BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM
MUKADDIMAH
Alam Minangkabau dan Negara Kesatuan Republik Indonesia dalam dasawarsa pertama
abad ke 21, selain menghadapi cobaan dan musibah yang berat juga menyediakan
peluang dan tantangan yang tak terhingga untuk mengubah nasib warganya, baik pada
tingkat lokal, nasional, maupun internasional.
Masyarakat Minangkabau selain harus mampu dengan tegar menghadapi cobaan dan
musibah tersebut juga harus mampu memanfaatkan peluang dan menjawab tantangan
tersebut dengan menggerakkan kerjasama yang erat antara tingkat lokal, nasional,
regional dan internasional.
Gerakan ekonomi dan Budaya Minang, disingkat Gebu Minang, merupakan kelanjutan
dari Gerakan Seribu Rupiah Minang yang didirikan pada tanggal 24 Desember 1989 di
Bukittinggi, bertujuan untuk ikut meningkatkan kualitas manusia, potensi, dan kreatifitas
masyarakat Minangkabau pada khususnya dan bangsa Indonesia pada umumnya dalam
bidang sosial, ekonomi, dan Budaya, untuk mencapai kesejahteraan lahir bathin, dari
seluruh warga masyarakat, sebagai bagian menyeluruh dari gerakan nasional
pembangunan manusia, dengan Anggaran Dasar sebagai berikut :
BAB I
PENGERTIAN-PENGERTIAN
Pasal 1
(1) Masyarakat Minangkabau adalah kesatuan sosio kultural yang menganut sistem nilai
budaya Minangkabau berintikan kaidah Adat Basandi Syarak, Syarak Basandi
Kitabullah ; Syarak Mangato Adat Mamakai, Syarak Babuhua Mati, Adat Babuhua
Sentak; Dima Bumi Dipijak Disinan Langik Dijunjuang, yang dalam pelaksanaannya
menganut pedoman Tuah Sakato, Cilako Basilang.
(2) Alam Minangkabau terdiri dari Ranah dan Rantau.
(3) Ranah Minangkabau adalah Propinsi Sumatera Barat.
(4) Rantau adalah wilayah diluar propinsi Sumatera Barat, baik didalam wilayah Republik
Indonesia maupun diluarnya, tempat bermukim warga masyarakat Minangkabau.
(5) Warga Masyarakat Minangkabau merupakan satu kesatuan yang utuh, terdiri dari
warga ranah dan perantau, yang Duduak Samo Randah, Tagak Samo Tinggi.
1
(6) Warga Ranah adalah warga masyarakat Minangkabau yang bermukim di Provinsi
Sumatera Barat
(7) Perantau adalah warga masyarakat Minangkabau yang bermikim di daerah rantau.
(8) Payung Panji adalah tokoh pemerintahan tertinggi yang diharapkan akan memberikan
pengayoman terhadap warga masyarakat Minangkabau, baik di Ranah maupun di
Rantau.( DIHILANGKAN )
(9) MENJADI NO 8
8.Gerakan Ekonomi dan Budaya Minang – disingkat Gebu Minang – adalah gerakan
sukarela kemasyarakatan yang bersifat kolektif, beranggotakan ikatan-ikatan keluarga
Minang di tingkat Kabupaten dan kota didaerah rantau, yang dibentuk dengan tujuan
mengembangkan dan mendayagunakan potensi dan sumber daya manusia warga
masyarakat Minangkabau sebagai warga negara republik Indonesia, untuk
meningkatkan kesejahteraan dan taraf hidupnya, bauk lahir maupun bathin.
(10) MENJADI NO 9
9. ORGANISASI ( Ikatan – DIHILANGKAN ) Keluarga Minang dan organisasi sejenis
lainnya , ( disingkat IKM,-dihilangkan ) adalah organisasi yang dibentuk oleh
perantau Minang pada tingkat Kabupaten dan Kota di daerah Rantau, yang
keanggotaannya terdiri dari mereka yang berasal dari Nagari atau kesatuan
kekeluargaan yang sejenis dengan itu.
10. Pembangunan Manusia adalah gerakan dan proses menjamin ketersediaan
minimum dari kualitas hidup manusia yang layak, yang terdiri delapan sasaran, yaitu
penghapusan kemiskinan dan kelaparan; menjamin tersedianya pendidikan dasar;
mendorong kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan; mengurangi kematian
anak; memperbaiki kesehatan ibu; memerangi penyakit menular HIV/AIDS, malaria
dan penyakit-penyakit lainnya; menjamin keselestarian lingkungan; dan
mengembangkan kerjasama pembangunan pada skala global.
BAB II
NAMA DAN TEMPAT KEDUDUKAN,WAKTU
Pasal 2
NAMA
Perkumpulan (sukarela –DIHILANGKAN ) ini bernama Gerakan Ekonomi dan Budaya
Minang, disingkat Gebu Minang, ( berkedudukan di Ibukota Republik Indonesia, dengan
pengurus daerah diseluruh wilayah hukum Indonesia dan di luar negeri dimana perantau
Minang berada.-DIHILANGKAN )
Pasal 3
TEMPAT KEDUDUKAN ( TAMBAHAN PASAL )
Gebu Minang PUSAT BERKEDUDUKAN DI DAERAH KHUSUS IBU KOTA JAKARTA
Pasal4
WAKTU
Gebu minang didirikan di bukitinggi tanggal 24 Desember 1989 untuk waktu yang tidak
ditentukan.
2
BAB III
ASAS DAN TUJUAN
BAB IV
VISI DAN MISI
(1) Visi Gebu Minang adalah terwujudnya masyarakat Rantau dan Ranah yang dinamis,
terpadu, berorientasi ke masa depan, sejahtera, kreatif, sehat lahir dan batin, dan
mampu mengantisipasi serta menjawab tantangan dan memanfaatkan peluang yang
terbuka dalam hidup berbangsa dan bernegara.
(2) Misi Gebu Minang adalah memfasilitasi, memotivasi, mendinamisasi, dan
mendayagunakan potensi masyarakat Rantau dan Ranah dalam kerangka Negara
Kesatuan Republik Indonesia sehingga mampu meningkatkan kesejahteraan dan taraf
hidupnya, baik lahir maupun bathin, dengan kekuatannya sendiri.
BAB V
LAMBANG
BAB VI
KEBIJAKAN DASAR DAN USAHA
3
(1) Kebijakan dan strategi dasar Gebu Minang dalam upaya pemberantasan kemiskinan
dari warga Minangkabau adalah kebijakan dan strategi harga diri Gelombang kedua,
dengan cara mensosialisasikan dan memanfaatkan secara optimal hak sebagai warga
negara Indonesia, baik hak ekonomi, sosial, dan budaya, maupun hak sipil dan politik,
untuk mempertebal kepercayaan dengan kemampuan diri sendiri; mencegah timbulnya
ketergantungan kepada pihak lain, dan menyediakan fasilitas serat peluang untuk
berusaha serta melakukan pembinaan dan pelatihan manajemen bisnis,
kewirausahaan, perilaku bisnis, dan pengembangan mental wirausaha.
(2) Gebu Minang menjalankan usaha-usaha :
(a) Menanamkan semangat kepercayaan kepada kemampuan diri sendiri
(b) Mensosialisasikan hak ekonomi, sosial, dan budaya serat hak sipil dan politik warga
Negara Kesatuan Republik Indonesia.
(c) Mendorong pendalaman sejarah dan kebudayaan Minangkabau dalam rangka
pendalaman sejarah dan kebudayaan Indonesia
(d) Mendorong pengkajian dalam bidang sosial ekonomi, sosial budaya, ilmu
pengetahuan, serta teknologi terpadu dan komprehensif, dan mengaplikasikannya
kedalam bidang pendidikan, kesehatan , pertanian, perdagangan, pariwisata,
sedemikian rupa sehingga mampu memberikan sumbangan yang berarti untuk
peningkatan kualitas kehidupan paguyuban masyarakat Minang di Rantau maupun
untuk mensukseskan pembangunan didaerah Sumatera Barat.
(e) Menghimpun dan menyebarluaskan informasi, baik melalui media cetak maupun
elektronik tentang berbagai hal yang terkait dengan upaya peningkatan taraf hidup
masyarakat Minang di Rantau dan didaerah Sumatera Barat.
(f) Menyediakan tenaga-tenaga ahli dari Rantau sebagai sukarelawan.
(g) Menyediakan fasilitas dan peluang untuk berusaha.
(h) Melakukan kegiatan-kegiatan lainnya yang sah.
BAB VII
KEANGGOTAAN
DIGANTI MENJADI :
BAB VIII
HAK BICARA & HAK SUARA
Pasal 13
(1) Setiap orang yang diundang hadir dalam Musyawarah Besar dan rapat-rapat Gebu
Minang mempunyai hak berbicara, yaitu hak untuk menyampaikan dan untuk
didengar pendapatnya.
5
(2) Hak suara, yaitu hak untuk ikut serta dalam proses pengambilan keputusan, hanya
dipunyai oleh Dewan Eksekutif Gebu Minang Pusat, Pengurus Gebu Minang
Daerah, Ikatan-ikatan Keluarga Minang yang menjadi anggota Gebu Minang, serta
Badan-badan usaha yang didirikan atau dibina oleh Yayasan Gebu Minang.
(3) Dalam rangka pengkaderan serta untuk memberikan perhatian pada
kekhususannya, kepada kelompok-kelompok khusus seperti generasi muda, Bundo
Kanduang dan urang sumando dapat diberikan hak suara.
Pengaturan lebih lanjut dari hak bicara dan hak suara ini diatur lebih lanjut dalam
Anggara Rumah Tangga.
DIGANTI MENJADI :
1.Setiap anggota Biasa mempunyai Hak Bicara dan Hak Suara
2. Peninjau dan Undangan lainnya hanya mempunyai Hak Bicara
3. Ketentuan lebih lanjut ditetapkan dalam Anggaran Rumah Tangga
BAB IX
SUSUNAN ORGANISASI
(1) Sesuai dengan budaya masyarakat Minangkabau yang bersifat egalitarian, Duduk
Sama Rendah, Tegak Sama Tinggi, organisasi Gebu Minang dirancang untuk
berfungsi sebagai penghubung, forum, fasilitator, dan wadah komunikasi untuk
seluruh warga masyarakat Minangkabau, baik antara sesama warga Rantau
maupun antara warga Rantau dengan warga Ranah
(2) Daerah Rantau yang mengandung peluang dan tantangan yang amat dinamis
merupakan ajang kegiatan utama Gebu Minang.
(3) Untuk memberikan pelayanan secara maksimal terhadap aspirasi dan kepentingan
warga Rantau, khususnya yang sudah bergabung dalam Ikatan-Ikatan Keluarga
Minang, dibentuk sebuah lembaga khusus sebagai payung organisasi.
(4) Dalam rangka ke-ikut sertaan secara langsung dalam pembangunan daerah
Sumatera Barat, serta untuk membina hubungan rill dengan warga Ranah,
bersamaan dengan membina hubungan melembaga dengan pemerintah Daerah,
secara bertahap diadakan kerjasama melembaga dengan organisasi sejenis
didaerah Rantau, baik untuk tingkat propinsi, Kabupaten, Kota, maupun nagari.
(5) Struktur organisasi Gebu Minang terdiri dari dua tingkat, yaitu Gebu Minang Pusat
di tingkat Nasional, dan Gebu Minang Daerah, atau lembaga yang sejenis dengan
itu, ditingkat Propinsi.
(6) Gebu Minang Pusat ditingkat Nasional terdiri dari unsur-unsur :
a. Musyawarah Besar
b. Dewan Eksekutif dibawah pimpinan ketua umum, yang dipilih oleh Musyawarah
Besar untuk melaksanakan keputusan-keputusannya.
c. Sekretariat Jendral yang dipimpin oleh Sekretaris Jendral, yang diangkat oleh
Dewan Eksekutif untuk memberikan pelayanan administratif.
d. Kelompok Pengampu.
6
(7) Untuk mendampingi Dewan Eksekutif, Musyawarah Besar mengangkat Payung
Panji, Dewan Penasehat, dan Dewan Penyantun.
(8) Jika dipandang perlu dapat dibentuk Dewan Pakar.
(9) Struktur Kepengurusan Gebu Minang Daerah, terutama di daerah rantau,
disesuaikan dengan latar belakang sejarah, budaya, serta kondisi kelembagaan
masyarakat Perantau didaerah yang bersangkutan.
DIGANTI MENJADI :
Pasal 15
FUNGSI
Budaya masyarakat minangkabau dengan frasa “ duduk samo randah dan tagak samo
tinggi “ maka organisasi ini berfungsi sebagai penghubung dan forum fasilitator
sebagai wadah komunikasi
Pasal 16
SIFAT
Bersifat koordinatif dan konsultatif dalam rangka memberikan pelayanan yg mAkasiMal
kepada anggota dan pemangku kepentingan ( stake Holder )
Pasal 17
STRUKTUR ORGANISASI
Struktur Organisasi Gebu Minang teridiri dari dua tingkatan yaitu gebu minang Pusat
tingkat Nasional dan gebu minang daerah tingkat provinsi dan kabupaten, kota dan
lembaga – lembaga sejenis dan ketentuan lebih lanjut di tetapkan dalam anggaran rumah
tangga
Pasal 18
TINGKATAN ORGANISASI
1.Gebu Minang Pusat terdiri dari :
1.1 Dewan Eksekutif
1.2 Dewan Pituo /Kehormatan
1.3 Dewan Penasehat
1.4 Dewan Penyantun
1.5 Dewan Pakar
1.6 Lembaga –lembaga /badan badan sesuai kebutuhan
2. Gebu Minang Daerah rantau dan luar negeri , berpedoman kepada tingkatan organisasi
Gebu minang Pust dan disesuaikan dengan kebutuhan setempat dan tersedianya sumber
daya yang mendukung dan memadai
BAB X
GEBU MINANG PUSAT
Pasal 12( BERUBAH JADI 19 )
(1) Musyawarah Besar, disingkat Mubes, merupakan lembaga tertinggi Gebu Minang
(2) Musyawarah Besar diadakan sekali dalam lima tahun untuk mengambil keputusan
dan mempunyai wewenang untuk :
7
a. Laporan Pertanggungjawaban Dewan Eksekutif dalam masa jabatannya.
b. Laporan Kegiatan Yayasan Gebu Minang.
c. Laporan penggunaan Dana Abadi.
d. Program Kerja Gebu Minang untuk lima tahun berikutnya.
e. Pemilihan Ketua Umum.
f. Usul amandemen Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Gebu Minang.
Note “ ( point No a s/d f diatas yang berwarna biru semua dihilangkan )
DIGANTI MENJADI :
DIGANTI MENJADI :
b. Peninjau
(4) Rancangan Kerangka Acuan, Peraturan Tata Tertib, Panitia Pengarah, dan Panitia
Pelaksana Musyawarah Besar disiapkan oleh Dewan Eksekutif.
(5) Sebelum menghadiri Musyawarah Besar, Gebu Minang Daerah mengadakan
pertemuan Pra- Musyawarah Besar untuk mempersiapkan laporan kegiatan dan
masukan..
8
(6) Ketentuan lebih lanjut mengenai Musyawarah Besar diatur dalam Anggaran Rumah
Tangga.
PASAL 13
Dewan Eksekutif
(1) Dewan Eksekutif terdiri dari Ketua umum yang dipilih oleh Musyawarah Besar
secara langsung, umum, bebas dan rahasia, dibantu oleh Pengurus Harian.
(2) Calon-calon Ketua Umum dimajukan oleh kepengurusan Gebu Minang yang lama,
berdasarkan kriteria :
a. Kesediaan dan keikhlasan untuk memimpin Gebu Minang.
b. Kecintaan kepada budaya dan masyarakat Minangkabau.
c. Berjiwa Demokrat
d. Kemampuan kepemimpinan yang andal.
e. Kemandirian secara ekonomi.
f. Kematangan pribadi.
g. Mempunyai jaringan kerjasama yang luas.
h. Keleluasan untuk mengunjungi para Perantau Minang di seluruh Indonesia.
(3) Pengurus Harian Gebu Minang disusun dan diangkat oleh Ketua Umum terpilih
bersama dengan para formatur, dan berkonsultasi dengan pemuka-pemuka
masyarakat Minang didaerah Rantau, paling lama satu bulan setelah berakhirnya
Musyawarah Besar, dan terdiri dari :
a. Ketua Harian
b. Dua orang Ketua atau lebih, sesuai dengan kebutuhan.
c. Sekretaris Jenderal, secara ex-Officio
d. Bendahara
e. Beberapa orang Anggota Pengurus Harian lain yang secara fungsional
diperlukan untuk kelancaran tugas Pengurus Harian, antara lain untuk
mengelola kegiatan :
1) Hubungan Masyarakat
2) Komunikasi Elektronik
(4) Setiap Ketuia menjadi koordinator dari bidang atau kelompom tertentu, khususnya
untuk menangani :
a. Hubungan melembaga dengan Pemerintah Daerah dan Masyarakat Ranah.
b. Ikatan-Ikatan Keluarga Minang di Rantau.
c. Generai Muda
d. Bundo Kanduang
e. Kelompok Urang Sumando
f. Kelompok Pengampu, yang menangani program-program Gebu Minang secara
otonom.
(5) Seluruh Pengurus yang termasuk dalam Dewan Eksekutif bersifat sukarela dan
tidak menerima gaji dan honoraria.
(6) Ketentuan lebih lanjut mengenai Dewan Eksekutif diatur dalam Anggaran Rumah
Tangga.
PASAL 14
Sekretariat Jendral
9
(1) Sekretariat Jendral adalah lembaga administratif yang bersifat purna waktu untuk
memberikan pelayanan administratif kepada Dewan Eksekutif, Dewan Penasehat,
dewan Penyantun, dan Dewan Pakar.
(2) Sekretariat Jendral terdiri dari Sekretaris Jendral yang dipilih dan diangkat oleh
Pengurus Harian, Kepala Biro-biro menurut Kebutuhan.
(3) Seluruh Pegawai Sekretariat Jendral adalah tenaga profesional yang memperoleh
gaji dan penerimaan lainnya dari anggara belanja Gebu Minang.
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai Sekretariat Jendral diatur oleh Dewan Eksekutif
Pasal 15
Kelompok Pengampu.
(1) Kelompok Pengampu terdiri dari perseorangan dan atau kelompok warga perantau
yang secara sukarela bersedia untuk mengabdikan dan mendayagunakan
pengalaman dan kemampuan profesionalnya untuk mengelola suatu bidang
kegiatan yang penting untuk memajukan kesejahteraan warga Minangkabau, baik
di Ranah maupun di Rantau.
(2) Kelompok Pengampu serta bidang kegiatannya tercantum dalam daftar Informasi
kegiatan dan saran kebijakan yang merupakan Program Kerja Gebu Minang.
(3) Daftar Informasi Kegiatan dan Saran Kebijakan ditetapkan dalam Musyawarah
Besar, dan dikembangkan secara terus menerus oleh Dewan Eksekutif.
(4) Dewan Eksekutif mengadakan koordinasi dan mendayagunakan potensi Kelompok
Pengampu secara berdaya guna dan berhasil guna.
(5) Para anggota Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia yang mewakili daerah
Pemilihan Sumatera Barat dan para anggota diharapkan bekerjasama dengan
Gebu Minang sebagai Pengampu dalam bidang yang menjadi tanggung jawabnya.
(6) Kelompok Pengampu mengatur organisasi, prosedur, dan tata kerjanya sendiri.
(7) Dalam melakukan kegiatannya, para Pengampu bekerjasama dengan Ketua Gebu
Minang Pusat Bidang Koordinasi Pengampu dan dengan Gebu Minang Daerah.
Pasal 16
Payung Panji Ranah Minang dan Payung Panji Perantau Minang
(1) Payung Panji Ranah Minang adalah tokoh pimpinan Masyarakat tertinggi, yang
secara ex-officio dijabat oleh Gubernur, para Bupati dan para walikota didaerah
Sumatera Barat.
(2) Rujukan Dasar tentang hubungan melembaga antara warga Rantau yang diwakili
oelh Gebu Minang dengan Gubernur Provinsi Sumatera Barat tercantum dalam
memorandum kesepakatan.
(3) Untuk kelancaran komunikasi dengan para perantau Minang, Gubernur Provinsi
Sumatera Barat selaku Payung Panji ranah Minang diharapkan mengangkat
seorang pejabat tinggi Pemerintah Daerah sebagai penghubung.
(4) Sesuai dengan pepatah, Dimana Bumi Dipijak, Disana Langit Dijunjung, Gubernur,
Bupati, dan Walikota dari Propinsi Tempatan dimintakan kesediannya menjadi
Payung Panji Perantau Minang.
10
Pasal 17
Dewan Penasehat, Dewan Penyantun, Dan Dewan Pakar.
(1) Dewan Penasehat Gebu Minang terdiri dari tokoh-tokoh masyarakat Minangkabau,
baik di Ranah maupun di Rantau, yang karena pengalaman, kemampuan, prestasi,
dan atau kearifannya, dapat memberikan saran kebijakan untuk memperlancar
terlaksananya program-program Gebu Minang.
(2) Para Anggota Dewan Perwakilan Rakyat RI dan Anggota Dewan Perwakilan
Daerah RI yang mewakili daerah pemilihan Sumatera Barat karena jabatannya
diangkat sebagai Dewan Penasehat.
(4) Dewan Pakar terdiri dari pakar ilmu pengetahuan dan teknologi, yang dapat
memberikan nasihat berkeahlian untuk kelancaran pelaksanaan program-program
Gebu Minang.
BAB XI
Pasal 18
Fungsi, Sifat, dan Struktur Gbeu Minang Daerah
(1) Gebu Minang Daerah merupakan bagian integral dari kepengurusan Gebu Minang
Pusat dan berfungsi sebagai koordinator wilayah dari kegiatan Ikatan-ikatan
Keluarga Minang di daerah Rantau pada tingkat Propinsi, baik yang dibentuk
secara khusus untuk itu, maupun yang disyahkan dari organisasi sejenis yang
sudah ada sebelumnya.
(2) Jika dipandang perlu dapat dibentuk Gebu Minang Daerah di Provinsi Sumatera
Barat.
(3) Gebu Minang Daerah dapat menyusun dan mengembangkan strukturnya sendiri
sesuai dengan latar belakang sejarang dan kebutuhannya.
(4) Gebu Minang Daerah menginformasikan secara berkala perubahan susunan
kepengurusan, serta alamat kantornya kepada Gebu Minang Pusat untuk
mendapatkan pengesyahan.
BAB XII
YAYASAN GEBU MINANG
Pasal 19
(1) Untuk membinan dan mengembangkan bank-bank perkreditan rakyat, serta badan-
badan usaha lainnya yang pembentukannya didorong oleh Gebu Minang, sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan dibentuk Yayasan Gebu
Minang.
11
(2) Struktur organisasi Yayasan Gebu Minang disesuaikan dengan ketentuan Undang-
Undang Nomor 16 Tahun 2011 Tentang Yayasan, yang telah diubah dengan
Undang-undang Nomor 28 tahun 2004 Tentang Perubahan Undang-undang Nomor
16 Tahun 2001.
(3) Karena jabatannya, Ketua Umum Gebu Minang duduk sebagai Ketua Dewan
Pembina dalam Kepengurusan yayasan Gebu Minang.
(4) Melalui putusan rapat umum pemegang sahamnya masing-masing, setiap badan
usaha yang ada dalam jajaran Gebu Minang, dianjurkan untuk menyediakan
sebanyak 25 (dua puluh lima) prosen dari keuntungan badan-badan usaha yang
ada didalamnya ada saham Yayasan Gebu Minang bagi kegiatan pembinaan
Sumber Daya Manusia, baik di Ranah maupun di Rantau, termasuk untuk kegiatan
sosial, budaya, dan agama.
BAB XIII
DANA ABADI
Pasal 20
BAB XIV
HARTA KEKAYAAN
Pasal 21
BAB XV
ANGGARAN RUMAH TANGGA.
Pasal 22
(1) Hal-hal yang belum diatur atau belum cukup diatur dalam Anggaran Dasar ini akan
diatur dalam Anggaran Rumah Tangga.
(2) Anggaran Rumah Tangga memuat uraian yang lebih rinci dari hal-hal yang belum
cukup jelas dalam Anggaran Dasar, dengan syarat tidak boleh bertentangan
dengan Anggaran Dasar.
(3) Anggaran Rumah Tangga ditetapkan oleh Dewan Eksekutif di Tingkat Nasional,
selambat-lambatnya 6 (enam) bulan setelah disahkannya Anggaran Dasar ini.
BAB XVI
PERUBAHAN ANGGARAN DASAR
Pasal 23
(1) Perubahan Anggaran Dasar Gebu Minang hanya dapat dilakukan oleh
Musyawaranb Besar Gebu Minang yang dihadiri oleh sedikitnya 2/3 (dua pertiga)
ikatan-ikatan keluarga Minang yang menjadi anggota Gebu Minang.
(2) Keputusan perubahan Anggaran Dasar baru dianggap sah jika usul perubahan
disetujui 2/3 (dua pertiga) peserta yang hadir.
BAB XVII
PEMBUBARAN
Pasal 24
(1) Usul pembubaran Gebu Minang hanya dapat disampaikan dalam Musyarawah
Besar Gebu Minang yang dihadiri sedikitnya 3/4 (tiga perempat) jumlah ikatan-
ikatan Keluarga Minang yang menjadi anggota Gebu Minang.
(2) Keputusan pembubaran baru dianggap sah jika usul pembubaran tersebut disetujui
oleh 3/4 (tiga perempat) peserta Musyarawah Besar yang hadir.
(3) Jika pembubaran Gebu Minang disetujui, segala harta kekayaan Gebu Minang
setelah dipotong hutang-hutang, diserahkan kepada Pemerintah Daerah Sumatera
Barat untuk digunakan bagi program ekonomi, sosial dan budaya.
BAB XVIII
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 25
(1) Anggaran Dasar ini mulai berlaku sejak ditetapkan oleh Musyarawah Besar IV
Gebu Minang di kota Sawahlunto.
13
(2) Dengan berlakunya Anggaran Dasar ini, maka Anggaran Dasar yang ditetapkan
oleh Musyarawah Besar III Gebu Minang di kota Bukittinggi pada tanggal 6 Januari
2001 dinyatakan tidak berlaku lagi.
PIMPINAN SIDANG
Musyarawah Besar IV GEBU MINANG
PANITIA PENGARAH
14
15