Anda di halaman 1dari 49

KIMIA

229
Bab 1
Stoikiometri

A. Massa Atom Relatif (Ar) Ar . mol = massa 1 mol unsur X


Mr . mol = massa 1 mol senyawa X
Massa atom relatif suatu unsur adalah Sehingga dapat dirumuskan:
perbandingan antara massa 1 atom dari unsur
tersebut dengan massa 1 atom dari 12C. m
mol unsur (n) = Ar
Rumus massa atom relatif: m
mol senyawa (n) = Mr

massa rata - rata 1 atom unsur A



Ar unsur A = 3. Karena 1 mol zat mengandung 6,02 x 1023
1 12
12 massa 1 atom C partikel maka rumus mol unsur A atau mol
senyawa A dapat dituliskan:
(N = Jumlah partikel zat A)
B. Massa Molekul Relatif (Mr)
N
Massa molekul relatif dari suatu senyawa n=
23
adalah perbandingan massa rata-rata 1 6,02 x 10

molekul dari senyawa tersebut dengan massa
1 atom 12C. 4. Keadaan standar (STP = Standart
Rumus massa molekul relatif: Temperature and Pressure) adalah keadaan
massa rata - rata 1 molekul senyawa A lingkungan pada suhu 0oC dan tekanan
Mr A = 1 atm. Volume 1 mol gas dalam keadaan
1 12
2
2 massa 1 atom C
standar (STP) atau disebut volume molar
gas, besarnya adalah 22,4 liter. Jika Vx =
C. Konsep Mol volume suatu gas A pada kondisi standar,
sedangkan Vm = volume 1 mol gas pada
1. Satu mol merupakan satuan banyaknya
kondisi standar (22,4 liter) maka:
partikel dari suatu zat. Dengan kata lain, mol
merupakan penyederhanaan dari jumlah Vx
partikel (L) dari suatu zat. n= .1 mol X
Vm

1 mol zat = L partikel atau



= 6,02 x 1023 partikel
= n.Vm

Vx
2. Massa 1 mol dari suatu atom atau molekul Vx = n. 22, 4 liter
(massa molar) A sebanding dengan Ar atau
Mr dari unsur atau senyawa tersebut.

01
D. Kesimpulan Konsep 4. Menentukan kandungan air dalam
senyawa hidrat.
Praktis Mol
5. Menentukan kemurnian suatu zat atau
Data Rumus unsur dalam senyawa.
Massa (gram) gram b. Hukum Lavoisier
mol =
Mr
• Hukum Lavoisier menyatakan, ”Dalam
Jumlah partikel (atom jumlah partikel suatu reaksi kimia, massa zat-zat yang
mol =
atau molekul) 6,02 x 1023 bereaksi adalah SAMA DENGAN massa
Volume (liter) zat-zat hasil reaksi dan berlaku untuk
Keadaan standar (STP mol =
V semua reaksi kimia”.
T= 0oC, P = 1 atm) 22,4
• Selama reaksi kimia berlangsung,
Keadaan tidak standar tidak ada materi yang hilang maupun
(T≠0oC, P≠1 atm) PV terbentuk.
mol =
R = 0,082 L.atm/mol.K RT
T = suhu (Kelvin) c. Hukum Gay Lussac
• Hukum Gay Lussac menyatakan,
Rumus Praktis: ”Volume gas-gas yang bereaksi dan
volume gas-gas hasil reaksi, jika diukur
gram V PV N pada suhu dan tekanan yang sama
=
mol = = =
Mr 22, 4 RT 6,02 x 1023
akan berbanding sebagai bilangan bulat
dan sederhana”.
Keterangan: • Hukumnya dirumuskan sebagai berikut:
m : massa unsur/senyawa (gram)
N : jumlah partikel n gas 1 V gas 1
V : volume partikel =
n gas 2 V gas 2

E. Hukum-hukum Dasar Kimia n : mol gas
V : volume gas
a. Hukum Proust
Perbandingan massa unsur-unsur dalam d. Hukum Avogadro
suatu senyawa adalah tetap. • Avogadro menyatakan, ”Pada suhu
Pada senyawa AxBy berlaku: dan tekanan yang sama, gas yang
mempunyai volume yang sama
Rumus Praktis:
mengandung jumlah molekul yang
sama”.
(x) . Ar A massa A % Ar A
= =
Mr . A xB y massa A xB y % A xB y • Dalam 1 mol senyawa mengandung
6,02 x 1023 molekul (dinamakan bi-

Rumus di atas digunakan untuk: langan Avogadro dengan lambang N)
1. Menentukan jumlah atom suatu unsur e. Hukum Dalton
dalam suatu senyawa.
Dalton mengatakan bahwa ”Senyawa adalah
2. Menentukan massa unsur dalam suatu
ikatan kimia dari dua jenis atom atau lebih
senyawa.
dengan perbandingan tertentu”.
3. Menentukan kadar (%) unsur dalam
suatu senyawa.

02
F. Konsentrasi Larutan Jika dilakukan pencampuran maka berlaku
rumus:
Konsentrasi larutan menyatakan banyaknya zat
terlarut dalam suatu larutan. VA . MA + VB . MB
Mcampuran =
• Untuk larutan pekat g konsentrasi zat VA + VB

terlarutnya banyak, sedangkan konsentrasi


Keterangan:
pelarutnya sedikit.
VA : volume zat A
• Untuk larutan encer g konsentrasi zat
VB : volume zat B
terlarutnya sedikit, sedangkan konsentrasi
MA : molaritas zat A
pelarutnya banyak.
MB : molaritas zat B
a. Molaritas (M)
b. Molalitas (m)
Molaritas menyatakan jumlah mol zat
terlarut dalam setiap satu liter larutan. Molalitas menyatakan jumlah mol zat
terlarut dalam 1.000 gram pelarut.
mol zat terlarut n
M= = gr 1.000
liter larutan V m= x
P Mr


Jika volume larutan dinyatakan dalam Keterangan:
mililiter (ml) maka rumus molaritas dapat m : molalitas
dinyatakan dengan: gr : massa zat terlarut
P : massa zat pelarut

Mr : massa molekul relatif
1.000 m 1.000
M=nx atau M= x c. Fraksi Mol (x)
V Mr V
Fraksi mol suatu zat menunjukkan

perbandingan jumlah mol zat terlarut atau
Keterangan:
zat pelarut dengan jumlah mol larutan.
M : molaritas
Rumus:
n : mol
V : volume pelarut (ml) na nb
xa = atau xb =
m : massa zat terlarut (gr) na + nb na + nb

Mr : massa molekul relatif (gr/mol)
Keterangan:
Jika dilakukan pengenceran larutan
n : mol zat yang terlarut
maka berlaku, ”Mol zat terlarut sebelum
xa : fraksi mol zat terlarut
pengenceran sama dengan mol zat terlarut
xb : fraksi mol zat pelarut
sesudah pengenceran”.
Ingat!!! xa + xb = 1
n1 = n2
V1 . M1 = V2 . M2 d. Persen Volume

Persen volume menyatakan jumlah liter zat
Keterangan: terlarut dalam 100 liter larutan.
V1 : Volume sebelum pengenceran
M1: Molaritas sebelum pengenceran V1
%V = x 100%
V2 : Volume setelah pengenceran V1 + V2

M2: Molaritas setelah pengenceran

03
Keterangan: g. Kandungan Air Kristal
%V : persen volume
Untuk senyawa hidrat AxBy.nH2O berlaku:
V1 : volume zat terlarut
Rumus Praktis:
V2 : volume zat pelarut
Mol H2 O
n=
e. Persen Berat Mol A x B y

Persen berat menyatakan jumlah gram zat


terlarut dalam 100 gram larutan.
Rumus:
G. Rumus Molekul dan Empiris
W1 • Rumus molekul, yaitu rumus yang me-
%W = x 100%
W1 + W2 nyatakan jenis dan jumlah atom sebenarnya

yang menyusun satu molekul.
Keterangan:
%W : persen berat • Rumus empiris adalah rumus yang me­
W1 : berat zat terlarut nyatakan jenis dan perbandingan paling
W2 : berat zat pelarut sederhana atom-atom penyusun satu
f. Normalitas (N) molekul.
Contoh:
Normalitas menyatakan jumlah ekivalen zat
terlarut dalam 1 liter larutan. ZAT RM RE
Glukosa C6H12O6 (CH2O)n
ek
N= = mx a Etena C2H4 (CH2)n
V
g 1.000 Etana C2H6 (CH3)n
= x xa Benzena C6H6 (CH)n
Mr V

Mr RM = n x Mr RE
Keterangan:
N : normalitas larutan Catatan: RM = Rumus Molekul
ek : ekivalen zat terlarut RE = Rumus Empiris
M : molaritas
a : valensi (banyaknya muatan ion) H. Persamaan Reaksi dan
Jika dilakukan pengenceran, berlaku rumus: Hitungan Kimia
V 1 . N 1 = V2 . N 2 Pada persamaan reaksi yang setara, per-
bandingan koefisien reaksi sama dengan:
Jika dilakukan penetralan berlaku rumus:
• Perbandingan mol.
Vasam . Nasam = Vbasa . Nbasa • Perbandingan volume (khusus reaksi gas,
pada P dan T sama).
Untuk reaksi redoks berlaku rumus: • Untuk reaksi elektrolit : A + B g C, berlaku:
Rumus Praktis:
Voksidator . Noksidator = Vreduktor . Nreduktor

(mol x val)A = (mol x val)B

04
Bab 2
Struktur Atom
& Sistem Periodik
A. Partikel Subatom lain, akibatnya atom kelebihan elektron
(bermuatan negatif) sehingga atom
Partikel Muatan Massa Letak bermuatan negatif.
Proton (p) +1 1 sma Dalam inti • Ion atom bermuatan positif (kation)
Elektron (e) –1 0 sma Luar inti Atom bermuatan positif terjadi ketika atom
Neutron (n) 0 1 sma Dalam inti melepas sejumlah elektronnya, akibatnya di
dalam atom jumlah proton (muatan positif)
Catatan: sma (Satuan Massa Atom) yang setara
lebih banyak daripada jumlah elektron.
dengan 1,6 x 10-24 gr (massa atom hidrogen)
No Notasi Atom Jumlah Partikel
B. Notasi Atom suatu Unsur 14 p=7; e=7
1 7N
n = 14 – 7 = 7
X = lambang unsur
p = 26 ; e = 26
NM
X
56
NA = nomor atom = p 2 26 Fe
n = 56 – 26 = 30
NA NM = nomor massa = p + n 56
26 Fe
3+ p = 26
n = NM – NA
3 Melepas 3 e = 26 – 3 = 23
Untuk unsur netral, jumlah proton (p) SAMA elektron n = 56 – 26 = 30
DENGAN jumlah elektron (e). Namun, 32 2 − p = 16
16 S
apabila atom mempunyai muatan ion maka e = 16 + 2 = 18
4 Menerima 2
jumlah elektron tergantung dari jumlah ion. n = 32 – 16 = 16
elektron
• Apabila muatan ionnya POSITIF maka
jumlah elektronnya adalah jumlah proton D. Isotop, Isobar, Isoton,
DIKURANGI jumlah muatan ionnya.
dan Isoelektron
• Apabila muatan ionnya NEGATIF maka
jumlah elektronnya adalah jumlah proton a. Isotop, yaitu atom-atom dengan nomor
DITAMBAH jumlah muatan ionnya. atom sama, namun nomor massanya
berbeda (jumlah proton sama, jumlah
C. Muatan Ion Atom neutron beda).
Contoh:
Atom yang mempunyai muatan listrik disebut 14 15 15 16
7 N dengan 7 N ; 7 O dengan 8 O
ion. Jenis muatan listrik ion ada dua, yaitu:
• Ion atom bermuatan negatif (anion) b. Isobar, yaitu atom-atom dengan nomor
Atom bermuatan negatif terjadi ketika atom berbeda, namun nomor massa sama
atom menerima elektron dari atom unsur

05
(jumlah proton beda, jumlah neutron beda, • Tiap unsur terdiri atas atom yang
namun jumlah proton + neutron sama). sejenis dan berbeda dengan unsur
Contoh: lainnya.
13 15 15
6C
dengan 137 N ; 7 N dengan 8 O • Atom-atom dapat mengalami pengga­
bungan, pemisahan, atau penyusunan
c. Isoton, yaitu atom-atom dengan jumlah kembali dengan reaksi kimia.
neutronnya sama.
3. J.J. Thomson (1897)
Contoh:
12 13 16 17 Model atom Thomson dikenal dengan istilah
5 B dengan 6 C ; 8 O dengan 9 F “Model atom roti kismis”. Ia mengatakan
d. Isoelektron, yaitu atom-atom yang jumlah bahwa bentuk atom seperti bola pejal
elektronnya sama. bermuatan positif (proton) dengan elektron
Contoh: tersebar merata di dalamnya seperti kismis
yang tersebar di atas roti.
F- dengan 11Na+
9
4. Rutherford (1911)
Teori atom Rutherford menyatakan bahwa
atom terdiri atas inti atom yang bermuatan
Cara Praktis Menghafal
positif dan elektron (bermuatan negatif)
• IsotoP → Proton sama yang berputar di sekelilingnya seperti
• IsobAR → massa Atom Relatif sama planet mengelilingi matahari sehingga atom
• IsotoN → Neutron sama bersifat netral.
• Isoelektron → Elektron sama
5. Neils Bohr (1913)
Bohr hanya menambahkan penjelasan dari
E. Perkembangan Teori Atom model atom Rutherford. Bohr menyatakan
bahwa elektron bergerak mengelilingi inti
1. Democritus (400 SM) dengan menempati lintasan (kulit) yang
Democritus bersama Leucippus memiliki tingkatan energi tertentu.
mengembangkan teori tentang penyusunan Elektron tersebut tidak memancarkan
suatu materi. Mereka mengatakan bahwa “Jika gelombang elektromagnetik dan hanya
suatu materi dibagi menjadi bagian-bagian kecil dapat berpindah dari satu lintasan ke
secara terus-menerus maka akan berakhir pada lintasan lain dengan cara menyerap atau
suatu partikel yang tidak dapat dibagi lagi”. melepas energi.
Partikel tersebut mereka namakan atom.
Istilah atom diambil dari bahasa Yunani, F. Teori Atom Modern
yaitu atomos (a = tidak ; tomos = terbagi).
• Kedudukan elektron dalam atom tidak
2. Dalton (1803) dapat ditentukan dengan pasti, yang dapat
Teori model atom Dalton, yaitu: ditentukan hanya kebolehjadian elektron
• Atom adalah bagian terkecil dari suatu menempati suatu tempat pada suatu daerah
materi yang tidak dapat dipecah lagi. tertentu pada kulit atom yang disebut
orbital.
• Atom berbentuk bola pejal yang tidak
• Orbital pada kulit atom memiliki tingkat-
dapat diciptakan atau dimusnahkan
tingkat tertentu karena setiap orbital
dengan reaksi kimia biasa.
memiliki tingkat energi tertentu.
06
2. Tulis nomor kulit (dimulai dari subkulit s:
1 sampai 8, subkulit p: 2 sampai 7,
Inti subkulit d: 3 sampai 6, dan subkulit f :
atom
Atom
4 sampai 5):
K L 1s 2s 2p 3s 3p 4s 3d 4p 5s 4d 5p 6s
M
N dst. 4f 5d 6p 7s 5f 6d 7p 8s
Kedudukan elektron dalam atom dinyatakan 3. Tulislah jumlah elektron:
dengan 4 bilangan kuantum: 1s2 2s2 2p6 3s2 3p6 4s2 3d10 4p6 5s2 4d10
1. Bilangan Kuantum Utama (n) g menyatakan 5p6 6s2 4f14 5d10 6p6 7s2 5f14 6d10 7p6
lintasan/kulit/tingkat energi elektron. Makin 8s2
dekat dengan kulit maka tingkat energi b. Aturan Hund: ”Pengisian elektron pada
elektronnya makin rendah. orbital suatu subkulit tidak boleh langsung
Kulit K → n = 1, Kulit L → n = 2, Kulit M → n = 3 berpasangan, tetapi harus masuk satu
Kulit N → n = 4, Kulit O → n = 5, Kulit P → n = 6 per satu setelah semua terisi baru boleh
2. Bilangan Kuantum Azimut (l) g menyatakan berpasangan.”
subkulit/subtingkat energi elektron. Pengisian salah:
Subkulit s → l =0 ; subkulit p g l = 1; hi hi
Subkulit d → l = 2 ; subkulit f g l = 3
hi
Pengisian benar:
3. Bilangan Kuantum Magnetik (m) g
menyatakan di orbital mana kemungkinan hi h h h

h
elektron terdapat di dalamnya.
c. Aturan Pauli: ”Dalam satu atom tidak
Subkulit s → l = 0
boleh ada elektron yang keempat bilangan
→ m = 0 (1 orbital)
kuantumnya sama”.
Subkulit p → l = 1
Contoh:
→ m = -1, 0, +1 (3 orbital)
4 elektron pada 3p4 g a b c d
Subkulit d → l = 2
hi h h h
→ m = -2, -1, 0, +1,+2 (5 orbital)
Subkulit f → l = 3
BK a b c d
→ m = -3, -2, -1, 0, +1, +2, +3 (7 orbital)
n 3 3 3 3
4. Bilangan Kuantum Spin (s) g menyatakan l 1 1 1 1
arah rotasi elektron. m –1 –1 0 +1
s = +1/2 g arah elektron 
s +½ –½ +½ +½
s = –1/2 g arah elektron 
(pasti ada bilangan kuantum yang berbeda
G. Konfigurasi Elektron pada setiap atom)
Contoh membuat konfigurasi elektron:
a. Aturan Aufbau: ”Pengisian elektron dimulai 1. 16S : 1s2 2s2 2p6 3s2 3p4
dari tingkat energi paling rendah ke yang 2. 22Ti : 1s2 2s2 2p6 3s2 3p6 4s2 3d2
lebih tinggi”. 3. 38Sr : 1s2 2s2 2p6 3s2 3p6 4s2 3d10 4p6 5s2
Cara praktis membuat urutan tingkat energi, Konfigurasi “Cara Gas Mulia”:
yaitu: 1. 16S : [10Ne] 3s2 3p4
1. Tulis subkulit dengan pola: 2. 22Ti : [18Ar] 4s2 3d2
s s p s p s d p s d p s f d p s f d p s 3. 38Sr : [36 Kr] 5s2

07
H. Sistem Periodik Unsur - Pengelompokan berdasarkan
kulit terluar yang terisi elektron.
Cara praktis menghafal unsur-unsur dalam Sistem
Periodik Unsur, yaitu: 1. Golongan Utama (A)
Blok Elektron Valensi Golongan
Golongan IA Golongan IIA
(Gol. Alkali) (Gol. Alkali Tanah) ns 1
IA
s
Hari (H) ns 2
IIA
Libur (Li) Becak (Be)
ns np2 1
IIIA
Nanti (Na) Mogok (Mg)
ns np2 2
IVA
Kita (K) Cari (Ca)
ns np2 3
VA
Robohkan (Rb) Serep (Sr) p
Caesar (Cs) Ban (Ba)
ns np2 4
VIA
Firaun (Fr) Radial (Ra) ns np2 5
VIIA
ns2 np6 VIIIA
Golongan IIIA Golongan IVA
(Gol. Boron) (Gol. Karbon) 2. Golongan Transisi (B)
Bang (B) Cewek (C) Blok Elektron Valensi Golongan
Ali (Al) Singapura (Si)
ns (n-1)d
1 10
IB
Ganteng (Ga) Genit (Ge)
d ns (n-1)d
2 10
IIB
Indah (In) Senang (Sn)
ns (n-1)d
2 1
IIIB
Terbelalak (Tl) Pakai bedak (Pb)
ns (n-1)d
2 2
IVB
Golongan VA Golongan VIA ns (n-1)d
2 3
VB
(Gol. Nitrogen) (Gol. Kalkogen)
ns2 (n-1)d4 VIB
Nenek (N) Orang (O)
d ns (n-1)d
2 5
VIIB
Peot (P) Semarang (S)
Asal (As) Senang (Se)
ns (n-1)d
2 6
VIIIB
Subang (Sb) Teh (Te) ns (n-1)d
2 7
VIIIB
Bingung (Bi) Poci (Po) ns2 (n-1)d8 VIIIB
Contoh:
Golongan VIIA Golongan VIIIA
(Gol. Halogen) (Gol. Gas Mulia) 1. Na : [10Ne] 3s1 → golongan IA, periode 3
11
Film (F) Heboh (He)
Charles (Cl) Negara (Ne) 2. Cl : [10Ne] 3s2 3p5 → golongan VIIA, periode 3
17

Bronson (Br) Arab (Ar)


3. 23
Ti : [18Ar] 4s2 3d3 → golongan VB, periode 4
Idaman (I) Karena (Kr)
Ati (At) Xerangan (Xe) 4. 30
Zn : [18Ar] 4s2 3d10 → golongan II B, periode 4
Ranjau (Rn)

Menentukan letak golongan dan periode suatu unsur:


I. Sifat-sifat Periodik Unsur
• Golongan : - Kolom vertikal.
- Pengelompokan berdasarkan 1. Jari-jari atom → jarak antara inti dengan
jumlah elektron valensi. elektron pada kulit paling luar.
- Unsur segolongan sifat Pada satu golongan: makin ke bawah, makin
kimianya mirip. besar.
Pada satu periode: makin ke kiri, makin kecil.
• Periode : - Kolom horizontal.

08
2. Energi ionisasi → energi yang dibutuhkan Pada satu golongan: makin ke bawah, makin
untuk melepaskan elektron paling luar. besar.
Pada satu golongan: makin ke bawah, makin kecil. Pada satu periode: makin ke kanan, makin
Pada satu periode: makin ke kanan, makin kecil.
besar, kecuali golongan: IIA > IIIA, dan VA > VIA. 6. Sifat reduktor → kemampuan untuk
3. Afinitas elektron → energi yang dilepaskan mereduksi unsur lain. Makin mudah
jika atom netral menerima elektron. melepas elektron, sifat reduktornya makin
Pada satu golongan: makin ke bawah, makin kuat.
kecil. Pada satu golongan: makin ke bawah, makin
Pada satu periode: makin ke kanan makin besar.
besar, tetapi paling besar VIIA bukan VIIIA. Pada satu periode: makin ke kanan, makin
Perkecualian golongan: IA > IIA, IVA > VA, kecil.
dan VIIA>VIIIA 7. S i f a t o k s i d a t o r → ke m a m p u a n
4. Elektronegatifitas → kemampuan atom mengoksidasi unsur lain. Makin mudah
­untuk menarik atau melepaskan elektron. menangkap elektron, sifat oksidatornya
Pada satu golongan: makin ke bawah, makin makin kuat.
kecil. Pada satu golongan: makin ke bawah, makin
Pada satu periode: makin ke kanan makin kecil.
besar, tetapi paling besar VIIA bukan VIIIA. Pada satu periode: makin ke kanan, makin
besar, tetapi paling besar VIIA.
5. Sifat logam → makin mudah melepas
elektron, makin kuat sifat logamnya.

09
Bab 3
Ikatan Kimia

A. Ikatan Ion (Elektrovalen) 1. Titik lebur rendah.


2. Umumnya cair/gas.
a. Ikatan Ion 3. Bentuk murninya tidak mampu
Ikatan ion adalah ikatan kimia antardua unsur menghantarkan listrik.
atau lebih yang terjadi karena adanya serah  Ikatan kovalen dapat dibagi sebagai
terima elektron. Umumnya terjadi antara unsur berikut:
elektropositif (unsur logam) dengan elektronegatif
1. Ikatan kovalen polar
(unsur nonlogam).
Yaitu, ikatan kovalen dimana pasangan
Unsur elektropositif (logam) elektron ikatan (PEI) tertarik ke salah
• Elektron valensi 1, 2, 3. satu atom yang elektronegatifitasnya
• Konfigurasi elektron terakhir s1, s2, p1. lebih kuat.
Unsur elektronegatif (nonlogam)
xx xx
• Elektron valensi 4, 5, 6, 7. H + Cl H Cl PEB
xx
x

ox
o

xx
• Konfigurasi elektron terakhir p3, p4, p5. xx xx

Ciri-ciri ikatan ion: PEI

1. Titik didih dan titik leburnya tinggi. Keterangan:


PEI = 1
2. Bentuk padatan tidak bisa menghantar­
PEB (Pasangan Elektron Bebas) = 3
kan listrik, namun bentuk leburan atau
Atom pusat = Cl
larutannya dapat menghantarkan listrik.
Ciri-ciri ikatan kovalen polar:
3. Larut dalam air.
• Te r j a d i p o l a r i s a s i m u a t a n
4. U m u m n y a w u j u d n y a p a d a t
(mempunyai kutub positif dan
(kristal).
negatif).
Contoh: NaF, NaCl, MgCl2, AlF3, Al2S3,
dan sebagainya. • Dapat larut dalam air.
• Perbedaan keelektronegatifan
b. Ikatan Kovalen (Ikatan Homopolar)
besar.
 Ikatan kovalen, yaitu ikatan yang • Tersusun atas dua atom berbeda
terjadi karena adanya pemakaian atau lebih, misal HF, HCl, H2O, H2S,
pasangan elektron bersama antardua CO, NH3, PCl3.
unsur. Ikatan ini terjadi antara unsur- • Dispersi elektron tidak simetris.
unsur yang sama-sama elektronegatif
(nonlogam dengan nonlogam). 2. Ikatan kovalen nonpolar

 Sifat-sifat umum ikatan kovalen, yaitu: Ikatan kovalen nonpolar adalah ikatan

10
kovalen dimana pasangan elektron ikatan 3. Ikatan kovalen semipolar/koordinasi
(PEI) tertarik sama kuat ke semua atom. Ikatan kovalen semipolar/koordinasi adalah
Ciri-ciri ikatan kovalen nonpolar: ikatan kovalen dimana pasangan elektron
• Tidak mengalami polarisasi ikatannya hanya berasal dari salah satu atom.
muatan. H : 1 g perlu 1 elektron
H+ : 0 g perlu 2 elektron
• Larut dalam pelarut nonpolar. 1
N : 2 5 g perlu 3 elektron
• Tersusun atas atom yang sejenis 7
NH3 + H+ g NH4+
atau homoatomik, misal Br2, N2,
O2, O3, H2.
H
• Dispersi elektron simetris (CH4,
CO2, PCl5). ●○
H ●○ N ○○ H
+
xx
Cl
xx xo xx

xo xx

xx xx xo xx ●○
o

C + Cl Cl C Cl
xx

xx
xx
x
o
o

xx xx xo xx
o

Cl
xx

H Ikatan kovalen
xx
koordinasi
Keterangan:
PEI = 4 c. Ikatan Campuran
PEB (Pasangan Elektron Bebas) = 0 Beberapa molekul mempunyai ikatan ion,
Atom pusat = C kovalen, dan kovalen koordinasi secara
bersamaan, misalnya pada NaHSO4, NH4Cl,
 Cara praktis membedakan senyawa polar dan
KH2PO4, dan lain-lain.
nonpolar:
Na : 2 8 1 → melepas 1 elektron
1. Jika jumlah atom = 2 g perhatikan jenis atom: 11

sama atau beda? 16


S : 2 8 6 → menerima 2 elektron
Jika sama g nonpolar.
O : 2 6 → menerima 2 elektron
8
Contoh: Cl2, N2, O2, dan seterusnya. Contoh: NaHSO4
Jika beda g polar.
Contoh: HCl, NO, CO, dan seterusnya. Ikatan kovalen

2. Jika jumlah atom = 3 atau lebih g perhatikan


PEB. Na+ S H+

PEB > 0 g umumnya polar.


Contoh: PCl3, NH3, H2O, dan lain-lain.
ikatan ion Ikatan kovalen
E. val. = 5 koordinasi
NH
3 PEI = 3
Sisa = 2 → PEB = 1(polar) d. Penyimpangan Aturan Oktet
PEB = 0 g Perhatikan atom pengeliling! Atom Sebagian senyawa tidak mengikuti aturan
pengeliling sama berarti termasuk ikatan oktet. Contoh: NO, BH3, PCl5, SF6, IF7, XeF2,
kovalen nonpolar. dan sebagainya.
Contoh: PCl5, CH4, CO2, dan lain-lain.
H
E val = 5 O
PCl 5 ● ● O
PEI = 5 O
● ●
○ ○
P
Sisa = 0 → PEB = 0 (nonpolar) H ● B ○ H ○● ○

Pengeliling beda: polar, contoh: CHCl3, CH3Br, ○ ● O ○ ○O
dan lain-lain.

11
B. Ikatan Antarmolekul C. Hubungan Ikatan Kimia
a. Ikatan Hidrogen dengan Titik Didih
Ikatan hidrogen adalah ikatan antarmolekul
1. Massa molekul relatif (Mr) → semakin besar
yang terjadi pada senyawa yang terdiri
Mr maka semakin tinggi titik didihnya.
atas atom H dengan atom lain yang sangat
2. Jenis ikatan → semakin kuat ikatannya maka
elektronegatif (F, O, N).
semakin tinggi titik didihnya:
Contoh: H 2 O, NH 3 , HF, C 2 H 5 OH, H 2 SO 4 ,
• Pada ikatan antaratom: Ikatan ion >
CH3COOH.
kovalen polar > kovalen nonpolar.
H ---- F- ----- +H ---- F-
+
• Pada ikatan antarmolekul: Ikatan

Ikatan hidrogen Ikatan kovalen polar
hidrogen > dipol-dipol > dipol per-
manen-dipol terimbas > gaya London.
b. Gaya Van Der Waals
1. Gaya tarik dipol-dipol D. Bentuk Geometri Molekul
Yaitu, gaya tarik antarmolekul pada Sederhana
senyawa kovalen polar.
PE PEI PEB Bentuk Molekul Contoh
Contoh: HCl, H2S, dan PCl3.
2 2 0 Linier BeCl2
+H − Cl− H − Cl−
+
3 3 0 Segitiga sama sisi BF3
2. Gaya tarik dipol permanen – dipol 4 0 Tetrahedral CH4
terimbas 4 3 1 Segitiga piramida NH3
Yaitu, gaya tarik antarmolekul senyawa 2 2 Planar bentuk V H2O
polar dengan nonpolar yang disebabkan 5 0 Segitiga bipiramida PCl5
karena molekul polar menginduksi 4 1
Tetrahedral
SF4
molekul nonpolar sehingga membentuk 5 asimetris

dipol terimbas. 3 2 Planar bentuk T IF3

Molekul polar membentuk dipol 2 3 Linier BeCl2

p e r m a n e n , s e d a n g ka n m o l e ku l 6 0 Oktahedral SF6

nonpolar membentuk dipol terimbas 6 5 1 Segilima piramida IF5

Contoh: gaya tarik antara O2 dengan H2O 4 2 Segi empat datar XeF4

dalam air. 7 7 0 Dekahedral IF7

+
H 2O − +
O2− PE = Pasangan Elektron
PEI = Pasangan Elektron Ikatan
PEB = Pasangan Elektron Bebas
3. Gaya tarik dipol sesaat – dipol sesaat (gaya
London)
Yaitu, gaya tarik antarmolekul pada senyawa
nonpolar dan antaratom gas mulia yang
disebabkan dispersi elektron yang tidak
merata dan tidak permanen.
Contoh:
• Gaya tarik antarmolekul CO2 (senyawa
nonpolar) pada gas karbon dioksida.
• Gaya tarik antaratom Ne (atom gas
mulia) pada unsur neon.

12
Bab 4
Kecepatan Reaksi

A. Konsep Kecepatan Reaksi • Energi aktivasi (Ea) adalah energi yang


harus dilampaui oleh energi kinetik (E k)
Kecepatan (laju) reaksi adalah pengurangan dari molekul-molekul zat yang bereaksi
konsentrasi pereaksi per satuan waktu atau agar terjadi tumbukan yang efektif. Hanya
pertambahan konsentrasi hasil reaksi per satuan molekul yang memiliki Ek lebih besar dari Ea
waktu. yang dapat bereaksi. Semakin besar energi
aktivasi maka reaksi akan berjalan semakin
Contoh: 2A + B2 g 2AB
lambat.
Laju reaksi (v) dapat diungkapkan sebagai berikut:

• Besarnya pengurangan konsentrasi A per C. Faktor yang Memengaruhi


[A ]
satuan waktu : v=−
∆T
Laju Reaksi
• Besarnya pengurangan konsentrasi B per 1. Sifat zat
satuan waktu : v = − [ ]
B
Setiap zat mempunyai daya reaksi
∆T
yang berbeda-beda sehingga setiap zat
• Besarnya pertambahan konsentrasi AB per
mempunyai laju reaksi yang berbeda-beda
satuan waktu: v=+
[AB] pula. Misal, reaksi senyawa-senyawa ion
∆T
dapat berlangsung lebih cepat daripada
senyawa kovalen.
Perbandingan laju = perbandingan koefisien
reaksi reaksi 2Na + 2H2O g 2NaOH + H2 (cepat)
2H2 + O2 g 2H2O (lambat)
Contoh: 2A + B2 g 2AB
Perbandingan laju reaksi : vA : vB : vC = 2 : 1 : 2 2. Konsentrasi
Semakin besar konsentrasi larutan berarti
B. Teori Tumbukan dan Energi jumlah partikel terlarut semakin banyak dan
Aktivasi jarak antarpartikel juga semakin berdekatan
sehingga kemungkinan terjadinya tumbukan
• Teori tumbukan: ”suatu reaksi dapat
yang efektif juga semakin besar.
berlangsung karena terjadi tumbukan
efektif antarmolekul zat reaksi. Semakin ”Jadi, semakin besar konsentrasi maka reaksi
sering terjadi tumbukan maka reaksi berjalan berlangsung semakin cepat”.
semakin cepat”.

13
3. Suhu Untuk reaksi : xA2 + yB2 → 2AxBy
Suhu semakin tinggi berarti energi kinetik Persamaan kecepatan reaksinya ditulis:
molekul semakin besar sehingga reaksi
berjalan semakin cepat. Setiap kenaikan v = k . [A2]x [B2]y
suhu 10o maka reaksi berlangsung n kali
lebih cepat. x = orde reaksi terhadap A2
y = orde reaksi terhadap B2
∆t k = ketetapan laju reaksi
()
∆t

v t = vo . (n) 10 atau tt = to . 1
n
10

E. Grafik Orde Reaksi


4. Katalis 1. Orde nol → laju reaksi tidak dipengaruhi
Katalis adalah zat tertentu yang meme­ oleh perubahan konsentrasi reaktan.
ngaruhi kecepatan reaksi, tetapi pada akhir v
reaksi dapat ditemukan kembali dalam
keadaan utuh.
”Katalis dapat mempercepat reaksi dengan M (konsentrasi)
menurunkan energi aktivasi (EA), akibatnya
energi kinetik (Ek) dari molekul-molekul zat 2. Orde satu → laju reaksi berbanding lurus
pereaksi dapat dengan mudah mencapai dengan perubahan konsentrasi reaktan. Jika
batas EA sehingga tumbukan efektif terjadi”. konsentrasi diubah dua kali maka kecepatan
reaksi juga berubah dua kali. Jika konsentrasi
5. Luas permukaan atau bidang sentuh
diubah tiga kali maka kecepatan reaksi juga
Semakin luas permukaan atau bidang sentuh berubah tiga kali, dan seterusnya.
maka peluang terjadinya tumbukan efektif
semakin besar sehingga reaksi semakin v

cepat.
Contoh: serbuk besi lebih cepat bereaksi
M (konsentrasi)
dibandingkan dengan paku besi karena
luas bidang sentuh serbuk besi lebih luas
daripada paku besi. 3. Orde dua → laju reaksi berbanding lurus
dengan kuadrat perubahan konsentrasi.
D. Persamaan Laju Reaksi dan Jika konsentrasi diperbesar dua kali maka
Orde Reaksi laju reaksi berubah menjadi empat kali. Jika
konsentrasi diubah menjadi tiga kali maka
Persamaan laju reaksi menyatakan hubungan laju reaksi berubah menjadi sembilan kali.
antara laju reaksi dengan konsentrasi dan
v
orde reaksi.
Orde reaksi atau tingkat reaksi atau pangkat
konsentrasi adalah angka yang menunjukkan M (konsentrasi)
besarnya pengaruh konsentrasi terhadap laju
reaksi.

14
Bab 5
Kesetimbangan Kimia

A. Konsep Praktis 3. Kecepatan reaksi ke kanan dan ke


kiri sama.
a. Jenis Reaksi Berdasarkan Arahnya 4. Secara makroskopis tidak terjadi
1. Reaksi berkesudahan (irreversible) perubahan.
adalah reaksi yang hanya berjalan
searah ke kanan (ke arah produk),
B. Tetapan Kesetimbangan (K)
artinya produk yang terbentuk tidak
dapat kembali menjadi reaktan. a. Hukum Aksi Massa (Guldberg-Waage)
Contoh: NaOH + HCl g NaCl + H2O
2. Reaksi bolak-balik (reversible) adalah

reaksi yang berjalan dua arah ke kanan ”Pada suhu tertentu, kesetimbangan
(produk) dan ke kiri (reaktan), artinya suatu reaksi kimia berlaku perbandingan
produk yang terbentuk dapat kembali hasil kali antara konsentrasi produk dan
menjadi reaktan. reaktan dipangkatkan koefisien reaksi
g
f H +I masing-masing akan memberikan harga
Contoh: 2HI 2 2
yang konstan (K)”.
b. Kesetimbangan Kimia
• Keadaan setimbang: keadaan dimana g
f cR + dS + eT
Untuk reaksi: aP(s) + bQ(g) (aq) (g) (l)
pada reaksi reversible kecepatan
reaksi ke kanan (ke arah produk) sama 1. Tetapan kesetimbangan berdasarkan
dengan kecepatan reaksi ke kiri (ke arah konsentrasi (Kc)
reaktan). c d
R  S
• Kesetimbangan dinamis: secara mi­ Kc =
b
Q
kroskopis reaksi berjalan terus-menerus
kedua arah sehingga konsentrasi zat-zat Catatan: reaktan atau produk yang
senantiasa berubah-ubah. Namun, memengaruhi tetapan kesetimbangan
karena kecepatan ke kanan dan ke kiri adalah reaktan atau produk yang berfase
sama maka secara makroskopis reaksi atau berwujud larutan (aq) dan gas (g).
nampak berhenti dan konsentrasi zat-
2. Tetapan kesetimbangan berdasarkan te­kanan
zat tetap.
(Kp)
• Ciri-ciri reaksi setimbang, yaitu:
Kp = (PS )d
1. Reaksi dapat balik (reversible).
(PQ )b
2. Terjadi dalam ruang tertutup.

15
Catatan: reaktan atau produk yang meme­ 1. Suhu berubah
ngaruhi tetapan kesetimbangan gas adalah • Reaksi endoterm
reaktan atau produk yang berfase gas (g) Suhu naik g K makin besar
saja. Suhu turun g K makin kecil
b. Cara Praktis Menyelesaikan Soal • Reaksi eksoterm
Kesetimbangan (K) Suhu naik g K makin kecil
Suhu turun g K makin besar
1. Buat tabel seperti berikut:
g 2. Persamaan reaksi berubah
A + B
f C + D
• Jika persamaan reaksi dibalik g har­ga K'
m
=1
r K
s • Jika koefisien dikalikan n g harga K' = Kn
• Jika dua persamaan reaksi dijumlahkan
2. Isi tabel g harga K' =K1 x K2
m = konsentrasi mula-mula zat yang
direaksikan C. Pergeseran Kesetimbangan
r = konsentrasi zat yang bereaksi g sesuai
perbandingan koefisien reaksi Azas Le Chatelier:
s = jumlah zat yang sisa (setimbang) “Jika ke dalam suatu sistem kesetimbangan diadakan
gangguan/aksi maka sistem akan melakukan
Sebelah kiri tanda panah: s = m – r pergeseran sedemikian rupa agar pengaruh aksi
Sebelah kanan tanda panah: s = m + r tersebut menjadi seminimal mungkin”.
3. Masukan data s ke rumus, tapi perhatikan
Faktor Perlakuan Arah Pergeseran
satuannya, mol atau konsentrasi? Jika masih
Konsentrasi Diperbesar ke arah yang tidak
mol bagi dulu dengan volume baru ke rumus diperbesar
Kc atau ubah menjadi tekanan parsial jika Diperkecil ke arah yang diperkecil
menghitung Kp. Suhu Dinaikkan ke arah endoterm (∆H= +)
Diturunkan ke arah eksoterm (∆H= −)
c. Hubungan Kc dengan Kp
Volume Diperbesar ke arah koefisien besar
Kp = Kc . (R.T) Dn Diperkecil ke arah koefisien kecil
Tekanan Diperbesar ke arah koefisien kecil
Diperkecil ke arah koefisien besar
∆n = jumlah koefisien kanan – jumlah koefisien
kiri
Perhatikan: D. Derajat Disosiasi ( α)
koefisien kanan > kiri (∆n = +) g Kp > Kc
Derajat disosiasi (α) adalah banyaknya zat yang
kanan = kiri (∆n = 0) g Kp = Kc
terurai dibandingkan dengan jumlah zat mula-mula.
kanan < kiri (∆n = –) g Kp < Kc
Rumus:
d. Perubahan Harga K
α= r
m
Harga K tidak berubah selama suhu dan
persamaan reaksi tidak berubah. Harga K
Keterangan:
dapat berubah bila:
r = jumlah zat yang terurai
m = jumlah zat mula-mula
16
Bab 6
Termokomia

A. Beberapa Konsep Praktis DH = Hproduk – Hreaktan → DH = > 0

 Termokimia adalah pokok bahasan kimia


2. Reaksi eksoterm
yang mempelajari tentang perubahan energi
• Yaitu, reaksi yang menghasilkan panas,
yang menyertai reaksi-reaksi kimia.
artinya energi panas dari sistem
 Sistem → segala sesuatu yang menjadi objek
dikeluarkan ke lingkungan.
pengamatan.
 Lingkungan → segala sesuatu yang ada di • ∆H bernilai positif (–).
sekitar sistem. • Suhu dalam sistem naik.
 Batas → yang membatasi sistem dan • Grafik entalpi (∆H).
lingkungan. Dalam kimia, batas ada dua jenis,
∆H
yaitu:
reaktan
1. Batas adiabatis → tidak menyebabkan
perpindahan panas, misal dinding termos. produk
2. Batas diatermal → menyebabkan
perpindahan panas, misal bejana.
 Entalpi/heat content (H) → jumlah energi
DH = Hproduk – Hreaktan → DH = < 0
yang dikandung dalam suatu zat.
 Entalpi tidak bisa diukur, yang dapat diukur
adalah perubahannya (∆H). B. Macam-macam Perubahan
 Jenis reaksi menurut termokimia, yaitu:
Entalpi (∆ H)
1. Reaksi endoterm
• Yaitu, reaksi yang menyerap panas, 1. Perubahan entalpi pembentukan (∆Hf) →
artinya energi panas dari lingkungan perubahan entalpi pada pembentukan satu
masuk ke dalam sistem. mol senyawa dari unsur-unsurnya.
• ∆H bernilai positif (+). Pb(s)+ S(s)+ 2O2(g) → PbSO4(s) ∆Hf = –920,1 kJ
• Suhu dalam sistem turun. unsur-unsur 1 mol
• Grafik entalpi (∆H). 2. Perubahan entalpi penguraian (∆H d) →
∆H perubahan entalpi pada penguraian satu mol
produk senyawa dari unsur-unsurnya.
PbSO4(s) → Pb(s)+ S(s)+ 2O2(g) ∆Hd = 920,1 kJ
reaktan
1 mol unsur-unsur

17
3. Perubahan entalpi pembakaran (∆H c ) Contoh soal:
→ perubahan entalpi pada pembakaran Diketahui energi ikatan:
1 mol suatu unsur/senyawa dengan oksigen. C–F = 439 kJ.mol-1 F–F = 159 kJ.mol-1
C6H6(l)+ O2(g) → 6CO2(g)+ 3H2O(g) ∆Hc = –3.271 kJ C–Cl = 330 kJ.mol-1 Cl–Cl = 243 kJ.mol-1
1 mol
Cl F
4. Perubahan entalphi netralisasi (∆H n) → │ │
Cl C F + F F → F C F + Cl Cl
Perubahan entalpi pada reaksi asam dengan │ │
basa untuk menghasilkan 1 mol air. F F
HCl + NaOH → NaCl + H2O ∆Hn = –54,6 kJ
Entalpi untuk reaksi di atas adalah ....
5. Perubahan entalpi reaksi (∆Hr) → Perubahan Penyelesaian:
entalpi pada reaksi kimia secara umum.
∆H = ∑ H reaktan − ∑ H produk
IK f f
C. Menghitung Perubahan = (2C–Cl + 2C–F + F–F) – (4C–F + Cl–Cl)
Entalpi = [2(330) +2(439) +159] – 4(439) +243
= –302 kJ
1. Berdasarkan data entalpi pembentukan
(∆Hf)
3. Berdasarkan diagram/grafik

∆H = ∑ H produk − ∑ H reaktan
Hukum Hess
f f f Harga entalpi reaksi (∆H) tidak bergantung
jalannya reaksi, namun bergantung pada
Contoh soal: keadaan awal dan akhir reaksi (∆H reaksi
Diketahui: yang berlangsung 1 tahap sama dengan
Kalor pembakaran siklopropana (CH2)3 = –a ∆H yang berlangsung beberapa tahap, asal
kJ/mol keadaan awal dan akhirnya sama).
Kalor pembentukan CO2 = –b kJ/mol Contoh soal:
Kalor pembentukan H2O = –c kJ/mol Perhatikan diagram tingkat energi di bawah
Maka, kalor pembentukan siklopropana ini!
dalam kJ/mol ialah ... C(s) + O2(g)
Penyelesaian:
∆H1
Reaksi pembakaran siklopropana: CO(g) + 1
O2(g)
2 ∆H3
(CH2)3 + 9/2 O2 → 3CO2 + 3H2O
∆H2
CO2(g)
∆Hr = ∆Hf (kanan) – ∆Hf (kiri)
∆Hr = ∆Hf(3CO2 + 3H2O) - ∆Hf (CH2)3 Berdasarkan diagram di atas, hubungan
–a = –3b –3c – ∆Hf (CH2)3 antara ∆H1, ∆H2, dan ∆H3 yang benar adalah
....
∆Hf (CH2)3 = –3b –3c + a
= a – 3b – 3c Penyelesaian:
Berdasarkan Hukum Hess: besarnya ∆H
2. Berdasarkan energi ikatan (EIk)
pembentukan CO2 melalui satu tahap reaksi

sama dengan yang melalui dua atau lebih tahap
∆H = ∑ H reaktan − ∑ H produk
IK f f reaksi asal keadaan awal dan akhirnya sama.
∆H3 = ∆H1 + ∆H2

18
4. Menyusun reaksi 5. Dengan menggunakan rumus
Susunlah reaksi yang diketahui agar posisinya Contoh soal:
sama dengan reaksi yang ditanyakan. Jika Diketahui kapasitas panas (C) : q = C.∆T
reaksi dibalik maka tanda ∆H menjadi Diketahui Kalor Jenis (c) : q = m.c.∆T
berlawanan. m = massa, ∆T = perubahan suhu
Contoh soal: Reaksi endoterm : ∆H = + q
Diketahui beberapa persamaan termo- Reaksi eksoterm : ∆H = – q
kimia sebagai berikut: Jika 100 ml larutan NaOH 1 M direaksikan
C2H4 + H2 → C2H6 ∆H = – 140 kJ dengan 100 ml HCl 1 M dalam sebuah bejana,
2H2 + O2 → 2H2O ∆H = – 570 kJ ternyata suhu larutan naik dari 29oC menjadi
2C2H6 +7O2 → 4CO2 + 6H2O ∆H = – 3.130 kJ 37,5 oC. Jika larutan dianggap sama dengan
Entalpi pembakaran C2H4 adalah …. air, kalor jenis air 4,2 J.g-1K-1, massa jenis air
Penyelesaian: = 1 gr cm-3 maka ∆H netralisasi adalah...
Reaksi yang ditanyakan: pembakaran C2H4 Penyelesaian:
C2H4 + 3O2 → 2CO2 + 2H2O ∆H = ? NaOH + HCl g NaCl + H2O
C2H4 + H2 → C2H6 mol H2O = mol NaOH = 100 ml x 1 M
H2O → H2 + (1/2)O2 = 100 mmol = 0,1 mol
3 2
C2H6 + (3/2)→ 2CO2 + 3H2O q = m.c.∆T
+ n
C2H4 + 3O2 → 2CO2 + 2H2O 200 x 4,2 x 8,5
=
Reaksi 1 tetap g ∆H = – 140 0,1

Reaksi 2 dibalik x → ∆H =x 570 = 285 = 71.400 J mol-1

Reaksi 3 tidak dibalik x → ∆H = 71,4 kJ mol-1


= (–3.130) = –1.565 Suhu naik → eksoterm → ∆H bernilai
∆Hr = –140 + 285 – 1.565 = – 1.420 negatif
∆H = -71,4 kJ mol-1

19
Bab 7
Larutan

A. Konsep Mol Data Rumus

Gram zat terlarut = t t


1. Molaritas (M) bpj = x 106
Total bagian = tot tot
Molaritas adalah banyaknya mol zat terlarut
dalam setiap 1 liter (1.000 ml) larutan. 5. Persen Massa Zat Terlarut (% b/b)

Data Rumus
Bagian massa terlarut dalam setiap 100
bagian larutan.
Gram zat terlarut = gr gr 1.000
M= x Data Rumus
Volume larutan = V Mr V
Massa terlarut = t mt
%w/w = x 100%
Persen zat terlarut = % % . 10 . ρ Massa pelarut = p mt + mp
M=
Massa jenis larutan = ρ Mr
6. Pencampuran dan Pengenceran
2. Molalitas (m)
Pencampuran, yaitu menyampurkan dua
Molalitas adalah banyaknya mol zat terlarut larutan yang memiliki konsentrasi larutan
dalam setiap 1 kg (1.000 gram) pelarut. yang berbeda sehingga jumlah zat terlarut
Data Rumus mau pelarut mengalami perubahan.
Gram zat terlarut = gr gr 1.000 Pengenceran berarti hanya mengubah
m= x
Gram zat pelarut = p Mr P jumlah pelarut, namun tidak mengubah
Persen zat terlarut = % % 1.000 jumlah zat terlarut.
m= x
Massa jenis larutan = ρ Mr (100 − %) Data Rumus
Pengenceran M1 . V1 = M2 . V2
3. Fraksi mol zat terlarut (Xt)
Pencampuran M1 V1 + M2 V2
Fraksi mol zat terlarut adalah perbandingan Mcamp =
Larutan Sejenis V1 + V2
mol terlarut dengan jumlah mol semua
komponen larutan (pelarut + terlarut).
Data Rumus B. Larutan Elektrolit dan
Gram zat terlarut = t
nt Non-elektrolit
nt =
Gram zat pelarut = p nt + np a. Larutan Elektrolit
% . 10 . ρ Yaitu, larutan yang mampu menghantarkan
Persen zat terlarut = % M=
Mr arus listrik. Larutan ini mampu
menghantarkan arus listrik karena dalam
4. Bagian Per Sejuta (bpj)
larutan elektrolit terdapat ion atau elektron
Bagian massa terlarut dalam setiap satu juta yang bergerak bebas yang berasal dari
bagian massa larutan. senyawa dalam larutan.

20
Larutan elektrolit sendiri dibagi menjadi dua, b. Larutan Non-elektrolit
yaitu: Ya i t u , l a r u t a n y a n g t i d a k m a m p u
1. Elektrolit kuat, yaitu larutan yang menghantarkan arus listrik.
sangat mudah menghantar daya/arus Ciri-cirinya:
listrik yang tinggi. • Di dalam air, tidak terionisasi (α = 0), tidak
Ciri-cirinya: mampu menghantarkan arus listrik.
• Di dalam air, terionisasi sempurna • Dalam eksperimen: lampu tidak
(α = 1), daya hantar listrik kuat. menyala dan tidak timbul banyak
gelembung gas.
• Dalam eksperimen: lampu
menyala terang dan timbul banyak
gelembung gas.
Contoh

Contoh • Senyawa-senyawa kovalen nonpolar,


seperti urea (CO(NH 2 ) 2 ), glukosa
(C6H12O6), benzena (C6H6), eter (C2H6O).
• Asam kuat: HCl, HBr, HI, HNO3,
H2SO4, HClO4
• Basa kuat: NaOH, KOH, RbOH, C. Sifat Koligatif Larutan
Ca(OH)2, Sr(OH)2, dan Ba(OH)2
Sifat koligatif larutan adalah sifat larutan yang
• Hampir semua garam: NaNO 3,
hanya ditentukan oleh jumlah partikel zat terlarut,
CaBr2, NH4Cl, dan lain-lain.
bukan oleh jenis zat terlarut. Terdapat empat
macam sifat koligatif, yaitu:
2. Elektrolit lemah, yaitu larutan yang
No Sifat Koligatif Rumus Keterangan
sedikit mampu untuk menghantarkan
Kenaikan titik Kb = tetapan titik
arus/daya listrik berdaya rendah. 1
didih (∆Tb)
∆Tb = Kb x m
didih molal pelarut
Ciri-cirinya: Penurunan titik Kf = tetapan titik
2 ∆Tf = Kf x m
• Di dalam air, terionisasi sebagian (0 beku (∆Tf) beku molal pelarut

< α < 1), daya hantar listrik lemah. Penurunan Po = tekanan uap
3 ∆P = Po x Xt
tekanan uap (∆P) pelarut murni
• D a l a m e k s p e r i m e n : l a m p u
R = 0,082 L.atm/
menyala redup dan timbul sedikit Tekanan
4 π=MxRxT mol.K
osmotik (π)
gelembung gas. T = suhu (K)
Untuk larutan elektrolit dikalikan dengan faktor Vant Hoff (i)
elektrolit kuat g i = n (jumlah ion)
elektrolit lemah g i = [1 + (n-1)α]
Contoh α = derajat ionisasi
m = molalitas

• Asam lemah: HF, H2CO3, CH3COOH, D. Teori Asam-Basa


H2S, H3PO4.
1. Teori Arrhenius
• Basa lemah: Fe(OH) 3 , Al(OH) 3 ,
NH4OH. Asam → zat yang dalam pelarut air melepas
ion H+.
• Garam-garam merkuri (Hg+2)
Contoh:
HCl(g) → H+(aq) + Cl–(aq)

21
H2SO4(l) → 2H+(aq) + SO4–2(aq) Basa kuat
Contoh: NaOH, KOH, Ca(OH) 2, Sr(OH) 2,
Basa → zat yang dalam pelarut air melepas OH–.
Ba(OH)2
Contoh:
NaOH(s) → Na+(aq) + OH–(aq)
[ OH- ] = M x Val
Ca(OH)2(s) → Ca+(aq) + 2OH–(aq)

2. Teori Bronsted Lowry Asam lemah


Asam → pendonor proton (H ) + Contoh: HF, H2CO3, H2S, H3PO4, CH3COOH.
Basa → akseptor proton (H+)
[ H+ ] = Ka × M atau [ H+ ] = α x M
Contoh:
HCl + H2O → Cl– + H3O+
Ingat! Ka = α2 x M
asam1 basa1 basa2 asam2
Pada reaksi ke kanan: HCl memberi H + Basa lemah
kepada H2O menjadi H3O+. Contoh: NH4OH, Mg(OH)2, Al(OH)3, Fe(OH)3
Pada reaksi ke kiri: H3O+ memberi H+ kepada
Cl– menjadi HCl. [ H+ ] = K ×M
b atau [ OH-] = α x M

3. Teori Lewis Ingat! Kb = α2 x M


Asam g akseptor pasangan elektron bebas.
2. pH Larutan Garam
Basa g pendonor pasangan elektron bebas.
Contoh: NH3 + BF3 → NH3BF3 Garam adalah hasil reaksi antara asam
dengan basa.
H F
• Garam dari reaksi: Basa Kuat + Asam
H N B F Kuat

Contoh: NaCl, K2SO4
H F

pH garam = netral (pH = 7)
NH3 memberi pasangan elektron kepada BF3
Sifat hidrolisis = tidak terhidrolisis
maka NH3 disebut basa dan BF3 disebut asam.
• Garam dari reaksi: Basa Lemah + Asam Kuat
E. Derajat Keasaman (pH) Contoh: NH4Cl
Larutan
pH garam = pH asam (pH < 7)

pH = – log [H+] H+ = K w × [MG ]


Kb
pOH = – log [OH−]
pH + pOH = 14 Sifat hidrolisis = terhidrolisis sebagian
Air: [H+] = [OH−] = 10–7 g pH = 7 • Garam dari reaksi: Basa Kuat + Asam
Larutan asam: [H ] > 10 g pH < 7
+ –7
Lemah
Larutan basa: [H+] < 10–7 g pH > 7 Contoh: CH3COONa
1. pH Larutan Asam dan Basa
pH garam = pH basa (pH > 7)
Asam kuat
H+ = K w × [MG ]
Contoh: HNO3, H2SO4, HClO4, HCl, HBr, HI. Ka

[ H+ ] = M x Val Sifat hidrolisis = terhidrolisis sebagian

22
• Garam dari reaksi: Basa Lemah + Asam Hasil kali kelarutan/konstanta solubility product
Lemah (Ksp) adalah hasil kali konsentrasi ion-ion elektrolit
Contoh: CH3COONH4 larutan jenuh dipangkatkan koefisien reaksinya.
g
pH garam bersifat: AxBy(s) f xA+y(aq) + yB−x(aq)

- Asam (pH < 7) jika Ka>Kb s xs ys
- Basa (pH > 7) jika Kb>Ka Ksp = [A ] . [B ]
+y -x y

- Netral (pH = 7) jika Ka=Kb Ksp = (xs)x . (ys)y


Kw Ksp = xxsx . yysy

H+ = × Ka
Kb
Ksp = xxyy (s)x+y
Sifat hidrolisis = terhidrolisis total


3. pH Larutan Buffer/Penyangga Ksp
s= x+y
xx yy
Yaitu, campuran asam lemah dengan

garamnya atau basa lemah dengan garamnya. Meramal Pengendapan


Fungsi larutan buffer adalah untuk mem­ Untuk reaksi:
pertahankan nilai pH suatu larutan. Artinya, g
f AxBy(s)
xA+y(aq) + yB−x(aq)
jika larutan ditambah sedikit asam, basa,
atau diencerkan maka pH praktis tidak Q = [A+y]x . [ B−x]y
berubah.
• Asam lemah + garam (basa konjugasinya) Catatan
Contoh: CH3COOH + CH3COONa Jika Q < Ksp : belum jenuh (belum
Larutan buffer yang terbentuk akan mengendap)
bersifat asam Jika Q = Ksp : tepat jenuh (siap mengendap)
(pH < 7). Jika Q > Ksp : lewat jenuh (sudah
mol AL mengendap)
H+ = Ka x
mol G x val

• Basa lemah + garam (asam konjugasinya)


Pengaruh ion sejenis
Contoh: NH4OH + NH4Cl
”Jika suatu elektrolit dilarutkan dalam larutan lain
Larutan buffer yang terbentuk akan
yang mengandung ion sejenis maka kelarutannya
bersifat basa
(s) akan menjadi lebih kecil”.
(pH > 7).
H+ = Kb x mol BL Ksp
mol G x val
s=
[ion sejenis] indeks

F. Kelarutan dan Hasil Kali Hubungan Ksp dengan pH:


Kelarutan
Kelarutan/solubility (s) adalah jumlah (mol atau 1 x +1
Ksp = OH− 
x
berat) zat maksimal yang dapat larut dalam
sejumlah tertentu pelarut dalam suatu larutan
jenuh.
Satuan: mol/liter (M) atau gram/liter.
23
Bab 8
Reaksi Redoks
& Elektrokimia
A. Konsep Praktis Redoks 2. Bilangan oksidasi pada senyawa
• Jumlah biloks unsur-unsur bernilai = 0
a. Pengertian Reduksi dan Oksidasi H3PO4 → H+ + (PO4)3–
1. Reduksi : reaksi pelepasan oksigen (O). 3 biloks H + biloks P + 4 biloks O = 0
Oksidasi : reaksi pengikatan oksigen (O). Biloks H = +1 ; O = –2 ; P = +5
Ca + CuO → CaO + Cu Senyawa H3PO4= 3 (1) + 5 + [4 x
(–2)] = 0
CuO melepas O menjadi Cu (reduksi).
• Biloks H = 1, kecuali pada hidrida
Ca mengikat O menjadi CaO (oksidasi).
logam biloks H = –1 (contoh: KH,
2. Reduksi : reaksi pengikatan hidrogen (H). CaH2).
Oksidasi : reaksi pelepasan hidrogen (H). • Biloks O = –2, kecuali pada senyawa
CH3CHO + H2 → CH3CH2OH (reduksi) peroksida (misal: H2O2) biloks O =
CH3CH2OH g CH3CHO + H2 (oksidasi) –1, senyawa superoksida (misal:
H2 diikat oleh CH3CHO menjadi RbO2) biloks O = –, senyawa OF2
CH3CH2OH (reduksi). dengan biloks O = +2.
CH3CH2OH melepaskan H2 menjadi • Biloks F = –1.
CH3CHO (oksidasi). • Biloks logam gol IA = +1, IIA = +2,
3. Reduksi : reaksi pengikatan elektron. IIIA = +3.
Oksidasi : reaksi pelepasan elektron. 3. Biloks ion sama dengan muatannya
Cu g Cu2+ + 2e (oksidasi) Dalam ion Cu+2 → biloks Cu = +2
Cl2 + 2e g 2Cl– (reduksi) Dalam SO4–2→ biloks S = + 4 biloks O = –2

4. Reduksi : reaksi penurunan biloks. c. Reduktor-Oksidator


Oksidasi : reaksi peningkatan biloks.  Reduktor (pereduksi) → zat yang
2Fe + 3O2 g Fe2O3 (oksidasi) menyebabkan zat lain mengalami reduksi,
sedangkan dirinya sendiri mengalami oksidasi.
0 0 +3 –2
 Oksidator (pengoksidasi) → zat yang
Biloks Fe naik dari 0 menjadi +3 (oksidasi). menyebabkan zat lain mengalami oksidasi,
Biloks Fe turun dari 0 menjadi –2 (reduksi). sedangkan dirinya sendiri mengalami reduksi.
b. Konsep Bilangan Oksidasi (Biloks/BO) Contoh: F2 + 2Cl− g 2F− + Cl2
1. Bilangan oksidasi unsur bernilai = 0 Biloks → 0 -1 -1 0
Contoh: Cu, Fe, N2, O2, dan sebagainya.

24
F2 : mengalami reduksi (oksidator) 2. Fe2+ + MnO4− → Fe3+ + Mn2+ (asam)
Cl− : mengalami oksidasi (reduktor)
F− : hasil reduksi 2 7 3 2
+1 −5
Cl2 : hasil oksidasi
Agar setara maka reaksi oksidasi (mengalami
B. Menyetarakan Reaksi kenaikan biloks) dikali 5, sedangkan reaksi
Redoks reduksi (mengalami penurunan biloks) dikali
1. Sehingga reaksinya menjadi:
a. Cara Bilangan Oksidasi
5Fe2+ + MnO4− → 5Fe3+ + Mn2+
1. Tulis reaksi, tentukan yang biloks zat
(∑ unsur O = 4) (∑ unsur O = 0)
yang berubah.
2. Samakan jumlah atom kiri dan kanan Suasana asam: tambah H 2O pada ruas
(yang mengalami perubahan biloks saja) yang kurang O, tambah H+ pada ruas lain.
Sehingga reaksinya menjadi:
3. Tentukan perubahan biloks dan sama-
kan (kali silang). 5Fe2+ + MnO4− + 8H+ → 5Fe3+ + Mn2+ + 4H2O

4. Tulis ulang reaksi dengan koefisien b. Cara Setengah Reaksi


reaksinya. 1. Tulislah reaksi oksidasi dan reduksinya
5. Samakan jumlah O dan H kiri dengan secara terpisah dalam bentuk ion-ion.
kanan dengan cara: 2. Samakan jumlah atom kiri dan kanan
Suasana asam: tambah H2O pada ruas (yang mengalami perubahan biloks
yang kurang O, tambah H+ pada ruas saja).
lain. 3. Samakan jumlah O dan H kiri dengan
Suasana basa: tambah H2O pada ruas kanan dengan cara:
yang kelebihan O, tambah OH− pada Suasana asam: tambah H2O pada ruas
ruas lain yang kurang O, tambah H+ pada ruas
6. Sempurnakan reaksi dan cek. lain.

Contoh: Suasana basa: tambah H2O pada ruas


yang kelebihan O, tambah OH− pada
1. MnO4− + SO32− → MnO2 + SO42− (basa)
ruas lain.
7 4 4 6 4. Samakan jumlah muatan kiri dan kanan
−3 +2 dengan menambahkan elektron.
Agar setara maka reaksi reduksi (mengalami 5. Kali silang elektron terlibat dan pakai
penurunan biloks) dikali 2, sedangkan reaksi sebagai koefisien.
oksidasi (mengalami kenaikan biloks) dikali 6. Jumlahkan
3. Sehingga reaksinya menjadi:
Contoh:
2MnO4− + 3SO32− → 2MnO2 + 3SO42− 1. MnO-4 + SO3 → MnO2 + SO4
-2 -2
(basa)
( ∑ unsur
unsurOO==1717) ( ∑ unsur
unsurOO==1716)
-
Pada reaksi: MnO4 → MnO2
Suasana basa: tambah H2O pada ruas yang Biloks Mn: ruas kiri = 7; ruas kanan = 4
kelebihan O (ruas kiri), tambah OH− pada ∑ unsur O: ruas kiri = 4 ; ruas kanan = 2
ruas lain (ruas kanan). Sehingga reaksinya
-2 -2
menjadi: Pada reaksi: SO3 → SO4
Biloks S: ruas kiri = 4; ruas kanan = 6
2MnO4− + 3SO32− + H2O → 2MnO2 + 3SO + 2OH−
∑ unsur O: ruas kiri = 3 ; ruas kanan = 4
25
Berdasarkan langkah nomor 3—5 maka: Contoh:
- Zn + Cu2+→ Zn2+ + Cu
MnO4 + 2H2O + 3e → MnO2 + 4OH− x2
Cd + Fe2+ →
-2 -2
SO3 + 2OH− → SO4 + H2O + 2e x3

2MnO-4 + 3SO3 + H2O → 2MnO2 + 3SO4 + 2OH−


-2 -2 D. Sel Volta atau Galvani
2. Fe2+ + MnO → Fe3+ + Mn2+ (asam)  Percobaan elektrokimia pada sel Volta atau
Galvani adalah percobaan untuk mengubah
Pada reaksi: Fe2+ → Fe3+ (asam)
energi kimia menjadi energi listrik.
Biloks Fe: ruas kiri = 2; ruas kanan = 3
 Elektrode ⇒ KAPAN : Katode g Positif (+),
Pada reaksi: MnO→ Mn2+ (asam)
Anode g Negatif (–)
Biloks Mn: ruas kiri = 7; ruas kanan = 2
xunsur O: ruas kiri = 4 ; ruas kanan = 0  Reaksi ⇒ Katode g reduksi,
Anode g oksidasi
Berdasarkan langkah nomor 3—5 maka:
 E sel = E katode – Eoanode
o
Fe2+ → Fe3+ + 1e x5
- Harga E sel g jika positif (+) maka reaksi
MnO4 + 8H + 5e → Mn + 4H2O
+ 2+
x1
berlangsung spontan dan menghasilkan
5Fe2+ + MnO4- + 8H+→ 5Fe3+ + Mn2+ + 4H2O
ener­gi listrik.
Contoh:
C. Potensial Reduksi (E o ) Elektrode : tembaga (EoCu = 0,34 volt)
seng (EoZn = – 0,76 volt)
 Potensial reduksi (E o) adalah besarnya Elektrolit : larutan CuSO4 dan ZnSO4
potensial listrik yang dihasilkan pada suatu
V
peristiwa penangkapan elektron (reaksi Cu(+) (–)Zn
reduksi).
 Jika potensial reduksi (E o) suatu unsur Zn2+ + SO4
-2

semakin besar maka unsur tersebut


akan semakin mudah mengalami reaksi Reaksi sel:
reduksi. Sebaliknya, semakin kecil potensial Anode (-) : Zn(s) → Zn2+(aq) + 2e
reduksinya maka akan semakin mudah Katode (+) : Cu2+(aq) + 2e → Cu(s)
mengalami reaksi oksidasi.
Zn(s) + Cu2+(aq) → Zn2+(aq + Cu(s)
 Deret Volta:
Eosel = EoCu – EoZn
K-Ba-Ca-Na-Mg-Al-Mn-(H2O)-Zn-Cr-Fe-Cd-
= 0,34 – (– 0,76 ) = 1,1 volt
Co-Ni-Sn-Pb-(H)-Sb-Bi-Cu-Hg-Ag-Pt-Au
Notasi sel : Zn(s)Zn2+(aq)Cu2+(aq)Cu(s)
 Contoh sel volta yang lain: batere dan aki.

Dari kiri ke kanan harga Eo semakin
besar (semakin mudah direduksi). Dari
kanan ke kiri semakin mudah dioksidasi
E. Korosi

(semakin aktif). Unsur logam sebelah  Korosi (perkaratan logam) adalah suatu
kiri dapat mereduksi kation logam reaksi oksidasi terhadap logam oleh oksigen
sebelah kanan. dari udara.
 Besi yang diperjualbelikan di pasaran
bukanlah besi murni, namun dicampur

26
dengan unsur karbon. Biasanya, kadar Reaksinya, yaitu:
karbon pada besi tidak merata, ada bagian 2H2O(l) +2e → H2(g) +2OH−(aq)
tertentu yang kadarnya tinggi, namun di Sedangkan, untuk kation dari unsur yang lain
bagian lain kadarnya rendah. dapat direduksi menjadi logamnya.
 Proses korosi bisa dianggap sebagai proses Contoh:
elektrokimia, bagian besi dengan kadar Zn+2(aq) + 2e → Zn(s)
karbon rendah akan bertindak sebagai Cu+2(aq) + 2e → Cu(s)
anode, sedangkan bagian yang kadar
karbonnya tinggi bertindak sebagai katode. Di Anode (+) → terjadi reaksi oksidasi
• Elektrode = tidak inert (selain Pt, C, Au) g
Anode : Fe → Fe2+ + 2e x2
– anode dioksidasi.
Katode : O2 + 2H2O + 4e → 4OH x1
Contoh:
2Fe + O2 + 2H2O → 2Fe(OH)2 Zn(s) → Zn+2(aq) + 2e
2Fe(OH)2 + O2 + H2O → Fe2O3.nH2O Cu(s) → Cu+2(aq) + 2e
(karat) • Elektrode = inert (Pt, C, dan Au) g perhatikan
anion terlebih dahulu:
F. Sel Elektrolisis Anion = F−, Cl−, Br−, I−, OH− → teroksidasi
Reaksinya:

2Cl−(aq) → Cl2(g) + 2e

4OH−(aq)→ 2H2O(l) + O2
(−) Katode
Anode (+)

_2 _
Anion = oksi (SO4 , NO3, dan seterusnya) → tidak
teroksidasi, yang dioksidasi air. Reaksinya:
2H2O(l) → O2(g) + 4H+(aq) + 4e
 Kebalikan dari sel Volta/Galvani, sel
elektrolisis merupakan proses elektrokimia G. Hukum Faraday
yang mengubah energi listrik menjadi energi
Hukum Faraday I → ”Jumlah zat yang diendapkan
kimia.
atau melarut di elektrode berbanding lurus
 Elektrode ⇒ KNAP: dengan jumlah arus listrik yang mengalir pada
Katode → kutub Negatif (–) elektrolit.”
Anode → kutub Positif (+)
 Reaksi: Ar ixt
W = e.F atau W = x
val 96.500
⇒ Ka-Red: Katode → reaksi Reduksi;
⇒ An-Oks: Anode → reaksi Oksidasi
 Reaksi pada Sel Elektrolisis.
Hukum Faraday II → ”Jika beberapa larutan
Di Katode (–) → terjadi reaksi reduksi dielektrolisis dengan arus listrik yang sama maka
1. Elektrolit = leburan → kation apa saja dapat massa zat yang dihasilkan berbanding lurus
direduksi. dengan massa ekivalen zat-zat tersebut.”
2. Elektrolit = larutan → perhatikan kation.
Bila kation berasal dari golongan unsur IA, W1 : W2 = e1 : e2
IIA, Al, Mn tidak dapat direduksi maka yang
direduksi air.

27
Bab 9
Kimia Unsur

A. Gas Mulia (VIIIA) 3. Kestabilan semakin berkurang.


4. Kereaktifan semakin bertambah (He,
a. Unsur-unsur Gas Mulia dan Sifat-sifatnya Ne, Ar belum ditemukan senyawanya.
Unsur Lambang Sedangkan, Kr, Xe, Rn sudah ditemukan
4
Helium 2
He dalam bentuk senyawanya).

Neon
20
Ne
5. Kelarutan semakin bertambah (He, Ne
10
praktis larut dalam air, sedangkan Ar,
40
Argon 18
Ar Kr, Xe, Rn larut dalam air karena ukuran
84 atomnya semakin besar).
Kripton 36
Kr
131 b. Cara Memperoleh Gas Mulia
Xenon 54
Xe
1. He, Ne, Ar, Kr, Xe → destilasi dari udara
222
Radon 86
Rn cair.
2. He → pemisahan dari gas alam
Sifat-sifat umum:
3. Rn dan He → peluruhan unsur radium
1. Tak berwarna, tak berbau, tak berasa,
(Ra)
sedikit larut dalam air.
2. Konfigurasi elektron stabil sehingga c. Penggunaan Gas Mulia
sangat sukar bereaksi. 1. He:
3. Energi ionisasi sangat tinggi. - Pengisi balon udara.
4. Di alam selalu dalam keadaan bebas - Dicampur dengan O2 untuk per-
(gas monoatomik). napasan buatan para penyelam.
- Sebagai pendingin untuk suhu
5. Semua gas mulia terdapat di atmosfer,
mendekati 0 K.
kecuali Radon (Rn) yang merupakan
unsur radioaktif yang terdapat pada 2. Ne, Ar, Kr, Xe untuk mengisi lampu
rongga batuan uranium. tabung, lampu reklame, dan pendingin
pada reaktor nuklir.
6. Gas mulia di alam paling banyak adalah
He, sedangkan paling sedikit adalah Rn 3. Xe untuk obat bius, sedangkan senyawa
karena merupakan unsur radioaktif. Xe dan oksigen (XeO 3 dan XeO 4 )
merupakan oksidator kuat.
Unsur gas alam dari atas ke bawah:
4. Rn digunakan untuk terapi kanker
1. Jari-jari atom semakin besar. karena Rn bersifat radioaktif.
2. Energi ionisasi semakin kecil.

28
B. Halogen (VIIA) Biloks Senyawa
+1 ClF, BrCl
a. Unsur-unsur Halogen +3 BrF3, ICl3
Halogen merupakan unsur pembentuk +5 ClF5, IF5
garam. Unsur-unsur halogen bersifat +7 IF7, IBr7
elektronegatif dan mudah bereaksi dengan
c. Cara Pembuatan Halogen
unsur elektropositif untuk membentuk
1. Di industri
senyawa garam.
Proses Pembuatan
Wujud dan
Unsur Sumber
Warna Proses Moissan: Elektrolisis campuran
F2
Fluor Gas, kuning muda Fluorspar (CaF2), HF dan KHF2 cair.
(9F) kriolit(Na2AlF6)
Cl2 Proses Downs : Elektrolisis leburan
Klor Gas, hijau Dari air laut dalam NaCl
(17Cl) kekuningan bentuk NaCl, KCl, Proses Gibbs : Elektrolisis larutan
MgCl, CaCl2 NaCl
Proses Deacon : 4HCl + O2 g 2H2O +
Brom Cairan, merah Dari air laut dalam 2Cl2
(35Br) kecokelatan bentuk NaBr, KBr,
Br2 Mengoksidasi ion bromida yang
MgBr terdapat dalam air laut dengan klorin.
Iod Padat, ungu Dari air laut dalam Reaksinya:
(53 I) bentuk NaI, KI, MgI2 Cl2(g) + 2Br−(aq) g 2Cl−(aq) + Br2(l)
I2 Mengoksidasi ion iodida yang
b. Sifat-sifat Unsur Halogen terdapat dalam air laut dengan klorin.
1. Sifat-sifat periodik Reaksinya:
Cl2(g) + 2I−(aq) g I2(aq) + 2Cl−(l)
Dari atas ke bawah Dari atas ke bawah
semakin besar semakin kecil 2. Di laboratorium
• Jari-jari atom • Energi ionisasi • Memanaskan campuran garam
• Berat jenis • Kelektronegatifan
halida dan MnO2 dalam suasana
• Titik didih • Sifat oksidator
• Kereaktifan asam (X = unsur halogen).
Reaksinya:
2. Reaksi pendesakan
2NaX + MnO2 + 3H2SO4 → 2NaHSO4
Unsur halogen yang di atas dapat + MnSO4 + 2H2O + X2
mengoksidasi/mendesak ion halida
• Mereaksikan asam halogen pekat
yang ada di bawahnya:
dengan KMnO4 (X = unsur halogen):
• F2 + KBr → KF + Br
• Br2 + NaCl → 2KMnO4 + 16HX → 2MnX2 + 2KX +
8H2O + 5X2
3. Cl2, Br2, dan I2 dalam air mengalami
reaksi disproporsionasi/autoredoks d. Asam Halogen
Reaksi autoredoks adalah reaksi redoks 1. Asam halida : HF, HCl, HBr, HI
dimana terdapat satu unsur yang mengalami • Urutan kekuatan asam:
reaksi reduksi dan oksidasi sekaligus. HF < HCl < HBr < HI
Contoh: Artinya, di antara asam halogen,
Cl2 + H2O → HCl + HClO HF asam paling lemah, sedangkan
4. D a p a t m e m b e n t u k s e n y a w a HI asam kuat paling kuat.
interhalogen • Urutan titik didih:
Senyawa interhalogen adalah senyawa HCl < HBr < HI < HF (antarmolekul
antardua unsur halogen HF terdapat ikatan hidrogen
29
sehingga titik didih HF menjadi 4. Kebanyakan dalam bentuk molekul
paling tinggi). diatomik berikatan rangkap dua (O2)
dan sedikit dalam bentuk O3 (ozon).
2. Asam oksihalogen
5. Sangat reaktif. Bereaksi dengan senyawa
Merupakan senyawa asam halogen yang
logam maupun nonlogam membentuk
mengandung unsur oksigen. Cl, Br, I dapat
senyawa oksida.
membentuk senyawa asam oksihalogen,
namun unsur F tidak bisa. Oksida Contoh
Oksida basa Na2O, CaO, Fe2O3
Rumus Biloks X Nama
Oksida asam SO3, N2O5, CO2, P2O5
HXO +1 Asam hipohalit
Oksida amfoter Al2O3, ZnO
HXO2 +3 Asam halit
Oksida indeferen CO, MnO2
HXO3 +5 Asam halat
Peroksida H2O2, Na2O2
HXO4 +7 Asam perhalat Superoksida KO2, RbO2

Contoh:
b. Pembuatan Oksigen
HClO : asam hipoklorit
HBrO2 : asam bromit 1. Di alam → melalui proses fotosintesis
HBrO3 : asam bromat pada tumbuhan, yaitu dengan reaksi:
HIO4 : asam periodat 6CO2 + 6H2O → C6H12O6 + 6O2(g)
2. Di laboratorium:
Kekuatan asam oksihalogen:
• Melalui pemanasan oksida logam:
• HXO4> HXO3 > HXO2 > HXO
2Ag2O → 4Ag + O2
• HClO > HBrO > HIO
• Melalui pemanasan H2O2
e. Kegunaan Unsur/Senyawa Halogen
2H2O2(l) → 2H2O(l) + O2(g)
1. CCl2F2 (gas freon) → digunakan sebagai
zat pendingin pada kulkas dan AC. 3. Di industri:
2. (C2F4)n (Teflon) → sebagai bahan pelapis • Elektrolisis air dengan reaksi:
panci tahan panas 2H2O(l) → 2H2(l) + O2(g)
3. NaCl g garam dapur, penyedap masakan. • Destilasi bertingkat udara cair.
4. KCl → digunakan sebagai pupuk bagi c. Penggunaan secara Komersial
tumbuhan. 1. Pengisi tabung udara pernapasan
5. Ca(OCl)2 (kaporit) → desinfektan dan penyelam, antariksawan, penderita
penjernih air. paru-paru/saluran pernapasan.
6. NaBr → digunakan sebagai obat
2. Campuran O 2 dengan gas asetilena
penenang dalam dunia kedokteran.
untuk mengelas logam.
7. PVC (Poly Vinil Klorida) CH 2CHCl →
bahan dasar plastik. 3. Oksigen cair (liquid oxygen = lox) untuk
bahan bakar pesawat ruang angkasa.
C. Oksigen
D. Nitrogen
a. Sifat-sifat
1. Banyak ditemukan dalam wujud gas. a. Sifat-sifat
2. Merupakan gas tak berwarna, tak 1. Merupakan unsur gas terbanyak di at-
berbau, dan tak berasa. mosfer bumi.
3. Tidak dapat terbakar, namun dibutuhkan 2. Tidak berwarna, tidak berasa, dan tidak
dalam proses pembakaran. berbau.

30
3. Merupakan molekul diatomik yang sa­ 39
19
K Merah muda Mineral silvit: KCl
ngat stabil dengan ikatan rangkap tiga.
85 Merah
Rb Fosfat trifilit
4. Kurang reaktif. lembayung
133 Merah
5. Bereaksi dengan logam dan nonlogam 55 
Cs
lembayung
Fosfat trifilit
pada suhu tinggi : N2 + 3Mg → Mg3N2
N2 + O2 → 2NO Unsur Warna
Sumber
Alkali Tanah Nyala
6. Dapat mempunyai bilangan oksidasi 9
Be - Beril: Be3Al2(SiO3)6
bervariasi dari −3 hingga +5. 4 

24
Mg Putih Magnesit: MgCO3
b. Pembuatan Nitrogen dan Senyawanya 12 

40
Di industri: penyulingan udara cair 20
Ca Jingga Gips: CaSO4.2H2O
Nitrogen Di laboratorium: pemanasan garam 88
Sr Merah strontianit: SrCO3
(N2) amonium (NH4NO2). 38 

NH4NO2(aq)g N2(g) + 2H2O(l) 137


Ba Hijau Barit: BaSO4
56 

Di industri: proses Haber


N2(g) + 3H2(g) g 2NH3(g)
b. Sifat Umum Unsur Alkali dan Alkali Tanah
Amoniak Di laboratorium:
Logam Alkali
(NH3) Mg3N2 + 6H2O g 3Mg(OH)2 + 2NH3 atau
NH4Cl + KOH g KCl + NH3 + H2O Li, Na, K, Rb, Cs g L2O (oksida)
Reaksi dengan
Na, K, Rb, Cs g L2O2 (peroksida)
oksigen
Di industri: proses Ostwald K, Rb,Cs g LO2 (superoksida)
4NH3 + 5O2 g 4NO + 6H2O
Asam 2NO + O2 g 2NO2 Reaksi dengan Berlangsung dengan spontan
nitrat 3NO2 + H2O g 2HNO3 + NO air L + 2H2O g 2LOH + H2
(HNO3) Di laboratorium: dengan mereaksikan
Sifat basa Semua kuat
NaNO3 + H2SO4 g NaHSO + HNO3
Unsur
Na
c. Kegunaan Senyawa Nitrogen terbanyak
Unsur 223
Senyawa Kegunaan Ba
radioaktif 87

NH3 Pembuatan pupuk urea


Pembuatan Elektrolisis leburan garamnya
N2H4 (hidrazin) Bahan bakar roket
N2 Isi bola lampu Kelarutan
garam dalam Semua larut, kecuali LiF, Li2CO3
N2O Obat bius
air
NO Gas air mata
N2O3, HNO2, NO2− Antioksidan Logam Alkali Tanah
Membuat aquaregia (pelarut
HNO3
emas atau platina)
Reaksi
Be, Mg,Ca, Sr, Ba g LO (oksida)
dengan
Sr, Ba g LO2 (peroksida)
oksigen

E. Alkali (IA) dan Alkali Tanah Reaksi Reaksinya kurang spontan


dengan air L + 2H2O g L(OH)2 + H2
(IIA)
Be(OH)2 amfoter, Mg(OH)2 lemah,
Sifat basa
a. Unsur-unsur Alkali dan Alkali Tanah yang lain basa kuat.

Unsur Unsur
Warna Nyala Sumber Ca
Alkali terbanyak
7
Li Merah terang Spodumen Li.Al(SiO3)2 Unsur 226
3 Ra
radioaktif 87

23
11
Na Kuning Garam air laut NaCl

31
Pembuatan Elektrolisis leburan garamnya Rb Untuk membuat sel fotolistrik

Kelarutan Untuk membuat sel fotolistrik


garam dalam Kelarutan dalam air semakin kecil Cs
Untuk katalis reaksi hidrogenasi
air
Untuk pembuatan rudal (missile)
c. Sifat Periodik Unsur Alkali dan Alkali Tanah Untuk pembuatan tabung sinar X
Be
Be + Cu untuk pembuatan berbagai
Dari atas ke Antara IA
Sifat peralatan listrik
bawah dan IIA
Jari-jari atom Semakin besar IA > IIA Mg(OH)2 (susu magnesia) untuk
Energi ionisasi Semakin kecil IA < IIA antasida (obat mag)
Kereaktifan Semakin kuat IA > IIA MgSO4 (garam inggris) untuk laksatif
Mg
usus (zat pencahar)
Sifat reduktor Semakin kuat IA > IIA
Mg + Al + Li (magnalium) untuk badan
Sifat logam Semakin kuat IA > IIA
pesawat terbang
Sifat basa Semakin kuat IA > IIA
Titik lebur Semakin rendah IA < IIA CaC2 (kalsium karbida) untuk bahan
baku pembuatan gas asetilen
Reaksi
Semakin kuat IA > IIA CaCl2 untuk zat pengering
dengan air
CaOCl2 (kaporit) untuk desinfektan dan
Ca
d. Kelarutan Senyawa Alkali dan Alkali Tanah penjernih air
CaSO4 (gipsum) untuk penyambung
1. Senyawa alkali semua larut dengan baik
tulang patah
di dalam air. Ca(CN)2 untuk racun tikus
2. Unsur alkali tanah yang membentuk
Untuk membuat kembang api
ikatan senyawa dengan: Sr
Pembuatan tabung kaca TV berwarna
• Cl−, Br−, I−, dan NO3− dapat larut
dalam air. Ba BaSO4 + ZnS untuk pembuatan cat

• CO32− tidak dapat larut dalam air. Ra Sumber radioaktif bidang kedokteran
• OH− dan F−, semakin ke bawah akan
semakin mudah larut.
• SO42− dan CrO42−, semakin ke bawah
akan semakin sukar larut.
e. Kegunaan

Unsur Kegunaan

Li + Al + Mg untuk membuat badan


pesawat
Li
Untuk membuat baterai litium
Li2CO3 untuk membuat keramik

NaCl untuk garam dapur


Na NaOH untuk membuat sabun keras
NaHCO3 untuk pengembang kue

KCl untuk pupuk


K KOH untuk membuat sabun lunak
KNO3 untuk membuat bahan peledak

32
Bab 10
Kimia Karbon

A. Macam-macam Senyawa CH3 −CH2 ─ C─


CH3
Alkanon/ R─C─R’ ║
CnH2nO
Karbon Keton ║
O
O
2-butanon/etil metil
keton

• Karbon merupakan unsur berlambang C, Kar -


Asam
alkanoat/
R─C─OH
CH3−CH2─ C─ OH

║ CnH2nO2 O
boksilat asam
memiliki nomor atom 6, dan terletak pada karboksilat
O
asam propanoat

periode 2. CH3 −
R─C─OH CH2─C─OCH3
Ester/alkil
• Elektron valensi dari karbon = 4 (golongan alkanoat

OR’
CnH2nO2 ║
O

IVA). Karbon bukan unsur elektropositif metil propanoat


CH3 −CH2 −CH2
Senyawa
(unsur yang cenderung melepaskan elektron nitrogen
Amina R─NH2 CnH2n+3N −NH2
Propil amina
valensinya) maupun elektronegatif (unsur CH3 −CH2 −CH2
−C−NH2
R─ C─ NH2
yang cenderung menerima elektron), Amida

CnH2n+1 ON ║
O
O
melainkan unsur yang cenderung berikatan Butanamida
CH3−CH2−CH2−
kovalen (pemakaian elektron bersama). Nitro R─NO2 CnH2n+1NO2 NO2
Nitropropana
• Senyawa karbon sangat berlimpah di alam, Gugus Rumus
Kelompok Jenis Contoh
di antaranya: Fungsi Umum

Rumus CH2 − CH2


Kelompok Jenis Gugus Fungsi Contoh
Umum Sikloalkana │ │ Siklobutana
CH2 − CH2
CH3 −CH2 −CH3 Alisiklik
Alkana −CH2−CH2− CnH2n+2
(propana) CH = CH
Siklo-
│ │ Siklobutena
alkena
A CH3 −CH=CH2 −CH3 Homo- CH2 − CH2
L Alkena −CH=CH− CnH2n
2- butena siklik
Hidro­ Benzena dan turunannya
I
karbon
F
Alkuna −C≡C− CnH2n-2
CH3 −C≡C−CH3 S
A OH
(2-butuna) I Aromatik COH
T K
CH2 =CH−CH=CH2 Benzena fenol benzaldehid asam
I Alkadiena −HC=C=CH− CnH2n-2
1,3-butadiena L benzoat
K
I
Halo CH3 −CH2 −CH2Cl
Alkilhalida R─X K
alkana 1 kloro propana Polisiklik

naftalena antrasena fenantrena


Gugus Rumus
Kelompok Jenis Contoh
Fungsi Umum
CH3 −CH2 −CH2
Hetero- N N N
Turunan Alkanol/ ─OH
R─OH CnH2n+2O siklik
air alkohol 1-propanol/n-propil N
A N CH3
alkohol
L Piridin pirimidin nikotin
I CH3 −CH2 −O−CH3
Alkoksi
F R─O─R’ CnH2n+2O metoksi etana/
A
alkana/eter
metil etil eter • Senyawa karbon alifatik adalah senyawa
T
CH3 −CH2 ─ C─H
hidrokarbon yang rantai C-nya terbuka.
I ║
K Karbonil
Alkanal/
aldehid
R─C─H
║ CnH2nO O Contoh: −CH2 −CH2 −CH2−
O Propanal/
propionaldehid • Senyawa siklik adalah senyawa hidrokarbon
yang rantai C-nya tertutup atau melingkar.
33
CH2 CH
Contoh: fenol HO
2
CH2
• Alkuna merupakan senyawa karbon yang
CH2 CH2 memiliki rantai karbon rangkap tiga.


• Senyawa aromatik adalah senyawa siklik • Pada senyawa alkena selalu terdapat minimal
yang mempunyai ikatan rantai C rangkap dan satu ikatan rangkap C C.
tunggal. • Pada jumlah unsur karbon (C) yang sama
HC CH dengan senyawa alkana dan alkena, unsur
Contoh: piridin HC N hidrogen pada senyawa alkuna jumlahnya
HC CH
lebih sedikit.
B. Alkana, Alkena, Alkuna • Contoh:
Etuna (n = 2): HC CH
Alkana, alkena, atau alkuna merupakan senyawa Propena (n = 3): HC C−CH3

karbon yang rumus strukturnya membentuk Butena (n = 4): HC C−CH2−CH3

rantai karbon yang panjang.
d. Tatanama
a. Alkana
1. Penamaan Tanpa Cabang
Rumus empirisnya
Jumlah
CnH2n+2 Atom C
Alkana Alkena Alkuna

1 Metana - -
• Alkana merupakan senyawa karbon yang
2 Etana Etena Etuna
memiliki rantai karbon tunggal.
3 Propana Propena Propuna
• Unsur karbon pada senyawa alkana
4 Butana Butena Butuna
mempunyai 4 ikatan, baik ikatan C–H
5 Pentana Pentena Pentuna
maupun C–C.
6 Heksana Heksena Heksuna
Contoh:
7 Heptana Heptena Heptuna
Metana (n = 1): CH4
8 Oktana Oktena Oktuna

Etana (n = 2): CH3−CH3
9 Nonana Nonena Nonuna

Propana (n = 3): CH3−CH2−CH3
10 Dekana Dekena Dekuna
b. Alkena
Rumus empirisnya 2. Terdapat cabang
CnH2n Contoh:

• Alkena merupakan senyawa karbon yang CH3 – CH – CH2 – CH2 – CH3 Utama
memiliki rantai karbon rangkap dua. |
• Pada senyawa alkena selalu terdapat minimal CH3 Cabang
satu ikatan rangkap C C. Rantai utama = pentana
• Pada jumlah unsur karbon (C) yang sama Cabang = CH3 – = metil
Letak cabang = C no.2
dengan senyawa alkana, unsur hidrogen pada
Maka, namanya menjadi 2-metil pentana
senyawa alkena jumlahnya lebih sedikit.
• Contoh: 3. Nama-nama cabang
Etena (n = 2): 2HC CH2 CH3– = metil
Propena (n = 3): 2HC CH−CH3 C2H5– = etil
Butena (n = 4): 2HC CH−CH2−CH3 C3H7– = propil

c. Alkuna C4H9– = butil
C5H11– = pentil …..dan seterusnya.
Rumus empirisnya
CnH2n

34
C. Isomer CH3−C≡C−CH3 (2−butuna)
Isomer dengan
Isomer adalah senyawa-senyawa yang mempunyai CH2=CH−CH=CH2 (1,3−butadiena)
rumus molekul sama, namun rumus strukturnya
b. Isomer Ruang
atau rumus ruang/geometrinya berbeda. Karena
itu, isomer dibagi menjadi dua, yaitu: 1. Isomer geometri/cis-trans g rumus molekul
sama, bentuk geometri beda (cis = sebidang,
a. Isomer Struktur
trans = menyilang).
1. Isomer kerangka g senyawa-senyawa yang Ciri-ciri rumus bangunnya:
mempunyai rumus molekul sama, namun
bentuk rangkanya berbeda. Contoh: a b
CH3-CH2-CH2-CH3 (n-butana) g C4H10 C = C
Dengan c d
CH3 Contoh:
│ a≠ c
CH3 Br
CH3─CH─CH3 (2-metil propana) g C4H10 b≠d
C = C
2. Isomer posisi g senyawa-senyawa yang
Br CH2CH3
mempunyai rumus molekul dan gugus fungsi
Trans 1,2 dibromo 2 pentena
sama, namun letak gugus fungsinya berbeda.
Contoh: Isomer dengan
CH3−CH2−CH2−OH (1−propanol)
Br Br
Dengan C = C
CH3−CH(OH)−CH3 (2−propanol)
CH3 CH2CH3
3. Isomer gugus fungsi g senyawa-senyawa
yang mempunyai rumus molekul sama, Cis 1,2 dibromo 2 pentena
namun gugus fungsinya berbeda. 2. Isomer optik g senyawa yang mempunyai
• Alkohol dengan eter (CnH2n+2O) rumus molekul sama, namun sifat optik beda.
CH3−CH2−CH2−OH (1-propanol) Ciri-ciri: ada atom C asimetrik, yaitu atom
Isomer dengan C yang mengikat atom atau gu­g us yang
CH3−CH2−O−CH3 (metoksi etana) semuanya beda.
• Aldehid dengan keton (CnH2nO) q
CH3−CH2−CHO (propanal)
Isomer dengan p ─ C ─ d p ≠ q ≠ r ≠ s
CH3−CO−CH3 (propanon)
• Asam karboksilat dan ester (CnH2nO2) s
CH3−CH2−COOH (asam propanoat) Isomeri berdasar arah putar bidang cahaya
Isomer dengan terpolarisasi:
• Dekstro (d): memutar ke kanan
CH3−C−OO−CH3 (metil etanoat)
• Levo (l): memutar ke kiri
• Alkena dan sikloalkana (CnH2n)
Contoh:
CH2 =CH−CH3 (propena)
COOH
Isomer dengan
CH2 H─C*─OH (d-asam laktat)
⁄ │ siklopropana
CH2−CH2 CH3
• Alkuna dengan alkadiena (CnH2n-2) Isomer dengan
35
COOH E. Uji Senyawa Karbon
HO─ C*─H (l-asam laktat) a. Uji Ikatan Rangkap
│ 1. Brominasi:
CH3 CH3−CH=CH2 + Br2 → CH3−CHBr−CH2Br
Cokelat tidak berwarna
D. Reaksi Senyawa Karbon 2. Ozonisasi:
O ── O
a. Reaksi Substitusi = Penggantian │ │
Ciri-ciri: tidak ada ikatan rangkap CH3−CH=CH2 + O3 → CH3−CH CH2 + H2
1-propena
• Alkana + halogen g haloalkana + asam halida
O
H3C−H + Cl−Cl → CH3Cl + HCl O ── O
│ │
metana klor klorometana asam klorida CH3−CH CH2 + H2 → CH3−CH2−OH + CH3−OH

• Asam karboksilat + basa g garam karboksilat +


O etanol metanol
air
b. Membedakan Eter, Alkohol, dan Fenol
CH3COOH + NaOH → CH3COONa + H2O
Pembeda Eter Alkohol Fenol
Agak
Asam Natrium Natrium air Titik didih Rendah Tinggi
tinggi
asetat hidroksida asetat Cair Cair
b. Reaksi Adisi = Penambahan Wujud mudah Cair mudah
menguap beku
Ciri: terjadi pemutusan ikatan rangkap
Reaksi Tidak
• Alkena + H2 → alkana Bereaksi Bereaksi
dengan Na bereaksi
CH2 = CH2 + H−H → CH3−CH3 Reaksi Tidak
Bereaksi Bereaksi
dengan PCl3 bereaksi
etena etana Reaksi Tidak
Bereaksi Bereaksi
• Alkena + asam halida g haloalkana dengan PCl5 bereaksi

CH2−CH=CH2 + HBr → CH3−CHBr−CH3 Reaksi


Tidak Tidak
dengan Bereaksi

(Hk. Markonikov g ”H cenderung terikat pada C NaOH
bereaksi bereaksi

ikatan rangkap yang mengikat H lebih banyak.”)


c. Reaksi Eliminasi = Pengurangan c. Membedakan aldehid dan keton
Ciri: terjadi pembentukan ikatan rangkap 1. Uji reagen Fehling (CuO)
Aldehid: Bereaksi menghasilkan endapan
• Haloalkana + KOH → alkena
merah bata
CH2−CH2−Cl + K−OH → CH2=CH2 + H2O + KCl
CH3CHO + 2CuO → CH3COOH + Cu2O
H SO pk, 180oC (merah bata)
• Etanol 2 4 etena
H SO pk, 180oC Keton: Tidak bereaksi
CH2−CH2 2 4 CH2 = CH2 + H2O
2. Uji reagen Tollens (Ag2O dalam NH4OH)
 
H OH Aldehid: Bereaksi menghasilkan endapan
cermin perak
d. Reaksi Kondensasi = Penggabungan
CH3CHO + Ag2O → CH3COOH + 2Ag(s)
• CH3CH2Cl + CH3ONa → CH3CH2OCH3 + NaCl

(cermin perak)
• CH3COOH + CH3OH → CH3COOCH3 + H2O Keton: Tidak bereaksi
36
Bab 11
Polimer dan Biokimia

A. Polimer
Polimer (makromolekul) adalah molekul raksasa dengan rantai sangat panjang yang terbentuk dari
gabungan molekul-molekul sederhana (monomer).
Klasifikasi Jenis Pengertian Contoh
Berdasarkan Alam Terbentuk secara alami dalam tubuh makhluk hidup. Karet alam (isoprena), amilum, protein, selulosa.
sumber Sintetik Hasil sintesis senyawa organik di industri. Teflon, PVC, dakron, nilon
Penggabungan monomer yang mempunyai ikatan
Berdasarkan Adisi PVC, polietena, polipropena, teflon, karet alam
rangkap.
reaksi
pembentukan Kondensasi Penggabungan monomer dan diikuti dengan
Polietilen glikol, protein, dakron, nilon, bakelit.
pelepasan mole-kul kecil, seperti air.
Berdasarkan Homopolimer Monomer penyusunnya sejenis PVC, PVA, karet alam, polietena
jenis
monomer Kopolimer Monomer tidak sejenis Nilon, bakelit, dakron
Berdasarkan Termoplas Jika dipanaskan menjadi lunak, dapat dicetak lagi
PVC, polietena, dan polistirena.
sifat terhadap menjadi bentuk lain.
panas Termoset Bentuk permanen, dipanaskan tidak menjadi lunak. Plastik amino, fenolat, dan bakelit.
Beberapa contoh polimer:
POLIMER MONOMER RANTAI POLIMER SIFAT DAN KEGUNAAN
POLIMER SINTETIK
1. Polimer Adisi
Polivinil Vinil klorida ─ (CH2─CHCl)n─ Keras, kaku, mudah dipotong, sukar terbakar, dipakai untuk pipa
klorida/PVC (plastik) CH2=CHCl paralon dan perabot rumah.
Polivinil asetat/PVA CH2=CHCOOH ─(CH2─CH)n─ Dapat menyerap air jauh lebih banyak dari massanya sendiri.
│ Dipakai untuk bahan popok bayi.
COOH
Polibutadiena/karet 1, 3 butadiena ─(CH2─CH=CH─CH2)n─ Kurang elastis dibandingkan dengan karet alam, dipakai untuk
sintetik CH2=CH─CH=CH2 campuran karet alam atau karet sintetik lainnya.

Neoprena Kloroprena ─(CH2 ─C=CH─CH2)n─ Tahan terhadap panas, minyak, uap, dan nyala api. Digunakan
(karet sintetik) CH2 =C─CH=CH2 │ untuk selang bensin, kemasan barang insulator kawat dan
│ Cl kabel.
Cl
Polipropena (plastik) Propena ─(CH─CH2)n─ Untuk membuat tangki air, badan perahu (boat), dan tali
─CH=CH2 │ plastik.
│ CH3
CH3
Teflon/poli- Tetrafluoroetana ─ (CF2─CF2)n─ Sangat keras, tahan panas, dipakai untuk pengganti logam, seperti
tetrafluoroetana F2C =CF2 pengganti wajan dari besi.
(plastik)
Polistirena (plastik) Stirena ─(CH─CH2)n─ Kenyal, sukar dipotong, bisa terbakar, banyak dipakai untuk
─C─ C=CH2 isolator listrik dan perangkat elektronika.

37
Stirena butadiena 1, 3 butadiena:
rubber/SBR H2C=CH─CH=CH2
Memiliki sifat seperti neoprena. Merupakan karet sintetik yang
(karet sintetik) dengan ─CH2CH=CHCH2CH2CH2─ terbanyak diproduksi. Untuk ban kendaraan.
stirena:
─C─C=CH2

2. Polimer Kondensasi
O O
Asam adipat ║ ║
HOOC(CH2)4COOH ─(C(CH2)4C-N(CH2)6N) Kuat, dapat terbakar, untuk bahan tekstil dan untuk tali penguat
Nilon
Heksametilenadiamin n
─ pada ban.
H2N(CH2)6NH2 │ │
H H
Asam paraftalat O O
Tetoron/dakron/ HOOC COOH ║ ║
Untuk bahan tekstil.
Poliester Etanadiol -O-C C-O-
HOCH2CH2OH CH2CH2-O-
Fenol: OH
OH
Kuat, stabil terhadap panas, kedap air, digunakan untuk lem dan
Bakelit ─( CH2)n─
juga komponen listrik.
Formaldehid CH2O
Polimer Alam
1. Polimer Adisi
Isoprena
Karet alam/ H2C=C─CH=CH2 ─(H2C─C=CH─CH2)n─ Tahan terhadap oksidasi, sinar matahari, nyala api. Digunakan
poliisoprena │ │ untuk selang bensin, kemasan barang, isolator kawat dan kabel
CH3 CH3
2. Polimer Kondensasi
Asam amino
H O H O
O
│ ║ │ ║

Protein ─(H2N─C─C─N─C─C─O)n─
NH2─CH─C─OH
│ │ │

R H R
R
Glukosa ─ (C6H10O5 ─ C6H10O5)n─
Karbohidrat
C6H12O6

B. Biokimia
a. Karbohidrat
Pengertian dan Sifat Jenis Komposisi Sumber
• Unit terkecil karbohidrat yang tidak dapat dihidrolisis C6H12O6 Gula merah, buah anggur,
Glukosa
lagi. (gugus fungsi: aldehid) madu
Mono- • Berbentuk padat, berwarna putih C6H12O6
Galaktosa Air susu
sakarida • Larut dalam air (gugus fungsi: aldehid)
• Bersifat reduktor (gula reduksi) C6H12O6
• Rasa: manis (fruktosa > glukosa > galaktosa) Fruktosa Semua buah-buahan dan madu
(gugus fungsi: keton)
• Gabungan dua monosakarida Maltosa glukosa + glukosa Kecambah, biji-bijian
• Dapat dihidrolisis menjadi monosakarida
Disa- Laktosa glukosa + galaktosa Air susu
• Berbentuk padat, berwarna putih
karida
• Larut dalam air Sukrosa glukosa + fruktosa Gula pasir/gula tebu
• Tak semanis monosakarida (sukrosa > maltosa > laktosa)
Polimer glukosa dengan
Amilum Biji dan umbi tanaman
• Polimer dari monosakarida (gabungan banyak glukosa) ikatan alfa
Polisa- • Rasanya tawar Polimer glukosa dengan jaringan otot hewan dan
karida • Amilum dan glikogen dapat dihidrolisis menjadi glukosa, Glikogen
ikatan alfa manusia
selulosa tidak bisa Polimer glukosa dengan
Selulosa Serat bagian dalam tumbuhan
ikatan beta

Reaksi Uji Karbohidrat


Uji Reaksi Identifikasi Tanda
Uji Fehling Glukosa, galaktosa, maltosa, laktosa, glikogen Terbentuk endapan merah bata
Glukosa, galaktosa, maltosa, laktosa (banyak digunakan untuk uji kandungan
Uji Benedict Terbentuk endapan merah bata
glukosa dalam urine)
Uji Tollens Glukosa, galaktosa, maltosa, laktosa Terbentuk endapan cermin perak
Uji Seliwanoff Fruktosa, sukrosa Terbentuk larutan merah
Uji Iodium Amilum Terbentuk warna biru/ungu

38
b. Asam Amino dan Protein Protein kontraktil Menggerakkan otot Aktin dan miosin
1. Asam amino Katalis reaksi kimia Tripsin dan
Enzim
Asam amino adalah senyawa organik yang dalam tubuh ribonukleasme

mengandung gugus karboksil (─COOH) dan Protein pelindung Melindungi tubuh Imunoglobin,
(antibodi) dari serangan fibrinogen, dan
amina (─NH2). penyakit trombin

NH2─CH─COOH ; R = alkil atau gugus lain 3. Uji Asam Amino dan Protein
│ Reaksi Uji Identifikasi Tanda
Timbul warna
R Uji biuret Ikatan peptida
larutan ungu
Sifat-sifat amino: Uji Asam amino yang
Timbul warna
xantho- mengandung gugus
• Bersifat amfoter (basa atau asam) proteat fenil (cincin benzena)
larutan kuning

karena punya gugus asam (─COOH) dan Uji timbal


Uji kandungan
Timbul endapan
belerang di dalam
basa (─NH2). asetat hitam
asam amino
• Dapat membentuk ion zwiter, yaitu ion Uji millon Ikatan peptida Warna larutan merah

yang bermuatan ganda (+) dan (─). c. Lipida (Gliserida)


R─CH─COO─ Lipida adalah senyawa ester dari asam lemak
│ dan gliserol.
NH +3 CH2─O─CO─R
• Larut baik dalam air. │
• Tidak mudah menguap. C─H─O─CO─R
Asam amino ada 20 macam, 10 di antaranya │
disebut asam amino esensial, yaitu asam amino CH2─O─CO─R
yang tidak dapat dibuat oleh tubuh manusia, Nama Wujud Rantai (R) Sumber
namun sangat dibutuhkan tubuh makhluk Minyak Cair Alkil tidak jenuh Tanaman, unggas, ikan
hidup. Kebutuhan asam amino esensial disuplai Lemak Padat Alkil jenuh Hewan mamalia
dari makanan yang masuk ke dalam tubuh.
Contoh: histidin, arginin, valin, lisin, isoleusin, Sifat-sifat kimia lipida:
treonin, triptofan, leusin, fenil alanin, metionin. 1. Rantai alkil tidak jenuh (ikatan rangkap)
mudah mengalami oksidasi sehingga minyak
2. Protein menjadi tengik. Di industri, ikatan rangkap
Protein adalah senyawa hasil poli­merisasi ini biasanya dihidrogenasi (adisi dengan
asam-asam amino yang dihubungkan dengan hidrogen) agar menjadi jenuh sehingga
ikatan peptida. minyak cair menjadi padat (margarin).
NH2 ─CH─COOH + NH2─CH─COOH
2. Reaksi hidrolisis lipida.
│ │
CH2─O─CO─R CH2─OH
R R
│ │
asam amino asam amino
CH─O─CO─R + 3H2O → CH─OH + 3 RCOOH
(─NH─CH─CO─NH─CH─CO─)n
│ │
│ │
CH2─O─CO─R CH2─OH
R R
Lemak Gliserol Asam
protein ikatan peptida
lemak
Macam-macam protein berdasarkan fungsinya:
3. Reaksi penyabunan (saponifikasi).
Jenis Fungsi Contoh
Pembangun struktur Kolagen, keratin,
CH2─O─CO─R CH2─OH
Protein struktur
jaringan fibrion │ │
Protein nutrien Ovalbumin dan CH─O─CO─R  +  3NaOH → CH─OH  + 3RCOONa
Cadangan makanan
kasein
Protein pengatur Mengatur reaksi │ │
Hormon
dalam tubuh
CH2─O─CO─R CH2─OH
Mengikat dan
Protein transpor mengangkut O2 ke Hemoglobin Lemak Gliserol Sabun
sel-sel tubuh
39
Bab 12
Kimia Lingkungan

A. Pencemaran Udara SO 3 menyebabkan hujan asam, yang


mengakibatkan korosi pada logam-logam
a. Komposisi Udara Bersih dan kerusakan bangunan yang terbuat dari
Gas Prosentase batu pualam.
Nitrogen (N2) 78,084 % 3. Oksida nitrogen (NO, NO2, N2O5)
Oksigen (O2) 20,948 % Sumber: petir dan asap kendaraan bermotor
Efek: oksida-oksida nitrogen menghasilkan
Argon (Ar) 0,934 %
fotochemical smog (kabut asap) yang
Karbon dioksida (CO2) 0,034 %
menyebabkan mata perih, sesak napas, dan
Neon (Ne) 0,00182 %
tanaman layu.
Helium (He) 0,00052 % NO2 + air g HNO3 menghasilkan hujan asam.
Metana (CH4) 0,0002 % 4. Hidrokarbon (CH4)
Kripton (Kr) 0,0001 % Sumber: pembakaran bensin dan minyak bumi.
Efek: efek rumah kaca, fotochemical smog,
b. Partikel-partikel Pencemar Udara
dan anoksia (penyakit kekurangan oksigen)
Udara tercemar adalah udara yang berubah
5. Freon (CF2Cl2)
komposisinya akibat adanya berbagai unsur
Sumber: pendingin ruangan, lemari es, hair
atau senyawa yang berbahaya, di antaranya:
spray, deodoran.
1. Oksida karbon (CO dan CO2)
Efek: efek rumah kaca dan merusak lapisan ozon.
Sumber: asap kendaraan bermotor, asap
6. Partikulat
rokok, dan pembakaran bahan bakar minyak.
Timbal (Pb)
Efek: CO beracun bagi tubuh karena di dalam
Sumber: zat aditif bensin (TEL).
tubuh CO akan bereaksi dengan hemoglobin
Efek: gangguan syaraf pada bayi.
(Hb) dalam darah. Reaksi CO dengan Hb 210 kali
Kadmium (Cd)
lebih kuat dibandingkan dengan O2 dengan Hb.
Sumber: industri kimia, tekstil, keramik
CO2 bersama oksida nitrogen, metana, dan
Efek: penyakit itay-itay byo, merusak ginjal,
CFC juga dapat menyebabkan efek rumah
hati, tulang, dan kelenjar gondok.
kaca (global warming).
Merkuri (Hg)
2. Oksida belerang (SO2 dan SO3)
Sumber: industri termometer, industri
Sumber: industri H2SO4, pembakaran minyak dan
pengolahan bijih emas, perak, dan tembaga.
batu bara, oksidasi bijih-bijih sulfida di industri.
Efek: menyebabkan sendi-sendi kaku,
Efek: SO2 menyebabkan radang paru-­­paru gangguan penglihatan, gangguan mental,
dan tenggorokan, serta menye­b abkan dan kematian.
klorosis (kepucatan) daun ta­naman.

40
Nikel (Ni) 2. Biochemical Oxygen Demand (BOD) →
Sumber: batu bara, bahan bakar diesel, dan rokok. banyaknya oksigen yang dibutuhkan oleh
Efek: kanker paru-paru mikroorganisme untuk menguraikan zat-zat
c. Kasus-kasus Pencemaran Udara pencemar yang terdapat dalam air. BOD
Kasus Pencemar semakin tinggi maka kualitas air semakin
Efek rumah kaca rendah.
CO2, N2O, CH4, CCl2F2
(green house Air sadah → air yang mengandung kation
3.
(freon)
effect) Ca2+ dan Mg2+. Air sadah menyebabkan air
Kabut fotokimia Oksida nitrogen, tidak dapat berbuih ketika dicampur dengan
(photochemical hidrokarbon, sabun. Hal ini disebabkan karena terjadi
smog) O3(ozon)
reaksi:
Hujan asam SO2, SO3, NO2
Ca2+ + 2C17H35COONa →
Lubang ozon NO, CCl2F2 (freon)
(C17H35COO)2Ca(s) + 2Na+
Kesadahan air ada dua, yaitu:
B. Pencemaran Air
Kesadahan sementara → air mengan­dung
Sumber Pencemar Efek anion HCO3–.
Menyuburkan ganggang Cara mengatasi:
Pupuk
dan eceng gondok •
Dipanaskan sehingga terjadi reaksi seperti
Limbah
pertanian Pestisida Meracuni ekosistem berikut:
Sampah Berbau dan
pertanian menghalangi aliran air
Ca(HCO3)2→ CaCO3(s) + CO2 + H2O
Sampah
Sukar terdegradasi
• Ditambah CaO atau Ca(OH)2 sehingga terjadi
plastik reaksi sebagai berikut:
Sampah Menimbulkan bau dan
Limbah Ca(HCO3)2 + Ca(OH)2 → 2CaCO3 + 2H2O
organik sumber kuman
rumah
Sukar terdegradasi dan
tangga Kesadahan tetap → mengan­d ung anion
Limbah mengandung pospat
detergen yang menyuburkan selain HCO3–, misal­nya Cl– dan SO42-.
ganggang Cara mengatasi kesadahan tetap adalah
Menaikkan/
Asam/ basa dengan ditambah Na2CO3 yang menghasilkan
menurunkan pH
Limbah Mengganggu sistem reaksi sebagai berikut:
industri syaraf janin dan bayi
Pb CaCl2 + Na2CO3 → CaCO3(s) + 2NaCl
(logam Penyakit itay itay byo
Cd
berat)
Hg Penyakit teluk
minamata C. Pencemaran Tanah
Beberapa istilah tentang pencemaran air:
• Penggunaan pupuk atau pestisida yang
1. Dissolved Oxygen (DO)/oksigen terlarut →
berlebihan
jumlah oksigen yang terlarut dalam air.
Semakin banyak oksigen yang terlarut maka • Limbah radioaktif
semakin tinggi harga DO dan semakin bagus • Sampah yang tak bisa diuraikan oleh
kualitas air. mikroba, seperti plastik dan karet
• Zat-zat pencemar udara dapat larut bersama
air hujan dan mencemari tanah.

41
Bab 13
Kimia Lingkungan

A. Pengertian B. Pengelompokan Koloid


• Dalam sistem larutan, suatu zat disebarkan/ Komponen koloid dibagi menjadi dua, yaitu:
dilarutkan ke dalam pelarut membentuk 1. Fase terdispersi, yaitu zat yang didispersikan
campuran homogen, dimana partikel-partikel ke dalam zat lain.
zat terlarut bercampur sempurna dengan 2. Fase pendipersi, yaitu zat yang digunakan
pelarut sehingga tidak terlihat adanya untuk mendispersikan fase dispersi.
perbedaan antara zat terlarut dan pelarut. Berdasarkan fasa zat terdispersi dan medium
• Sedangkan dalam sistem suspensi, zat yang pendispersi, koloid dapat diklasifikasikan sebagai
disebarkan/dilarutkan ke dalam pelarut berikut:
membentuk campuran heterogen, dimana Zat ter- Medium Jenis
Contoh
dispersi pendispersi Koloid
partikel-partikel zat terlarut bercampur tidak
busa/ Krim kocok, busa bir, busa
sempurna sehingga masih terlihat adanya Gas Cair
buih sabun, busa sampo
perbedaan antara zat terlarut dan pelarut. Gas Padat
busa Batu apung, karet busa
padat (spons), stirofoam
• Dengan cara yang mirip, partikel koloid
aerosol
Cair Gas Kabut, awan
disebarkan/didispersikan ke dalam suatu cair

medium sehingga menghasilkan sistem koloid. Cair Cair Emulsi


Susu, pelembab, mayones,
es krim, darah
• Koloid merupakan suatu keadaan materi yang Keju (dispersi lemak mente-
Emulsi
memiliki ukuran di antara ukuran partikel Cair Padat
padat
ga dalam kasein), mentega,
jeli, gelatin
larutan dan suspensi.
Aerosol
Padat Gas Asap, debu
• Perbedaan antara larutan, koloid, dan padat

suspensi dapat dilihat pada tabel di bawah. Padat Cair Sol Cat, pati dalam air, tinta
Berbagai aliase, intan hitam
Sifat Larutan Koloid Suspensi Padat Padat Sol padat kaca rubi (emas dalam
kaca), batu opal
Ukuran < 1 nm 1—1.000 nm > 1.000 nm
Homoge-
Homogen Homogen Heterogen
nitas
C. Sifat-sifat Koloid
Bentuk Dispersi Dispersi Dispersi pa-
dispersi molekular padatan datan
Sistem koloid memiliki sifat-sifat khas yang
Dapat dia- Dapat dia-
Cara Tidak
mati dengan mati dengan membedakan dengan larutan sejati. Sifat-sifat
penga­ dapat
matan diamati
mikroskop mikroskop koloid, di antaranya:
ultra biasa
a. Gerak Brown
Dapat disa­
Cara Tidak
ring dengan
Dapat disa­ring • Merupakan gerak zig-zag partikel koloid
pemi­ dapat dengan kertas
kertas saring karena adanya tumbukan antarpartikel
sahan disaring saring biasa
ultra
koloid.
42
• Semakin kecil ukuran partikel maka gerak b. Koloid Liofob
partikel koloid akan semakin cepat. • Yaitu, koloid yang partikel-partikel
b. Efek Tyndall terdispersinya tidak mampu menarik
• Merupakan peristiwa penghamburan medium pendispersinya.
cahaya oleh partikel-partikel koloid ke • Jika medium pendispersinya berupa air
segala arah. maka koloid liofob disebut koloid hidrofob.
• Contoh efek Tyndall yang terjadi di • Koloid liofob disebut juga sebagai
lingkungan dalam kehidupan sehari- koloid yang tidak suka air karena jika
hari, yaitu: medium pendespersinya air maka
1. Di daerah yang berdebu, cahaya permukaan partikel koloid tidak akan
kendaraan bermotor terlihat mengadsorbsinya.
berhamburan ke segala arah. Perbedaan hidrofil dan hidrofob:
2. Terjadinya penghamburan cahaya Sol Hidrofil Sol Hidrofob
proyektor pada gedung bioskop Efek Tyndall lemah Efek Tyndall lebih jelas
karena adanya debu di dalam gedung. Mengadsorbsi medium Tidak mengadsorbsi
3. Warna cahaya sinar matahari yang berupa air medium berupa air
akan terbenam tampak berwarna Visikositas koloid lebih besar
Visikositas hampir sama
daripada mediumnya
merah, hal ini terjadi karena cahaya
Tidak mudah digumpalkan Mudah menggumpal
matahari mengalami difraksi oleh dengan penambahan dengan penambahan
partikel-partikel koloid di atmosfer. elektrolit elektrolit

c. Mempunyai Muatan Koloid Stabil Kurang stabil

Bagian permukaan koloid mempunyai Terdiri atas zat organik Zat anorganik

kemampuan untuk menarik atom-atom


(molekul/ion) sehingga menyebabkan permu­ E. Pembuatan Koloid
kaan partikel koloid mempunyai muatan.
Kemampuan permukaan partikel koloid untuk a. Cara Kondensasi
menyerap molekul/ion disebut adsorbsi. Yaitu, pembuatan koloid dengan cara
penggabungan partikel-partikel larutan sejati
menjadi partikel yang lebih besar (partikel koloid).
D. Koloid Liofil dan Liofob Pembuatan koloid dengan cara kondensasi,
Koloid yang medium pendispersi cairan dapat misalnya dengan:
dikelompokkan menjadi dua, yaitu: 1. Reaksi redoks
a. Koloid Liofil Contoh: Pembuatan sol belerang
• Yaitu, koloid yang bagian permukaan Reaksi: 2H2S(g) + SO2(aq) → 2H2O(l) + 3S
partikel terdispersinya mampu menarik 2. Hidrolisis (reaksi dengan air)
medium pendispersinya sebagai akibat Contoh: pembuatan sol Fe(OH)3, yaitu ke
dari adanya gaya Van Der Waals atau dalam air mendidih dimasukkan larutan FeCI3
ikatan hidrogen. maka akan terbentuk sol Fe(OH)3.
• Jika medium pendispersinya berupa air Reaksi: FeCI2(g) + 3H2O(l) → Fe(OH)3 (koloid) + 3HCl(aq)
maka koloid liofil disebut koloid hidrofil.
3. Dekomposisi rangkap
• Koloid liofil merupakan koloid yang suka C o n t o h : S o l A s 2S 3 d i b u a t d e n g a n
air karena jika medium pendispersinya mencampurkan larutan 3H 2 AsO 3 encer
air, permukaan partikel koloid akan dengan larutan H2S encer.
mengadsorbsinya. Reaksi: 3H2AsO3(aq)+ 3H2S(aq) → As2S3(aq)(koloid)+ 6H2O(l)
43
4. Penggantian pelarut • Penggumpalan dalam sistem koloid dapat
Contoh: Jika larutan jenuh AgNO3 dicampur dicegah dengan cara menghilangkan
dengan asam klorida maka akan terbentuk muatan dari koloid tersebut.
suatu gel. • Proses penghilangan muatan koloid
Reaksi: AgNO3(aq) + HCl(aq) → AgCl (koloid) + HNO3(aq) dapat dilakukan dengan proses dialisis.
Contoh:
b. Cara Dispersi
Proses cuci darah dalam dunia
Dispersi merupakan pemecahan partikel-
kesehatan.
partikel kasar menjadi partikel koloid secara
Proses cuci darah yang biasanya sering
mekanik, peptisasi atau loncatan dengan
dilakukan di rumah sakit, umumnya
bunga api listrik, dan Busur Bredig.
menggunakan alat pencuci darah
1. Cara mekanik, yaitu cara penggerusan
yang disebut Haemodialisis. Proses
atau penggilingan butiran-butiran kasar
yang terjadi pada alat ini, yaitu darah
sampai tingkat kehalusan tertentu.
kotor dari pasien dilewatkan dalam
Contoh: sol belerang dibuat dengan cara
pipa-pipa yang terbuat dari membran
menggerus serbuk belerang bersama-
semipermiabel. Selama darah mengalir,
sama gula pasir, kemudian mencampurkan
ke dalam pipa tersebut dialiri cairan
serbuk halus tersebut dengan air.
(plasma darah) sebagai pencuci darah.
2. Cara peptisasi, yaitu pembuatan koloid
Aliran plasma darah akan membawa
dari butir-butir kasar dengan bantuan
ion-ion dalam darah kotor sehingga
zat pemeptisasi (pemecah)
darah menjadi bersih kembali.
Contoh: Endapan Al(OH)3 oleh AICI3.
3. Cara Busur Bredig, yaitu cara pembuatan b. Penambahan Stabilator Koloid
koloid jenis sol logam. • Penambahan suatu zat yang berfungsi
Dua kawat logam yang berfungsi sebagai stabilator ke dalam suatu sistem
sebagai elektroda dicelupkan ke dalam koloid dapat meningkatkan kestabilan
air, kemudian kedua ujung kawat diberi koloid. Zat stabilator dalam sistem
loncatan listrik. koloid ada dua, yaitu emulgator dan
koloid pelindung.
F. Kestabilan Koloid • Emulgator adalah zat yang ditambahkan
ke dalam suatu emulsi (koloid cair
 Koloid merupakan sistem dispersi yang relatif dalam cair atau cair dalam padat),
kurang stabil dibandingkan dengan larutan. yang bertujuan untuk menjaga agar
Produk-produk komersil yang dibuat dalam campuran tersebut tidak terpisah.
bentuk sistem koloid, kondisi koloidnya Contoh: penambahan sabun ke dalam
biasanya harus dalam bentuk yang stabil. campuran minyak dan air, penambahan
Contoh produk komersil yang produknya amonia dalam pembuatan emulsi pada
termasuk dalam sistem koloid, yaitu minyak kertas film.
rambut, bedak cair, obat-obatan, dan lain-lain. • Koloid pelindung merupakan koloid
 Ada beberapa cara untuk membuat sistem yang ditambahkan ke dalam sistem
dispersi koloid menjadi stabil, di antaranya: koloid agar menjadi stabil.

a. Menghilangkan Muatan Koloid Contoh: penambahan gelatin pada


• Salah satu yang membuat koloid tidak pembuatan es krim yang berfungsi agar
stabil adalah terjadinya gumpalan atau es krim tidak mudah meleleh dan tetap
koagulasi dari sistem dipersi koloid. kenyal.

44
Bab 14
Sifat Koligatif Larutan

Sifat koligatif merupakan sifat fisik larutan yang • Jika zat terlarut nonvolatil ditambahkan ke
hanya bergantung pada konsentrasi (jumlah dalam pelarut murni maka akan menghalangi
partikel) zat terlarut, dan bukan pada jenisnya. molekul-molekul pelarut untuk menguap,
Sifat-sifat fisik, di antaranya: akibatnya tekanan uap dari larutan menurun.
1. Penurunan tekanan uap Tekanan uap pelarut murni = P°
2. Kenaikan titik didih Tekanan uap larutan = P
3. Penurunan titik beku
Po > P
4. Tekanan osmosis
Selisih dari kedua nilai tersebut dinyatakan
A. Penurunan Tekanan Uap sebagai:
DP = P° – P
• Tekanan uap menunjukkan kecenderungan
DP = xzat . P°
suatu molekul untuk berubah menjadi fase
uap. ”Semakin besar tekanan uap dari suatu (xzat = fraksi mol zat terlarut)
larutan maka semakin mudah molekul dari
Semakin besar xzat terlarut maka semakin
larutan tersebut berubah menjadi fase uap”.
kecil P dan semakin besar DP.
• Setiap molekul dari suatu larutan memiliki
Semakin kecil xzat (atau semakin besar fraksi
titik uap tertentu, dimana setiap molekul dari
pelarut) maka semakin besar P.
zat tersebut berubah menjadi molekul uap.
• Apabila ke dalam suatu larutan murni P = xpel . p° (xpel = fraksi pelarut)
dimasukkan suatu zat terlarut maka titik uap
suatu zat tersebut akan berubah.
• Zat terlarut dibedakan menjadi dua, yaitu: B. Kenaikan Titik Didih
1. Zat terlarut volatil, yaitu zat terlarut • Tekanan uap berkaitan dengan titik didih. Jika
yang mudah menguap. Zat terlarut tekanan uap semakin turun maka molekul
volatil memiliki gaya tarik-menarik sulit untuk menguap, atau dibutuhkan energi
antarmolekulnya lemah sehingga lebih tinggi untuk bisa menguap sehingga titik
mudah menguap. didihnya lebih tinggi.
2. Zat terlarut non-volatil, yaitu zat terlarut Jadi, penurunan tekanan uap menyebabkan
yang tidak mudah menguap. Gaya tarik- kenaikan titik didih.
menarik antarmolekulnya kuat sehingga
Jika titik didih pelarut murni = Tb°, dan
sulit untuk menguap.
titik didih larutan = Tb maka:

45
Tb > Tb° lama-kelamaan konsentrasi keduanya sama.
Peristiwa ini disebut osmosis.
Selisih antara Tb dan Tb° disebut dengan DTb,
• Untuk menghentikan proses osmosis,
dan nilainya bergantung pada kemolalan zat
dibutuhkan sebuah tekanan, yang disebut
terlarut.
dengan tekanan osmosis. Besarnya tekanan
DTb = Tb – Tb° osmosis bergantung pada temperatur dan
DTb = Kb × m kemolaran larutan.

Kb = konstanta kenaikan titik didih p = M.R.T


Nilai Kb hanya bergantung pada jenis pelarut.
p = tekanan osmosis (atm)
M = kemolaran larutan (mol L–1)
C. Penurunan Titik Beku R = tetapan gas = 0,082 L atm mol–1 K–1
T = temperatur (K)
• Penambahan zat terlarut nonvolatil juga
• Apabila dua larutan memiliki tekanan
memengaruhi titk beku, yaitu menjadikan
osmosis sama maka dikatakan dua larutan
titik beku semakin rendah.
tersebut disebut larutan isotonik
• Jika Tf° adalah titik beku pelarut murni dan Tf
Namun, salah satu larutan memiliki tekanan
adalah titik beku larutan maka:
osmosis lebih tinggi maka larutan larutan
yang memiliki tekanan osmosis lebih tinggi
DTf = Tf° – Tf
dikatakan bersifat hipertonik, sedangkan
larutan yang tekanan osmosisnya lebih
Sebagaimana DTf, nilai DTf juga bergantung rendah, dikatakan hipotonik.
pada kemolalan zat terlarut.

DTf = Kf × m E. Sifat Koligatif untuk


Larutan Elektrolit
D. Tekanan Osmosis • Pada konsentrasi yang sama, larutan elektrolit
mempunyai jumlah partikel yang lebih besar
• Apa yang terjadi jika dua buah larutan dengan
dibandingkan dengan larutan nonelektrolit.
konsentrasi yang berbeda ditempatkan
Per­­bandingan antara harga sifat koligatif yang
dalam wadah yang dipisahkan dengan
terukur dari suatu larutan elektrolit dengan
membran semi-permeabel?
larutan nonelektrolit disebut faktor Van’t
• Kedua larutan akan cenderung untuk Hoff (i).
bercampur sehingga konsentrasi keduanya
• Di dalam larutan elektrolit diperhitungkan
menjadi sama. Namun, jika hanya molekul
jumlah ion (n) dan derajat ionisasi (a).
pelarut yang dapat melewati membran
semipermeabel maka molekul pelarutlah • Hubungan derajat ionisasi (a) dengan harga
yang akan bergerak dari larutan dengan (i) dapat dirumuskan sebagai berikut:
konsentrasi rendah (encer) menuju larutan
Jumlah zat mengion
dengan konsentrasi tinggi (pekat). Aliran α=

pelarut tersebut mengencerkan larutan pekat jumlah mula - mula

dan memekatkan larutan encer sehingga i = 1 + (n – 1) a

46
Rumus sifat koligatif pada larutan
elektrolit:
1. Penurunan titik beku (DTf )
DTf = m . Kf . i
DTf = m . Kf . [1 + (n – 1)a]
2. Kenaikan titik didih (DTb)
DTb = m . Kb . i
DTb = m . Kb . [1 + (n – 1)a]
3. Penurunan tekanan uap (DP)
DP = XA . PoA . i
DP = XA . PoA . [1 + (n – 1)a]
4. Tekanan osmotik (p)
p = M.R.T.i
p = M.R.T.[1 + (n – 1)a]

47

Anda mungkin juga menyukai