Anda di halaman 1dari 16

Pendidikan Budaya Anti Korupsi

Kelompok 5 :
1. Nur Rahmah (1613411008)
2. Dina Permatasari (1613411014)
3. Reni Wulandari (1613411025)
4. Suniah (1613411035)
5. Annisa Kurniawati (1613411039)
6. Monita Nur Handayani (1613411043)
7. Rahmat Hermawan (1613411044)
8. Shinta Rozalia (1613411047)
Prinsip – Prinsip Anti Korupsi
Prinsip-Prinsip Anti Korupsi

Prinsip-prinsip anti korupsi pada dasarnya merupakan langkah-langkah


antisipatif yang harus dilakukan agar laju pergerakan korupsi dapat
dibendung bahkan diberantas. Pada dasarnya Prinsip-prinsip anti korupsi
terkait dengan semua objek kegiatan publik yang menuntut adanya
integritas, objektivitas, kejujuran, keterbukaaan, tanggung gugat dan
meletakkan kepentingan publik diatas kepentingan individu. Dalam
konteks korupsi ada beberapa prinsip yang harus ditegakkan untuk
mencegah terjadinya korupsi, yaitu prinsip akuntabilitas, transparansi,
kewajaran dan adanya aturan maen yang dapat membatasi ruang gerak
korupsi, serta kontrol terhadap aturan maen tersebut.
1.Akuntabilitas

Akuntabilitas adalah kesesuaian antara aturan dan pelaksanaan kerja.


Semua lembaga mempertanggung jawabkan kinerjanya sesuai aturan main
baik dalam bentuk konvensi (de facto) maupun konstitusi (de jure), baik
pada level budaya (individu dengan individu) maupun pada level lembaga.
Penerapan akuntabilitas dapat dilihat pada saat pelaksanaan kegiatan yang
mana ketua panitia melaporkan kepada para undangan.
2. Transparansi

Prinsip transparansi penting karena pemberantasan korupsi dimulai dari


transparansi dan mengharuskan semua proses kebijakan dilakukan secara
terbuka, sehingga segala bentuk penyimpangan dapat diketahui oleh publik.
Transparansi menjadi pintu masuk sekaligus kontrol bagi seluruh proses
dinamika struktural kelembagaan. Dalam bentuk yang paling sederhana,
transparansi mengacu pada keterbukaan dan kejujuran untuk saling
menjunjung tinggi kepercayaan (trust) karena kepercayaan, keterbukaan, dan
kejujuran ini merupakan modal awal yang sangat berharga bagi semua orang
untuk melanjutkan hidupnya di masa mendatang.
Dalam transparasi terdapat lima bagian yaitu:

1. Proses Penganggaran

2. Proses Penyusunan Kegiatan

3. Proses Pembahasan

4. Proses Pengawasan

5. Proses Evaluasi
3. Kewajaran

Prinsip fairness atau kewajaran ini ditunjukkan untuk mencegah terjadinya manipulasi
(ketidakwajaran) dalam penganggaran, baik dalam bentuk mark up maupun
ketidakwajaran dalam bentuk lainnya. Sifat-sifat prinsip ketidakwajaran ini terdiri dari
lima hal penting komperehensif dan disiplin, fleksibilitas, terprediksi, kejujuran dan
informatif.

A.Komperehensif dan disiplin

Komperehensif dan disiplin berarti mempertimbangkan keseluruhan aspek,


berkesinambungan, taat asas, prinsip pembebanan, pengeluaran dan tidak melampaui
batas (off budget). Seperti: Koordinator dari tiap seksi harus memberikan laporan tentang
hal serta dana yang dibutuhkan sehingga dapat disimpulkan dari semua kebutuhan serta
dana yang diperlukan untuk tercapainya kegiatan tersebut.
B.Fleksibilitas

Fleksibilitas artinya adalah adanya kebijakan tertentu untuk mencapai efisiensi dan
efektifitas. Seperti: Semua anggota kepanitiaan dapat saling membantu walaupun
berbeda tugas.

C. Terprediksi

Terprediksi berarti adanya ketetapan dalam perencanaan atas dasar asas value for
money untuk menghindari defisit dalam tahun anggaran berjalan.

Seperti: panitia kegiatan dapat memprediksi berapa banyak dana yang diperlukan
dengan membuat rincian dana perseksi sehingga mendapatkan target dana yang
dibutuhkan.
D.Kejujuran

Kejujuran mengandung arti tidak adanya bias perkiraan penerimaan maupun pengeluaran yang
disengaja yang berasal dari pertimbangan teknis maupun politis. Kejujuran merupakan bagian
pokok dari prinsip fairness.

Misal: memberikan bukti dalam pengeluaran dana contoh pemesanan makanan/snack yang
dilakukan oleh seksi konsumsi dengan memberikan bukti nota dari tempat pemesanan
makanan/snack tersebut.

E. Informatif

Penerapan sifat informatif agar dapat tercapainya sistem informasi pelaporan yang teratur dan
informatif. Sistem informatif ini dijadikan sebagai dasar penilaian kinerja, kejujuran dan proses
pengambilan keputusan selain itu sifat ini merupakan ciri khas dari kejujuran. Misal:
ditunjukkan dengan memberikan informasi secara transparan tentang rincian penggunaan dana
oleh masing-masing seksi.
4.Kebijakan

Kebijakan ini berperan untuk mengatur tata interaksi agar tidak terjadi
penyimpangan yang dapat merugikan negara dan masyarakat. Kebijakan anti
korupsi ini tidak selalu identik dengan undang-undang anti korupsi, namun
bisa berupa undang-undang kebebasan mengakses informasi, undang-undang
desentralisasi, undang-undang anti-monopoli, maupun lainnya yang dapat
memudahkan masyarakat mengetahui sekaligus mengontrol terhadap kinerja
dan penggunaan anggaran negara oleh para pejabat negara. Aspek-aspek
kebijakan terdiri dari isi kebijakan, pembuat kebijakan, pelaksana kebijakan,
kultur kebijakan.
Berikut contoh isi kebijakan dari kepanitiaan sebuah kegiatan :

A. Isi

Ketua panitia dan semua anggotanya berkewajiban hadir dalam setiap


rapat yang diadakan terkecuali sakit atau kepentingan mendesak.

Menargetkan dana yang akan dibutuhkan dengan meminta rincian dana


yang diperlukan masing-masing seksi.

Memberikan bukti dalam penggunaan dana berupa nota/kwitansi.

Membuat target bahwa persiapan untuk kegiatan harus selesai/siap dalam


waktu kurang dari satu minggu sebelum hari pelaksanaan.
  

B. Pembuat

Ketua panitia dengan kesepakatan semua anggota kepanitiaan.

C. Pelaksana

Ketua panitia dan semua anggota kepanitiaan.

D. Kultur

Semua anggota kepanitiaan melaksanakan isi dari kebijakan tersebut tanpa


terkecuali ataupun merasa terpaksa.
5. Kontrol Kebijakan

Kontrol kebijakan merupakan upaya agar kebijakan yang dibuat betul-betul


efektif dan mengeliminasi semua bentuk korupsi. Bentuk kontrol kebijakan
berupa partisipasi, evolusi dan reformasi. Kontrol kebijakan partisipasi yaitu
melakukan kontrol terhadap kebijakan dengan ikut serta dalam penyusunan
dan pelaksanaannya. Kontrol kebijakan evolusi yaitu dengan menawarkan
alternatif kebijakan baru yang dianggap lebih layak. Kontrol kebijakan
reformasi yaitu mengontrol dengan mengganti kebijakan yang dianggap tidak
sesuai.
Ada tiga model kontrol kebijakan yang dapat dilakukan yaitu :

A. Partisipasi

Semua anggota kepanitiaan dapat berpartisipasi dalam mengontrol kebijakan


yang telah dibuat

B. Evolusi

Semua anggota kepanitiaan tanpa terkecuali dapat memberikan ide/masukan


alternatif kebijakan baru yang berguna untuk sesuai dengan situasi dan
kondisi.
C. Reformasi

Penggantian/reformasi kebijakan yang baru dapat dilakukan sesuai dengan


yang di usulkan serta kebijakan baru tersebut telah mendapat persetujuan
oleh anggota kepanitiaan lainnya.

Anda mungkin juga menyukai