Anda di halaman 1dari 8

Laporan atas Laporan Keuangan

Kami telah mengaudit laporan keuangan PT SINAR MATARAM yang terdiri dari laporan posisi
keuangan tanggal 31 Desember 1995, serta laporan laba-rugi komprehensif, laporan perusahaan
ekuitas, dan laporan arus kas untuk tahun yang berakhir pada tanggal tersebut, dan suatu ikhtisar
kebijakan akuntansi signifikan dan informasi penjelasan lainnya.

Tanggung Jawab Manajemen atas Laporan Keuangan

Manajemen bertanggung jawab atas penyusunan dan penyajian wajar laporan keuangan tersebut
sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan di Indonesia, dan atas pengendalian internal yang
dianggap perlu oleh manajemen untuk memungkinkan penyusunan laporan keuangan yang bebas
dari kesalahan penyajian material, baik yang disebabkan oleh kecurangan maupun kesalahan.

Tanggung Jawab Auditor

Tanggung jawab kami adalah untuk menyatakan suatu opini atas laporan keuangan tersebut
berdasarkan audit kami. Kami melaksanakan audit kami berdasarkan Standar Audit yang
ditetapkan oleh Institut Akuntan Publik Indonesia. Standar tersebut mengharuskan kami untuk
mematuhi ketentuan etika serta merencanakan dan melaksanakan audit untuk memperoleh
keyakinan memadai tentang apakah laporan keuangan tersebut bebas dari kesalahan penyajian
material.

Suatu audit melibatkan pelaksanaan prosedur untuk memperoleh bukti audit tentang angka-angka
dan pengungkapan dalam laporan keuangan. Prosedur yang dipilih bergantung pada
pertimbangan auditor, termasuk penilaian atas risiko kesalahan penyajian material dalam laporan
keuangan, baik yang disebabkan oleh kecurangan maupun kesalahan. Dalam melakukan
penilaian risiko tersebut, auditor mempertimbangkan pengendalian internal yang relevan dengan
penyusunan dan penyajian wajar laporan keuangan entitas untuk merancang prosedur audit yang
tepat sesuai dengan kondisinya, tetapi bukan untuk tujuan menyatakan opini atas keefektivitasan
pengendalian internal entitas. Suatu audit juga mencakup pengevaluasian atas ketepatan
kebijakan akuntansi yang digunakan dan kewajaran estimasi akuntansi yang dibuat oleh
manajemen, serta pengevaluasian atas penyajian laporan keuangan secara keseluruhan.
Kami yakin bahwa bukti audit yang telah kami peroleh adalah cukup dan tepat untuk
menyediakan suatu basis bagi opini wajar dengan pengecualian kami.

Basis untuk Opini Wajar dengan Pengecualian

Saldo kas dan setara kas perusahaan tanggal 31 Desember 1995 sebagaimana tercatat pada
laporan posisi keuangan terlampir adalah sebesar Rp 183.792.100. Atas pemeriksaan yang kami
lakukan untuk tahun yang berakhir 31 Desember 1995, saldo kas dan setara kas turun menjadi
Rp 181.873.100. Hal ini disebabkan karena terdapat beberapa temuan yang material diantaranya,
terdapat cek kosong dari pelanggan yang menyebabkan perusahaan membuat debit memo
sebesar Rp 1.230.000, sehingga perusahaan perlu melakukan penyesuaian piutang pelanggan dan
kas perusahaan yang terdapat dalam kertas kerja A/1. Untuk rekening kas kecil, dalam kertas
kerja A/6 perusahaan harus melakukan penyesuaian pengeluaran kas kecil atas supplies sebesar
Rp 371.000 serta biaya reparasi dan pemeliharaan sebesar Rp 480.000 yang belum diakui
sebagai pengeluaran kas kecil oleh perusahaan. Selain itu, perusahaan juga harus melakukan
penyesuaian atas penukaran check dengan uang tunai oleh seorang loper, dimana cek akan
dikembalikan kepada loper dan untuk pengeluarannya akan dibebankan pada rekening macam-
macam biaya.

Saldo piutang dagang bersih perusahaan tanggal 31 Desember 1995 sebagaimana tercatat pada
laporan posisi keuangan terlampir adalah sebesar Rp 93.110.000. Atas pemeriksaan yang kami
lakukan untuk tahun yang berakhir 31 Desember 1995 saldo piutang bersih perusahaan
meningkat menjadi Rp 95.133.000. Perbedaan ini terjadi karena terdapat temuan yang material
dari rekening piutang dagang perusahaan berdasarkan data umur piutang yang dibuat oleh klien
dalam kertas kerja B/1 serta hasil konfirmasi debitur. Temuannya antara lain, pembayaran
piutang dari debitur untuk variasi mobil dixon sebesar Rp 312.000 yang belum diakui oleh
perusahaan, pengkreditan rekening piutang untuk biro iklan nusantara sebesar Rp 900.000
karena adanya kesalahan layout dan tanggal pembuatan oleh perusahaan, pembayaran piutang
dagang Toko Besi Media dengan menggunakan supplies sebesar Rp 397.000 yang belum dicatat
oleh perusahaan serta kelebihan mencadangkan kerugian piutang sebesar Rp 2.402.000. Dari
semua temuan ini, perusahaan harus melakukan penyesesuaian terhadap rekening piutang
dagang.
Saldo persediaan kertas koran perusahaan tanggal 31 Desember 1995 sebagaimana tercatat pada
laporan posisi keuangan terlampir adalah sebesar Rp 108.196.000. Atas pemeriksaan yang kami
lakukan saldo persediaan kertas koran turun menjadi sebesar Rp 94.953.000, hal ini disebabkan
karena adanya temuan yang material seperti nilai pembelian persediaan kertas koran atas voucher
kas yang bersangkutan dengan rekening persediaan kertas koran sebesar Rp 5.260.000 perlu
disesuaikan karena nilai tersebut merupakan biaya angkut peralatan cetak yang mengakibatkan
penurunan nilai persediaan kertas koran. Kertas koran jambon 17" dengan nilai perolehan
sebesar Rp 8.080.000 memang benar masih dalam perjalanan sehingga dalam observasi tidak
tertera jenis kertas tersebut, namun klien sudah mencatat sebagai persediaan kertas koran
sehingga nilai tersebut harus disesuaikan yang mengakibatkan penurunan atas nilai persediaan
kertas koran. Kertas kuning 34" 600 lbs ada yang tidak memenuhi standar sehingga diberikan
potongan harga, hal ini mengakibatkan kertas kuning 34" tersebut mengalami penurunan nilai
sebesar Rp 8.240.000 dan harus disesuaikan yang mengakibatkan penurunan atas nilai
persediaan kertas koran. Pada bulan Desember 1995, pihak klien mengalami musibah kebakaran
di gudang kertas koran, kami telah melakukan perhitungan nilai kertas koran terbakar secara
detail, atas perhitungan yang kami lakukan perusahaan bisa mendapatkan ganti kerugian ke
perusahaan asuransi sebesar Rp 26.465.036 dan dilakukan penyesuaian yang mengakui piutang
asuransi yang mengakibatkan penurunan nilai pemakaian kertas koran dan tinta. Dalam
perhitungan utang yang tidak dicatat terdapat pembelian persediaan kertas koran pada tahun
1995 yang belum dicatat oleh perusahaan sebesar Rp 8.337.000, sehingga perlu dilakukan
penyesuaian yang mengakibatkan peningkatan pada nilai persediaan kertas koran.

Saldo investasi jangka pendek perusahaan tanggal 31 Desember 1995 sebagaimana tercatat pada
laporan posisi keuangan terlampir adalah sebesar Rp 65.950.000. Atas pemeriksaan yang kami
lakukan terdapat beberapa temuan yang material sehingga didapatkan saldo investasi jangka
pendek per-audit sebesar Rp 299.585.106. Dalam menghitung penilaian investasi umum,
Perusahaan menggunakan harga perolehan, namun seharusnya penilaian investasi dihitung
menggunakan metode LCM, sehingga ditemukan selisih yang material sebesar Rp 6.500.00 yang
mengakibatkan penurunan pada nilai investasi umum. Dalam menghitung nilai investasi
tabungan, Perusahaan tidak memperhitungkan kurs yang berlaku pada tanggal neraca dan
pendapatan bunga yang dihasilkan dari investasi tersebut, sehingga ditemukan adanya selisih
yang harus dilakukan penyesuaian sebesar Rp 30.135.106 yang mengakibatkan peningkatan pada
nilai investasi tabungan. Pengujian mengenai tanah & bangunan beli sewa, Perusahaan belum
mengakui dan mencatat perolehan tanah & bangunan atas sewa pembiayaan tersebut sebesar Rp
426.000.000, sehingga perlu dilakukan penyesuaian untuk mengakui perolehan tanah &
bangunan beli sewa.

Saldo peralatan percetakan perusahaan tanggal 31 Desember 1995 sebagaimana tercatat pada
laporan posisi keuangan terlampir adalah sebesar Rp 1.084.840.000. Atas pemeriksaan yang
kami lakukan terdapat beberapa temuan yang material sehingga didapatkan saldo peralatan
percetakan per-audit sebesar Rp 1.070.000.000. . Nilai pembelian persediaan kertas koran atas
voucher kas yang bersangkutan dengan rekening persediaan kertas koran sebesar Rp 5.260.000
perlu disesuaikan karena nilai tersebut merupakan biaya angkut peralatan cetak yang
mengakibatkan peningkatan nilai pada peralatan percetakan. Dalam menghitung harga perolehan
peralatan percetakan baru yang merupakan hasil pertukaran peralatan percetakan lama, pihak
klien mengakui harga perolehan peralatan baru dengan mengurangi harga faktur peralatan baru
dengan nilai tukar peralatan lama. Namun, seharusnya dalam mengakui harga perolehan harus
memperhitungkan biaya-biaya yang bersangkutan untuk memperoleh asset tetap dan juga nilai
buku peralatan lama sehingga terjadi laba/rugi pertukaran asset.

Saldo akumulasi depresiasi perusahaan tanggal 31 Desember 1995 sebagaimana tercatat pada
laporan posisi keuangan terlampir adalah sebesar Rp 501.635.000. Atas pemeriksaan yang kami
lakukan terdapat beberapa temuan yang material sehingga didapatkan saldo akumulasi depresiasi
per-audit sebesar Rp 481.859.000. Atas pembelian mebel pada bulan Juli 1995, Perusahaan tidak
menghitung biaya depresiasi sesuai dengan ketentuan dan tarip depresiasi yang sudah ditentukan
sehingga ditemukan selisih yang material dalam menguji akumulasi depresiasi mebel dan
peralatan kantor sebesar Rp 270.000 yang mengakibatkan peningkatan pada akumulasi
depresiasi. Berkaitan dengan perolehan peralatan percetakan baru atas pertukaran dengan
peralatan percetakan lama, Perusahaan belum menghilangkan nilai akumulasi depresiasi
percetakan lama sebesar Rp 25.000.000 sehingga harus dilakukan penyesuaian yang
mengakibatkan penurunan nilai pada akumulasi depresiasi. Berkaitan dengan adanya selisih pada
harga perolehan peralatan percetakan yang baru, maka terdapat selisih yang material pada
pengujian depresiasinya sebesar Rp 371.000 sehingga harus dilakukan penyesuaian yang
mengakibatkan peningkatan pada akumulasi depresiasi.
Saldo Utang Voucher Perusahaan tanggal 31 Desember 1995 sebagaimana tercatat pada laporan
posisi keuangan terlampir adalah sebesar Rp 121.675.000. Atas pemeriksaan yang telah kami
lakukan, terdapat beberapa temuan yang material sehingga diperoleh saldo per audit Utang
Voucher sebesar Rp 121.807.548. Persediaan kertas yang dibeli dan dibayar dengan voucher 12-
33 sebesar Rp 8.080.000 merupakan persediaan yang masih dalam perjalanan karena
menggunakan FOB Yogyakarta sehingga pencatatan atas voucher tersebut harus disesuaikan.
Beban listrik perusahaan untuk periode Desember berdasarkan voucher 12-32 dimulai tanggal 10
Desember 1995 sampai dengan 10 Januari 1996, seharusnya pembayaran listrik yang dibayar
untuk bulan Desember adalah hanya sejak tanggal 10 sampai dengan 31 Desember 1995 yaitu
selama 21 hari (24 jam per hari) sehingga perlu penyesuaian sejumlah Rp 906.451,61. Selain itu
untuk voucher 12-36 harus dieliminasi karena terdapat keterangan dalam dokumen bahwa atas
jasa berita dan pembuatan comic strip untuk bulan Januari 1996 sesuai dengan kontrak. Artinya,
pengeluaran sebesar Rp 420.000,00 ini belum terjadi pada bulan Desember sehingga harus
disesuaikan. Pembelian kertas pada PT Kertas Canada sebesar Rp 7.455.000,00 serta biaya
pengangkutan kertas sebesar Rp Rp 882.000 dari Cepat Transport yang dikapitalisasi menjadi
biaya perolehan sesuai dengan PSAK 14 tentang persediaan dibayar dengan voucher no. 1-4 dan
1-7 dan belum dicatat. Begitu juga dengan pembelian supplies berasal dari PT Valda sebesar Rp
452.000 dan CV Makmur sebesar Rp 750.000 juga belum dicatat oleh perusahaan yang dibayar
dengan voucher no. 1-5 dan 1-8.
Saldo Utang PPh Perusahaan tanggal 31 Desember 1995 sebagaimana tercatat pada laporan
posisi keuangan terlampir adalah sebesar Rp 6.864.300. Atas pemeriksaan yang telah kami
lakukan, terdapat beberapa temuan yang material sehingga saldo per audit Utang PPh sebesar Rp
0,-. Setelah menghitung laba sebelum pajak per audit maka PPh Badan tahun 1995 per tes dapat
dihitung dan diperoleh hasil sebesar Rp 51.498.700. Akan tetapi, perusahaan mencatat PPh
Badan per buku sebesar Rp 61.864.300 sehingga terdapat kelebihan pada saldo per buku yaitu
sebesar Rp 10.365.600 yang harus disesuaikan. Penyesuaian tersebut terdiri dari saldo akhir
utang PPh Badan yang dicatat oleh perusahaan sebesar Rp 6.864.300 serta selisih antara PPh
Badan yang telah disetorkan oleh perusahaan sebesar Rp 55.000.000 dengan PPh Badan per tes
sebenarnya harus dibayarkan adalah sebesar Rp 51. 498.700 sehingga terdapat lebih bayar
sebesar Rp 3.501.300,- yang harus dicatat sebagai piutang PPh Badan. Atas penyesuaian tersebut
maka diperoleh saldo per tes atas Utang PPh sebesar 0,-.
Saldo Utang Dividen Perusahaan tanggal 31 Desember 1995 sebagaimana tercatat pada laporan
posisi keuangan terlampir adalah sebesar Rp 0,-. Atas pemeriksaan yang telah kami lakukan,
terdapat beberapa temuan yang material sehingga saldo per audit Utang Dividen sebesar Rp
43.400.000. Perusahaan mengumumkan pembagian dividen sesuai dengan hasil Rapat Khusus
pada tanggal 14 Desember 1995 dimana dividen yang diumumkan sebesar Rp 7.000,00 per
lembar atas 6.200 lembar saham biasa, kepada para pemegang saham yang terdaftar pada tanggal
31 Desember 1995, dimana pembayaran atas dividen tersebut baru akan dilakukan pada tanggal
22 Januari 1996. Oleh karena itu, perusahaan perlu mencatatnya sebagai utang dividen yaitu
sebesar Rp 43.400.000 yang diperoleh dari perkalian antara harga per lembar saham dengan
jumlah lembar saham biasa.
Saldo utang bunga perusahaan tertanggal 31 Desember 1995 sebagaimana tercatat pada laporan
posisi keuangan terlampir sebesar Rp 0. Atas pemeriksaan yang kami lakukan terdapat temuan
yang bersifat material sehingga diperoleh saldo per audit sebesar Rp 20.625.000. Adapun temuan
yang terkait, terdapat beban bunga dari utang wesel kepada PT Prima yang tertanggal 30 Juni
1995 (KM-27) yang belum diakui oleh perusahaan sebesar Rp 20.625.000 sehingga
menyebabkan timbulnya utang bunga ditahun yang berakhir.

Saldo utang jangka panjang perusahaan tanggal 31 Desember 1995 sebagaimana tercatat pada
laporan posisi keuangan terlampir sebesar Rp 475.000.000. Atas pemeriksaan yang kami lakukan
terdapat temuan yang bersifat material sehingga diperoleh saldo per audit sebesar Rp
370.000.000. Berdasarkan utang wesel kepada PT Prima yang tertanggal 30 Juni 1995,
menyebabkan munculnya utang wesel yang jatuh tempo yang baru sebesar Rp 55.000.000
sehingga utang wesel yang akan jatuh tempo untuk tahun yang berakhir sebesar Rp 105.000.000

Saldo utang beli sewa perusahaan tanggal 31 Desember 1995 sebagaimana tercatat pada laporan
posisi keuangan terlampir sebesar Rp 0. Atas pemeriksaan yang kami lakukan terdapat temuan
yang bersifat material sehingga diperoleh saldo per audit sebesar Rp 425.434.800. Dalam
temuan-temuan yang didapat, terdapat kesalahan pengakuan terhadap pembayaran sewa yang
dicatat sebagai operating lease dan yang seharusnya dicatat sebagai capital lease. Sehingga
menyebabkan berkurangnya nilai utang beli sewa sebesar Rp 180.000. serta dalam tahun yang
berakhir (31 Desember 1995) terdapat utang beli sewa yang akan jatuh tempo sehingga
menyebabkan utang wesel berkurang sebesar Rp 385.200.
Saldo laba penjualan aktiva tetap yang ditangguhkan perusahaan tanggal 31 Desember 1995
sebagaimana tercatat pada laporan posisi keuangan terlampir sebesar Rp 0. Atas pemeriksaan
yang kami lakukan terdapat temuan yang material sehingga diperoleh saldo per auditsebesar Rp
14.387.875. Dalam tahun yang berjalan (1995) perusahaan memperoleh laba atas penghentian
aktiva tetap sebesar Rp 14.570.000 dan terdapat amortisasi laba atau laba yang sudah diakui pada
tahun tersebut (1995) sebesar Rp 182.125 sehingga menimbulkan adanya laba penjualan aktiva
tetap yang ditangguhkan sebesar Rp 14.375.875.

Saldo Modal saham perusahaan tanggal 31 Desember 1995 sebagaimana tercatat pada laporan
posisi keuangan terlampir sebesar Rp 330.000.000. Atas pemeriksaan yang kami lakukan
terdapat temuan yang material sehingga diperoleh saldo per audit sebesar Rp 310.000.000.
Dalam penjualan saham, perusahaan belum mengakui agio saham dari Ny Betty Hanafia dan L.
Johansyah sebesar Rp 20.000.000 sehingga menyebabkan modal saham perusahaan berkurang.

Saldo Laba Ditahan perusahaan tanggal 31 Desember 1995 sebagaimana tercatat pada laporan
posisi keuangan terlampir sebesar Rp 237.855.100. Atas pemeriksaan yang kami lakukan
terdapat temuan yang material sehingga diperoleh saldo per audit sebesar Rp 194.455.100. Pada
tahun yang berjalan tertanggal 14 Desember 1995, perusahaan mengumumkan pembagian
dividen tahun 1995 sebesar Rp 43.400.000 yang mengakibatkan akun laba ditahan berkurang.

Opini Wajar dengan Pengecualian

Menurut opini kami, kecuali untuk dampak hal yang dijelaskan dalam paragraf Basis untuk
Opini Wajar dengan Pengecualian, laporan keuangan terlampir menyajikan secara wajar, dalam
semua hal yang material, posisi keuangan PT SINAR MATARAM tanggal 31 Desember 1995,
serta kinerja keuangan dan arus kasnya untuk tahun yang berakhir pada tanggal tersebut, sesuai
dengan Standar Akuntansi Keuangan di Indonesia.
Drs. Sidharus & Co

Kelompok 3
Kelompok 3
Register Akuntan Publik No. PA001

30 Januari 1996

Anda mungkin juga menyukai