Anda di halaman 1dari 110

TUGAS

MATERI KELOMPOK 1 - 6

Mata Kuliah : Keperawatan Komunitas I


Dosen : Ns. Thirsa Mongi, S.Kep., M.kep

Disusun oleh :

Nama: Tesalonika Karundeng


Nim: 1814201291
Kelas: A3 Keperawatan Semester V

FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS PEMBANGUNAN


INDONESIA MANADO 2020
Kelompok 1 “PENGANTAR KESEHATAN KOMUNITAS DAN KONSEP DASAR
KEPERAWATAN KOMUNITAS”

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kesehatan menurut Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 adalah keadaan sehat,
baik secara fisik, mental, spritual maupun sosial yang memungkinkan setiap orang
untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis. Kesehatan yang optimal bagi setiap
individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat merupakan tujuan dari keperawatan,
khususnya keperawatan komunitas (Ferry Efendi dan Makhfudli, 2009).
Komunitas (community) adalah sekelompok masyarakat yang mempunyai persamaan
nilai (values), perhatian (interest) yang merupakan kelompok khusus dengan batas-
batas geografi yang jelas, dengan norma dan nilai yang telah melembaga (Sumijatun
dkk, 2006).
Keperawatan komunitas ditujukan untuk mempertahankan dan meningkatkan
kesehatan serta memberikan bantuan melalui intervensi keperawatan sebagai dasar
keahliannya dalam membantu individu, keluarga, kelompok dan masyarakat dalam
mengatasi berbagai masalah keperawatan yang dihadapinya dalam kehidupan sehari-
hari (Ferry Efendi dan Makhfudli, 2009).
Keperawatan komunitas lebih menekankan kepada upaya peningkatan kesehatan dan
pencegahan terhadap berbagai gangguan kesehatan dengan tidak melupakan upaya-
upaya pengobatan, perawatan, serta pemulihan bagi yang sedang menderita penyakit
maupun dalam kondisi pemulihan terhadap penyakit (Wahit Iqbal dkk, 2011). Dari
penjelasan diatas maka kelompok tertarik membahas mengenai konsep dasar
keperawatan kounitas.

B. Tujuan
Mahasiswa mampu mengetahui konsep dasar keperawatan komunitas.
BAB II

PEMBAHASAN

Pengantar Kesehatan Komunitas

1. Definisi

 Keperawatan kesehatan komunitas terdiri dari tiga kata yaitu keperawatan, kesehatan
dan komunitas, dimana setiap kata memiliki arti yang cukup luas. Azrul Azwar (2000)
mendefinisikan ketiga kata tersebut sebagai berikut :
1.       Keperawatan adalah ilmu yang mempelajari penyimpangan atau tidak
terpenuhinya kebutuhan dasar manusia yang dapat mempengaruhi perubahan,
penyimpangan atau tidak berfungsinya secara optimal setiap unit yang terdapat dalam
sistem hayati tubuh manusia, baik secara individu, keluarga, ataupun masyarakat dan
ekosistem.
2.      Kesehatan adalah ilmu yang mempelajari masalah kesehatan manusia mulai dari
tingkat individu sampai tingkat ekosistem serta perbaikan fungsi setiap unit dalam
sistem hayati tubuh manusia mulai dari tingkat sub sampai dengan tingkat sistem
tubuh.
3.      Komunitas adalah sekelompok manusia yang saling berhubungan lebih sering
dibandingkan dengan manusia lain yang berada diluarnya serta saling ketergantungan
untuk memenuhi keperluan barang dan jasa yang penting untuk menunjang kehidupan
sehari-hari.
            Menurut WHO (1959), keperawatan komunitas adalah bidang perawatan khusus yang
merupakan gabungan keterampilan ilmu keperawatan, ilmu kesehatan masyarakat dan
bantuan sosial, sebagai bagian dari program kesehatan masyarakat secara keseluruhan guns
meningkatkan kesehatan, penyempumaan kondisi sosial, perbaikan lingkungan fisik,
rehabilitasi, pencegahan penyakit dan bahaya yang lebih besar, ditujukan kepada individu,
keluarga, yang mempunyai masalah dimana hal itu mempengaruhi masyarakat secara
keseluruhan.
 CHN (Community Health Nursing) adalah sebuah sintesis dari praktek keperawatan
dan praktek kesehatan masyarakat yang diterapkan untuk mempromosikan dan melestarikan
kesehatan penduduk Tidak terbatas pada kelompok umur tertentu diagnosis, dan terus, tidak
episodik. Promosi kesehatan, pemeliharaan, pendidikan kesehatan, manajemen, koordinasi,
dan kontinuitas perawatan perawatan kesehatan individu, keluarga, kelompok, dalam
masyarakat (ANA di Stanhope dan Lancaster, 1999).
2.      Sejarah Perkembangan Keperawatan Komunitas
         Pembagian era sejarah perkembangan keperawatan komunitas
1. Empirical health era (< 1850 )
Pendekatan kearah symptom/gejala yg dikeluhkan si sakit, pendidikan,
yankes, penelitian berorientasi pada gejala penyakit
2.  Basic science era (1850-1900)

Ditemukannya laboratorium, Ilmu kesehatan berkembang ke arah penyebab


terjadinya penyakit yg dpt dibuktikan secara laboratoris.
3. Clinical science era ( 1900-1950)

Ilmu kesehatan, bagaimana mendiagnosis, mengobati dan memulihkan


individu yg menderita sakit tertentu/ Patient oriented.
4.   Publc health science era (1950-2000)

Mulai dikembangkan kesehatan masyarakat (public health), yankes tdk lagi


mengutamakan upaya kuratif tetapi juga memikirkan upaya promotif dan
rehabilitatif.
5.  Political health science era (sekarang)
- Konsep pendekatan terhadap semua penduduk.
- Masalah yang dihadapi meliputi : environment, health services, behavior dan
herediter.                                                                          

3. Definisi Sehat

Sehat adalah suatu kondisi terbebasnya seseorang dari gangguan pemenuhan


kebutuhan dasar manusia atau komunitas. Sedangkan kesehatan suatu keadaan sejahtera
sempurna yang lengkap, meliputi: kesejahteraan fisik, mental, dan sosial bukan semata-mata
bebas dari ppenyakit atau kelemahan, disamping itu juga mampu produktif.
Menurut WHO (1947), yang dikatakan sehat adalah suatu keadaan yang lengkap,
meliputi: kesejahteraan fisik, mental, dan sosial bukan semata-mata bebas dari penyakit atau
kelemahan. Dalam konsep sehat WHO tersebut diharapkan adanya keseimbangan yang serasi
dalam interaksi antara manusia dan makhluk hidup lain dengan lingkungannya. Sebagi
konsekuensi dari konsep WHO tersebut, maka yang dikatakan manusia sehat adalah:
1. Tidak sakit
2. Tidak cacat
3. Tidak lemah
4. Bahagia secara alami
5. Sejahtera secara sosial
6. Fit secara jasmani. Hal tersebut diatas sangat ideal den sulit dicapai karena salah
satu faktor penentunya adalah faktor lingkungan yang sulit untuk dikembalikan.
4. Indikator Sehat
Berikut ini adalah indikator yang berhubungan dengan derajat kesehatan masyarakat:
1. Indikator menurut sistem kesehatan nasional ;
a. Life span, yaitu lamanya usia harapan untuk hidup dari masyarakat, atau dapat
juga dipandang sebagai derajat kematian masyarakat yang bukan karena mati
tua.
b. Disease or Infirmity, yaitu keadaan sakit atau catat secara fisiologis dan
anatomis dari masyarakat .
c. Discomfort or illness, yaitu keluhan sakit dari masyarakat tentang keadaan
somatik, kejiwaan, maupun sosial dari dirinya.
d. Disability or incapacity, yaitu ketidakmampuan seseorang dalam masyarakat
untuk melakukan pekerjaan dan menjalankan peranan sosialnya karena sakit.
e. Participation in healthy care, yaitu kemampuan dan kemauan masyarakat
untuk berpartisipasi dalam menjaga dirinya untuk selalu dalam keadaan sehat.
f. Healthy behavior, yaitu perilaku nyata dari anggota masyarakat secara
langsung berkaitan dengan kesehatan.
g. Ecologic behavior, yaitu perilaku masyarakat terhadap lingkungan, spesies
lain, SDA, dan ekosistem
h. Social behavior, yaitu perilaku anggota masyarakat terhadap sesamanya,
keluarga, komunitas, dan bangsanya.
i. Interpesonal relationshif, yaitu kualitas komunikasi anggota masyarakat
terhadap sesamanya.
j. Reserver or positive health, yaitu daya tahan anggota masyarakat terhadap
penyakit atau kapasitas anggota masyarakat dalam menghadapi tekanan-
tekanan somatik, kejiwaan dan sosial.
k. External satisfaction, yaitu rasa kepuasan anggota masyarakat terhadap
lingkungan sosialnya meliputi : rumah,sekolah,pekerjaan,rekreasi,transportasi,
dan sarana pelayanan kesehatan yang ada.
l. Internal satisfaction, yaitu kepuasan anggota masyarakat terhadap seluruh
aspek kehidupan dirinya sendiri.

2. Indikator sehat menurut WHO :


a. Indikator yang berhubungan dengan keadaan status kesehatan masyarakat,
meliputi :
 Indikato komprehensif, angka kematian kasar/CDR (crue date rate)
menurun, rasio angka kematian (mortalitas) proposional menurun, dan
usia harapan hidup meningkat (life expectency rate)
 Indikator spesifik, angkat kematian ibu dan anak menurun, angkat
kematian karena penyakit menular menurun, dan angka kelahiran
menurun.
b. Indikator pelayanan kesehatan
 Rasio antara tenaga kesehatan dan jumlah penduduk seimbangan
 Distribusi tenanga kesehatan merata
 Informasi lengkap tentang jumlah tempat tidur dirumah sakit dan fasilitas
kesehatan lain
 Informasi tentang jumlah sarana pelayanan kesehatan, diantaranya : RS,
Puskesmas, rumah bersalin, poli klinik dan pelayanan kesehatan lainnya.

1. Karateristik dan Perilaku Sehat


 Berikut adalah karateristik sehat :
1. Adanya peningkatan kemampuan dari masyarakat untuk hidup sehat.
2. Mampu mengatasi masalah kesehatan sederhana melalui upaya pengangkatan
kesehatan (Health Promotion), pencegahan penyakit (Health Prevention),
penyembuhan penyakit (Curative Health), dan pemulihan kesehatan
(Rehabilitatif Health), terutama untuk ibu dan anak.
3. Berupaya untuk meningkatkan kesehatan lingkungan, terutama penyediaan
sanitasi dasar yang dikembangkan dan di manfaatkan oleh masyarakat untuk
meningkatkan mutu lingkungan hidup.
4. Selalu meningkatkan status gizi masyarakat berkaitan dengan peningkatan
status sosial ekonomi masyarakat.
5. Berupaya selalu menurunkan angka kesakitan dan kematian dari berbagai
sebab dan penyakit.
 Berikut adalah perilaku-perilaku yang berkaitan dengan upaya atau kegiatan
seseorang untuk mempertahankan dan meningkatkan kesehatannya. Perilaku ini
mencakup antara lain:
1. Menu seimbang
2. Olahraga teratur
3. Tidak merokok
4. Tidak minum-minuman keras dan narkoba
5. Istirahat yang cukup
6. Mengendalikan stress
7. Perilaku atau gaya hidup lain yang positif bagi kesehatanKesehatan .

Konsep Dasar Keperawatan Komunitas


1. Definisi komunitas
Menurut WHO (1974), komunitas adalah suatu kelompok sosial yang di
tentukan oleh batas-batas wilayah, nilai-nilai keyakinan dan minat yang sama,
serta ada rasa saling mengenal dan interaksi antara anggota masyarakat yang satu
dengan masyarakat lainnya.
Sedangkan, Keperawatan Komunitas menurut Departemen Kesehatan RI
(2003) menyebut keperawatan kesehatan masyarakat sebagai pelayanan
keperawatan profesional yang merupakan perpaduan antara konsep kesehatan
masyarakat dan konsep perawatan, yang ditujukan untuk seluruh masyarakat,
dengan penekanan pada kelompok risiko tinggi.

2. Falsafah
Keperawatan komunitas merupakan pelayanan yang memberikan perhatian
terhadap pengaruh lingkungan baik biologis, psikologis, sosial, kultural, dan
spiritual kesehatan komunitas. Selain itu, hal ini juga memberikan prioritas para
strategi pencegahan penyakit dan peningkatan kesehatan. Falsafah yang melandasi
keperawatan komunitas mengacu pada falsafah atau paradigma keperawatan
secara umum, yaitu: manusia merupakan titik sentral dari segala upaya
pembangunan kesehatan yang menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan.

3. Tujuan
Tujuan keperawatan komunitas adalah untuk pencegahan dan peningkatan
kesehatan masyarakat melalui upaya-upaya sebagai berikut.
a. Pelayanan keperawatan secara langsung (Direct care) terhadap individu,
keluarga, dan kelompok dalam konteks komunitas.
b. Perhatian langsung terhadap kesehatan seluruh masyarakat (Health General
Community) dengan mempertimbangkan permasalahan atau isu kesehatan
masyarakat yang dapat memengaruhi keluarga, individu, dan kelompok.

4. Strategi perencanaan Keperawatan Komunitas

Menurut Mubarak dan Chayatin (2013);Stanhope & Lancaster (2016),


strategi intervensi keperawatan komunitas meliputi hal-hal sebagai berikut :

1. Proses Kelompok

Kelompok terdiri dari orang-orang yang dapat mempengaruhi perilaku


kesehatan dan mendorong praktik kesehatan. Sementara itu, proses kelompok
menggambarkan prosedur yang selalu berkembang dan dapat menyesuaikan
diri pada setiap perubahan kondisi.

Beberapa konflik dapat terjadi dalam proses kelompok , sehingga


diperlukan komunikasi, motivasi dan keragaman dalam
penyelsaian/intervensi. Jika masyarakat menyadari penanganan individual
tidak mampu mencegah atau memberantas penyakit tertentu, maka mereka
telah menggunakan proses kelompok sebagai pendekatan pemecahan masalah
kesehatan.

2. Pendidikan Kesehatan (Health Promotion)

Pendidikan kesehatan adalah proses perubahan perilaku yang dinamis.


Dapat diartikan juga sebagai upaya pembelajaran masyrakat agar bersedia
melakukan tindakan guna meningkatkan dan memelihara kesehatannya.
Perubahan perilaku tersebut terjadi karena adanya kesadaran dari dalam
individu, kelompok, maupun masyarakat itu sendiri.

3. Kerjasama (Partnership)

Berbagai persoalan kesehatan yang terjadi dalam lingkungan


masyarakat jika tidak ditangani dengan baik akan menjadi ancaman bagi
lingkungan masyarakat luas. Oleh karena itu, kerja sama sangat dibutuhkan
dalam upaya asuhan keperawatan komunitas. Melalui upaya kerja sama,
berbagai persoalan di dalam lingkungan masyarakat akan dapat diatasi
dengan lebih cepat.

4. Pemberdayaan (Empowerment)

Menurut Hitchcock, Schubert, dan Thomas (1999), konsep


pemberdayaan dapat diartikan sebagai proses pemberian kekuatan atau
dorongan sehingga membentuk interaksi transformatif kepada masyarakat,
antara lain adanya dukungan, pemberdayaan, kekuatan ide baru, dan kekuatan
mandiri untuk membentuk pengetahuan baru.

5. Sasaran Keperawatan Komunitas


Sasaran keperawatan komunitas dijabarkan melalui uraian berikut
(Mubarak & Chayatin, 2013)

1. Tingkat individu

Individu adalah bagian dari anggota keluarga yang berwujud sebagai


kesatuan utuh dari aspek biologi, psikologi, sosial, dan spiritual. Jika seorang
individu memiliki masalah kesehatan karena ketidakmampuannya merawat
diri sendiri, maak dapat mempengaruhi anggota keluarga lain, dan keluarga
yang tinggal dilingkungan sekitar mereka. Apabila individu tersebut
mempunyai masalah kesehatan maka perawat akan memberikan asuhan
keperawatan pada individu tersebut. Pelayanan pada tingkat individu dapat
dilaksanakan pada rumah atau puskesmas, meliputi penderita yang
memerlukan pelayanan tindak lanjut yang tidak mungkin dilakukan asuhan
keperawatan di rumah dan perlu kepuskesmas, penderita resiko tinggi seperti
penderita penyakit demam darah dan diare. Kemudian individu yang
memerlukan pengawasan dan perawatan berkelanjutan seperti ibu hamil, ibu
menyusui, bayi dan balita.

2. Tingkat keluarga

Keluarga merupakan unit terkecil masyarakat Jika salah satu atau


beberapa anggota keluarga memiliki masalah kesehatan, dapat berpengaruh
terhadap anggota keluarga lain dan keluarga yang tinggal di sekitarnya.
Masalah kesehatan keluarga dapat disebabkan oleh faktor fisiologis,
psikologis, sosiokultural, serta perkembangan dan spiritual yang dapat saling
berinteraksi (Stanhope & Lancaster (2016).

3. Tingkat kelompok

Kelompok, khususnya dalam berbagai tatanan, merupakan sekelompok


invividu yang memiliki kesamaan, usia, jenis kelamin, serta problematika.

4. Masyarakat
Menurut Depkes (2006), keperawatan komunitas menyasar pada
masyarakat yang rentan atau mempunyai risiko tinggi terhadap timbulnya
masalah kesehatan sebagai berikut :

a. Masyarakat suatu wilayah (RT, RW, kelurahan, desa) yang memiliki


jumlah bayi meninggal lebih tinggi dibandingkan daerah lain.
b. Masyarakat di daerah endemis penyakit menular (diare, demam berdarah,
dan sebagainya), seperti : masyarakat di lokasi atau barak pengungsian
akibat bencana atau lainnya.

BAB III

PENUTUP
1. Kesimpulan
Keperawatan komunitas merupakan sintesis teori keperawatan dan teori kesehatan
masyarakat untuk promosi, pemeliharaan dan perawatan kesehatan populasi melalui
pemberian pelayanan keperawatan pada individu, keluarga dan kelompok yag
mempunyai pengaruh terhadapat kesehatan komunitas. Tujuan proses keperawatan
dalam komunitas adalah untuk pencegahan dan peningkatan kesehatan masyarakat.
Keperawatan kesehatan masyarakat harus mempertimbangkan beberapa  prinsip, yaitu
kemanfaatan, kerjasama, secara langsung, keadilan dan otonomi klien.  Sasaran dari
perawatan kesehatan komunitas adalah individu, keluarga, kelompok khusus,
komunitas baik yang sehat maupun sakit. Keperawatan komunitas merupakan
pelayanan yang memberikan pelayanan terhadap pengaruh lingkunngan (bio-psiko-
sosial-cultural-spritual) terhadap kesehatan komunitas dan memberikan prioritas pada
strategi pencegahan penyakit dan peningkatan pencegahan.
Pelayanan yang diberikan oleh keperawatan komunitas mencakup kesehatan
komunitas yang luas dan berfokus pada pencegahan yang terdiri dari tiga tingkat yaitu
pencegahan primer, sekunder dan tertier. Intervensi keperawatan komunitas dapat
dilakukan dengan proses kelompok (group process), pendidikan kesehatan (health
promotion) dan kerjasama (partnership).

2. Saran
Dengan adanya makalah ini maha diharapkan dapat menambah sumber bacaan
bagi mahasiswa keperawatan khusus pada mata kuliah keperawatan komunitas.

Kelompok 2” EPIDEMIOLOGI KEPENDUDUKAN”

BAB 1

PENDAHULUAN

A.Latar belakang

Epidemiologi merupakan dasar dari ilmu kesehatan masyarakat.bisa di katakan”the master of


public health is epidemiologi’’.masa sekarang ini ,epidemiologi masih di anggap sebagai ilmu yang
relatif masih baru,tetapi sejarah epidemiologi tidak dapat di pisahkan dengan masa dimana manusia
mulai mengenal penyakit menular.pengertian epidemiologi dari arti katanya yaitu epi
:pada/tentang,damos :penduduk san logis:ilmu.dalam arti sempit. Epidemiologi berarti ilmu yang
mempelajari tentang epidemi.sedangkan dalam arti luas,epidemiologi berarti ilmu yang mempelaei
frekuensi dan penyebab masalah kesehatan pada kelompok manusia serta faktor-faktor yang
mempengaruhiny yang kemudian di gunakan untuk mengatasi masalah kesehatan.berbagai definisi
dan pengertian telah di kemukakan oleh para ahli epidemiologi, yang pada dasarnya memiliki
persamaan prngertian yaitu epidemiologi adalah suatu ilmu yang mempelajari,menganalisis,serta
berusaha memecahkan berbagai masalah kesehatan maupun masalah yang erat kaitanya dengan
kesehatan pada suatu kelompok penduduk tertentu.sedangkan meyode epidemiologi merupakan
cara mendekatan ilmiah dalaam mencari faktor penyebab serta hubungan sebab akibat terjadinya
peristiwa tertentu pada suatu kelompok penduduk tertentu.oleh karena itu dalam
penggunaannya,epidemiologi berkaitan erat dengan disiplin ilmu yang lain,baik bidang eksakta
maupuan non eksakta (sosial).sifat dasar epidemiologi yaitu lebih mengarahkan diri pada kelompok
penduduk/masyarakat dari pada perorangan,serta menilai peristiwa yang ada dalam masyarakat
serta kuantitatif(menggunakan rate atau semacamnya

B.tujuan

1.tujuan umum

Pembuatan makalah ini untuk memahami tentang epidemioligi kependudukan

2.tujuan khusus

a.dapat mengetahui tentang pengertian epidemiologi

b.dapat mengetahui tentang prngertian epidemiologi kependudukan

c.dapat mengetahui manfaat dari epidemiologi kependudukan

BAB II
PEMBAHASAN
A.pengertian epidemiologi kependudukan
Merupakan salah satu cabang ilmu epidemiologi yang menggunakan sisitem
pendekatan epidemiologi dalam menganalisis berbagai permasalahan yang berkaitan
dengan demografi serta faktor-faktor yang memengaruhi berbagai perubahan demografis
yang terjadi didalam masyarakat.sistem pendekatan epidemiologi kependudukan tidak
hanya memberikan analisis tentang sifat karakteristik penduduk secara demografis dalam
hubungannya dengan masalah kesehatan dan penyakit dalam masyarakat tetapi juga sangat
berperan dalam berbagai aspek kependudukan serta keluarga berencana.pelayanan melalui
jasa,yang erat hubungannya dengan masyarakat seperti pendidikan,kesejatraan
rakyat,kesempatan kepegawaia,sangat berkaitan dengan keadaan serta sifat populasi yang
dilayani.dalam hal ini peranan epidemiologi kependudukan sangat penting untuk digunakan
sebagai dasar dalam/mengambil kebijakan dan dalam menyusun perencanaan yang
baik.juga sedang dikembangkan epidemiologi system repreduksi yang erat kaitannya
dengan gerakan keluarga berencana dan kependudukan
Demografis dapat juga bersifat antar disiplin karena erat hubungannya dengan disiplin-
disiplin lain seperti matematika,biologi,kedokteran,geografi,sisiologi dan ekonomi.
Dalam study tentang keluarga dapat di lihat bagaimana demografi hubungan dengan
disipli-disiplin lainnya.sebenarnya ahli demografi tertarik terhadap besar dan susunan
sesuatu keluarga.seorang sejarahwan,terutamma ahli demigrafi sejarah,tertarik kepada
bentuk keluarga pada masa lalu dan aspek askep seperti usia kawin,susunan dan besarna
keluarga.karena keluarga adalah kesatuan dasar kegiatan sosial,paka para ahli sisiologi dan
anthropogi juga tertarik misalnya kepeda status,perananan dan pengambilan kepetusan
pada anggota keluarga.mengapa orang menginginkan anak anak?adalah suatu pertanyaan
yang menarik perhatian seorang ahli psikologi.dalam beebrapa masyarakat,suatu keluarga
besar membawa status tertentu bagi ibu dan keluarga. Para ahli ekonomi memandang
keluarga sebagai satu kesatuan ekonomi dan penilitiannya meliputi hal hal seperti biaya
hidup anak dan juga menarik perhatian ahli demografi.Sebuah contoh yang lebih khusus
adalah hubungan antara demografi dan epidemiologi.kedua kata berasal dari
kata``demos”sebuah kata yunani untuk”penduduk”.epidemi terjadi jika suatu penyakit
menyerang sejumlah besar penduduk pada saat yang sama.meskipun
demikian,epidemiologi tidak hanya mempelajari epidemi saja tetapi kini meliputi
morbiditas(penilitian tentang penyakit dan juga salah satu akibatnya ,yaitu mortalitas.
Dalam demografi itu sendiri,ada perbedaan penting antara demografi format(disebut
juga demografi matematika atau analisa)dan studi kependudukan.seorng ahli demografi
formal biasanya seorng ahli matematika karena demografi formal menyangkut fariabel-
fariabel demografi dalam bentuk matematika
B.data kependudukan
Ada tiga sumber pokok data kependudukan:
1.sensus penduduk
2.survei sampel demigrafi
3.sistem registrasi
a.registrasi vital(catatan peristiwa-peristiwa penting seperti kelahiran,kematian dan
b.registrasi penduuduk
4.statistik migrasi internasional
Dahulu sensus sering di hubungkan dengan pengumutan pajak dan kata’’sensus``
berasal dari kata latin “censere” yang berarti menaksir atau mengumut pajak.selain
itu,sensus juga di hubungkan dengan kepentingan militer:orang yahudi kuno menghitung
jumlah laki-laki dewasa pada masa perang dan juga pada waktu persediaan pangan
berkurang.sekarang informasi sensus bersifat rahasia dan hanya boleh di gunakan untuk
analisis statistik saja.sedangkan data pribadi tidak di terbitkan.yang mengangap sensus ada
hubungan dengan pajak,relatif sedikit jumlahnya,tetapi di beberapa negara.sensus masih di
anggap menggangu keluluasan pribadi.
Diamerika serikat, suatu kemajuan penting terjadi dengan disusunnya undang-undang
dasar tahun 1797 yang mengharuskan negara itu melaksanankan sensus setiap 10
tahun.sensus dilaksanakan dalam jangka waktu tertentu,biasanya 10 atau 5 tahun
memudahkan perbandiangan.ciri-ciri khas sensus modern lainnya adalah universal dan
serentak.artinya,setiap individu di cacat pada waktu yang bersamaan.
b.Survei sampel
Suatu survei sampel lebih murah karena hanya meliputi penduduk yang dipilih sebagai
wakil penduduk.namun demikian,proses pemilihan ini dapat menimbulkan kesalahan
sampel(sampling eror)yang tidak akan terjadi jika seluruh penduduk di cacah.malah lain
yang timbul adalah karena suatu sampel nasional secara relatif jumlahnya tidak besar, ada
kemungkinan daerah atau unit yang kecil.(misalnya suatu desa) tidak terwakili sehinggah
deangan sendirinya sangat sukar menentukan karakterisrik daerah ini.dari suatu sampel
dapat di peroleh keterangan-keterangan yang lebih terperinci dan berkualitas lebih baik dari
pada suatu sensus ,karena lebih banyak waktu dan tenaga dapat di curahkan setiap
wawancara.sebuah pernyataan dalam sensus misalnya,dapat menunjukan beberapa jumlah
anak disetiap wanita,namun demikian untuk memperoleh mengenai perincian.
C.Registrasi vital
Sensus dan survei mengambarkan keadaan penduduk pada suatu waktu
tertentu.statistik vital merupakan sumber utama untuk mengetahui perubahan penduduk
karena karakteristik ini dikumpulkan secara kontinu dalam berbagai buku registrasi yang
biasanya meliputi kematian,kelahiran dan perkawinaan.catatan-catatan tentang hal ini telah
disimpan oleh beberapa gereja di eropa sejak abab ke 14,tetapi sistem prncatatan sipil yang
resmi baru berkembang pada abab ke 19 dan 20.jika registrasi di laksanakan dengan cermat
dan diwajibkan seperti diaustrlia dan di negara-negara baju lainnya.jumlah kelahiran dan
kematian dapat dianalisis bersama-sama deangan sensus terakhir dan statistik migrasi untuk
memungkinkan perhitungan tingkat kelahiran dan tingkat kematian,serta memperkirakam
jumlah penduduk pada setiap waktu.karena para petugas kesehatan masyarakan
menekankan pentingnya mencegah penyakit dan mengurangi kematian maka analisis hal-
hal tertentu dari data registrasi(sebab kematian,umur waktu meningal dan pekerjaan
almarhum/almahumah)makin dibutuhkan.meskipun demikian, dibanyak negara
berkembang sangat biaya di perlukan untuk menyelenggarakan suatu sistem registrasi yang
lengkap,sehinggah dalam jangka waktu bebera pa dasawarsa mendatang,buku registrasi
agaknya dapat diandalkan untuk memberikan data demografi yang betul-betul dan dapat
terpercaya.
c.buku registrasi pendek
e.statistik migrasi internasional
f.membandingkan data demografi
C.Fertilitas
1.Beberapa perbedaan fertilitas(fertility differentia)
Semua variabel antara langsung mempengaruhi fertilitas, sedangkan variabel lainnya
yaitu variabel pengaruh,hanya dapat mempengaruhi fertilitas secara tidak
langsung.jafi,variabel pengaruh antar fertilitas.tentu saja,gambar 4B sangat
disederhanakan.mrisalnya,sikap terhadap besarnya keluarga ideal mungkin mempengaruhi
fertilitas,tetapi juga mungkin sebaliknya.variabel pengaruh(seperti pendidikan,penghasilan
dan pekeejaan),mungki juga berkaitan sehingga pengaruh relatifnya terhadap fertilitas
jsukar chTentukan.pada masa lalu para penilitian cenderung memusatkan perhatian kepada
variabel-antara atau kepada variabel pengaruh.baagaimana pun juga.survei fertilitas dunia
mengharapkan agar keduanya digunakan apabila akan dibuat sesuatu analisis yang tajam
tentang Fertilitas.
2.Fertilittas dan status sosial ekonomi
Wrong percaya bahwa norma yang menunjukan penduduk dari golongam status
ekonomi yang lebih rendah mempunyai fertilitas yang relafif lebih tinggi,hampir dapat
dikatakan sebagai suatu hukum sosial ekonomi.ketika 1 survei diindia dan ditempat lain
menunjukan hasil yang sebaliknya,datanya anti dengan alasan bahwa wanita wanita dari
kelas rendah cenderung lupa jumlah anak yaang pernah dilahirkannya.Hull and Hull(1977)
mampu menantang Hukum yang terkenal iu karena datanya dianalisis menurut variabel-
variabel berpengaruh dan juga menurut variabel-antra.hasil studi mereka di sebuah
desa.tenggah menunjukan bahwa kelompok istri yang berpenghasilan tinggi melaporkan
jumlah anak yang lebih banyak.apakah hal ini karena wanita yang miskin kurang
memperhatikan jumlah kelahiran?
Kesimpulan bahwa perbedaan perbedaan memang tidak dibuat buat.perkawinan wanita
yang lebih miskin kurang stabil,masa abstinensinya setelah bersalin lebih lama mereka lebih
mungkin menjadi mandul
3.Fertilitas dan Pendidikam
Menurut HOLSINGER dan KASARDA(1976:154),meskipun kenaikan tingkat pendidikan
menghasilkan tingkat kelahiran yang rendah,tetapi hubungan kedua variabel ini belum
benar-benar terbukti.pendidikan jelas mempengaruhi usia kawin karena pelajar dan
mahasiswa pada umumnya berstatus bujangan.lagi pula,jika pendidikan meningkat,maka
pemakaian alat-alat kontrasepsi juga meningkat.Hawthorn(1970:42)menyatakan bahwa
dalar,semua masyarakat`kesadaran akan pembatasan kelahiran memang tergantung’ pada
latar belakang daerah kota atau tempat tinggal pendidikan dan penghasilan pendidikan yang
kuat berpengaruh terhadap fariabel-fariabel!pengaruh lainnya seperti sikap terhadap
besarnya keluarga ideal,dan nilai anak.menurut Bouge(2969:676),pendidkan menunjukan
pengaruh yang lebih kuat terhadap fertilitas dari pada variabel-variabel yang
lain.mengetahui merupakan salah satu contoh dimana kedua variabel mempunyai
hubungan yang berlawanan.pada tahun 2960,wanita yang berumur diatas 50thn mempunyai
rata-rata 5,7 bagi yang tidak berpendidikam,5,2 bagi yang berpendidikan pertama dan 3,4
bagi yang berpendidikan tinggi menengah.
4.Perbedaan desa kota
Di negara-negara maju,fertilitas didaerah perdesaan biasanya lebih tinggi dari pada di
daerah kota.di beberapa negara seperti Polandia sanyugoslavia,perbedaan ini justru lebih
dari 30%(United Nations,1976:48).diaustralia pada 1911,jumlah anak bagi wanita usia 45-49
tahun rata-rata adalah 4,2 sedangkan diperdesaan sebesar4,8 menjelang 1966,angka ini
turun menjadi 2,7 dikota,dan di daerah perdesaan 3,2
5.Agama dan fertilitas
Agama tentu saja merupakan salah satu variabel pengaruh yang penting.orang
katolik seringkali mempunyai fersilitas yang lebih tinggi daripada penganut agama yahudi
atau protestan.dan kebanyakan penelitian menunjukan bahwa agama islam sering
mempunyai fertilitas yang tinggi dari pada yang bukan lain.masing- masing hipotesa
dibawah ini mencoba menerangkan bahwa bagaimana dapat memengaruhi perbedaan
fertilitas.

6.fertilitas orang katolik


Doktrin katolik roma sebenarnya pronatalis.karena mendukung keluaga besar dan
menolak cara-cara pembatasan kelahiran yang paling efesien.meskipun demikian,banyak
orang katolik menggunakan cara-cara tersebut dan beberapa negara yang mayoritas
penduduknya agama katolik seperti prancis,australia Dan Luzemburg,mempunyai tingkat
fertili sasi yang sangat rendah.
7.Fertilitas kaum muslim
Ada lebih dari 22 negara dengan mayoritas penduduknya beragama islam dan
penganut agama ini disebut kaum muslim,barangkali berjumlah sekitar seperlima penduduk
dunia.krik(1966-567) telah mencatat bahwa feryilisasi kaum muslim.pada umumnya
tinggi,tidak nyata menunjukan tren penting dari waktu kewaktu,umumnya lebih tinggi dari
pada negara negara tetangganya yang mayoritas penduduknya beragama lain.oleh karena
itu kirk manarik kesimpulan bahwa hubungan antra agama dan fertilitas itu lebih erat dari
pada kaum muslim dari pada agama lain.

BAB III
PENUTUP
A.Kesimpulan
Merupakan salah satu cabang ilmu epidemiologi yang mrnggunakan syaarat
pendekatan epidemiologi dalam menganalisis berbagai permasalahan yaang berkaitan
dengan bidang demografi serta faktor-faktor yang memengaruhi berbahagi perubahan
demografis yang terjadi didalam masyarakat.sistem pendekatan epidemiologi
kependudukan tidak hanya memberikan analisis tentang sifat karaktekristik penduduk
secara demografis dalam hubungannya dengam masalah kesehatan dan penyakit dalam
masyarakat tetapi juga berperan dalam berperan dalam berbagai askep kependudukan
serta keluarga berencana.pelayanan melalui jasa,yang erat hubungannya dengan
masyarakat seperti pendidikan,kesejatraan masyarakat,kesempatan kepegawaian,sangat
berkaitan dengaan keadaan serta sifat pupolasi yang dilayani.dalam hal ini peran
epidemiologi kependudukan sangat penting digunakan sebagai dasar dalam/mengambil
kebijakan dan dalam menyususn perencanaan yang baik.
B.Saran
Berdasarkan beberapa kesimpulan diatas maka.kami mengajukan beberapa saran
yang ditunjukan kepada diri sendiri dan mengajak kepada teman-teman untuk mrnjadi
bahan pertimbangan dan masukan demi meningkatkan mutu kualitas kita sebagai perawat
perlunya mempelajari secara mendalam tentang epidemiologi kependudukan

Kelompok 3” KOMUNITAS SEBAGAI KLIEN”

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Keperawatan komunitas merupakan suatu sistem dari praktek keperawatan dan
praktik kesehatan masyarakat yang diterapkan untuk meningkatkan serta memelihara
kesehatan penduduk.
Seiring dengan berjalannya waktu dan bertambahnya kebutuhan pelayanan
kesehatan menuntut perawat saat ini memiliki pengetahuan dan keterampilan
diberbagai bidang. Saat ini didunia kesehatan semakin berkembang , dimana perawat
memiliki peran yang lebih luas dengan penekanan pada peningkatan kesehatan dan
pencegahan penyakit , juga memandang klien secara kemprehensif. Perawat dianggap
sebagai salah satu profesi kesehatan yang harus dilibatkan dalam pencapaian tujuan
pembangunan kesehatan baik di dunia maupun di Indonesia.
Dalam menjalankan visi misinya tentu perawat komunitas memiliki peran dan
fungsi. Diantaranya peran yang dapat dilaksanakan adalah sebagai pelaksana
pelayanan keperawatan , pendidik , koordinator pelayanan kesehatan , pembaharu
(innovator) , pengorganisasian pelayanan kesehatan (organizer) , panutan (role model)
, sebagai fasilitator (tempat bertanya), dan sebagai pengelola (manager). Selain peran
perawat juga meiliki fungsi , diantaranya adalah fungsi independen , fungsi dependen
dan fungsi interdependen. Dengan tanggung jawab fungsi dan peran tersebut
kehadiran perawat diharapkan mampu meningkatkan status kesehatan masyarakat.

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Keperawatan Komunitas


Pengertian Komunitas adalah :
1. Komunitas adalah sekelompok individu yang tinggal pada wilayah tertentu ,
memiliki nilai-nilai keyakinan dan minat yang relatif sama , serta berinteraksi satu
sama lain dengan mencapai tujuan.
2. WHO tahun 1974 mengartikan komunitas sebagai suatu kelompok sosial yang
ditentukan oleh batas-batas wilayah , nilai-nilai keyakinan dan minat yang sama ,
serta ada rasa saling mengenal dan interaksi antara anggota masyarakat yang satu
dan lainnya.
3. Spradley (1985) , komunitas sebagai sekumpulan orang yang saling bertukar
pengalaman penting dalam hidupnya.

Pengertian Keperawatan Komunitas adalah :

1. Suatu sintesa dari praktek perawatan dan praktek kesehatan masyarakat yang
diterapkan dan memelihara kesehatan penduduk (ANA.1973).
2. Mencakup kesehatan keperawatan keluarga ( nurse health family ) dan juga
meliputi kesehatan dan kesejahteraan masyarakat luas , membantu masyarakat
mengidentifikasi masalah kesehatan sendiri serta memcahkan masalah sebagai
perorangan maupun secara koleksi sebagai keluarga , kelompok khusus atau
masyarakat untuk memperoleh tingkat kesehatan yang lebih tinggi dari individu ,
keluarga dan masyarakat ( WHO, 1974 ).
3. Keperawatan kesehatan masyarakat adalah suatu upaya pelayanan keperawatan
yang merupakan bagian internal dari pelayanan kesehatan yang dilaksanakan oleh
perawat dengan mengikutsertakan team kesehatan lain dan masyarakat untuk
memperoleh tingkat kesehatan yang lebih tinggi dari individu , keluarga , dan
masyarakat ( Depkes RI, 1986 ).

B. Sejarah Perkembangan Keperawatan Komunitas


Perkembangan kesehatan masyarakat di Indonesia dimulai pada abad ke-16 ,
yaitu dimulai dengan adanya upaya pembatasan penyakit cacar dan kolera yang
sangat ditakuti oleh masyarakat saat itu. Penyakit kolera masuk ke Indonesia tahun
1927 , dan pada tahun 1937 terjadi wabah kolera eltor. Selanjutnya tahun 1948 cacar
masuk ke Indonesia melalui singapura dan mulai berkembang di Indonesia , sehingga
berawal dari wabah Kolera tersebut pemerintah Belanda ( pada waktu itu Indonesia
dalam penjajahan Belanda) melakukan upaya-upaya kesehatan masyarakat. Gubernur
Jenderal Deandles pada tahun 1807 telah melakukan upaya pelatihan dukun bayi
dalam praktik persalinan. Upaya ini dilakukan dalam rangka menurunkan angka
kematian bayi yang tinggi. Namun , upaya ini tidak bertahan lama , akibat langkahnya
tenaga pelatih kebidanan. Baru kemudian ditahun 1930 , program ini dimulai lgi
dengan didaftarkannya dukun bayi sebagai penolong dan perawat persalinan pada
tahun 1851 berdiri sekolah dokter Jawa oleh Dr. Bosch dan Dr. Blekker , Kepala
pelayanan kesehatan sipil dan militer di Indonesia. Sekolah ini dikenal dengan nama
STOVIA ( School Tot Oplelding Van indiche Arsten ) atau Sekolah Pendidikan
Dokter Pribumi pada tahun 1913 didirikan Sekolah dokter ke-2 di Surabaya dengan
nama NIAS ( Nederland Indische Artsen School ). Pada tahun 1927 STOVIA berubah
menjadi sekolah kedokteran dan sejak berdirinya Universitas Indonesia tahun 1947 ,
STOVIA berubah menjadi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Selain itu , perkembangan kesehatan masyarakat di Indonesia juga ditandai
dengan berdirinya pusat laboratorium Kedokteran di Bandung tahun 1888 – 1938
pusat laboratorium ini berubah menjadi lembaga Eykman. Selanjutnya , laboratorium-
laboratorium lain juga didirikan di kota-kota seperti Medan , Semarang , Makassar ,
Surbaya , dan yogyakarta dalam rangka menunjang pemberantasan penyakit Malaria ,
lepra , cacar serta penyakit lainnya. Bahkan lembaga gizi dan sanitasi didirikan.
Pada tahun 1922 , penyakit pes masuk ke Indonesia dan tahun 1933-1935
penyakit ini menjadi epidemis di beberapa tempat , terutama di Pulau Jawa. Pada
tahun 1935 dilakukan program pemberatasan penyakit pes dengan cara melakukan
penyemprotan DDT terhadap rumah-rumah penduduk dan vaksinasi masal. Tercatat
sampai pada tahun 1941 , 15 juta orang telah di vaksinasi. Pada tahun 1945 , Hydrich
seorang petugas kesehatan pemerintah Belanda melakukan pengamatan terhadap
masalah tingginya angka kematian dan kesakitas di banyumas Purwokerto. Dari hasil
pengamatan dan analisisnya , disimpulkan bahwa tingginya angka kesehatan dan
kematian dikedua daerah tersebut dikarenakan buruknya kondisi sanitasi lingkungan ,
masyarakat BAB di sembarangan tempat , dan pengguna air minum dari sungai yang
telah tercemar. Kesimpulan yang diperoleh adalah bahwa rendahnya santasi
lingkungan dikarenakan perilaku penduduk yang kurang baik , sehingga Hydrich
memulai upaya kesehatan masyarakat dengan mengembangkan daerah percontohan ,
yaitu dengan cara melakukan promosi mengenai pendidikan kesehatan. Sampai
sekarang usaha Hydrich ini dianggap sebagai awal kesehatan masyarakat di
Indonesia.
Memasuki zaman kemerdekaan , salah satu tonggak perkembangan kesehatan
masyarakat di Indonesia adalah saat diperkenalkannya konsep Bandung ( Bandung
Plane ) pada tahun 1951 oleh Dr. Y . Leimena dan Dr.Patah yang selanjutnya
dikenalkan dengan nama Patah-Leimena. Dalam konsep ini , diperkenalkan bahwa
dalam upaya pelayanan kesehatan masyarakat , aspek preventif dan kuratif tidak dapat
dipisahkan baik dirumah sakit maupun di puskesmas. Selanjutnya pada tahun 1956
dimulai kegiatan pengembangan kesehatan masyarakat oleh Dr. Y . Susanti dengan
berdirinya proyek Bekasi ( lemah abang ) sebagai proyek percontohan/ model
pelayanan bagi pengembangan kesehatan. Proyek ini juga meneknkan pada
pendekatan tim dalam pengelolaan program kesehatan.
C. Prinsip Keperawatan Komunitas
Menurut Quad Council Of Public Health Nursing Organization , 2007 , dalam
Stanhope & Lancaster (2016) , ada beberapa prinsip yang perlu diperhatikan dalam
Keperawatan Komunitas. Prinsip ini disebut juga sebagai Eight Principles Of Public
Health Nursing , antara lain :
a. Klien adalah populasi/masyarakat
b. Memberi manfaat sebesar-besarnya bagi komunitas
c. Proses yang digunakan , termasuk bekerja dengan mitra yang sama
d. Pencegahan primer menjadi prioritas dalam aktifitas
e. Strategi khusus yang berfokus pada kondisi lingkungan , sosial , dan
ekonomi yang sehat dalam komunitas
f. Memberi manfaat sebesar-besarnya pada aktivitas penelitian masyarakat
g. Penggunaan sumber daya masyarakat secara optimal
h. Kolaborasi dengan profesi , organisasi , atau kesatuan lain , demi keaktifan
program peningkatan dan pemeliharaan kesehatan komunitas. ( Ratnawati ,
2017, p. 13 )

Menurut Mubarak dan Chayantin , 2009 , pertimbangan prinsip dalam


melaksanakan Keperawatan Komunitas adalah sebagai berikut :

a. Kemanfaatan. Intervensi atau pelaksanaan yang dilakukan harus


memberikan manfaat sebesar-besarnya bagi komunitas , artinya ada
keseimbangan antara manfaat dan kerugian.
b. Otonomi. Pelaksanaan Keperawatan Komunitas diberikan kebebasan
untuk melakukan atau memilih alternative terbaik yang disediakan untuk
komunitas.
c. Keadilan. Perawat melakukan upaya atau tindakan sesuai dengan
kemampuan atau kapasitas komunitas
( Wahid Iqbal Mubarak & Nurul Chayantin , 2009, p. 10 )

D. Teori dan Model-Model Konseptual dalam keperawatan Komunitas


1. Berbagai Teori Keperawatan
1) Model konseptual dari Florence Nightingale’s (1859). Model ini
menekankan pada pengaruh lingkungan terhadap klien , model ini dikenal
dengan istilah enviromental model.
2) Model Konseptual diri Dorothea orem (1971). Model ini dikenal dengan
keperawatan mandiri ( Self Care Deficit Theory Of Nursing )
3) Model Konseptual diri King’s (1971). Model ini dikenal dengan systems
Model Of Nursing atau Health Care System Model.
4) Model konseptual dari Sr. Callista Roy (1976). Model ini dikenal dengan
istilah Adaptation Model Of Nursing.
2. Model Konsep Keperawatan yang diterapkan dalam keperawatan Komunitas
1) Model konseptual dari Florence Nightingale’s (1859)
Florence Nightingale’s menekankan pengaruh lingkungan terhadap klien yang
dikenal dengan istilah environmental model. Model konsep Florence
Nightingale’s menempatkan lingkungan sebagai fokus asuhan
keperawatan. Perawat komunitas berupaya memberikan bantuan asuhan
berupa pemberian udara yang bersih dan segar , penerangan lampu yang
tepat , kenyamanan lingkungan , mengatur kebersihan , keamanan dan
keselamatan , serta pemberian nutrisi ( gizi ) yang adekuat. Pelaksanaan
asuhan keperawatan diupayakan secara mandiri tanpa bergantung pada
profesi lain. Kesehatan dilihat dari fungsi interaksi antara keperawatan ,
manusia , dan lingkungan. Keperawatan berkontribusi secara langsung
atau tidak langsung untuk mempertahankan kesehatan manusia melalui
manajemen manusia-lingkungan.
( Wahid Iqbal Mubarak & Nurul Chayantin 2009,p.84 )
2) Model Keperawatan mandiri ( self-care ) Dorothea E. Orem (1971)
Keperawatan mandiri adalah salah satu kemampuan dasar manusia dalam
menjaga fungsi tubuh dan kehidupan yang harus dimilikinya. Menurut
teori Orem , Keperawatan mandiri ( self care ) adalah suatu pelaksanaan
kegiatan yang diprakarsai dan dilakukan oleh individu itu sendiri untuk
memenuhi kebutuhan guna mempertahankan kehidupan kesehatan
kesejahteraan rakyat sesuai keadaan , baik sehat maupun sakit.
Keyakina dan Tata nilai
Ada enam dalil yang mendasari keperawatan mandiri diantaranya adalah
sebagai berikut :
a. Keperawatan mandiri didasarkan pada tindakan dimana manusia
mampu melaksanakannya.
b. Keperawatan mandiri didasarkan pada kesengajaan dan
penganbilan keputusan sebagai pedoman tindakan.
c. Setiap orang menghendaki keperawatan mandiri dan sebagai
kebutuhan dasar manusia.
d. Orang dewasa mempunyai hak dan tanggung jawab untuk merawat
diri sendiri dan orang lain untuk memelihara kesehatan mereka
agar hidup sehat.
e. Keperawatan mandiri adalah perubahan tingkah laku secara lambat
dan terus menerus didukung dari pengalaman sosial sebagai
hubungan interpersonal.
f. Keperawatan mandiri akan meningkatkan harga diri seseorang ,
sehingga memengaruhi konsep diri.
( Wahid Iqbal Mubarak & Nurul Chayantin 2009,p.86 )
3) Model sistem , Imogen M.King (1971)
Manusia merupakan individu reaktif yang dapat bereaksi terhadap situasi ,
orang , dan objek tertentu. Sebagai mahkluk yang berorentasi pada waktu ,
manusia tidak terlepas dari objek kejadian masa lalu dan masa sekarang
yang akan berpengaruh terhadap masa depanya. Sedangkan sebagai
mahkluk sosial , manusia hidup bersama orang lain dan berinteraksi satu
sama lain. Berdasrkan hal tersebut , maka manusia memiliki tiga
kebutuhan dasar , yaitu ; 1). Kebutuhan akan informasi kesehatan ; 2).
Kebutuhan akan pencehagan penyakit; dan 3). Kebutuhan anak perawatan
ketika sakit.
Pandangan King tentang Komunitas. Komunitas merupakan suatu sistem yang
terdiri atas subsistem keluarga dan supra sistemnya adalah kehilangan
informasi atau ketidaktahuan. Akibatnya akan timbul masalah kesehatan
atau ketidaktahuan memodifikasi lingkungan , sehingga melakukan
intervensi keperawatan.
( Wahid Iqbal Mubarak & Nurul Chayantin 2009,p.86 )
4) Model Adaptasi , Sister Callista Roy (1976)
Model Adaptasi adalah bagaimana individu mampu meningkatkan kesehatan
dengan cara mempertahankan perilaku maladaptif. Individu atau manusia
holistic adaptive system yang selalu beradaptasi secara keseluruhan.
Adanya pengertian ini dapat ditarik kesimpulan bahwa tujuan dari aplikasi
model konseptual keperawatan komunitas menurut Roy adalah untuk
mempertahankan perilaku adaptif dan merubah perilaku maladaptif pada
komunitas. Upaya pelayanan keperawatan yang dapat dilakukan adalah :
untuk meningkatkan kesehatan dengan cara mempertahankan perilaku
adaptif dan intervensi keperawatan ditujukan untuk menekan stresor dan
menekankan mekanisme adaptasi.
( Wahid Iqbal Mubarak & Nurul Chayantin 2009,p.86 )

BAB III

PENUTUP

Kesimpulan :

 Keperawatan komunitas merupakan suatu sistem dari praktek keperawatan dan


praktik kesehatan masyarakat yang diterapkan untuk meningkatkan serta memelihara
kesehatan penduduk.
 Perkembangan kesehatan masyarakat di Indonesia dimulai pada abad ke-16 , yaitu
dimulai dengan adanya upaya pembatasan penyakit cacar dan kolera yang sangat
ditakuti oleh masyarakat saat itu. Penyakit kolera masuk ke Indonesia tahun 1927 ,
dan pada tahun 1937 terjadi wabah kolera eltor

Kelompok 4 “ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS”

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Proses keperawatan adalah serangkaian perbuatan atau tindakan untuk menetapkan,
merencanakan dan melaksanakan pelayanan keperawatan dalam rangka membantu klien
untuk mencapai dan memelihara kesehatannya seoptimal mungkin. Langkah – langkahnya
dimulai dari (1) pengkajian : pengumpulan data, analisis data dan penentuan masalah, (2)
diagnosis keperawatan, perencanaan tindakan keperawatan, pelaksanaan dan evaluasi
tindakan keperawatan. (Wahit, 2005). Proses keperawatan pada komunitas mencakup
individu, keluarga dan kelompok khusus yang memerlukan pelayanan asuhan keperawatan.

Tahap akhir dari proses keperawatan adalah evaluasi. Evaluasi mengacu kepada
penilaian, tahapan, dan perbaikan. Pada tahap ini perawat menemukan penyebab mengapa
suatu proses keperawatan dapat berhasil atau gagal. Perawat menemukan reaksi klien
terhadap intervensi keperawatan yang telah diberikan dan menetapkan apa yang menjadi
sasaran dari rencana keperawatan dapat diterima. Evaluasi berfokus pada individu klien dan
kelompok dari klien itu sendiri. Proses evaluasi memerlukan beberapa keterampilan dalam
menetapkan rencana asuhan keperawatan., termasuk pengetahuan mengenai standar asuhan
keperawatan, respon klien yang normal terhadap tindakan keperawatan, dan pengetahuan
konsep teladan dari keperawatan.

Proses keperawatan komunitas juga memperhatikan adanya perbedaan budaya di


masing-masing daerah, karena hal itu Leininger (1978) mendefinisikan transkultural di
keperawatan sebagai: “ bidang kemanusiaan dan pengetahuan pada studi formal dan praktik
dalam keperawatan yang difokuskan pada perbedaan studi budaya yang melihat adanya
perbedaan dan kesamaan dalam perawatan, kesehatan, dan pola penyakit didasari atas nilai-
nilai budaya, kepercayaan dan praktik budaya yang berbeda di dunia, dan menggunakan
pengetahuan untuk memberikan pengaruh budaya yang spesifik pada masyarakat.”

B. Rumusan Masalah
Bagaimana  asuhan keperawatan pasien pada komunitas ?

C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mampu memahami dan menjelaskan asuhan keperawatan komunitas.

2. Tujuan Khusus
a. Mampu memahami dan menjelaskan proses asuhan keperawatan komunitas
b. Mampu memahami dan menjelaskan program evaluasi keperawatan
komunitas
c. Mampu memahami dan menjelaskan asuhan keperawatan peka budaya
(menurut teori Madeleine Leininger)

BAB II
PEMBAHASAN

A. Konsep Asuhan Keperawatan Komunitas


Komunitas adalah kelompok sosial yang tinggal dalam suatu tempat, saling berinteraksi
satu sama lain, saling mengenal serta mempunyai minat dan interest yang sama. Komunitas
adalah kelompok dari masyarakat yang tinggal di suatu lokasi yang sama dengan dibawah
pemerintahan yang sama, area atau lokasi yang sama dimana mereka tinggal, kelompok sosial
yang mempunyai interest yang sama (Riyadi, 2007).

Perawatan kesehatan adalah bidang khusus dari keperawatan yang merupakan gabungan
dari ilmu keperawatan, ilmu kesehatan masyarakat dan ilmu sosial yang merupakan bagian
integral dari pelayanan kesehatan yang diberikan kepada individu, keluarga, kelompok dan
masyarakat baik yang sehat atau yang sakit secara komprehensif melalui upaya promotif,
preventif, kuratif dan rehabilitatif serta resosialitatif dengan melibatkan peran serta aktif dari
masyarakat. Peran serta aktif masyarakat bersama tim kesahatan diharapkan dapat mengenal
masalah kesehatan yang dihadapi serta memecahkan masalah tersebut (Elisabeth, 2007).

Sasaran pelayanan kesehatan masyarakat adalah individu, keluarga/ kelompok dan


masyarakat dengan fokus upaya kesehatan primer, sekunder dan tersier. Oleh karenanya
pendidikan masyarakat tentang kesehatan dan perkembangan sosial akan membantu
masyarakat dalam mendorong semangat untuk merawat diri sendiri, hidup mandiri dan
menentukan nasibnya sendiri dalam menciptakan derajat kesehatan yang optimal (Elisabeth,
2007).

B. Konsep Keperawatan Komunitas


Keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan professional sebagai bagian integral
pelayanan kesehatan berbentuk pelayanan biologi, psikologi, social dan spiritual secara
komprehensif, ditujukan kepada individu keluarga dan masyarakat baik sehat maupun sakit
mencakup siklus hidup manusia (Riyadi, 2007).

Keperawatan komunitas ditujukan untuk mempertahankan dan meningkatkan kesehatan


serta memberikan bantuan melalui intervensi keperawatan sebagai dasar keahliannya dalam
membantu individu, keluarga, kelompok dan masyarakat dalam mengatasi barbagai masalah
keperawatan yang dihadapinya dalam kehidupan sehari-hari (Efendi, 2009).

Dalam rapat kerja keperawatan kesehatan masyarakat dijelaskan bahwa keperawatan


komunitas merupakan suatu bidang keperawatan yang merupakan perpaduan antara
keperawatan (Nursing) dan kesehatan masyarakat (Public health) dengan dukungan peran
serta masyarakat secara aktif dan mengutamakan pelayanan promotif dan preventif secara
berkesinambungan tanpa mengabaikan pelayanan kuratif dan rehabilitatif secara menyeluruh
dan terpadu yang ditujukan kepada individu, keluarga, kelompok dan masyarakat sebagai
kesatuan utuh melalui proses keperawatan (Nursing process) untuk meningkatkan fungsi
kehidupan manusia secara optimal sehingga mampu mandiri dalam upaya kesehatan
(Mubarak, 2005).

Perawatan komunitas adalah perawatan yang diberian dari luar suatu institusi yang
berfokus pada masyarakat atau individu dan keluarga (Elisabeth, 2007).

Pada perawatan kesehatan masyarakat harus mempertimbangkan beberapa prinsip, yaitu:

1. Kemanfaatan
Semua tindakan dalam asuhan keperawatan harus memberikan manfaat yang besar
bagi komunitas. Intervensi atau pelaksanaan yang dilakukan harus memberikan manfaat
sebesar-besarnya bagi komunitas, artinya ada keseimbangan antara manfaat dan kerugian
(Mubarak, 2005).

2. Kerjasama
Kerjasama dengan klien dalam waktu yang panjang dan bersifat berkelanjutan serta
melakukan kerja sama lintas program dan lintas sektoral (Riyadi, 2007).

3. Secara langsung
Asuhan keperawatan diberikan secara langsung mengkaji dan intervensi, klien dan
lingkunganya termasuk lingkungan sosial, ekonomi serta fisik mempunyai tujuan utama
peningkatan kesehatan (Riyadi, 2007).

4. Keadilan
Tindakan yang dilakukan disesuaikan dengan kemampuan atau kapasitas dari
komunitas itu sendiri. Dalam pengertian melakukan upaya atau tindakan sesuai dengan
kemampuan atau kapasitas komunitas (Mubarak, 2005).
5. Otonomi
Klien atau komunitas diberi kebebasan dalam memilih atau melaksanakan beberapa
alternatif terbaik dalam menyelesaikan masalah kesehatan yang ada (Mubarak, 2005).

Manusia sebagai sasaran pelayanan atau asuhan keperawatan dalam praktek keperawatan.
Sebagai sasaran praktek keperawatan klien dapat dibedakan menjadi individu, keluarga dan
masyarakat (Riyadi, 2007).

a. Individu sebagai klien


Individu adalah anggota keluarga yang unik sebagai kesatuan utuh dari aspek biologi,
psikologi, social dan spiritual. Peran perawat pada individu sebagai klien, pada dasarnya
memenuhi kebutuhan dasarnya mencakup kebutuhan biologi, sosial, psikologi dan spiritual
karena adanya kelemahan fisik dan mental, keterbatasan pengetahuan, kurang kemauan
menuju kemandirian pasien/ klien (Riyadi, 2007).

b. Keluarga sebagai klien


Keluarga merupakan sekelompok individu yang berhubungan erat secara terus
menerus dan terjadi interaksi satu sama lain baik secara perorangan maupun secara bersama-
sama, di dalam lingkungannya sendiri atau masyarakat secara keseluruhan. Keluarga dalam
fungsinya mempengaruhi dan lingkup kebutuhan dasar manusia dapat dilihat pada Hirarki
Kebutuhan Dasar Maslow yaitu kebutuhan fisiologis, rasa aman dan nyaman, dicintai dan
mencintai, harga diri dan aktualisasi diri (Riyadi, 2007).

c. Masyarakat sebagai klien


Kesatuan hidup manusia yang brinteraksi menurut suatu sistem adat istiadat tetentu
yang bersifat terus menerus dan terikat oleh suatu indentitas bersama (Riyadi, 2007).

Strategi pelaksanaan keperawatan komunitas yang dapat digunakan dalam


perawatan kesehatan masyarakat adalah :

1) Pendidikan kesehatan (Health Promotion)


Penyuluhan kesehatan adalah kegiatan pendidikan yang dilakukan dengan cara
menyebarkan pesan, menanamkan keyakinan, sehingga masyarakat tidak saja sadar, tahu dan
mengerti, tetapi juga mau dan bisa melakukan suatu anjuran yang ada hubungannya dengan
kesehatan (Elisabeth, 2007).
2) Proses kelompok (Group Process)
Bidang tugas perawat komunitas tidak bisa terlepas dari kelompok masyarakat
sebagai klien termasuk sub-sub sistem yang terdapat di dalamnya, yaitu: individu, keluarga,
dan kelompok khusus, perawat spesialis komunitas dalam melakukan upaya peningkatan,
perlindungan dan pemulihan status kesehatan masyarakat dapat menggunakan alternatif
model pengorganisasian masyarakat, yaitu: perencanaan sosial, aksi sosial atau
pengembangan masyarakat. Berkaitan dengan pengembangan kesehatan masyarakat yang
relevan, maka penulis mencoba menggunakan pendekatan pengorganisasian masyarakat
dengan model pengembangan masyarakat (community development) (Elisabeth, 2007).

3) Kerjasama atau kemitraan (Partnership)


Kemitraan adalah hubungan atau kerja sama antara dua pihak atau lebih, berdasarkan
kesetaraan, keterbukaan dan saling menguntungkan atau memberikan manfaat. Partisipasi
klien/masyarakat dikonseptualisasikan sebagai peningkatan inisiatif diri terhadap segala
kegiatan yang memiliki kontribusi pada peningkatan kesehatan dan kesejahteraan (Elisabeth,
2007).

Kemitraan antara perawat komunitas dan pihak-pihak terkait dengan masyarakat


digambarkan dalam bentuk garis hubung antara komponen-komponen yang ada. Hal ini
memberikan pengertian perlunya upaya kolaborasi dalam mengkombinasikan keahlian
masing-masing yang dibutuhkan untuk mengembangkan strategi peningkatan kesehatan
masyarakat (Elisabeth, 2007).

4) Pemberdayaan (Empowerment)
Konsep pemberdayaan dapat dimaknai secara sederhana sebagai proses pemberian
kekuatan atau dorongan sehingga membentuk interaksi transformatif kepada masyarakat,
antara lain: adanya dukungan, pemberdayaan, kekuatan ide baru, dan kekuatan mandiri untuk
membentuk pengetahuan baru (Elisabeth, 2007).
Sasaran dari perawatan kesehatan komunitas adalah individu, keluarga, kelompok
khusus, komunitas baik yang sehat maupun sakit yang mempunyai masalah kesehatan
atau perawatan (Effendy, 1998), sasaran ini terdiri dari :

a) Individu
Individu adalah anggota keluarga yang unik sebagai kesatuan utuh dari aspek biologi,
psikologi, social dan spiritual. Peran perawat pada individu sebagai klien, pada dasarnya
memenuhi kebutuhan dasarnya mencakup kebutuhan biologi, social, psikologi dan spiritual
karena adanya kelemahan fisik dan mental, keterbatasan pengetahuan, kurang kemauan
menuju kemandirian pasien/klien.

b) Keluarga
Keluarga merupakan sekelompok individu yang berhubungan erat secara terus
menerus dan terjadi interaksi satu sama lain baik secara perorangan maupun secara bersama-
sama, di dalam lingkungannya sendiri atau masyarakat secara keseluruhan. Keluarga dalam
fungsinya mempengaruhi dan lingkup kebutuhan dasar manusia dapat dilihat pada Hirarki
Kebutuhan Dasar Maslow yaitu kebutuhan fisiologis, rasa aman dan nyaman, dicintai dan
mencintai, harga diri dan aktualisasi diri.

c) Kelompok khusus
Kelompok khusus adalah kumpulan individu yang mempunyai kesamaan jenis
kelamin, umur, permasalahan, kegiatan yang terorganisasi yang sangat rawan terhadap
masalah kesehatan.

d) Tingkat Komunitas
Pelayanan asuhan keperawatan berorientasi pada individu, keluarga dilihat sebagai
satu kesatuan dalam komunitas. Asuhan ini diberikan untuk kelompok beresiko atau
masyarakat wilayah binaan. Pada tingkat komunitas, asuhan keperawatan komunitas
diberikan dengan mamandang komunitas sebagai klien.

C. Peran Perawat Komunitas (Provider Of Nursing Care)


Banyak peranan yang dapat dilakukan oleh perawat kesehatan masyarakat diantaranya
adalah :

1. Sebagai penyedia pelayanan (Care provider )


Memberikan asuhan keperawatan melalui mengkaji masalah skeperawatan yang ada,
merencanakan tindakan keperawatan, melaksanakan tindakan keperawatan dan mengevaluasi
pelayanan yang telah diberikan kepada individu, keluarga, kelompok dan masyarakat.

2. Sebagai Pendidik dan konsultan (Nurse Educator and Counselor )


Memberikan pendidikan kesehatan kepada individu, keluarga, kelompok dan
masyarakat baik di rumah, puskesmas, dan di masyarakat secara terorganisir dalam rangka
menanamkan perilaku sehat, sehingga terjadi perubahan perilaku seperti yang diharapkan
dalam mencapai derajat kesehatan yang optimal.

Konseling adalah proses membantu klien untuk menyadari dan mengatasi tatanan
psikologis atau masalah sosial untuk membangun hubungan interpersonal yang baik dan
untuk meningkatkan perkembangan seseorang. Di dalamnya diberikan dukungan emosional
dan intelektual.

3. Sebagai Panutan (Role Model)


Perawat kesehatan masyarakat harus dapat memberikan contoh yang baik dalam
bidang kesehatan kepada individu, keluarga, kelompok dan masyarakat tentang bagaimana
tata cara hidup sehat yang dapat ditiru dan dicontoh oleh masyarakat.

4. Sebagai pembela (Client Advocate)


Pembelaan dapat diberikan kepada individu, kelompok atau tingkat komunitas. Pada
tingkat keluarga, perawat dapat menjalankan fungsinya melalui pelayanan sosial yang ada
dalam masyarakat. Seorang pembela klien adalah pembela dari hak-hak klien. Pembelaan
termasuk di dalamnya peningkatan apa yang terbaik untuk klien, memastikan kebutuhan klien
terpenuhi dan melindungi hak-hak klien (Mubarak, 2005).

Tugas perawat sebagai pembela klien adalah bertanggung jawab membantu klien dan
keluarga dalam menginterpretasikan informasi dari berbagai pemberi pelayanan dan dalam
memberikan informasi hal lain yang diperlukan untuk mengambil persetujuan (Informed
Concent ) atas tindakan keperawatan yang diberikan kepadanya. Tugas yang lain adalah
mempertahankan dan melindungi hak-hak klien, harus dilakukan karena klien yang sakit dan
dirawat di rumah sakit akan berinteraksi dengan banyak petugas kesehatan (Mubarak, 2005).

5. Sebagai Manajer kasus (Case Manager)


Perawat kesehatan masyarakat diharapkan dapat mengelola berbagai kegiatan
pelayanan kesehatan puskesmas dan masyarakat sesuai dengan beban tugas dan tanggung
jawab yang dibebankan kepadanya.

6. Sebagai kolaborator
Peran perawat sebagai kolaborator dapat dilaksanakan dengan cara bekerjasama
dengan tim kesehatan lain, baik dengan dokter, ahli gizi, ahli radiologi, dan lain-lain dalam
kaitanya membantu mempercepat proses penyembuhan klien Tindakan kolaborasi atau
kerjasama merupakan proses pengambilan keputusan dengan orang lain pada tahap proses
keperawatan. Tindakan ini berperan sangat penting untuk merencanakan tindakan yang akan
dilaksanakan (Mubarak, 2005).

7. Sebagai perencana tindakan lanjut (Discharge Planner)


Perencanaan pulang dapat diberikan kepada klien yang telah menjalani perawatan di
suatu instansi kesehatan atau rumah sakit. Perencanaan ini dapat diberikan kepada klien yang
sudah mengalami perbaikan kondisi kesehatan.

8. Sebagai pengidentifikasi masalah kesehatan (Case Finder)


Melaksanakan monitoring terhadap perubahan-perubahan yang terjadi pada individu,
keluarga, kelompok dan masyarakat yang menyangkut masalah-masalah kesehatan dan
keperawatan yang timbul serta berdampak terhadap status kesehatan melalui kunjungan
rumah, pertemuan-pertemuan, observasi dan pengumpulan data.

9. Koordinator Pelayanan Kesehatan (Coordinator of Services)


Peran perawat sebagai koordinator antara lain mengarahkan, merencanakan dan
mengorganisasikan pelayanan kesehatan yang diberikan kepada klien. Pelayanan dari semua
anggota tim kesehatan, karena klien menerima pelayanan dari banyak profesional (Mubarak,
2005).

10. Pembawa perubahan atau pembaharu dan pemimpin (Change Agent and Leader )
Pembawa perubahan adalah seseorang atau kelompok yang berinisiatif merubah atau
yang membantu orang lain membuat perubahan pada dirinya atau pada sistem. Marriner
torney mendeskripsikan pembawa peubahan adalah yang mengidentifikasikan masalah,
mengkaji motivasi dan kemampuan klien untuk berubah, menunjukkan alternative, menggali
kemungkinan hasil dari alternatif, mengkaji sumber daya, menunjukkan peran membantu,
membina dan mempertahankan hubungan membantu, membantu selama fase dari proses
perubahan dan membimibing klien melalui fase-fase ini (Mubarak, 2005).

11. Pengidentifikasi dan pemberi pelayanan komunitas (Community Care Provider And
Researcher)
Peran ini termasuk dalam proses pelayanan asuhan keperawatan kepada masyarakat
yang meliputi pengkajian, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi masalah kesehatan dan
pemecahan masalah yang diberikan. Tindakan pencarian atau pengidentifikasian masalah
kesehatan yang lain juga merupakan bagian dari peran perawat komunitas.

D. Konsep Masalah Kesehatan Komunitas


1. Kesehatan Lingkungan
Lingkungan dapat didefinisikan sebagai tempat pemukiman dengan segala sesuatunya
dimana organisme hidup beserta segala keadaan dan kondisi yang secara langsung maupun
tidak langsung disuga ikut mempengaruhi tingkat kehidupan maupun kesehatan dari
organisme tersebut (Efendi, 2009).

Menurut WHO (2005), lingkungan merupakan suatu keseimbangan ekologi yang harus
ada antara manusia dengan lingkungan agar dapat menjamin keadaan sehat dari manusia
(Efendi, 2009).

Kesehatan lingkungan pada hakekatnya adalah suatu kondisi atau keadaan lingkungan
yang optimal sehingga mempengaruhi dampak positif terhadap terwujudnya status kesehatan
yang optimal pula (Efendi, 1998).
Dalam mengatasi masalah kesehatan lingkungan, Pemerintah menggalakkan Program
Nasional Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM). Sanitasi Total Berbasis Masyarakat
(STBM) Merupakan Program Nasional yang bersifat lintas sektoral di bidang sanitasi.
Program Nasional STBM dicanangkan oleh Menteri Kesehatan RI pada Agustus 2008.

Menurut WHO, terdapat 17 ruang lingkup kesehatan lingkungan yaitu sebagai berikut:

a. Penyediaan air minum


b. Pengelolaan air buangan (limbah) dan pengendalian pencemaran
c. Pembuangan sampah padat
d. Pengendalian vector
e. Pencegahan atau pengandalian pencemaran tanah oleh ekskreta manusia
f. Higiene makanan, termasuk higiene susu
g. Pengendalian pencemaran udara
h. Pengendalian radiasi
i. Kesehatan kerja
j. Pengendalian kebisingan
k. Perumahan dan pemukiman
l. Aspek kesehatan lingkungan dan transportasi udara
m. Perencanaan daerah dan perkotaan
n. Pencegahan kecelakaan
o. Rekreasi umum dan pariwisata
p. Tindakan-tindakan sanitasi yang berhubungan dengan keadaan epidemi (wabah),
bencana alam dan perpindahan penduduk
q. Tindakan pencegahan yang diperlukan untuk menjamin lingkungan

Menurut pasal 22 ayat 3 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992, terdapat delapan


ruang lingkup kesehatan lingkungan yaitu sebagai berikut:

1) Penyehatan air dan udara


2) Pengamanan limbah padat atau sampah
3) Pengamanan limbah cair
4) Pengamanan limbah gas
5) Pengamanan radiasi
6) Pengamanan kebisingan
7) Pengamanan vektor penyakit
8) Penyehatan dan pengamanan lainnya seperti pada situasi pasca bencana

2. Perilaku Masyarakat
Perilaku kesehatan pada dasarnya adalah suatu respon seseorang terhadap stimulus yang
berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan serta lingkungan.
Batasan ini mempunyai 2 unsur pokok, yakni respon dan stimulus atau perangsangan. Respon
atau reaksi manusia, baik bersifat pasif (pengetahuan, persepsi dan sikap) maupun bersifat
aktif (tindakan yang nyata atau practice ). Sedangkan stimulus atau rangsangan disini terdiri
dari 4 unsur pokok, yakni: sakit dan penyakit, sisitem pelayanan kesehatan, makanan dan
lingkungan (Wawan, 2010).

Perilaku yang mempengaruhi kesehatan dapat digolongkan dalam dua kategori (Wawan,
2010), yaitu:

a. Perilaku yang terwujud secara sengaja dan sadar


b. Perilaku yang terwujud secara tidak sengaja atau tidak sadar

BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS

A. Pengkajian
Pengkajian adalah merupakan upaya pengumpulan data secara lengkap dan sistematis
terhadap masyarakat untuk dikaji dan dianalisis sehingga masalah kesehatan yang dihadapi
oleh masyarakat baik individu, keluarga atau kelompok yang menyangkut permasalahan pada
fisiologis, psikologis, sosial elkonomi, maupun spiritual dapat ditentukan. Dalam tahap
pengkajian ini terdapat 5 kegiatan, yaitu : pengumpulan data, pengolahan data, analisis data,
perumusan atau penentuan masalah kesehatan masyarakat dan prioritas masalah (Mubarak,
2005).

Kegiatan pengkajian yang dilakukan dalam pengumpulan data meliputi :

1. Data Inti
a. Riwayat atau sejarah perkembangan komunitas
Data dikaji melalui wawancara kepada tokoh formal dan informal di komunitas dan studi
dokumentasi sejarah komunitas tersebut. Uraikan termasuk data umum mengenai lokasi
daerah binaan (yang dijadikan praktek keperawatan komunitas), luas wilayah, iklim, tipe
komunitas (masyarakat rural atau urban), keadaan demografi, struktur politik, distribusi
kekuatan komunitas dan pola perubahan komunitas.

b. Data Demografi
Kajilah jumlah komunitas berdasarkan : usia, jenis kelamin, status perkawinan, ras atau
suku, bahasa, tingkat pendapatan, pendidikan, pekerjaan, agama dan komposisi keluarga.

c. Vital Statistik
Jabarkan atau uraikan data tentang: angka kematian kasar atau CDR, penyebab kematian,
angka pertambahan anggota, angka kelahiran.

2. Status Kesehatan Komunitas


Status kesehatan komunitas dapat dilihat dari biostatistik dan vital statistik antara lain:
dari angka mortalitas, morbiditas, IMR, MMR, cakupan imunisasi. Selanjutnya status
kesehatan komunitas kelompokkan berdasarkan kelompok umur : bayi, balita, usia sekolah,
remaja dan lansia. Pada kelompok khusus di masyarakat: ibu hamil, pekerja industry,
kelompok penyakit kronis, penyakit menular. Adapaun pengkajian selanjutnya dijabarkan
sebagaimana dibawah ini :

a. Keluhan yang dirasakan saat ini oleh komunitas


b. Tanda – tanda vital : tekanan darah, nadi, respirasi rate, suhu tubuh.
c. Kejadian penyakit (dalam satu tahun terakhir) :
1) ISPA
2) Penyakit asma
3) TBC paru
4) Penyakit kulit
5) Penyakit mata
6) Penyakit rheumatic
7) Penyakit jantung
8) Penyakit gangguan jiwa
9) Kelumpuhan
10) Penyakit menahun lainnya
d. Riwayat penyakit keluarga
e. Pola pemenuhan kebutuhan sehari – hari :
1) Pola pemenuhan nutrisi
2) Pola pemenuhan cairan elektrolit
3) Pola istirahat tidur
4) Pola eliminasi
5) Pola aktivitas gerak
6) Pola pemenuhan kebersihan diri
f. Status psikososial
g. Status pertumbuhan dan perkembangan
h. Pola pemanfaatan fasilitas kesehatan
i. Pola pencegahan terhadap penyakit dan perawatan kesehatan
j. Pola perilaku tidak sehat seperti : kebiasaan merokok, minum kopi yang berlebihan,
mengkonsumsi alkohol, penggunaan obat tanpa resep, penyalahgunaan obat terlarang,
pola konsumsi tinggi garam, lemak dan purin.

3. Data lingkungan fisik


a. Pemukiman
1) Luas bangunan
2) Bentuk bangunan : rumah, petak, asrama, pavilion
3) Jenis bangunan : permanen, semi permanen, non permanen
4) Atap rumah : genteng, seng, kayu, asbes
5) Dinding : tembok, kayu, bambu
6) Lantai : semen, keramik, tanah
7) Ventilasi : ± 15 – 20% dari luas lantai
8) Pencahayaan : kurang, baik
9) Penerangan : kurang, baik
10) Kebersihan : kurang, baik
11) Pengaturan ruangan dan perabot : kurang, baik
12) Kelengkapan alat rumah tangga : kurang, baik

b. Sanitasi
1) Penyediaan air bersih (MCK)
2) Penyediaan air minum
3) Pengelolaan jamban : bagaimana jenisnya, berapa jumlahnya dan bagaimana
jarak dengan sumber air
4) Sarana pembuangan air limbah (SPAL)
5) Pengelolaan sampah : apakah ada sarana pembuangan sampah, bagaimana cara
pengelolaannya : dibakar, ditimbun, atau cara lainnya
6) Polusi udara, air, tanah, atau suaran/kebisingan
7) Sumber polusi : pabrik, rumah tangga, industry

c. Fasilitas
1) Peternakan, pertanian, perikanan dan lain – lain
2) Pekarangan
3) Sarana olahraga
4) Taman, lapangan
5) Ruang pertemuan
6) Sarana hiburan
7) Sarana ibadah

d. Batas – batas wilayah


Sebelah utara, barat, timur dan selatan

e. Kondisi geografis
f. Pelayanan kesehatan dan sosial
1) Pelayanan kesehatan
a) Sumber daya yang dimiliki (tenaga kesehatan dari kader)
b) Jumlah kunjungan
c) Sistem rujukan

2) Fasilitas sosial (pasar, toko, swalayan)


a) Lokasi
b) Kepemilikan
c) Kecukupan
3) Ekonomi
a) Jenis pekerjaan
b) Jumlah penghasilan rata – rata tiap bulan
c) Jumlah pengeluaran rata – rata tiap bulan
d) Jumlah pekerja dibawah umur, ibu rumah tangga dan lanjut usia

4) Keamanan dan transportasi


a) Keamanan
(1) System keamanan lingkungan
(2) Penanggulangan kebakaran
(3) Penanggulangan bencana
(4) Penanggulangan polusi, udara dan air tanah

b) Transportasi
(1) Kondisi jalan
(2) Jenis transportasi yang dimiliki
(3) Sarana transportasi yang ada

5) Politik dan pemerintahan


a) Sistem pengorganisasian
b) Struktur organisasi
c) Kelompok organisasi dalam komunitas
d) Peran serta kelompok organisasi dalam kesehatan

6) Sistem komunikasi
a) Sarana umum komunikasi
b) Jenis alat komunikasi yang digunakan dalam komunitas
c) Cara penyebaran informasi
7) Pendidikan
a) Tingkat pendidikan komunitas
b) Fasilitas pendidikan yang tersedia (formal dan non formal)
(1) Jenis pendidikan yang diadakan di komunitas
(2) Sumber daya manusia, tenaga yang tersedia
b) Jenis bahasa yang digunakan

8) Rekreasi
a) Kebiasaan rekreasi
b) Fasilitas tempat rekreasi

a. Jenis Data
Jenis data secara umum dapat diperoleh dari data subyektif dan obyektif.

1) Data subyektif
Yaitu data yang diperoleh dari keluhan atau masalah yang dirasakan oleh individu,
keluarga, kelompok dan komunitas, yang diungkapkan secara langsung melalui lisan.

2) Data obyektif
Data yang diperoleh melalui suatu pemeriksaan, pengamatan dan pengukuran.

b. Sumber Data
1) Data primer
Data yang dikumpulkan oleh pengkaji dalam hal ini mahasiswa atau perawat
kesehatan masyarakat dari individu, keluarga, kelompok dan komunitas berdasarkan
hasil pemeriksaan atau pengkajian.
2) Data sekunder
Data yang diperoleh dari sumber lain yang dapat dipercaya, misalnya : kelurahan,
catatan riwayat kesehatan pasien atau medical record (Wahit, 2005).

Pengkajian ini merupakan hasil modifikasi dari beberapa teori sebelumnya tentang
pengkajian komunitas

1. Pengumpulan data
Pengumpulan data dimaksudkan untuk memperoleh informasi mengenai masalah
kesehatan pada masyarakat sehingga dapat ditentukan tindakan yang harus diambil untuk
mengatasi masalah tersebut yang menyangkut aspek fisik, psikologis, sosial ekonomi dan
spiritual serta faktor lingkungan yang mempengaruhi (Mubarak, 2005).

Pengumpulan data dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut :

a. Wawancara atau anamnesa


Wawancara adalah kegiatan komunikasi timbal balik yang berbentuk tanya jawab
antara perawat dengan pasien atau keluarga pasien, masyarakat tentang hal yang berkaitan
dengan masalah kesehatan pasien. Wawancara harus dilakukan dengan ramah, terbuka,
menggunakan bahasa yang sederhana dan mudah dipahami oleh pasien atau keluarga pasien,
dan selanjutnya hasil wawancara atau anamnesa dicatat dalam format proses keperawatan
(Mubarak, 2005).

b. Pengamatan
Pengamatan dalam keperawatan komunitas dilakukan meliputi aspek fisik, psikologis,
perilaku dan sikap dalam rangka menegakkan diagnosa keperawatan. Pengamatan dilakukan
dengan menggunakan panca indera dan hasilnya dicatat dalam format proses keperawatan
(Mubarak, 2005).

c. Pemeriksaan fisik
Dalam keperawatan komunitas dimana salah satunya asuhan keperawatan yang
diberikan adalah asuhan keperawatan keluarga, maka pemeriksaan fisik yang dilakukan
dalam upaya membantu menegakkan diagnosa keperawatan dengan cara Inspeksi, Perkusi,
Auskultasi dan Palpasi (Mubarak, 2005).

2. Pengolahan data
Setelah data diperoleh, kegiatan selanjutnya adalah pengolahan data dengan cara sebagai
berikut :

a. Klasifikasi data atau kategori data


b. Penghitungan prosentase cakupan
c. Tabulasi data
d. Interpretasi data

3. Analisis data
Analisis data adalah kemampuan untuk mengkaitkan data dan menghubungkan data
dengan kemampuan kognitif yang dimiliki sehingga dapat diketahui tentang kesenjangan atau
masalah yang dihadapi oleh masyarakat apakah itu masalah kesehatan atau masalah
keperawatan (Mubarak, 2005). Tujuan analisis data :
1.      Menetapkan kebutuhan community
2.      Menetapkan kekuatan
3.      Mengidentifikasi pola respon community
4.      Mengidentifikasi kecenderungan penggunaan pelayanan kesehatan

4. Penentuan masalah atau perumusan masalah kesehatan


Berdasarkan analisa data dapat diketahui masalah kesehatan dan keperawatan yang
dihadapi oleh masyarakat, sekaligus dapat dirumuskan yang selanjutnya dilakukan intervensi.
Namun demikian masalah yang telah dirumuskan tidak mungkin diatasi sekaligus. Oleh
karena itu diperlukan prioritas masalah (Mubarak, 2005)

5. Prioritas masalah
Dalam menentukan prioritas masalah kesehatan masyarakat dan keperawatan perlu
mempertimbangkan berbagai faktor sebagai kriteria diantaranya adalah (Mubarak, 2005):
1) Perhatian masyarakat
2) Prevalensi kejadian
3) Berat ringannya masalah
4) Kemungkinan masalah untuk diatasi
5) Tersedianya sumberdaya masyarakat
6) Aspek politis

Seleksi atau penapisan masalah kesehatan komunitas menurut format Mueke (1988)
mempunyai kriteria penapisan, antara lain:

a) Sesuai dengan peran perawat komunitas


b) Jumlah yang beresiko
c) Besarnya resiko
d) Kemungkinan untuk pendidikan kesehatan
e) Minat masyarakat
f) Kemungkinan untuk diatasi
g) Sesuai dengan program pemerintah
h) Sumber daya tempat
i) Sumber daya waktu
j) Sumber daya dana
k) Sumber daya peralatan
l) Sumber daya manusia

B. Diagnosis Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah respon individu pada masalah kesehatan baik yang aktual
maupun potensial. Masalah aktual adalah masalah yang diperoleh pada saat pengkajian,
sedangkan masalah potensial adalah masalah yang mungkin timbul kemudian. Jadi diagnosa
keperawatan adalah suatu pernyataan yang jelas, padat dan pasti tentang status dan masalah
kesehatan yang dapat diatasi dengan tindakan keperawatan. Dengan demikian diagnosis
keperawatan ditetapkan berdasarkan masalah yang ditemukan. Diagnosa keperawatan akan
memberi gambaran masalah dan status kesehatan masyarakat baik yang nyata (aktual), dan
yang mungkin terjadi (Mubarak, 2009). Diagnosis keperawatan mengandung komponen
utama yaitu :
1. Problem atau masalah : problem merupakan kesenjangan atau penyimpangan dari
keadaan normal yang seharusnya terjadi.

2. Etiologi atau penyebab : menunjukkan penyebab masalah kesehatan atau keperawatan


yang dapat memberikan arah terhadap intervensi keperawatan, yang meliputi :
a. Perilaku individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat
b. Lingkungan fisik, biologis, psikologis, dan social
c. Interaksi perilaku dan lingkungan
3. Symptom atau gejala :
a. Informasi yang perlu untuk merumuskan diagnose
b. Serangkaian petunjuk timbulnya masalah

Perumusan diagnosis keperawatan dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu :

1) Dengan rumus PES


Rumus : DK = P + E + S
DK : Diagnosis keperawatan
P : Problem atau masalah
E : Etiologi
S : Symptom atau gejala

2) Dengan rumus PE
Rumus : DK = P + E
DK : Diagnosis keperawatan
P : Problem atau masalah
E : Etiologi

Jadi, menegakkan diagnosis keperawatan minimal harus mengandung 2 komponen


tersebut diatas, disamping mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut :

a) Kemampuan masyarakat untuk menanggulangi masalah


b) Sumber daya yang tersedia dari masyarakat
c) Partisipasi dan peran serta masyarakat
C. Rencana Asuhan Keperawatan
Perencanaan keperawatan adalah penyusunan rencana tindakan keperawatan yang akan
dilaksanakan untuk mengatasi masalah sesui dengan diagnosis keperawatan yang telah
ditentukan dengan tujuan terpenuhinya kebutuhan klien (Mubarak, 2009). Jadi perencanaan
asuhan keperawatan kesehatan masyarakat disusun berdasarkan diagnosa keperawatan yang
telah ditetapkan dan rencana keperawatan yang disusun harus mencakup perumusan tujuan,
rencana tindakan keperawatan yang akan dilakukan dan kriteria hasil untuk menilai
pencapaian tujuan (Mubarak, 2009).

Langkah-langkah dalam perencanaan keperawatan kesehatan masyarakat antara lain


sebagai berikut:

1. Identifikasi alternatif tindakan keperawatan


2. Tetapkan tehnik dan prosedur yang akan digunakan
3. Melibatkan peran serta masyarakat dalam menyusun perencanaan melalui kegiatan
musyawarah masyarakat desa atau lokakarya mini
4. Pertimbangkan sumber daya masyarakat dan fasilitas yang tersedia
5. Tindakan yang akan dilaksanakan harus dapat memenuhi kebutuhan yang sangat
dirasakan masyarakat
6. Mengarah kepada tujuan yang akan dicapai
7. Tindakan harus bersifat realistis
8. Disusun secara berurutan

D. Implementasi
Pelaksanaan merupakan tahap realisasi dari rencana asuhan keperawatan yang telah
disusun. Dalam pelaksanaan tindakan keperawatan, perawat kesehatan masyarakat harus
bekerjasama dengan anggota tim kesehatan lainya. Dalam hal ini melibatkan pihak
Puskesmas, Bidan desa dan anggota masyarakat (Mubarak, 2009). Prinsip yang umum
digunakan dalam pelaksanaan atau implementasi pada keperawatan komunitas adalah:

1. Inovative
Perawat kesehatan masyarakat harus mempunyai wawasan luas dan mampu
menyesuaikan diri dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan tehnologi (IPTEK) dan
berdasar pada iman dan taqwa (IMTAQ) (Mubarak, 2009)

2. Integrated
Perawat kesehatan masyarakat harus mampu bekerjasama dengan sesama profesi, tim
kesehatan lain, individu, keluarga, kelompok dan masyarakat berdasarkan azas kemitraan
(Mubarak, 2009).

3. Rasional
Perawat kesehatan masyarakat dalam melakukan asuhan keperawatan harus
menggunakan pengetahuan secara rasional demi tercapainya rencana program yang telah
disusun (Mubarak, 2009).

4. Mampu dan mandiri


Perawat kesehatan masyarakat diharapkan mempunyai kemampuan dan kemandirian
dalam melaksanakan asuhan keperawatan serta kompeten (Mubarak, 2009).

5. Ugem
Perawat kesehatan masyarakat harus yakin dan percaya atas kemampuannya dan
bertindak dengan sikap optimis bahwa asuhan keperawatan yang diberikan akan tercapai.
Dalam melaksanakan implementasi yang menjadi fokus adalah : program kesehatan
komunitas dengan strategi : komuniti organisasi dan partnership in community (model for
nursing partnership) (Mubarak, 2009).

E. Evaluasi
Evaluasi memuat keberhasilan proses dan keberhasilan tindakan keperawatan.
Keberhasilan proses dapat dilihat dengan membandingkan antara proses dengan pedoman
atau rencana proses tersebut. Sedangkan keberhasilan tindakan dapat dilihat dengan
membandingkan antara tingkat kemandirian masyarakat dalam perilaku kehidupan sehari-hari
dan tingkat kemajuan kesehatan masyarakat komunitas dengan tujuan yang telah ditetapkan
atau dirumuskan sebelumnya (Mubarak, 2009). Kegiatan yang dilakukan dalam penilaian
menurut Nasrul Effendi, 1998:

1. Membandingkan hasil tindakan yang dilaksanakan dengan tujuan yang telah


ditetapkan.
2. Menilai efektifitas proses keperawatan mulai dari tahap pengkajian sampai dengan
pelaksanaan.
3. Hasil penilaian keperawatan digunakan sebagai bahan perencanaan selanjutnya
apabila masalah belum teratasi.
4. Perlu dipahami bersama oleh perawat kesehatan masyarakat bahwa evaluasi
dilakukan dengan melihat respon komunitas terhadap.

Contoh asuhan keperawatan:

1. PENGERTIAN
Diare/ Gastroenteritis adalah buang air besar (defekasi) dengan tinja berbentuk cair
atau setengah cair (setengah padat), kandungan air tinja lebih banyak dari biasanya lebih
dari 200 gram atau 200 ml/24 jam, lebih dari 3 kali sehari, dapat atau disertai darah dan
lender, (ASPEN, 1998)
Gastroentritis adalah inflamasi membrane mukosa lambung dan usus halus.
Gastroentritis akut di tandai dengan diare dan pada beberapa kasus, muntah-muntah
berakibat kehilangan cairan dan elektrolit yang menimbulkan dehidrasi dan gangguan
keseimbangan elektrolit. (Lynn Betz, 2009)
Diareakut yaitu diare yang berlansung kurang dari 15 hari atau pendapat lain kurang
dari 14 hari dengan jumlah lebih banyak dari normal.
Diarekronik adalah diare yang berlangsung lebih dari 15 hari.Diare infektif adalah
bila penyebabnya infeksi, sedangkan diare non infektif bila tidak ditemukan infeksi sebagai
penyakit kasus tersebut.
Diare organic adalah bila ditemukan penyebab anatomi, bakteriologik, hormonal
atau toksikologik, sedangkan diare fungsional jika tidak dapat ditemukan penyebab organik,
(Diare ditinjau dari Aspek Kesehatan; Jkt, 2009)

2. ETIOLOGI
Etiologi dapat dibagi dalam beberapa faktor, yaitu :
1. Faktor infeksi
a) Infeksi enteral, yaitu infeksi pada saluran pencernaan danmerupakan penyebab utama
diare pada anak, meliputi :
1). Infeksi Bakteri : E.Coli, Salmonella, Shigella SPP, VibrioCholera
2). Infeksi Virus : Enterovirus, Protozoa, Adenovirus
3). Infeksi Jamur : Protozoa, Candida SPP, EntamoebaHistolityca
b. Infeksi parental, yaitu infeksi di bagian tubuh laindi luar alatpencernaan, seperti OMA,
broncopneumonia, tonsilofaringitis
2. Faktor malabsorbsi
•Malabsorbsi karbohidrat
•Malabsorbsi lemak
•Malabsorbsi protein
3. Obat-obatan : zat besi, antibiotika
4. Post pembedahan usus
5. Faktor makanan : makanan basi, beracun, alergi terhadap makanan
6. Faktor psikologis

3. PATOFISIOLOGI
Penyebab Gastroenteritis akut adalah masuknya virus (Rotravirus, Adenovirus
enteris, Virus Norwalk), Bakteri atau toksin (Compylobacter, Salmonella, Escheria coli,
Yersinia dan lainnya), parasit (Biardialambia, Cryptosporidium). Beberapa mikroorganisme
pathogen ini menyebabkan infeksi pada sel – sel, atau meleka tpada dinding usus pada
gastroenteritis akut.
Penularan gastroentritis bisa melaui fekal-oral dari satu klien keklien yang
lainnya.Beberapa kasus ditemui penyebaran pathogen dikarenakan makanan dan minuman
yang terkontaminasi.
Mekanisme dasar penyebab timbulnya diare adalah gangguan osmotic (makanan
yang tidak dapat diserapakan menyebabkan tekanan osmotic
dalam rongga usus meningkat sehingga terjadi pergeseran air
dan elektrolit kedalam roggausus, isi rongga usus berlebihan sehingga timbul diare).
Selain itu menimbulkan gangguan sekresi akibat toksin di dinding usus, sehingga sekresi air
dan elektrolit meningkat kemudian terjadi diare. Gangguan mutilitasusus yang
mengakibatkan hiperperistaltik dan hipoperistaltik. Akibat dari diare itu sendiri adalah kehila
ngan air danelektrolit (dehidrasi) yang mengakibatkan gangguan asambasa (asisdosis)
metabolic dan hipokalemia), gangguangizi (intake kurang, output berlebih), hipoglikemia)
dan gangguan sirkulasi darah.

4. MANIFESTASI KLINIS
Tanda – tanda klinis dari diare adalah :
1.         Muntah
2.         Demam
3.         Nyeri abdomen
4.         Membran mukosa lambung dan bibir kering
5.         Ubun-ubuncekung
6.         Kehilangan berat badan
7.         Tidak nafsu makan
8.         Lemah

1. Pada anak yang mengalami diare tanpa dehidrasi (kekurangan cairan).


Tanda – tandanya :
a.    Buang air besarcair 1 – 2 kali sehari
b.    Muntah tidak ada
c.    Haustidakada
d.   Masih mau makan
e.    Masih mau bermain

2. Pada anak yang mengalami diare dengan dehidrasi ringan/sedang.


Tanda- tandanya :
a.    Buang air besarcair 4-9 kali sehari
b.    Kadang muntah 1-2 kali sehari
c.    Kadang panas
d.   Haus
e.    Tidak mau makan
f.     Badan lesu lemas

3.    Pada anak yang mengalami diare dengan dehidrasi berat :


Tanda – tandanya :
a.    Buang air besarterus – menerus
b.    Muntahterus - menerus
c.    Haussekali
d.   Mata cekung
e.    Bibir kering dan biru
f.     Tangan dan kaki dingin
g.    Sangat lemah
h.    Tidak mau makan
i.      Tidak mau bermain
j.      Tidak kencing 6 jam atau lebih
k.    Kadang – kadang dengan kejang dan panas tinggi

Diare akut karena infeksi dapat disertai muntah – muntah, demam, tenesmus,
hematoschezia, nyeri perut dan atau kejang perut.Akibat paling fatal dari diare yang
berlangsung lama tanpa dehidrasi yang adekua tadalah kematian akibat dehidrasi yang
menimbulkan renjatan hipovolemik atau gangguan biokimiawi berupa asidosis metabolic
yang berlanjut. Seseorang yang kekurangan cairan akan merasahaus, berat badan
berkurang, matacekung, lidah kering, tulang pipi tampak lebih menonjol, turgor kulit
menurun serta suara menja diserak. Keluhan dan gejala ini disebabkan oleh depresi air yang
isotonik.
Karena kehilangan bikarbonat (HC03) maka perbandingnanya dengan asam karbonat
berkurang mengakibatkan penurunan pH darah yang merangsang pusat pernapasan
sehingga frekuensi pernapasan meningkat dan lebih dalam (pernapasan Kusmaul).
Gangguan kardiovaskuler pada tahap hipovolemik yang berat dapat berupa renjatan
dengan tanda – tanda denyut nadi cepat (lebih dari 120 x/m), tekanan darah menurun
sampa itidak terukur. Pasien mulai gelisah, mukapucat, akral dingin dan kadang – kadang
sianosis, karena kekurangan kalium pada diare akut juga dapat timbul aritmia jantung.
Penurunan tekanan darah akan menyebabkan perfusi ginjal menurun sampai timbul
oliguria/anuria. Bila keadaan ini tidak segera diatasi akan timbul penyakit nekrosis tubulus
ginjal akut yang berarti suatu keadaan gagal ginjal akut, (Departemen Kesehatan, Jkt ; 2004)

5. KOMPLIKASI YANG TERJADI SAAT GASTROENTERITIS


a.          Dehiddrasi
b.         Renjatan hipovolemik
c.          Kejang
d.         Bakterimia
e.          Mal nutrisi
f.          Hipoglikemia
g.         Intoleransi sekunder akibat kerusakan mukosa usus.

Dari komplikasi Gastroenteritis, tingkat dehidrasi dapat diklasifikasikan sebagai berikut :


a)   Dehidrasi ringan
Kehilangan cairan 2 – 5% dari berat badan dengan gambaran klinik turgor kulit kurang
elastis, suara serak, penderita belum jatuh pada keadaan syok.
b)  Dehidrasi sedang
Kehilangan cairan 5 -8 % dari berat badan dengan gambaran klinik turgor kulitjelek,
suaraserak, penderita jatuh pre syok nadi cepat dan dalam.
c)   Dehidrasi berat
Kehilangan cairan 8 – 10 % dari berat badan dengan gambaran klinik seperti tanda – tanda
dehidrasi sedang ditambah dengan kesadaran menurun, apatis sampai koma, otot – otot
kaku sampai sianosis.

6.PATHWAY

Faktor Mal Absorbsi Faktor Makanan Faktor Psikologi


- Karbohidrat - Makanan Besi - Rasa takut
- Lemak - Beracun - Cemas
- Protein - Alergi Makanan

Penyerapan sari-sari makanan dalam


Saluran pencernaan tidak
Terdapatnya zat-zat adekuat Gangguan
yang tidak diserap peradangan isi usus motilitas asus Tekanan osmotif
meningkat Gangguan sekresi Hiperperistltik
Kesempatan usus
Reabsorbsi didalam Sekresi air dalam elektrolit menyerap usus besar
terganggu dalam usus meningkat makanan
Merangsang usus
mengeluarkan isinya

BAB sering dengan Inflamasi saluran


konsistensi cair pencernaan

Agen pirogenic Mual dan


DIARE muntah

Kulit disekitar Cairan yang Frekwensi anus lecet dan keluar banyak
defekasi teriritasi
Kemerahan & Dehidrasi BAB encer Suhu tubuh Anoreksia gatal dengan
atau meningkat
Sering digaruk tanpa darah
Nutrisi kurang dari
Gangguan Gangguan eliminasi Hipertermi kebutuhan
Kerusakan pemenuhan cairan BAB diare
integritas kulit & elektrolit

7. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Pemeriksaan penunjang diare menurut Suriadi (2001 ) adalah :


1. Riwayat alergi pada obat-obatan atau makanan.

2. Pemeriksaan intubasi duodenum.

3. Pemeriksaan elektrolit dan creatinin.

4. Pemeriksaan tinja, PH, Leukosit, glukosa, dan adanya darah.

Adapun Pemeriksaan penunjang yang lain menurut Mansjoer (2000 )


1. Pemeriksaan tinja : Makroskopis dan mikroskopis PH dan kadar gula juga

ada intoleransi gula biarkan kuman untuk mencari kuman penyebab dan uji

retensi terhadap berbagai antibiotik.

2. Pemeriksaan darah : perifer lengkap, Analisa Gas Darah (AGD), elektrolit

( terutama Na, K, Ca, P Serum pada diare yang disertai kejang ).


3. Pemeriksaan kadar ureum dan creatinin darah untuk mengetahui faal

ginjal.
4. Duodenal intubation untuk mengetahui kuman penyebab secara kuantitatif

dan kualitatif terutama pada diare kronik.

8. PENATALAKSANAAN MEDIS

1. Penatalaksanaan medis menurut Biddulp and Stace (1999) adalah

pengobatan dengan cara pengeluaran diet dan pemberian cairan.

a. Diare tanpa dehidrasi memerlukan cairan tambahan berupa apapun

misalnya air gula, sari buah segar, air teh segar, kuah sup, air tajin, ASI.

Jangan memberikan air kembang gula, sari buah air dalam botol karena

cairan yang terlalu banyak mengandung gula akan memperburuk diare.

b. Diare dengan dehidrasi sedang memerlukan cairan khusus yang

mengandung campuran gula dan garam yang disebut larutan dehidrasi

oral ( LRO ). LRO ini dibuat dengan mencampurkan sebungkus garam

rehidrasi kedalam 1 liter air bersih.

c. Diare dengan dehidrasi berat memerlukan cairan intravena disamping

LRO.
2. Penatalaksanaan keperawatan menurut Nelson (1999) antara lain :
a. Penderita yang dirawat inap harus ditempatkan pada tindakan

pencegahan enterik termasuk cuci tangan sebelum dan sesudah kontak

dengan penderita.

b. Jas panjang bila ada kemungkinan pencernaan dan sarung tangan bila

menyentuh barang terinfeksi.

c. Penderita dan keluarganya dididik mengenal cara perolehan entero

patogen dan cara mengurangi penularan.

ASUHAN KEPERAWATAN DIARE PADA ANAK

1. Pengkajian

Pengkajian yang sistematis meliputi pengumpulan data, analisa data dan penentuan masalah.
Pengumpulan data diperoleh dengan cara intervensi, observasi, pemeriksaan fisik.

1. Identitas klien.
2. Riwayat keperawatan.

· Awalan serangan : Awalnya anak cengeng,gelisah,suhu tubuh meningkat,anoreksia


kemudian timbul diare.

· Keluhan utama : Faeces semakin cair,muntah,bila kehilangan banyak air dan elektrolit
terjadi gejala dehidrasi,berat badan menurun. Pada bayi ubun-ubun besar cekung, tonus dan
turgor kulit berkurang, selaput lendir mulut dan bibir kering, frekwensi BAB lebih dari 4 kali
dengan konsistensi encer.

1. Riwayat kesehatan masa lalu.

   Riwayat penyakit yang diderita, riwayat pemberian imunisasi.

1. Riwayat psikososial keluarga.

   Hospitalisasi akan menjadi stressor bagi anak itu sendiri maupun bagi keluarga, kecemasan
meningkat jika orang tua tidak mengetahui prosedur dan pengobatan anak, setelah menyadari
penyakit anaknya, mereka akan bereaksi dengan marah dan merasa bersalah.

1. Kebutuhan dasar.
Pola eliminasi : akan mengalami perubahan yaitu BAB lebih dari 4 kali sehari, BAK
sedikit atau jarang.
Pola nutrisi : diawali dengan mual, muntah, anopreksia, menyebabkan penurunan
berat badan pasien.
Pola tidur dan istirahat akan terganggu karena adanya distensi abdomen yang akan
menimbulkan rasa tidak nyaman.
Pola hygiene : kebiasaan mandi setiap harinya.
Aktivitas : akan terganggu karena kondisi tubuh yang lemah dan adanya nyeri akibat
distensi abdomen.

2. Pemerikasaan fisik 
a. Pemeriksaan psikologis :

 keadaan umum tampak lemah, kesadaran

composmentis sampai koma, suhu tubuh tinggi, nadi cepat dan lemah, pernapasan agak cepat.

 b. Pemeriksaan sistematik :

· Inspeksi : mata cekung, ubun-ubun besar, selaput lendir, mulut dan bibir kering, berat badan
menurun, anus kemerahan.

· Perkusi : adanya distensi abdomen.

· Palpasi : Turgor kulit kurang elastis

· Auskultasi : terdengarnya bising usus.

c. Pemeriksaan tingkat tumbuh kembang.

d. Pada anak diare akan mengalami gangguan karena anak dehidrasi  sehingga berat badan
menurun.

e. Pemeriksaan penunjang.

f.Pemeriksaan tinja, darah lengkap dan duodenum intubation yaitu untuk mengetahui
penyebab secara kuantitatip dan kualitatif.

3.Diagnosa Keperawatan
1. Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan output yang
berlebihan(diare)
Tujuan: Kebutuhan cairan terpenuhi
Intervensi:
Observasi
 Monitor tanda-tanda vital
 Monitor dan catat pemasukan dan pengeluaran
 Pantau tanda dan gejala kekurangan cairan dan elektrolit
 Pantau suhu kulit
 Observasi dan catat respon terhadap pemberian makanan
Terapeutik
 Berikan makanan dan kudapan tinggi kalori dan protein
 Berikan makanan yg disukai anak
 Berikan lingkungan yg bersih dan nyaman
Edukasi
 Anjurkan memberikan suplemen nutrisi
 Anjurkan memberikan jam istirahat(tidur) serta kurangi aktivitas yg berlebihan
 Instruksi keluarga dalam memberikan diet yg tepat
Kolaborasi
 Kolaborasi dalam pemberian diet gizi dan pemenuhan elektrolit

2. Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi


Manajemen utama : Hipertermi
Tujuan: suhu tubuh kembali normal
Intervensi:
Observasi
 Monitor Tanda-tanda vital
 Monitor kadar elektrolit
 Monitor tanda dan gejala penyebab hipertermi
 Pantau suhu lingkungan
Terapeutik
 Berikan makanan hangat
 Berikan kompres air hangat, jika perlu.
Edukasi
 Anjurkan menggunakan pakaian tipis
 Anjurkan minum air putih yg banyak
Kolaborasi
 Kolaborasi dalam pemberian antipiretik, jika perlu.

3. Defisit nutrisi berhubungan dengan mual muntah


Tujuan: Kebutuhan nutrisi tubuh terpenuhi.
Observasi
 Identifikasi intake dan output makanan secara akurat
 Identifikasi alergi dan intoleransi makanan
 Kaji adanya tanda’ perubahan nutrisi
 Monitor berat badan
 Monitor hasil pemeriksaan lab
Terapeutik
 Lakukan oral hygiene sebelum dan sesudah makan
 Berikan minum sedikit demi sedikit
 Berikan makanan tinggi kalori dan protein
 Berikan makanan dalam porsi kecil tapi sering
Edukasi
 Anjurkan diet yang bergizi
Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian medikasi sebelum makan
 Kolaborasi dengan ahli gizi

BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan
Perawatan kesehatan masyarakat merupakan bidang khusus dalam ilmu keperawatan,
yang merupakan gabungan ilmu keperawatan, ilmu kesehatan masyarakat dan social (WHO,
1959). Dengan demikian ada 3 teori yang menjadi dasar ilmu perawatan kesehatan
masyarakat yaitu : Ilmu Keperawatan, Ilmu Kesehatan Masyarakat, Ilmu Sosial (Peran Serta
Masyarakat).
Proses keperawatan adalah serangkaian perbuatan atau tindakan untuk menetapkan,
merencanakan dan melaksanakan pelayanan keperawatan dalam rangka membantu klien
untuk mencapai dan memelihara kesehatannya seoptimal mungkin. Tindakan keperawatan
tersebut dilaksanakan secara berurutan, terus menerus, saling berkaitan dan dinamis.
Selanjutnya menetapkan langkah proses keperawatan sebagai proses pengumpulan data,
pengkajian, perencanaan dan pelaksanaan (Wolf, Weitzel dan Fuerst, 1979). Jadi proses
keperawatan komunitas adalah metode asuhan keperawatan yang bersifat ilmiah, sistematis,
dinamis, kontinyu dan berkesinambungan dalam rangka memecahkan masalah kesehatan dari
klien, keluarga, kelompok atau masyarakat yang langkah – langkahnya dimulai dari (1)
pengkajian : pengumpulan data, analisis data dan penentuan masalah, (2) diagnosis
keperawatan, perencanaan tindakan keperawatan, pelaksanaan dan evaluasi tindakan
keperawatan. (Wahit, 2005).
Proses Evaluasi adalah langkah akhir dari proses keperawatan. Tugas selama tahap ini
termasuk pencatatan pernyataan evaluasi dan revisi rencana tindakan keperawatan dan
intervensi jika perlu.
Pernyataan evaluasi memberikan informasi yang penting tentang pengaruh intervensi
yang direncanakan pada keadaan kesehatan klien. Suatu pernyataan evaluasi terdiri dari dua
komponen yaitu :
1. Pencatatan data mengenai status klien saat itu.
2. Pernyataan kesimpulan mengindikasikan penilaian perawat sehubungan dengan
pengaruh intervensi terhadap status kesehatan klien.

Kelompok 5 “Program-program Kesehatan dan Kebijakan dalam


Menanggulangi Masalah Kesehatan Utama di Indonesia”

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Terselenggaranya pelayanan kesehatan yang lebih bermutu dan merata untuk seluruh
masyarakat merupakan keinginan yang menjadi landasan pelaksanaan pembangunan
kesehatan di Indonesia.
Pembangunan kesehatan di Indonesia selama beberapa dekade yang lalu harus diakui
relatif berhasil, terutama pembangunan infra struktur pelayanan kesehatan yang telah
menyentuh sebagian besar wilayah kecamatan dan pedesaan. Namun keberhasilan yang
sudah dicapai belum dapat menuntaskan.problem kesehatan masyarakat secara menyeluruh,
bahkan sebaliknya tantangan sektor kesehatan cenderung semakin meningkat.
Transisi epidemiologis, yang di tandai dengan semakin berkembangnya penyakit
degeneratif dan penyakit tertentu yang belum dapat diatasi sepenuhnya (seperti TBC, DHF
dan malaria); hal ini merupakan sebagian tantangan kesehatan di masa depan. Tantangan
lainnya yang harus ditanggulangi antara lain adalah meningkatnya masalah kesehatan kerja,
kesehatan lingkungan, masalah obat- obatan; dan perubahan dalam bidang ekonomi,
kependudukan, pendidikan, sosial budaya; dan dampak globalisasi yang akan memberikan
pergaruh terhadap perkembangan keadaan kesehatan masyarakat.
Berdasarkan penjelasan di atas sangat diperlukan upaya agar masalah kesehatan di masa
depan dapat ditanggulangi sehingga mencapai kualitas kesehatan masyarakat yang
diinginkan.

1.2 RUMUSAN MASALAH

1.   Apa yang dimaksud dengan pemberantasan penyakit menular dan penyehatan lingkungan
pemukiman ?
2.  Apa yang dimaksud dengan masalah kesehatan komunitas di Indonesia ?
3.  Bagaimanakah program pembinaan kesehatan di Indonesia ?
4.  Bagaimanakah strategi pemecahan masalah kesehatan komunitas ?

1.3 TUJUAN MASALAH


1.  menjelaskan yang dimaksud dengan pemberantasan penyakit menular dan penyehatan
lingkungan pemukiman
2.  Menjelaskan yang dimaksud dengan masalah kesehatan komunitas di Indonesia
3.  Menjelaskan program pembinaan kesehatan di Indonesia
4.  Menjelaskan strategi pemecahan masalah kesehatan komunitas

BAB 2
ISI

A. PEMBERANTASAN PENYAKIT MENULAR DAN PENYEHATAN


     LINGKUNGAN PEMUKIMAN
1. Penyakit Menular
Yang dimaksud penyakit menular dalah penyakit yang dapat ditularkan (berpindah
dari orang satu ke orang yang lain, baik secara langsung maupun melalui perantara). Penyakit
menular ini ditandai dengan adanya (hadirnya) agen atau penyebab penyakit yang hidup dan
dapat berpindah. 
Suatu penyakit dapat menular dari orang yang satu kepada yang lain ditentukan oleh 3 faktor
tersebut diatas, yakni :
a. Agen (penyebab penyakit)
b. Host (induk semang)
c. Route of transmission (jalannya penularan)
Apabila diumpamakan berkembangnya suatu tanaman, dapat diumpamakan sebagai biji
(agen), tanah (host) dan iklim (route of transmission).
2. Agen-agen infeksi (penyebab infeksi)
Makhluk hidup sebagai pemegang peranan penting didalam epidemiologi yang
merupakan penyebab penyakit dapat dikelompokan menjadi :
1) Golongan virus , misalnya influenza, trachoma, cacar dan sebagainya.
2) Golongan riketsia , misalnya typhus.
3) Golongan bakteri, misalnya disentri
4) Golongan protozoa, misalnya malaria, filarial, schistosoma, dsb.
5) Golongan jamur, yakni bermacam-macam panu, kurap, dsb.
6) Golongan cacing, yakni bermacam-macam cacing perut seperti ascaris (cacing
gelang), cacing kremi, cacing pita, cacing tambang, dsb.
Agar supaya agen atau penyebab penyakit menular ini tetap hidup (survive) maka perlu
persyaratan-persyaratan sebagai berikut :
1) Berkembang biak
2) Bergerak atau berpindah dari induk semang
3) Mencapai induk semang baru
4) Menginfeksi induk semang baru tersebut.
Kemampuan agen penyakit ini agar penyakit ini tetap hidup pada lingkungan manusia
adalah suatu factor penting didalam epidemologi infeksi. Setiap bibit penyakit (penyebab
penyakit) mempunyai habitat sendiri-sendiri sehingga ia dapat tetap hidup.
Dari sini timbul istilah reservoir yang diartikan sebagai berikut 1) habitat dimana bibit
penyakit tersebut hidup dan berkembang 2) survival dimana bibit penyakit tersebut hidup
sangat tergantung pada habitat sehingga ia dapat tetap hidup. Reservoir tersebut dapat berupa
manusia, binatang atau benda-benda mati.
Reservoir di dalam manusia
Penyakit-penyakit yang mempunyai reservoir didalam tubuh manusia antara lain campak
(measles), cacar air (small pox), typhus (typoid), meningitis, gonorrhea dan syphilis. Manusia
sebagai reservoir dapat menjadi kasus yang aktif dan carier.
 Carrier
Carrier adalah orang yang mempunyai bibit penyakit didalam tubuhnya tanpa
menunjukan adanya gejala penyakit tetapi orang tersebut dapat menularkan
penyakitnya kepada orang lain. Convalescent carriers adalah orang yang masih
mengandung bibit penyakit setelah sembuh dari suatu penyakit.
 Carriers adalah sangat penting dalam epidemologi penyakit-penyakit polio, typhoid,
meningococcal meningitis dan amoebiasis. Hal ini disebabkan karena :
1)      Jumlah (banyaknya carriers jauh lebih banyak dari pada orang yang sakitnya sendiri).
2)      Carriers maupun orang yang ditulari sama sekali tidak tahu bahwa mereka menderita / kena
penyakit.
3)      Carries tidak menurunkan kesehatannya karena masih dapat melakukan pekerjaan sehari-
hari.
4)      Carriers mungkin sebagai sumber infeksi untuk jangka waktu yang relative lama.
 Reservoir pada binatang
Penyakit-penyakit yang mempunyai reservoir pada binatang pada umumnya adalah
penyakit zoonosis. Zoonosis adalah penyakit pada binatang vertebrata yang dapat
menular pada manusia. Penularan penyakit-penyakit pada binatang ini melalui
berbagai cara, yakni :
1)      Orang makan daging binatang yang menderita penyakit, misalnya cacing pita.
2)      Melalui gigitan binatang sebagai vektornya, misalnya pes melalui pinjal tikus, malaria,
filariasis, demam berdarah melalui gigitan nyamuk.
3)      Binatang penderita penyakit langsung menggigit orang misalnya rabies.
 Benda-benda Mati sebagai Reservoar
Penyakit-penyakit yang mempunyai reservoir pada benda-benda mati pada dasarnya
adalah saprofit hidup didalam tanah. Pada umumnya bibit penyakit ini berkembang biak pada
lingkungan yang cocok untuknya. Oleh karena itu bila terjadi perubahan temperature atau
kelembapan dari kondisi dimana ia dapat hidup maka ia berkembang biak dan siap infektif.
Contoh clostridium tetani penyebab tetanus, C. botulinum penyebab keracunan makanan dan
sebagainya.

3. Sumber infeksi dan penyebaran penyakit


Yang dimaksud sumber infeksi adalah semua benda termasuk orang atau binatang  yang
dapat melewatkan / menyebabkan penyakit pada orang. Sumber penyakit ini mencakup juga
reservoir seperti telah dijelaskan sebelumnya.
Macam-macam penularan (mode of transmission)
Mode penularan adalah suatu mekanisme dimana agen / penyebab penyakit tersebut
ditularkan dari orang ke orng lain atau dari reservoir kepada induk semang baru. Penularan
ini melalui berbagai cara antara lain :

1)      Kontak (contact)
Kontak disini dapat terjadi kontak langsung maupun kontak tidak langsung melalui benda-
benda yang terkontaminasi. Penyakit-penyakit yang ditularkan melalui kontak langsung ini
pada umumnya terjadi pada masyarakat yang hidup berjubel. Oleh karena itu lebih cenderung
terjadi dikota dari pada di desa yang penduduknya masih jarang.
2)   Inhalasi (inhalation)
Yaitu penularan melalui udara / pernapasan. Oleh karena itu ventilasi rumah yang kurang,
berjejelan (over crowding) dan tempat-tempat umum adalah factor yang sangat penting
didalam epidemologi penyakit ini. Penyakit yang ditularkan melalui udara ini sering disebut
air borne infection (penyakit yang ditularkan melalui udara).
3)   Infeksi
Penularan melalui tangan, makanan, dan minuman.
4)   Penetrasi pada kulit
Hal ini dapat langsung oleh organism itu sendiri. Penetrasi pada kulit misalnya cacing
tambang, melalui gigitan vector misalnya malaria atau melalui luka, misalnya tetanus
5)   Infeksi melalui plasenta
Yakni infeksi yang diperoleh melalui plasenta dari ibu penderita penyakit pada waktu
mengandung, misalnya syphilis dan toxoplasmosis.
4. Factor Induk Semang (Host)
Terjadinya suatu penyakit (infeksi) pada seseorang ditentukan pula oleh factor-faktor
yang ada pada induk semang itu sendiri. Dengan perkataan lain penyakit-penyakit dapat
terjadi pada seseorang tergantung / ditentukan oleh kekebalan / resistensi orang yang
bersangkutan.

5. Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Menular

Untuk pencegahan dan penanggulangan ini ada 3 pendekatan atau cara yang dapat
dilakukan :
1)      Eliminasi Reservoir ( Sumber Penyakit)
Eliminasi reservoir manusia sebagai sumber penyebaran penyakit dapat dilakukan dengan :
a) Mengisolasi penderita (pasien), yaitu menempatkan pasien ditempat yang
khusus untuk mengurangi kontak dengan orang lain.
b) Karantina adalah membatasi ruang gerak penderita dan menempatkannya
bersama-sama penderita lain yang sejenis pada tempat yang khusus didesain
untuk itu. Biasanya dalam waktu yang lama, misalnya karantina untuk penderita
kusta.
2)   Memutus Mata Rantai Penularan
Meningkatkan sanitasi lingkungan dan higiene perorangan adalah merupakan usaha yang
penting untuk memutus hubungan atau mata rantai penularan penyakit menular.
3)   Melindungi Orang-Orang (Kelompok)
Bayi dan anak balita adalah merupakan kelompok usia yang rentan terhadap penyakit
menular. Kelompok usia yang rentan ini perlu lindungan khusus (specific protection) dengan
imunisasi baik imunisasi aktif maupun pasif. Obat-obat prifilaksis tertentu juga dapat
mencegah penyakit malaria, meningitis, dan disentri baksilus.
Pada anak usia muda, gizi yang kurang akan menyebabkan kerentanan pada anak
tersebut. Oleh sebab itu, meningkatkan gizi anak adalah juga merupakan usaha pencegahan
penyakit infeksi pada anak.

6. Penyehatan Lingkungan Pemukiman

A.    Pengertian Kesehatan Lingkungan


Ilmu kesehatan lingkungan diberi batasan sebagai ilmu yang mempelajari diinamika
hubungan interaktif antara kelompok penduduk atau masyarakat dengan segala macam
perubahan komponen lingkungan hidup seperti spesies kehidupan , bahan, zat atau berpotensi
menimbulkan gangguan kesehatan masyarakat, serta mencari upaya-upaya pencegahan.
Kesehatan lingkungan adalah suatu kondisi lingkungan yang mampu menopang
keseimbangan ekologis yang dinamis antara manusia dan lingkungan untuk mendukung
tercapainya realitas hidup manusia yang sehat, sejahtera dan bahagia (Himpunan Ahli
kesehatan Lingkungan)
Kesehatan lingkungan adalah upaya untuk melindungi kesehatan manusia melalui
pengelolahan, pengawasan dan pencegahan factor-faktor lingkungan yang dapat mengganggu
kesehatan manusia, kesehatan lingkungan adalah ilmu seni dalam mencapai keseimbangan,
keselarasan dan keserasian lingkungan hisup melalui upaya pengembangan budaya perilaku
sehat dan pengelolahan lingkungan sehingga dicapi kondisi yang bersih, aman, nyaman, sehat
dan sejahtera terhindar dari gangguan penyakit, pencemaran dan kecelakaan, sesuai dengan
harkat dan martabat manusia.
Kesehatan lingkungan adalah ilmu dan seni untuk mencegah pengganggu,
menanggulangi kerusakan dan meningkatkan / memulihkan fungsi lingkungan melalui
pengelolahan unsur-unsur / factor-faktor lingkungan yang berisiko terhadap kesehatan
manusia dengan cara identifikasi, analisis, intervensi/rekayasa lingkungan, shingga
tersedianya lingkungan yang menjamin bagi derajat kesehatan manusia secara optimal.
Masalah kesehatan adalah masalah yang sangat kompleks, yang saling berkaitan
dengan masalah-masalah lain diluar kesehatan sendiri. Banyak factor yang mempengaruhi
kesehatan, baik kesehatan individu ataupun kesehatan masyarakat.
Kesehatan lingkungan adalah suatu kondisi atau keadaan lingkungan yang optimum
sehingga berpengaruh positif terhadap terwujudnya suatu status kesehatan yang optimal pula.
Usaha kesehatan lingkungan adalah suatu usaha untuk memperbaiki atau
mengoptimalkan lingkungan hisup manusia agar dapat menyediakan media yang baik untuk
terwujudnya kesehatan yang optimum bagi manusia yang hidup didalamnya.

B.     Dasar Hukum
Dasar Hukum Kesehatan Lingkungan terdapat dalam UU No. 36 Tahun 2009 Tentang
Kesehatan, BAB XI Kesehatan Lingkungan.
Pasal 162 “Upaya kesehatan lingkungan ditujukan untuk mewujudkan kualitas
lingkungan yang sehat, baik fisik, kimia, biologi, maupun social yang memungkinkan setiap
orang mencapai derajat kesehatan yang setinggi-tingginya”
Pasal 163
1)      Pemerintah , pemerintah daerah  dan masyarakat menjamin ketersediaan lingkungan yang
sehat dan tidak mempunyai risiko buruk bagi kesehatan.
2)      Lingkungan sehat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mencakup lingkungan
permukiman, tempat kerja, tempat rekreasi, serta tempat dan fasilitas umum.
3)      Lingkungan sehat sebagaimana dimaksud pada ayat (2) bebas dari unsur-unsur yang
menimbulkan gangguan kesehatan, antara lain :
a.       Limbah cair
b.      Limbah padat
c.       Limbah gas
d.      Sampah yang tidak diproses sesuai dengan persyaratanyang ditetapkan pemerintah
e.       Binatang pembawa penyakit
f.       Zat kimia yang berbahaya
g.      Kebisingan yang melebihi ambang batas
h.      Radiasi sinar pengion dan non pengion
i.        Air yang tercemar
j.        Udara yang tercemar
k.      Makanan yang terkontaminasi
4)      Ketentuan Mengenai Standar baku mutu kesehatan lingkungan dan proses pengelolahan
limbah sebagaimana dimkasud pada ayat (2), dan ayat (3), ditetapkan dengan peraturan
pemerintah
.
C.     Ruang Lingkup
Ruang lingkup kesehatan lingkungan
Kesehatan lingkungan adalah suatu keseimbangan ekologis yang harus ada antara
manusia dengan lingkungannya agar dapat menjamin keadaan sehat dari manusia.
Ruang lingkup :
1)       Penyediaan air minum
2)      Pengelolahan air buangan dan pengendalian pencemaran
3)      Pengelolahan sampah padat
4)      Pengendalian vector
5)      Pencegahan dan pengendalian pencemaran tanah dan ekskreta manusia
6)      Hygiene makanan
7)      Pengendalian pencemaran udara
8)      Pengendalian radiasi
9)      Kesehatan kerja
10)  Pengendalian kebisingan
11)  Perumahan dan permukiman
12)  Perencanaan daerah perkotaan
13)  Kesehatan lingkungan transportasi udara, laut, darat
14)  Pencegahan kecelakaan
15)  Reaksi umum dan pariwisata
16)  Tindakan sanitasi yang berhubungan dengan epidermic , bencana, kedaruratan tindakan
pencegahan agar lingkungan bebas dari risiko gangguan kesehatan (WHO, 1979)

D.    Unsur Kesehatan Lingkungan


Unsur Kesehatan Lingkungan, meliputi :

1.      Perumahan
Rumah adalah salah satu persyaratan pokok bagi kehidupan manusia. Rumah atau tempat
tinggal manusia dari zaman ke zaman selalu mengalami perubahan perkembangan bentuk
rumah. Misal   saja pada zaman purba manusia tinggal di gua-gua, kemudian berkembang
mendirikan rumah di hutan-hutan dan dibawah pohon. Setelah manusia memasuki zaman
modern ini meskipun rumah mereka dibangun dengan bukan bahan bahan setempat, tetapi
kadang desainnya masih mewarisi kebudayaan sebelumnya. Sampai pada abad modern ini
manusia sudah membangun rumah bertingkat dan telah dilengkapi dengan peralatan yang
serba modern.
(Gambar : Rumah sesuai perkembangan)
Factor yang perlu diperhatikan dalam membangun sebuah rumah :
a.   Factor lingkungan, baik lingkungan fisik, biologis maupun lingkungan social.
Maksudnya membangun sebuah rumah harus memperhatikan tempat dimana rumah itu
didirikan.
b.   Tingkat kemampuan ekonomi masyarakat
Hal ini dimaksudkan rumah dibangun berdasarkan kemampuan keuangan penghuninya, untuk
itu maka bahan-bahan setempat yang rumah kisanya dari bamboo, kayu atap rumbia, dsb,
merupakan bahan-bahan pokok pembuatan rumah.

c.   Teknologi yang dimiliki masyarakat


Dewasa ini teknologi perumahan sudah begitu maju dan begitu modern. Rakyat pedesaan
bagaimanapun sederhananya sudah memiliki teknologi perumahan sendiri yang dipunyai
turun temurun. Dalam rangka penerapan teknologi tepat guna, maka teknologi yang sudah
dipunyai oleh masyarakat tersebut dimodifikasi.
d.      Kebijakan (peraturan) pemerintah yang menyangkut tata guna tanah
Untuk hal ini, bagi perumahan masyarakat pedesaan belum merupakan problem, namun
dikota sudah menjadi masalah besar.
Syarat-syarat rumah yang sehat
a.       Bahan bangunan
1)      Lantai
Ubin atau semen adalah baik, namun tidak cocok untuk kondisi ekonomi pedesaan. Syarat
yang terpenting disini adalah lantai tidak berdebu pada musim kemarau dan tidak basah pada
musim penghujan.
Iang , kaso, dan r(Gambar : Lantai)
2)      Dinding
Tembok adalah baik, namun disamping mahal, tembok sebenarnya kurang cocok untuk
daerah tropis lebih-lebih ventilasinya kurang. Dinding rumah didaerah tropis khususnya
pedesaan, lebih baik dinding atau papan, sebab meskipun jendela tidak cukup, maka lubang-
lubang pada dinding atau papan tersebut merupakan ventilasi dan dapat menambah
penerangan alamiah.
3)      Atap genteng
Adalah umum dipakai baik diperkotaan atau pedesaan. Disamping atap genteng cocok untuk
daerah tropis juga dapat terjangkau oleh masyarakat dan bahkan masyarakat telah dapat
membuatnya sendiri.
*gambar : Jenis dan Bentuk Genteng
4) Lain-lain (tiang , kaso, dan reng)
Kayu untuk tiang dan bambu untuk kaso dan reng adalah umum di pedesaan. Menurut
pengalaman bahan-bahan tersebut tahan lama. Tetapi perlu diperhatikan bahwa lubang-
lubang pada bambu merupakan sarang tikus yang baik. Untuk menghindari ini maka cara
memotongnya harus disesuaikan menurut ruas-ruas bamboo tersebut, apabila tidak pada
ruasnya, maka lubang pada ujung-ujung bamboo yang digunakan untuk kaso tersebut ditutup
dengan kayu.
b.      Ventilasi
Ventilasi rumah mempunyai banyak fungsi. Fungsi pertama adalah untuk menjaga agar aliran
udara dalam rumah tersebut tetap segar. Kurangnya ventilasi akan menyebabkan kurangnya
O2 didalam rumah yang kadar CO2 yang bersifat racun bagi penghuninya meningkat.
Kurangnya ventilasi udara akan menyebabkan kelembapan udara dalam ruangan akan naik.
Fungsi kedua dari ventilasi adalah untuk membebaskan udara ruangan dari bakteri-bakteri
terutama bakteri pathogen.
c. Cahaya
Rumah yang sehat memerlukan pencahayaan yang cukup, tidak kurang dan tidak terlalu
banyak. Cahaya dapat dibedakan menjadi 2 yaitu:
1)        Cahaya alamiah yakni cahaya matahari. Cahaya ini sangat patogendalam rumah, misalnya
basil TBC. Jalan maasuknya cahaya alamiah juga diusahakan dengan genteng kaca.
2)        Cahaya buatan, yakni menggunakan sumber cahaya yang bukan alamiah, seperti lampu
minyak tanah, listrik dan sebagainya.
d.      Luas bangunan rumah
Luas lantai bangunan rumah sehat harus cukup untuk penghuni didalamnya, artinya luas
lantai bangunan tersebut harus disesuaikan dengan jumlah penghuninya. Luas bangunan yang
tidak sebanding dengan jumlah penghuninya akan menyebabkan perjubelan (overcrowded).
Hal ini tidak sehat, sebab disamping menyebabkan kurangnya konsumsi O2 juga bila salah
satu anggota keluarga terkena penyakit infeksi, akan mudah menularkan penyakitnya ke
anggota keluarga lain.
e. Fasilitas dalam rumah
Rumah yang sehat harus mempunyai fasilitas-fasilitas sebgai berikut :
1)      Penyediaan air bersih yang cukup
2)      Pembuangan tinja
3)      Pembuangan air limbah
4)      Pembuangan sampah
5)      Fasilitas dapur
6)      Ruang berkumpul keluarga
Untuk rumah dipedesaan lebih cocok adanya serambi (serambi muka atau belakang).
Disamping fasilitas tersebut diatas ada fasilitas yang lain yang perlu diadakan tersendiri untuk
rumah pedesaan antara lain yang perlu diadakan tersendiri untuk rumah pedesaan, yakni :
a)      Gudang merupakan tempat untuk menyimpan hasil panen.
b)      Kandang ternak, karena ternak adalah bagian dari para petani, maka kadang-kadang ternak
tersebut ditaruh didalam rumah.

2.      Penyediaan Air Bersih


a.    Pengertian
Air bersih
Merupakan air yang digunakan untuk keperluan sehari-hari yang kualitasnya memenuhi
syarat kesehatan dan dapat diminum setelah dimasak
Kebutuhan air bersih
Adalah banyaknya air yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan air dalam kegiatan
sehari-hari misalnya mandi, mencuci, memasak, menyiram tanaman, mencuci mobil, dan lain
sebagainya.
Kualitas air
Adalah standart kualitas yang terdapat dalam Peraturan Menteri Kesehatan RI No 82/2001
yang digunakan sebagai parameter air yang meliputi aspek fisik, kimia, biologi
b.   Air minum
Air adalah sangat penting bagi kehidupan manusia. Manusia akan lebih cepat meninggal
karena kekurangan air dari pada kekurangan makanan. Kebutuhan manusia sangat komplek
antara lain untuk minum, mandi, masak, mencuci, dsb. Diantara kegunaan-kegunaan air
tersebut yang sangat penting adalah kebutuhan untuk minum.

Syarat-syarat air minum yang sehat


1)   Syarat fisik
a)   Rasa
Kualitas air bersih yang baik adalah tidak berasa. Rasa dapat ditimbulkan karena adanya zat
organic atau bakteri/unsur lain yang masuk ke badan air.
b)   Bau
Kualitas air bersih yang baik adalah tidak berbau karena bau ini dapat ditimbulkan oleh
pembusukan zat organic seperti bakteri serta kemungkinan akibat tidak langsung dari
pencemaran lingkungan, terutama system sanitasi.
c)   Suhu
Secara umum, kenaikan suhu perairan akan mengakibatkan kenaikan aktivitas biologi
sehingga akan membentuk O2 lebih banyak lagi. Kenaikan suhu perairan secara alamiah
biasnya disebabkan oleh aktivitas penebangan vegetasi air tersebut, sehingga menyebabkan
banyaknya cahaya matahari yang masuk tersebut mempengaruhi akuifer yang ada secara
langsung atau tidak langsung.
d)   Kekeruhan
Kekeruhan air dapat ditimbulkan oleh adanya bahan-bahan organic dan anorganik, kekeruhan
juga dapat mewakili warna. Sedang dari segi estetika kekeruhan air dihubungkan dengan
kemungkinan hadirnya pencemaran melalui buangan dan warnaair tergantung pada warna
buangan yang memasui badan air.
e)   TDS atau jumlah zat padat terlarut
Bahan pada adalah bahan yang tertinggal sebagai residu pada penguapan dan pengeringan
pada suhu 1030-105°C , dalam portable water kebanyakan bahan bakar terdapat dalam
bentuk terlarut yang terdiri dari garam anorganik selain itu juga gas-gas yang terlarut.
Kandungan total solids pada portable water biasanya berkisar antara 20 sampai dengan 1000
mg/l dan sebgai satu pedoman kekerasan dari air akan meningkatnya total solids, disamping
itu pada semua bahan cair jumlah koloid yang tidak terlarut dan bahan yang tersuspensi akan
meningkat sesuai derajat dari pencemaran.

2)   Syarat bakteriologis
Syarat air untuk keperluan minum yang sehat harus bebas dari segala bakteri, terutama
bakteri pathogen.

3)   Syarat kimia
Kandungan zat atau mineral yang bermanfaat dan tidak mengandung zat beracun.
a)   pH (derajat keasaaman)
penting dalam proses penjernihan air karena keasaaman air pada umumnya disebabkan gas
oksida yang larut dalam air terutama karbondioksida. Pengaruh yang menyangkut aspek
kesehatan dari pada penyimpangan standar kualitas air minum dalam hal pH yang lebih kecil
6,5 dan lebih besar dari 9,2 akan tetapi dapat menyebabkan beberapa senyawa kimia berubah
menjadi racun yang sangat mengganggu kesehatan.
b)   Kesadahan
Kesadahan ada dua macam yaitu kesadahan sementara dan kesadahan nonkarbonat
(permanen).  Kesadahan sementara akibat keberadaan kalsium dan magnesium bikarbonat
yang dihilangkan dengan memanaskan air hingga mendidih atau menambahkan kapur dalam
air. Kesadahan nonkarbonat (permanen) disebabkan oleh sulfat dan karbonat, chloride dan
nitrat dari magnesium dan kalsium disamping Besi dan Aluminuium.
c)   Besi
Air yang mengandung banyak besi akan berwarna kuning dan menyebabkan rasa logam besi
dalam air, serta menimbulkan korosi pada bahan yang terbuat dari mental. Besi merupakan
salah satu unsure yang merupakan hasil pelapukan batuan induk yang banyak ditemukan
diperairan umum. Batas maksimal yang terkandung didalam air adalah 1,0 mg/l.
d)   Alumunium
Batas maksimal yang terkandung didalam air  menurut Peraturan Menteri Kesehatan No
82/2001 yaitu 0,2mg/l. Air yang mengandung banyak alumunium menyebabkan rasa yang
tidak enak apabila dikonsumsi.
e)    Zat organic
Larutan zat organic yang bersifat kompleks ini dapat berupa unsure hara makanan maupun
sumber energi lainnya bagi flora dan fauna yang hidup diperairan.
f)   Sulfat
Kandungan sulfat yang berlebihan dalam air dapat mengakibatkan kerak air yang keras pada
alat merebus air (panic/ketel) selain mengakibatkan baud an korosi pada pipa. Sering
dihubungkan dengan penanganan dan pengelolahan air bekas.
g)   Nitrat dan nitrit
Pencemaran air dari nitrat dan nitrit bersumber dari tanah dan tanaman. Nitrat dapat terjadi
baik dari NO2 atmosfer maupun dari pupuk-pupuk yang digunankan dan dari oksidasi NO2
oleh bakteri dari kelompok Nitrobacter. Jumlah nitrat yang lebih besar dalam usus cenderung
untuk berubah menjadi nitrit yang dapat bereaksi langsung dengan hemoglobin dalam daerah
membentuk methaemoglobin yang dapat menghalang perjalanan oksigen didalam tubuh.
h)   Chloride
Dalam konsentrasi yang layak, tidak berbahaya bagi manusia. Chloride dalam jumlah kecil
dibutuhkan untuk desinfektan namun apabila berlebihan dan berinteraksi dengan ion Na+
dapat menyebabkan rasa asin  dan korosi pada pipa air.
i)    Zink atau Zn
Batas maksimal zink yang terkandung dalam  air adalah 15 mg/l. penyimpangan terhadap
standar kualitas ini menimbulkan rasa pahit, sepet, dan rasa mual. Dalam jumlah kecil, zink
merupakan unsure yang penting untuk metabolisme, karena kekurangan zink dapat
menyebabkan hambatan pada pertumbuhan anak.
c.    Sumber air minum, yaitu :
1)      Air hujan : Air hujan dapat ditampung kemudian dijadikan air minum, tetapi air hujan tidak
mengandung kalsium, sehingga perlu ditambahkan kalsium.
2)      Air sungai dan danau : Menurut asalnya sebagian dari air sungai dan air danau ini juga dari
air hujan yang mengalir melalui saluran-saluran ke dalam sungai atau danau tersebut. Kedua
sumber air tersebut mudah mengalami pencemaran sehingga harus diolah terlebih dahulu
sebelum dijadikan air minum.
3)      Mata air : Air yang keluar dari mata air ini biasanya berasal dari air tanah yang muncul
secara alamiah. Sehingga air dari mata air bila belum tercemar sudah dapat dijadikan air
minum langsung.
4)      Air sumur dangkal : Air ini keluar dari dalam tanah yang berasal dari lapisan air dalam
tanah  yang dangkal. Dalamnya lapisan air ini dari permukaan tanah berbeda-beda, biasanya
berkisar antara 5 sampai 15 meter  dari permukaan tanah. Air sumur dangkal belum terlalu
sehat, karena kontaminasi kotoran dari permukaan tanah masih ada.
5)      Air sumur dalam : Air ini berasal dari lapisan kedua air didalam tanah. Dalamnya biasanya
15 meter dari permukaan tanah. Sehingga air sumur dalam ini sudah cukup sehat untuk
dijadikan air minum langsung (tanpa melalui proses pengolahan).
3.      Pembuangan Kotoran Manusia
   Yang dimaksud kotoran manusia adalah semua benda atau zat yang tidak dipakai lagi oleh
tubuh dan yang harus dikeluarkan oleh tubuh. Zat-zat yang harus dikeluarkan dari dalam
tubuh ini berupa tinja (feses), air seni (urine), dan CO2.
    Dengan bertambahnya penduduk yang tidak sebanding dengan area pemukiman, masalah
pembuangan kotoran manusia meningkat. Dilihat dari segi kesehatan masyarakat, masalah
pembuangan kotoran manusia menjadi masalah pokok, sehingga perlu diatasi sedini
mungkin. Karena kotoran manusia merupakan sumber penyebaran penyakit yang
multikompleks. Kurangnya perhatian terhadap pengelolahan tinja disertai dengan cepatnya
pertambahan penduduk, jelas akan mempercepat penyebaran penyakit-penyakit yang
ditularkan melalui tinja.
   Beberapa penyakit yang dapat disebarkan oleh tinja manusia antara lain : tifus, disentri,
kolera, bermacam-macam cacing (gelang, kremi, tambang, pita), dan sebagainya.

Pengelolahan tempat pembuangan kotoran manusia


Jamban ; jamban yang sehat apabila memiliki syarat-syarat sebagai berikut :
a.       Tidak mengotori permukaan tanah disekeliling jamban tersebut.
b.      Tidak mengotori air permukaan disekitar jamban tersebut.
c.       Tidak mengotori air tanah disekitar.
d.      Tidak terjangkau oleh serangga terutama lalat dan kecoa.
e.       Tidak menimbulkan bau.
f.       Mudah digunakan dan dipelihara.
g.      Sederhana desainya dan murah.
h.      Dapat diterima oleh pemakainya.
Hal-hal yang perlu untuk diperhatikan lagi yaitu :
a.       Sebaiknya jamban tertutup
b.      Bangunan jamban sebaiknya mempunyai lantai yang kuat, tempat berpijak yang kuat.
c.       Bangunan jamban sedapat mungkin ditempatkan pada lokasi yang tidak mengganggu
pemandangan dan tidak menimbulkan bau.
d.      Sebaiknya jamban juga disediakan alat pembersih seperti air atau kertas pembersih.
Beberapa dibawah ini adalah tipe-tipe jamban yang sesuai dengan teknologi pedesaan antara
lain :
a.       Jamban cemplung, kakus (pit latrine)
Jamban cemplung ini sering kita jumpai didaerah pedesaan jawa. Tetapi sering dijumpai
jamban cemplung yang kurang sempurna, misalnya tanpa rumah jamban dan tutup jamban.
Sehingga serangga dapat mudah masuk dan bau tidak dapat dihindari. Selain itu bila musim
hujan jamban tersebut akan terisi air dengan penuh.
b.      Jamban cemplung berventilasi (ventilasi improvet pit latrine)
Jamban ini hamper mirip dengan jamban cemplung, bedanya lebih lengkap yaitu
menggunakan ventilasi pipa. Ventilasi pipa ini dapat dibuat dengan bamboo.
c.       Jamban empang (fishpond latrine)
Jamban ini dibuat diatas empang ikan. Dalam system jamban ini disebut daur ulang
(recycling), yakni tinja bisa langsung dimakan oleh ikan, ikan dimakan oleh manusia dan
selanjutnya seterusnya. Jamban ini mempunyai fungsi yaitu disamping mencegah
tercemarnya lingkungan oleh tinja, juga dapat menambah protein bagi masyarakat
(menghasilkan ikan).

d.      Jamban pupuk (the compost privy)


Pada prinsipnya jamban ini seperti kakus cemplung, hanya lebih dangkal galiannya.
Disamping itu jamban ini juga untuk mebuang kotoran binatang dan sampah juga daun-
daunan.
e.       Septic tank
Latrin jenis merupakan cara yang paling memenuhi persyaratan, oleh sebab itu, cara
pembuangan tinja yang semacam ini sangat dianjurkan.
Secara teknis desain atau konstruksi utama septic tank sebagai berikut :
1)      Pipa ventilasi
Pipa ventilasi secara fungsi dan teknis dapat dijelaskan sebagai berikut :
a)      Mikroorganisme dapat terjamin kelangsungan hidupnya dengan adanya pipa ventilasi ini,
karena oksigen yang dibutuhkan untuk kelangsungan hidupnya dapat masuk kedalam bak
pembusuk , selain itu juga dapat berguna untuk mengalirkan gas yang terjadi karena adnya
proses pembusukan. Untuk menghindari bau gas dari septic tank maka sebaiknya pipa
pelepas dipasang lebih tinggi agar bau gas dapat langsung terlepas diudara bebas.
b)      Panjang pipa ventilasi 2 meter dengan diameter pipa 175 mm dan pada lubang hawanya
diberi kawat kasa.
2)      Dinding septic tank
a)      Dinding septic tank dapat terbuat dari batu bata dengan plesteran semen.
b)      Dinding septic tank harus dibuat rapat air.
c)      Pelapis septic tank terbuat dari papan yang kuat dengan tebal yang sama.
3)      Pipa penguhubung
a)      Septic tank harus mempunyai pipa tempat masuk dan keluarnya air.
b)      Pipa penghubung terbuat dari pipa PVC dengan diameter 10 atau 15 cm.
4)      Tutup septic tank 
a)      Tepi atas dari septic tank harus terletak paling sedikit  0,3 meter dibawah permukaan tanah
halaman, agar keadaan temperature di dalam septic tank selalu hangat dan konstan shingga
kelangsungan hidup bakteri dapat lebih terjamin.
b)      Tutup septic tank harus terbuat dari beton (kedap air).

4.      Pengelolahan Sampah
      Sampah adalah sesuatu bahan atau benda yang sudah tidak dapat dipakai lagi oleh
manusia atau benda padat yang sudah digunakan lagi dalam suatu kegiatan manusia dan
dibuang.
a.Sumber-sumber sampah
1)      Sampah-sampah yang berasal dari pemukiman (domestic wastes)
2)      Sampah yang berasal dari tempat-tempat umum.
3)      Sampah dari perkantoran.
4)      Sampah yang berasal dari jalan raya.
5)      Sampah yang berasal dari industry.
6)      Sampah yang berasal dari pertanian / perkebunan.
7)      Sampah yang berasal dari pertambangan.
8)      Sampah yang berasal dari perternakan dan perikanan.
b.      Jenis-jenis sampah
Meliputi 3 jenis sampah, yaitu :
Sampah padat, sampah padat dapat dibagi menjadi berbagai jenis, antara lain :
1)      Berdasarkan zat kimia yang terkandung didalamnya
a)         Sampah an organic adalah sampah yang umumnya tidak dapat membusuk. Misalnya :
logam/besi, pecahan gelas, plastic dan sebagainya.
b)        Sampah organic adalah sampah yang pada umumnya dapat membusuk. Misalnya : sisa-
sisa makanan, daun-daunan, buah-buahan, dan sebagainya.
2)      Berdasarkan dapat dan tidaknya dibakar
a)      Sampah yang mudah terbakar, misalnya : kertas, karet, kayu, plastik, kain bekas, dan lain-
lain.
b)      Sampah yang tidak dapat terbakar, misalnya : kaleng bekas, logam/besi, kaca, dan lain-lain.

3)      Berdasarkan karakteristik sampah


a)      Garbage yaitu jenis sampah hasil pengelolahan atau pembuatan makanan yang umumnya
mudah membusuk dan berasal dari rumah tangga, restoran, hotel, dan sebagainya.
b)      Rabish yaitu sampah yang berasal dari perkantoran, perdagangan baik yang mudah terbakar
maupun yang tidak mudah terbakar, seperti kertas, karton, plastic, kaleng bekas, klip, gelas
dan lain-lain.
c)      Ashes (abu) yaitu sisa pembakaran dari bahan-bahan yang mudah terbakar, termasuk abu
rokok.
d)     Sampah jalanan (street sweeping) yaitu sampah yang berasal  dari pembersihan jalan yang
terdiri dari campuran bermacam-macam sampah, daun-daunan, kertas, plastic, pecahan kaca,
besi, debu, dan lain sebagainya.
e)      Sampah industry yaitu sampah yang berasal dari industry atau pabrik-pabrik.
f)       Bangkai binatang (dead animal)  yaitu bangkai binatang yang telah mati karena alam,
ditabrak kendaraan, atau dibuang oleh orang.
g)      Bangkai kendaraan (abandoned vehicle) yaitu bangkai mobil, sepeda, sepeda motor.
h)      Sampah pembangunan (construction waste), yaitu sampah dari proses pembangunan
gedung, rumah dan sebagainya, yang berupa puing-puing, potongan kayu, besi beton, bambu,
dan sebagainya.
c.Pengelolahan sampah
Sampah erat kaitannya dengan kesehatan masyarakat, karena dari sampah tersebut akan hidup
berbagai mikroorganisme penyebab penyakit (bakteri pathogen) , dan binatang serangga
sebagai penyebar penyakit (vector). Oleh karena itu sampah harus dikelola dengan baik
sekecil mungkin tidak mengganggu atau mengancam kesehatan masyarakat. Cara-cara
pengelolahan sampah antara lain :
1)      Pengumpulan dan pengelolahan sampah
Pengumpulan sampah adalah menjadi tanggung jawab dari masing-masing rumah tangga atau
institusi yang menghasilkan sampah. Oleh sebab itu, mereka ini harus membangun atau
mengadakan tempat khusus untuk mengumpulkan sampah. Mekanisme, system atau cara
pengangkutan sampah diperkotaan merupakan tanggung jawab pemerintah daerah setepat
yang didukung oleh partisipasi masyarakat setempat. Sedangkan pada daerah pedesaan pada
umumnya sampah telah dikelola oleh masing-masing keluarga tanpa memerlukan TPA
maupun TPS.
d.  Cara pengolahan air limbah secara sederhana
a.       Pengenceran
Air limbah direncanakan sampai mencapai konsentrasi yng cukup rendah, kemudian baru
dibuang kebadan-badan air. Dengan makin bertambahnya penduduk yang berarti makin
meningkatnya kegiatan manusia, maka jumlah air limbah yang harus dibuang terlalu banyak,
dan diperlukan air pengenceran terlalu banyak pula, maka cara ini tidak dapat dipertahankan
lagi. Disamping itu, cara ini meimbulkan kerugian lain yaitu : bahaya kontaminasi terhadap
badan-badan air masih tetap ada., pengendapan akhrnya menimbulkan pendangkalan
terhadap badan-badan air, seperti selokan, sungai, danau, dan sebagianya. Selanjutnya dapat
menimbulkan banjir.

b.      Kolam oksidasi
Pada prinsipnya cara pengolahan ini dalah pemanfaatan sinar matahari, ganggang, bakteri,
dan oksigen dalam proses pembersihan alamiah. Air limbah dialirkan ke dalam kolam besar
berbeentuk segi empat dengan kedalaman antara 1-2 meter.

c.       Irigasi
Air limbah dialirkan kedalam parit-parit terbuka yang digali, dan air akan merembes masuk
kedalam tanah melalui dasar dan dinding parit-parit tersebut. Dalam keadaan tertentu air
buangan dapat digunakan untuk pengairan ladang pertanian atau perkebunan dan sekaligus
untuk pemupukan. Hal ini terutama dapat dilakukan untuk air limbah dari rumah tangga,
perusahaan, susu sapi, rumah potong hewan, dan lain-lainnya dimana kandungan zat-zat
organik dan protein cukup tinggi yang diperlukan oleh tanam-tanaman.

B. MASALAH KESEHATAN KOMUNITAS DI INDONESIA

Dewasa ini di Indonesia terdapat beberapa masalah kesehatan penduduk yang masih perlu
mendapat perhatian secara sungguh-sungguh dari semua pihak antara lain: anemia pada ibu
hamil, kekurangan kalori dan protein pada bayi dan anak-anak, terutama di daerah endemic,
kekurangan vitamin A pada anak, anemia pada kelompok mahasiswa, anak-anak usia
sekolah, serta bagaimana mempertahankan dan meningkatkan cakupan imunisasi.
Permasalahan tersebut harus ditangani secara sungguh-sungguh karena dampaknya akan
mempengaruhi kualitas bahan baku sumber daya manusia Indonesia di masa yang akan
datang.
Perubahan masalah kesehatan ditandai dengan terjadinya berbagai macam transisi kesehatan
berupa transisi demografi, transisi epidemiologi, transisi gizi dan transisi perilaku. Transisi
kesehatan ini pada dasarnya telah menciptakan beban ganda (double burden) masalah
kesehatan.
1.    Transisi demografi, misalnya mendorong peningkatan usia harapan hidup yang
meningkatkan proporsi kelompok usia lanjut sementara masalah bayi dan BALITA tetap
menggantung.
2.    Transisi epidemiologi, menyebabkan beban ganda atas penyakit menular yang belum
pupus ditambah dengan penyakit tidak menular yang meningkat dengan drastis.
3.    Transisi gizi, ditandai dengan gizi kurang dibarengi dengan gizi lebih.
4.    Transisi perilaku, membawa masyarakat beralih dari perilaku tradisional menjadi modern
yang cenderung membawa resiko.
Masalah kesehatan tidak hanya ditandai dengan keberadaan penyakit, tetapi gangguan
kesehatan yang ditandai dengan adanya perasaan terganggu fisik, mental dan spiritual.
Gangguan pada lingkungan juga merupakan masalah kesehatan karena dapat memberikan
gangguan kesehatan atau sakit. Di negara kita mereka yang mempunyai penyakit
diperkirakan 15% sedangkan yang merasa sehat atau tidak sakit adalah selebihnya atau 85%.
Selama ini nampak bahwa perhatian yang lebih besar ditujukan kepada mereka yang sakit.
Sedangkan mereka yang berada di antara sehat dan sakit tidak banyak mendapat upaya
promosi. Untuk itu, dalam penyusunan prioritas anggaran, peletakan perhatian dan biaya
sebesar 85 % seharusnya diberikan kepada 85% masyarakat sehat yang perlu mendapatkan
upaya promosi kesehatan.
Dengan adanya tantangan seperti tersebut di atas maka diperlukan suatu perubahan
paradigma dan konsep pembangunan kesehatan. Beberapa permasalahan dan tantangan yang
dihadapi dalam pembangunan kesehatan antara lain :
1.    Masih tingginya disparitas status kesehatan. Meskipun secara nasional kualitas kesehatan
masyarakat telah meningkat, akan tetapi disparitas status kesehatan antar tingkat sosial
ekonomi, antar kawasan, dan antar perkotaan-pedesaan masih cukup tinggi.
2.    Status kesehatan penduduk miskin masih rendah.
3.    Beban ganda penyakit. Dimana pola penyakit yang diderita oleh masyarakat adalah
penyakit infeksi menular dan pada waktu yang bersamaan terjadi peningkatan penyakit tidak
menular, sehingga Indonesia menghadapi beban ganda pada waktu yang bersamaan (double
burden)
4.    Kualitas, pemerataan dan keterjangkauan pelayanan kesehatan masih rendah.
5.    Terbatasnya tenaga kesehatan dan distribusinya tidak merata.
6.    Perilaku masyarakat yang kurang mendukung pola hidup bersih dan sehat.
7.    Kinerja pelayanan kesehatan yang rendah.
8.    Rendahnya kondisi kesehatan lingkungan. Masih rendahnya kondisi kesehatan
lingkungan juga berpengaruh terhadap derajat kesehatan masyarakat. Kesehatan lingkungan
merupakan kegiatan lintas sektor belum dikelola dalam suatu sistem kesehatan kewilayahan.
9.    Lemahnya dukungan peraturan perundang-undangan, kemampuan sumber daya manusia,
standarisasi, penilaian hasil penelitian produk, pengawasan obat tradisional, kosmetik, produk
terapetik/obat, obat asli Indonesia, dan sistem informasi.
10.     Peran serta masyarakat dan kerja sama lintas sektor masih perlu ditingkatkan.

11.     Manajemen upaya kesehatan masih lemah.

12.     Hal-hal yang dapat menyebabkan cacat fisik dan gangguan jiwa masih tinggi.

C. PROGRAM PEMBINAAN KESEHATAN KOMUNITAS

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG BIDANG KESEHATAN


A.    Langkah-langkah RPJK
Untuk tercapainya tujuan dan sasaran  RPJK tersebut maka perlu di ambil langka-langkah
sebagai berikut.

1.      Sektor di luar kesehatan


Sektor di luar kesehatan yang bukan menjadi kewernegaraan sektor kesehatan yang
banyak berpengaruh pada sektor kesehatan. Untuk itu perlu di adakan pendekatan sehingga
sektor luar kesehatan tersebut di harapkan dapat melaksanakaan/ membantu upaya-upaya
yang berkaitan dengan kesehatan.
a.       Pengaruh-pengaruh sektor di luar kesehatan tersebut antara lain:
1)      Penyediaan dan distribusi pangan berpengaruh pada pengurangan masalah gizi.
2)      Pengadaan dan pemeliharaan sarana fisik dapat menunjang perbaikan lingkungan
pemukiman.
3)      Peningkatan pendidikan masyarakat dapat menunjang proses penyuluhan kesehatan
masyarakat.
4)      Peningkatan jumlah dan mutu rumah yang sehat dapat menunjang peningkatan mutu
kesehatan.
5)      Peningkatan mutu keagamaan, menunjang peningkatan mutu penyuluhan kesehatan melalui
ajarn agama dan tokoh-tokoh agama.
6)      Peningkatan ekonomi  masyarakat akan menunjang proses pemeliharaan kesehatan baik
promotif,preventif,kuratif,rehabilitatif.
7)      Peningkatan sektor industri akan menunjang industri kesehatan,antara lain farmasi,alat-alat
kesehatan dan lain-lain.
8)      Peningakatan media masa sangat penting dalam hal meningkatkan kesadaran,kemauan dan
kemampuan masyarakat melalui proses penyuluhan.
9)      Peningkatan prasarana trasportasi sangat membantu kelancaran masyarakat dalam
mendapatkan pelayanan kesehatan.
10)  Peningkatan riset dan teknologi akan sangat membantu riset dan teknologi kesehatan.

2.        Sektor kesehatan


Untuk mencapai tujuan pembangunan kesehatan,langkah-langkah yang khusus
berhubungan dengan sektor kesehatan adalah sebagai berikut:
1)      Pengembangan peningkatan swadaya masyarakat dalam pembangunan kesehatan dengan
pendedakat edukatif.
2)      Pengembangan puskesmas agar dapat mengatasi masalah kesehatan dan membina peran
serta masyarakat dalam wilayah kerjanya.
3)      Pengembangan sistem rujukan agar dapat menampung permasalahan kesehatan yang ada.
4)      Peningkatkan upaya kesehatan,,perbaikan gizi pelayanan keluarga berencanaa di utamakan
bagi golongan masyarakat yang berpenghasilan rendah,kususnya kelompok bayi,anak-anak
dan ibu serta angkatan kerja.
5)      Peningakatan kesehatan lingkungan khususnya peningkatan pengawasan kwalitas
lingkungan yang berhubungan dengan manusia.
6)      Penggadaan obat-obatan dan alat kesehatan di tingkatkan agar dapat tersedia secara merata
dengan harta yng terjangkau oleh masyarakat luas.kemampuan bangsa indonesia untuk
memproduksi bahan bku obat-obatan dan alat kesehatan yang bermutu di tingkatkan secara
bertahap.
7)      Pengembangan tenaga kerja kesehatan yang mencangkup perencanaan,pendidikan dan
latihan secara pembinaan di arahkan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat serta menunjang
pelaksanaan pembangunan kesehatan sepenuhnya.
8)      Peningkatan kemampuan manajemen kesehatan dan penyempurnaan peraturan perundang-
undangan untuk menunjang pembangunan kesehatan dan memberikan perlindungan hukum
kepada masyarakat
9)      Pengembangan cara-cara pembiayaan kesehatan atas adasar upaya bersama,kekeluargaan
dan gotong royongan.penyediaan anggaran untuk pembangunan kesehatan dari pemerintah
akan lebih di tingkatkan secara memadai sedangkan kemampuan masyarakat untuk berperan
serta di harapkan akan meningkatakan pula.
10)  Penelitian dan pengembangan di arahkan untuk pemecahan masalah kesehatan  evaluasi
program kesehatan dan peningkatan daya guna serta hasil guna upaya kesehatan.

B.     Pokok-pokok upaya kesehatan


Berdasarkan permasalahan yang di hadapi serta kebjaksanaan dan langkah-langkah
pembangunan kesehatan seperti yang di kemukakan di atas, maka di susun pokok-pokok
upaya kesehatan yang meliputi peningkatan upaya kesehatan,perbaikan gizi,peningakatan
kesehatan lingkungan,pencegahan dan pembrantasan penyakit, pengendalian
pengadaan,pengaturan dan pengawasan obat,makanan dan sebagaiannya peningkatan
kesehatan kerja, peningkatan manajemen hukum,pengembangan tenaga serta penelitian dan
pengembangan kesehatan.
Upaya kesehatan ini dapat di selenggarakan baik oleh masyarakat maupun
pemerintah,atau oleh sektor kesehatan maupun sektor-sektor lainya yang berkaitan dengan
kesehatan. Upaya kesehatantersebut dapat bersifat langsung maupun menunjang. Upaya
kesehatan langsung mencangkup peningkatan upaya kesehatan,perbaikan gizi,peningkatan
kesehatan lingkungan,pencegahan dan pembrantasan penyakit,pengendalian
pengadaan,pengaturan dan pengawasan obat, makanan dan sebagaian serta peningkatan
kesehatan kerja upaya kesehatan penunjang mencangkup peningakatan manajemen dan
hukum,pengembangan tenag kesehatan serta penelitian dan pengembangan kesehatan. Perlu
di tekankan bahwa dalam semua upaya kesehatan tersebut telah mencangkup kegiatan
penyuluhan kesehatan yang di selenggarakan sesuai keperluannya.
Uapaya tersebut merupakan inti dari rencana pembangunan jangka panjang bidang
kesehatan,seangkan pelaksanaanya secara bertahap dapat di ubah dan di sesuaikan dengan
perkembangan setiap repelita selanjutnya.
Seluruh upaya kesehatan di laksanakan dan di kembangkan secara serasi dan
menyeluruh.upaya kesehatan tersebut di selengarakan melalui upya kesehatan puskesmas
peran serta masyarakat serta rujukan upaya kesehatan.
1.      Peningkatan upaya kesehatan
Tujuan peningakatan upaya kesehatan adalah untuk menyelenggarakan 
upayakesehatan yang bermutu,mereta dan terjangkau oleh masyarakat terutama yang
berpenghasiln rendah dengan peran serta masyarakat secara aktif.
Peningakatan upaya kesehatan ini di selenggarakan melalui pendekatan dan langkah-
langkah sebagai berikut:
a.       Fungsi puskesmas sebagai pusat pengembangan pembinaan dan pelaaksanaan upaya
kesehatan wilayah kerjanya. Secara bertahap puskesmas mengembangkan kesejahteraan ibu
dan anak,keluarga berencana,perbaikan gizi, kesehatan lingkungan, pencegahan dan
pembrantasan penyakit khususnya imunisasi penyuluhan kesehatan masyarakat, pengobatan
termasuk pelayanan karena kecelakaan,kesehatan sekolah,perawatan kesehatan
masyarakat,kesehatan gigi, kesehatan jiwa,laboraturium sederhana serta pencatatan dan
laporan dalam rangka sistem informasi kesehatan.
b.      Untuk pemerataan upaya kesehatan sampai desa secara bertahap di bangun puskesmas
termasuk puskesmas keliling puskesmas pembantu dan pos kesehatan atau bentuk sarana
kesehatan lainya serta di kembangankan peran serta masyarakat dengan upaya pembangunan
kesehatan masyarakat pada tingkat desa.
c.       Fungsi pelayanan rumah sakit dan laboraturium secara bertahap di tingkatkan supaya
menjadi lebih efisien sehinga dapat menampung rujukan dari puskesmas sarana kesehatan
lainnya.
d.      Pengobatan tradisional yang terbukti berhasilguna dan berdayaguna dibina,dibimbing dan
di manfaatkan untuk pelayanan kesehatan. Sedangkan pengawasan dan ketertiban terhadap
penyimpangan dan penyalahgunaan yang merugikan masyarakat,secara terhadap di
tingkatkan.
e.       Penyuluhan kesehatana di tujukan kepada masyarakat melalui kegiatan-kegitan di
puskesmas dan sarana kesehatan lainnya,juga melalui pemanfaatan media masa baik yang
moderen maupun tradisional untuk mengarahkan dan pengendalikan penyuluhan kesehatan
tersebut prlu di adakan pembinaan yang seksama.sasaran penyuluhan adalah masyarakat dan
tenaga kesehatan.

2.        Perbaikan gizi


Upaya ini bertujuan untuk meningkatkan status gizi masyarakat terutama golongan
yang berpenghasilan rendah.sasaran utama upaya ini ialah anak-anak 0-6 tahun.wanita hamil
dan menyusui golongan pekerja yang berpenghasilan rendah serta penduduk di daerah rawan
pangan.
Untuk menjamin tercapainya tujuan tersebut perlu adanya upaya pangan dan gizi
nasional yang menjamin ketertiban semua faktor,baik pemerintah maupun masyarakat
termasuk swasta.
Langkah-langkah dan kegiytan pokok yang di lakukan dalam rangka pelaksanaan
upaya ini adalah sebagai berikut:
a.       Peningakatan dan perluasan upaya perbaikan gizi keluarga untuk mengembangkan
kemampuan perorangan keluarga dan masyarakat dalam kegiatan peningkatan gizi dan mutu
hidup.
b.      Peningkatan mutu gizi dan bahan pangan yang bnyak di konsumsi rakyat ntara lain dengan
suplementasi dan fortifikasi bahan pangan sesuai dengan pola masalah gizi utama yang
terhadap dalam masyarakat.
c.       Pemantapan upaya bantuan pangan dengan mengembangkan sistem kewaspadaan
(surveillance)pangan dan gizi di daerah rawan pangan.
d.      Pengembngan pelayanan gizi di instansi khususnya rumah sakit dan pemberian makanan
yang memenui syarat gizi bagi orang yang banyk seperti pabrik,perusahaan,asrama,panti
asuhan,penitipan bayi,anak dan lanjut usia.
e.       Peningakatan upaya penganeragaman makanan pokok.

3.      Peningkatan kesehatan lingkungan


Upaya ini bertujuan meningkatkan derajat kesehatan dalam rangka mencapai kualitas
hidup yang optimal melalui upaya kesehatan lingkungan dan pelestarian lingkungan yang
dinamis serta membangkitkan dan memupuk swasembada masyarakat dalam upaya kesehatan
lingkungan.
Langkah-langkah untuk meningkatkan kesehatan lingkungan adalah sebagai berikut:
a.       Peningkatan kesehatan lingkungan dengan pembangunan sarana yang di perlukan dan
peningkatan pemanfaatan serta pemeliharaan sarana yang ada.
b.      Peningakatan pengawasan kualitas lingkungan .
c.       Pengelolahan lingkungan biologik dan pembinaan lingkungan sosial yang mendukung
upaya penyehatan lingkungan
d.      Pembinaan upaya penganaan dan penanggulangan masalah kesehatan lingkungan sebagai
akibat negatif pembangunan(tekanan pembangunan)
4.      Pencegahan dan pemberantasan  penyakit
Tujuan upaya ini adalah menurunkan angka kesakitan dan kematian serta mencegah
akibat buruk lebih lanjut dari penyakit.
Dalam menentukan penyakit mana yang diberantas di pertimbangan faktor-faktor
sebagai berikut:
a.       Angka kesakitan atu angka kematian yang tinggi
b.      Yang dapat menimbulkan wabah.
c.       Yang menyerang terutama bayi,anak-anak,ibu dan angkatan kerja
d.      Yang menyerang terutama daerah-daerah pembangunan sosial ekonomi.
e.       Adanya metoda teknologi efektif.
f.       Adanya ikatan internasional.
Langkah pelaksanaan pembrantasan penyakit di lakukan di antara lain dengan 1)
pengebalan(imuniasi)2)pengobatan penderita, 3)menghilangkan sumber dan perantara
penyakit, 4)karantina dan isolasi penderita, 5)perbaikan lingkungan,
6)pengamatan(surviellanc)penyakit
5.      Peningkatan kesehatan kerja
Tujuan upaya ini adalah meningkatkn produktifitas kerja melalui peningkatan derajat
kesehatan tenaga kerja.

Langkah-langkah untuk meningkatkan kesehatan kerja anatara lain mencangkup:


a.       Pencegahan kecelakaan dan penyakit akibat pekerjaan .
b.      Pembinaan lingkungan kerja yang memenuhi syarat kesehatan.
c.       Penyelenggaraan upaya kesehatan tenaga kerja dan keluarganya secara menyeluruh.
d.      Pembinaan tenaga kesehatan untuk upaya peningkatan kesehatan kerja.
e.       Penyusunan,pembakuan dan peraturan syarat-syarat kesehatan bagi tenaga kerja.

6.      Pengengendalian pengandaan,pengaturan dan pengawasan obat,makanan dan


sebagainya.
Upaya ini bertujuan untuk
a.       Memperluas,meratakan dan meningkatkan mutu upaya kesehatan dengan mencukupi
persediaan obat dan alat-alat kesehatan yang bermutu baik dengan penyebaran yang makin
merata dn harga yang terjangkau oleh daya beli masyarakat luas secara meningkatkan
ketetapan,kerasionalan dan efisien penggunaan upaya ini makin di arahkan kepada
peningkatan kemampuan bangsa indonesia.
b.      Melindungi masyarakat dari kerugian dan bahaya terhadap penggunaan obat,alat
kesehatan,makanan dan minuman ,kosmetika dan obat tradisional yang tidak memenuhi
syarat kesehatan serta mencegah penyalahgunaan narkotika dan bahan bahaya lainya.
Untuk mencapai tujuan tersebut di atas langkah pokok yang di ambil adalah sebagai
berikut:
a.       Memperluas,meratakan dan meningkatkan mutu upaya kesehatan dengan mencukupi
persediaan obat dan alat-alat kesehatan yang bermutu baik dengan penyebaran yang makin
merata dn harga yang terjangkau oleh daya beli masyarakat luas secara meningkatkan
ketetapan,kerasionalan dan efisien penggunaan upaya ini makin di arahkan kepada
peningkatan kemampuan bangsa indonesia.
b.      Melindungi masyarakat dari kerugian dan bahaya terhadap penggunaan obat,alat
kesehatan,makanan dan minuman ,kosmetika dan obat tradisional yang tidak memenuhi
syarat kesehatan serta mencegah penyalahgunaan narkotika dan bahan bahaya lainya.

Untuk mencapai tujuan tersebut di atas langkah pokok yang di ambil adalah sebagai
berikut:
a.       Peningkatan penerapan konsepsi daftar obat esensial nsional dan peningkatan produksi
obat esensial oleh pemerintah.
b.      Penyempurnaan sistem distribusi obat sektor pemerintah antara lain  dengan pembangunan
gudang obat dan alat kesehatan tingkat regionl,kabupaten dan rumah sakit.
c.       Peningkat produksi bahan baku obat dan simplisia di dalam negri.
d.      Peningkatan peran serta sektor swasta dalam pengadaan obat.
e.       Peningkatan kemampuan di pusat dan daerah untuk melakukan pemeriksaan dan pengujin
terhadap semua obat,makanan,dan minuman,kosmetik dan alat kesehatan obt
tradisional,narkotika dan bahan berbahaya lainnya yang beredar dalam masyarakat.
f.       Penyuluhan yang memadahi tentang obat,makanan,dan minuman,kosmetik,dan alat
kesehatan,nakrotika serta bahan berbhaya lainya bagi tenaga kesehatan dan masyarakat.
g.      Pengembangan sistem pengendalian akibat sampingan,keracunan,dan akibat-akibat lain
yang di sebabkan oleh obat makanan dan minuman kosmetik,alat kesehatan,narkotika dan
bahan berbahya lainnya.
h.      Pengendalian,pembinaan,pengaturan dan pengawasan mutu produksi,distribusi,lalu lintas
dan penggunan obat,makanan dan minuman konsmetik dan alat kesehatan obat
tradisional,nakrotika dan bahan berbahaya lainnya.

7.      Peningkatan manajemen dan hukum


upaya peningkatan kemampuan manajemen dan pengembangan hukum di bidang
kesehatan merupakan bagian dari program nasional untuk penyempurnaan administrasi
pembangunan dan pembangunan bidang hukum.
Upaya ini bertujuan untuk meningkatkan hasil guna dan daya guna program bak yang di
selenggarakan oleh pemerintah maupun masyarakat.
Langkah-langkah yang di ambil dalam upaya ini meliputi antara lain adalah sebagai
berikut:
a.       pembinaan fungsi perencanaan dan evaluasi pembangunan kesehatan.
b.      Penyempurnaan administrasi keuangan, perlengkpan, perkantoran, dan lain sebagainya.
c.       Penyempurnaan organisasi dan tata kerja untuk di sesuaikan  dengan fungsi dan beban
kerja.
d.      Peningkatan fungsi pengawasan yang mencangkup pengendalian,penilaian dan penertiban.
e.       Pengembangan sisitem informasi kesehatan untuk perbaikan manajemen kesehatan di
semua tingakat
f.       Peningkatan prasarana fisik dan fasilitas kerja.
g.      Pembinaan,pengembangan hukum di bidang kesehatan untuk menciptakan ketertiban dan
kepastian hukum dan mempelancar pembangunan di bidang kesehatan.

8.      Pengembangan tenaga kesehatan


Tujuan upaya pengembangan tenaga kesehatan adalah:
a.       Meningkatkan penyediaan jumlah,jenis dan mutu tenaga kesehatan yang mampu
mengemban tugas untuk mewujudkan perubahan,pertumbuhan dan pembaharuan dalam
rangka memenuhi kebutuhan kesehatan bagi seluruh lapisan masyarakat.
b.      Meningkatkan peranan institusi pendidikan tenaga kesehatan untuk memenuhi kebutuhan
pengembangan teknologi tepat guna di bidang upaya kesehatan sesuai dengan pengembangan
masyarakat,melalui proses pendidikan tenaga kesehatan.juga meningkatkan peran institusi 
sebagai sumber informasi dan invasi bagi pengembangan program pendidikan tenaga
kesehatan.
Untuk mencapai tujuan tersebut di atas di lakukan kegiatan pokok sebagai  berikut ini
tersebut:
a.       Perencanaan tenaga kesehatan jangaka pendek,menegah dan panjang di lakukan secara
menyeluruh dan  terpadu dalam kerja sama yang mantap antara bidang upaya
kesehatan,pendidikan,dan pengelolahan tenaga kesehatan.
b.      Peningkatan pendidikan dan latihan tenaga kesehatan untuk memenuhi kebutuhan program
upaya kesehatan bagi seluruh lapisan masyarakat.
c.       Pengelolahan atau pembinaan tenaga kesehatan yang mencangkup administrasi pangkal
tenaga kesehatan mulai dari pengangkatan, penyebaran sampai mengakhiri profesinya
pendayagunaan kesahjetraan sosial,dan pengembangan karier serta keseragaman perlakuan
dan perlindungan hukum di tingkatkan agar program kesehatan di lakukan secara berhasil
guna dan berdayaguna.

9.      Penelitian dan pengembangan kesehatan


Tujuan upaya penelitian dan pengembangan kesehatan adalah memberikan sarana cipta
ilmiah dan teknologi yang diperlukan  dalam pembanguan kesehatan. Oleh karena itu upaya
ini di susun untuk membantu memecahkan masalah-masalah kesehatan dan mengatasi
hambatan-hambatan yang dihadapi dalam pelaksanaan program-program kesehatan.

Langkah-langkah yang diambil antara lain :


a.       Pengembangan iklim yang mengggairahkan  penelitian dan pengembangan
b.      Peningkatan kemampuan penelitian dan pengembangan institusional lembaga penelitian.
c.       Peningktan kerja sama antara lembaga ilmiah, baik di dalam maupun luar negeri serta kerja
sama antara para peneliti dan penyelenggara upaya kesehatan baik di pusat maupun daerah.
d.      Pengembangan sistem dokumentasi dan informasi ilmiah kesehatan dan penyebarluasan
hasil penelitian.
e.       Mengembangkan  metodologi penelitian dan pendekatan interdisiplin yang sesuai
dengankebutuhan.

D.  BENTUK POKOK PENYELENGGARAAN SISTEM KESEHATAN NASIONAL.


Agar dapat terarah berhasil guna dan berdaya guna tanpa mengabaikan fungsi sosial,
penyelenggaraan upaya kesehatan perlu di lakukan melalui fungsi sosial, penyelenggaraan
upaya kesehatan perlu dilakukan melalui bentuk pokok penyelenggaraan sistem kesehatan
nasional. Bentuk pokok ini mencakup segi-segi pelaksanaan dan pengembangan upaya
kesehatan, sumber daya kesehatan dan peraturan perundang-undangan.
1.         Pelaksanaan dan pengembangan upaya kesehatan
Upaya kesehatan di laksanakan dan di kembangkan berdasarkan suatu bentuk atau  pola
upaya kesehatan puskesmas, peran serta masyarakat dan rujukan upaya kesehatan.

a.    Upaya kesehatan puskesmas.


Upaya kesehatan melalui puskesmas di kecamatan merupakan upaya menyeluruh dan terpadu,
yang paling dekat dengan masyarakat. Upaya ini meliputi peningkatan, pencegahan,
penyembuhan dan pemulihan. Di lapangan atau tingkat desa upaya ini merupakan suatu
jaringan yang saling berkaitan dengan masyarakat dalam berbagai bentuk dalam koordinasi
lembaga ketahanan masyarakat desa.
Dalam kaitan ini peranan puskesmas adalah sebagai suatu unit organisasi kesehatan yang
merupakan pusat pengembangan yang melaksanakan pembinaan dan jug memberikan
pelayanan kesehatan secara meyeluruh dan terpadu di wilayah kerjanya. Puskesmas harus
dapat mengkoordinasikan atau mengatur upaya swasta dan perorangan dalam bidang
kesehatan.

1. Pelayanan upaya kesehatan


Pelayanan upaya kesehatan di puskesmas di laksanakan melalui berbagai kegiatan pkok, yaitu
kesejahteraan ibu dan anak serta keluarga berencana, perbaikan gizi, kesehatan lingkungan,
pencegahan dan pembernatasna penyakit khusunya imunisasi, penyuluhan kesehatan
masyarakat pengobatan termasuk pelayanan karena kecelakaan, kesehatan sekolah, perawatan
kesehatan masyarakat, kesehatan gigi dan mulut, kesehatan jiwa, laboraturium sederhana
serta pencatatan dan pelaporan dalam rangka sistem informasi kesehatan.

2.  Pembinaan upaya kesehatan


Pelaksanaan pelayanan upaya kesehatan di wilayah perlu di bina atau dikelola oleh
puskesmas, termasuk pembinaan peran masyarakat.
Puskesmas melakukan koordinasi terhadap semua upaya dan semua pelayanan yang ada di
wilayah kerjanya sesuai dengan kewenangannya. Dari segi rujukan, puskesmas menerima
rujukan dari masyarakat di sekitarnya yang dapat memanfaatkannya secara langsung atau
melalui puskesmas pembantu.

3. Pengembangan upaya kesehatan


Disamping pelayanan dan pembinaan, dilaksanakan pula pengembangan upaya kesehatan.
Upaya peningkatan dan pencegahan kan terus di kembangkan dan ditingkatkan dengan
bantuan dari puskesmas pembantu dan unit pelayanan swasra serta kader pembangunan
bidang kesehatan yang ada diwilayah kerjanya. Puskesmas memberikan bantuan sarana dan
pembinaan teknis kepada staf puskesmas pembantu, staf unit pelayanan swasta dan kader
pembangunan bidang kesehatan yang ada di wilayah kerjanya.
Pengembangan dan pembinaan kader pembangunan bidang kesehatan tersebut oleh
puskesmas terus diperluas dan ditingkatkan sehingga seluruh masyarakat diwilayah kerjanya
mampu secara terorganisasi melaksanakan upaya untuk memelihara kesehatan mereka
sendiri, baik dalam bidang pengobatan ringan maupun dalam bidang pencegahan dan
peningkatan.
Obat tradisional dan cara pengobatan tradisional yang terbukti berhasil guna dianjurkan untuk
di pergunakan oleh kader pembangunan bidang kesehatan, pembinaan teknis dalam hal ini di
lakukan oleh tenaga puskesmas.
Kerjasama lintas sektoral dalm rangka meningkatkan kemampuan ekonomi dan sosial budaya
masyarakat  terus dikembangkan melalui lembaga ketahanan masyarakat desa. Sesuai dengan
tahap-tahap laju pembangunan ekonomi dan sosial budaya masyarakat, maka pelayanan oleh
kader pembangunan bidang kesehatan akan berkembang kearah pelayanan yang lebih banyak
dilakukan oleh tenaga profesi. Jenis pelayanan dapat berkembang menjadi pelayanan
perwatan dan atau pelayanan persalinan di rumah oleh tenaga perawatan kesehatan, yang
pembiayaannya dpat berasal dari organisasi kemasyarakatan setempat.

b.      Peran serta masyarakat


1)      Masyarakat,termasuk swasta mempunyai peranan penting dalam penyelenggaraan upaya
kesehatan yang mencangkup upaya peningkatan,pencegahan,penyembuhan maupun
pemulihan seacara tersendiri maupun menyeluruh
Cara-cara peran serta masyarakat ini di cerminkan dalam 3 bentuk yaitu:
a.       Ikut dalm penelaahan situasi masalah.
b.      Ikut terlibat dalam menyusun perencanaan pelaksanaan termasuk penentuan prioritas
c.       Menjalankan kebiasaan hidup sehat dan atau berperan serta secara aktif dalam
megembangkan ketenagaan dana dan sarana.
Dengan demikian masyarakat makin mampu untuk menyelenggarakan berbagai bentuk
upaya kesehatan,baik yang di lakukan di antara masyarakat sendiri maupun dalam rangkah
membantu pemerintah.
2)      Upaya melalui pembangunan kesehatan masyarakat desa
Kegiatan upaya kesehatan dalam ruang lingkup PKMD di selenggarakan oleh kader
atau tenga kerja yang di pilih dan di biaya oleh masyarakat serta diberi latihan-latihan yang
memadai agar mampu melakukan hal-hal yang sederhana tapi bermanfaan seperti proritas
dan kondisi masyarakat. Upaya kesehatan tersebut antara lain adalah upaya kesehatan
sederhana kesehatan perorangan dan keluarga serta kegiatan-kegiatan lain seperti yang di
sebut sebagai kegiatan minimal dalam pengertian primary health care.
Kegiatan-kegiatan ini di selenggarakan melalui kader pembangunan bidang kesehatan
wadah dari PKMD adalah lembaga kesehatan masyarakat desa.
3)      Upaya kesehatan swasta
Upaya kesehatan swasta dalam bentuk
a.       Uasaha penghimpunan dana gotong royong yang di pergunakan baik untuk upaya
kesehatan oleh masyarakat mau pun pemerintah.
b.      Penyelenggaraan pendidikan dan latihan tenaga kesehatan
c.       Balai pengobatan(BP),balai kesejahteran ibu dan anak (BKIA)dan klinik swasta lainnya.
d.      Praktek dokter umu,,spesialis dan praktek kelompok terutama di tujukan untuk pelayanan
kesehatan perorangan dan keluarga.
e.       Rumah bersalin terutama untuk rawat tinggal ibu melahirkan normal.
f.       Rumah sakit umum dan rumah sakit khusus terutama untuk rawat tinggal.jumlahnya dapt di
ukur menrut rasio dan kebutuhan di daerah-daerah di mana masyarakat mampu
menyelenggarakan.
g.      Laboraturium klinik dan mikrobiologi.
h.      Apotek dan saran distribusi obat,alt kesehatan dan kosmetika.
i.        Upaya yang memberikan jasa konsultasi dan bantuan dalam rangka pelaksanaan upaya
kesehatan.
j.        Pengobatan tradisional.
k.      Uasaha-usaha lain berhubungan dengan kesehatan.

c.       Rujukan upaya kesehatan


Rujukan upaya kesehatan ini pada dasarnya meliputi rujukan kesehatan(health
referral)serta rujukan medik(medical referral) yang dapat bersifat vertikal atau horizontal atau
timbal balik.untuk dapat terlaksanakannnya rujukan ini di perlukan adanya peningkatan etik
petugas kesehatan yang bersangkutan.

1)      Rujukan kesehatan
Rujukan kesehatan terutama terkaitan dengan upaya peningkatan dan pencegahan.
Permintaan bantuan dapat di ajukan dari tingkat bawah termasuk masyarakat kepada
puskesmas pembantu. Jika puskesmas pembantu tidak dapat memenuhinya,maka ia akan
melanjutkan kepada puskesmas dan seterusny. Untuk rujukan tertentu yang berkaitan dengan
kesehatan permintaan bantuan juga di ajukan oleh puskesmas kepada sektor-sektor teknis lain
diluar kesehatan,seperti pekerjaan umum,pembangunan desa,pertanian,pertekankan dan
swasta. Rujukan horizontal dapat di lakukan melalui wadah-wadah koordinasi yang ada pada
tiap tingkatan upaya kesehatan seperti lembaga kesehatan masyarakat desa di tingkat desa
baha-bahan kosdinasi lintas sektroral yang ada di tingkatan kecamatan,kabupaten,dan
kotamadya propinsi atau tingkat nasional.

Rujukan kesehatan tersebut di atas pada dasarnya mencangkup sebagai berikut ini
a)      Bantuan teknologi
Rujukan ini dapat berupa permintaan bantuan teknologi tertentu baik dallam bidang
kesehatan maupun yang berkaitan dengan kesehatan,dimana eselon-eselon yang mampu
dapat memberikan teknologi tersebut. Teknologi yang di berikan harus tepat guna dan cukup
sederhana,dapat di kuasai dan di laksanakan serta dapat di di biayai oleh masyarakat yng
bersangkutan. Bantuan teknologi lain dapat berupa antara lain:pembuatan jamban keluarga
dan sarana air minum,pembugaran rumah, pembuangan airlimbah,penimbaan bayi untuk
pengisian kartu menuju sehat,pemeliharaan,perbaikan dan kalibrasi peralatan kesehatan.

b)      Bantuan sarana
Rujukan ini dapat berupa permintaan bantuan baik sarana tertentu dalam bidang kesehatan
maupun sarana yang terdapat pada sektor-sektor teknis lain. Bantuan sarana tersebut dapat
berupa antaralain:obat,peralatan,biaya,bibit tanaman,ikan dan ternak,pangan untuk usaha
padat karya,badan pembangunan dan tenaga.

c)      Bantuan oprasional
Rujukan ini dapat berupa permintaan bantuaan kepada eselon atasan ntuk menyelesaikan
suatu masalah tertentu yang dapat di atasi oleh masyarakat sendiri.dalam hal ini masalah
tersebut harus dia atasi sepenuhnya oleh eselon yang mampu.

Bantuan tersebu dapat berupa anatara lain:


(1)     Survai epidemiologik untuk menentukan besarnya permasalahan yang di hadapi serta
metoda penanggulangan yang penting sesuai dengan situasi dan kondisi daerah
(2)     Mengatasi wabah atau kejadian luar biasa di lapangan oleh tim gerak cepat tingkat
kabupaten dan kotamadya,propinsi atau pusat.
(3)     Membangun sarana komunikasi.

2)          Rujuk medik.
Yang di maksud adalah rujukan pelayanan yang terutama meliputi upaya penyembuhan
dan pemulihan.dalam kaitan ini rumah sakit mempunyai fungsi utama menyelenggaraan
upaya kesehatan yang bersifat penyembuhan dan pemulihan  bagi penderita. Pelayanan
rumah sakit perlu di atur sedemikian rupa sehingga dapat memanfaatkan sumber-sumber
yang ada dengan lebih berdaya guna dan berhasil guna karna itu prlu di hindari adanya
tumpah tindih antara berbagai upaya yang di selenggarakan oleh pemerintah atau swasta.
Diwaktu yang akan datang secara bertahap telah di tentukan bahwa pelayanan rumah sakit
baik untuk rawat jalan maupun rawat tinggal,hanya bersifat spesoalistik atau sub spesialistik
atau pelayanan dasar harus dapat di lakukan di puskesmas ditempat praktek dokter dan unit
upaya yang setingkat

Demikian pula rumah sakit yang di manfaatkan untuk pendidikan clon dokter dan calon
dokter spesialis harus dapat di batasi dan mengkhususkan diri untuk menjadi pusat pelayanan
sub spesialistik tertentu dalam suatu wilayah sehingga tercapai efesien pemanfaatan sumber
daya yang terbatas. Sehingga itu masing-masing pusat harus dapat melakkan uji cob terhadap
teknologi mutahir secara lebih berhasil guna dan berdaya guna. Dalam kaitan ini perlu di
tetapkan penggolongan penyakit menjadi 3 golongan yaitu:

a)      Penyakit yang bersifat darurat yaitu:penyakit yang harus di tanggulangin karena bila
terlambat akan menyebabkan kematian.
b)      Penyakit yang bersifat menahun yang menyembuhkan dan pemulihan memerlukan waktu
yang lama dan dapat menimbulkan beban pembiyayaan yang tidak adapat di pikul oleh
penderita dan keluarganya.
c)      Penyakit yang bersifat akut tetapi tidak gawat.
Semua rumah sakit harus dapat melayani penderita golongan penyakit 1) dan sedangkan
penderita golongan penyakit 2) terutama menjadi tanggung jawab pemerintah tanpa
mengurangi kewajiban  pihak swasta yang mampu untuk juga melayaninya. Rehabilits sosial
bagi penderita yang telah sembuh dari penyakit menahun seperti kusta dan jiwa tidak dapat di
kembalikan kepada masyarakat serta,perawatan kesehatan bagi orang jompo,terutama
menjadi tanggung jawab pemerintah dalam waktu dekat harus di tetapkan cara-cara akreditas
pelayanan rumah sakit. Dengan demikian dapat di lakukan penilaian terhadap mutu dan
jangkauan pelayanan rumah sakit secara berkala yang dapat di pergunakan untuk menetapkan
kebijaksanaan pengembangan dan peningkatan mutu rumah sakit. Perubahan kelas suatu
rumah sakit atas dasar daya guna dapat membawa konsekuensi perubahan biaya oprasional
dan pemeliharaan rumah sakit yang bersangkutan.

Pelayanan medik beserta rujukan di bagi menjadi 3 tingkatan yaitu:


a)      Tingkatan pelayanan dasar.
b)      Tingkatan pelayanan spesialistik.
c)      Tingkatan pelayanan sub spesialistik
Masing-masing tingkat pelayanan yang baik di selengarakan oleh pemerintah maupun swasta
melibatkan unit pelayanan jenis tertentu yaitu:
a)      Tingkat pelayanan dasar antara lain terdiri dari unit pelayanan yaitu:
(1)   Puskesmas,puskesmas pembantu termasuk BP,BKIA,pos kesehatan.
(2)   Rumah bersalin.
(3)   Praktek dokter,praktek dokter gigi dan praktek berkelompok.
(4)   Balai laboratorium kesehatan,balai pemeriksaan obat dan makanan dan laboratorium klinik.
(5)   Apotik,toko obat berizin,optik.
(6)   Pengobatan tradisional.
b)      Tingkat pelyanan spesialistik antara lain terdiri dari unit pelayanan:
(1)      Rumah sakit pemerintah
(2)      Rumah sakit khusus.
(3)      Rumah sakit swasta.
(4)      Praktek dokter umum,dokter gigi,spesialis dan praktek berkelompok.
(5)      Balai laboratorium kesehatan,balai pemeriksaan obat dan makanan dan laboratorium klinik.

c)      Tingkat pelayanan sub spesialistik antara lain terdiri dari unit pelayanan yaitu:
(1)   Rumh sakit pendidikan pemerintah.
(2)   Rumah sakit pendidikan swasta.
Pelayanan rujukan seperti telah di sebutkan terdahulu harus di kaitka dengn pelayanan
melalui dana upaya kesehatan yang sejauh mungkin mencangkup seluruh penduduk
indonesia. Pelayanan melalui dana tersebut perlu segera di tetapkan agar pelaksanaan
pelayanan  rujukan tidak terlambat sehingga pelayanan medik dapat menjangkau seluruh
penduduk yang memerlukannnya. Pelayanan melalui sistem dana upaya kesehatan ini harus
di tetapkan agar dapat menjadi dasar yang kuat bagi pelayanan rujukan wajib. Dengan
demikian hanya penduduk yang berobat melalui rujukan wajib, yang mendapat biya
pegobatan.

E. RENCANA POKOK PROGRAM PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DI


BIDANG KESEHATAN (RP3JPK)
Dalm pemikiran Dasar Sistem Kesehatan Nasional telah dikemukakan tujuan pembangunan
kesehatan yang merupakan cita-cita bangsa, yaitu : tercapainya kemampuan hidup sehat bagi
setiap penduduk, sebagai salah satu unsur kesejahteraan umum sebagai bagian tujuan
nasional. Dalam RPJPK tujuan ini di jabarkan menjadi lima tujuan utama pembangunan
jangka panjang bidang kesehatan. Selanjutnya, dalam RP3JPK kelima tujuan utama ini
dipertegas lagi sebagai cita-cita yang telah jelas arahnya sehingga merupakan kemauan yang
nyata atau karsa, yang disebut PANCAKARSA HUSADA yang terdiri dari :
1.      Peningkatan kemampuan masyarakat menolong dirinya sendiri dalam bidang kesehatan.
2.      Perbaikan mutu lingkungan hidup yang dapat menjamin kesehatan.
3.      Peningkatan status gizi masyarakat.
4.      Pengurangan kesakitan dan kematian.
5.      Pengembangan keluarga sehat sejahtera dalam makin diterimanya norma kecil yang
bahagia dan sejahtera.
Apabila di perhatikan arah dan kebijaksanaan nasional pembangunan bidang kesehatan dan
masalah pokok serta tantangan sampai tahun 2000, maka diperlukan kebijaksanaan yang
lebih mantap dalam pembangunan jangka panjang bidang kesehatan yang disebut
PANCAKARYA HUSADA yaitu :
1.      Peningkatan dan pemantapan upaya kesehatan.
2.      Pengembangan tenaga kesehatan.
3.      Pengendalian, pengadaan dan pengawasan obat, makanan, dan bahan berbahaya bagi
kesehatan.
4.      Perbaikan gizi dan peningkatan kesehatan lingkungan.
5.      Peningkatan dan pemantapan manajemen dan hukum.
Karya pertama merupakan karya pokok yang didukung oleh empat karya lainnya. Untuk
melaksanakan pembangunan kesehatan didasarkan Pancakarya Husada itu telah ditetapkan
pada pancakarya husada selanjutnya dijabarkan menjadi lima belas pokok program, yaitu :
1.      Pokok Program Peningkatan Upaya Kesehatan Puskesmas
2.      Pokok Program Peningkatan Upaya Kesehatan Rujukan.
3.      Pokok Program Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit.
4.      Pokok Program Peningkatan Kesehatan Kerja.
5.      Pokok Program Penyuluhan Program Kesehatan Masyarakat.
6.      Pokok Program Pendidikan dan Latihan Tenaga Kesehatan.
7.      Pokok Program Pengelolaan Tenaga Kesehatan.
8.      Pokok Program Pengendalian, Pengadaan dan Pengawasan Obat Serta Makanan, Dan Alat
Kesehatan.
9.      Pokok Program Pengendalian dan Pengawasan Bahan Berbahaya Bagi Kesehatan.
10.  Pokok Program Perbaikan Gizi.
11.  Pokok Program Peningkatan Kesehatan Lingkungan.
12.  Pokok Program Penyempurnaan Efisiensi Aparatur Kesehatan.
13.  Pokok Program Penyempurnaan Prasarana Fisik Kesehatan.
14.  Pokok Program Peningkatan Informasi Kesehatan.
15.  Pokok Program Penelitian dan Pengembangan Kesehatan.
Pokok program dan program pembangunan kesehatan tersebut dapat digolongkan menurut
karya husada sebagai berikut :
Karya Husada Pertama : Peningkatan dan Pemantapan Upaya Kesehatan.
1.      Pokok Program Peningkatan Upaya Kesehatan Puskesmas.
2.      Pokok Program Upaya Kesehatan Rujukan.
3.      Pokok Program Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit.
4.      Pokok Program Peningkatan Kesehatan Kerja.
5.      Pokok Program Penyuluhan Kesehatan Masyarakat.
Karya Husada Kedua : Pengembangan Tenaga Kesehatan
1.      Pokok Program Pendidikan dan Latihan Tenaga Kesehatan.
2.      Pokok Program Pengelolaan Tenaga Kesehatan.
Karya Husada Ketiga : pengendalian, pengadaan, dan pengawasan obat. Serta makanan dan
bahan berbahaya bagi kesehatan.
1.      Pokok Program Pengendalian, Pengadaan dan Pengawasan Obat, Alat Kesehatan, Makanan
Dan Kosmetik.
2.      Pokok Program Pengendalian dan Pengawasan Bahan Berbahaya Bagi Kesehatan.
Karya Husada Keempat : Perbaikan Gizi dan Peningkatan Kesehatan Lingkungan.
1.      Pokok Program Perbaikan Gizi.
2.      Pokok Program Peningkatan Kesehatan Lingkungan.
Karya Husada Kelima : Peningkatan dan Pemantapan Manajemen dan Hukum.
1.      Pokok Program Penyempurnaan Efisiensi Aparatur Kesehatan.
2.      Pokok Program Penyempurnaan Prasarana Fisik Kesehatan.
3.      Pokok Program Peningkatan Informasi Kesehatan.
4.      Pokok Program Penelitian dan Pengembangan Kesehatan.
Program-Program Dalam RP3JPK.
Pokok Program Peningkatan Upaya Kesehatan Puskesmas.
1.      Program Peningkatan dan Pengembangan.
2.      Program Peningkatan dan Pengembangan Fisik Puskesmas.
Pokok Program Peningkatan Upaya Kesehatan Rujukan.
1.      Program Rujukan Kesehatan.
2.      Program Rujukan Medik.
Pokok Program Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit.
1.      Program Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular.
2.      Program Kesehatan Gigi dan Mulut.
3.      Program Kesehatan Jiwa.
4.      Program Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit tak Menular.
Pokok Program Kerja Peningkatan Kesehatan Kerja.
1.      Program Pelayanan Kesehatan Kerja.
2.      Program Keselamatan Kerja.
3.      Program Kesehatan Lingkungan Kerja.
Pokok Program Penyuluhan Kesehatan Masyarakat.
1.      Program Komunikasi dan Informasi.
2.      Program Pembinaan dan Pengembangan Peran Serta Masyarkat.
3.      Program Pembinaan Penyelenggaraan Penyuluhan Kesehatan.
Pokok Program Pendidikan dan Latihan Tenaga Kesehatan.
1.      Program Peningkatan Perencanaan, Pengawasan dan Penilaian Pengembangan Tenaga
Kesehatan.
2.      Program Pendidikan Tenaga Kesehatan.
3.      Program Latihan Tenaga Kesehatan.
Pokok Program Pengelolaan Tenaga Kesehatan.
1.      Program Pengembangan Karier Tenaga.
2.      Program Pengembangan Sistem Informasi Ketenagaan.
3.      Program Peningkatan Efisiensi Tenaga Pengelola dan Sarana Kerja.
Pokok Program Pengendalian, Pengadaan dan Pengawasan Obat, Alat Kesehatan, Makanan
Dan Kosmetik.
1.      Program Pengadaan dan Pengelolaan Obat dan Alat Kesehatan.
2.      Program Pengendalian dan Pengawasan Obat, Alat Kesehatan, Makanan dan Kosmetika.
3.      Program Pembinaan dan Penyuluhan Obat, Alat Kesehatan, Makanan dan Kosmetika.
Pokok Program Penyempurnaan Pengendalian dan Pengawasan Bahan Berbahaya Bagi
Kesehatan.
1.      Program Peningkatan Pengelolaan Bahan Berbahaya.
2.      Program Peningkatan Aparatur Pengelolaan Bahan Berbahaya.
3.      Program Peningkatan Prasarana dan Sarana.
Pengendalian serta pengawasan bahan berbahaya.
Pokok program perbaikan gizi
1.      Program usaha perbaikan gizi keluarga.
2.      Program pencegahan dan penanggulangan penyakit gizi.
3.      Program peningkatan gizi anak sekolah.
4.      Program pelayanan gizi institusi.
Pokok program peningkatan kesehatan lingkungan
1.      Program penyediaan air bersih.
2.      Program penyehatan perumahan dan lingkungan.
3.      Program pengawasan kualitas lingkungan.
 Pokok Program penyempurnaan efisiensi aparatur kesehatan.
1.      Program pembinaan fungsi perencanaan dan penilaian pembangunan kesehatan.
2.      Program penyempurnaan administrasi keuangan dan perlengkapan.
3.      Program penyempurnaan organisasi dan tatalaksana.
4.      Program peningkatan fungsi pengawasan, pengendalian, penilaian dan penertiban.
5.      Program pembinaan dan pengembangan hukum bidang kesehatan.
Pokok program penyempurnaan prasarana fisik kesehatan.
1.      Program peningkatan prasarana dan sarana kerja.
2.      Program peningktan sarana dan fasilitas pembinaan karyawan.

Pokok Program peningkatan informasi Kesehatan


1.      Program Peningkatan Sistem Informasi manajemen Kesehatan.
2.      Program Peningkatan Sistem Informasi upaya teknis Kesehatan.
3.      Program Peningkatan Sistem Informasi Kesehatan untuk masyarakat.
4.      Program Peningkatan sistem Informasi Ilmu Pengetahuan.

Pokok Program Penelitian dan Pengembangan Kesehatan.


1.      Program Penelitian dan Pengembangan Kesehatan.
2.      Program Pengembangan Intitusional Penelitian dan Pengembangan Kesehatan.
2.3.3 KEBIJAKSANAAN KESEHATAN DI INDONESIA
1.      Untuk mewujudkan derajat kesehatan yang optimal bagi masyarakat, diselenggarakan
upaya kesehatan dengan pendekatan pemeliharaan, peningkatan kesehatan (promotif),
pencegahan penyakit (preventif), penyembuhan penyakit (kuratif), dan pemulihan kesehatan
(rehabilitatif) yang dilaksanakan secara menyeluruh, terpadu, dan berkesinambungan.
Masyarakat diartikan perseorangan, keluarga, 1/kelompok masyarakat, dan masyarakat secara
keseluruhan. Dalam pengertian pencegahan penyakit sudah termasuk pemberantasan
penyakit, yang merupakan upaya untuk mnegurangi jumlah penderita atau kematian akibat
penyakit tertentu.
2.      Penyelenggaraan upaya kesehatan yang menyeluruh terpadu dan berkesinambungan yang
dijabarkan kedalam kegiatan pokok merupakan upaya untuk memecahkan permasalahan
kesehatan yang dihadapi.
Penyelenggaraan upaya kesehatan dilaksanakan melalui kegiatan :
a.       Kesehatan keluarga
b.      Perbaikan gizi
c.       Pengamanan makanan dan minuman
d.      Kesehatan lingkungan
e.       Kesehatan kerja
f.       Kesehatan jiwa
g.      Pemberantasan penyakit
h.      Penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan
i.        Penyuluhan kesehatan masyarakat
j.        Pengamanan sediaan farmasi dan alat kesehatan
k.      Pengamanan zat adiktif
l.        Kesehatan sekolah
m.    Kesehatan olahraga
n.      Pengobatan tradisional
o.      Kesehatan matra.
Dari 15 kegiatan pokok tersebut ada beberapa kegiatan pokok yang berkaitan erat dengan
pelayanan keperawatan sebagai berikut :
A.    Kesehatan Keluarga
a.       Kesehatan keluarga diselenggarakan untuk meweujudkan kelurga sehat, kecil, bahagia, dan
sejahtera.
Keluarga sehat, kecil, bahagia, dan sejahtera adalah keluarga yang terbentuk berdasarkan atas
perkawinan yang sah, mampu memberikan kehidupan dan material yang layak, bertaqwa
kepada Tuhan YME, memilki hubungan yang serasi, selaras dans eimbang antar anggota
keluarga dengan masyarakat dan lingkungannya, dengan jumlah anak yang ideal untuk
mewujudkan kesejahteraan lahir dan batin. Kesehatan keluarga sebagaimana dimaksud
meliputi kesehatan suami istri, anak, dan anggota keluarga lainnya.
Kesehatan keluarga dalm pasal ini dimaksudkan bukan hanya ditujukan kepada kesehatan
suami atau istri saja, namun juga ditujukan kepada kesehatan pasangan suami istri agar
tercipta keluarga sehat dan harmonis.
Anggota keluarga lainnya adalah setiap orang yang tinggal serumah dengan keluarga
tersebut, baik yang mempunyai hubungan darah maupun tidak.
b.      Kesehatan suami istri diutamakan pada upaya pengaturan kelahiran dalam rangka
menciptakan keluarga yang sehat dan harmonis. Pengaturan kelahiran merupakan suatu
upaya bagi pasangan suami istri untuk merencanakan jumlah ideal anak, jarak kelahiran anak,
dan usia ideal perkawinan, serta usia ideal untuk melahirkan anaknya agar dapat hidup.
c.       Kesehatan istri meliputi kesehatan pada masa prakehamilan, kehamilan, persalinan, dan
masa diluar kehamilan, dan persalinan.
Istri sebagai ibu mempunyai peranan yang besar dalam merawat, mendidik dan membesarkan
anaknya. Oleh karena itu diperlukan peningkatan kesehatan ibu yang meliputi baik dalam
masa pra kehamilan, kehamilan, persalinan, pasca persalinan, masa  diluar kehamilan dan
persalinan.
d.      Kesehatan anak diselenggarakan untuk mewujudkan pertumbuhan dan perkembangan anak.
Kesehatan anak dilakukan melalui peningkatan kesehatan dalam kandungan, masa bayi, masa
balita, usia prasekolah dan usia sekolah.
Upaya peningkatan kesehatan anak diperlukan untuk mengatasi permasalahan kesehatan yang
khas pada masa pertumbuhan dan perkembangan anak sejak masih dalam kandungan, masa
bayi, masa balita, usia prasekolah,dan usia sekolah.
Untuk mengatasi masalah kesehatan anak dapat dilakukan upaya misalnya pencegahan
penyakit dengan cara pemberian pengebalan, upaya peningkatan gizi, dan upaya bimbingan
lain.
e.       Setiap keluarga melakukan dan mengembangkan kesehatan keluarga dalam keluarganya.
Pemerintah membantu pelaksanaan dan pengembangan kesehtan keluarga melalui
penyediaan sarana dan prasarana atau dengan kegiatan yang menunjang pengingkatan
kesehatan keluarga.
Bantuan pemerintah berupaya penyediaan-penyediaan sarana dan prasarana antara lain dapat
berupaya penyediaan tempat atau peralatan serta tenaga kesehatan atau perangkat lain yang
dapat  mendukung peningkatan kesehatan keluarga misalnya dengan infroamasi dan edukasi.
f.       Kesehatan manusia usia lanjut diarahlan untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan
dan kemampuannya agar tetap produktif.
Manusia usia lanjut adalah seseorang yang karena usianya mengalami perubahan biologis,
fisik, kejiwaan dan sosial. Perubahan ini akan memnerikan pengaruh pada seluruh aspek
kehidupan termasuk kesehatannya. Oleh karena itu kesehatan manusia lanjut, perlu
mendapatkan perhatian khusus dengan tetap diperlihara dan ditingkatkan agar sesuai dengan
kemampuannya sehingga dapat ikut serta berperan aktif dalam pembangunan.
g.      Pemerintah membantu penyelenggaraan upaya kesehatan manusia usia lanjut untuk
meningkatkan kualitas hidupnya secara optimal. Bantuan untuk manusia usia lanjut berupaya
penyediaan tenaga, sarana, dan prasarana kesehtan yang dilakukan secara terintegrasi melalui
kegiatan komunikasi, informasi dan edukasi, pelatihan dan pelayanan kesehatan yang
diselenggarakan oleh masyarakat atau pemerintah.

B.     Kesehatan Kerja
a.       Kesehatan kerja diselenggarakan untuk mewujudkan produktifitas kerja kerja yang
optimal, kesehatan kerja diselenggarakan agar tetap pekerja dapat secara sehat tanpa
membahayakan diri dan masyarakat disekelilingnya, agar diperoleh produktifitas kerja yang
optimal, sejalan dengan program perlindungan tenaga kerja.
b.      Kesehatan kerja meliputi pelayanan kesehatan kerja, pencegahan penyakit akibat kerja dan
syarat kesehatan kerja.
Upaya kesehatan kerja pada hakikatnya merupakan penyerasian kapasitas kerja, beban kerja
dan lingkungan kerja. Pelayanan kesehatan kerja adalah pelayanan kesehatan yang diberikan
kepada pekerja sesuai dengan jaminan sosial tenaga kerj dan mencakup upaya peningkatan
kesehatan, pencegahan penyakit, penyembuhan, dan pemulihan kesehatan. Syarat kesehatan
kerja meliputi persyaratan kesehatan pekerja baik fisik maupun psikis dengan jenis
pekerjaannya, persyaratan bahan baku, perlatan dan proses kerja serta persyaratan tempat
atau lingkungan kerja.
c.       Setiap tempat kerja wajib menyelenggarakan kesehatan kerja.
Tempat kerja adalah tempat terbuka atau tertutup, bergerak atau tidak bergerak, yang
dipergunakan untuk memproduksi barang atau jasa oleh satu atau beberapa orang pekerja.
Tempat kerja yang wajib menyelenggrakan kesehatan kerja adalah tempat yang mempunyai
resiko bahaya kesehatan, mudah terjangkit penyakit, atau mempunyai karyawan paling
sedikit 10 orang.

C.     Kesehatan Jiwa
a.       Kesehatan jiwa diselenggarakan untuk mewujudkan jiwa yang sehat secara optimal baik
intelektual maupun emosional.
Upaya peningkatkan kesehatan jiwa dilakukan untuk mewujudkan jiwa yang sehat secara
optimal, baik intelektual maupun emosional melalui pendekatan peningkatan kesehatan,
pencegahan dan penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan, agar seseorang dapat tetap
atau kembali hidup secara harmonis, baik dalam lingkungan keluarga, leingkungan kerja dan
atau dalam lingkungan masyarakat.
b.      Kesehatan jiwa meliputi pemeliaharaan dan pengingkatan kesehatan jiwa, pencegahan dan
penganggulangan masalah psikososial dan gangguan jiwa, penyembuhan dan pemulihan
penderita gangguan jiwa.
Masalah psikososial adalah masalah psikososial atau kejiwaan yang timbul sebagai akibat
terjadinya perubahan sosial.
c.       Kesehatan jiwa dilakukan oleh perorangan, lingkungan keluarga, lingkungan sekolah,
lingkungan pekerjaan, lingkungan masyarakat, didukung sarana pelayanan kesehatan jiwa
dan saran lainnya.
Sarana lainnya adalah tempat tertentu yang memberikan pelayanan kesehatan jiwa antara lain
lembaga sosial dan kegamaan.
d.      Pemerintah melakukan pengobatan dan perawatan, pemulihan, dan penyaluran bekas
penderita gangguan jiwa yang telah selesai menjalani pengobatan dan atau perawatan ke
dalam masyarakat.
e.       Pemerintah membangkitkan, membantu dan membina kegiatan masyarakat dalam
pencegahan dan penanggulangan masalah psikososial dan gangguan jiwa, pengobatan dan
perawatan penderita gangguan jiwa, pemulihan serta penyaluran bekas penderita ke dalam
masyarakat.
f.       Penderita gangguan  jiwa yang dapat menimbulkan gangguan terhadap keamanan dan
ketertiban umum wajib diobati dan dirawat disarana pelayanan kesehatan jiwa atau sarana
pelayanan kesehatan lainnya.
Penderita gangguan jiwa karena keadaannya, mungkin saja melakukan perbuatan yang dapat
mengganggu keamanan, ketertiban umum, atau keselamatan dirinya. Oleh karena itu, wajib
dirawat dan ditempatkan disarana pelayanan kesehatan jiwa. Selain itu kewajiban pengobatan
dan perawatan di sarana kesehatan jiwa dimaksudkan agar masyarakat tidak melakukan
tindakan yang bertentangan dengan cara pengobatan dan cara perawatan berdasarkan ilmu
kedokteran dan ilmu keperawatan. Yang dimaksudkan dengan sarana kesehatan lainnya,
antara lain, rumah sakit umum dan puskesmas.
g.      Pengobatan dan perawatan penderita gangguan jiwa dapat dilakukan atas permintaan suami
atau istri atau anggota keluarga penderita atau atas prakarsa pejabat yang bertanggunga jawab
atas keamanan dan ketertiban di wilayah setempat atau hakim pengadilan bilamana dalam
suatu prakara timbul persangkaan bahwa yang bersangkutan adalah penderita gangguan jiwa.
Hakim pengadilan adalah hakim yang sedang menangani prakara tersebut.

D.    Pemberantasan Penyakit
a.       Pemberantasan penyakit di selenggarakan untuk menurunkan angka kesakitan dan atau
angka kematian.
Angka kesakitan adalah angka penderita yang terjadi diantara penduduk dalam masa tertentu.
Angka kesakita dan angka kematian merupakan tolak ukur tinggi rendahnya derajat
kesehatan.
Upaya penurunan angka kesakitan dan kematian dilakukan dengan upaya pencegahan dan
pemberantasan penyakit, baik penyakit menular maupun penyakit tidak menular yang dapat
menimbulkan kematian seperti malaria, TBC, kolera, gondok endemik, infeksi saluran
pernapasan akut, kardiovaskuler, dan penyakit lain yang sejenis.
b.      Pemberantasan penyakit dilaksanakan terhadap penyakit menular dan penyakit tidak
menular.
c.       Pemberantasan penyakit menular atau penyakit yang dapat menimbulkan angka kesakita
dan atau angka kematian yang tinggi dilaksanakan sedini mungkin.
d.      Pemberantasan penyakit tidak menular dilaksanakan untuk mencegah dan mnegurangi
penyakit dengan perbaikan dan perubahan perilaku masyarakat dan dengan cara lain.
e.       Pemberantasan penyakit menular dilaksanakan dengan upaya penyuluhan, penyelidikan,
pengebalan, menghilangkan sumber dan perantara penyakit, tindakan karantina, dan upaya
yang diperlukan.
f.       Pemberantasan penyakit menular yang dapat menimbulkan wabah dan penyakit karantina
dilaksanakan sesuai dengan ketentuan undang-undang yang berlaku.

E.     Penyembuhan Penyakit dan Pemulihan Kesehatan


a.       Penyembuhan penyait dan pemulihan kesehatan diselenggarakan untuk mengembalikan
status kesehatan akiba penyakit, mengembalikan fungsi badan akibat cacat atau
menghilangkan cacat. Cacat meliputi cacat bawaan atau cacat yang diperoleh sebagai dampak
dari penyakit atau kecelakaan yang dapat bersifat sementara atau menetap. Selain itu cacat
dapat berupa cacat pada organ secara anatomis atau secara fungsional seperti berkurangnya
kemampuan mendengar atau melihat.
b.      Penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan dilakukan dengan pengobatan dan atau
perawatan.
c.       Pengobatan dan atau perawatan dapat dilakukan berdasarkan ilmu kedokteran dan atau
ilmu keperawatan atau cara lain yang dapat dipertanggung jawabkan. Pengobatan dan atau
perawatan denga cara lain adalah pengobatan atau perawatan yang dilakukan di luar ilmu
kedokteran atau ilmu keperawatan misalnya, melalui pengobatan-pengobatan dan pengobatan
tradisional yang diperoleh secara turun temurun.
d.      Pelaksanaan pengobatan dan atau perawatan berdasarkan ilmu kedokteran atau ilmu
keperawatan hanya dapat dilakukan oleh tenaga kesehatan yang mempunyai keahlian dan
kewenangan untuk itu. Ketentuan ini dimaksudkan untuk melindungi masyarakat dari
tindakan seseorang yang tidak mempunyai keahlian dan kewenangan untuk melakukan
pengobatan dan atau perawatan, sehingga akibat yang dapat merugikan atau membahayakan
terhadap kesehatan pasien dapat dihindari.
e.       Pemerintah melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap pelaksanaan pengobatan dan
atau perawatan berdasarkan cara lain yang dapat dipertanggung jawabkan. Pembinaan dan
pengawasan oleh pemerintah terhadap pengobatan dan atau perwatan dengan cara lain yang
dipertanggung jawabkan ditujukan agar cara tersebut dapat digunakan dengan baik untuk
membantu terwujudnya derjat kesehatan yang optimal terhadap pengobatan dan atau
perawatan dengan cara lain yang belum terbukti manfaatnya. Selain dilakukan pembinaan
dan pengawasan dan juga dilakukan pengkajian dan penelitian guna menentukan manfaat
atau bahayanya terhadap kesehatan.

F.      Penyuluhan Kesehatan Masyarakat


Penyuluhan kesehatan masyarakat diselenggarakan guna meningkatkan pengetahuan,
kesadaran, kemuan dan kemampuan masyarakat untuk hidup sehat, dan aktif berperan serta
dalam upaya kesehatan.
Penyuluhan kesehatan masyarakat merupakan kegiatan yang melekat pada setiap kegiatan
upaya kesehatan. Penyuluhan kesehatan masyarakat diselenggarakan untuk mengubah
perilaku seseorang atau kelompok masyarakat agar hidup sehat melalui komunikasi,
informasi dan edukasi.

G.    Kesehatan Sekolah
Kesehatan sekolah diselenggarakan untuk meningkatkan kemampuan hidup sehat peserta
didik dalam lingkungan hidup sehat sehingga peserta didik dapat belajar, tumbuh, dan
berkembang secara harmonis dan optimal menjadi sumber daya manusia yang lebih
berkualitas.
Penyelenggaraan kesehatan sekolah dimaksudkan untuk meningkatkan kemampuan hidup
sehat bagi peserta didik untuk memungkinkan pertumbuhan dan perkembangan yang
harmonis dan optimal menjadi sumber daya manusia yang lebih berkualitas. Disamping itu
kesehatan sekolah juga diarahkan untuk memupuk kebiasaan hidup sehat agar memiliki
pengetahuan, sikap dan ketrampilan untuk melaksanakan prinsip hidup sehat serta aktif
berpartisipasi dalam usaha peningkatan kesehatan, baik disekolah, rumah tangga, maupun
dalam lingkungan masyarakat.
Kesehatan sekolah sebagai mana dimaksudkan diselenggarakan melalui sekolah atau melalui
lembaga pendidikan lain. Lembaga pendidikan lain adalah tempat pendidikan luar sekolah.
H.    Kesehatan Olah Raga
a.       Kesehatan olah raga diselenggrakan untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan
melalui kegiatan olah raga. Kesehatan olah raga merupakan upaya kesehatan yang
memanfaatkan olah raga atau latihan fisik untuk meningkatkan derjat kesehatan. Dengan olah
raga atau latihan fisik yang benar akan dicapai tingkat kesegaran jasmani yang baik dan
merupakan modal penting dalam peningkatan prestasi.
b.      Kesehatan olah raga tersebut diselenggarakan melalui kegiatan sarana olah raga atau sarana
lain. Sarana olah raga adalah tempat yang secara khusus disediakan untuk kegiatan olah raga,
antara lain pusat olah raga, pusat kebugaran, dan tempat tertentu seperti stadion, kolam
renang, klun berlatih, kelompok latihan fisik, dan kelompok senam. Sarana lain yang
dimaksud adalah tempat yang menyembuhkan atau memulihkan kesehatan akibat cedera olah
raga, meningkatkan kesehatan kelompok masyarakat tertentu misalnya kelompok ibu hamil,
melauli latihan fisik dan penyebarluasan cara olah raga yang benar.
I.       Kesehatan Matra
a.       Kesehatan matra sebagai bentuk khusus upaya kesehatan diselenggarakan untuk
mewujudkan derjat kesehatan yang optimal dalam lingkungan matra yang serba berubah.
b.      Kesehatan matra meliputi kesetan lapangan, kesehatan kelautan dan bawah air, serta
kesehatan kedirgantaraan. Kesehatan lapangan adalah kesehatan matra yang berhubungan
dengan pekerjaan di darat yang temporer dan serba berubah, misalnya: kesehatan haji,
kesehatan transmigrasi, kesehatan dalam bencana alam kesehatan di bumi perkemahan.
Adapun sasaran pokonya adalah melakukan dukunga kesehatan operasional dan pembinaan
terhadap para personel yang secara langsung maupun tidak langsung terlibat dalam kegiatan
dilapangan. Kesehatan kelautan dan bawah air adalah kesehatan matra yang berhubungan
dengan pekerjaan di laut dan erhubungan dengan keadaan lingkungan.

F. MENURUT DEPARTEMEN KESEHATAN UNTUK KURUN WAKTU 2005-2009

Yakni sebagai berikut:


A. Program Promosi Kesehatan Dan Pemberdayaan Masyarakat
Tujuan program: memberdayakan individu, keluarga, dan masyarakat agar mampu
menumbuhkan perilaku hidup sehat dan mengembangkan upaya kesehatan bersumber
masyarakat.
Kegiatan pokok dan kegiatan indikatif dari program ini meliputi:
1. Pengembangan media promosi kesehatan dan teknologi komunikasi, informasi
    dan edukasi (KIE):
a.       Mengembangkan media dan sarana promosi kesehatan
b.      Mengembangkan pendekatan dan teknologi promosi     kesehatan
c.       Mengembangkan model promosi kesehatan melalui    pendekatan lokal spesifik.
2. Pengembangan upaya kesehatan bersumber masyarakat, dan generasi muda:
a.       Pemberdayaan/penggerakan masyarakat dalam upaya kesehatan
b.      Peningkatan kelembagaan upaya kesehatan bersumber masyarakat.
3. Peningkatan pendidikan kesehatan kepada masyarakat:
a.       Menyusun kerangka dan materi kebijakan promosi kesehatan
b.      Meningkatkan kemampuan tenaga pengelola program promosi kesehatan
c.       Mengembangkan kemitraan dengan lintas program, sektor, LSM, dan swasta
d.      Menyelenggarakan penyebarluasan informasi kesehatanmelalui berbagai saluran media
e.       Menyusun rencana dan pelaksanaan evaluasi program promosi kesehatan dan
pemberdayaan masyarakat
f.       Menyusun dan mengembangkan petunjuk pelaksanaan, petunjuk teknis dan pedoman
promosi kesehatan dan pemberdayaan masyarakat
g.      Pelaksanaan promosi kesehatan dan pemberdayaan masyarakat.
B. PROGRAM LINGKUNGAN SEHAT
Tujuan program: mewujudkan mutu lingkungan hidup yang lebih sehat melalui
pengembangan sistem kesehatan kewilayahan untuk menggerakkan pembangunan
berwawasan kesehatan.
Kegiatan pokok dan kegiatan indikatif program ini meliputi:
1. Penyediaan sarana air bersih dan sanitasi dasar:
a.       Menyiapkan materi dan menyusun rancangan peraturan perundang-undangan, dan
kebijakan tentang penyediaan sarana air bersih dan sanitasi dasar, dan diseminasinya
b.      Menyiapkan materi dan menyusun perencanaan kebutuhan penyediaan sarana air bersih dan
sanitasi dasar
c.       Menyediakan kebutuhan penyediaan sarana air bersih dan sanitasi dasar sebagai stimulan
d.      Menyiapkan materi dan menyusun juklak/juknis/pedoman penyediaan sarana air bersih dan
sanitasi dasar
e.       Meningkatkan kemampuan tenaga, dan melakukan bimbingan, pemantauan dan evaluasi
kegiatan penyediaan sarana air bersih dan sanitasi dasar
f.       Membangun dan mengembangkan kemitraan dan jejaring kerja informasi dan konsultasi
teknis penyediaan sarana air bersih dan sanitasi dasar
g.      Melakukan kajian upaya penyediaan sarana air bersih dan sanitasi dasar
h.      Mengembangkan sistem informasi lingkungan sehat
i.        Meningkatkan dan mengembangkan klinik sanitasi
j.        Meningkatkan dan mengembangkan UPT dalam penyediaan sarana air bersih dan sanitasi
dasar
k.      Melaksanakan dukungan administrasi dan operasional pelaksanaan penyediaan air bersih
dan sanitasi.
2. Pemeliharaan dan pengawasan kualitas lingkungan:
a.       Menyiapkan materi dan menyusun rancangan peraturan perundang-undangan dan
kebijakan tentang pemeliharaan dan pengawasan kualitas lingkungan, dan diseminasinya
b.      Menyiapkan materi dan menyusun perencanaan kebutuhan pemeliharaan dan pengawasan
kualitas lingkungan
c.       Melakukan pemeliharaan dan pengawasan kualitas lingkungan terutama dalam kerangka
kewaspadaan dini, kesiap-siagaan dan penanggulangan serta pasca KLB/Bencana maupun
kesehatan matra
d.      Menyiapkan materi dan menyusun juklak/juknis/pedoman untuk pemeliharaan dan
pengawasan kualitas lingkungan
e.       Meningkatkan kemampuan tenaga, dan melakukan bimbingan, pemantauan, dan evaluasi
kegiatan pemeliharaan dan pengawasan kualitas lingkungan
f.       Membangun dan mengembangkan kemitraan dan jejaring kerja informasi dan konsultasi
teknis pemeliharaan dan pengawasan kualitas lingkungan
g.      Melakukan kajian upaya pemeliharaan dan pengawasan kualitas lingkungan
h.      Mengembangkan surveilans faktor risiko lingkungan dan perilaku yang berhubungan
dengan lingkungan sehat
i.        Mengembangkan upaya pengawasan lingkungan dan kesehatan kerja
j.        Meningkatkan dan mengembangkan UPT dalam pemeliharaan dan pengawasan kualitas
lingkungan
k.      Melaksanakan dukungan administrasi dan operasional pemeliharaan dan pengawasan
kualitas lingkungan.
3. Pengendalian dampak risiko pencemaran lingkungan:
a.       Menyiapkan materi dan menyusun rancangan peraturan perundang-undangan dan
kebijakan tentang pengendalian dampak risiko pencemaran lingkungan, dan diseminasinya
b.      Menyiapkan materi dan menyusun perencanaan kebutuhan pengendalian dampak risiko
pencemaran lingkungan
c.       Menyediakan kebutuhan pengendalian dampak risiko pencemaran lingkungan sebagai
stimulan
d.      Menyiapkan materi dan menyusun juklak/juknis/pedoman pengendalian dampak risiko
pencemaran lingkungan
e.       Meningkatkan kemampuan tenaga, dan melakukan bimbingan, pemantauan, dan evaluasi
kegiatan pengendalian dampak risiko pencemaran lingkungan
f.       Membangun dan mengembangkan kemitraan dan jejaring kerja informasi dan konsultasi
teknis pengendalian dampak risiko pencemaran lingkungan
g.      Melakukan analisis dampak dan risiko kesehatan terhadap rencana pembangunan serta
melakukan pemantauan dan evaluasi terhadap dampak pembangunan
h.      Melakukan kajian upaya pengendalian dampak risiko pencemaran lingkungan
i.        Menanggulangi Kejadian Luar Biasa yang berhubungan dengan lingkungan dan keracunan
j.        Meningkatkan dan mengembangkan UPT dalam pengendalian dampak risiko pencemaran
lingkungan
k.      Melaksanakan dukungan administrasi dan operasional pengendalian dampak risiko
pencemaran lingkungan.
4. Pengembangan wilayah sehat:
a.       Menyiapkan materi dan menyusun peraturan perundang-undangan dan kebijakan tentang
pengembangan wilayah sehat dan diseminasinya
b.      Menyiapkan materi dan menyusun perencanaan kebutuhan pengembangan wilayah sehat
c.       Menyusun perencanaan terpadu kawasan lingkungan spesifik dan menyediakan kebutuhan
pengembangan wilayah sehat sebagai stimulan

KESIMPULAN

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan karunianya
kami dapat menyelesaikan makalah ini. Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk
memenuhi tugas mata kuliah sistem Komunitas 1 dengan pokoh bahasan Program
Kesehatan / Kebijakan Dalam Menanggulangi Masalah Kesehatan Utama Di Indonesia
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik
dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi
kesempurnaan makalah ini. Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak
yang telah berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga
Tuhan Yang Maha Esa senantiasa meridhoi segala usaha kita.
Kelompok 6 “ISSUE DAN TREND DALAM PELAYANAN
KEPERAWATAN KOMUNITAS”

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Keperawatan sebagai profesi dituntut untuk mengembangkan keilmuannya sebagai
wujud kepeduliannya dalam meningkatkan kesejahteraan umat manusia baik dalam tingkatan
preklinik maupun klinik. Untuk dapat mengembangkan keilmuannya maka keperawatan
dituntut untuk peka terhadap perubahan-perubahan yang terjadi di lingkungannya setiap saat.
Keperawatan medikal bedah sebagai cabang ilmu keperawatan juga tidak terlepas dari adanya
berbagai perubahan tersebut, seperti teknologi alat kesehatan, variasi jenis penyakit dan
teknik intervensi keperawatan. Adanya berbagai perubahan yang terjadi akan menimbulkan
berbagai trend dan isu yang menuntut peningkatan pelayanan asuhan keperawatan.
Berdasarkan fenomena diatas, penulis tertarik untuk membahas Trend dan Isu Keperawatan
Komunitas serta Implikasinya terhadap Perawat di Indonesia. Tuntutan masyarakat terhadap
kualitas pelayanan kesehatan yang semakin meningkat dan mendesak, perlu mendapatkan
perhatian yang serius bagi semua kalangan yang berkompeten, khususnya Dinas Kesehatan
dan Puskesmas.

Keputusan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara (MENPAN) Nomor:


81/1995, yang menyebutkan bahwa layanan prima adalah layanan yang memberikan
kepuasan pelanggan, maka untuk menghadapai tuntutan masyarakat, harapan Kepala
Puskesmas serta mengacu pada visi Pemerintah Kabupaten Klungkung tersebut diatas.
B. Tujuan
1. Mengidentifikasi trend dalam keperawatan komunitas.
2. Mengidentifikasi isu dalam keperawatan komunitas .
3. Mengetahui implikasi trend dan isu keperawatan komunitas perawat di Indonesia.
C. Manfaat
1. Meningkatkan pemahaman perawat terhadap perkembangan trend dan isu keperawatan
komunitas .
2. Sebagai dasar dalam mengembangkan ilmu keperawatan komunitas.
3. Mengetahui keterkaitan keperawatan komunitas dengan trend dan isu yang berkembang
dalam bidang kesehatan.

BAB II
PEMBAHASAN

1.1 KONSEP DASAR MASYARAKAT

A. Defenisi Masyarakat
Manusia disebut sebagai sosial animal yang artinya hewan yang selalu ingin hidup bersama
atau bermasyarakat. Istilah masyarakat berasal dari bahasa arab yaitu syrak yang artinya
salingbergaul dan saling berperan serta. Menurut beberapa ahli, masyarakat didefinisikan
sebagai
berikut:
1. Menurut Maclver dan Page, masyarakat adalah satu sistem dari kebiasakan dan tata
cara wewenang dan kerjasama antara beberbagai kelompok, penggolongan dan
pengawasan tingkah laku, serta kebebasa-kebebasan manusia.

2. Menurut Ralphlinton (Ahli Antropologi), masyarakat adalah sekelompok manusiah


yang telah hidup dan bekerja sama cukup sama, sehingga mereka dapat mengatur diri
mereka dan menganggap diri mereka sebagai suatu kesatuan dengan batas-batas
tertentu.

3. Menurut M. J. Herskovitas, masyarakat adalah kelompok individu yang


dikoordinasikan dan mengikuti suatu cara hidu tertentu.

4. Menurut J. L. Gillin dan J. P. Gillin, masyarakat adalah kelompok manusia yang


terbesar, yang mempunyai kebiasaan, tradisi, sikap, dan perasaan persatuan yang
sama.

5. Menurut Koentjaraninggrat, masyarakat adalah kesatuan hidup manusia yang


berinteraksi menurut suatu sistem adat istiadat tertentu yang berkesinambungan dan
terikat oleh suatu rasa identitas bersama.
6. Menurut Selo Soemardjen, masyarakat adalah orang yang hidup bersama dan
menghasilkan kebudayaan.
7. Masyarakat merupakan jalinan hubungan sosial yang selalu berubah-ubah sesuai
kebiasaan, karena masyarakat di bentuk dari suatu kebiasaan, wewenang dan
kerjasama dari berbagai kelompok

B. Unsur – unsur Pembentuka Masyarakat.


Masyarakat terbentuk atas berbagai unsur, antara lain tertera dibawah ini.
1. Kategori sosial
Adalah kesatuan manusia yang terwujud karena adanya suatu ciri yang objektif
dikarenakan manusia-manusianya, seperti: jenis kelamin,usia,dan pendapatan.
Masyarakat bisa disebut sebagai kategori apabila memiliki kriteria:
a. Tidak ada interaksi antara anggota
b. Tidak ada ikatan moral bersama yang dimiliki
c. Tidak ada harapan-harapan peran
Contoh: masyarakat suatu negera ditentukan melalui hukumnya bahwa ada kategori
warga jenis kelamin laki – laki dan kategori warga jenis kelamin perempuan dengan
maksud membedakan penyakit yang spesifik dari kedua jenis kelamin tersebut.

2. Golongan sosial
Adalah suatu kesatuan manusia yang ditandai dengan ciri – ciri tertentu yang sering kali
ciri – ciri itu dikenakan pada mereka dari pihak luar kalangan mereka sendiri, namun
golongan sosial terikat oleh sitem nilai, moral dan adat istiasat tertentu.

Contoh: dinegara indonesia ada konsep golongan pemuda. Golongan ini terdiri atas
manusia yang disatukan berdasarkan ciri – ciri tertentu, yaitu sifat muda. Misalnya
golongan gepeng (gelandangan dan pengamen), golongan ini disatukan berdasarkan ciri
tertentu, yaitu status sosial yang rendah.

3. Komonitas
Adalah suatu kesatuan hidup manusia yang menempati wilayah nyata dan berinteraksi
menurut suatu sistem adat istiadat seta terikat atau dibatasi wilayah geografi.
Contoh: kesatuan – kesatuan seperti kota, desa, RT, RW dan lain – lain.

4. Kelompok
Adalah sekumpulan manusia yang berinteraksi antara anggotanya, mempunyai adat
istiada tertentu, norma – norma yang berkesinambungan dan adanya rasa dentias yang
sama, serta punya organisasi da sistem pimpinan.
Contoh: kelompok yang terikat oleh hubungan keturunan. Misalnya masyarakat batak
yang terikat oleh hubungan organisasi adat, begitu pula dengan kepala adat diminang
kabau.
5. Perhimpunan
Adalah kesatuan manusia yang berdasarkan sifat, tugas atau guna yang sifat hubungannya
berdasarkan kontrak serta pimpinan berdasarkan wewenang dan kontrak.
Contoh: himpunan berdasarkan kelompok ilmu pengetahuan, misalnya organisasi profesi
PPNI (persatua perawat nasional indonesia), IBI (ikatan bidan indonesia), IDI (ikatan
dokter indonesia), PERSAKMI (persatuan sarjana kesehatan masyarakat indonesia), dan
sebagainya.

C. Ciri – ciri Masyarakat


1. Adanya interaksi diantara sesama anggota
2. Saling bergantung
3. Menempati wilayah dengan batas tertentu
4. Adanya adat istiada, norma serta aturan yang mengatur pola tingkah laku anggotanya

5. Adanya rasa identitas yang kuat dan mengikat semua warganya seperti: bahasa,
pakaian, simbol – simbol tertentu(perumahan), benda – benda tertentu(mata uang),
alat pertanian dan alin – lain`

6. Adanya kesinambungan dalam waktu


Masyarakat terdiri atas dua jenis yaitu masyarakat desa dan ma suarakat kota.
1. Masyarakat desa
Ciri – ciri masyarakat desa:
 Hubungan keluara dan masyarakat sangat kuat
 Adat istiadat masih dipegang kuat sekali
 Sebagian besar memiliki kepercayaan terhadap hal - hal gaib
 Tingkat buta huruf masih tinggi
 Masih berlaku hukum tak tertulis
 Jarang bahkan tak ada lembaga pendidikan dibidang teknologi dan
keterampilan
 Sistem ekonomi sebagian besar untuk memenuhi kebutuhan keluarga,
sebagian kecil dijual
 Gotong royong sangat kuat

2. Masyarakat kota
Ciri – ciri masyarakat kota:
 Hubungan didasarkan atas kepentingan pribadi
 Hubungan antar masyarakat dilakukan secara terbuka dan saling
memengaruhi
 Kepercayaan masyarakat yang kuat akan manfaat ilmu pengetahuan dan
teknologi
 Strata masyarakat digolongkan menurut profesi dan keahlian
 Tingkat pendidikan formal tinggi dan merata
 Hukum yang berlaku adalah tertulis
 Ekonomi hampir seluruhnya ekonomi pasar

D. Syarat-syarat Terbentuknya Masyarakat


1. Setiap anggota kelompok harus sadar bahwah dia merupakan bagian dari kelompok yang
bersangkutan.
2. Adanya hubungan timbal balik antara anggota yang satu dengan yang lainya.
3. Adanya satu faktor yang dimiliki bersama, sehingga hubungan di antara mereka
bertambah erat.
4. Berstruktur, berkaidah, dan mempunyai pola perilaku.
5. Bersistem dan berproses
E. Tipe-tipe Masyarakat.
1. Masyarakat peguyuban, yaitu suatu kelompok yang di dalamnya terdiri atas anggota
yang hidup bersama dan masing-masing diikat oleh hubungan batin yang murni,
yang bersifat alamia, serta kekal. Oleh karena itu, hubungan antar anggota kelompok ini
adalah intim (sangat akrab dan mesrah), prifasi (sangat mementingkan kedekatan lahir
dan batin dengan beberapa orang saja), serta eksklusif (besifat khusus dan tertutup
sehingga hanya berlaku untuk kelompoknya).
2. Masyarakat pantembangan,yaitu kelompok dimana antar anggotanya bersifat
longgar,berjangka tertentu (tidak langgeng),serta bersifat kontraktual.
3. In-group,yaitu kelompok yang anggota-anggotanya dijadikan tempat untuk
mengidentifikasikan jati dirinya.
4. Out-group,yaitu kelompok yang oleh anggota-anggotanya diartikan sebagai lawan
ingroupnya
5. Primary group,yaitu kelompok yang ditandai dengan adanya saling mengenal antara
anggota-anggotanya,adanya kerja sama yang erat,dan bersifat pribadi.
6. Secondary group,yaitu kelompok sosial yang terdiri atas banyak orang yang kerja sama
antar anggotanya bersifat rasional dan ekonomis.

1.2 TREND ISSUE DAN KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS


Keperawatan merupakan profesi yang dinamis dan berkembang secara terus menerus
dan terlibat dalam masyarakat yang berubah, sehingga pemenuhan dan metode keperawatan
kesehatan berubah, karena gaya hidup masyarakat berubah dan perawat sendiri juga dapat
menyesuaikan dengan perubahan tersebut .Defenisi dan filosofi terkini dari keperawatan
memperlihatkan tren holistik dalam keperawatan yang ditunjukan pada manusia secara
keseluruhan dalam segi dimensi, baik dimensi sehat dan dimensi sakit, serta dalam
interaksinya dengan keluarga dan komonitas. Keperawatan menetapkan diri dalam ilmu
sosial bidang lain karena fokus asuhan keperawatan meluas. Tren dalam pendidikan
keperawatan adalah berkembangnya jumlah perserta didik keperawatan yang menerima
pendidikan keperawatan, baik perserta pendidik ditingkat D3 keperawatan, S1 keperawatan /
kesehatan masyarakat sampai dengan tingkat yang lebih tinggi, yaitu S2 keperawatan ataupun
kesehatan. Organisasi dalam kesehatan, khususnya keperawatan profesional terus menerus
menekankan pentingnya pendidikan bagi perawat dalam mendapatkan dan mempeluas peran
baru. Tren praktik keperawatan meliputi perkembangan di berbagai tempat praktik dimana
prawat memilikikemandirian yang lebih besar. Perawat secara terus menerus meningkatakan
otonomi dan penghargaan sebagai anggota dari tim asuhan keperawatan. Peran perawat
meningkat dengan meluasnya fokus asuhan keperawatan. Tren dalam keperawatan sebagai
profesi meliputi perkembangan aspek-aspek dari keperawatan yang mengkarakteristikan
keperawatan sebagai profesi meliputi : pendidikan, teori, pelayanan, otonomo, dan kode etik.
Aktifitas dari organisasi keperawatan profesional menggambarkan tren dalam pendidikan dan
praktik keperawatan.

Tren lain yang sedang dibicarakan adalah:


1. Pengaruh politik terhadap keperawatan professional.
2. Pengaruh perawat dalam aturan dan praktik keperawatan.
3. Puskesmas Idama.
1) Pengaruh Politik terhadap Keperawatan professional
Keterlibatan perawat dalam politik sangat terbatas. Walaupun secara individu ada
beberapa nama seperti F.Nightingale, Lilian Wald, Margaret Sunger, dan Lavinia
Dock telah mempengaruhi dalam pembuatan di berbagai bidang nampaknya perawat
kurang di hargai sebagai kelompok. Gerakan wanita telah memberikan inspirasi pada
perwat mengenai masalah keperawatan komunitas.
Kekuatan politik merupakan kemampuan untuk mempengaruhi atau meyakinkan
seseorang untuk memihak pada pemerintah untuk memperlihatkan bahwa kekuatan
dari pihak tersebut membentuk hasil yang diinginkan (Rogge,1987).
Perawat merasa tidak nyaman dengan politik karena mayoritas perawat adalah wanita
dan poolitik merupakan dominasi laki-laki (Marson,1990) .
Keterlibatan perawat dalam politik mendapatkan perhatian yang lebih besar dalam
kurikulum keperawatan, organisasi professional, dan tempat perawtan professional.
Organisasi keperawatan mampu memgabungkan semua upaya seperti pada Nursing
Agenda For Healt Care Reform (Tri-council,1991).
Strategi spesifik pengintegrasian peraturan public dalam kurikulum keperawatan,
sosialisasi dini, berpartisipasi dalam organisasi profesi, memperluas lingkungan
praktik klinik, dan menjalankan tempat pelayanan kesehatan.

2) Pengaruh Perawat dalam Peraturan dan Praktik Keperawatan


Pospek keperawatan komunitas dimasa yang akan dating cenderung semakin
berkembang dan dibutuhkan dalam system pelayanan kesehatan pemerintah. Peran
perawat kesehatan masyarakat sangat dibutuhkan dalam mengatasi sebagai masalah
kesehatan yang terjadi di masa yang akan datang karena mengikuti perubahan secara
keseluruhan. Dampak perubahan tersebut dapat berpengaruh pada peran yang
dilkaukan perawat. Intervensi keperawatan kesehatan masarakat diberbagai tingkat
pelayanan akan semakin besar dikarnakan adanya kelalaian, ketidaktahuan,
ketidakmauan, dan ketidakmampuan individu,keluarga, kelompok, dan masyarakat.
Komponen – komponen perubahan dalam masyarakat:
a) Pertambahan penduduk. Pertambahan penduduk secara cepat (population) dan
perubahan dalam gambaran penduduk, diantaranya perubahan dalam komposisi usia,
penyebarannya, dan kepadatan penduduk kota b esar.
b) Transisi penyakit. Perubahan pola penyakit atau transisi penyakit yaitu perubahan
penyakit menular ke penyakit degenerative, seperti penyakit jantung, kanker,
depresimental dan ansietas, stroke, peningkatan kecelakaan, alkoholisme, dan yang
akhir-akhir ini marak adalah penyalahgunaan narkotika.
c) Perkembangan industrialisasi serta perubahan kondisi social. Perkembangan
industrialisasi serta perubahan kondisi social yang cepat dengan di sertai perubahanperubahan
sikap, niali, gaya hidup, kondisi lingkungan, kelompok-kelompok
masyarakat baru, masalh individu, dan masyarakat.
d) Meningkatnya pengetahuan masarakat sebagai pelayanan kesehatan akan
meningkatkan juga harapan mereka terhadap mutu pelayanan keperawatan dan
kesehatanpola pelayanan kesehatan yang baru akan meningkatkan pencpaian
kesehatan bagi semua orang pada tahun 2000.
e) Kurang tenaga medis menyebabkan pelimpahan tanggung jawab atau wewenang
pada perawat.
f) Masyarakat akan menjadi rekan kerja dalam pelayanan kesehatan masyarakat.
Banyak pelayanan yang akan dilaksanakan di luar rumah sakit, misalnya pelayanan
pada rehabilitasi, kesehatan jiwa, dan lain-lain.

3). Puskesmas Idamam


Puskesmas Idaman adalah Puskesmas dengan pelayanan kesehatan bermutu yang
memenuhi atau melebihi harapan pelanggan serta memberi pelayanan yang sesuai
dengan standart operating procedure (SOP) pelayanan kesehatan. “Puskesmas
Idaman” sebagai pelayanan masyarakat, akan berusaha untuk selalu meningkatkan
kualitas pelayanan kesehatan yang sesuai dengan harapan pelanggan, oleh karena itu
Puskesmas Idaman juga merubah paradigma dari “ Puskesmas yang mengatur
Masyarakat” menjadi “Puskesmas yang memenuhi harapan Masyarakat”.
Puskesmas Idaman adalah Puskesmas dengan pelayanan kesehatan yang bermutu
yang sesuai dengan standart operating procedure (SOP) untuk memenuhi atau
melebihi harapan pelanggan , baik pelanggan eksternal maupun internal.

Visi dan Misi Puskesmas Idaman


1. ”Puskesmas Idaman yang bermutu”, merupakan visi Puskesmas Idaman yang
menggambarkan keadaan yang ingin dicapai oleh Puskesmas di masa yang akan
datang yaitu Puskesmas dengan pelayanan kesehatan bermutu untuk memenuhi atau
melebihi harapan pelanggan , baik pelanggan eksternal maupun internal.

2. Untuk mencapai visi Puskesmas Idaman tersebut, ditetapakan misi sebagai berikut:
 Memastikan Pelanggan Puskesmas.Pelanggan Puskesmas perlu diketahui,
untuk mengetahui seberapa besar potensipasar yang akan kita layani.
 Memahami psikografi Pelanggan Puskesmas.Psikografi pelanggan perlu
diketahui untuk mengetahui budaya , perilaku dankebutuhan masyarakat akan
pelayanan kesehatan, sehingga kita dapat mengantisipasi bentuk pelayanan
kesehatan yang sesuai dengan kebutuhan.

 Menata Mindset Tim Pelayaan Prima di Puskesmas Idaman.Pola pikir semua


pegawai perlu ditata dan disamakan, dengan tujuan agar semua pegawai
mempunyai polapikir yang sama untuk menyelenggarakan pelayanan prima di
Puskesmas Idaman.
 Memberi kesempatan pada “front liner” untuk ikut mengambil keputusan dan
memberikan saran dalam pelaksanaan pelayanan prima di Puskesmas.Pegawai
di garis depan “front liner” seperti petugas parkir dan loket, merupakan orang
pertama yang kontak dengan pelanggan, oleh karena itu mereka banyak
mengetahui informasi yang kita butuhkan dalam pengambilan keputusan
pelaksanaan pelayanankesehatan di Puskesmas Idaman.
 Mengembangkan pelayanan kesehatan yang tak terlupakan pada
Pelanggan.Dengan memberi pelayanan kesehatan yang memberi kesan
”WOO”, maka hal tersebut akan membanggakan dan memuaskan pada
pelanggan yang juga dapat berfungsi sebagai promosi antar pelanggan.
 Menjalin komunikasi terus menerus dengan Pelanggan untuk menciptakan
”Customer Market Relationship”.Komunikasi dengan pelanggan yang terjalin
baik, akan menimbulkan ikatan batin antar mereka sehingga hal tersebut akan
membuat pelanggan menjadi loyal.
 Melakukan penyesuaian organisasi terus menerus untuk peningkatan mutu
pelayanan kesehatan.

1.3. SETTING PRAKTIK KEPERAWATAN KOMUNTAS


A. Kegiatan praktik keperawatan komunitas
Kegiatan praktik keperawatan komunitas yang dilakukan perawat mempunyai lahan yang
luas dan tetap menyesuaikan dengan tingkat pelayanan kesehatan, wilayah kerja perawat
tetapi secara umum kegiatan praktek keperawatan komunitas adalah sebagai berikut:

a. Tahap persiapan
1) Pembekalan dari departemen komunitas dan dinas kesehatan tentang program
praktek.
2) Penjajakan ke daerah, meliputi wilayah, sistem dalam komunitas, masalah dan
kesehatan utama.
3) Penyusunan instrumen data.
4) Uji coba instrumen pengumpulan data.
5) Pertemuan awal dengan komunitas dan keluarga untuk perkenalan, penjelasan
program praktek dan mengadakan kontrak dengan komunitas.
6) Melaksanakan pendataan dengan melibatkan tokoh-tokoh dan kader kesehatan
setempat.
7) Melakukan tabulasi data, menganalisa data dengan pendekatan demografi,
epidemiologi dan statistik serta membuat visualisasi/penyajian data.
8) Mengidentifikasi pra musyawarah komunitas: menyusun kepanitiaan, menyiapkan
dan melatih masyarakat yang akan terlibat dalam musyawarah dan menyebarkan
undangan.
9) Melaksanakan musyawarah komunitas tingkat RW:
a) Penyajian data hasil pengkajian kesehatan masyarakat
b) Diskusi kelompok untuk menetapkan hasil masalah, prioritas masalah, garis
besar rencana kegiatan
c) Membentuk kelompok kerja kesehatan sesuai dengan masalah yang telah
ditetapkan.
d) Tanggapan-tanggapan dari tokoh-tokoh masyarakat dan petugas kesehatan
dari instansi terkait.

b. Tahap Pelaksanaan:
1) Menyusun kembali rencana kerja hasil musyawarah bersama dengan kelompok
kerja kesehatan.
2) Melaksanakan kegiatan di komunitas bersama-sama dengan kelompok kerja
kesehatan:
a) Pelatihan kader kesehatan
b) Penyuluhan kesehatan
c) Simulasi/demonstrasi
d) Pembuatan model/percontohan
e) Kunjungan rumah (home health care)
f) Kerja bakti, daan lain-lain.
g) Berkoordinasi dengan puskesmas dan instansi terkait dalam pelaksanaan
kegiatan.
c. Tahap Evaluasi:
1) Mengevaluasi setiap kegiatan yang dilakukan di komunitas dalam hal kesesuaian,
kefektifan dan keberhasilan kegiatan serta aktivitas dari komunitas.
2) Mengevaluasi seluruh kegiatan di komunitas dalam hal pencapaian tujuan,
keberhasilan pemecahan masalah dan kemampuan komunitas dalam pemecahan
masalah.

B. Sasaran keperawatan kesehatan komunitas


Menurut DEPKES tahun 2006, sasaran keperawatan kesehatan komuntas antara
lain :
a. Individu
Sasaran prioritas individu adalah balita gizi buruk, ibu hamil risiko tinggi,
usia Ianjut, penderita penyakit menular (tuberkulosis pare, kusta, malaria, demam
berdarah, diare, dan ISPA atau pneumonia), dan penderita penyakit degeneratif.
b. Keluarga
Sasaran keluarga adalah keluarga yang termasuk rentan teridap masalah
kesehatan (vulnerable group) atau risiko tinggl (high risk group) dengan prioritas
sebagai berikut :
1) Keluarga miskin yang belum pernah kontak dengan sarana pelayanan
kesehatan (puskesmas dan jaringannya) dan belum mempunyai kartu
sehat.
2) Keluarga yang sudah memanfaatkan sarana kesehatan serta mempunyai
masalah kesehatan terkait dengan pertumbuhan dan perkembangan balita,
kesehatan reprcuduksi, dan penyakit menular.
3) Keluarga yang tidak termasuk miskin dan mempunyai masalah kesehatan
prioritas serta belum memanfaatkan sarana pelayanan kesehatan.
c. Kelompok
Sasaran kelompok adalah kelompok khusus yang rentan terhadap masalah
kesehatan baik yang terikat maupun tidak terikat dalam suatu institusi.
1) Kelompok tidak terikat dalam suatu institusi seperti posyandu, kelompok
balita, ibu hamil, usia lanjut, penderita penyakit tertentu, dan pekerja
informal.

2) Kelompok masyarakat khusus yang terikat dalam suatu institusi seperti


sekolah, pesantren, panti asuhan, panti wreda, rutan, dan lapas.
d. Masyarakat
Sasaran masyarakat adalah yang rentan atau mempunyai risiko tinggi terhadap
timbulnya masalah kesehatan seperti berikut :
1) Masyarakat di suatu wilayah (RT, RW, kelurahan, desa) yang
mempunyai:
a) Bayi meninggal tinggi dibandingkan daerah lain;
b) Jumlah penderita penyakit tertentu lebih tinggi dibandingkan
daerah lain;
c) Cakupan pelayanan kesehatan lebih rendah dari daerah lain.
2) Masyarakat di daerah endemis penyakit menular (malaria, diare, demam
berdarah, dan lainnya).
3) Masyarakat di lokasi atau barak pengungsian akibat bencana atau akibat
lainnya.
4) Masyarakat di daerah dengan kondisi geografi sulit antara lain daerah
terpencil dan perbatasan.
5) Masyarakat di daerah pemukiman baru dengan transportasi sulit sepertl
daerah transmigrasi.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Tren paraktik keperawatan meliputi berbagai praktik di berbagai tempat praktik dimana
perawat memiliki kemandirian yang lebih besar. Perawat secara terus menerus meningkatkan
otonomi dan penghargaan sebagai anggota tim asuhan keperawatan. Peran perawat
meningkat
dengan meluasnya focus asuhan keperawatan. Isu keperawatan komunitas adalah suatu
masalah
yang dikedepankan untuk ditangani atau desas - desus dalam ruang lingkup keperawatan
komunitas. Tren dan isu yang sedang dibicarakan dalam keperawatan komunitas :
1. Pengaruh politik terhadap keperawatan professional
2. Pengaruh perawat dalam aturan dan praktik keperawatan
3. Puskesmas Idaman
Adapun masalah bidang kesehatan di Indonesia salah satunya yaitu masih cukup tingginya
perbedaan status kesehatan antar tingkat sosial ekonomi dan mobilitas penduduk yang cukup
tinggi. Untuk keperawatan kesehatan komunitas di masa mendatang diprediksi bahwa
kebutuhan akan pelayanan keperawatan kesehatan komunitas yang berkualitas akan semakin
meningkat. Kegiatan praktik keperawatan komunitas meliputi tahap persiapan, pelaksanaan
dan evaluasi. Area praktik keperawatan kesehatan komunitas yaitu unit pelayanan kesehatan,
rumah, sekolah, tempat kerja atau industri, barak penampungan, kegiatan puskesmas keliling,
panti atau kelompok khusus lain serta pelayanan pada kelompok resiko tinggi.

Anda mungkin juga menyukai