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:
َ َخالِ ُد
﴾١٧﴿ ون
2. BERAKAL
Syarat yang kedua dari syarat shalat adalah akal atau berakal. Dan lawannya
adalah kegilaan. Maka orang gila, orang yang hilang akalnya tidak ditulis
untuknya dosa. Sebagaimana dalam hadits dari Nabi kita Sallallahu ‘Alaihi wa
Sallam bersabda:
ِ َو َع ِن ْال َمجْ ُن، َو َع ِن الص َِّبيِّ َح َّتى َيحْ َتلِ َم، َع ِن ال َّنائ ِِم َح َّتى َيسْ َت ْيق َِظ:ٍُرف َِع ْال َقلَ ُم َعنْ َثاَل َثة
ون َح َّتى َيعْ قِ َل
“Catatan amal diangkat dari tiga jenis orang : orang tidur sampai dia bangun,
anak kecil sampai dia baligh dan orang gila sampai dia sembuh dari gilanya.”
(HR. Ahmad).
3. TAMYIZ
Syarat yang ketiga adalah At-Tamyiz. Yaitu seorang anak sudah sampai
umur mumayyiz. Yaitu jika dia telah sampai umur 7 tahun. Dalam hadits
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:
Karena seorang anak jika telah sampai umur 7 tahun berarti dia telah
mumayyiz dan ia telah memahami dan mengetahui cara untuk melakukan
suatu pekerjaan apabila dijelaskan kepadanya. Dan ini adalah waktu
diperintahkan seorang anak untuk melaksanakan shalat.
ُور
ٍ طهُ صاَل ةٌ ِب َغيْر
َ اَل ُت ْق َب ُل
ِ
“Tidak akan diterima shalat kecuali dengan bersuci.” (HR. Ibnu Majah)
Barangsiapa yang shalat dan dia mempunyai hadats baik itu hadats besar
atau hadats kecil, maka tidak sah shalatnya.
5. MENGHILANGKAN NAJIS
Syarat shalat yang kelima adalah menghilangkan najis. Yaitu menghilangkan
najis dari tempat shalat, juga dari pakaian yang dipakai untuk shalat, juga dari
badan seseorang yang akan melakukan shalat. Sebagaimana firman Allah
Subhanahu wa Ta’ala:
6. MENUTUP AURAT
Syarat yang ke-6 adalah menutup aurat. Aurat yaitu sesuatu yang harus atau
wajib untuk ditutup dan tidak pantas untuk ditampakkan dan seorang malu jika
kelihatan. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
ٍ ت إِاَّل ِب ِخ َم
ار َ صاَل َة امْ َرأَ ٍة َق ْد َح
ْ اض َ ُ اَل َي ْق َب ُل هَّللا
“Allah tidak akan menerima shalatnya wanita yang telah sampai haid kecuali
menggunakan kerudung.” (HR. Ibnu Khuzaimah)
Maka seorang wanita, dia harus menutup seluruh badannya ketika shalat
kecuali mukanya. Adapun jika di sekitarnya laki-laki yang bukan mahramnya,
maka wajahnya pun harus ditutup menurut dalil-dalil yang banyak yang
menyebutkan bahwasanya wajah wanita itu adalah aurat jika dilihat oleh laki-
laki yang bukan mahramnya.
7. MASUKNYA WAKTU
Syarat shalat yang ke-7 adalah masuknya waktu. Allah ‘Azza wa Jalla
berfirman:
ْْن ْال َو ْق َتي ُ َو ْال َو ْق،ت اأْل َ ْن ِب َيا ِء مِنْ َق ْبل َِك
ِ ت َما َبي َْن َه َذي ُ َه َذا َو ْق
“Ini adalah waktu-waktu shalat para Nabi sebelummu dan waktunya antara
dua waktu ini” (HR. Tirmidzi)
Maka shalat ini harus dikerjakan pada waktunya kecuali shalat dzuhur apabila
terik sangat panas, maka dianjurkan untuk mengundur shalat dzuhur
sebagaimana sabda Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam:
ْ َ ْ َ
ِ َفإِنَّ شِ َّد َة ال َحرِّ مِنْ َفي. إذا ا ْش َت َّد ال َحرُّ َفأب ِْر ُدوا ِبالصَّال ِة
ْح َج َه َّن َم
“Jika panas terik sangat menyengat, maka akhirkanlah shalat sampai sedikit
agak dingin karena sesungguhnya panasnya udara dari neraka jahanam.”
(HR. Bukhari dan Muslim)
Juga dalam sunnah, dianjurkan untuk mengakhirkan shalat Isya’. Kecuali jika
shalat itu diakhirkan menyulitkan orang-orang yang akan shalat berjamaah
maka tetap dilaksanakan diawal waktu.
8. MENGHADAP KIBLAT
Syarat shalat yang ke-8 adalah menghadap kiblat. Dan kiblat di sini adalah
Ka’bah rumah Allah. Sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:
ُث َّم اسْ َت ْق ِب ِل القِ ْبلَ َة، َفأَسْ ِب ِغ الوُ ضُو َء،ِصالَة َ ْإِ َذا ُقم
َّ ت إِلَى ال
“Jika engkau berdiri untuk shalat, maka sempurnakanlah wudhumu kemudian
menghadaplah ke kiblat” (HR. Bukhari)
9. NIAT
Syarat shalat yang ke-9 atau yang terakhir adalah niat. Dan niat ini tempatnya
dihati. Sebagaimana sabda Nabi ‘Alaihish Shalatu was Salam,
Dan melafadzkan niat ini adalah bid’ah dan tidak pernah dilakukan oleh Nabi
Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam juga para Sahabat Radhiyallahu ‘Anhum. Dan
apa yang dilakukan oleh sebagian orang jika ia ingin melaksanakan shalat ia
menjaharkan niatnya dengan mengatakan, “Aku berniat untuk melaksanakan
shalat ashar empat rakaat di tempat demikian sampai akhirnya..” Ini adalah
suatu perbuatan yang bid’ah yang tidak pernah dikerjakan oleh Nabi
Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam juga para Sahabat Radhiyallahu ‘Anhum.