Anda di halaman 1dari 7

Saya telah mengaudit neraca serta laporan laba rugi, laporan laba yang ditahan dan laporan

perubahan posisi keuangan pada PT SINAR MATARAM per 31 Desember 1995. Laporan
keuangan ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab manajemen perusahaan. Saya melakukan
audit berdasarkan standar auditing yang ditetapkan Ikatan Akuntan Indonesia yang
mengharuskan merencanakan dan melaksanakan audit agar memperoleh keyakinan memadai
bahwa laporan keuangan bebas dari salah saji material. Suatu audit meliputi pemeriksaan, atas
dasar pengujian, bukti-bukti yang mendukung jumlah-jumlahdan pengungkapan dalam laporan
keuangan Saya yakin bahwa audit ini memberikan dasar memadai untuk menyatakan pendapat.

Saldo kas dan setara kas perusahaan tanggal 31 Desember 1995 sebagaimana tercatat pada
laporan posisi keuangan terlampir adalah sebesar Rp 183.792.100. Atas pemeriksaan yang kami
lakukan untuk tahun yang berakhir 31 Desember 1995, saldo kas dan setara kas turun menjadi
Rp 181.873.100. Hal ini disebabkan karena terdapat beberapa temuan yang material
diantaranya, terdapat cek kosong dari pelanggan yang menyebabkan perusahaan membuat
debit memo sebesar Rp 1.230.000, sehingga perusahaan perlu melakukan penyesuaian piutang
pelanggan dan kas perusahaan yang terdapat dalam kertas kerja A/1. Untuk rekening kas kecil,
dalam kertas kerja A/6 perusahaan harus melakukan penyesuaian pengeluaran kas kecil atas
supplies sebesar Rp 371.000 serta biaya reparasi dan pemeliharaan sebesar Rp 480.000 yang
belum diakui sebagai pengeluaran kas kecil oleh perusahaan. Selain itu, perusahaan juga harus
melakukan penyesuaian atas penukaran check dengan uang tunai oleh seorang loper, dimana
cek akan dikembalikan kepada loper dan untuk pengeluarannya akan dibebankan pada
rekening macam-macam biaya.

Saldo piutang dagang bersih perusahaan tanggal 31 Desember 1995 sebagaimana tercatat pada
laporan posisi keuangan terlampir adalah sebesar Rp 93.110.000. Atas pemeriksaan yang kami
lakukan untuk tahun yang berakhir 31 Desember 1995 saldo piutang bersih perusahaan
meningkat menjadi Rp 95.133.000. Perbedaan ini terjadi karena terdapat temuan yang material
dari rekening piutang dagang perusahaan berdasarkan data umur piutang yang dibuat oleh
klien dalam kertas kerja B/1 serta hasil konfirmasi debitur. Temuannya antara lain, pembayaran
piutang dari debitur untuk variasi mobil dixon sebesar Rp 312.000 yang belum diakui oleh
perusahaan, pengkreditan rekening piutang untuk biro iklan nusantara sebesar Rp 900.000
karena adanya kesalahan layout dan tanggal pembuatan oleh perusahaan, pembayaran piutang
dagang Toko Besi Media dengan menggunakan supplies sebesar Rp 397.000 yang belum dicatat
oleh perusahaan serta kelebihan mencadangkan kerugian piutang sebesar Rp 2.402.000. Dari
semua temuan ini, perusahaan harus melakukan penyesesuaian terhadap rekening piutang
dagang.

Saldo persediaan kertas koran perusahaan tanggal 31 Desember 1995 sebagaimana tercatat
pada laporan posisi keuangan terlampir adalah sebesar Rp 108.196.000. Atas pemeriksaan yang
kami lakukan saldo persediaan kertas koran turun menjadi sebesar Rp 94.953.000, hal ini
disebabkan karena adanya temuan yang material seperti nilai pembelian persediaan kertas
koran atas voucher kas yang bersangkutan dengan rekening persediaan kertas koran sebesar Rp
5.260.000 perlu disesuaikan karena nilai tersebut merupakan biaya angkut peralatan cetak yang
mengakibatkan penurunan nilai persediaan kertas koran. Kertas koran jambon 17" dengan nilai
perolehan sebesar Rp 8.080.000 memang benar masih dalam perjalanan sehingga dalam
observasi tidak tertera jenis kertas tersebut, namun klien sudah mencatat sebagai persediaan
kertas koran sehingga nilai tersebut harus disesuaikan yang mengakibatkan penurunan atas
nilai persediaan kertas koran. Kertas kuning 34" 600 lbs ada yang tidak memenuhi standar
sehingga diberikan potongan harga, hal ini mengakibatkan kertas kuning 34" tersebut
mengalami penurunan nilai sebesar Rp 8.240.000 dan harus disesuaikan yang mengakibatkan
penurunan atas nilai persediaan kertas koran. Pada bulan Desember 1995, pihak klien
mengalami musibah kebakaran di gudang kertas koran, kami telah melakukan perhitungan nilai
kertas koran terbakar secara detail, atas perhitungan yang kami lakukan perusahaan bisa
mendapatkan ganti kerugian ke perusahaan asuransi sebesar Rp 26.465.036 dan dilakukan
penyesuaian yang mengakui piutang asuransi yang mengakibatkan penurunan nilai pemakaian
kertas koran dan tinta. Dalam perhitungan utang yang tidak dicatat terdapat pembelian
persediaan kertas koran pada tahun 1995 yang belum dicatat oleh perusahaan sebesar Rp
8.337.000, sehingga perlu dilakukan penyesuaian yang mengakibatkan peningkatan pada nilai
persediaan kertas koran.

Saldo investasi jangka pendek perusahaan tanggal 31 Desember 1995 sebagaimana tercatat
pada laporan posisi keuangan terlampir adalah sebesar Rp 65.950.000. Atas pemeriksaan yang
kami lakukan terdapat beberapa temuan yang material sehingga didapatkan saldo investasi
jangka pendek per-audit sebesar Rp 299.585.106. Dalam menghitung penilaian investasi umum,
Perusahaan menggunakan harga perolehan, namun seharusnya penilaian investasi dihitung
menggunakan metode LCM, sehingga ditemukan selisih yang material sebesar Rp 6.500.00 yang
mengakibatkan penurunan pada nilai investasi umum. Dalam menghitung nilai investasi
tabungan, Perusahaan tidak memperhitungkan kurs yang berlaku pada tanggal neraca dan
pendapatan bunga yang dihasilkan dari investasi tersebut, sehingga ditemukan adanya selisih
yang harus dilakukan penyesuaian sebesar Rp 30.135.106 yang mengakibatkan peningkatan
pada nilai investasi tabungan. Pengujian mengenai tanah & bangunan beli sewa, Perusahaan
belum mengakui dan mencatat perolehan tanah & bangunan atas sewa pembiayaan tersebut
sebesar Rp 426.000.000, sehingga perlu dilakukan penyesuaian untuk mengakui perolehan
tanah & bangunan beli sewa.

Saldo peralatan percetakan perusahaan tanggal 31 Desember 1995 sebagaimana tercatat pada
laporan posisi keuangan terlampir adalah sebesar Rp 1.084.840.000. Atas pemeriksaan yang
kami lakukan terdapat beberapa temuan yang material sehingga didapatkan saldo peralatan
percetakan per-audit sebesar Rp 1.070.000.000. . Nilai pembelian persediaan kertas koran atas
voucher kas yang bersangkutan dengan rekening persediaan kertas koran sebesar Rp 5.260.000
perlu disesuaikan karena nilai tersebut merupakan biaya angkut peralatan cetak yang
mengakibatkan peningkatan nilai pada peralatan percetakan. Dalam menghitung harga
perolehan peralatan percetakan baru yang merupakan hasil pertukaran peralatan percetakan
lama, pihak klien mengakui harga perolehan peralatan baru dengan mengurangi harga faktur
peralatan baru dengan nilai tukar peralatan lama. Namun, seharusnya dalam mengakui harga
perolehan harus memperhitungkan biaya-biaya yang bersangkutan untuk memperoleh asset
tetap dan juga nilai buku peralatan lama sehingga terjadi laba/rugi pertukaran asset.

Saldo akumulasi depresiasi perusahaan tanggal 31 Desember 1995 sebagaimana tercatat pada
laporan posisi keuangan terlampir adalah sebesar Rp 501.635.000. Atas pemeriksaan yang kami
lakukan terdapat beberapa temuan yang material sehingga didapatkan saldo akumulasi
depresiasi per-audit sebesar Rp 481.859.000. Atas pembelian mebel pada bulan Juli 1995,
Perusahaan tidak menghitung biaya depresiasi sesuai dengan ketentuan dan tarip depresiasi
yang sudah ditentukan sehingga ditemukan selisih yang material dalam menguji akumulasi
depresiasi mebel dan peralatan kantor sebesar Rp 270.000 yang mengakibatkan peningkatan
pada akumulasi depresiasi. Berkaitan dengan perolehan peralatan percetakan baru atas
pertukaran dengan peralatan percetakan lama, Perusahaan belum menghilangkan nilai
akumulasi depresiasi percetakan lama sebesar Rp 25.000.000 sehingga harus dilakukan
penyesuaian yang mengakibatkan penurunan nilai pada akumulasi depresiasi. Berkaitan dengan
adanya selisih pada harga perolehan peralatan percetakan yang baru, maka terdapat selisih
yang material pada pengujian depresiasinya sebesar Rp 371.000 sehingga harus dilakukan
penyesuaian yang mengakibatkan peningkatan pada akumulasi depresiasi.

Saldo Utang Voucher Perusahaan tanggal 31 Desember 1995 sebagaimana tercatat pada
laporan posisi keuangan terlampir adalah sebesar Rp 121.675.000. Atas pemeriksaan yang telah
kami lakukan, terdapat beberapa temuan yang material sehingga diperoleh saldo per audit
Utang Voucher sebesar Rp 121.807.548. Persediaan kertas yang dibeli dan dibayar dengan
voucher 12-33 sebesar Rp 8.080.000 merupakan persediaan yang masih dalam perjalanan
karena menggunakan FOB Yogyakarta sehingga pencatatan atas voucher tersebut harus
disesuaikan. Beban listrik perusahaan untuk periode Desember berdasarkan voucher 12-32
dimulai tanggal 10 Desember 1995 sampai dengan 10 Januari 1996, seharusnya pembayaran
listrik yang dibayar untuk bulan Desember adalah hanya sejak tanggal 10 sampai dengan 31
Desember 1995 yaitu selama 21 hari (24 jam per hari) sehingga perlu penyesuaian sejumlah Rp
906.451,61. Selain itu untuk voucher 12-36 harus dieliminasi karena terdapat keterangan dalam
dokumen bahwa atas jasa berita dan pembuatan comic strip untuk bulan Januari 1996 sesuai
dengan kontrak. Artinya, pengeluaran sebesar Rp 420.000,00 ini belum terjadi pada bulan
Desember sehingga harus disesuaikan. Pembelian kertas pada PT Kertas Canada sebesar Rp
7.455.000,00 serta biaya pengangkutan kertas sebesar Rp Rp 882.000 dari Cepat Transport yang
dikapitalisasi menjadi biaya perolehan sesuai dengan PSAK 14 tentang persediaan dibayar
dengan voucher no. 1-4 dan 1-7 dan belum dicatat. Begitu juga dengan pembelian supplies
berasal dari PT Valda sebesar Rp 452.000 dan CV Makmur sebesar Rp 750.000 juga belum
dicatat oleh perusahaan yang dibayar dengan voucher no. 1-5 dan 1-8.
Saldo Utang PPh Perusahaan tanggal 31 Desember 1995 sebagaimana tercatat pada laporan
posisi keuangan terlampir adalah sebesar Rp 6.864.300. Atas pemeriksaan yang telah kami
lakukan, terdapat beberapa temuan yang material sehingga saldo per audit Utang PPh sebesar
Rp 0,-. Setelah menghitung laba sebelum pajak per audit maka PPh Badan tahun 1995 per tes
dapat dihitung dan diperoleh hasil sebesar Rp 51.498.700. Akan tetapi, perusahaan mencatat
PPh Badan per buku sebesar Rp 61.864.300 sehingga terdapat kelebihan pada saldo per buku
yaitu sebesar Rp 10.365.600 yang harus disesuaikan. Penyesuaian tersebut terdiri dari saldo
akhir utang PPh Badan yang dicatat oleh perusahaan sebesar Rp 6.864.300 serta selisih antara
PPh Badan yang telah disetorkan oleh perusahaan sebesar Rp 55.000.000 dengan PPh Badan
per tes sebenarnya harus dibayarkan adalah sebesar Rp 51. 498.700 sehingga terdapat lebih
bayar sebesar Rp 3.501.300,- yang harus dicatat sebagai piutang PPh Badan. Atas penyesuaian
tersebut maka diperoleh saldo per tes atas Utang PPh sebesar 0,-.

Saldo Utang Dividen Perusahaan tanggal 31 Desember 1995 sebagaimana tercatat pada laporan
posisi keuangan terlampir adalah sebesar Rp 0,-. Atas pemeriksaan yang telah kami lakukan,
terdapat beberapa temuan yang material sehingga saldo per audit Utang Dividen sebesar Rp
43.400.000. Perusahaan mengumumkan pembagian dividen sesuai dengan hasil Rapat Khusus
pada tanggal 14 Desember 1995 dimana dividen yang diumumkan sebesar Rp 7.000,00 per
lembar atas 6.200 lembar saham biasa, kepada para pemegang saham yang terdaftar pada
tanggal 31 Desember 1995, dimana pembayaran atas dividen tersebut baru akan dilakukan
pada tanggal 22 Januari 1996. Oleh karena itu, perusahaan perlu mencatatnya sebagai utang
dividen yaitu sebesar Rp 43.400.000 yang diperoleh dari perkalian antara harga per lembar
saham dengan jumlah lembar saham biasa.

Saldo utang bunga perusahaan tertanggal 31 Desember 1995 sebagaimana tercatat pada
laporan posisi keuangan terlampir sebesar Rp 0. Atas pemeriksaan yang kami lakukan terdapat
temuan yang bersifat material sehingga diperoleh saldo per audit sebesar Rp 20.625.000.
Adapun temuan yang terkait, terdapat beban bunga dari utang wesel kepada PT Prima yang
tertanggal 30 Juni 1995 (KM-27) yang belum diakui oleh perusahaan sebesar Rp 20.625.000
sehingga menyebabkan timbulnya utang bunga ditahun yang berakhir.
Saldo utang jangka panjang perusahaan tanggal 31 Desember 1995 sebagaimana tercatat pada
laporan posisi keuangan terlampir sebesar Rp 475.000.000. Atas pemeriksaan yang kami
lakukan terdapat temuan yang bersifat material sehingga diperoleh saldo per audit sebesar Rp
370.000.000. Berdasarkan utang wesel kepada PT Prima yang tertanggal 30 Juni 1995,
menyebabkan munculnya utang wesel yang jatuh tempo yang baru sebesar Rp 55.000.000
sehingga utang wesel yang akan jatuh tempo untuk tahun yang berakhir sebesar Rp
105.000.000

Saldo utang beli sewa perusahaan tanggal 31 Desember 1995 sebagaimana tercatat pada
laporan posisi keuangan terlampir sebesar Rp 0. Atas pemeriksaan yang kami lakukan terdapat
temuan yang bersifat material sehingga diperoleh saldo per audit sebesar Rp 425.434.800.
Dalam temuan-temuan yang didapat, terdapat kesalahan pengakuan terhadap pembayaran
sewa yang dicatat sebagai operating lease dan yang seharusnya dicatat sebagai capital lease.
Sehingga menyebabkan berkurangnya nilai utang beli sewa sebesar Rp 180.000. serta dalam
tahun yang berakhir (31 Desember 1995) terdapat utang beli sewa yang akan jatuh tempo
sehingga menyebabkan utang wesel berkurang sebesar Rp 385.200.

Saldo laba penjualan aktiva tetap yang ditangguhkan perusahaan tanggal 31 Desember 1995
sebagaimana tercatat pada laporan posisi keuangan terlampir sebesar Rp 0. Atas pemeriksaan
yang kami lakukan terdapat temuan yang material sehingga diperoleh saldo per auditsebesar
Rp 14.387.875. Dalam tahun yang berjalan (1995) perusahaan memperoleh laba atas
penghentian aktiva tetap sebesar Rp 14.570.000 dan terdapat amortisasi laba atau laba yang
sudah diakui pada tahun tersebut (1995) sebesar Rp 182.125 sehingga menimbulkan adanya
laba penjualan aktiva tetap yang ditangguhkan sebesar Rp 14.375.875.

Saldo Modal saham perusahaan tanggal 31 Desember 1995 sebagaimana tercatat pada laporan
posisi keuangan terlampir sebesar Rp 330.000.000. Atas pemeriksaan yang kami lakukan
terdapat temuan yang material sehingga diperoleh saldo per audit sebesar Rp 310.000.000.
Dalam penjualan saham, perusahaan belum mengakui agio saham dari Ny Betty Hanafia dan L.
Johansyah sebesar Rp 20.000.000 sehingga menyebabkan modal saham perusahaan berkurang.
Saldo Laba Ditahan perusahaan tanggal 31 Desember 1995 sebagaimana tercatat pada laporan
posisi keuangan terlampir sebesar Rp 237.855.100. Atas pemeriksaan yang kami lakukan
terdapat temuan yang material sehingga diperoleh saldo per audit sebesar Rp 194.455.100.
Pada tahun yang berjalan tertanggal 14 Desember 1995, perusahaan mengumumkan
pembagian dividen tahun 1995 sebesar Rp 43.400.000 yang mengakibatkan akun laba ditahan
berkurang.

Dalam laporan ini saya memberikan pendapat wajar dengan pengecualian atas laporan
keuangan PT. SINAR MATARAM tahun 1995. Antara lain karena klien membatasi lingkup audit
dan auditor tidak dapat melaksanakan prosedur audit penting atau tidak dapatmemperoleh
informasi penting karena kondisi-kondisi yang berada di luar kekuasaan klien maupun auditor.

Anda mungkin juga menyukai