(Tugas) Materi Kel 1-6 Kep - Kom1
(Tugas) Materi Kel 1-6 Kep - Kom1
MATERI KELOMPOK 1 - 6
Disusun oleh :
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kesehatan menurut Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 adalah keadaan sehat,
baik secara fisik, mental, spritual maupun sosial yang memungkinkan setiap orang
untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis. Kesehatan yang optimal bagi setiap
individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat merupakan tujuan dari keperawatan,
khususnya keperawatan komunitas (Ferry Efendi dan Makhfudli, 2009).
Komunitas (community) adalah sekelompok masyarakat yang mempunyai persamaan
nilai (values), perhatian (interest) yang merupakan kelompok khusus dengan batas-
batas geografi yang jelas, dengan norma dan nilai yang telah melembaga (Sumijatun
dkk, 2006).
Keperawatan komunitas ditujukan untuk mempertahankan dan meningkatkan
kesehatan serta memberikan bantuan melalui intervensi keperawatan sebagai dasar
keahliannya dalam membantu individu, keluarga, kelompok dan masyarakat dalam
mengatasi berbagai masalah keperawatan yang dihadapinya dalam kehidupan sehari-
hari (Ferry Efendi dan Makhfudli, 2009).
Keperawatan komunitas lebih menekankan kepada upaya peningkatan kesehatan dan
pencegahan terhadap berbagai gangguan kesehatan dengan tidak melupakan upaya-
upaya pengobatan, perawatan, serta pemulihan bagi yang sedang menderita penyakit
maupun dalam kondisi pemulihan terhadap penyakit (Wahit Iqbal dkk, 2011). Dari
penjelasan diatas maka kelompok tertarik membahas mengenai konsep dasar
keperawatan kounitas.
B. Tujuan
Mahasiswa mampu mengetahui konsep dasar keperawatan komunitas.
BAB II
PEMBAHASAN
1. Definisi
Keperawatan kesehatan komunitas terdiri dari tiga kata yaitu keperawatan, kesehatan
dan komunitas, dimana setiap kata memiliki arti yang cukup luas. Azrul Azwar (2000)
mendefinisikan ketiga kata tersebut sebagai berikut :
1. Keperawatan adalah ilmu yang mempelajari penyimpangan atau tidak
terpenuhinya kebutuhan dasar manusia yang dapat mempengaruhi perubahan,
penyimpangan atau tidak berfungsinya secara optimal setiap unit yang terdapat dalam
sistem hayati tubuh manusia, baik secara individu, keluarga, ataupun masyarakat dan
ekosistem.
2. Kesehatan adalah ilmu yang mempelajari masalah kesehatan manusia mulai dari
tingkat individu sampai tingkat ekosistem serta perbaikan fungsi setiap unit dalam
sistem hayati tubuh manusia mulai dari tingkat sub sampai dengan tingkat sistem
tubuh.
3. Komunitas adalah sekelompok manusia yang saling berhubungan lebih sering
dibandingkan dengan manusia lain yang berada diluarnya serta saling ketergantungan
untuk memenuhi keperluan barang dan jasa yang penting untuk menunjang kehidupan
sehari-hari.
Menurut WHO (1959), keperawatan komunitas adalah bidang perawatan khusus yang
merupakan gabungan keterampilan ilmu keperawatan, ilmu kesehatan masyarakat dan
bantuan sosial, sebagai bagian dari program kesehatan masyarakat secara keseluruhan guns
meningkatkan kesehatan, penyempumaan kondisi sosial, perbaikan lingkungan fisik,
rehabilitasi, pencegahan penyakit dan bahaya yang lebih besar, ditujukan kepada individu,
keluarga, yang mempunyai masalah dimana hal itu mempengaruhi masyarakat secara
keseluruhan.
CHN (Community Health Nursing) adalah sebuah sintesis dari praktek keperawatan
dan praktek kesehatan masyarakat yang diterapkan untuk mempromosikan dan melestarikan
kesehatan penduduk Tidak terbatas pada kelompok umur tertentu diagnosis, dan terus, tidak
episodik. Promosi kesehatan, pemeliharaan, pendidikan kesehatan, manajemen, koordinasi,
dan kontinuitas perawatan perawatan kesehatan individu, keluarga, kelompok, dalam
masyarakat (ANA di Stanhope dan Lancaster, 1999).
2. Sejarah Perkembangan Keperawatan Komunitas
Pembagian era sejarah perkembangan keperawatan komunitas
1. Empirical health era (< 1850 )
Pendekatan kearah symptom/gejala yg dikeluhkan si sakit, pendidikan,
yankes, penelitian berorientasi pada gejala penyakit
2. Basic science era (1850-1900)
3. Definisi Sehat
2. Falsafah
Keperawatan komunitas merupakan pelayanan yang memberikan perhatian
terhadap pengaruh lingkungan baik biologis, psikologis, sosial, kultural, dan
spiritual kesehatan komunitas. Selain itu, hal ini juga memberikan prioritas para
strategi pencegahan penyakit dan peningkatan kesehatan. Falsafah yang melandasi
keperawatan komunitas mengacu pada falsafah atau paradigma keperawatan
secara umum, yaitu: manusia merupakan titik sentral dari segala upaya
pembangunan kesehatan yang menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan.
3. Tujuan
Tujuan keperawatan komunitas adalah untuk pencegahan dan peningkatan
kesehatan masyarakat melalui upaya-upaya sebagai berikut.
a. Pelayanan keperawatan secara langsung (Direct care) terhadap individu,
keluarga, dan kelompok dalam konteks komunitas.
b. Perhatian langsung terhadap kesehatan seluruh masyarakat (Health General
Community) dengan mempertimbangkan permasalahan atau isu kesehatan
masyarakat yang dapat memengaruhi keluarga, individu, dan kelompok.
1. Proses Kelompok
3. Kerjasama (Partnership)
4. Pemberdayaan (Empowerment)
1. Tingkat individu
2. Tingkat keluarga
3. Tingkat kelompok
4. Masyarakat
Menurut Depkes (2006), keperawatan komunitas menyasar pada
masyarakat yang rentan atau mempunyai risiko tinggi terhadap timbulnya
masalah kesehatan sebagai berikut :
BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
Keperawatan komunitas merupakan sintesis teori keperawatan dan teori kesehatan
masyarakat untuk promosi, pemeliharaan dan perawatan kesehatan populasi melalui
pemberian pelayanan keperawatan pada individu, keluarga dan kelompok yag
mempunyai pengaruh terhadapat kesehatan komunitas. Tujuan proses keperawatan
dalam komunitas adalah untuk pencegahan dan peningkatan kesehatan masyarakat.
Keperawatan kesehatan masyarakat harus mempertimbangkan beberapa prinsip, yaitu
kemanfaatan, kerjasama, secara langsung, keadilan dan otonomi klien. Sasaran dari
perawatan kesehatan komunitas adalah individu, keluarga, kelompok khusus,
komunitas baik yang sehat maupun sakit. Keperawatan komunitas merupakan
pelayanan yang memberikan pelayanan terhadap pengaruh lingkunngan (bio-psiko-
sosial-cultural-spritual) terhadap kesehatan komunitas dan memberikan prioritas pada
strategi pencegahan penyakit dan peningkatan pencegahan.
Pelayanan yang diberikan oleh keperawatan komunitas mencakup kesehatan
komunitas yang luas dan berfokus pada pencegahan yang terdiri dari tiga tingkat yaitu
pencegahan primer, sekunder dan tertier. Intervensi keperawatan komunitas dapat
dilakukan dengan proses kelompok (group process), pendidikan kesehatan (health
promotion) dan kerjasama (partnership).
2. Saran
Dengan adanya makalah ini maha diharapkan dapat menambah sumber bacaan
bagi mahasiswa keperawatan khusus pada mata kuliah keperawatan komunitas.
BAB 1
PENDAHULUAN
A.Latar belakang
B.tujuan
1.tujuan umum
2.tujuan khusus
BAB II
PEMBAHASAN
A.pengertian epidemiologi kependudukan
Merupakan salah satu cabang ilmu epidemiologi yang menggunakan sisitem
pendekatan epidemiologi dalam menganalisis berbagai permasalahan yang berkaitan
dengan demografi serta faktor-faktor yang memengaruhi berbagai perubahan demografis
yang terjadi didalam masyarakat.sistem pendekatan epidemiologi kependudukan tidak
hanya memberikan analisis tentang sifat karakteristik penduduk secara demografis dalam
hubungannya dengan masalah kesehatan dan penyakit dalam masyarakat tetapi juga sangat
berperan dalam berbagai aspek kependudukan serta keluarga berencana.pelayanan melalui
jasa,yang erat hubungannya dengan masyarakat seperti pendidikan,kesejatraan
rakyat,kesempatan kepegawaia,sangat berkaitan dengan keadaan serta sifat populasi yang
dilayani.dalam hal ini peranan epidemiologi kependudukan sangat penting untuk digunakan
sebagai dasar dalam/mengambil kebijakan dan dalam menyusun perencanaan yang
baik.juga sedang dikembangkan epidemiologi system repreduksi yang erat kaitannya
dengan gerakan keluarga berencana dan kependudukan
Demografis dapat juga bersifat antar disiplin karena erat hubungannya dengan disiplin-
disiplin lain seperti matematika,biologi,kedokteran,geografi,sisiologi dan ekonomi.
Dalam study tentang keluarga dapat di lihat bagaimana demografi hubungan dengan
disipli-disiplin lainnya.sebenarnya ahli demografi tertarik terhadap besar dan susunan
sesuatu keluarga.seorang sejarahwan,terutamma ahli demigrafi sejarah,tertarik kepada
bentuk keluarga pada masa lalu dan aspek askep seperti usia kawin,susunan dan besarna
keluarga.karena keluarga adalah kesatuan dasar kegiatan sosial,paka para ahli sisiologi dan
anthropogi juga tertarik misalnya kepeda status,perananan dan pengambilan kepetusan
pada anggota keluarga.mengapa orang menginginkan anak anak?adalah suatu pertanyaan
yang menarik perhatian seorang ahli psikologi.dalam beebrapa masyarakat,suatu keluarga
besar membawa status tertentu bagi ibu dan keluarga. Para ahli ekonomi memandang
keluarga sebagai satu kesatuan ekonomi dan penilitiannya meliputi hal hal seperti biaya
hidup anak dan juga menarik perhatian ahli demografi.Sebuah contoh yang lebih khusus
adalah hubungan antara demografi dan epidemiologi.kedua kata berasal dari
kata``demos”sebuah kata yunani untuk”penduduk”.epidemi terjadi jika suatu penyakit
menyerang sejumlah besar penduduk pada saat yang sama.meskipun
demikian,epidemiologi tidak hanya mempelajari epidemi saja tetapi kini meliputi
morbiditas(penilitian tentang penyakit dan juga salah satu akibatnya ,yaitu mortalitas.
Dalam demografi itu sendiri,ada perbedaan penting antara demografi format(disebut
juga demografi matematika atau analisa)dan studi kependudukan.seorng ahli demografi
formal biasanya seorng ahli matematika karena demografi formal menyangkut fariabel-
fariabel demografi dalam bentuk matematika
B.data kependudukan
Ada tiga sumber pokok data kependudukan:
1.sensus penduduk
2.survei sampel demigrafi
3.sistem registrasi
a.registrasi vital(catatan peristiwa-peristiwa penting seperti kelahiran,kematian dan
b.registrasi penduuduk
4.statistik migrasi internasional
Dahulu sensus sering di hubungkan dengan pengumutan pajak dan kata’’sensus``
berasal dari kata latin “censere” yang berarti menaksir atau mengumut pajak.selain
itu,sensus juga di hubungkan dengan kepentingan militer:orang yahudi kuno menghitung
jumlah laki-laki dewasa pada masa perang dan juga pada waktu persediaan pangan
berkurang.sekarang informasi sensus bersifat rahasia dan hanya boleh di gunakan untuk
analisis statistik saja.sedangkan data pribadi tidak di terbitkan.yang mengangap sensus ada
hubungan dengan pajak,relatif sedikit jumlahnya,tetapi di beberapa negara.sensus masih di
anggap menggangu keluluasan pribadi.
Diamerika serikat, suatu kemajuan penting terjadi dengan disusunnya undang-undang
dasar tahun 1797 yang mengharuskan negara itu melaksanankan sensus setiap 10
tahun.sensus dilaksanakan dalam jangka waktu tertentu,biasanya 10 atau 5 tahun
memudahkan perbandiangan.ciri-ciri khas sensus modern lainnya adalah universal dan
serentak.artinya,setiap individu di cacat pada waktu yang bersamaan.
b.Survei sampel
Suatu survei sampel lebih murah karena hanya meliputi penduduk yang dipilih sebagai
wakil penduduk.namun demikian,proses pemilihan ini dapat menimbulkan kesalahan
sampel(sampling eror)yang tidak akan terjadi jika seluruh penduduk di cacah.malah lain
yang timbul adalah karena suatu sampel nasional secara relatif jumlahnya tidak besar, ada
kemungkinan daerah atau unit yang kecil.(misalnya suatu desa) tidak terwakili sehinggah
deangan sendirinya sangat sukar menentukan karakterisrik daerah ini.dari suatu sampel
dapat di peroleh keterangan-keterangan yang lebih terperinci dan berkualitas lebih baik dari
pada suatu sensus ,karena lebih banyak waktu dan tenaga dapat di curahkan setiap
wawancara.sebuah pernyataan dalam sensus misalnya,dapat menunjukan beberapa jumlah
anak disetiap wanita,namun demikian untuk memperoleh mengenai perincian.
C.Registrasi vital
Sensus dan survei mengambarkan keadaan penduduk pada suatu waktu
tertentu.statistik vital merupakan sumber utama untuk mengetahui perubahan penduduk
karena karakteristik ini dikumpulkan secara kontinu dalam berbagai buku registrasi yang
biasanya meliputi kematian,kelahiran dan perkawinaan.catatan-catatan tentang hal ini telah
disimpan oleh beberapa gereja di eropa sejak abab ke 14,tetapi sistem prncatatan sipil yang
resmi baru berkembang pada abab ke 19 dan 20.jika registrasi di laksanakan dengan cermat
dan diwajibkan seperti diaustrlia dan di negara-negara baju lainnya.jumlah kelahiran dan
kematian dapat dianalisis bersama-sama deangan sensus terakhir dan statistik migrasi untuk
memungkinkan perhitungan tingkat kelahiran dan tingkat kematian,serta memperkirakam
jumlah penduduk pada setiap waktu.karena para petugas kesehatan masyarakan
menekankan pentingnya mencegah penyakit dan mengurangi kematian maka analisis hal-
hal tertentu dari data registrasi(sebab kematian,umur waktu meningal dan pekerjaan
almarhum/almahumah)makin dibutuhkan.meskipun demikian, dibanyak negara
berkembang sangat biaya di perlukan untuk menyelenggarakan suatu sistem registrasi yang
lengkap,sehinggah dalam jangka waktu bebera pa dasawarsa mendatang,buku registrasi
agaknya dapat diandalkan untuk memberikan data demografi yang betul-betul dan dapat
terpercaya.
c.buku registrasi pendek
e.statistik migrasi internasional
f.membandingkan data demografi
C.Fertilitas
1.Beberapa perbedaan fertilitas(fertility differentia)
Semua variabel antara langsung mempengaruhi fertilitas, sedangkan variabel lainnya
yaitu variabel pengaruh,hanya dapat mempengaruhi fertilitas secara tidak
langsung.jafi,variabel pengaruh antar fertilitas.tentu saja,gambar 4B sangat
disederhanakan.mrisalnya,sikap terhadap besarnya keluarga ideal mungkin mempengaruhi
fertilitas,tetapi juga mungkin sebaliknya.variabel pengaruh(seperti pendidikan,penghasilan
dan pekeejaan),mungki juga berkaitan sehingga pengaruh relatifnya terhadap fertilitas
jsukar chTentukan.pada masa lalu para penilitian cenderung memusatkan perhatian kepada
variabel-antara atau kepada variabel pengaruh.baagaimana pun juga.survei fertilitas dunia
mengharapkan agar keduanya digunakan apabila akan dibuat sesuatu analisis yang tajam
tentang Fertilitas.
2.Fertilittas dan status sosial ekonomi
Wrong percaya bahwa norma yang menunjukan penduduk dari golongam status
ekonomi yang lebih rendah mempunyai fertilitas yang relafif lebih tinggi,hampir dapat
dikatakan sebagai suatu hukum sosial ekonomi.ketika 1 survei diindia dan ditempat lain
menunjukan hasil yang sebaliknya,datanya anti dengan alasan bahwa wanita wanita dari
kelas rendah cenderung lupa jumlah anak yaang pernah dilahirkannya.Hull and Hull(1977)
mampu menantang Hukum yang terkenal iu karena datanya dianalisis menurut variabel-
variabel berpengaruh dan juga menurut variabel-antra.hasil studi mereka di sebuah
desa.tenggah menunjukan bahwa kelompok istri yang berpenghasilan tinggi melaporkan
jumlah anak yang lebih banyak.apakah hal ini karena wanita yang miskin kurang
memperhatikan jumlah kelahiran?
Kesimpulan bahwa perbedaan perbedaan memang tidak dibuat buat.perkawinan wanita
yang lebih miskin kurang stabil,masa abstinensinya setelah bersalin lebih lama mereka lebih
mungkin menjadi mandul
3.Fertilitas dan Pendidikam
Menurut HOLSINGER dan KASARDA(1976:154),meskipun kenaikan tingkat pendidikan
menghasilkan tingkat kelahiran yang rendah,tetapi hubungan kedua variabel ini belum
benar-benar terbukti.pendidikan jelas mempengaruhi usia kawin karena pelajar dan
mahasiswa pada umumnya berstatus bujangan.lagi pula,jika pendidikan meningkat,maka
pemakaian alat-alat kontrasepsi juga meningkat.Hawthorn(1970:42)menyatakan bahwa
dalar,semua masyarakat`kesadaran akan pembatasan kelahiran memang tergantung’ pada
latar belakang daerah kota atau tempat tinggal pendidikan dan penghasilan pendidikan yang
kuat berpengaruh terhadap fariabel-fariabel!pengaruh lainnya seperti sikap terhadap
besarnya keluarga ideal,dan nilai anak.menurut Bouge(2969:676),pendidkan menunjukan
pengaruh yang lebih kuat terhadap fertilitas dari pada variabel-variabel yang
lain.mengetahui merupakan salah satu contoh dimana kedua variabel mempunyai
hubungan yang berlawanan.pada tahun 2960,wanita yang berumur diatas 50thn mempunyai
rata-rata 5,7 bagi yang tidak berpendidikam,5,2 bagi yang berpendidikan pertama dan 3,4
bagi yang berpendidikan tinggi menengah.
4.Perbedaan desa kota
Di negara-negara maju,fertilitas didaerah perdesaan biasanya lebih tinggi dari pada di
daerah kota.di beberapa negara seperti Polandia sanyugoslavia,perbedaan ini justru lebih
dari 30%(United Nations,1976:48).diaustralia pada 1911,jumlah anak bagi wanita usia 45-49
tahun rata-rata adalah 4,2 sedangkan diperdesaan sebesar4,8 menjelang 1966,angka ini
turun menjadi 2,7 dikota,dan di daerah perdesaan 3,2
5.Agama dan fertilitas
Agama tentu saja merupakan salah satu variabel pengaruh yang penting.orang
katolik seringkali mempunyai fersilitas yang lebih tinggi daripada penganut agama yahudi
atau protestan.dan kebanyakan penelitian menunjukan bahwa agama islam sering
mempunyai fertilitas yang tinggi dari pada yang bukan lain.masing- masing hipotesa
dibawah ini mencoba menerangkan bahwa bagaimana dapat memengaruhi perbedaan
fertilitas.
BAB III
PENUTUP
A.Kesimpulan
Merupakan salah satu cabang ilmu epidemiologi yang mrnggunakan syaarat
pendekatan epidemiologi dalam menganalisis berbagai permasalahan yaang berkaitan
dengan bidang demografi serta faktor-faktor yang memengaruhi berbahagi perubahan
demografis yang terjadi didalam masyarakat.sistem pendekatan epidemiologi
kependudukan tidak hanya memberikan analisis tentang sifat karaktekristik penduduk
secara demografis dalam hubungannya dengam masalah kesehatan dan penyakit dalam
masyarakat tetapi juga berperan dalam berperan dalam berbagai askep kependudukan
serta keluarga berencana.pelayanan melalui jasa,yang erat hubungannya dengan
masyarakat seperti pendidikan,kesejatraan masyarakat,kesempatan kepegawaian,sangat
berkaitan dengaan keadaan serta sifat pupolasi yang dilayani.dalam hal ini peran
epidemiologi kependudukan sangat penting digunakan sebagai dasar dalam/mengambil
kebijakan dan dalam menyususn perencanaan yang baik.
B.Saran
Berdasarkan beberapa kesimpulan diatas maka.kami mengajukan beberapa saran
yang ditunjukan kepada diri sendiri dan mengajak kepada teman-teman untuk mrnjadi
bahan pertimbangan dan masukan demi meningkatkan mutu kualitas kita sebagai perawat
perlunya mempelajari secara mendalam tentang epidemiologi kependudukan
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
PEMBAHASAN
1. Suatu sintesa dari praktek perawatan dan praktek kesehatan masyarakat yang
diterapkan dan memelihara kesehatan penduduk (ANA.1973).
2. Mencakup kesehatan keperawatan keluarga ( nurse health family ) dan juga
meliputi kesehatan dan kesejahteraan masyarakat luas , membantu masyarakat
mengidentifikasi masalah kesehatan sendiri serta memcahkan masalah sebagai
perorangan maupun secara koleksi sebagai keluarga , kelompok khusus atau
masyarakat untuk memperoleh tingkat kesehatan yang lebih tinggi dari individu ,
keluarga dan masyarakat ( WHO, 1974 ).
3. Keperawatan kesehatan masyarakat adalah suatu upaya pelayanan keperawatan
yang merupakan bagian internal dari pelayanan kesehatan yang dilaksanakan oleh
perawat dengan mengikutsertakan team kesehatan lain dan masyarakat untuk
memperoleh tingkat kesehatan yang lebih tinggi dari individu , keluarga , dan
masyarakat ( Depkes RI, 1986 ).
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan :
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Proses keperawatan adalah serangkaian perbuatan atau tindakan untuk menetapkan,
merencanakan dan melaksanakan pelayanan keperawatan dalam rangka membantu klien
untuk mencapai dan memelihara kesehatannya seoptimal mungkin. Langkah – langkahnya
dimulai dari (1) pengkajian : pengumpulan data, analisis data dan penentuan masalah, (2)
diagnosis keperawatan, perencanaan tindakan keperawatan, pelaksanaan dan evaluasi
tindakan keperawatan. (Wahit, 2005). Proses keperawatan pada komunitas mencakup
individu, keluarga dan kelompok khusus yang memerlukan pelayanan asuhan keperawatan.
Tahap akhir dari proses keperawatan adalah evaluasi. Evaluasi mengacu kepada
penilaian, tahapan, dan perbaikan. Pada tahap ini perawat menemukan penyebab mengapa
suatu proses keperawatan dapat berhasil atau gagal. Perawat menemukan reaksi klien
terhadap intervensi keperawatan yang telah diberikan dan menetapkan apa yang menjadi
sasaran dari rencana keperawatan dapat diterima. Evaluasi berfokus pada individu klien dan
kelompok dari klien itu sendiri. Proses evaluasi memerlukan beberapa keterampilan dalam
menetapkan rencana asuhan keperawatan., termasuk pengetahuan mengenai standar asuhan
keperawatan, respon klien yang normal terhadap tindakan keperawatan, dan pengetahuan
konsep teladan dari keperawatan.
B. Rumusan Masalah
Bagaimana asuhan keperawatan pasien pada komunitas ?
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mampu memahami dan menjelaskan asuhan keperawatan komunitas.
2. Tujuan Khusus
a. Mampu memahami dan menjelaskan proses asuhan keperawatan komunitas
b. Mampu memahami dan menjelaskan program evaluasi keperawatan
komunitas
c. Mampu memahami dan menjelaskan asuhan keperawatan peka budaya
(menurut teori Madeleine Leininger)
BAB II
PEMBAHASAN
Perawatan kesehatan adalah bidang khusus dari keperawatan yang merupakan gabungan
dari ilmu keperawatan, ilmu kesehatan masyarakat dan ilmu sosial yang merupakan bagian
integral dari pelayanan kesehatan yang diberikan kepada individu, keluarga, kelompok dan
masyarakat baik yang sehat atau yang sakit secara komprehensif melalui upaya promotif,
preventif, kuratif dan rehabilitatif serta resosialitatif dengan melibatkan peran serta aktif dari
masyarakat. Peran serta aktif masyarakat bersama tim kesahatan diharapkan dapat mengenal
masalah kesehatan yang dihadapi serta memecahkan masalah tersebut (Elisabeth, 2007).
Perawatan komunitas adalah perawatan yang diberian dari luar suatu institusi yang
berfokus pada masyarakat atau individu dan keluarga (Elisabeth, 2007).
1. Kemanfaatan
Semua tindakan dalam asuhan keperawatan harus memberikan manfaat yang besar
bagi komunitas. Intervensi atau pelaksanaan yang dilakukan harus memberikan manfaat
sebesar-besarnya bagi komunitas, artinya ada keseimbangan antara manfaat dan kerugian
(Mubarak, 2005).
2. Kerjasama
Kerjasama dengan klien dalam waktu yang panjang dan bersifat berkelanjutan serta
melakukan kerja sama lintas program dan lintas sektoral (Riyadi, 2007).
3. Secara langsung
Asuhan keperawatan diberikan secara langsung mengkaji dan intervensi, klien dan
lingkunganya termasuk lingkungan sosial, ekonomi serta fisik mempunyai tujuan utama
peningkatan kesehatan (Riyadi, 2007).
4. Keadilan
Tindakan yang dilakukan disesuaikan dengan kemampuan atau kapasitas dari
komunitas itu sendiri. Dalam pengertian melakukan upaya atau tindakan sesuai dengan
kemampuan atau kapasitas komunitas (Mubarak, 2005).
5. Otonomi
Klien atau komunitas diberi kebebasan dalam memilih atau melaksanakan beberapa
alternatif terbaik dalam menyelesaikan masalah kesehatan yang ada (Mubarak, 2005).
Manusia sebagai sasaran pelayanan atau asuhan keperawatan dalam praktek keperawatan.
Sebagai sasaran praktek keperawatan klien dapat dibedakan menjadi individu, keluarga dan
masyarakat (Riyadi, 2007).
4) Pemberdayaan (Empowerment)
Konsep pemberdayaan dapat dimaknai secara sederhana sebagai proses pemberian
kekuatan atau dorongan sehingga membentuk interaksi transformatif kepada masyarakat,
antara lain: adanya dukungan, pemberdayaan, kekuatan ide baru, dan kekuatan mandiri untuk
membentuk pengetahuan baru (Elisabeth, 2007).
Sasaran dari perawatan kesehatan komunitas adalah individu, keluarga, kelompok
khusus, komunitas baik yang sehat maupun sakit yang mempunyai masalah kesehatan
atau perawatan (Effendy, 1998), sasaran ini terdiri dari :
a) Individu
Individu adalah anggota keluarga yang unik sebagai kesatuan utuh dari aspek biologi,
psikologi, social dan spiritual. Peran perawat pada individu sebagai klien, pada dasarnya
memenuhi kebutuhan dasarnya mencakup kebutuhan biologi, social, psikologi dan spiritual
karena adanya kelemahan fisik dan mental, keterbatasan pengetahuan, kurang kemauan
menuju kemandirian pasien/klien.
b) Keluarga
Keluarga merupakan sekelompok individu yang berhubungan erat secara terus
menerus dan terjadi interaksi satu sama lain baik secara perorangan maupun secara bersama-
sama, di dalam lingkungannya sendiri atau masyarakat secara keseluruhan. Keluarga dalam
fungsinya mempengaruhi dan lingkup kebutuhan dasar manusia dapat dilihat pada Hirarki
Kebutuhan Dasar Maslow yaitu kebutuhan fisiologis, rasa aman dan nyaman, dicintai dan
mencintai, harga diri dan aktualisasi diri.
c) Kelompok khusus
Kelompok khusus adalah kumpulan individu yang mempunyai kesamaan jenis
kelamin, umur, permasalahan, kegiatan yang terorganisasi yang sangat rawan terhadap
masalah kesehatan.
d) Tingkat Komunitas
Pelayanan asuhan keperawatan berorientasi pada individu, keluarga dilihat sebagai
satu kesatuan dalam komunitas. Asuhan ini diberikan untuk kelompok beresiko atau
masyarakat wilayah binaan. Pada tingkat komunitas, asuhan keperawatan komunitas
diberikan dengan mamandang komunitas sebagai klien.
Konseling adalah proses membantu klien untuk menyadari dan mengatasi tatanan
psikologis atau masalah sosial untuk membangun hubungan interpersonal yang baik dan
untuk meningkatkan perkembangan seseorang. Di dalamnya diberikan dukungan emosional
dan intelektual.
Tugas perawat sebagai pembela klien adalah bertanggung jawab membantu klien dan
keluarga dalam menginterpretasikan informasi dari berbagai pemberi pelayanan dan dalam
memberikan informasi hal lain yang diperlukan untuk mengambil persetujuan (Informed
Concent ) atas tindakan keperawatan yang diberikan kepadanya. Tugas yang lain adalah
mempertahankan dan melindungi hak-hak klien, harus dilakukan karena klien yang sakit dan
dirawat di rumah sakit akan berinteraksi dengan banyak petugas kesehatan (Mubarak, 2005).
6. Sebagai kolaborator
Peran perawat sebagai kolaborator dapat dilaksanakan dengan cara bekerjasama
dengan tim kesehatan lain, baik dengan dokter, ahli gizi, ahli radiologi, dan lain-lain dalam
kaitanya membantu mempercepat proses penyembuhan klien Tindakan kolaborasi atau
kerjasama merupakan proses pengambilan keputusan dengan orang lain pada tahap proses
keperawatan. Tindakan ini berperan sangat penting untuk merencanakan tindakan yang akan
dilaksanakan (Mubarak, 2005).
10. Pembawa perubahan atau pembaharu dan pemimpin (Change Agent and Leader )
Pembawa perubahan adalah seseorang atau kelompok yang berinisiatif merubah atau
yang membantu orang lain membuat perubahan pada dirinya atau pada sistem. Marriner
torney mendeskripsikan pembawa peubahan adalah yang mengidentifikasikan masalah,
mengkaji motivasi dan kemampuan klien untuk berubah, menunjukkan alternative, menggali
kemungkinan hasil dari alternatif, mengkaji sumber daya, menunjukkan peran membantu,
membina dan mempertahankan hubungan membantu, membantu selama fase dari proses
perubahan dan membimibing klien melalui fase-fase ini (Mubarak, 2005).
11. Pengidentifikasi dan pemberi pelayanan komunitas (Community Care Provider And
Researcher)
Peran ini termasuk dalam proses pelayanan asuhan keperawatan kepada masyarakat
yang meliputi pengkajian, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi masalah kesehatan dan
pemecahan masalah yang diberikan. Tindakan pencarian atau pengidentifikasian masalah
kesehatan yang lain juga merupakan bagian dari peran perawat komunitas.
Menurut WHO (2005), lingkungan merupakan suatu keseimbangan ekologi yang harus
ada antara manusia dengan lingkungan agar dapat menjamin keadaan sehat dari manusia
(Efendi, 2009).
Kesehatan lingkungan pada hakekatnya adalah suatu kondisi atau keadaan lingkungan
yang optimal sehingga mempengaruhi dampak positif terhadap terwujudnya status kesehatan
yang optimal pula (Efendi, 1998).
Dalam mengatasi masalah kesehatan lingkungan, Pemerintah menggalakkan Program
Nasional Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM). Sanitasi Total Berbasis Masyarakat
(STBM) Merupakan Program Nasional yang bersifat lintas sektoral di bidang sanitasi.
Program Nasional STBM dicanangkan oleh Menteri Kesehatan RI pada Agustus 2008.
Menurut WHO, terdapat 17 ruang lingkup kesehatan lingkungan yaitu sebagai berikut:
2. Perilaku Masyarakat
Perilaku kesehatan pada dasarnya adalah suatu respon seseorang terhadap stimulus yang
berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan serta lingkungan.
Batasan ini mempunyai 2 unsur pokok, yakni respon dan stimulus atau perangsangan. Respon
atau reaksi manusia, baik bersifat pasif (pengetahuan, persepsi dan sikap) maupun bersifat
aktif (tindakan yang nyata atau practice ). Sedangkan stimulus atau rangsangan disini terdiri
dari 4 unsur pokok, yakni: sakit dan penyakit, sisitem pelayanan kesehatan, makanan dan
lingkungan (Wawan, 2010).
Perilaku yang mempengaruhi kesehatan dapat digolongkan dalam dua kategori (Wawan,
2010), yaitu:
BAB III
A. Pengkajian
Pengkajian adalah merupakan upaya pengumpulan data secara lengkap dan sistematis
terhadap masyarakat untuk dikaji dan dianalisis sehingga masalah kesehatan yang dihadapi
oleh masyarakat baik individu, keluarga atau kelompok yang menyangkut permasalahan pada
fisiologis, psikologis, sosial elkonomi, maupun spiritual dapat ditentukan. Dalam tahap
pengkajian ini terdapat 5 kegiatan, yaitu : pengumpulan data, pengolahan data, analisis data,
perumusan atau penentuan masalah kesehatan masyarakat dan prioritas masalah (Mubarak,
2005).
1. Data Inti
a. Riwayat atau sejarah perkembangan komunitas
Data dikaji melalui wawancara kepada tokoh formal dan informal di komunitas dan studi
dokumentasi sejarah komunitas tersebut. Uraikan termasuk data umum mengenai lokasi
daerah binaan (yang dijadikan praktek keperawatan komunitas), luas wilayah, iklim, tipe
komunitas (masyarakat rural atau urban), keadaan demografi, struktur politik, distribusi
kekuatan komunitas dan pola perubahan komunitas.
b. Data Demografi
Kajilah jumlah komunitas berdasarkan : usia, jenis kelamin, status perkawinan, ras atau
suku, bahasa, tingkat pendapatan, pendidikan, pekerjaan, agama dan komposisi keluarga.
c. Vital Statistik
Jabarkan atau uraikan data tentang: angka kematian kasar atau CDR, penyebab kematian,
angka pertambahan anggota, angka kelahiran.
b. Sanitasi
1) Penyediaan air bersih (MCK)
2) Penyediaan air minum
3) Pengelolaan jamban : bagaimana jenisnya, berapa jumlahnya dan bagaimana
jarak dengan sumber air
4) Sarana pembuangan air limbah (SPAL)
5) Pengelolaan sampah : apakah ada sarana pembuangan sampah, bagaimana cara
pengelolaannya : dibakar, ditimbun, atau cara lainnya
6) Polusi udara, air, tanah, atau suaran/kebisingan
7) Sumber polusi : pabrik, rumah tangga, industry
c. Fasilitas
1) Peternakan, pertanian, perikanan dan lain – lain
2) Pekarangan
3) Sarana olahraga
4) Taman, lapangan
5) Ruang pertemuan
6) Sarana hiburan
7) Sarana ibadah
e. Kondisi geografis
f. Pelayanan kesehatan dan sosial
1) Pelayanan kesehatan
a) Sumber daya yang dimiliki (tenaga kesehatan dari kader)
b) Jumlah kunjungan
c) Sistem rujukan
b) Transportasi
(1) Kondisi jalan
(2) Jenis transportasi yang dimiliki
(3) Sarana transportasi yang ada
6) Sistem komunikasi
a) Sarana umum komunikasi
b) Jenis alat komunikasi yang digunakan dalam komunitas
c) Cara penyebaran informasi
7) Pendidikan
a) Tingkat pendidikan komunitas
b) Fasilitas pendidikan yang tersedia (formal dan non formal)
(1) Jenis pendidikan yang diadakan di komunitas
(2) Sumber daya manusia, tenaga yang tersedia
b) Jenis bahasa yang digunakan
8) Rekreasi
a) Kebiasaan rekreasi
b) Fasilitas tempat rekreasi
a. Jenis Data
Jenis data secara umum dapat diperoleh dari data subyektif dan obyektif.
1) Data subyektif
Yaitu data yang diperoleh dari keluhan atau masalah yang dirasakan oleh individu,
keluarga, kelompok dan komunitas, yang diungkapkan secara langsung melalui lisan.
2) Data obyektif
Data yang diperoleh melalui suatu pemeriksaan, pengamatan dan pengukuran.
b. Sumber Data
1) Data primer
Data yang dikumpulkan oleh pengkaji dalam hal ini mahasiswa atau perawat
kesehatan masyarakat dari individu, keluarga, kelompok dan komunitas berdasarkan
hasil pemeriksaan atau pengkajian.
2) Data sekunder
Data yang diperoleh dari sumber lain yang dapat dipercaya, misalnya : kelurahan,
catatan riwayat kesehatan pasien atau medical record (Wahit, 2005).
Pengkajian ini merupakan hasil modifikasi dari beberapa teori sebelumnya tentang
pengkajian komunitas
1. Pengumpulan data
Pengumpulan data dimaksudkan untuk memperoleh informasi mengenai masalah
kesehatan pada masyarakat sehingga dapat ditentukan tindakan yang harus diambil untuk
mengatasi masalah tersebut yang menyangkut aspek fisik, psikologis, sosial ekonomi dan
spiritual serta faktor lingkungan yang mempengaruhi (Mubarak, 2005).
b. Pengamatan
Pengamatan dalam keperawatan komunitas dilakukan meliputi aspek fisik, psikologis,
perilaku dan sikap dalam rangka menegakkan diagnosa keperawatan. Pengamatan dilakukan
dengan menggunakan panca indera dan hasilnya dicatat dalam format proses keperawatan
(Mubarak, 2005).
c. Pemeriksaan fisik
Dalam keperawatan komunitas dimana salah satunya asuhan keperawatan yang
diberikan adalah asuhan keperawatan keluarga, maka pemeriksaan fisik yang dilakukan
dalam upaya membantu menegakkan diagnosa keperawatan dengan cara Inspeksi, Perkusi,
Auskultasi dan Palpasi (Mubarak, 2005).
2. Pengolahan data
Setelah data diperoleh, kegiatan selanjutnya adalah pengolahan data dengan cara sebagai
berikut :
3. Analisis data
Analisis data adalah kemampuan untuk mengkaitkan data dan menghubungkan data
dengan kemampuan kognitif yang dimiliki sehingga dapat diketahui tentang kesenjangan atau
masalah yang dihadapi oleh masyarakat apakah itu masalah kesehatan atau masalah
keperawatan (Mubarak, 2005). Tujuan analisis data :
1. Menetapkan kebutuhan community
2. Menetapkan kekuatan
3. Mengidentifikasi pola respon community
4. Mengidentifikasi kecenderungan penggunaan pelayanan kesehatan
5. Prioritas masalah
Dalam menentukan prioritas masalah kesehatan masyarakat dan keperawatan perlu
mempertimbangkan berbagai faktor sebagai kriteria diantaranya adalah (Mubarak, 2005):
1) Perhatian masyarakat
2) Prevalensi kejadian
3) Berat ringannya masalah
4) Kemungkinan masalah untuk diatasi
5) Tersedianya sumberdaya masyarakat
6) Aspek politis
Seleksi atau penapisan masalah kesehatan komunitas menurut format Mueke (1988)
mempunyai kriteria penapisan, antara lain:
B. Diagnosis Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah respon individu pada masalah kesehatan baik yang aktual
maupun potensial. Masalah aktual adalah masalah yang diperoleh pada saat pengkajian,
sedangkan masalah potensial adalah masalah yang mungkin timbul kemudian. Jadi diagnosa
keperawatan adalah suatu pernyataan yang jelas, padat dan pasti tentang status dan masalah
kesehatan yang dapat diatasi dengan tindakan keperawatan. Dengan demikian diagnosis
keperawatan ditetapkan berdasarkan masalah yang ditemukan. Diagnosa keperawatan akan
memberi gambaran masalah dan status kesehatan masyarakat baik yang nyata (aktual), dan
yang mungkin terjadi (Mubarak, 2009). Diagnosis keperawatan mengandung komponen
utama yaitu :
1. Problem atau masalah : problem merupakan kesenjangan atau penyimpangan dari
keadaan normal yang seharusnya terjadi.
2) Dengan rumus PE
Rumus : DK = P + E
DK : Diagnosis keperawatan
P : Problem atau masalah
E : Etiologi
D. Implementasi
Pelaksanaan merupakan tahap realisasi dari rencana asuhan keperawatan yang telah
disusun. Dalam pelaksanaan tindakan keperawatan, perawat kesehatan masyarakat harus
bekerjasama dengan anggota tim kesehatan lainya. Dalam hal ini melibatkan pihak
Puskesmas, Bidan desa dan anggota masyarakat (Mubarak, 2009). Prinsip yang umum
digunakan dalam pelaksanaan atau implementasi pada keperawatan komunitas adalah:
1. Inovative
Perawat kesehatan masyarakat harus mempunyai wawasan luas dan mampu
menyesuaikan diri dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan tehnologi (IPTEK) dan
berdasar pada iman dan taqwa (IMTAQ) (Mubarak, 2009)
2. Integrated
Perawat kesehatan masyarakat harus mampu bekerjasama dengan sesama profesi, tim
kesehatan lain, individu, keluarga, kelompok dan masyarakat berdasarkan azas kemitraan
(Mubarak, 2009).
3. Rasional
Perawat kesehatan masyarakat dalam melakukan asuhan keperawatan harus
menggunakan pengetahuan secara rasional demi tercapainya rencana program yang telah
disusun (Mubarak, 2009).
5. Ugem
Perawat kesehatan masyarakat harus yakin dan percaya atas kemampuannya dan
bertindak dengan sikap optimis bahwa asuhan keperawatan yang diberikan akan tercapai.
Dalam melaksanakan implementasi yang menjadi fokus adalah : program kesehatan
komunitas dengan strategi : komuniti organisasi dan partnership in community (model for
nursing partnership) (Mubarak, 2009).
E. Evaluasi
Evaluasi memuat keberhasilan proses dan keberhasilan tindakan keperawatan.
Keberhasilan proses dapat dilihat dengan membandingkan antara proses dengan pedoman
atau rencana proses tersebut. Sedangkan keberhasilan tindakan dapat dilihat dengan
membandingkan antara tingkat kemandirian masyarakat dalam perilaku kehidupan sehari-hari
dan tingkat kemajuan kesehatan masyarakat komunitas dengan tujuan yang telah ditetapkan
atau dirumuskan sebelumnya (Mubarak, 2009). Kegiatan yang dilakukan dalam penilaian
menurut Nasrul Effendi, 1998:
1. PENGERTIAN
Diare/ Gastroenteritis adalah buang air besar (defekasi) dengan tinja berbentuk cair
atau setengah cair (setengah padat), kandungan air tinja lebih banyak dari biasanya lebih
dari 200 gram atau 200 ml/24 jam, lebih dari 3 kali sehari, dapat atau disertai darah dan
lender, (ASPEN, 1998)
Gastroentritis adalah inflamasi membrane mukosa lambung dan usus halus.
Gastroentritis akut di tandai dengan diare dan pada beberapa kasus, muntah-muntah
berakibat kehilangan cairan dan elektrolit yang menimbulkan dehidrasi dan gangguan
keseimbangan elektrolit. (Lynn Betz, 2009)
Diareakut yaitu diare yang berlansung kurang dari 15 hari atau pendapat lain kurang
dari 14 hari dengan jumlah lebih banyak dari normal.
Diarekronik adalah diare yang berlangsung lebih dari 15 hari.Diare infektif adalah
bila penyebabnya infeksi, sedangkan diare non infektif bila tidak ditemukan infeksi sebagai
penyakit kasus tersebut.
Diare organic adalah bila ditemukan penyebab anatomi, bakteriologik, hormonal
atau toksikologik, sedangkan diare fungsional jika tidak dapat ditemukan penyebab organik,
(Diare ditinjau dari Aspek Kesehatan; Jkt, 2009)
2. ETIOLOGI
Etiologi dapat dibagi dalam beberapa faktor, yaitu :
1. Faktor infeksi
a) Infeksi enteral, yaitu infeksi pada saluran pencernaan danmerupakan penyebab utama
diare pada anak, meliputi :
1). Infeksi Bakteri : E.Coli, Salmonella, Shigella SPP, VibrioCholera
2). Infeksi Virus : Enterovirus, Protozoa, Adenovirus
3). Infeksi Jamur : Protozoa, Candida SPP, EntamoebaHistolityca
b. Infeksi parental, yaitu infeksi di bagian tubuh laindi luar alatpencernaan, seperti OMA,
broncopneumonia, tonsilofaringitis
2. Faktor malabsorbsi
•Malabsorbsi karbohidrat
•Malabsorbsi lemak
•Malabsorbsi protein
3. Obat-obatan : zat besi, antibiotika
4. Post pembedahan usus
5. Faktor makanan : makanan basi, beracun, alergi terhadap makanan
6. Faktor psikologis
3. PATOFISIOLOGI
Penyebab Gastroenteritis akut adalah masuknya virus (Rotravirus, Adenovirus
enteris, Virus Norwalk), Bakteri atau toksin (Compylobacter, Salmonella, Escheria coli,
Yersinia dan lainnya), parasit (Biardialambia, Cryptosporidium). Beberapa mikroorganisme
pathogen ini menyebabkan infeksi pada sel – sel, atau meleka tpada dinding usus pada
gastroenteritis akut.
Penularan gastroentritis bisa melaui fekal-oral dari satu klien keklien yang
lainnya.Beberapa kasus ditemui penyebaran pathogen dikarenakan makanan dan minuman
yang terkontaminasi.
Mekanisme dasar penyebab timbulnya diare adalah gangguan osmotic (makanan
yang tidak dapat diserapakan menyebabkan tekanan osmotic
dalam rongga usus meningkat sehingga terjadi pergeseran air
dan elektrolit kedalam roggausus, isi rongga usus berlebihan sehingga timbul diare).
Selain itu menimbulkan gangguan sekresi akibat toksin di dinding usus, sehingga sekresi air
dan elektrolit meningkat kemudian terjadi diare. Gangguan mutilitasusus yang
mengakibatkan hiperperistaltik dan hipoperistaltik. Akibat dari diare itu sendiri adalah kehila
ngan air danelektrolit (dehidrasi) yang mengakibatkan gangguan asambasa (asisdosis)
metabolic dan hipokalemia), gangguangizi (intake kurang, output berlebih), hipoglikemia)
dan gangguan sirkulasi darah.
4. MANIFESTASI KLINIS
Tanda – tanda klinis dari diare adalah :
1. Muntah
2. Demam
3. Nyeri abdomen
4. Membran mukosa lambung dan bibir kering
5. Ubun-ubuncekung
6. Kehilangan berat badan
7. Tidak nafsu makan
8. Lemah
Diare akut karena infeksi dapat disertai muntah – muntah, demam, tenesmus,
hematoschezia, nyeri perut dan atau kejang perut.Akibat paling fatal dari diare yang
berlangsung lama tanpa dehidrasi yang adekua tadalah kematian akibat dehidrasi yang
menimbulkan renjatan hipovolemik atau gangguan biokimiawi berupa asidosis metabolic
yang berlanjut. Seseorang yang kekurangan cairan akan merasahaus, berat badan
berkurang, matacekung, lidah kering, tulang pipi tampak lebih menonjol, turgor kulit
menurun serta suara menja diserak. Keluhan dan gejala ini disebabkan oleh depresi air yang
isotonik.
Karena kehilangan bikarbonat (HC03) maka perbandingnanya dengan asam karbonat
berkurang mengakibatkan penurunan pH darah yang merangsang pusat pernapasan
sehingga frekuensi pernapasan meningkat dan lebih dalam (pernapasan Kusmaul).
Gangguan kardiovaskuler pada tahap hipovolemik yang berat dapat berupa renjatan
dengan tanda – tanda denyut nadi cepat (lebih dari 120 x/m), tekanan darah menurun
sampa itidak terukur. Pasien mulai gelisah, mukapucat, akral dingin dan kadang – kadang
sianosis, karena kekurangan kalium pada diare akut juga dapat timbul aritmia jantung.
Penurunan tekanan darah akan menyebabkan perfusi ginjal menurun sampai timbul
oliguria/anuria. Bila keadaan ini tidak segera diatasi akan timbul penyakit nekrosis tubulus
ginjal akut yang berarti suatu keadaan gagal ginjal akut, (Departemen Kesehatan, Jkt ; 2004)
6.PATHWAY
Kulit disekitar Cairan yang Frekwensi anus lecet dan keluar banyak
defekasi teriritasi
Kemerahan & Dehidrasi BAB encer Suhu tubuh Anoreksia gatal dengan
atau meningkat
Sering digaruk tanpa darah
Nutrisi kurang dari
Gangguan Gangguan eliminasi Hipertermi kebutuhan
Kerusakan pemenuhan cairan BAB diare
integritas kulit & elektrolit
7. PEMERIKSAAN PENUNJANG
ada intoleransi gula biarkan kuman untuk mencari kuman penyebab dan uji
ginjal.
4. Duodenal intubation untuk mengetahui kuman penyebab secara kuantitatif
8. PENATALAKSANAAN MEDIS
misalnya air gula, sari buah segar, air teh segar, kuah sup, air tajin, ASI.
Jangan memberikan air kembang gula, sari buah air dalam botol karena
LRO.
2. Penatalaksanaan keperawatan menurut Nelson (1999) antara lain :
a. Penderita yang dirawat inap harus ditempatkan pada tindakan
dengan penderita.
b. Jas panjang bila ada kemungkinan pencernaan dan sarung tangan bila
1. Pengkajian
Pengkajian yang sistematis meliputi pengumpulan data, analisa data dan penentuan masalah.
Pengumpulan data diperoleh dengan cara intervensi, observasi, pemeriksaan fisik.
1. Identitas klien.
2. Riwayat keperawatan.
· Keluhan utama : Faeces semakin cair,muntah,bila kehilangan banyak air dan elektrolit
terjadi gejala dehidrasi,berat badan menurun. Pada bayi ubun-ubun besar cekung, tonus dan
turgor kulit berkurang, selaput lendir mulut dan bibir kering, frekwensi BAB lebih dari 4 kali
dengan konsistensi encer.
Hospitalisasi akan menjadi stressor bagi anak itu sendiri maupun bagi keluarga, kecemasan
meningkat jika orang tua tidak mengetahui prosedur dan pengobatan anak, setelah menyadari
penyakit anaknya, mereka akan bereaksi dengan marah dan merasa bersalah.
1. Kebutuhan dasar.
Pola eliminasi : akan mengalami perubahan yaitu BAB lebih dari 4 kali sehari, BAK
sedikit atau jarang.
Pola nutrisi : diawali dengan mual, muntah, anopreksia, menyebabkan penurunan
berat badan pasien.
Pola tidur dan istirahat akan terganggu karena adanya distensi abdomen yang akan
menimbulkan rasa tidak nyaman.
Pola hygiene : kebiasaan mandi setiap harinya.
Aktivitas : akan terganggu karena kondisi tubuh yang lemah dan adanya nyeri akibat
distensi abdomen.
2. Pemerikasaan fisik
a. Pemeriksaan psikologis :
composmentis sampai koma, suhu tubuh tinggi, nadi cepat dan lemah, pernapasan agak cepat.
· Inspeksi : mata cekung, ubun-ubun besar, selaput lendir, mulut dan bibir kering, berat badan
menurun, anus kemerahan.
d. Pada anak diare akan mengalami gangguan karena anak dehidrasi sehingga berat badan
menurun.
e. Pemeriksaan penunjang.
f.Pemeriksaan tinja, darah lengkap dan duodenum intubation yaitu untuk mengetahui
penyebab secara kuantitatip dan kualitatif.
3.Diagnosa Keperawatan
1. Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan output yang
berlebihan(diare)
Tujuan: Kebutuhan cairan terpenuhi
Intervensi:
Observasi
Monitor tanda-tanda vital
Monitor dan catat pemasukan dan pengeluaran
Pantau tanda dan gejala kekurangan cairan dan elektrolit
Pantau suhu kulit
Observasi dan catat respon terhadap pemberian makanan
Terapeutik
Berikan makanan dan kudapan tinggi kalori dan protein
Berikan makanan yg disukai anak
Berikan lingkungan yg bersih dan nyaman
Edukasi
Anjurkan memberikan suplemen nutrisi
Anjurkan memberikan jam istirahat(tidur) serta kurangi aktivitas yg berlebihan
Instruksi keluarga dalam memberikan diet yg tepat
Kolaborasi
Kolaborasi dalam pemberian diet gizi dan pemenuhan elektrolit
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Perawatan kesehatan masyarakat merupakan bidang khusus dalam ilmu keperawatan,
yang merupakan gabungan ilmu keperawatan, ilmu kesehatan masyarakat dan social (WHO,
1959). Dengan demikian ada 3 teori yang menjadi dasar ilmu perawatan kesehatan
masyarakat yaitu : Ilmu Keperawatan, Ilmu Kesehatan Masyarakat, Ilmu Sosial (Peran Serta
Masyarakat).
Proses keperawatan adalah serangkaian perbuatan atau tindakan untuk menetapkan,
merencanakan dan melaksanakan pelayanan keperawatan dalam rangka membantu klien
untuk mencapai dan memelihara kesehatannya seoptimal mungkin. Tindakan keperawatan
tersebut dilaksanakan secara berurutan, terus menerus, saling berkaitan dan dinamis.
Selanjutnya menetapkan langkah proses keperawatan sebagai proses pengumpulan data,
pengkajian, perencanaan dan pelaksanaan (Wolf, Weitzel dan Fuerst, 1979). Jadi proses
keperawatan komunitas adalah metode asuhan keperawatan yang bersifat ilmiah, sistematis,
dinamis, kontinyu dan berkesinambungan dalam rangka memecahkan masalah kesehatan dari
klien, keluarga, kelompok atau masyarakat yang langkah – langkahnya dimulai dari (1)
pengkajian : pengumpulan data, analisis data dan penentuan masalah, (2) diagnosis
keperawatan, perencanaan tindakan keperawatan, pelaksanaan dan evaluasi tindakan
keperawatan. (Wahit, 2005).
Proses Evaluasi adalah langkah akhir dari proses keperawatan. Tugas selama tahap ini
termasuk pencatatan pernyataan evaluasi dan revisi rencana tindakan keperawatan dan
intervensi jika perlu.
Pernyataan evaluasi memberikan informasi yang penting tentang pengaruh intervensi
yang direncanakan pada keadaan kesehatan klien. Suatu pernyataan evaluasi terdiri dari dua
komponen yaitu :
1. Pencatatan data mengenai status klien saat itu.
2. Pernyataan kesimpulan mengindikasikan penilaian perawat sehubungan dengan
pengaruh intervensi terhadap status kesehatan klien.
BAB I
PENDAHULUAN
1. Apa yang dimaksud dengan pemberantasan penyakit menular dan penyehatan lingkungan
pemukiman ?
2. Apa yang dimaksud dengan masalah kesehatan komunitas di Indonesia ?
3. Bagaimanakah program pembinaan kesehatan di Indonesia ?
4. Bagaimanakah strategi pemecahan masalah kesehatan komunitas ?
BAB 2
ISI
1) Kontak (contact)
Kontak disini dapat terjadi kontak langsung maupun kontak tidak langsung melalui benda-
benda yang terkontaminasi. Penyakit-penyakit yang ditularkan melalui kontak langsung ini
pada umumnya terjadi pada masyarakat yang hidup berjubel. Oleh karena itu lebih cenderung
terjadi dikota dari pada di desa yang penduduknya masih jarang.
2) Inhalasi (inhalation)
Yaitu penularan melalui udara / pernapasan. Oleh karena itu ventilasi rumah yang kurang,
berjejelan (over crowding) dan tempat-tempat umum adalah factor yang sangat penting
didalam epidemologi penyakit ini. Penyakit yang ditularkan melalui udara ini sering disebut
air borne infection (penyakit yang ditularkan melalui udara).
3) Infeksi
Penularan melalui tangan, makanan, dan minuman.
4) Penetrasi pada kulit
Hal ini dapat langsung oleh organism itu sendiri. Penetrasi pada kulit misalnya cacing
tambang, melalui gigitan vector misalnya malaria atau melalui luka, misalnya tetanus
5) Infeksi melalui plasenta
Yakni infeksi yang diperoleh melalui plasenta dari ibu penderita penyakit pada waktu
mengandung, misalnya syphilis dan toxoplasmosis.
4. Factor Induk Semang (Host)
Terjadinya suatu penyakit (infeksi) pada seseorang ditentukan pula oleh factor-faktor
yang ada pada induk semang itu sendiri. Dengan perkataan lain penyakit-penyakit dapat
terjadi pada seseorang tergantung / ditentukan oleh kekebalan / resistensi orang yang
bersangkutan.
Untuk pencegahan dan penanggulangan ini ada 3 pendekatan atau cara yang dapat
dilakukan :
1) Eliminasi Reservoir ( Sumber Penyakit)
Eliminasi reservoir manusia sebagai sumber penyebaran penyakit dapat dilakukan dengan :
a) Mengisolasi penderita (pasien), yaitu menempatkan pasien ditempat yang
khusus untuk mengurangi kontak dengan orang lain.
b) Karantina adalah membatasi ruang gerak penderita dan menempatkannya
bersama-sama penderita lain yang sejenis pada tempat yang khusus didesain
untuk itu. Biasanya dalam waktu yang lama, misalnya karantina untuk penderita
kusta.
2) Memutus Mata Rantai Penularan
Meningkatkan sanitasi lingkungan dan higiene perorangan adalah merupakan usaha yang
penting untuk memutus hubungan atau mata rantai penularan penyakit menular.
3) Melindungi Orang-Orang (Kelompok)
Bayi dan anak balita adalah merupakan kelompok usia yang rentan terhadap penyakit
menular. Kelompok usia yang rentan ini perlu lindungan khusus (specific protection) dengan
imunisasi baik imunisasi aktif maupun pasif. Obat-obat prifilaksis tertentu juga dapat
mencegah penyakit malaria, meningitis, dan disentri baksilus.
Pada anak usia muda, gizi yang kurang akan menyebabkan kerentanan pada anak
tersebut. Oleh sebab itu, meningkatkan gizi anak adalah juga merupakan usaha pencegahan
penyakit infeksi pada anak.
B. Dasar Hukum
Dasar Hukum Kesehatan Lingkungan terdapat dalam UU No. 36 Tahun 2009 Tentang
Kesehatan, BAB XI Kesehatan Lingkungan.
Pasal 162 “Upaya kesehatan lingkungan ditujukan untuk mewujudkan kualitas
lingkungan yang sehat, baik fisik, kimia, biologi, maupun social yang memungkinkan setiap
orang mencapai derajat kesehatan yang setinggi-tingginya”
Pasal 163
1) Pemerintah , pemerintah daerah dan masyarakat menjamin ketersediaan lingkungan yang
sehat dan tidak mempunyai risiko buruk bagi kesehatan.
2) Lingkungan sehat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mencakup lingkungan
permukiman, tempat kerja, tempat rekreasi, serta tempat dan fasilitas umum.
3) Lingkungan sehat sebagaimana dimaksud pada ayat (2) bebas dari unsur-unsur yang
menimbulkan gangguan kesehatan, antara lain :
a. Limbah cair
b. Limbah padat
c. Limbah gas
d. Sampah yang tidak diproses sesuai dengan persyaratanyang ditetapkan pemerintah
e. Binatang pembawa penyakit
f. Zat kimia yang berbahaya
g. Kebisingan yang melebihi ambang batas
h. Radiasi sinar pengion dan non pengion
i. Air yang tercemar
j. Udara yang tercemar
k. Makanan yang terkontaminasi
4) Ketentuan Mengenai Standar baku mutu kesehatan lingkungan dan proses pengelolahan
limbah sebagaimana dimkasud pada ayat (2), dan ayat (3), ditetapkan dengan peraturan
pemerintah
.
C. Ruang Lingkup
Ruang lingkup kesehatan lingkungan
Kesehatan lingkungan adalah suatu keseimbangan ekologis yang harus ada antara
manusia dengan lingkungannya agar dapat menjamin keadaan sehat dari manusia.
Ruang lingkup :
1) Penyediaan air minum
2) Pengelolahan air buangan dan pengendalian pencemaran
3) Pengelolahan sampah padat
4) Pengendalian vector
5) Pencegahan dan pengendalian pencemaran tanah dan ekskreta manusia
6) Hygiene makanan
7) Pengendalian pencemaran udara
8) Pengendalian radiasi
9) Kesehatan kerja
10) Pengendalian kebisingan
11) Perumahan dan permukiman
12) Perencanaan daerah perkotaan
13) Kesehatan lingkungan transportasi udara, laut, darat
14) Pencegahan kecelakaan
15) Reaksi umum dan pariwisata
16) Tindakan sanitasi yang berhubungan dengan epidermic , bencana, kedaruratan tindakan
pencegahan agar lingkungan bebas dari risiko gangguan kesehatan (WHO, 1979)
1. Perumahan
Rumah adalah salah satu persyaratan pokok bagi kehidupan manusia. Rumah atau tempat
tinggal manusia dari zaman ke zaman selalu mengalami perubahan perkembangan bentuk
rumah. Misal saja pada zaman purba manusia tinggal di gua-gua, kemudian berkembang
mendirikan rumah di hutan-hutan dan dibawah pohon. Setelah manusia memasuki zaman
modern ini meskipun rumah mereka dibangun dengan bukan bahan bahan setempat, tetapi
kadang desainnya masih mewarisi kebudayaan sebelumnya. Sampai pada abad modern ini
manusia sudah membangun rumah bertingkat dan telah dilengkapi dengan peralatan yang
serba modern.
(Gambar : Rumah sesuai perkembangan)
Factor yang perlu diperhatikan dalam membangun sebuah rumah :
a. Factor lingkungan, baik lingkungan fisik, biologis maupun lingkungan social.
Maksudnya membangun sebuah rumah harus memperhatikan tempat dimana rumah itu
didirikan.
b. Tingkat kemampuan ekonomi masyarakat
Hal ini dimaksudkan rumah dibangun berdasarkan kemampuan keuangan penghuninya, untuk
itu maka bahan-bahan setempat yang rumah kisanya dari bamboo, kayu atap rumbia, dsb,
merupakan bahan-bahan pokok pembuatan rumah.
2) Syarat bakteriologis
Syarat air untuk keperluan minum yang sehat harus bebas dari segala bakteri, terutama
bakteri pathogen.
3) Syarat kimia
Kandungan zat atau mineral yang bermanfaat dan tidak mengandung zat beracun.
a) pH (derajat keasaaman)
penting dalam proses penjernihan air karena keasaaman air pada umumnya disebabkan gas
oksida yang larut dalam air terutama karbondioksida. Pengaruh yang menyangkut aspek
kesehatan dari pada penyimpangan standar kualitas air minum dalam hal pH yang lebih kecil
6,5 dan lebih besar dari 9,2 akan tetapi dapat menyebabkan beberapa senyawa kimia berubah
menjadi racun yang sangat mengganggu kesehatan.
b) Kesadahan
Kesadahan ada dua macam yaitu kesadahan sementara dan kesadahan nonkarbonat
(permanen). Kesadahan sementara akibat keberadaan kalsium dan magnesium bikarbonat
yang dihilangkan dengan memanaskan air hingga mendidih atau menambahkan kapur dalam
air. Kesadahan nonkarbonat (permanen) disebabkan oleh sulfat dan karbonat, chloride dan
nitrat dari magnesium dan kalsium disamping Besi dan Aluminuium.
c) Besi
Air yang mengandung banyak besi akan berwarna kuning dan menyebabkan rasa logam besi
dalam air, serta menimbulkan korosi pada bahan yang terbuat dari mental. Besi merupakan
salah satu unsure yang merupakan hasil pelapukan batuan induk yang banyak ditemukan
diperairan umum. Batas maksimal yang terkandung didalam air adalah 1,0 mg/l.
d) Alumunium
Batas maksimal yang terkandung didalam air menurut Peraturan Menteri Kesehatan No
82/2001 yaitu 0,2mg/l. Air yang mengandung banyak alumunium menyebabkan rasa yang
tidak enak apabila dikonsumsi.
e) Zat organic
Larutan zat organic yang bersifat kompleks ini dapat berupa unsure hara makanan maupun
sumber energi lainnya bagi flora dan fauna yang hidup diperairan.
f) Sulfat
Kandungan sulfat yang berlebihan dalam air dapat mengakibatkan kerak air yang keras pada
alat merebus air (panic/ketel) selain mengakibatkan baud an korosi pada pipa. Sering
dihubungkan dengan penanganan dan pengelolahan air bekas.
g) Nitrat dan nitrit
Pencemaran air dari nitrat dan nitrit bersumber dari tanah dan tanaman. Nitrat dapat terjadi
baik dari NO2 atmosfer maupun dari pupuk-pupuk yang digunankan dan dari oksidasi NO2
oleh bakteri dari kelompok Nitrobacter. Jumlah nitrat yang lebih besar dalam usus cenderung
untuk berubah menjadi nitrit yang dapat bereaksi langsung dengan hemoglobin dalam daerah
membentuk methaemoglobin yang dapat menghalang perjalanan oksigen didalam tubuh.
h) Chloride
Dalam konsentrasi yang layak, tidak berbahaya bagi manusia. Chloride dalam jumlah kecil
dibutuhkan untuk desinfektan namun apabila berlebihan dan berinteraksi dengan ion Na+
dapat menyebabkan rasa asin dan korosi pada pipa air.
i) Zink atau Zn
Batas maksimal zink yang terkandung dalam air adalah 15 mg/l. penyimpangan terhadap
standar kualitas ini menimbulkan rasa pahit, sepet, dan rasa mual. Dalam jumlah kecil, zink
merupakan unsure yang penting untuk metabolisme, karena kekurangan zink dapat
menyebabkan hambatan pada pertumbuhan anak.
c. Sumber air minum, yaitu :
1) Air hujan : Air hujan dapat ditampung kemudian dijadikan air minum, tetapi air hujan tidak
mengandung kalsium, sehingga perlu ditambahkan kalsium.
2) Air sungai dan danau : Menurut asalnya sebagian dari air sungai dan air danau ini juga dari
air hujan yang mengalir melalui saluran-saluran ke dalam sungai atau danau tersebut. Kedua
sumber air tersebut mudah mengalami pencemaran sehingga harus diolah terlebih dahulu
sebelum dijadikan air minum.
3) Mata air : Air yang keluar dari mata air ini biasanya berasal dari air tanah yang muncul
secara alamiah. Sehingga air dari mata air bila belum tercemar sudah dapat dijadikan air
minum langsung.
4) Air sumur dangkal : Air ini keluar dari dalam tanah yang berasal dari lapisan air dalam
tanah yang dangkal. Dalamnya lapisan air ini dari permukaan tanah berbeda-beda, biasanya
berkisar antara 5 sampai 15 meter dari permukaan tanah. Air sumur dangkal belum terlalu
sehat, karena kontaminasi kotoran dari permukaan tanah masih ada.
5) Air sumur dalam : Air ini berasal dari lapisan kedua air didalam tanah. Dalamnya biasanya
15 meter dari permukaan tanah. Sehingga air sumur dalam ini sudah cukup sehat untuk
dijadikan air minum langsung (tanpa melalui proses pengolahan).
3. Pembuangan Kotoran Manusia
Yang dimaksud kotoran manusia adalah semua benda atau zat yang tidak dipakai lagi oleh
tubuh dan yang harus dikeluarkan oleh tubuh. Zat-zat yang harus dikeluarkan dari dalam
tubuh ini berupa tinja (feses), air seni (urine), dan CO2.
Dengan bertambahnya penduduk yang tidak sebanding dengan area pemukiman, masalah
pembuangan kotoran manusia meningkat. Dilihat dari segi kesehatan masyarakat, masalah
pembuangan kotoran manusia menjadi masalah pokok, sehingga perlu diatasi sedini
mungkin. Karena kotoran manusia merupakan sumber penyebaran penyakit yang
multikompleks. Kurangnya perhatian terhadap pengelolahan tinja disertai dengan cepatnya
pertambahan penduduk, jelas akan mempercepat penyebaran penyakit-penyakit yang
ditularkan melalui tinja.
Beberapa penyakit yang dapat disebarkan oleh tinja manusia antara lain : tifus, disentri,
kolera, bermacam-macam cacing (gelang, kremi, tambang, pita), dan sebagainya.
4. Pengelolahan Sampah
Sampah adalah sesuatu bahan atau benda yang sudah tidak dapat dipakai lagi oleh
manusia atau benda padat yang sudah digunakan lagi dalam suatu kegiatan manusia dan
dibuang.
a.Sumber-sumber sampah
1) Sampah-sampah yang berasal dari pemukiman (domestic wastes)
2) Sampah yang berasal dari tempat-tempat umum.
3) Sampah dari perkantoran.
4) Sampah yang berasal dari jalan raya.
5) Sampah yang berasal dari industry.
6) Sampah yang berasal dari pertanian / perkebunan.
7) Sampah yang berasal dari pertambangan.
8) Sampah yang berasal dari perternakan dan perikanan.
b. Jenis-jenis sampah
Meliputi 3 jenis sampah, yaitu :
Sampah padat, sampah padat dapat dibagi menjadi berbagai jenis, antara lain :
1) Berdasarkan zat kimia yang terkandung didalamnya
a) Sampah an organic adalah sampah yang umumnya tidak dapat membusuk. Misalnya :
logam/besi, pecahan gelas, plastic dan sebagainya.
b) Sampah organic adalah sampah yang pada umumnya dapat membusuk. Misalnya : sisa-
sisa makanan, daun-daunan, buah-buahan, dan sebagainya.
2) Berdasarkan dapat dan tidaknya dibakar
a) Sampah yang mudah terbakar, misalnya : kertas, karet, kayu, plastik, kain bekas, dan lain-
lain.
b) Sampah yang tidak dapat terbakar, misalnya : kaleng bekas, logam/besi, kaca, dan lain-lain.
b. Kolam oksidasi
Pada prinsipnya cara pengolahan ini dalah pemanfaatan sinar matahari, ganggang, bakteri,
dan oksigen dalam proses pembersihan alamiah. Air limbah dialirkan ke dalam kolam besar
berbeentuk segi empat dengan kedalaman antara 1-2 meter.
c. Irigasi
Air limbah dialirkan kedalam parit-parit terbuka yang digali, dan air akan merembes masuk
kedalam tanah melalui dasar dan dinding parit-parit tersebut. Dalam keadaan tertentu air
buangan dapat digunakan untuk pengairan ladang pertanian atau perkebunan dan sekaligus
untuk pemupukan. Hal ini terutama dapat dilakukan untuk air limbah dari rumah tangga,
perusahaan, susu sapi, rumah potong hewan, dan lain-lainnya dimana kandungan zat-zat
organik dan protein cukup tinggi yang diperlukan oleh tanam-tanaman.
Dewasa ini di Indonesia terdapat beberapa masalah kesehatan penduduk yang masih perlu
mendapat perhatian secara sungguh-sungguh dari semua pihak antara lain: anemia pada ibu
hamil, kekurangan kalori dan protein pada bayi dan anak-anak, terutama di daerah endemic,
kekurangan vitamin A pada anak, anemia pada kelompok mahasiswa, anak-anak usia
sekolah, serta bagaimana mempertahankan dan meningkatkan cakupan imunisasi.
Permasalahan tersebut harus ditangani secara sungguh-sungguh karena dampaknya akan
mempengaruhi kualitas bahan baku sumber daya manusia Indonesia di masa yang akan
datang.
Perubahan masalah kesehatan ditandai dengan terjadinya berbagai macam transisi kesehatan
berupa transisi demografi, transisi epidemiologi, transisi gizi dan transisi perilaku. Transisi
kesehatan ini pada dasarnya telah menciptakan beban ganda (double burden) masalah
kesehatan.
1. Transisi demografi, misalnya mendorong peningkatan usia harapan hidup yang
meningkatkan proporsi kelompok usia lanjut sementara masalah bayi dan BALITA tetap
menggantung.
2. Transisi epidemiologi, menyebabkan beban ganda atas penyakit menular yang belum
pupus ditambah dengan penyakit tidak menular yang meningkat dengan drastis.
3. Transisi gizi, ditandai dengan gizi kurang dibarengi dengan gizi lebih.
4. Transisi perilaku, membawa masyarakat beralih dari perilaku tradisional menjadi modern
yang cenderung membawa resiko.
Masalah kesehatan tidak hanya ditandai dengan keberadaan penyakit, tetapi gangguan
kesehatan yang ditandai dengan adanya perasaan terganggu fisik, mental dan spiritual.
Gangguan pada lingkungan juga merupakan masalah kesehatan karena dapat memberikan
gangguan kesehatan atau sakit. Di negara kita mereka yang mempunyai penyakit
diperkirakan 15% sedangkan yang merasa sehat atau tidak sakit adalah selebihnya atau 85%.
Selama ini nampak bahwa perhatian yang lebih besar ditujukan kepada mereka yang sakit.
Sedangkan mereka yang berada di antara sehat dan sakit tidak banyak mendapat upaya
promosi. Untuk itu, dalam penyusunan prioritas anggaran, peletakan perhatian dan biaya
sebesar 85 % seharusnya diberikan kepada 85% masyarakat sehat yang perlu mendapatkan
upaya promosi kesehatan.
Dengan adanya tantangan seperti tersebut di atas maka diperlukan suatu perubahan
paradigma dan konsep pembangunan kesehatan. Beberapa permasalahan dan tantangan yang
dihadapi dalam pembangunan kesehatan antara lain :
1. Masih tingginya disparitas status kesehatan. Meskipun secara nasional kualitas kesehatan
masyarakat telah meningkat, akan tetapi disparitas status kesehatan antar tingkat sosial
ekonomi, antar kawasan, dan antar perkotaan-pedesaan masih cukup tinggi.
2. Status kesehatan penduduk miskin masih rendah.
3. Beban ganda penyakit. Dimana pola penyakit yang diderita oleh masyarakat adalah
penyakit infeksi menular dan pada waktu yang bersamaan terjadi peningkatan penyakit tidak
menular, sehingga Indonesia menghadapi beban ganda pada waktu yang bersamaan (double
burden)
4. Kualitas, pemerataan dan keterjangkauan pelayanan kesehatan masih rendah.
5. Terbatasnya tenaga kesehatan dan distribusinya tidak merata.
6. Perilaku masyarakat yang kurang mendukung pola hidup bersih dan sehat.
7. Kinerja pelayanan kesehatan yang rendah.
8. Rendahnya kondisi kesehatan lingkungan. Masih rendahnya kondisi kesehatan
lingkungan juga berpengaruh terhadap derajat kesehatan masyarakat. Kesehatan lingkungan
merupakan kegiatan lintas sektor belum dikelola dalam suatu sistem kesehatan kewilayahan.
9. Lemahnya dukungan peraturan perundang-undangan, kemampuan sumber daya manusia,
standarisasi, penilaian hasil penelitian produk, pengawasan obat tradisional, kosmetik, produk
terapetik/obat, obat asli Indonesia, dan sistem informasi.
10. Peran serta masyarakat dan kerja sama lintas sektor masih perlu ditingkatkan.
12. Hal-hal yang dapat menyebabkan cacat fisik dan gangguan jiwa masih tinggi.
Untuk mencapai tujuan tersebut di atas langkah pokok yang di ambil adalah sebagai
berikut:
a. Peningkatan penerapan konsepsi daftar obat esensial nsional dan peningkatan produksi
obat esensial oleh pemerintah.
b. Penyempurnaan sistem distribusi obat sektor pemerintah antara lain dengan pembangunan
gudang obat dan alat kesehatan tingkat regionl,kabupaten dan rumah sakit.
c. Peningkat produksi bahan baku obat dan simplisia di dalam negri.
d. Peningkatan peran serta sektor swasta dalam pengadaan obat.
e. Peningkatan kemampuan di pusat dan daerah untuk melakukan pemeriksaan dan pengujin
terhadap semua obat,makanan,dan minuman,kosmetik dan alat kesehatan obt
tradisional,narkotika dan bahan berbahaya lainnya yang beredar dalam masyarakat.
f. Penyuluhan yang memadahi tentang obat,makanan,dan minuman,kosmetik,dan alat
kesehatan,nakrotika serta bahan berbhaya lainya bagi tenaga kesehatan dan masyarakat.
g. Pengembangan sistem pengendalian akibat sampingan,keracunan,dan akibat-akibat lain
yang di sebabkan oleh obat makanan dan minuman kosmetik,alat kesehatan,narkotika dan
bahan berbahya lainnya.
h. Pengendalian,pembinaan,pengaturan dan pengawasan mutu produksi,distribusi,lalu lintas
dan penggunan obat,makanan dan minuman konsmetik dan alat kesehatan obat
tradisional,nakrotika dan bahan berbahaya lainnya.
1) Rujukan kesehatan
Rujukan kesehatan terutama terkaitan dengan upaya peningkatan dan pencegahan.
Permintaan bantuan dapat di ajukan dari tingkat bawah termasuk masyarakat kepada
puskesmas pembantu. Jika puskesmas pembantu tidak dapat memenuhinya,maka ia akan
melanjutkan kepada puskesmas dan seterusny. Untuk rujukan tertentu yang berkaitan dengan
kesehatan permintaan bantuan juga di ajukan oleh puskesmas kepada sektor-sektor teknis lain
diluar kesehatan,seperti pekerjaan umum,pembangunan desa,pertanian,pertekankan dan
swasta. Rujukan horizontal dapat di lakukan melalui wadah-wadah koordinasi yang ada pada
tiap tingkatan upaya kesehatan seperti lembaga kesehatan masyarakat desa di tingkat desa
baha-bahan kosdinasi lintas sektroral yang ada di tingkatan kecamatan,kabupaten,dan
kotamadya propinsi atau tingkat nasional.
Rujukan kesehatan tersebut di atas pada dasarnya mencangkup sebagai berikut ini
a) Bantuan teknologi
Rujukan ini dapat berupa permintaan bantuan teknologi tertentu baik dallam bidang
kesehatan maupun yang berkaitan dengan kesehatan,dimana eselon-eselon yang mampu
dapat memberikan teknologi tersebut. Teknologi yang di berikan harus tepat guna dan cukup
sederhana,dapat di kuasai dan di laksanakan serta dapat di di biayai oleh masyarakat yng
bersangkutan. Bantuan teknologi lain dapat berupa antara lain:pembuatan jamban keluarga
dan sarana air minum,pembugaran rumah, pembuangan airlimbah,penimbaan bayi untuk
pengisian kartu menuju sehat,pemeliharaan,perbaikan dan kalibrasi peralatan kesehatan.
b) Bantuan sarana
Rujukan ini dapat berupa permintaan bantuan baik sarana tertentu dalam bidang kesehatan
maupun sarana yang terdapat pada sektor-sektor teknis lain. Bantuan sarana tersebut dapat
berupa antaralain:obat,peralatan,biaya,bibit tanaman,ikan dan ternak,pangan untuk usaha
padat karya,badan pembangunan dan tenaga.
c) Bantuan oprasional
Rujukan ini dapat berupa permintaan bantuaan kepada eselon atasan ntuk menyelesaikan
suatu masalah tertentu yang dapat di atasi oleh masyarakat sendiri.dalam hal ini masalah
tersebut harus dia atasi sepenuhnya oleh eselon yang mampu.
2) Rujuk medik.
Yang di maksud adalah rujukan pelayanan yang terutama meliputi upaya penyembuhan
dan pemulihan.dalam kaitan ini rumah sakit mempunyai fungsi utama menyelenggaraan
upaya kesehatan yang bersifat penyembuhan dan pemulihan bagi penderita. Pelayanan
rumah sakit perlu di atur sedemikian rupa sehingga dapat memanfaatkan sumber-sumber
yang ada dengan lebih berdaya guna dan berhasil guna karna itu prlu di hindari adanya
tumpah tindih antara berbagai upaya yang di selenggarakan oleh pemerintah atau swasta.
Diwaktu yang akan datang secara bertahap telah di tentukan bahwa pelayanan rumah sakit
baik untuk rawat jalan maupun rawat tinggal,hanya bersifat spesoalistik atau sub spesialistik
atau pelayanan dasar harus dapat di lakukan di puskesmas ditempat praktek dokter dan unit
upaya yang setingkat
Demikian pula rumah sakit yang di manfaatkan untuk pendidikan clon dokter dan calon
dokter spesialis harus dapat di batasi dan mengkhususkan diri untuk menjadi pusat pelayanan
sub spesialistik tertentu dalam suatu wilayah sehingga tercapai efesien pemanfaatan sumber
daya yang terbatas. Sehingga itu masing-masing pusat harus dapat melakkan uji cob terhadap
teknologi mutahir secara lebih berhasil guna dan berdaya guna. Dalam kaitan ini perlu di
tetapkan penggolongan penyakit menjadi 3 golongan yaitu:
a) Penyakit yang bersifat darurat yaitu:penyakit yang harus di tanggulangin karena bila
terlambat akan menyebabkan kematian.
b) Penyakit yang bersifat menahun yang menyembuhkan dan pemulihan memerlukan waktu
yang lama dan dapat menimbulkan beban pembiyayaan yang tidak adapat di pikul oleh
penderita dan keluarganya.
c) Penyakit yang bersifat akut tetapi tidak gawat.
Semua rumah sakit harus dapat melayani penderita golongan penyakit 1) dan sedangkan
penderita golongan penyakit 2) terutama menjadi tanggung jawab pemerintah tanpa
mengurangi kewajiban pihak swasta yang mampu untuk juga melayaninya. Rehabilits sosial
bagi penderita yang telah sembuh dari penyakit menahun seperti kusta dan jiwa tidak dapat di
kembalikan kepada masyarakat serta,perawatan kesehatan bagi orang jompo,terutama
menjadi tanggung jawab pemerintah dalam waktu dekat harus di tetapkan cara-cara akreditas
pelayanan rumah sakit. Dengan demikian dapat di lakukan penilaian terhadap mutu dan
jangkauan pelayanan rumah sakit secara berkala yang dapat di pergunakan untuk menetapkan
kebijaksanaan pengembangan dan peningkatan mutu rumah sakit. Perubahan kelas suatu
rumah sakit atas dasar daya guna dapat membawa konsekuensi perubahan biaya oprasional
dan pemeliharaan rumah sakit yang bersangkutan.
c) Tingkat pelayanan sub spesialistik antara lain terdiri dari unit pelayanan yaitu:
(1) Rumh sakit pendidikan pemerintah.
(2) Rumah sakit pendidikan swasta.
Pelayanan rujukan seperti telah di sebutkan terdahulu harus di kaitka dengn pelayanan
melalui dana upaya kesehatan yang sejauh mungkin mencangkup seluruh penduduk
indonesia. Pelayanan melalui dana tersebut perlu segera di tetapkan agar pelaksanaan
pelayanan rujukan tidak terlambat sehingga pelayanan medik dapat menjangkau seluruh
penduduk yang memerlukannnya. Pelayanan melalui sistem dana upaya kesehatan ini harus
di tetapkan agar dapat menjadi dasar yang kuat bagi pelayanan rujukan wajib. Dengan
demikian hanya penduduk yang berobat melalui rujukan wajib, yang mendapat biya
pegobatan.
B. Kesehatan Kerja
a. Kesehatan kerja diselenggarakan untuk mewujudkan produktifitas kerja kerja yang
optimal, kesehatan kerja diselenggarakan agar tetap pekerja dapat secara sehat tanpa
membahayakan diri dan masyarakat disekelilingnya, agar diperoleh produktifitas kerja yang
optimal, sejalan dengan program perlindungan tenaga kerja.
b. Kesehatan kerja meliputi pelayanan kesehatan kerja, pencegahan penyakit akibat kerja dan
syarat kesehatan kerja.
Upaya kesehatan kerja pada hakikatnya merupakan penyerasian kapasitas kerja, beban kerja
dan lingkungan kerja. Pelayanan kesehatan kerja adalah pelayanan kesehatan yang diberikan
kepada pekerja sesuai dengan jaminan sosial tenaga kerj dan mencakup upaya peningkatan
kesehatan, pencegahan penyakit, penyembuhan, dan pemulihan kesehatan. Syarat kesehatan
kerja meliputi persyaratan kesehatan pekerja baik fisik maupun psikis dengan jenis
pekerjaannya, persyaratan bahan baku, perlatan dan proses kerja serta persyaratan tempat
atau lingkungan kerja.
c. Setiap tempat kerja wajib menyelenggarakan kesehatan kerja.
Tempat kerja adalah tempat terbuka atau tertutup, bergerak atau tidak bergerak, yang
dipergunakan untuk memproduksi barang atau jasa oleh satu atau beberapa orang pekerja.
Tempat kerja yang wajib menyelenggrakan kesehatan kerja adalah tempat yang mempunyai
resiko bahaya kesehatan, mudah terjangkit penyakit, atau mempunyai karyawan paling
sedikit 10 orang.
C. Kesehatan Jiwa
a. Kesehatan jiwa diselenggarakan untuk mewujudkan jiwa yang sehat secara optimal baik
intelektual maupun emosional.
Upaya peningkatkan kesehatan jiwa dilakukan untuk mewujudkan jiwa yang sehat secara
optimal, baik intelektual maupun emosional melalui pendekatan peningkatan kesehatan,
pencegahan dan penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan, agar seseorang dapat tetap
atau kembali hidup secara harmonis, baik dalam lingkungan keluarga, leingkungan kerja dan
atau dalam lingkungan masyarakat.
b. Kesehatan jiwa meliputi pemeliaharaan dan pengingkatan kesehatan jiwa, pencegahan dan
penganggulangan masalah psikososial dan gangguan jiwa, penyembuhan dan pemulihan
penderita gangguan jiwa.
Masalah psikososial adalah masalah psikososial atau kejiwaan yang timbul sebagai akibat
terjadinya perubahan sosial.
c. Kesehatan jiwa dilakukan oleh perorangan, lingkungan keluarga, lingkungan sekolah,
lingkungan pekerjaan, lingkungan masyarakat, didukung sarana pelayanan kesehatan jiwa
dan saran lainnya.
Sarana lainnya adalah tempat tertentu yang memberikan pelayanan kesehatan jiwa antara lain
lembaga sosial dan kegamaan.
d. Pemerintah melakukan pengobatan dan perawatan, pemulihan, dan penyaluran bekas
penderita gangguan jiwa yang telah selesai menjalani pengobatan dan atau perawatan ke
dalam masyarakat.
e. Pemerintah membangkitkan, membantu dan membina kegiatan masyarakat dalam
pencegahan dan penanggulangan masalah psikososial dan gangguan jiwa, pengobatan dan
perawatan penderita gangguan jiwa, pemulihan serta penyaluran bekas penderita ke dalam
masyarakat.
f. Penderita gangguan jiwa yang dapat menimbulkan gangguan terhadap keamanan dan
ketertiban umum wajib diobati dan dirawat disarana pelayanan kesehatan jiwa atau sarana
pelayanan kesehatan lainnya.
Penderita gangguan jiwa karena keadaannya, mungkin saja melakukan perbuatan yang dapat
mengganggu keamanan, ketertiban umum, atau keselamatan dirinya. Oleh karena itu, wajib
dirawat dan ditempatkan disarana pelayanan kesehatan jiwa. Selain itu kewajiban pengobatan
dan perawatan di sarana kesehatan jiwa dimaksudkan agar masyarakat tidak melakukan
tindakan yang bertentangan dengan cara pengobatan dan cara perawatan berdasarkan ilmu
kedokteran dan ilmu keperawatan. Yang dimaksudkan dengan sarana kesehatan lainnya,
antara lain, rumah sakit umum dan puskesmas.
g. Pengobatan dan perawatan penderita gangguan jiwa dapat dilakukan atas permintaan suami
atau istri atau anggota keluarga penderita atau atas prakarsa pejabat yang bertanggunga jawab
atas keamanan dan ketertiban di wilayah setempat atau hakim pengadilan bilamana dalam
suatu prakara timbul persangkaan bahwa yang bersangkutan adalah penderita gangguan jiwa.
Hakim pengadilan adalah hakim yang sedang menangani prakara tersebut.
D. Pemberantasan Penyakit
a. Pemberantasan penyakit di selenggarakan untuk menurunkan angka kesakitan dan atau
angka kematian.
Angka kesakitan adalah angka penderita yang terjadi diantara penduduk dalam masa tertentu.
Angka kesakita dan angka kematian merupakan tolak ukur tinggi rendahnya derajat
kesehatan.
Upaya penurunan angka kesakitan dan kematian dilakukan dengan upaya pencegahan dan
pemberantasan penyakit, baik penyakit menular maupun penyakit tidak menular yang dapat
menimbulkan kematian seperti malaria, TBC, kolera, gondok endemik, infeksi saluran
pernapasan akut, kardiovaskuler, dan penyakit lain yang sejenis.
b. Pemberantasan penyakit dilaksanakan terhadap penyakit menular dan penyakit tidak
menular.
c. Pemberantasan penyakit menular atau penyakit yang dapat menimbulkan angka kesakita
dan atau angka kematian yang tinggi dilaksanakan sedini mungkin.
d. Pemberantasan penyakit tidak menular dilaksanakan untuk mencegah dan mnegurangi
penyakit dengan perbaikan dan perubahan perilaku masyarakat dan dengan cara lain.
e. Pemberantasan penyakit menular dilaksanakan dengan upaya penyuluhan, penyelidikan,
pengebalan, menghilangkan sumber dan perantara penyakit, tindakan karantina, dan upaya
yang diperlukan.
f. Pemberantasan penyakit menular yang dapat menimbulkan wabah dan penyakit karantina
dilaksanakan sesuai dengan ketentuan undang-undang yang berlaku.
G. Kesehatan Sekolah
Kesehatan sekolah diselenggarakan untuk meningkatkan kemampuan hidup sehat peserta
didik dalam lingkungan hidup sehat sehingga peserta didik dapat belajar, tumbuh, dan
berkembang secara harmonis dan optimal menjadi sumber daya manusia yang lebih
berkualitas.
Penyelenggaraan kesehatan sekolah dimaksudkan untuk meningkatkan kemampuan hidup
sehat bagi peserta didik untuk memungkinkan pertumbuhan dan perkembangan yang
harmonis dan optimal menjadi sumber daya manusia yang lebih berkualitas. Disamping itu
kesehatan sekolah juga diarahkan untuk memupuk kebiasaan hidup sehat agar memiliki
pengetahuan, sikap dan ketrampilan untuk melaksanakan prinsip hidup sehat serta aktif
berpartisipasi dalam usaha peningkatan kesehatan, baik disekolah, rumah tangga, maupun
dalam lingkungan masyarakat.
Kesehatan sekolah sebagai mana dimaksudkan diselenggarakan melalui sekolah atau melalui
lembaga pendidikan lain. Lembaga pendidikan lain adalah tempat pendidikan luar sekolah.
H. Kesehatan Olah Raga
a. Kesehatan olah raga diselenggrakan untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan
melalui kegiatan olah raga. Kesehatan olah raga merupakan upaya kesehatan yang
memanfaatkan olah raga atau latihan fisik untuk meningkatkan derjat kesehatan. Dengan olah
raga atau latihan fisik yang benar akan dicapai tingkat kesegaran jasmani yang baik dan
merupakan modal penting dalam peningkatan prestasi.
b. Kesehatan olah raga tersebut diselenggarakan melalui kegiatan sarana olah raga atau sarana
lain. Sarana olah raga adalah tempat yang secara khusus disediakan untuk kegiatan olah raga,
antara lain pusat olah raga, pusat kebugaran, dan tempat tertentu seperti stadion, kolam
renang, klun berlatih, kelompok latihan fisik, dan kelompok senam. Sarana lain yang
dimaksud adalah tempat yang menyembuhkan atau memulihkan kesehatan akibat cedera olah
raga, meningkatkan kesehatan kelompok masyarakat tertentu misalnya kelompok ibu hamil,
melauli latihan fisik dan penyebarluasan cara olah raga yang benar.
I. Kesehatan Matra
a. Kesehatan matra sebagai bentuk khusus upaya kesehatan diselenggarakan untuk
mewujudkan derjat kesehatan yang optimal dalam lingkungan matra yang serba berubah.
b. Kesehatan matra meliputi kesetan lapangan, kesehatan kelautan dan bawah air, serta
kesehatan kedirgantaraan. Kesehatan lapangan adalah kesehatan matra yang berhubungan
dengan pekerjaan di darat yang temporer dan serba berubah, misalnya: kesehatan haji,
kesehatan transmigrasi, kesehatan dalam bencana alam kesehatan di bumi perkemahan.
Adapun sasaran pokonya adalah melakukan dukunga kesehatan operasional dan pembinaan
terhadap para personel yang secara langsung maupun tidak langsung terlibat dalam kegiatan
dilapangan. Kesehatan kelautan dan bawah air adalah kesehatan matra yang berhubungan
dengan pekerjaan di laut dan erhubungan dengan keadaan lingkungan.
KESIMPULAN
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan karunianya
kami dapat menyelesaikan makalah ini. Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk
memenuhi tugas mata kuliah sistem Komunitas 1 dengan pokoh bahasan Program
Kesehatan / Kebijakan Dalam Menanggulangi Masalah Kesehatan Utama Di Indonesia
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik
dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi
kesempurnaan makalah ini. Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak
yang telah berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga
Tuhan Yang Maha Esa senantiasa meridhoi segala usaha kita.
Kelompok 6 “ISSUE DAN TREND DALAM PELAYANAN
KEPERAWATAN KOMUNITAS”
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Keperawatan sebagai profesi dituntut untuk mengembangkan keilmuannya sebagai
wujud kepeduliannya dalam meningkatkan kesejahteraan umat manusia baik dalam tingkatan
preklinik maupun klinik. Untuk dapat mengembangkan keilmuannya maka keperawatan
dituntut untuk peka terhadap perubahan-perubahan yang terjadi di lingkungannya setiap saat.
Keperawatan medikal bedah sebagai cabang ilmu keperawatan juga tidak terlepas dari adanya
berbagai perubahan tersebut, seperti teknologi alat kesehatan, variasi jenis penyakit dan
teknik intervensi keperawatan. Adanya berbagai perubahan yang terjadi akan menimbulkan
berbagai trend dan isu yang menuntut peningkatan pelayanan asuhan keperawatan.
Berdasarkan fenomena diatas, penulis tertarik untuk membahas Trend dan Isu Keperawatan
Komunitas serta Implikasinya terhadap Perawat di Indonesia. Tuntutan masyarakat terhadap
kualitas pelayanan kesehatan yang semakin meningkat dan mendesak, perlu mendapatkan
perhatian yang serius bagi semua kalangan yang berkompeten, khususnya Dinas Kesehatan
dan Puskesmas.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Defenisi Masyarakat
Manusia disebut sebagai sosial animal yang artinya hewan yang selalu ingin hidup bersama
atau bermasyarakat. Istilah masyarakat berasal dari bahasa arab yaitu syrak yang artinya
salingbergaul dan saling berperan serta. Menurut beberapa ahli, masyarakat didefinisikan
sebagai
berikut:
1. Menurut Maclver dan Page, masyarakat adalah satu sistem dari kebiasakan dan tata
cara wewenang dan kerjasama antara beberbagai kelompok, penggolongan dan
pengawasan tingkah laku, serta kebebasa-kebebasan manusia.
2. Golongan sosial
Adalah suatu kesatuan manusia yang ditandai dengan ciri – ciri tertentu yang sering kali
ciri – ciri itu dikenakan pada mereka dari pihak luar kalangan mereka sendiri, namun
golongan sosial terikat oleh sitem nilai, moral dan adat istiasat tertentu.
Contoh: dinegara indonesia ada konsep golongan pemuda. Golongan ini terdiri atas
manusia yang disatukan berdasarkan ciri – ciri tertentu, yaitu sifat muda. Misalnya
golongan gepeng (gelandangan dan pengamen), golongan ini disatukan berdasarkan ciri
tertentu, yaitu status sosial yang rendah.
3. Komonitas
Adalah suatu kesatuan hidup manusia yang menempati wilayah nyata dan berinteraksi
menurut suatu sistem adat istiadat seta terikat atau dibatasi wilayah geografi.
Contoh: kesatuan – kesatuan seperti kota, desa, RT, RW dan lain – lain.
4. Kelompok
Adalah sekumpulan manusia yang berinteraksi antara anggotanya, mempunyai adat
istiada tertentu, norma – norma yang berkesinambungan dan adanya rasa dentias yang
sama, serta punya organisasi da sistem pimpinan.
Contoh: kelompok yang terikat oleh hubungan keturunan. Misalnya masyarakat batak
yang terikat oleh hubungan organisasi adat, begitu pula dengan kepala adat diminang
kabau.
5. Perhimpunan
Adalah kesatuan manusia yang berdasarkan sifat, tugas atau guna yang sifat hubungannya
berdasarkan kontrak serta pimpinan berdasarkan wewenang dan kontrak.
Contoh: himpunan berdasarkan kelompok ilmu pengetahuan, misalnya organisasi profesi
PPNI (persatua perawat nasional indonesia), IBI (ikatan bidan indonesia), IDI (ikatan
dokter indonesia), PERSAKMI (persatuan sarjana kesehatan masyarakat indonesia), dan
sebagainya.
5. Adanya rasa identitas yang kuat dan mengikat semua warganya seperti: bahasa,
pakaian, simbol – simbol tertentu(perumahan), benda – benda tertentu(mata uang),
alat pertanian dan alin – lain`
2. Masyarakat kota
Ciri – ciri masyarakat kota:
Hubungan didasarkan atas kepentingan pribadi
Hubungan antar masyarakat dilakukan secara terbuka dan saling
memengaruhi
Kepercayaan masyarakat yang kuat akan manfaat ilmu pengetahuan dan
teknologi
Strata masyarakat digolongkan menurut profesi dan keahlian
Tingkat pendidikan formal tinggi dan merata
Hukum yang berlaku adalah tertulis
Ekonomi hampir seluruhnya ekonomi pasar
2. Untuk mencapai visi Puskesmas Idaman tersebut, ditetapakan misi sebagai berikut:
Memastikan Pelanggan Puskesmas.Pelanggan Puskesmas perlu diketahui,
untuk mengetahui seberapa besar potensipasar yang akan kita layani.
Memahami psikografi Pelanggan Puskesmas.Psikografi pelanggan perlu
diketahui untuk mengetahui budaya , perilaku dankebutuhan masyarakat akan
pelayanan kesehatan, sehingga kita dapat mengantisipasi bentuk pelayanan
kesehatan yang sesuai dengan kebutuhan.
a. Tahap persiapan
1) Pembekalan dari departemen komunitas dan dinas kesehatan tentang program
praktek.
2) Penjajakan ke daerah, meliputi wilayah, sistem dalam komunitas, masalah dan
kesehatan utama.
3) Penyusunan instrumen data.
4) Uji coba instrumen pengumpulan data.
5) Pertemuan awal dengan komunitas dan keluarga untuk perkenalan, penjelasan
program praktek dan mengadakan kontrak dengan komunitas.
6) Melaksanakan pendataan dengan melibatkan tokoh-tokoh dan kader kesehatan
setempat.
7) Melakukan tabulasi data, menganalisa data dengan pendekatan demografi,
epidemiologi dan statistik serta membuat visualisasi/penyajian data.
8) Mengidentifikasi pra musyawarah komunitas: menyusun kepanitiaan, menyiapkan
dan melatih masyarakat yang akan terlibat dalam musyawarah dan menyebarkan
undangan.
9) Melaksanakan musyawarah komunitas tingkat RW:
a) Penyajian data hasil pengkajian kesehatan masyarakat
b) Diskusi kelompok untuk menetapkan hasil masalah, prioritas masalah, garis
besar rencana kegiatan
c) Membentuk kelompok kerja kesehatan sesuai dengan masalah yang telah
ditetapkan.
d) Tanggapan-tanggapan dari tokoh-tokoh masyarakat dan petugas kesehatan
dari instansi terkait.
b. Tahap Pelaksanaan:
1) Menyusun kembali rencana kerja hasil musyawarah bersama dengan kelompok
kerja kesehatan.
2) Melaksanakan kegiatan di komunitas bersama-sama dengan kelompok kerja
kesehatan:
a) Pelatihan kader kesehatan
b) Penyuluhan kesehatan
c) Simulasi/demonstrasi
d) Pembuatan model/percontohan
e) Kunjungan rumah (home health care)
f) Kerja bakti, daan lain-lain.
g) Berkoordinasi dengan puskesmas dan instansi terkait dalam pelaksanaan
kegiatan.
c. Tahap Evaluasi:
1) Mengevaluasi setiap kegiatan yang dilakukan di komunitas dalam hal kesesuaian,
kefektifan dan keberhasilan kegiatan serta aktivitas dari komunitas.
2) Mengevaluasi seluruh kegiatan di komunitas dalam hal pencapaian tujuan,
keberhasilan pemecahan masalah dan kemampuan komunitas dalam pemecahan
masalah.