Anda di halaman 1dari 12

C.

    Cara atau Upaya Memberantas Tindak Pidana Korupsi


1.      Strategi Preventif

Strategi ini harus dibuat dan dilaksanakan dengan diarahkan pada hal-hal yang menjadi
penyebab timbulnya korupsi. Setiap penyebab yang terindikasi harus dibuat upaya
preventifnya, sehingga dapat meminimalkan penyebab korupsi. Disamping itu perlu dibuat
upaya yang dapat meminimalkan peluang untuk melakukan korupsi dan upaya ini melibatkan
banyak pihak dalam pelaksanaanya agar dapat berhasil dan mampu mencegah adanya
korupsi.

2.      Strategi Deduktif

Strategi ini harus dibuat dan dilaksanakan terutama dengan diarahkan agar apabila suatu
perbuatan korupsi terlanjur terjadi, maka perbuatan tersebut akan dapat diketahui dalam
waktu yang sesingkat-singkatnya dan seakurat-akuratnya, sehingga dapat ditindaklanjuti
dengan tepat. Dengan dasar pemikiran ini banyak sistem yang harus dibenahi, sehingga
sistem- sistem tersebut akan dapat berfungsi sebagai aturan yang cukup tepat memberikan
sinyal apabila terjadi suatu perbuatan korupsi. Hal ini sangat membutuhkan adanya berbagai
disiplin ilmu baik itu ilmu hukum, ekonomi maupun ilmu politik dan sosial.

3.      Strategi Represif

Strategi ini harus dibuat dan dilaksanakan terutama dengan diarahkan untuk memberikan
sanksi hukum yang setimpal secara cepat dan tepat kepada pihak-pihak yang terlibat dalam
korupsi. Dengan dasar pemikiran ini proses penanganan korupsi sejak dari tahap
penyelidikan, penyidikan dan penuntutan sampai dengan peradilan perlu dikaji untuk dapat
disempurnakan di segala aspeknya, sehingga proses penanganan tersebut dapat dilakukan
secara cepat dan tepat. Namun implementasinya harus dilakukan secara terintregasi.

Bagi pemerintah banyak pilihan yang dapat dilakukan sesuai dengan strategi yang hendak
dilaksanakan. Bahkan dari masyarakat dan para pemerhati / pengamat masalah korupsi
banyak memberikan sumbangan pemikiran dan opini strategi pemberantasan korupsi secara
preventif maupun

secara represif antara lain :

1.      Konsep “carrot and stick” yaitu konsep pemberantasan korupsi yang sederhana yang
keberhasilannya sudah dibuktikan di Negara RRC dan Singapura. Carrot adalah pendapatan
netto pegawai negeri, TNI dan Polri yang cukup untuk hidup dengan standar sesuai
pendidikan, pengetahuan, kepemimpinan, pangkat dan martabatnya, sehingga dapat hidup
layak bahkan cukup untuk hidup dengan “gaya” dan “gagah”. Sedangkan Stick adalah bila
semua sudah dicukupi dan masih ada yang berani korupsi, maka hukumannya tidak
tanggung-tanggung, karena tidak ada alasan sedikitpun untuk melakukan korupsi, bilamana
perlu dijatuhi hukuman mati.
2.      Gerakan “Masyarakat Anti Korupsi” yaitu pemberantasan korupsi di Indonesia saat ini perlu
adanya tekanan kuat dari masyarakat luas dengan mengefektifkan gerakan rakyat anti
korupsi, LSM, ICW, Ulama NU dan Muhammadiyah ataupun ormas yang lain perlu
bekerjasama dalam upaya memberantas korupsi, serta kemungkinan dibentuknya koalisi dari
partai politik untuk melawan korupsi. Selama ini pemberantasan korupsi hanya dijadikan
sebagai bahan kampanye untuk mencari dukungan saja tanpa ada realisasinya dari partai
politik yang bersangkutan. Gerakan rakyat ini diperlukan untuk menekan pemerintah dan
sekaligus memberikan dukungan moral agar pemerintah bangkit memberantas korupsi.
3.      Gerakan “Pembersihan” yaitu menciptakan semua aparat hukum (KPK, Kepolisian,
Kejaksaan, Pengadilan) yang bersih, jujur, disiplin, dan bertanggungjawab serta memiliki
komitmen yang tinggi dan berani melakukan pemberantasan korupsi tanpa memandang status
sosial untuk menegakkan hukum dan keadilan. Hal ini dapat dilakukan dengan membenahi
sistem organisasi yang ada dengan menekankan prosedur structure follows strategy yaitu
dengan menggambar struktur organisasi yang sudah ada terlebih dahulu kemudian
menempatkan orang-orang sesuai posisinya masing-masing dalam struktur organisasi
tersebut.

4. Gerakan “Moral” yang secara terus menerus mensosialisasikan bahwa korupsi adalah
kejahatan besar bagi kemanusiaan yang melanggar harkat dan martabat manusia. Melalui
gerakan moral diharapkan tercipta kondisi lingkungan sosial masyarakat yang sangat
menolak, menentang, dan menghukum perbuatan korupsi dan akan menerima, mendukung,
dan menghargai perilaku anti korupsi. Langkah ini antara lain dapat dilakukan melalui
lembaga pendidikan, sehingga dapat terjangkau seluruh lapisan masyarakat terutama generasi
muda sebagai langlah yang efektif membangun peradaban bangsa yang bersih dari moral
korup.

5. Gerakan “Pengefektifan Birokrasi” yaitu dengan menyusutkan jumlah pegawai dalam


pemerintahan agar didapat hasil kerja yang optimal dengan jalan menempatkan orang yang
sesuai dengan kemampuan dan keahliannya. Dan apabila masih ada pegawai yang melakukan
korupsi, dilakukan tindakan tegas dan keras kepada mereka yang telah terbukti bersalah dan
bilamana perlu dihukum mati karena korupsi adalah kejahatan terbesar bagi kemanusiaan dan
siapa saja yang melakukan korupsi berarti melanggar harkat dan martabat kehidupan.

Pemerintah setiap negara pada umumnya pasti telah melakukan langkah-langkah untuk
memberantas korupsi dengan membuat undang-undang. Indonesia juga membuat undang-
undang tentang pemberantasan tindak pidana korupsi yaitu Undang-undang Nomor 31 Tahun
1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi dan mengalami perubahan yaitu
Undang-undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.

D .    Pertanggungjawaban Pidana pada Perkara Tindak Pidana Korupsi

 Berdasarkan ketentuan undang-undang nomor 31 Tahun 1999 undang-undang nomor 20


tahun 2001, jenis penjatuhan pidana yang dapat dilakukan hakim terhadap terdakwa tindak
pidana korupsi adalah sebagai berikut.

1. Pidana Mati

Dapat dipidana mati karena kepada setiap orang yang secara melawan hukum melakukan
perbuatan memperkaya diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi yang dapat merugikan
keuangan Negara atau perekonomian Negara sebagaimana ditentukan dalam Pasal 2 ayat (1)
Undang-undang nomor 31 tahun 1999 Undang-undang nomor 20 tahun 2001 tentang
pemberantasan tindak pidana korupsi, yang dilakukan dalam keadaan tertentu.

2.      Pidana Penjara

1. Pidana penjara seumur hidup atau pidana penjara paling singkat 4 (empat) tahun dan
paling lama 20 (dua puluh) tahun dan denda paling sedikit Rp. 200.000.000,00 (dua
ratus juta rupiah) dan paling banyak Rp. 1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah) bagi
setiap orang yang secara melawan hukum melakukan perbuatan memperkaya diri
sendiri atau orang lain atau suatu korporasi yang dapat merugikan keuangan Negara
atau perkonomian Negara. (Pasal 2 ayat 1)
2. Pidana penjara seumur hidup atau pidana penjara paling singkat 1 (satu) tahun
dan/atau denda paling sedikit Rp. 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) dan paling
banyak satu Rp. 1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah) bagi setiap orang yang dengan
tujuan menguntungkan diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi,
menyalahgunakan kewenangan, kesempatan, atau sarana yang ada padanya karena
jabatan atau kedudukan yang dapat merugikan keuangan Negara atau perekonomian
Negara (Pasal 3)
3. Pidana penjara paling singkat 3 (tiga) tahun dan paling lama 12 (dua belas) tahun
dan/atau denda paling sedikit Rp.150.000.000,00 (seratus lima puluh juta rupiah) dan
paling banyak Rp. 600.000.000,00 (enam ratus juta) bagi setiap orang yang dengan
sengaja mencegah, merintangi atau menggagalkan secara langsung atau tidak
langsung penyidikan, penuntutan, dan pemeriksaan di siding pengadilan terhadap
tersangka atau terdakwa ataupun para saksi dalam perkara korupsi. (Pasal 21)
4. Pidana penjara paling singkat 3 (tiga) tahun dan paling lama 12 (dua belas) tahun
dan/atau denda paling sedikit Rp. 150.000.000,00 (seratus lima puluh juta rupiah) dan
paling banyak Rp. 600.000.000,00 (enam ratus juta rupiah) bagi setiap orang
sebagaimana dimaksud dalam pasal 28, pasal 29, pasal 35, dan pasal 36.

3.      Pidana Tambahan

1. Perampasan barang bergerak yang berwujud atau yang tidak berwujud atau barang
tidak bergerak yang digunakan untuk atau yang diperoleh dari tindak pidana korupsi,
termasuk perusahaan milik terpidana dimana tindak pidana korupsi dilakukan, begitu
pula dari barang yang menggantikan barang-barang tersebut.
2. Pembayaran uang pengganti yang jumlahnya sebanyak-banyaknya sama dengan harta
yang diperoleh dari tindak pidana korupsi.
3. Penutupan seluruh atau sebagian perusahaan untuk waktu paling lama 1 (satu) tahun.
4. Pencabutan seluruh atau sebagian hak-hak tertentu atau penghapusan seluruh atau
sebagian keuntungan tertentu yang telah atau dapat diberikan oleh pemerintah kepada
terpidana.
5. Jika terpidana tidak membayar uang pengganti paling lama dalam waktu 1 (satu)
bulan sesudah putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap
maka harta bendanya dapat disita oleh jaksa dan dilelang untuk menutupi uang
pengganti tersebut.
6. Dalam hal terpidana tidak mempunyai harta benda yang mencukupi untuk membayar
uang pengganti maka terpidana dengan pidana penjara yang lamanya tidak memenuhi
ancaman maksimum dari pidana pokoknya sesuai ketentuan undang-undang nomor 31
tahun 1999 undang-undang nomor 20 tahun 2001 tentang pemberantasan tindak
pidana korupsi dan lamanya pidana tersebut sudah ditentukan dalam putusan
pengadilan.

         Terhadap Tindak Pidana yang dilakukan Oleh atau Atas Nama Suatu Korporasi

Pidana pokok yang dapat dijatuhkan adalah pidana denda dengan ketentuan maksimal
ditambah 1/3 (sepertiga). Penjatuhan pidana ini melalui procedural ketentuan pasal 20 ayat
(1)-(5) undang-undang 31 tahun 1999 tentang pemberantasan tindak pidana korupsi adalah
sebagai berikut:

1. Dalam hal tindak pidana korupsi dilakukan oleh atau atas nama suatu korporasi, maka
tuntutan dan penjatuhan pidana dapat dilakukan terhadap korporasi dan/atau
pengurusnya.
2. Tindak pidana korupsi dilakukan oleh korporasi apabila tindak pidana tersebut
dilakukan oleh orang baik berdasarkan hubungan kerja maupun berdasarkan
hubungan lain, bertindak dalam lingkungan korporasi tersebut baik sendiri maupun
bersama-sama.
3. Dalam hal ini tuntutan pidana dilakukan terhadap suatu korporasi maka korporasi
tersebut diwakili oleh pengurus, kemudian pengurus tersebut dapat diwakilkan kepada
orang lain.
4. Hakim dapat memerintahkan supaya pengurus korporasi menghadap sendiri di
pengadilan dan dapat pula memerintahkan supaya penguruh tersebut dibawa ke siding
pengadilan.
5. Dalam hal tuntutan pidana dilakukan terhadap korporasi, maka panggilan untuk
menghadap dan menyerahkan surat panggilan tersebut disampaikan kepada pengurus
di tempat tinggal pengurus atau ditempat pengurus berkantor.

Unsur-unsur tindak pidana korupsi sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang nomor


20 tahun 2001 tentang pemberantasan tindak pidana korupsi adalah

1. Melakukan perbuatan memperkaya diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi;
2. Perbuatan melawan hukum;
3. Merugikan keuangan Negara atau perekonomian;
4. Menyalahgunakan kekuasaan, kesempatan atas sarana yang ada padanya karena
jabatan dan kedudukannya dengan tujuan menguntungkan diri sendiri atau orang lain.

E.    Analisis Contoh Kasus Tindak Pidana Korupsi Di Indonesia


1.      Kasus Angelina Sondakh

Dalam makalah ini saya mencoba menghadirkan satu contoh kasus yaitu kasus yang
dialami oleh Angelina Patricia Pingkan Sondakh atau yang lebih dikenal dengan Angelina
Sondakh. Motivasi Angelina Sondakh melakukan korupsi yaitu kesempatan ada, yaitu adanya
proyek Wisma Atlet SEA Games Palembang dan Kemendikbud yang melibatkan dirinya atau
status kekuasaannya dalam pengambilan keputusan dan menjalankan proyek tersebut. Selain
itu kondisi keluarga yang sedang bersedih atas kepergian suaminya dan dia menjadi orang tua
tunggal ketiga anaknya, tentu ini menyangkut ekonomi keluarga. Lingkungan kerja juga
mempengaruhi Angelina dalam melakukan korupsi ini.

Mahkamah Agung menjatuhkan hukuman 12 Tahun penjara terhadap Angelina


Patricia Pinkan Sondakh dalam kasus korupsi di Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan
serta Kementrian Pemuda dan Olahraga. Ketua Majelis Kasasi Artidjo Alkostar mengatakan
terdakwa dalam pengadilan tingkat pertama dan tingkat banding hanya dikenakan pasal 11
UU Tipikor, sedangkan Majelis Kasasi menerapkan pasal 12 A UU Tipikor. Terdakwa ini
aktif meminta fee kepada Mindo Rosalina Manulang sebesar 7 persen dari nilai proyek dan
disepakati 5 persen. Dan harusnya sudah diberikan ke terdakwa 50 persen pada saat
pembahasan anggaran dan 50 persen setelah Dipa turun. Dalam putusan kasasi ini majelis
juga mewajibkan Angelina Sondakh mengembalikan uang suap Rp.12,58 miliar ditambah
2,350 juta dolar AS yang sudah diterimanya, jika tidak dibayar maka harus diganti dengan
kurungan selama 5 tahun.

Dalam pertimbangannya, Artidjo mengungkapkan bahwa terdakwa aktif


memprakarsai pertemuan untuk memperkenalkan Mindo kepada sekretaris Dirjen Pendidikan
Tinggi Kemendiknas Haris Iskandar dalam rangka mempermudah upaya penggiringan
anggaran di Kemdiknas. Terdakwa ikut mengajukan program usulan kegiatan di sejumlah
Perguruan Tinggi, itu sifatnya aktif. Dia beberapa kali memanggil Haris Iskandar dan Dadang
Sugiarto dari Kemdiknas ke kantor DPR dan terdakwa minta memprioritaskan pemberian
alokasi anggaran terhadap PT, jelas Artidjo. Angelina Sondakh sebelumnya hanya divonis 4,5
tahun penjara oleh Majelis Hakim Pengadilan Tinggi DKI Jakarta yang menguatkan vonis
dari Pengadilan Tindak Pidana Korupsi Jakarta Pusat.

Mantan politikus Partai Demokrat telah dinyatakan secara sah terbukti melakukan
tindak pidana korupsi secara berlanjut dengan menerima hadiah atau janji terkait dengan
jabatannya dengan terbukti melanggar Pasal 11 Undang-Undang Pemberantasan Tindak
Pidana Korupsi junto Pasal 64 ayat 1 KUHP. Atas putusannya /ini, KPK mengajukan kasasi
karena tidak sesuai dengan tuntutannya yang meminta agar Angie dihukum 12 tahun penjara
ditambah denda Rp.500juta subsider enam bulan kurungan.

Saya akan menganalisa kasus korupsi Angelina Sondakh. Kasus korupsi yang
melibatkan Angelina Sondakh ini termasuk pengertian korupsi menurut Wertheim, “yang
menggunakan pengertian yang lebih spesifik. Menurutnya, seorang pejabat dikatakan
melakukan tindak pidana korupsi, adalah apabila ia menerima hadiah dari seseorang yang
bertujuan memengaruhinya agar mengambil keputusan yang menguntungkan kepentingan si
pemberi hadiah. Kadang-kadang pengertian ini juga mencakup perbuata menawarkan hadiah,
atau bentuk balas jasa yang lain.”

Kasus korupsi ini termasuk jenis korupsi menurut Piers Beirne dan James
Messerschmidt, yaitu “Political Kickbacks adalah kegiatan korupsi yang berkaitan dengan
sistem kontrak pekerjaan borongan antara pejabat pelaksana atau pejabat terkait dengan
pengusaha yang memberikan kesempatan atau peluang untuk mendapatkan banyak uang bagi
kedua belah pihak.” Karena didalam kasus disebutkan bahwa “Direktur PT Duta Graha
Indah(DGI), Mhuhammad El Idrus dan seorang penghubung bernama Mindo Rosalinda
Manulang (Rosa). Menyerahkan uang suap dalam bentuk 3 lembar cek senilai Rp.3,2 miliar
kepada Wafid muharam, Sekretaris Kementrian Pemuda dan Olahraga (Seskemenpora), yang
juga langsung ikut ditangkap di kantornya. Suap tersebut merupakan uang balas jasa dari PT
DGI karena telah memenangi tender proyek Wisma Atlet SEA Games di Palembang,
Sumatera Selatan. Kasus ini menyeret nama Muhammad Nazarudin, karena Rosa sebagai
bawahan Nazar di PT Anak Negeri, bahkan Rosa pernah menjabat Direktur Pemasaran
perusahaan yang dibentuk oleh mantan Bendahara Partai Demokrat itu. Nazarudin dan Rosa
juga kemudian menyeret nama Angie sebagai salah satu tersangka, lantaran disebut menerima
uang darinya terkait proyek pembangunan wisma Atlet SEA Games di Palembang. PT Anak
Negeri mengeluarkan Rp.10 miliar melalui Angie. Sebanyak Rp.5 miliar untuk Angie, Rp.5
miliar sisanya tidak diketahui, namun diduga digunakan sebagai pelicin ke Badan Anggaran
DPR agar anggaran segera turun.” Dan untuk tipe korupsinya, menurut saya kasus ini
mengarah kepada tipe korupsi menurut Vito Tanzi, “Korupsi otogenik, yaitu korupsi yang
terjadi ketika seorang pejabat mendapat keuntungan karena memiliki pengetahuan sebagai
orang dalam (insiders information) tentang berbagai kebijakan publik yang seharusnya
dirahasiakan.” Menurut saya, Angie adalah orang dalam, karena pada saat itu ia menjabat
sebagai anggota Badan Anggaran DPR. Ia pasti berperan dalam kasus korupsi ini, karena ia
menerima uang atas balas jasa dari PT DGI karena telah memenangi tender proyek Wisma
Atlet SEA Games dan sebagian uang tersebut diduga digunakan sebagai pelicin ke Badan
Anggaran DPR agar anggaran tersebut segera turun.

2.      Kasus Andi Mallarangeng

Pengadilan Tindak Pidana Korupsi (Tipikor) menjatuhkan vonis hukuman 4 tahun


penjara, dan  denda Rp 200 juta serta subsidar 2 bulan kurungan kepada mantan Menteri
Pemuda dan Olahraga (Menpora) Andi Mallarangeng dalam kasus  tindak pidana korupsi
proyek Pusat Pendidikan Pelatihan dan Sekolah Olahraga Nasional (P3SON) di Hambalang,
Bogor.
Menurut hakim ketua Haswandi terdakwa Andi Mallarangeng terbukti secara sah dan
meyakinkan melakukan tindak pidana korupsi secara bersama-samaDalam putusan tersebut,
hakim ketua menilai Andi dengan sengaja telah menyalahgunakan kewenangannya sebagai
Menpora dalam pengurusan proyek Hambalang.Dimana sebagai Menpora, Andi adalah
pengguna anggaran sekaligus pemegang otoritas kekuasaan pengelolaan keuangan negara di
Kemenpora serta memiliki kewajiban untuk melakukan pengawasan pelaksanaan anggaran.
Atas perbuatan tersebut Andi telah menguntungkan pihak lain,Proyek P3SON telah
merugikan keuangan negara Rp 464,391 miliar.Andi melanggar Pasal 3 jo Pasal 18 UU No
31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi sebagaimana diubah dengan
UU No 20 Tahun 2001 jo Pasal 55 ayat (1) ke 1 jo Pasal 65 ayat (1) KUHPidana.
Selain itu, Majelis Hakim menilai, mantan Menteri Pemuda dan Olahraga, Andi
Mallarangeng, telah memberi keleluasaan terhadap adiknya Choel Mallarangeng untuk
berhubungan dengan pejabat Kemenpora.Sehingga  Choel ikut terlibat dalam pengurusan
proyek Pusat Pendidikan Pelatihan dan Sekolah Olah Raga Nasional (P3SON).
Dalam putusan juga disebutkan, bahwa Andi telah memberikan  kemudahan akses
kepada Choel Mallarangeng di kantor Kemenpora.Kemudahan akses tersebut seperti adanya
Keleluasaan bagi Choel untuk menggunakan ruang kerja Andi di lantai 10 gedung
Kemenpora untuk melakukan pertemuan dengan pejabat Kemenpora dan calon
pemenang.Majelis hakim Pengadilan Tindak Pidana Korupsi juga menyebutkan 
membengkaknya anggaran proyek pembangunan Hambalang, disebabkan oleh keinginan
Andi Mallarangeng untuk mengubah konsep bangunan Majelis hakim mengatakan  Andi
Mallarangeng telah  memerintahkan Sesmenpora  Wafid Muharam untuk melakukan
pemaparan proyek dengan desain master plan baru.
Kemudian  dilakukan pertemuan membahas perombakan design baru seperti  konsep
bangunan, luas tanah dan gedung, yang berlangsung di lantai 10 Gedung Kemenpora. Dalam
pertemuan tersebut dihadiri oleh Wafid, Deddy Kusdinar, Rio Wilarso, Lisa Lukitawati Isa,
Muhammad Arifin, Asep Wibowo dan Anggraeni Dewi Kusumastuti.Akibatnya, anggaran
proyek Hambalang yang semula Rp 125 miliar terus bertambah. Hingga tahun 2010,
anggaran tersebut meningkat mencapai Rp 275 miliar. Namun, pada akhirnya anggaran
tersebut membengkak drastis menjadi total Rp 2,5 triliun, sehingga negara mendapat
kerugian keuangan negara senilai Rp 464,391 miliar.

 Analisa Kasus Korupsi Andi Mallaranggeng

Memurut pandangan para ahli, ciri – ciri, jenis dan faktor penyebab terkait kasus korupsi
tesebut adalah sebagai berikut :
1.      Menurut pandangan David H Baley kasus yang melibatkan mantan menpora ini adalah kasus
penyuapan yang mana penyuapan adalah suatu istilah umum yang meliputi penyalahgunaan
wewenang sebagai akibat pertimbangan keuntungan pribadi yang tidak selalu berupa uang.
Batasan yang luas dengan titik berat pada penyalahgunaan wewenang memungkinkan
dimasukkannya penyuapan, pemerasan, penggelapan, pemanfaatan sumber dan fasilitas yang
bukan milik sendiri untuk mencapai tujuan – tujuan pribadi dan nepotisme ke dalam korupsi.
Hal ini dapat dibuktikan sebagai berikut :

         Sebab hakim ketua menilai Andi dengan sengaja telah menyalahgunakan kewenangannya
sebagai Menpora dalam pengurusan proyek Hambalang.Dimana sebagai Menpora, Andi
adalah pengguna anggaran sekaligus pemegang otoritas kekuasaan pengelolaan keuangan
negara di Kemenpora serta memiliki kewajiban untuk melakukan pengawasan pelaksanaan
anggaran.

         Andi Mallarangeng, telah memberi keleluasaan terhadap adiknya Choel Mallarangeng
untuk berhubungan dengan pejabat Kemenpora.Sehingga Choel ikut terlibat dalam
pengurusan proyek Pusat Pendidikan Pelatihan dan Sekolah Olah Raga Nasional (P3SON).
Dalam kasus korupsi yang melibatkan mantan menpora ini maka ciri – ciri korupsi yang
terkait dengan kasus korupsi tersebut adalah sebagai berikut :

         Menurut Syed Hussein Alatas mengungkapkan bahwa ciri – ciri yang terkait dengan kasus
ini berbentuk Suatu pengkhianatan terhadap kepercayaan. Seseorang yang diberikan amanah
seperti seorang pemimpin yang menyalahgunakan wewenangnya untuk kepentingan pribadi,
golongan, atau kelompoknya.

Dalam kasus korupsi yang melibatkan mantan menpora ini maka jenis korupsi ini
tergolong kepada jenis :
         Mercenery corruption, yakni jenis tindak pidana korupsi yang dimaksud untuk memperoleh
keuntungan pribadi melalui penyalahgunaan wewenang dan kekuasaan (Benveniste).
Dalam kasus korupsi yang melibatkan mantan menpora ini maka tipe korupsi yang
tergolong adalah sebagai berikut :
         Menurut Syed Hussein Alatas adalah Korupsi transaktif (transactive corruption) yaitu
menunjukkan kepada adanya kesepakatan timbal balik antara pihak pembeli dan pihak
penerima, demi keuntungan kedua belah pihak dan dengan aktif diusahakan tercapainya
keuntungan ini oleh kedua – duanya. Hal ini terbukti :
         Dengan terjadinya hubungan timbal balik menguntungkan pihak lain dan dia sendiri dengan
merugikan keuangan negara sebesar Rp 464,391 miliar.

         Menurut Vito Tanzi adalah Korupsi otogenik, yaitu korupsi yang terjadi ketika seorang
pejabat mendapat keuntungan karena memiliki pengetahuan sebagai orang dalam (insiders
information) tentang berbagai kebijakan publik yang seharusnya dirahasiakan. Hal ini
terbukti:

         Dalam hal ini Andi sebagai pejabat memegang kekuasaan otoritas pengelolaan keuangan
negara serta sebagai pengguna anggaran sehingga sebagai pejabat yang terkait dalam hal ini
Andi memiliki pengetahuan tentang bagaimana anggaran yang digunakan sehingga
menguntungkan pihak lain dan dirinya sendiri dengan merugikan keuangan negara sebesar
Rp 464,391 miliar, seperti yang telah diuraikan pada pokok pembahasan masalah pada 2.2.

Dalam kasus korupsi yang melibatkan mantan menpora ini maka faktor penyebab yang
terkait dengan kasus ini adalah sebagai berikut :
         GONE Theory yang dikemukakan oleh Jack Boulogne dibagi menjadi 4 yaitu:
1.      Greeds (keserakahan): berkaitan dengan adanya perilaku serakah yang secara potensial ada
di dalam diri setiap orang.

2.      Opportunities (kesempatan): berkaitan dengan keadaan organisasi atau instansi atau


masyarakat yang sedemikian rupa sehingga terbuka kesempatan bagi seseorang untuk
melakukan kecurangan.

3.      Needs (kebutuhan): berkaitan dengan faktor – faktor yang dibutuhkan oleh individu –
individu untuk menunjang hidupnya yang wajar.

4.      Exposures (pengungkapan): berkaitan dengan tindakan atau konsekuensi yang dihadapi oleh
pelaku kecurangan apabila pelaku ditemukan melakukan kecurangan.

F .     Strategi Pemberantasan Korupsi

Menurut Gunner Myrdal jalan untuk memberantas Korupsi di negara-negara berkembang


ialah:
1.      Menaikkan gaji pegawai rendah (dan menengah)
2.      Menaikkan moral pegawai tinggi
3.      Legalisasi pungutan liar menjadi pendapat resmi atau legal
Untuk mencegah terjadinya Korupsi besar-besaran bagi pejabat yang menduduki jabatan
yang rawan korupsi seperti bidang pelayanan masyarakat, pendapatan negara, penegak, dan
pembuat kebijaksanaan harus didaftar kekayaannya sebelum menjabat jabatannya sehingga
mudah diperiksa pertambahan kekayaannya dibandingkan dengan pendapatannya yang jelas.

DAFTAR PUSTAKA

Hamzah, Andi. 2006. Pemberantasan Korupsi Melalui Hukum Pidana Nasional dan Internasional.
Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.

Kitab Undang-undang Hukum Pidana.


http://jaringnews.com/keadilan/tipikor/64723/andi-mallarangeng-divonis-tahun-penjara-dalam-
kasus-proyek-hambalang 

https://aafadill702.wordpress.com/2014/06/25/masalah-korupsi/

Anda mungkin juga menyukai