Anda di halaman 1dari 8

Jurnal Repertorium Volume IV No.

2 Juli - Desember 2017

PEMBUATAN AKTA SYARIAH OLEH NOTARIS DI WILAYAH


PURWOKERTO DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM
(Analisis Kritis Terhadap Keabsahan Saksi)
Ari Nankanti Purbatin
Mahasiswa Magister Kenotariatan UNS
E-mail : ari.nankanti@gmail.com

Burhanudin Harahap
E-mail : burhanudin60@gmail.com
(Dosen Fakultas Hukum UNS)

Abstract
The article of this research is to find out and analyse the implementation of the designation of a witness in the
sharia made by deed of notary public. Research methods used are non doctrinal research methods included in
empirical sociological research. The results of this research show that the witnesses in the syariah certificate
specified by law number 2 by 2014 about changes in the law number 30 of 2004 concerning the office of a
notary, without specifying the gender of the witness from the perspective of Islamic law be accepted if it consists
of two male witnesses or one male and two female witnesses, because in matters of property (mu’amalah)
women’s testimony can only be accepted if the two female witnesses
Keyword : witnesses, notary, deed of sharia

Abstrak
Tujuan dari penulisan ini adalah untuk mengetahui dan menganalisa pelaksanaan penunjukan saksi dalam akta
syariah yang dibuat oleh notaris. Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian non doktrinal
termasuk dalam penelitian Sosiologis Empiris. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa saksi didalam akta
syariah yang ditentukan oleh Undang-Undang nomor 2 tahun 2014 tentang perubahan atas Undang-Undang
nomor 30 tahun 2004 tentang jabatan notaris yaitu dengan dua orang saksi tanpa menjelaskan jenis kelamin
dari saksi tersebut menurut Al-Qur’an surat Al-Baqarah ayat 282 dan perspektif hukum islam dapat diterima
apabila terdiri dari dua orang saksi laki-laki atau satu orang laki-laki dan dua orang saksi perempuan, karena
dalam urusan harta (mu’amalah) kesaksian perempuan hanya dapat diterima apabila dengan dua orang saksi
perempuan.
Kata kunci : Saksi, Notaris, Akta Syariah

A. Pendahuluan Kemudian dengan adanya undang-undang nomor 10


tahun 1998, bank sekaligus dapat menjalankan pola
Kehadiran perbankan syariah dinilai mampu pembiayaan dan kegiatan lain berdasarkan prinsip
menjawab kesulitan-kesulitan yang terjadi di syariah, sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan
perbankan konvensional. Kehadiran perbankan oleh Bank Indonesia. (Rachmadi Usman, 2003 :
syariah di Indonesia di mulai pada dekade 1990an, 64-65). Yang dimaksud dengan prinsip syariah,
berdirinya perbankan syariah di tengah-tengah disebutkan dalam pasal 1 angka 13, yaitu “aturan
perbankan konvensional membawa kemajuan perjanjian berdasarkan hukum islam antara bank
tersendiri bagi dunia perbankan di Indonesia. dan pihak lain untuk penyimpanan dana dan/atau
Keberadaan bank syariah di pelopori oleh bank pembiayaan kegiatan usaha atau kegiatan lainnya
Muamalat Indonesia pada tahun 1992. Sejak saat itu yang dinyatakan sesuai syariah”. (Gemala Dewi,
mulailah dibuat aturan-aturan yang terkait dengan Wirdyaningsih, Yeni Salma Barlinti, 2006 : 155).
pelaksanaan operasional bank syariah. Sistem perbankan dengan prinsip syariah istilah
Berdasarkan undang-undang nomor 7 tahun kredit berubah menjadi istilah pembiayaan, hal ini
1992 tentang perbankan, bank diperkenankan dapat dilihat dalam pasal 1 angka 12 undang-undang
melakukan usahanya berdasarkan prinsip bagi hasil. perbankan yang menyebutkan :

54
Ari Nankanti Purbatin. Pembuatan Akta Syariah Oleh Notaris di Wilayah Purwokerto dalam Perspektif...

“pembiayaan berdasar prinsip syariah Dalam keterkaitannya dengan pembuatan


adalah ppenyediaan uang atau tagihan akta, seorang notaris akan membutuhkan bantuan
yang dipersamakan dengan itu berdasarkan orang lain, termasuk karyawan-karyawan yang
persetujuan atau kesepakatan antara bank bekerja padanya. Dalam pembuatan akta, notaris
dengan pihak lain yang mewajibkan pihak membutuhkan saksi-saksi sehingga karyawan notaris
yang dibiayai untuk mengembalikan uang atau tersebut berperan sebagai saksi yang dicantumkan
tagihan tersebut setelah jangka waktu tertentu dalam akta-akta yang di buat oleh notaris. Hal
dengan imbalan atau bagi hasil” ini tentu saja diperbolehkan sepanjang karyawan
tersebut memenuhi persyaratan untuk menjadi saksi
Keberadaan jaminan dalam perbankan syariah
yang diatur dalam pasal 40 Undang-Undang Jabatan
khususnya dalam pembiayaan, jaminan boleh
Notaris, yang berbunyi :
dimintakan atau tidak dimintakan dari nasabah dalam
1. Setiap akta yang dibacakan oleh notaris dihadiri
hal ini berstatus sebagai mitra kerja dalam hubungan
paling sedikit 2 (dua) orang saksi, kecuali
kemitraan. Perbankan syariah menilai jaminan yang
peraturan perundang-undangan menentukan
paling utama adalah keyakinan oleh bank syariah atas
lain.
kemampuan nasabah mengemmbalikan hutangnya
2. Saksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus
atau kewajibannya, bahkan bank tidak wajib
memenuhi syarat sebagai berikut,
meminta agunan berupa barang yang tidak berkaitan
a. Paling sedikit berumur 18 (delapan belas)
langsung dengan objek yang dibiayai, walaupun bank
tahun atau telah menikah;
diperankan meminta jaminan tambahan, sehingga
b. Cakap melakukan perbuatan hukum;
jaminan lebih cenderung berfungsi sebagai bukti
c. Mengerti bahasa yang digunakan dalam
adanya itikad baik dari nasabah untuk melunasi
akta;
hutangnya atau komitmen dalam memenuhi janji.
d. Dapat membubuhkan tandatangan dan
(Amir Naruddin,2004 : 12).
paraf; dan
Perjanjian ini timbul kewajiban bagi nasabah e. Tidak mempunyai hubungan perkawinan
untuk mengembalikan dana yang dipinjamnya, atau hubungan darah dalam garis lurus
tetapi dalam pengembalian dana sering kali masalah ke atas atau kebawah tanpa pembatasan
timbul. Salah satunya adalah nasabah lalai dalam derajat dan garis ke samping dengan derajat
mengembalikan dana tersebut, sehingga dibutuhkan ketiga dengan notaris atau para pihak.
jaminan guna memastikan pengembalian dana bank. 3. Saksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
Transaksi antara bank dan nasabah yang berkaitan harus dikenal oleh Notaris atau diperkenalkan
dengan pembiayaan terutama prinsip musyarakah kepada Notaris atau diterangkan tentang
memerlukan keterlibatan lembaga kenotariatan, hal identitas dan kewenangannya kepada Notaris
ini karena dalam sebuah perjanjian kontrak antara oleh penghadap.
bank dan nasabah memerlukan bukti yang dapat 4. Pengenalan atau pernyataan tentang identitas
menunjukkan jaminan pengembalian pinjaman dan kewenangan saksi dinyatakan secara tegas
terhadap bank agar perbankan syariah tetap dapat dalam akta.
berkembang.
Mengenai saksi didalam akta juga disebutkan
Notaris selaku pejabat umum mempunyai pada pasal 16 ayat (1) huruf i notaris berkewajiban
kewenangan membuat akta otentik, yang merupakan untuk membacakan akta dihadapan penghadap
bukti tertulis perbuatan hukum para pihak dalam dihadiri oleh paling sedikit dua orang saksi dan
bidang hukum perdata. (AA. Andi Prajitno, 2001 ditandatangani pada saat itu juga oleh penghadap,
: 60). Kehadiran para saksi akta notaris untuk saksi dan notaris. Apabila kewajiban menghadirkan
memberikan kesaksian telah dipenuhi persyaratan 2 (dua) orang saksi tersebut dilalaikan, maka pasal
formal yang ditentukan oleh UUJN, yakni bahwa 41 mengancam akta tersebut menjadi kehilangan
akta itu sebelum ditandatangani oleh para pihak, otentitasnya yaitu menjadi akta di bawah tangan.
telah terlebih dahulu dibacakan oleh Notaris kepada
Antara isu yang sering menjadi perdebatan
para penghadap, kemudian ditandatangani oleh para
berkaitan dengan kedudukan perempuan dalam
pihak yang bersangkutan, notaris dan saksi-saksi, hal
islam, apakah setara dengan kaum laki-laki atau
mana semuanya itu dilakukan oleh notaris dan para
tidak, adalah kesaksian perempuan. Pemahaman
pihak dihadapan para saksi-saksi yang tercantum
yang tersebar luas selama ini dikalangan masyarakat
dalam akta. (Lidya Febiana, 2013 : 8).

55
Jurnal Repertorium Volume IV No. 2 Juli - Desember 2017

muslim adalah bahwa nilai kesaksian perempuan Bunyi ayat ini secara umum dijadikan sebagai
separoh kesaksian laki-laki sebagaimana termuat landasan hukum atas keharusan dua orang saksi
dalam berbagai kitab fikih maupun tafsir. Pemahaman dalam transaksi mu’amalah yang tidak tunai. Dua
seperti itu banyak menuai kritik, karena seolah-olah orang saksi itu diutamakan berjenis kelamin laki-laki,
menempatkan posisi kaum perempuan lebih rendah jika tidak ada dua orang laki-laki maka boleh satu
dari pada kaum laki-laki, akibatnya banyak tudingan orang laki-laki dan dua orang perempuan. Statemen
terhadap islam sebagai agama yang diskriminatif inilah yang disimpulkan oleh banyak orang bahwa
terhadap kaum perempuan. kesaksian perempuan bernilai separoh dari kesaksian
laki-laki. Ayat Al-Qur’an tersebut menerangkan juga
Peranan al-Qur’an sangat penting dalam
mengenai perlunya seseorang atau para pihak untuk
kehidupan, seperti dalam memberikan kesaksian.
menuliskan transaksinya sebagai bukti tertulis atas
Mengenai saksi dalam mu’amalah, Allah telah
transaksi atau perjanjian yang telah dilakukan serta
berfirman dalam Al-Qur’an Surat Al-Baqarah ayat
adanya seorang yang bertindak sebagai penulis dan
282 yang artinya (Tim Penerjemah Depaq RI, 1995
saksi dalam transaksi atau perjanjian tersebut.
: 48) :
“Hai orang-orang yang beriman, apabila Kesaksian perempuan yang dianggap separoh
kamu bermuamalah tidak secara tunai untuk oleh islam bukan merupakan suatu hal yang
waktu yang ditentukan, hendaklah kamu diskriminatif melainkan untuk meninggikan derajat
menuliskannya dengan benar. Dan janganlah perempuan dari yang tidak berharga menjadi dihargai
penulis enggan menuliskannya sebagaimana dan dijunjung tinggi karena melihat dari segi historis
Allah telah mengajarkannya, maka hendaklah sebelum islam datang kedudukan perempuan dimuka
ia menulis, dan hendaklah orang yang berhutang bumi ini sama sekali tidak ada dan tidak dihargai,
itu mengimlakkan (apa yang akan ditulis itu), kemudian juga untuk meringankan kewajiban
dan hendaklah dia bertakwa kepada Allah perempuan karena perempuan juga memiliki peran
Tuhannya, dan janganlah ia mengurangi ganda tanggung jawab dan kewajiban yang berbeda
sedikitpun daripada hutangnya. Jika yang dengan laki-laki.
berhutang itu orang yang lemah akalnya atau
Uraian diatas sangatlah jelas mengenai
lemah (keadaannya) atau dia sendiri tidak
ketentuan saksi dalam UUJN dan Hukum perjanjian
mampu mengimlakkan, maka hendaklah
islam, dalam pasal 16 ayat (1) huruf 1 dan pasal
walinya mengimlakkan dengan jujur. Dan
40 Undang-Undang Jabatan Notaris menyebutkan
persaksikanlah dengan dua orang saksi dari
secara jelas tentang jumlah saksi dan syarat-syarat
orang-orang lelaki diantaramu. Jika tidak ada
menjadi saksi sebuah akta akan tetapi didalamnya
dua orang lelaki, maka (boleh) seorang lelaki
tidak mengatur mengenai jenis kelamin dari para
dan dua orang perempuan dari saksi-saksi yang
saksi tersebut, hal ini berbeda dengan ketentuan saksi
kamu ridhai, supaya jika seorang lupa maka
dalam hukum islam bidang muamalah, yakni saksi
seorang lagi mengingatkannya. Janganlah
tersebut sudah ditentukan dengan jelas jumlah dan
saksi-saksi itu enggan (memberi keterangan)
jenis kelaminnya, di dalam surat Al-Baqarah ayat
apabila mereka dipanggil, dan janganlah kamu
282 yang dalam melakukan perjanjian hendaklah
jemu menulis hutang itu, baik kecil maupun
penulis akad tersebut disaksikan oleh minimal dua
besar sampai batas waktu membayarnya, yang
orang saksi laki-laki dan apabila tidak ada laki-laki
demikian itu, lebih adil di sisi Allah dan lebih
dapat digantikan oleh dua orang perempuan.
dapat menguatkan persaksian dan lebih dekat
kepada tidak (menimbulkan) keraguan, (tulislah Berdasarkan pada uraian latar belakang masalah
mu’amalahmu itu), kecuali jika mu’amalah itu diatas, maka penulis akan mengkaji Bagaimana
perdagangan tunai yang kamu jalankan diantara saksi-saksi dalam pembuatan akta syariah yang
kamu, maka tidak ada dosa bagi kamu, (jika) dibuat oleh Notaris di Wilayah Purwokerto? dan
kamu tidak menulisnya. Dan persaksikanlah Apakah saksi-saksi yang ada di dalam akta syariah
apabila kamu berjual beli, dan janganlah penulis telah memenuhi ketentuan Hukum Islam?
dan saksi saling sulit-menyulitkan. Jika kamu
lakukan (yang demikian), maka sesungguhnya B. Metode Penelitian
hal itu adalah suatu kefasikan pada dirimu. Dan
bertakwalah kepada Allah, Allah mengajarmu Penelitian ini menggunakan jenis penelitian
dan Allah maha mengetahui segala sesuatu”. Hukum non doktrinal termasuk dalam penelitian

56
Ari Nankanti Purbatin. Pembuatan Akta Syariah Oleh Notaris di Wilayah Purwokerto dalam Perspektif...

Sosiologis Empiris. Penelitian hukum Sosiologis atau yang isinya lebih komplek mengenai adanya
Empiris adalah metode penelitian yang dilakukan suatu prestasi dan konsekuensinya, maka dalam
untuk mendapatkan data primer dan menemukan hal ini peran para saksi sangat dibutuhkan.
kebenaran dengan menggunakan metode berpikir
Demi untuk menghindari hambatan-
induktif dan kriterium kebenaran koresponden
hambatan yang berkaitan dengan hal tersebut
serta fakta yang digunakan untuk melakukan
di atas, mekanisme mengenai penunjukan para
proses induksi dan pengujian kebenaran secara
saksi oleh para pihak yang akan melakukan
koresponden adalah fakta yang mutakhir. Penelitian
perbuatan hukum, hendaknya para pihak perlu
ini menghasilkan pengumpulan dan penemuan data
memahami hakekat dari perbuatan hukum yang
serta informasi melalui studi kepustakaan terhadap
akan dilakukannya. Hal ini berkaitan dengan
asumsi atau anggapan dasar yang dipergunakan
kepastian hukum dari perbuatan hukum yang
dalam menjawab permasalahan pada pelaksanaan
telah dilakukannya, sehingga para pihak bisa
penunjukan saksi dalam akta syariah yang dibuat oleh
merasa aman dan damai dalam menjalankan
notaris. Sifat penelitian penulisan hukum ini adalah
hak dan kewajibannya.
eksploratif merupakan penelitian yang dilakukan
apabila suatu gejala yang akan diselidiki masih Tanggung jawab yang harus dipikul
kurang sekali bahkan tidak ada. Dalam penulisan oleh saksi sehubungan dengan tindakan saksi
hukum ini penulis akan menggunakan studi dokumen dalam menjalankan hak dan kewajibannya
adalah suatu alat pengumpulan bahan hukum yang mempergunakan prinsip tanggung jawab
dilakukan melalui bahan hukum tertulis dengan berdasarkan kesalahan (liability based on
menggunakan content analisys yaitu dengan cara fault), yaitu prinsip tanggung jawab atas prinsip
Studi kepustakaan dan wawancara (Interview). umum yang berlaku dalam hukum pidana dan
perdata. Jadi bukti dengan saksi atau kesaksian
C. Hasil Penelitian dan Pembahasan adalah pengadilan suatu peristiwa, kejadian atau
1. Saksi-saksi dalam pembuatan akta syariah keadaan tertentu yang ia dengar sendiri, lihat
oleh Notaris di Wilayah Purwokerto dalam sendiri dan alami sendiri. (Bambang Waluyo,
Perspektif Hukum Islam 1992 : 35-36).

Mengenai tata cara penunjukan para Untuk menjamin kepastian hukum


saksi, di dalam UUJN secara tegas tidak dan orientas suatu akta maka merupakan
diatur mengenai mekanisme penentuan para tanggungjawab seorang notaris sebagai pejabat
saksi dalam pembuatan suatu akta di Notaris. umum yang ditunjuk sebagai pembuat akta
Hal ini menimbulkan suatu permasalahan- otentik. Sebagai solusi untuk menghindari
permasalahan di dalam penunjukannya. Ini terjadinya permasalahan berkaitan dengan
membawa konsekuensi sebagai berikut : mekanisme penentuan para saksi tersebut,
1) Bagi para pihak yang akan melakukan maka atas inisiatif Notaris itu sendiri, para saksi
perbuatan hukum untuk mempersiapkan ditentukan oleh notaris dengan mendudukkan
siapa-siapa yang akan didudukkan sebagai pegawainya bertindak sebagai saksi-saksi di
saksi. dalam pembuatan akta.
2) Mengakibatkan permasalahan dari pihak Notaris dalam pembuatan aktanya
siapa yang harus menyiapkannya. diharuskan adanya dua orang saksi sebagaimana
3) Netralitas para saksi. yang diatur dalam pasal 16 ayat (1) huruf i UUJN
4) Kecakapan para saksi yaitu notaris berkewajiban untuk membacakan
Dari konsekuensi tersebut diatas tidak akta dihadapan penghadap dihadiri oleh paling
banyak yang dipahami oleh masyarakat, sedikit dua orang saksi dan ditandatangani pada
terutama masyarakat yang awam terhadap saat itu juga oleh penghadap, saksi dan notaris
hukum. Bagi masyarakat yang ingin melakukan kemudian pada pasal 40 ayat (1) UUJN yaitu
suatu perbuatan hukum (jual-beli) yang terbersit setiap akta yang dibacakan oleh notaris dihadiri
dibenak para penjual dan pembeli biasanya paling sedikit 2 (dua) orang saksi, kecuali
ada uang ada barang. Berbeda halnya apabila peraturan perundang-undangan menentukan
perbuatan hukum dalam bentuk suatu perjanjian lain. Dalam hukum islam syarat-syarat saksi
serta jumlah mereka telah jelas untuk masing-

57
Jurnal Repertorium Volume IV No. 2 Juli - Desember 2017

masing perkara, salah satu jumlah saksi yang persoalan sebenarnya secara objektif.
sudah ditentukan oleh hukum islam adalah
Dalam menentukan kelayakan saksi akta
dalam perjanjian yang dilaksanakan tidak secara
syariah apabila tidak ada dua orang laki-laki atau
tunai, sebagaimana yang disebutkan dalam surat
satu orang laki-laki dan dua orang perempuan
Al-Baqarah ayat 282: “Dan persaksikanlah
maka kekurangan saksi dalam akta syariah
dengan dua orang saksi dari orang-orang lelaki
tersebut, notaris dapat menggunakan saksi dari
diantaramu. Jika tidak ada dua orang lelaki,
pihak perbankan syariah yang penunjukkannya
maka (boleh) seorang lelaki dan dua orang
sesuai dengan bank yang di percaya oleh
perempuan dari saksi-saksi yang kamu ridhai,
nasabah dalam membuat perjanjian. Saksi
supaya jika seorang lupa maka seorang lagi
dari Bank Syariah tersebut adalah seseorang
mengingatkannya”.
yang ditunjuk dalam hal persaksian dan
Kesaksian perempuan dapat diterima memenuhi syarat menjadi seorang saksi sesuai
dalam urusan harta benda apabila disertakan UUJN pasal 40 ayat 2. Selain itu, saksi harus
dengan saksi perempuan lainnya, kecuali dalam dikenal oleh notaris atau diperkenalkan kepada
masalah yang tidak diketahui oleh perempuan notaris atau diterangkan tentang identitas dan
saja yang mengetahuinya maka kesaksiannya kewenangannya kepada notaris yang dinyatakan
dapat diterima tanpa harus bersamaan dengan secara tegas dalam akta.
kesaksian laki-laki dan dalam hal tertentu juga
Terdapat pengarahan kepada saksi agar
ada kesaksian yang tidak dapat diterima, apabila
jangan enggan untuk memberikan kesaksian
hanya perempuan saja yang menjadi saksi maka
(menjadi saksi) sesuai firman Allah yang artinya
saksi di dalam akta syariah yang ditentukan
“Janganlah saksi-saksi itu enggan (memberi
oleh UUJN yaitu dengan dua orang saksi tanpa
keterangan) apabila mereka dipanggil”. Kalau
menjelaskan jenis kelamin dari saksi tersebut.
begitu mendatangi panggilan untuk menjadi
Menurut perspektif hukum islam apabila saksi itu merupakan “kewajiban”, bukan sunnah
saksi tersebut dengan dua orang laki-laki maka (sukarela). Karena, kesaksian merupakan sarana
kesaksiannya dapat diterima, namun apabila untuk menegakkan keadilan dan merealisasikan
kesaksiannya dengan seorang laki-laki dan hak. Allah mewajibkannya supaya para saksi
seorang perempuan maka kesaksian seorang itu memberikan keterangan dengan rela hati
perempuan hanya diterima apabila dengan dan penuh kesadaran, tanpa merasa terpaksa
dua orang perempuan saja sehingga kesaksian dan tidak mau, dengan tidak mengutamakan
perempuan tersebut dalam hukum islam adalah yang satu atas lainnya dari kedua pihak yang
tidak sah karena tidak memenuhi ketentuan bertransaksi itu, bila mereka dipanggil oleh
saksi berdasarkan hukum perjanjian islam. keduanya atau salah satunya.
Pada hakekatnya, syariat mengutamakan Saksi dalam suatu perjanjian adalah
laki-laki karena biasanya merekalah yang untuk memperkuat pembuktian apabila terjadi
melakukan tugas-tugas besar di kalangan persengketaan antara para pihak, bahkan di
masyarakat islam, sedangkan wanita tidak perlu dalam hukum islam hukum kesaksian itu adalah
turut serta karena akan dapat menghilangkan fardu ‘ain bagi orang yang memikulnya apabila
keibuannya, kewanitaannya, dan kewajibannya dia dipanggil untuk itu dan dikhawatirkan
dalam menjalankan tugas kemanusiaan yang kebenaran akan hilang bahkan wajib apabila
lebih berharga, yaitu memelihara pertumbuhan dikhawatirkan lenyapnya kebenaran meskipun
anak-anak yang akan menjadi generasi dia tidak dipanggil untuk itu, karena Allah swt
masa depan, daripada dengan bekerja dia berfirman dalam surat QS.Al-Baqarah: 283
hanya mendapatkan beberapa suap makanan yang artinya: “Janganlah kamu (para saksi)
atau sedikit uang, sebagaimana kondisi menyembunyikan persaksian, dan barang siapa
masyarakat sekarang ini yang sudah amburadul yang menyembunyikannya, maka ia adalah
kehidupannya. Dengan adanya dua orang orang yang berdosa hatinya…”.
perempuan diharapkan akan dapat memberikan
Agama islam menempatkan kesetaraan
jaminan dengan saling mengingatkan apabila
yang sama antara laki-laki dan perempuan
salah satunya lupa karena pengaruh emosinya.
namun demikian bukan berarti kaum laki-
Dengan demikian, akan dapat kembali kepada

58
Ari Nankanti Purbatin. Pembuatan Akta Syariah Oleh Notaris di Wilayah Purwokerto dalam Perspektif...

laki dan wanita menjadi sama dan setara hal lainnya, yaitu kesamaan proporsional
dalam segala hal. Menyetarakan keduanya (acqualitas proportionis) dan kesamaan
dalam semua peran, kedudukan, status sosial, kuantitas atau jumlah (aqualitas quantitas).
pekerjaan, jenis kewajiban dan hak sama Thomas Aquinas juga menyatakan bahwa
dengan melanggar kodrat, karena kenyataan penghormatan terhadap person dapat terwujud
yang tidak dapat dipungkiri bahwa antara apabila ada sesuatu yang diberikan/ dibagikan
laki-laki dan wanita terdapat perbedaan- kepada seseorang sebanding dengan seharusnya
perbedaan mendasar, hingga jika kita melihat yang dia terima (preater proportion dagtinis
keduanya dengan kasat mata sekalipun. Secara ipsius), (E. Sumaryono, 2006 : 90-91) dengan
biologis dan kemampuan fisik, laki-laki dan dasar itu maka pengakuan terhadap person harus
perempuan jelas berbeda. Begitu pun dari sisi diarahkan pada pengakuan terhadap kepatutan
sifat, pemikiran akal, kecenderungan, emosi (equalty) kemudian pelayan dan penghargaan
dan potensi masing-masing juga berbeda. didistribusikan secara proporsional atas dasar
Apalagi wanita dengan tabiatnya melakukan harkat dan martabat manusia.
proses reproduksi, mengandung, melahirkan,
Beban dari kesaksian bukanlah hal yang
menyusui, menstruasi, sementara laki-laki
mudah untuk dilaksanakan, karena itu islam
tidak. Adalah tidak adil jika kita kemudian
memberikan kemudahan bagi perempuan
memaksakan suatu peran yang tidak sesuai
dengan nilai kesaksian separoh dari kesaksian
dengan tabiat dan kecenderungan dasar dari
laki-laki, hal ini adalah untuk meringankan
masing-masing jenis tersebut.
beban wanita bukan untuk mendiskriminasikan
Komposisi saksi yang diatur dalam hukum hak-hak mereka.
islam sangatlah adil (equal), perbandingan dua
2. Saksi-saksi yang berperan di dalam akta
banding satu bukanlah hal yang diskriminasi,
syariah belum sesuai menurut Hukum Islam
hal ini dapat dilihat dari banyak aspek, mulai
dari komposisi dan temperamen biologis yang Dalam pasal 1 angka 13 Undang-undang
berbeda yang telah bersifat kodrati artinya pada nomor 21 tahun 2008 tentang perbankan syariah,
kenyataannya wanita sangat berbeda dengan ditegaskan bahwa Aqad adalah kesepakatan
laki-laki setiap sel tubuhnya menunjukkan tertulis. Pasal ini hanya mewajibkan akad
tanda jenis kelaminnya. Hal yang sama adalah ataupun akta dalam perbankan syariah
benar adanya terhadap organnya, dan diatas harus tertulis, tapi tidak mewajibkan dalam
semua itu, system syarafnya. Kaidah fisiologi bentuk tertentu. Dan isi atau substansi dari
tidak dapat ditawar sebagaimana hukum kesepakatan tertulis tersebut memuat adanya
pergerakan bintang-bintang. Mereka tidak dapat hak dan kewajiban bagi masing-masing pihak
digantikan oleh keinginan manusia. Kita wajib sesuai dengan prinsip syariah. Dalam praktek
menerimanya sebagaimana adanya. Wanita perbankan Syariah, atau Unit Usaha Syariah
harus mengembangkan bakatnya sesuai dengan (UUS).
fitrahnya, tanpa mencoba meniru kaum laki-laki
dan perempuan adalah bersifat kodrati. Bahwa awal dan akhir akta merupakan
mutlak tanggung jawab notaris, tapi untuk
Terkait dengan saksi perempuan dalam isi akta merupakan kesepakatan tertulis yang
sebuah akta maka penulis menggunakan teori dikehendaki oleh para pihak selama-sepanjang
keadilan sebagai pisau analisis, dalam hal berdasarkan peraturan perundang-undangan
ini penulis memakai teori keadilan Thomas yang berlaku atau sesuai prinsip syariah. Agar
Aquinas, yang mengatakan bahwa keadilan akta perbankan syariah yang dibuat dengan akta
pada dasarnya merupakan penghormatan notaris secara substansi sesuai dengan prinsip
terhadap person manusia (acceptio personarum) syariah dan juga secara normatif sesuai dengan
dan keluhurannya (dignitas). Dalam konteks pasal 38, khususnya ayat (2) UUJN-P, maka
keadilan distributif, keadilan dan kepatuhan untuk Perbankan Syariah, dapat dilakukan
(equitas) tidak tercapai semata-mata dengan dengan cara yaitu mencantumkan ketentuan
penetapan nilai yang aktual, melainkan juga kalimat sebagai berikut (Dr.Habib Adjie,
atas dasar kesamaan antara satu dengan Muhammad Hafidh, 2014 : 59) :

59
Jurnal Repertorium Volume IV No. 2 Juli - Desember 2017

AKAD PEMBIAYAAN AL-MURABAHAH perempuan, sehingga apabila ketentuan ini tidak


No. ..........................................
dipenuhi maka nilai kesaksiannya tidak sah
(tidak dapat diterima).
Pada hari ini ......, tanggal ......, bulan......,
tahun......, pukul......WIB (Waktu Indonesia Menurut hemat penulis, ketidaktahuan
Barat). notaris dalam penunjukkan saksi di akta syariah
Menghadap kepada saya ....................., yang sesuai dengan prinsip syariah islam
disebabkan adanya beberapa faktor yaitu :
Selanjutnya kedua belah pihak sepakat
1. Notaris tidak memahami ketentuan syariah
menuangkan akad ini dengan akad
Pembiayaan Al-Murabahah dalam akta islam
ini (selanjutnya disebut “akad”) dengan 2. Karyawan yang menjadi saksi hanya ada 3
memakai syarat-syarat dan ketentuan- (tiga) orang perempuan
ketentuan dan diawali dengan kalimat 3. Karyawan yang menjadi saksi ada yang
sebagai berikut: beragama non muslim
Bismillahirrahmaanirrahiim 4. Karyawan notaris ada yang tidak memenuhi
persyaratan menjadi seorang saksi dalam
“Dan Allah Swt. telah menghalalkan jual-
beli dan mengharamkan riba” pasal 40 UUJN
(QS. Al-Baqarah 2: 275) Hal tersebut tidak akan mengakibatkan nilai
“Hai orang-orang beriman, janganlah
kesaksiannya menjadi tidak sah dan tidak dapat
kamu makan harta sesama kamu dengan diterima apabila pemenuhan saksi dalam akta
jalan bathil, kecuali melalui perniagaan syariah dapat dilengkapi atau ditambahkan saksi
yang berlaku dengan suka sama suka di dari pihak Bank. Saksi dari perbankan syariah
antara kamu” bisa di tunjuk dari bagian legal bank tersebut.
(An-Nisaa 4:29) Seorang saksi dari bagian legal tersebut dapat
memahami pengertian hukum pada umumnya
Pencantuman tersebut sudah merupakan serta mengetahui dan memahami isi dari akta
implementasi Prinsip-prinsip syariah ke dalam syariah jika terjadi sengketa dikemudian hari.
bentuk akta perbankan syariah. Bentuk awal
akta tersebut masih belum banyak diterapkan D. Simpulan
oleh notaris karena kurangnya pemahaman 1. Pegawai notaris sebagai saksi oleh notaris dalam
mengenai pembuatan akta syariah dalam pembuatan suatu akta dilakukan berdasakan
menyelaraskan prinsip syariah dan UUJN dalam kewenangannya untuk menjamin kepastian
pasal 38 ayat 2 yang berisi : hukum. Saksi didalam akta syariah yang
a. Judul Akta ditentukan oleh Undang-Undang Jabatan
b. Nomor Akta Notaris yaitu dengan dua orang saksi tanpa
c. Jam, hari, tanggal, bulan dan tahun menjelaskan jenis kelamin dari saksi tersebut
d. Nama lengkap dan tempat kedudukan menurut perspektif hukum islam adalah saksi
notaris dengan dua orang laki-laki maka kesaksiannya
Tidak banyak pemahaman notaris terhadap dapat diterima (sah) dan apabila saksi tersebut
pembuatan akta syariah, terutama penunjukan dengan seorang laki-laki dan seorang perempuan
saksi di dalam akta syariah. Hukum islam saja maka kesaksian seorang perempuan
telah mengatur saksi di dalam surat Al- tersebut tidak dapat diterima (tidak sah) karena
Baqarah ayat 282 yaitu “dan persaksikanlah dalam urusan harta (muamalah yang tidak tunai)
dengan dua orang saksi dari orang-orang kesaksian perempuan hanya diterima apabila
lelaki (di antaramu). Jika tak ada dua orang dengan dua orang perempuan dan hal ini juga
lelaki, maka seorang lelaki dan dua orang menjadi syarat khusus saksi perempuan yaitu
perempuan dari sasi-saksi yang kamu ridhai”. harus dengan dua orang perempuan dalam
Ayat ini adalah ketentuan khusus saksi dalam muamalah yang tidak tunai.
muamalah yang tidak tunai, didalamnya secara 2. Saksi dalam akta syariah yang dibuat oleh
tegas menyebutkan bahwa saksi itu harus dua notaris di wilayah Purwokerto masih ada yang
orang laki-laki apabila tidak ada maka boleh belum memenuhi persyaratan pembuatan akta
seorang laki-laki digantikan dengan dua orang syariah sesuai dengan Hukum Islam.

60
Ari Nankanti Purbatin. Pembuatan Akta Syariah Oleh Notaris di Wilayah Purwokerto dalam Perspektif...

E. Saran Gemala Dewi, Wirdyaningsih, Yeni Salma Barlinti.


2006. Hukum Perikatan Islam di Indonesia.
Saran-saran yang diajukan dalam jurnal ini Jakarta : Kencana Prenada Media Group dan
adalah sebagai berikut: Fakultas Hukum Universitas Indonesia
1. Dalam pembuatan akta syariah notaris harus
mempersiapkan saksi yang sesuai dengan Habib adjie, Muhammad Hafidh. 2014. Akta
prinsip syariah dengan menempatkan dua orang Perbankan Syariah Yang Selaras Pasal 38
laki-laki atau satu orang laki-laki dengan dua UUJN-P. Semarang : Pustaka Rizki Putra.
orang perempuan. Jika karyawan notaris yang
bertindak sebagai saksi hanya mempunyai dua Lidya Febiana. 2013. “Notaris sebagai Saksi
orang perempuan maka dapat ditambahkan dalam Penyidikan Otentisitas Akta”, Jurnal
saksi satu orang laki-laki dari pihak bank agar Ilmiah Mahasiswa, Vol.2 No.1, Surabaya :
terpenuhinya syarat sahnya pembuatan akta Universitas Surabaya.
syariah. Masoodi. 1999. Muslim Women’s Rights to Testify
2. Bagi notaris yang telah memahami ketentuan in Civil Matters and Hudud Offences, IKIM
saksi dalam akta syariah hendaknya memberikan Law Journal, University of Malaysia
informasi kepada rekan notaris yang belum
memahami ketentuan saksi dalam akta syariah Mohd Anwar Ramli. 2010. “Bisa Gender dalam
agar akta syariah dibuat sesuai dengan UUJN Masyarakat Muslim: antara ajaran islam
dan hukum perjanjian islam. dengan tradisi tempatan”, Journal of Fiqh
APIUM, University of Malaysia

Rachmadi Usman. 2003. Aspek-aspek Hukum


F. Daftar Pustaka Perbankan di Indonesia. cet.2. Jakarta :
A.A.Andi Prajitno. 2001. Apa dan siapa Notaris di PT.Gramedia Pustaka Utama
Indonesia. Surabaya : Putra Media Nusantara
Tim Penerjemah Depaq RI. 1995. al-Qur’an Dan
Amir Naruddin. 2004. “Urgensi Hukum Ekonomi Terjemahan, Surat Al-Baqarah ayat 282.
Islam dalam menjawab Isu-isu Global”. Semarang : PT. Toha Putera
Makalah Seminar Nasiona. Medan : Program
Undang-Undang Jabatan Notaris Nomor 2 Tahun
Pascasarjana IAIN Sumatera Utara
2014 tentang Perubahan Atas Undang-undang
Bambang Waluyo. 1992. Sistem Pembuktian, Dalam Nomor 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris
Peradilan Indonesia. Jakarta: Grafika

E. Sumaryono. 2006. Etika dan Hukum Relevansi


Teori Hukum Kodrat Thomas Aquinas.
Yogyakarta : Kanisius

61

Anda mungkin juga menyukai