Anda di halaman 1dari 10

ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BBL

“JOBSHEET AMNIOTOMI”

Disusun Oleh:

Kelompok 5

1. Meitavela Puspita P00340219025


2. Mita Pratiwi P00340219026
3. Nadia Afriyani P00340219027
4. Nahda Haniva P00340219028
5. Nhada Cantika P00340219029
6. Nia Magfirah P00340219030

Dosen Pengampu:
Kurniyati,SST, M.Keb

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLTEKKES KEMENKES BENGKULU
PRODI DIII KEBIDANAN CURUP
TAHUN 2020/2021
JOBSHEET
NAMA PEKERJAAN

Melakukan Perawatan Tindakan Amniotomi

UNIT

Asuhan kebidanan bersalin

REFERENSI

Erdan, Soeryani. 2007. Konsep Kebidanan. Jakarta: EGC.

OPS

1. Mahasiswa dapat mengetahui tindakan Amniotomi yang benar secara


sistematis sesuai dengan teori
2. Mahasiswa dapat mempraktekkan Amniotomi dengan benar sesuai dengan
daftar tilik

PETUNJUK

1. Praktek “Amniotomi” dilakukan oleh mahasiswa secara individu .


2. Baca dan pelajari lembaran kerja yang tersedia.
3. Ikuti petunjuk instruktur.
4. Tanyakan pada instruktur bila terdapat hal-hal yang kurang dimengerti

DASAR TEORI
Amniotomi adalah tindakan untuk membuka selaput amnion dengan jalan membuat
robekan kecil yang kemudian akan melebar secara spontan akibat gaya berat cairan dan
adanya tekanan di dalam rongga amnion (Sarwono, 2006).
Amniotomi dilakukan dengan cara memecahkan ketuban baik di bagian bawah depan
( fore water ) maupun dibagian belakang ( hind water ) dengan suatu alat khusus (drewsmith
catheter ). Sampai sekarang belum diketahui dengan pasti bagaimana pengaruh amniotomi
dalam merangsang timbulnya kontraksi rahim.
Tindakan ini umumnya dilakukan pada saat pembukaan lengkap agar penyelesaian
proses persalinan berlangsung sebagaimana mestinya. Pada kondisi selektif, amniotomi
dilakukan pada fase aktif awal, sebagai upaya akselerasi persalinan. Pada kondisi
demikian, dilakukan penilaian serviks, penurunan bagian terbawah dan luas panggul, menjadi
sangat menentukan keberhasilan proses akselerasi persalinan.
Istilah untuk menjelaskan penemuan cairan ketuban/selaput ketuban:
1. Utuh (U), membran masih utuh, memberikan sedikit perlindungan kepada bayi uterus,
tetapi tidak memberikan informasi tentang kondisi
2. Jernih (J), membran pecah dan tidak ada anoksia
3. Mekonium (M), cairan ketuban bercampur mekonium, menunjukkan adanya
anoksia/anoksia kronis pada bayi
4. Darah (D), cairan ketuban bercampur dengan darah, bisa menunjukkan pecahnya
pembuluh darah plasenta, trauma pada serviks atau trauma bayi.
5. Kering (K), kantung ketuban bisa menunjukkan bahwa selaput ketuban sudah lama
pecah atau postmaturitas janin.
Jenis jenis amniotomy
1. Amniotomi untuk augmentasi
Amniotomi sering dilakukan apabila persalinan spontan yang berlangsung
terlalu lambat. Berdasarkan bukti-bukti yang diperoleh dari uji coba klinis pada
persalinan spontan dan dari induksi persalinan, besar kemungkinan bahwa amniotomi
akan meningkatkan kemajuan persalinan yang disfungsional.
2. Amniotomi untuk induksi.
Dilakukan untuk menstimulasi mulainya proses persalinan. Bisa berupa
amniotomi saja atau dikombinasikan dengan induksi yang lain seperti oksitosin.
Indikasi Amniotomi
Amniotomi dilakukan jika ketuban belum pecah dan serviks telah membuka
sepenuhnya. Perlu di perhatikan Indikasi amniotomi pada plasenta previa:  Plasenta previa
lateralis/marginalis/letak rendah, bila tidak ada pembukaan.  Pada primigravida dengan
plasenta previa lateralis/marginalis dengan pembukaan > 4 cm. Plasenta previa
lateralis/marginalis dengan janin yang sudah meninggal.
Kontraindikasi Amniotomi
1. Polihidramnion
Suatu keadaan dimana juga jumlah air ketuban lebih banyak dari normal, lebih
dari 2 liter atau 2000 mL.
2. Presentasi Muka
Keadaan dimana kepala dalam kedudukan defleksi maksimal, sehingga
oksiput tertekan. Pada punggung dan muka merupakan bagian terendah menghadap
ke  bawah.
3. Tali Pusat terkemuka
Dimana tali pusat yang berada di samping bagian besar janin dapat teraba
pada  canalis servikalis.
4. Vasa Previa
Komplikasi obstetrik dimana pembuluh darah janin melintasi atau berada di
dekat ostium uteri internum. Pembuluh tersebut berada di dalam selaput ketuban atau
tidak terlindung dengan tali pusat atau jaringan plasenta sehingga akan pecah bila
selaput ketuban pecah.
5. Letak Lintang
Suatu keadaan dimana janin melintang di dalam uterus dengan kepala pada
sisi yang satu sedangkan bokong berada pada sisi yang lain. Pada umumnya bokong
berada sedikit lebih tinggi daripada kepala janin, sedangkan bahu berada pada pintu
atas panggul.
Keuntungan amniotomi
1. memungkinkan pengamatan atas cairan amniotik terutama ada atau tidaknya
mekonium, dimana pemantauan DJJ secara terus menerus didindikasikan, maka
elektroda dapat diletakkaan langsung ke atas kulit kepala janin, yang memungkinkan
pelacakan yang lebih baik daripada yang diperoleh dengan menempatkan elektroda
diatas abdomen ibu.
2. kateter perekam bisa ditempatkan di dalam uterus dan dapat mengukur tekanan
intrauterin secara langsung dan akurat
3. lamanya persalinan bisa diperpendek
4. Bukti-bukti yang ditemukan akhir ini menunjukkan bahwa amniotomi dan stimulasi
salaruran genital bawah menyebabkan peningkatan dalam prostaglandin, dan hal ini
selanjutnya menyempurnakan kontraksi uterus
5. bagian terbawah janin yang berguna sebagai tampon akan menekan plasenta yang
berdarah dan perdarahan akan berkurang/berhenti
6. Partus berlangsung lebih cepat
7. Bagian plasenta yang berdarah dapat bebas mengikuti cincin gerakan dan regangan
SBR sehingga tidak ada lagi plasenta yang lepas.
Kerugian amniotomi
1. Tekanan diferensial yang meningkat disekitar kepala janin bisa menimbulkan
cacatnya tulang kepala janin
2. Berkurangnya jumlah cairan amniotik bisa menmabah kompresi tali pusat
3. Sementara itu amniotomi dini bisa mempercepat pembukaan cerviks, namun bisa pula
menyebabkan berkurangnya aliran darah ke plasenta. jadi keuntungan dalam bentuk
persalian yang lebih pendek bisa terelakkan oleh efek merugikan yang potensial bisa
terjadi pada janin, seperti misalnya penurunan angka pH darah. beberpa penolong
telah mencatat adanya perubahan dalam pola DJJ setelah dilakukannya amniotomi.

PELAKSANAAN LABORATORIUM

1. Peralatan dan Bahan


Klem ½ Kocher
Bengkok
Bak instrumen
Lenec / dopler
Larutan klorin 0.5 %
Pengalas
Apron plastic
Masker
kacamata pelindung
Sarung tangan DTT/steril
Alas kaki/sepatu boot karet

1 Klem ½ Kocher
2 Bengkok

3 Bak instrumen

4 Lenec / dopler

5 Larutan klorin 0.5 %

6 Pengalas
7 Apron plastic

8 Masker

9 kacamata pelindung

10 Sarung tangan DTT/steril

11 Alas kaki/sepatu boot karet

2. Prosedur Pelaksanaan
a. Persiapan
 Siapkan bahan dan alat
 Jelaskan pada pasien tentang tujuan amniotomi

b. Pelaksanaan
1. Saat melakukan pemeriksaan
vagina, sentuhlah selaput
ketuban yang sedang
menggelembung. Pastikan
bahwa kepala sudah (benar-
benar masuk ke dalam panggul)
engaged dan bahwa anda tidak
merasakan adanya bagian-
bagian kecil janin.
2. Memasukkan klem ½ kocher ke
dalam vagina dengan jari tangan
kiri anda dituntun oleh tangan
kanan anda yang memakai
sarung tangan hingga anda bisa
merasakan / menyentuh selaput
ketuban.
3. Apabila kontraksi melemah,
pindahkan jari tangan kanan
anda dan gunakan klem ½ kelly
atau ½ kocher untuk
memecahkan selebar 1-2 cm
dari atas ke bawah selaput
membran hingga pecah.
4. Dengan menggunakan tangan
kiri anda keluarkan klem ½
kelly atau kocher dan masukkan
ke dalam larutan klorin 0.5%.
pertahankan jari tangan kanan
anda di dalam vagina untuk
merasakan penurunan kepala
janin dan untuk memastikan
bahwa anda tidak meraba
adanya tali pusat atau bagian-
bagian kecil dari janin.
5. Setelah anda memastikan
penurunan kepala janin dan
tidak adanya tali pusat dan
bagian kecil janin, keluarkan
tangan kanan anda secara
lembut dari dalam vagina.
6. Evaluasi warna cairan ketuban,
periksa apakah ada mekonium
atau darah (lebih banyak dari
bercak bercampur darah yang
normal). Jika mekonium atau
darah terlihat, lakukan langkah-
langkah gawat darurat.
7. Cucilah sekresi dari sarung
tangan anda di dalam larutan
klorin 0.5% lalu kemudian
lepaslah sarung tangan tersebut
dan rendam di dalam larutan
klorin 0.5% tersebut.
8. Cuci kedua tangan dengan sabun
dan air mengalir
9. Periksa kembali denyut jantung
janin. Masukkan dalam
partograf waktu pemecahan
selaput ketuban, warna air
ketuban dan DJJ

EVALUASI
Penilaian dilakukan secara individual menggunakan daftar tilik

1. Setiap langkah dilakukan sesuai petunjuk.


2. Setiap langkah pengerjaan dilakukan secara urut dan sistematis.
3. Menggunakan semua peralatan dengan memperhatikan keamanan dan hati-hati.
4. Memperhatikan privasi, kenyamanan dan keamanan klien selama melakukan praktek.

Anda mungkin juga menyukai