Anda di halaman 1dari 7

Jurnal Ilmiah Agribisnis

(Jurnal Agribisnis dan Ilmu Sosial Ekonomi Pertanian)


2019:4(5):129-135
http://ojs.uho.ac.id/index.php/JIA
doi: http://dx.doi.org/10.33772/jia.v4i5.7917
ISSN: 2527-273X (Online)

ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL USAHA MEBEL DI DESA BANGUN SARI


KECAMATAN LASALEPA KABUPATEN MUNA
1) 1) 1)
La Ode Mekar Karim , Abdi , Abdul Gafaruddin
1
Jurusan Agribisnis Fakultas Pertanian UHO

ABSTRACK

This study aims to determine the business feasibility and sensitivity of Sido Emerging Furniture
Business. The study took place from January to May 2019. The data used in this study are primary
data and secondary data. The technique of determining the data used is interviews, observation and
documentation. The analysis used in this study is the analysis of NPV, NBCR, and IRR with a
discount factor level of 12%. From the results of the study, the NPV value = Rp. 123,322,557, NBCR
= 1.054, IRR = 36.39%. This shows that Usaha Mebel Sido Muncul in Bangunsari Village, Lasalepa
Subdistrict, Muna Regency is feasible to cultivate. Likewise with sensitivity analysis if operational
costs increase by 5% and revenues increase by 10% and sensitivity analysis if production falls and
the price of production rises by 10% each which occurs jointly Sido Muncul Furniture business is still
viable for business.

Keywords: Furniture; Feasibility; NPV; IRR; NBCR; Sensitivity Analysis

PENDAHULUAN

Pertumbuhan perekonomian di Indonesia yang belakangan ini sangat pesat ditambah lagi
dengan dukungan yang terus maju, secara tidak langsung mendorong perusahaan mebel dan
furniture agar berusaha meningkatkan produksi dan penjualan. Selain itu pelaku bisnis mebel dan
furniture juga sebisa mungkin mempetahankan kualitas produk agar bisa tetap bertahan ditengah
pasar yang semakin hari semakin kompetitif. Industri mebel adalah industri yang mengubah kayu
menjadi kayu olahan dalam bentuk barang-barang seperti meja, kursi, lemari dan lain-lain.
Meubel sebagai benda pakai sudah menjadi kebutuhan umum masyarakat. Seperti rumah,
kehadiran meubel menjelaskan kedudukan pemakainya. Terlepas dari pertimbangan praktis yang
bersifat sangat pribadi, hampir semua pemakai mempunyai pilihan yang sama yaitu "meubel yang
baik". Bahan baku yang digunakan untuk pembuatan meubel umumnya memiliki sifat keawetan dan
sifat fisik yang baik dan memiliki nilai dekoratif tinggi karena meubel merupakan benda yang selain
fungsi utamanya juga memiliki fungsi sebagai pajangan atau hiasan. Kayu jati banyak digunakan
untuk pembuatan bahan baku meubel karena memenuhi persyaratan teknis, antara lain berat
sedang, dimensi stabil, dekoratif, mudah dikerjakan, rnudah dipaku, dibubut, disekrup, dilem dan
direkat (Fahry, 2002). Peluang pasar pengembangan usaha meubel jati sangat menjanjikan seiring
dengan tingginya permintaan akan hasil produksi kayu jati baik itu di dalam maupun di luar negeri.
Khusus Provinsi Sulawesi Tenggara, pertumbuhan sektor industri yang lambat disebabkan
karena kekayaan sumberdaya alam sebagai potensi ekonomi dan sumber bahan baku sektor industri
tidak dapat dimanfaatkan secara optimal sebagai sumber bahan baku yang dapat memberi nilai
tambah, karena sebagian besar potensi sumberdaya ekonomi di arahkan ke sektor perdagangan,
baik perdagangan ekspor, maupun perdagangan antar pulau. Pada tahun 2010 sektor tersier
menyumbang sebesar 45%, sektor primer 37%, dan sektor sekunder atau sektor industri 19% pada
PDRB Provinsi Sulawesi Tenggara (Bank.Dunia, 2012). Bahkan pangsa usaha kecil dan menengah,
khususnya industri kecil meubel kayu di Provinsi Sulawesi Tenggara sangat kecil kontribusinya
terhadap produk domestik regional bruto (PDRB) pada tahun 2005– 2009, kurang dari 1 persen.
Fenomena tersebut perlu dikaji, karena industri kecil dan kerajinan meubel kayu telah lama
beroperasi di Sulawesi Tenggara dengan mengandalkan keunggulan komparatif bahan baku kayu jati
lokal yang bernilai dan langka, ternyata tidak dapat memberi nilai tambah yang berarti bagi usaha
kecil meubel kayu. Sehingga sumber keunggulan komparatif bahan baku kayu jati tidak dapat
dimanfaatkan oleh industri kecil meubel kayu sebagai sumber keunggulan kompetitif. Dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa ada berbagai faktor yang saling terkait dalam mempengaruhi
kinerja (performance) industri kecil meubel kayu di Provinsi Sulawesi Tenggara, yaitu; faktor
JIA 2019:4(5):129-135

sumberdaya perusahaan, lingkungan industri, dan strategi bersaing. Desa Bangunsari terletak di
kecamatan Lasalepa Kabupaten Muna.
Masyarakat Desa Bangunsari mayoritas suku jawa serta bahasa yang di gunakan sehari-hari
adalah bahasa jawa, untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari masyarakat di Desa Bangunsari
sebagian besar menjalankan usaha mebel. Usaha mebel yang dijalankan menggunakan bahan
baku sebagian besar kayu jati yang kemudian diolah menjadi barang jadi seperti kursi, meja, lemari,
tempat tidur dan barang mewah lainnya. Namun ketersediaan bahan baku mulai berkurang yang
disebabkan adanya penebangan liar yang di lakukan oleh masyarakat dan pengaliahan fungsi lahan
menjadi perkebunan, selain itu industri mebel di Desa Bangunsari banyak yang berhenti
memproduksi dan berhenti melakukan usaha mebel. Usaha Mebel Sido Muncul merupakan salah
satu usaha yang mengubah bahan baku seperti kayu jati menjadi kursi, meja, lemari dan lain-lain
yang didirikan oleh Bapak Suyatno pada tahun 2002.
Kelayakan usaha industri mebel bertujuan untuk menentukan alokasi sumber –sumber daya
pada usaha industri meubel sebaik mungkin kedalam setiap kegiatan yang dilakukan untuk
mendapatkan hasil yang maksimal.Berdasarkan uraian diatas maka analisis kelayakan dilakukan
untuk mengidenfikasi masalah dimasa yang akan datang serta meminimalkan resiko kerugian yang
ditanggung para pelaku industri meubel dalam mencapai hasil yang di inginkan.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini dilaksanakan di Usaha Mebel Sido Muncul yang terletak di Desa Bangunsari
Kecamatan Lasalepa Kabupaten Muna, tahun 2019. Penentuan Lokasi dalam Penelitian ini
ditentukan secara purposive (sengaja) dengan dasar pertimbangan bahwa Usaha Mebel Sido Muncul
merupakan salah satu usaha yang mengubah bahan baku menjadi barang jadi seperti kursi, meja,
lemari, tempat tidur dan barang mewah lainnya yang ada di Desa Bangunsari. Pengelolaan data
dimulai dengan mengidentifikasi aspe-aspek Yang mempengaruhi kelayakan finansial, menurut Gray
et al (1997), cara menghitung analisis:
1. Net Present Value (NPV)
NPV adalah untuk mengetahui nilai sekarang penerimaan bersih yang diperoleh dari suatu
kegiatan investasi. Menurut Gray et al (2002), formulasi dari NPV adalah sebagai Berikut :
Bt − Ct
=
(1 + 1)t
Dengan :
Bt : Gross benefit (penerimaan kotor) pada tahun ke-t
Ct : Gross cost (total biaya) sehubungan dengan proyek pada tahun ke-t
i : Tingkat suku bunga
t : Periode investasi
Kriteria :
a. Apabila NPV bernilai positif (+), Maka usaha mebel menguntungkan dan layak untuk diusahakan.
b. Apabila NPV bernilai negatif (-), maka usaha mebel tidak menguntungkan dan tidak layak untuk
diusahakan
2. Net Benefit Cost Rasio (NBCR)
NBCR adalah merupakan ratio perbandingan antara Nilai NPV positif dan NPV negatif, yang
diformulsikan Gray et al (2002) :
=
Dengan :
Net B/C = Nilai Benefit Cost Ratio (Rp)
+
PV = Nilai NPV yang bernilai positif (Rp)
-
PV = Nilai NPV yang bernilai negatif (Rp)
Kriteria :
a. Net B/C ratio > 1 : Usaha mebel layak untuk diusahaka.
b. Net B/C ratio < 1 : Usaha mebel tidak layak diusahakan.
c. Net B/C ratio = 1 : Usaha mebel tidak menguntungkan dan juga tidak
1. merugikan
3. Internal Rate of Return (IRR)
IRR adalah metode yang digunakan untuk mengetahui tingkat bunga yang akan dijadikan
jumlah nilai sekarang penerimaan bersih adalah sama dengan nilai sekarang pengeluaran modal atau
NPV = 0. Menurut Ibrahim dalam Samsudin (2017), formulasi dari IRR adalah sebagai berikut :
IRR = + ( − )
( )

Karim et al 130 eISSN: 2527-273X


JIA 2019:4(5):129-135

Dengan :
i1 = Tingkat Discont Factor yang menghasilkan NPV1.
i2 = Tingkat Discont Factor yang menghasilkan NPV2.
Kriteria :
a. Jika IRR lebih besar dari suku bunga yang berlaku, maka usaha mebel tersebut mampu
mengembalikan imbalan jasa dari sejumlah modal yang di investasikan dan dapat keuntungan
lebih layak untuk di usahakan.
b. Jika IRR lebih kecil dari suku bunga yang berlaku maka usaha mebel tersebut tidaka mamapuy
mengembalikan imbalan jasa dari sejumlah modal yang di investasikan dan mendapatkan
kerugian serta tidak layak untuk di usahakan .
c. Jika IRR sama dengan suku Bunga yang berlaku, maka usaha mebel tersebut mampu
mengembalikan imbalan jasa dari sejumlah modal yang diinvestasikan namun tidak mendapatkan
keuntungan.
Analisis Sensitivitas
Analisis sensitivitas merupakan analisis yang berkaitan dengan perubahan dikstrit parameter untuk
melihat berapa besar perubahan dapat tertolelir sebelum solusi optimun mulai kehilangan
optimalisasinya. Perubahan-perubahan parameter yang perlu diketahui yaitu :
a. Jika biaya operasianal naik 5% dan Penerimaan naik 10%.
b. Jika produksi turun dan harga produksi naik masing-masing 10%

HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambaran Umum Usaha


Secara geogrfis Usaha Mebel Sido Muncul terletak di Desa Bangunsari Kecamatan Lasalepa
Kabupaten Muna. Usaha Mebel Sido Muncul Memeliki luas bangunan yang dinamakan Bangsal yaitu
2
4 x 25 m sebagai tempat produksi pembuatan mebel dan tempat penyimpanan barang yang telah
jadi seperti Kursi, lemari dan Tempat tidur. Usaha Mebel Sido Muncul Memasarkan Produknya di kota
Bau-Bau dengan melakukan kerjasama dengan UD. Dindam, kerjasama Usaha Mebel Sido Muncul
dengan UD.Dindam ini sudah berlangsung lama Yaitu sejak tahun 2006. Bahan baku yang digunakan
dalam Usaha mebel ini adalah kayu jati. Kayu jati tersebut didapat dari masyarakat atau dibeli dalam
bentuk gelendonagan bahkan dalam bentuk papan.

Sejarah Berdirinya Usaha


Usaha Mebel sido Muncul didirikan pada tahun 2000 yang terletak di desa Bangunsari
Kecamatan Lasalepa Kabupaten Muna, dimana pemiliknya adalah Bapak Suyatno. Usaha Mebel
Sido Muncul didirikan dengan maksud untuk membantu dan mendorong pertumbuhan ekonomi
sebagai salah satu sumber pendapatan dengan melihat potensi kayu Jati.
Pada tahun 2000 Usaha Mebel Sido Muncul masih dilakukan dalam skala yang kecil
kemudian Pada tahun 2006 usaha Mebel Sido Muncul melakukan kerjasama dengan memperkejakan
6 orang karyawan. Pada Usaha Mebel Sido Muncul ini salah satu usaha yang mengubah bahan
baku seperti kayu jati Menjadi barang jadi seperti kursi, Lemari dan tempat tidur. Kemudian sejak
tahun 2013 Jumlah karyawan yang di miliki tinggal 3 orang dengan hasil 1 kali produksi mebel rata-
rata 50 unit Kursi, 10 unit Lemari, 12 unit tempat tidur dimana dalam 1 tahun Usaha Mebel Sido
Muncul ini memproduksi sampai 3 kali produksi yang kondisikan dengan permintaan Konsumen.

Biaya Produksi
BiayaProduksi dalam Usaha Mebel Sido Muncul terdiri dari 2 macam biaya yaitu biaya
investasi dan biaya operasinal. Biaya investasi adalah Jumlah biaya awal yang digunakan dalam
pelaksanaan Usaha Mebel Sido Muncul, baik berupa uang, peralatan dan investasi lainnya yang
sifatnya jangka panjang yang di nyatakan dalam satuan rupiah. Biaya investasi dalam penelitian ini
adalah merupakan biaya yang di gunakan pada tahun ke-0. Biya investasi meliputi pembelian mobil,
mesin somel, sakap, gergaji kecil, bor mesin, mesin Profil, Gergaji pita, pahat, palu, dan Bangunan
yang di gunakan sebagai tempat proses produksi pembuatan mebel. Rincian Biaya Investasi Pada
usaha pembuatan Mebel dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Rincian biaya investasi pada Usaha Mebel Sido Muncul
Harga
No Komponen biaya Jumlah Satuan Total (Rp)
Satuan (Rp)
1 Bangunan 1 Unit 25.000.000 25.000.000.
2 Mesin Somel 1 Unit 10.000.000 10.000.000
3 Skap 3 Unit 1.200.000 3.600.000

Karim et al 131 eISSN: 2527-273X


JIA 2019:4(5):129-135

4 Gergaji kecil 2 Unit 2.600.000 5.200.000


5 Gurinda 3 Unit 750.000 2.250.000
6 Bor Mesin 3 Unit 900.000 1.800.000
7 Mesin Profil 3 Unit 1.500.000 4.500.000
8 Gergaji Pita 1 Unit 15.000.000 15.000.000
9 Palu 3 Unit 75.000 225.000
10 Pahat 9 Unit 35.000 315.000
11 Mata Bor 1 Set 360.000 360.000
12 Mata Mesin Profil 5 Unit 50.000 250.000
13 Mata Gergaji Pita 20 Mata 75.000 1.500.000
14 Mata Somel 1 Mata 2.000.000 2.000.000
15 Tali Vambel 4 Biji 35.000 140.000
16 Mobil Pick Up 1 Unit 80.000.000 80.000.000
Jumlah 152.140.000
Sumber : Data Primer diolah 2019

Tabel 1 menunjukan bahwa biaya investasi yang paling besar adalah Invesatsi Mobli Pick
Up, Bangunan dan Gergaji pita. Hal ini di karenakan ketiga investasi tersebut merupakan investasi
yang paling menunjang dalam pembuatan mebel. Setelah itu Inevestasi terbesar kedua dalah Mesin
Somel. Hal ini di karenakan Mesin Somel mempunyai peranan penting dalam mengolah bahan baku.
Sedangkan Biaya Investasi Terkecil adalah Palu, Mata Mesin Profil dan Pahat. Tabel 4.1 juga
menunjukan bahwa setiap 2 tahun ada biaya investasi yang diganti terkait dengan sarana yang relatif
cepat uas/rusak.
Biaya operasional adalah nilai korbanan (Input) Untuk melaksanakan Proses Produksi dalam
usaha pengolahan mebel yang terdiri dari atas biaya sarana Produksi, biya tenaga kerja, dan bahan
baku yang dinyatakan dalam satuan Rupiah/tahun. Biaya ini merupakan biaya rutin yang nantinya
akan di keluarkan setiap tahun untuk keperluan opersai usaha mebel. Biaya operasional yang akan di
keluarkan dalam usaha ini dapat dilihat pada tabel 2. Pada Tabel 2 merupakan biaya operasional
yang akan digunakan dalam pembuatan mebel selama 1 kali Produksi. Biya operasional terbesar
adalah kayu jati dalam bentuk Papan dan Balok sebagai bahan utama dalam pembuatan mebel.
Tabel 2 Rincian biaya operasional dalam 1 kali produksi pada pembutan mebel
Harga Total
No komponen Biaya Jumlah Satuan
Satuan (Rp) (Rp)
1 Papan 700 Lembar 10.246 7.172.200
2 Balok Kayu 60 Batang 7.320 439.200
3 Paku 5 Kg 20.000 100.000
4 Lem fox 10 Kaleng 180.000 1.800.000
5 Lem Putih Biasa 2 Kaleng 35.000 70.000
6 Paku Skrup 10 Dos 10.000 100.000
7 Baut Ranjang 3 Dos 120.000 360.000
8 Oker 2 Bungkus 25.000 50.000
9 Engsel 30 Pasang 10.000 300.000
10 Grindel 1 Dos 50.000 50.000
11 Transportasi - 2.000.000 2.000.000
12 Oli Mesin 2 Liter 35.000 70.000
13 Biaya Makan Karywan 1 - 5.200.000 5.200.000
14 Listrik 1 Kali 1.600.000 1.600.000
15 Perawatan Mesin 200.000 200.000
16 Upah Tenaga Kerja 3 0rang 7.000.000 21.000.000
17 Bahan Bakar 80 Liter 10.000 800.000
Jumlah 41.311.400
Sumber : Data diolah 2019

Dari Tabel 2 maka diperoleh total biaya produksi sebesar Rp. 41.311.400. total biaya tersebut
merupakan yang dikeluarkan selama 1 kali Produksi. Hal ini berarti total biaya operasional dalam 1
tahun sebesar Rp. 123.934.200,-.

Produksi dan Harga Produksi


Produksi merupakan hasil Akhir yang diperoleh dari Proses pembuatan mebel menjadi
berbagai barang jadi. Untuk memenuhi permintaan Konsumen Usaha Mebel Sido Muncul

Karim et al 132 eISSN: 2527-273X


JIA 2019:4(5):129-135

memproduksi rata- rata 50 kursi, 10 lemari, 12 tempat tidur dalam satu kali Produksi dimana dalam 1
tahun bisa 3 kali produksi .Sehingga tiap tahun barang yang di produksi sebanyak 150 kursi, 30
lemari, 36 tempat tidur. Jumlah produksi Usaha Mebel Sido Muncul setiap tahunnya tidak mengelami
perubahan yang signifikan. Adapun frekuensi produksi Usaha Mebel Sido Muncul dapat di lihat pada
tabel 3.
Tabel 3 Frekuensi produksi usaha mebel tahun 2014-2018
Tahun
Jenis Barang
2014 2015 2016 2017 2018
Kursi 150 150 100 100 150
Lemari 30 30 20 20 30
Tempat Tidur 36 36 24 24 36
Sumber : Data diolah 2019

Dari Tebel 3 diatas terlihat bahwa Jumlah produksi yang dihasilkan ada 3 jenis barang yaitu
kursi, lemari, dan tempat tidur. Usaha Mebel Sido Muncul memproduksi tiap tahunnya tidak
mengalami perubahan yang signifikan karena disesuaikan dengan permintaan konsumen.
Sedangkan harga dalam penelitian ini adalah besarnya nilai tukar uang terhadap produk mebel pada
saat penelitian yang dinyatakan dalam rupiah perunit(Rp/Unit). Adapun harga jual mebel untuk setiap
jenis barang dapat dilihat pada tabel 4.
Tabel 4. Harga jual mebel dari tahun 2014-2018(mengalami Kenaikan 20% stiap dua tahun)
Tahun
N0 Jenis Barang
2014 2015 2016 2017 2018
1 Kursi 250.000 250.000 300.000 300.000 360.000
2 Lemari 2.200.000 2.200.000 2.640.000 2.640.000 3.168.000
3 Tempat tidur 1.800.000 1.800.000 2.160.000 2.160.000 2.592.000
Sumber : Data diolah 2019

Penerimaan
Penerimaan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah jumlah produksi dikali dengan harga
perunit yang dinyatakan dalam rupiah (Rp). Setiap 1 kali produksi usaha mebel ini memproduksi,
Untuk kursi sebanyak 50 Unit dengan harga perunitnya sebesar Rp. 352.800,- Sehingga
memberikan penerimaan pada tahun 2018 sebesar Rp 17.640.000/satu kali produksi. Untuk satu
tahun dapat di produksi sebanyak 150 unit kursi dengan harga per unitnya yakni Rp 352.800,-
sehingga memberikan penerimaan tiap tahunnya sebesar Rp 52.920.000,- (Kondisi harga pada
besaran Rp 352.800,-/unit)
Untuk penerimaan dari lemari dalam 1 kali produksi berjumlah 10 unit lemari dengan harga
perunitnya sebesar Rp 3.168.000,- . sehingga memberikan penerimaan Sebesar Rp 31.680.000,-
/satu kali produksi, sehingga penghasilan dalam satu tahun sebesar Rp. 95.040.000,-. Sedangkan
untuk tempat tidur dalam 1 kali produksi dapat diperoleh 12 unit dengan harga perunit sebesar Rp
2.590.000,- sehingga penerimaan dalam 1 kali produksi sebesar Rp 31.104.000,-, sehingga
penerimaan dalam setahun sebesar Rp 93.312.000,-.
Besarnya penerimaan Usaha Mebel Sido Muncul yang terletak di Desa Bangunsari Kecamatan
Lasalepa Kabupaten Muna dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5. Jumlah penerimaan Usaha Mebel Sido Muncul dari tahun 2014-2018
No Tahun Penerimaan (Rp)
Jumlah
Kursi Lemari Tempat tidur
1 2014 37.500.000 66.000.000 64.800.000 168.300.000
2 2015 37.500.000 66.000.000 64.800.000 168.300.000
3 2016 30.000.000 52.800.000 51.840.000 134.640.000
4 2017 30.000.000 52.800.000 51.840.000 134.640.000
5 2018 54.000.000 95.040.000 93.312.000 242.352.000
Sumber : Data diolah 2019

Net Benefit adalah jumlah penerimaan yang dikurangi dengan jumlah biaya yang telah di
keluarkan oleh Usaha Mebel Sido Muncul yag dinyatakan dalam rupiah pertahun. Dengan melihat
pada lampiran 5. Pendapatan (Net Benefit) yang dapat diperoleh pada tahun 1 adalah Rp.
51.8100.000 , tahun 2 adalah Rp. 50.2500.000, tahun 3 adalah Rp. 92.804.000, tahun 4 adalah Rp.
88.916.400, tahun 5 adalah Rp. 117.118.200.

Karim et al 133 eISSN: 2527-273X


JIA 2019:4(5):129-135

Penilaian kelayakan Finansial


Analisis yang digunakan dalam menilai kelayakan dari usaha Pembuatan mebel Sido Muncul di
Desa Bangunsari Kecamatan Lasalepa Kabupaten Muna adalah Net Present Value (NPV), Net
Benefit Cost Ratio (NBCR), Internal Rate of Return (IRR), dan Analisis Sensitivitas.

Analisis Net Present Value (NPV)


Analisis Net Present Value (NPV) digunakan untuk mengetahui peneriman bersih sekarang yang
diperoleh dari suatu kegiatan investasi. Untuk menghitung NPV Usaha Mebel Sido Muncul data yang
digunakan adalah data-data mengenai benefit dan cost pada tahun ke-1 hingga Tahun ke-5.
NPV = ∑ (NB × df 1)
= Rp. 123.322.557,-.
Berdasarkan hasil perhitungan NPV menunjukan bahwa nilai bersih sekarang (NPV) pada
discount faktor (Df) 12% sebesar Rp. 123.322.557,- sampai Usaha Mebel Sido Muncul tersebut
berjalan hingga 5 tahun angka ini menunjukan bahwa Usaha Mebel Sido Muncul menguntungkan dan
layak untuk diusahakan, karena NPV yang diperoleh positif atau lebih besar dari nol.

Analisis Benefit Cost Ratio (NBCR)


NBCR merupakan perbandingan antara NPV positif dan NPV negatif . Net Benefit Cost Ratio
digunakan untuk mengetahui perbandingan antara nilai manfaat sekarang dengan nilai biaya
sekarang pada tingkat suku bunga yang berlaku yaitu 12%.
=
703.087.826
=
667.151.280
= 1,05
Dari hasil analisis disconunt factor 12% diperoleh NBCR sebesar 1,054% yang berarti bahwa
Usaha Mebel Sido Muncul layak untuk diusahakan karena nilai yang diperoleh lebih besar dari satu

Analisis Internal Rate Of Return (IRR)


Internal Rate Of Return digunakan untuk mengetahui Sampai sejauh mana Pengusaha mampu
mengembalikan sejumlah modal yang diinvestasikan dari Usaha Mebel Sido Muncul.
IRR = + ( − )
( )
. . .
= 36% + (37% − 36%)
( . . . ( , . . ))
= 36,39%

Dari hasil Analisis nilai IRR sebesar 36,39%. Hal ini menunjukan bahwa Usaha Mebel Sido
Muncul akan mampu bertahan sekalipun terjadi kenaikan tingkat suku bunga sebesar 36,39%
.Dengan demikian, Berdasarkan Kriteria IRR maka Usaha Mebel Sido Muncul layak diusahakan
karena tingkat pengembalian modal yang diperoleh lebih tinggi dari tingkat suku bunga yang berlaku
yaitu sebesar 12%. dengan menilai IRR yang diperoleh tersebut maka Pihak perbankan dapat
mempertimbangkan dalam penyaluran kredit kepada Usaha Mebel Sido Muncul di Desa Bangunsari
Kecamatan Lasalepa Kabupaten Muna.

Analisis Sensitivitas
Analisis sensitivitas ini digunakan untuk melihat sampai sejauh mana Usaha Mebel Sido Muncul
mampu bertahan terhadap perubahan-perubahan akibat adanya ketidak pastian diantara banyak para
meter. Analisis sensitivitas diterapkan sehubungan dengan sering timbulnya ketidak pastian di
lapangan dari keadaan yang telah diperkirakan sebelumnya. Hal ini terjadi karena faktor lingkungan,
waktu, dan kondisi setempat. Untuk menghindari biasa yang telah diperkirakan maka digunakab
analisis sensitivitas/kepekaan.
Analisis sensitivitas yang digunakan pada penelitian ini adalah dengan meningkatkan biaya
operasional 5% dan Penerimaan turun 5%, pada discount factor 12 % diperoleh NPV sebesar Rp.
170.165.961,- hal ini berarti bahwa Usaha Mebel Sido Muncul menguntungkan dan layak untuk
dijalankan karena nilai NPV lebih dari nol. Nilai NBCR yang diperoleh sebesar 1,68 dan ini
menunjukan bahwa biaya yang dikeuarakan Rp 10.000.000,- akan menghasilkan Penerimaan bersih
sebesar Rp 16.800.000,- serta layak dijalankan karena Nilai NBCR lebih dari 1. Nilai IRR yang
diperoleh sebesar 44,73% hal ini berarti bahwa tingka pengembalian modal yang diinvestasikan
pada Usaha Mebel Sido Muncul cukup besar meskipun biaya operasional 5% dan penerimaan turun
5% dari suka bunga yang berlaku yaitu sebesar 12%.

Karim et al 134 eISSN: 2527-273X


JIA 2019:4(5):129-135

Analisis sensitivitas pada Usaha Mebel Sido Muncul dengan Produksi mebel dan harga
produksi naik masing-masing 10% pada discount faktor 12% diperoleh NPV sebesar Rp.
114.559.440,- . Hal ini berarti bahwa Usaha Mebel Sido Muncul layak karena nilai NPV lebih dari nol.
Nilai NBCR yang diperoleh sebesar 1,49 yang menunjukan bahwa setiap pengeluaran sebesar Rp.
10.000.000,- akan memperoleh penerimaan bersih sebesar Rp 14.900.000,- hal ini menunjukan
bahwa usaha ini layak karena nilai NBCR lebih dari 1. Sementar nilai IRR yang diperoleh adalah
sebesar 66,12% dengan Keterangann layak karena IRR> tingkat suku bunga yang berlaku yaitu 12%
Untuk melihat perbandingan Analisi Cash Flow dan sensitivitas dapat dilihat pada tabel 6.
Tabel 6. Hasil perhitungan Cash Flow dan sensitivitas
Produksi turun dan
Biaya Operasinal naik 5%
Kriteria Normal harga produksi naik
dan Penerimaan naik 10%
10%
NPV Rp.123. 322.557* Rp. 170.165.961* Rp. 114.559.440*
NBCR 1,054* 1,57* 1,49*
IRR 36,39%* 44,73%* 34,77%*
Keterangan : * = Layak

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan
Usaha Mebel Sido Muncul di Desa Bangunsari Kecamatan Lasalepa Kabupaten Muna
memperoleh nilai NPV sebesar Rp. Rp.123. 322.557,- menujukan bahwa usaha ini layak di usahakan
karena bernilai Positif dan NBCR sebesar 1,054, menunjukan bahwa Usaha Mebel Sido Muncul
layak untuk diusahakan karena lebih besar dari 1, yang sesuai dengan kriteria bahwa apabila .1
berarti layak serta IRR sebesar 36,39% menunjukan bahwa Usaha tersebut layak untuk diusahakan
karena lebih besar dari tingkat suku bunga yang berlaku yaitu 12%.Peningkatan pada biaya
operasional naik 5% dan penerimaan Turun 5% menunjukan bahwa Usaha Mebel Sido Muncul
layak untuk diusahakan. Produksi turun dan harga produksi naik masing-masing 10% menunjukan
bahwa Usaha Mebel Sido Muncul layak untuk diusahakan.

Saran
Kepada pihak Pemerintah dapat memberikan dukungan dalam pengembangan usaha pada
Usaha Mebel yang terletak di Desa Bangunsari terkhusus Usaha Mebel Sidomuncul sehingga
nantinya dapat meningkatkan pendapatan daerah. Bagi pengusaha agar mempertahankan kualitas
produksinya,desain mebel dan meningkatkan lagi hubungan kerja sama khususnya dibidang
pemasaran serta meningkatkan lagi Frekuensi produksinya sehingga dapat meningkatkan
penerimaan dan pendapatan dari usaha tersebut.

REFERENSI

Gray C, Simanjutak P, Sabur LK, Maspaitella P.F.L, dan Varli R.C.G. 2002. Pengantar Evaluasi
Proyek. Edisi Dua. Jakarta. PT Gramedia Pustaka Utama.
Anwar C, Ashari LF, Indrayenti. 2010. Harga Pokok Produksi Dalam Kaitannya Penentuan Harga Jual
Untuk Pencapaian Target Laba Analisi. Jurnal Akuntansi dan Keuangan. 1(1):79-94.
Samsudin. 2017. Studi Kelayan Usaha Nilam. Skripsi. Fakultas Pertanian. Universitas Halu Oleo.
Kendari.
Mulyadi, 2012. Akuntansi Biaya. Edisi kelima. UPP STIM YKPN, Yogyakarta.
Kasmir., dan Jakfa. 2003. Studi Kelayakan Bisnis. Jakarta. Prenada Media.
Hajar I, Idrus M.S, Salim U, Solimun. 2012. Pengaruh Kemampuan Manajerial dan Lingkungan
Industri Terhadap Kemampuan Organisasi, Strategidan Kinerja Perusahaan(Studi pada
Industri Kecil Meubel Kayu Sulawesi Tenggara. Jurnal Aplikasi Manajemen. 10(2):291-302.
Jumaita. 2017. Analisis Kelayakan Pengembangan Industri Mebel Maha Karya Di Kecamatan
Kampar Kiri Kabupaten Kampar. 4(1):714-727.
Handayani NU, Santoso H, Pratama AI. 2012. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Peningkatan Daya
Saing Klaster Mebel Di Kabupaten Jepara. Jurnal Teknik Industri. 13(1):22-23.
Himawan A, Pribadi TW. 2014. Analisis Teknis dan Ekonomis Pengembangan Industri Pendukung
furniture Kapal. Jurnal Teknis Pomits. 2(1): 2337-3339.
Ibnu S, Elfiana, Martina. 2017. Analisis Kelayakan Usaha Keripik Pada Ud. Mawar Di Gampong
Batee Ie Liek Kecamatan Samalanga Kabupaten Bireuen. Jurnal S. Pertanian. 1(2): 116-124.

Karim et al 135 eISSN: 2527-273X

Anda mungkin juga menyukai