Anda di halaman 1dari 15

PANDUAN PENULISAN BAHASA MELAYU

LENTERA TIMUR CHANNEL

1. PENULISAN JUDUL
A. Judul tulisan tida’ boleh frase non-kalimat.
Misal: Polisi Tangkap Penyelundup (salah)
Polisi Menangkap Penyelundup (benar)
Jaksa Agung Janji Berantas Calo (salah)
Jaksa Agung Berjanji Memberantas Calo (benar)

B. Tanda petí’ dalam judul


Dalam judul, yang dipakai adalah tanda petí’ tunggal. Tanda petí’ dalam judul hanya dipakai untó’ arti
kiasan.
Misal: Présiden adalah ‘Pelayan’ Masyarakat
Adakah ‘Pemulung Besar’ dalam Proyek itu?

C. Dalam judul, kata yang dalam tulisan dicèta’ miring (kata asing, nama mèdia, judul buku) tetap ditulis
tega’ dan tanpa tanda petí’.

D. Tanda kutip digunakan untó’ menunjukkan pernyataan narasumber yang bukan dari Lentera Timur
Channel.

E. Judul wawancara tida’ perlu menggunakan tanda petí’ jika nama atau idèntitas narasumber dijadikan
bahagian dari judul.
Misal: Presiden: Hukum Adat Harus Diakui

F. Untó’ kata ulang murni, kata kedua ditulis dengan huróf kecil.
Misal: Cukong-cukong Segera Ditangkap
Pengecualian digunakan untó’ kata-kata yang dipakai sebagai nama atau istilah resmi.
Misal: Indonesia Ta’ Memiliki Undang-Undang Agraria yang Pro Petani

G. Untó’ kata ulang semu, kata keduanya ditulis dengan huróf kecil (kecuali undang-undang).
Misal: Kupu-kupu Terbang ke Langit Biru

H. Untó’ kata ulang biasa (menjama’kan), kata keduanya ditulis dengan huróf besar.
Misal: Mobil-Mobil di Lapangan Menjadi Saksi

I. Judul ditulis dengan huróf besar untó’ setiap kata, kecuali kata yang berjenis partikel.
Misal: ala atau buat
dan dari daripada
dengan di karena
ke kepada pada
per pun sampai
setelah sebelum tanpa
tapi tentang tetapi
untó’ yang

Contoh dalam kalimat:


Memancing tanpa Umpan tetapi Hasilnya Menakjubkan
Antara Anyèr dan Jakarta
Untung untó’ Saya, Buntung untó’ Semua

2. PENULISAN RUJUKAN DALAM TULISAN YANG ADA DI LENTERATIMUR.COM


Setiap tulisan yang di dalamnya merujuk pada tulisan yang ada di LenteraTimur.com, digunakan tanda dalam
kurung yang berisi “lihat”. Adapun rujukan tersebut dibuatkan link yang menghubungkan tulisan tersebut
pada tulisan rujukan.
Misal: … tulis dosèn Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, Maman S. Mahayana
(lihat Mudè’ di Indonesia dan Korea).
… kata Rinto, Minggu (28/11) (lihat juga NKRI Belum Final).

3. PENCANTUMAN PENULIS BERITA DI AKHIR TULISAN


Penulisan nama penulis sudah otomatis tercantum di dalam naskah. Namun, jika suatu naskah dikerjakan
oleh lebih dari satu orang, maka nama-namanya ditulis lengkap. Nama pertama adalah penulis asli dan yang
kedua adalah pelengkap. Sebutkan nama wilayahnya jika matèri tulisan lintas wilayah.
Misal: Ken Miryam Vivekananda | Soffa Ihsan
Ken Miryam Vivekananda (Jakarta) | Arif Budiman (Yogyakarta) | Soffa Ihsan (Jakarta)

4. PENULISAN MATA UANG DAN ANGKA


A. Satuan uang asing harus dikonvèrsi ke rupiah dengan tetap menyebut satuan aslinya.

B. Nama mata uang selalu ditulès dengan huróf kecil, kecuali di awal kalimat.
Misal: Nilai tukar rupiah terhadap dolar selalu merosot.
Saya kekurangan koleksi uang baht dan mark Jerman.

C. Kecuali dolar (aslinya dollar), nama mata uang selalu ditulis dalam bentuk aslinya dan tida’ ditulis miring.
Misal: Mata uang Prancis adalah franc.
Mata uang Ekuador adalah sucre.
Mata uang Inggris adalah poundsterling.

D. Jumlah rupiah ditulis dengan lambang "Rp" dengan tanda titik dan spasi.
misal: Rp. 151.350 (bukan Rp151.350,00)

E. Jumlah uang ditulis dengan tanda aslinya.


Misal: US$ 1.523 (bukan 1.523 dolar AS)
S$ 2.150 (bukan 2.150 dolar Singapura)
A$ 3.250 (bukan 3.250 dolar Australia)

F. Jumlah setengah yang tida’ menunjukkan lima persepuluh tida’ ditulis dengan angka 0,5.
Misal: bukan 3,5 jam, tapi 3 jam 30 menit; 3.30 menit; 90 menit, atau tiga setengah jam.
bukan 7,5 tahun, tapi 7 tahun 6 bulan; 90 bulan, atau tujuh setengah tahun.

G. Jumlah angka bulat juta, miliar, triliun, ditulis dengan huróf.


Misal: Ibu memberi uang saku Rp. 2 juta (bukan Rp. 2.000.000).
Penduduk dunia pada 2020 diperkirakan 5 miliar (bukan 5.000.000.000) orang.

H. Dengan alasan agar mudah dibaca, angka yang masih dapat ditulès dari satu hingga dua kata ditulès
dengan huróf. Namun henda’nya ini disesuaikan konteks situasi dan kebahasaan.
Misal: Seribu rupiah, bukan Rp. 1.000 atau Rp. 1 ribu
Dua ribu dolar AS, bukan US$ 2.000 atau US$ 2 ribu
Sepuluh ribu rupiah, bukan Rp. 10 ribu atau 10.000 ribu rupiah.
Naè’ seribu persen, bukan 1 ribu atau 1.000 persen atau 1 ribu %
Menampung dua ribu penumpang, bukan 2 ribu atau 2.000 penumpang
Sembilan ratus nyawa melayang, bukan 900 nyawa melayang
Sepuluh ribu kilometer, bukan 10 kilometer atau 10.000 kilometer
Fleksibilitas bisa terjadi dengan konteks yang sesuai.
Misal: Jangankan seratus tahun, seribu tahun pun aku sanggup.
Sejuta bintang di langit ta’ cukup buatku.

5. PENULISAN UKURAN DAN TIMBANGAN


A. Kecuali dalam tabèl, penulisan satuan berat, panjang, persen, dan lain-lain supaya ditulis dengan huróf.
Misal: 24 persen (bukan 24%)
25 kilometer (bukan 25 km)
Sepuluh sentimeter (bukan 10 cm)
28 meter kubik (bukan 28 m3)

B. Singkatan satuan yang berasal dari nama orang juga ditulis dengan huróf besar tapi bentuk lengkapnya
dengan huróf kecil untó’ membedakan dengan nama pribadi orangnya.
Misal: Hukum gravitasi ditemukan oleh Newton.
Ada sebuah gaya yang berkekuatan 23 newton (disingkat menjadi 23 N)
Dengan alasan kelaziman, untó’ satuan ukuran tertentu, penggunaan singkatan tetap dibolehkan, meski
dipujikan untó’ tetap dipanjangkan di awal mula tulisan
Misal: 100 cc
5.000 cc
25o C
700 MW
100 MWh

C. Ukuran yang tida’ populer di masyarakat dikonvèrsi ke ukuran yang lazim digunakan.
Misal: mil menjadi kilomètèr
derajat Fahrenheit menjadi derajat Cèlsius
kaki menjadi mètèr

6. HURÓF YANG DIBESARKAN DARI SUATU KATA


Paham yang berasal dari nama orang ditulis dengan huróf besar
Misal: Marxisme
Leninisme

7. NAMA GELAR
A. Gelar atau pangkat asing yang ta’ ada istilahnya dalam bahasa sehari-hari, atau memiliki makna tertentu,
boleh ditulis dalam bentuk aslinya.
Misal: vice presidènt
sènior vice presidènt
assistant vice presidènt
chief èxecutive officer

B. Jika gelar atau pangkat asing tersebut dapat diterjemahkan, maka sebaè’nya diterjemahkan.
Misal: public relation menjadi hubungan masyarakat atau juru bicara
corporate secretary menjadi juru bicara perusaha’an

C. Pangkat kepolisian seseorang dipakai sekali dalam satu tulisan (sebaiknya tida’ disingkat), selanjutnya
disebut namanya saja.
Misal: AKBP, sebaiknya Ajun Komisaris Besar Polisi
AKP, sebaiknya Ajun Komisaris Polisi
Kombes, sebaiknya Komisaris Besar
Irjènpol, sebaiknya Inspektur Jènderal Polisi
Kompol, sebaiknya Komisaris Polisi

8. SINGKATAN DAN AKRONIM


A. Dalam menulès singkatan dan akronim, maka yang ditulèskan terlebih dahulu adalah nama panjangnya
baharu singkatannya.

B. Singkatan dan akronim, terutama yang tida’ populèr atau dapat membingungkan, tida’ dianjurkan. Ia
harus ditulès kepanjangannya.
Misal: tempat kejadian perkara (TKP)
pencurian kendaraan bermotor (curanmor)
paja’ bumi dan bangunan (PBB) atau
Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB)

C. Singkatan dan akronim yang populer (batas antara yang populer dan tida’ memang kabur) boleh dipakai.
Misal: satpam
puskesmas
posyandu
hansip
KTP

D. Singkatan dan akronim tida’ dianjurkan. Jika dirasa kepanjangan, maka ia hanya ditulis di awal saja dan
selanjutnya digunakan nama depan.
Misal: Dèwan Perwakilan Ra’yat, selanjutnya Dewan
Majelis Permusyawaratan Ra’yat, selanjutnya Majelis
Komisi Pengawas Persaingan Usaha, selanjutnya Komisi
PT. Awan Putih Jaya, selanjutnya PT. Awan
Jika dalam satu naskah ada dua nama dewan, seperti Dewan Perwakilan Rakyat dan Dewan
Perwakilan Daerah, maka yang digunakan adalah singkatannya. Pengecualian dapat dilakukan
pada sejumlah bank, seperti Bank BNI atau Bank Bukopin, dimana penulisannya ta’ perlu
dipanjangkan.

E. Nama wilayah tida’ disingkat.


Misal: Sumatera Barat, bukan Sumbar
Korèa Utara, bukan Korut
Amèrika Syrikat, bukan AS (kecuali mata uang)

F. Singkatan kementerian atau instansi tida’ dilakukan. Jika dirasa terlalu panjang, apalagi karena disebut
berkali-kali dalam tulisan, maka kepanjangannya ditulis sekali dalam permulaan dan selanjutnya disebut
jabatan dan namanya saja.
Misal: Menko Kesra Hatta Radjasa, menjadi Menteri Koordinator Kesejahteraan Rakyat Hatta Radjasa,
selanjutnya menjadi Menteri Hatta Radjasa atau Hatta Radjasa saja.

G. Singkatan asing yang dirasa tida’ popular di masyarakat, sebaiknya disesuaikan.


Misal: Liberal Democratic Party (LDP), menjadi Partai Demokratik Liberal (PDL)

H. Istilah Paman Sam yang dipakai banyak media sebagai terjemahan dari Uncle Sam untó’ menyebut
Amèrika Syarikat tida’ dipakai. Uncle Sam, dalam perspektif bahasa Inggris, adalah nama lain dari United
States. Ia dipadan-padankan dengan merujuk pada akronim U dan S. Maka ketika Uncle Sam
diterjemahkan menjadi Paman Sam, maknanya sudah tida’ tepat.

9. KATA DAN BENTÓ’ KATA YANG DIKECUALIKAN


Ada sejumlah kata, karena alasan kelaziman, yang tida’ menaati hukum peluluhan huróf k-p-s-t. Kata tersebut
adalah:

1. kafír
2. kaji
3. kambing hitam
4. kampanyè
5. kamuflase
6. kandidat
7. kapling
8. karantina
9. kartun
10. kasasi
11. kategori
12. kilap
13. kilat
14. kolaborasi
15. kolèksi
16. kompromi
17. komunikasi
18. kondisi
19. konfirmasi
20. konfrontasi
21. konotasi
22. konsèntrasi
23. konsèsi
24. konsinyasi
25. konsolidasi
26. konstruksi
27. konsultasi
28. konsumsi
29. kontaminasi
30. kontradiksi
31. kontras
32. konvèrsi
33. ko’optasi
34. ko’ordinasi
35. korèlasi
36. korporasi
37. korupsi
38. kuadrat
39. kualifikasi
40. kudèta
41. kufur
42. kultur
43. kultus
44. pailit
45. pantomim
46. paradoks
47. paralel
48. parodi
49. pasièn
50. pasteurisasi
51. patèn
52. peduli
53. pengaruh
54. percaya
55. peringkat
56. perkara
57. persèpsi
58. persona
59. pesona
60. petisi
61. polarisasi
62. polemik
63. politik
64. politisasi
65. politisir
66. populèr
67. pora’-poranda
68. posisi
69. puasa
70. publik
71. publikasi
72. puisi
73. punya
74. pusaka
75. sabotasè
76. sèntralisasi
77. simpang-siur
78. simulasi
79. sinérgi
80. sinkron
81. sinyalir
82. sirkulasi
83. sistem
84. sodomi
85. solid
86. subkatègori (dan “sub” lain)
87. suci
88. sugèsti
89. supervisi
90. suplai
91. surplus
92. survey
93. tabu
94. teror
95. tolèransi
96. torpèdo

10. PEMBENTÓKAN KATA YANG PERLU DIPERHATIKAN


Bentó’ ulang yang diberi awalan me-, jika huróf pertamanya luluh, huróf pertama dari kata kedua juga
luluh.
Misal: kibar menjadi mengibar-ngibarkan
putar menjadi memutar-mutar
tukar menjadi menukar-nukarkan
sia-sia menjadi menyia-nyiakan
Ada kata yang mungkin bisa dikecualikan.
Misal: kota’ bukan mengota’-ngota’kan, tapi mengkota’-kota’kan

Kata ulang "unik" yang diberi awalan me-, jika kata pertamanya luluh, kata kedua tida’ luluh.
Misal: pora’-poranda memora’-porandakan
simpang-siur menyimpang-siurkan

11. PEMAKAIAN TANDA PETÍ’ PADA KATA


Tanda petí’ digunakan untó’ panduan dalam membaca.
Misal: jama’ah, bukan jamaah
mas’alah, bukan masalah
kebudaya’an, bukan kebudayaan
sapa’an, bukan sapaan
perusaha’an, bukan perusahaan

12. KATA DAN ISTILAH YANG SERING SALAH TULIS

A
adík bukan adik atau adek
administratur bukan administrator
afkir bukan apkir
akil baligh bukan akilbaliq
aksèsori bukan asesori
akta bukan akte
aktif bukan aktip
aktivis bukan aktifis
aktivitas bukan aktifitas
alawiyyah bukan alawiah
alumni bukan alumnus (meskipun tunggal)
alqur’an bukan alquran
ambulans bukan ambulan
amèndemèn bukan amandemen atau amendemen
analisis bukan analisa
angpau bukan angpao, ampao
ansèmbel bukan ensambel
antrè bukan antri
aplód bukan unggah atau upload
apotèk bukan apotik
ashar bukan asar
asasi bukan azasi
atmosfír bukan atmosfer
ató’ bukan atuk atau atok
athèis bukan ateis
amuba bukan ameba
autèntik bukan otentik
adzan bukan azan

B
bahagian bukan bagian
baharu bukan baru
bapa’ bukan bapak
batalion bukan batalyon
birahi bukan berahi
biliar bukan bilyar
bot bukan boot
buldozer bukan buldoser
bumiputera bukan bumiputra
bungalow bukan bungalo
bungkó’ bukan bongkok atau bungkuk
bus bukan bis

C
cabai bukan cabe
cedera bukan cidera
celsius bukan celcius
cendekiawan bukan cendikiawan
cenderamata bukan cendera mata atau cindera mata
cenderawasíh bukan cenderawasih
cengkèh bukan cengkih
cokelat bukan coklat

D
dató’ bukan datuk atau datok
da’i bukan dai
dèbitur bukan debitor
disain bukan desain
detéíl bukan detil
dèterjèn bukan deterjen atau detergen
disèrsi bukan desersi
diagnosis bukan diagnosa
diniyyah bukan diniah
disertasi bukan desertasi
diskotí’ bukan diskotik
dividèn bukan deviden
divisi bukan devisi
donlód bukan unduh atau download
draf bukan draft
dzikir bukan zikir

E
ema’ bukan emak
éla’ bukan elak
énergi bukan energi
èkstrim bukan ekstrim
èksklusif bukan ekslusif
èlit e bukan elit
ènèrgi bukan energi

F
faham bukan paham
faksimèil bukan faksimili, faksimil
februari bukan pebruari
fihak bukan pihak
fikir bukan pikir
fiqih bukan fikih
fondasi bukan pondasi
front bukan fron
frustrasi bukan frustasi

G
gebuk bukan gebug
gerebek bukan grebek, gerebeg
goa bukan gua
gudeg bukan gudek
goncang bukan guncang

H
hadits bukan hadis
hafal bukan hapal
hakèkat bukan hakekat atau hakikat
harafiyah bukan harafiah atau harfiah
hembus bukan embus
henta’ bukan enta’ - enta’an – mengenta’
henyak bukan enyak
hèktar bukan hektare
himbau bukan imbau
himpit bukan impit
hingar-bingar bukan ingar-bingar
hirarki bukan hierarki
hipotek bukan hipotik
hipotesis bukan hipotesa
hisap bukan isap
hujung, penghujung bukan ujung, pengujung
hutang bukan utang
huróf bukan huruf atau hurup
I
ibtidaiyyah bukan ibtidaiah
ijazah bukan ijasah
impunitas bukan impuniti
indera bukan indra
india-belanda bukan hindia belanda
indonésia bukan indonesia
influènza bukan influensa
intèren bukan intern
intèlijèn bukan intelejen
insyaf bukan insaf
istighfar bukan istigfar
isteri bukan istri
isu bukan isyu
izin bukan ijin

J
jadwal bukan jadual
jama’ah bukan jamaah
jasad bukan jasat
jagat bukan jagad
jenazah bukan jenasah
jènderal bukan jendral
jèrigen bukan jeriken
jeep bukan jip
jum’at bukan jumat
junior bukan yunior

K
ka’ídah bukan kaidah
kaka’ bukan kakak
kantong bukan kantung
kapling bukan kaveling
karir bukan karier
kharisma bukan karisma
kaos bukan kaus
kadaluwarsa bukan kedaluwarsa
kebudaya’an bukan kebudayaan
keraton bukan kraton
khawatir bukan kuatir
khazanah bukan khasanah
khotbah bukan kotbah, khutbah
khusyuk bukan khusuk
khlor, khlorin bukan klor
komoditas bukan komoditi
komplít bukan komplet
komèrsial bukan komersil
konferènsi bukan konperensi
kongkrít bukan kongkret/kongkrit
kur bukan koor
kosmètik bukan kosmetik
krèditur bukan kreditor
kritikus bukan kritisi

L
lebai/lebé/lobé bukan lebei atau lebai
lembab bukan lembap
limósin bukan limosin
luar negara bukan luar negeri

M
maghrib bukan magrib
malaíkat bukan malaekat
mangko’ bukan mangkok
mantera bukan mantra
mas’alah bukan masalah
masjid bukan mesjid
materai bukan meterai
masyghul bukan masgul
masyhur bukan mashur, masyur
mazhab bukan mashab
mèrèk bukan merk
mètamorfosis bukan metamorfosa
musti bukan mesti
mikroba bukan mikrobe
miliar bukan milyar
motto bukan moto
mozaík bukan mosaik
modéren bukan modern
múbaligh bukan mubaligh
mujahídín bukan mujahideen
mungkir, dimungkiri bukan pungkir, dipungkiri
musium bukan museum
musykil bukan musykil

N
nakhoda bukan nahkoda
nanas bukan nenas
nafas bukan napas
narkotik bukan narkotika
naséhat bukan nasihat
nékat bukan nekad
ninabobo’ bukan nina bobok
nomor bukan nomer
nonséns bukan nonsen
novémbér bukan nopember

O
objék bukan obyek
oasis bukan oase
ojék bukan ojeg
om bukan oom
omzét bukan omset
onlén bukan online atau daring
orijinal bukan orisinil

P
paméo bukan pameo
peduli bukan perduli
pelat bukan plat
petí’ bukan petik
perlénté bukan parlente
persén bukan prosen
perséntasé bukan prosentase
politikus bukan politisi
prakték bukan praktik
prangko bukan perangko
présiden bukan presiden
pribumi bukan peribumi
privilej bukan priviles
provinsi bukan propinsi
putera bukan putera
puteri bukan puteri

Q
qur’an bukan quran
qishásh bukan kisas atau kisos

R
ramadhan bukan ramadan
rapi bukan rapih
rélijiusitas bukan religiusitas
rématik bukan reumatik
rembug bukan rembuk
reog bukan reok
républik bukan republik
résistén bukan resistan
réspons bukan respon
rezeki bukan rejeki
riyal bukan rial atau reyal
riléks bukan relaks
rélaksasi bukan rileksasi
risih bukan risi
risiko bukan resiko
rezeki bukan rejeki
rohaniawan bukan rohaniawan

S
saksofon bukan saxofon
samudera bukan samudera
senggama bukan senggama
shálat bukan salat, sholat, atau shalat
shampo bukan shampo
syaraf bukan saraf
saos bukan saus
sastera bukan sastra
sejarawan bukan sejarahwan
sekadar bukan sekedar
seksama bukan saksama
sékulér bukan sekular
sélulér bukan selular
séntimeter bukan centimeter
separúh bukan separo
seyogyanya bukan seyogianya
sifilis bukan sipilis
silakan bukan silahkan
simfoni bukan simponi
sintésis bukan sintesa
sistem bukan sistim
súpir bukan sopir
standar bukan standard
standarisasi bukan standardisasi
stimulus bukan stimuli
subyék bukan subjek
sulthan bukan sultan
supernatural bukan supranatural
surga bukan sorga
sutera bukan sutra
súvenir bukan sovenir
shah (raja) bukan syah
syarikat bukan serikat
syeikh bukan syekh
syah bukan sah

T
ta’ bukan ta’
takhta bukan tahta
takluk bukan takhluk
tampa’ bukan nampak
tarif bukan tarip
tempatan bukan setempat
teologi bukan theologi
terofi bukan tropi
terompet bukan trompet
téaterikal bukan teaterikal
tékad bukan tekat
tékhnik bukan teknik
tékhnisi bukan teknisi
terlanjur bukan telanjur
terlantar bukan teantar
terlentang bukan telentang
télevisi, TV bukan teve, tivi
téléfon bukan telepon, telpon
téori bukan teori
téoritis bukan teoretis
terampil bukan trampil
terong bukan terung
tida’ bukan tida’
tifús bukan tipus
topan bukan tofan, taufan
trend bukan tren
trendi bukan trendy
triliun bukan trilyun
tunjó’ bukan tunjuk

U
unsór bukan unsur
únta bukan onta
uruk bukan urug
ustadz bukan uztad

V
verzét bukan verset

W
wali kota bukan walikota
waswas bukan was-was
wol bukan wool, wul
Z
zaman bukan jaman
zina bukan zinah
zona bukan zone

13. PEDOMAN NAMA WILAYAH ASING


Nama kota asing sebisa mungkin tida’ diterjemahkan atau tetap mengikuti aslinya, kecuali memakai mata
angin dan “city”
Misal: Kota Meksiko bukan Mexico City
Kota New York bukan New York City
Kepulauan Christmas bukan Christmas Island
Kepulauan Cook bukan Cook Island
Carolina Utara bukan North Carolina
Dakota Selatan bukan South Dakota
Pengecualikan dibolehkan untó’ nama tempat yang sudah sangat melekat. West Park atau Central
Park, misalnya, tida’ diterjemahkan menjadi Park Barat atau Tengah Park.

Nama universitas asing sebisa mungkin juga tida’ diterjemahkan.


Misal: Harvard University
University of California Los Angeles
Washington University
Australian National University
Mary Baldwin College

14. PEDOMAN NAMA WILAYAH DI INDONESIA


Penulisan nama wilayah yang ada di Indonesia mengikuti kebiasaan tempatan, baik lafal, ejaan, maupun
pemisahan katanya.

15. PEMAKAIAN HURÓF KAPITAL DAN HURÓF MIRING


A. Huróf Kapital
Huróf kapital atau huróf besar dipakai sebagai:
1. Huróf pertama kata di awal kalimat.
Misal: Dia mengantuk.
Apa maksudnya?
Kita harus bekerja keras.
Pekerjaan itu belum selesai.
2. Huróf pertama petikan langsung.
Misal: Adik bertanya, “Kapan kita pulang?”
“Kemarin engkau terlambat,” katanya.
“Besok pagi," kata Ibu, "dia akan berangkat.”
3. Huróf pertama dalam ungkapan yang berhubungan dengan nama Tuhan dan kitab suci, termasuk kata
ganti untó’ Tuhan.
Misal: Allah
Yang Maha Kuasa
Tuhan telah memanggil hamba-Nya.
4. Huróf pertama nama gelar kehormatan, keturunan, dan keagamaan yang diikuti nama orang.
Misal: Mahaputra Yamin
Sultan Hasanuddin
Haji Agus Salim
Dató’ Haji Jafar
Nabi Ibrahim
5. Huróf kapital tida’ dipakai sebagai huróf pertama nama gelar kehormatan, keturunan, dan keagamaan
apabila tida’ diikuti nama orang.
Misal: Dia baharu saja diangkat menjadi sultan.
Tahun ini ia pergi naik haji.
6. Huróf pertama unsór nama jabatan dan pangkat yang diikuti nama orang atau yang dipakai sebagai
pengganti nama orang tertentu, nama instansi, atau nama tempat.
Misal: Wakil Presiden Try Sutrisno
Laksamana Hang Tuah
Sekretaris Jenderal Departemen Pertanian
Gubernur Papua
7. Huróf kapital tida’ dipakai sebagai huróf pertama nama jabatan dan pangkat yang tida’ diikuti nama
orang atau nama tempat.
Misal: Siapa gubernur yang baharu saja dilantik?
Kemarin dia diangkat menjadi mayor jenderal.
8. Huróf pertama nama bangsa, suku bangsa, dan bahasa.
Misal: Bangsa Jerman
Suku Sunda
Bahasa Inggris
9. Huróf kapital tida’ dipakai sebagai huróf pertama nama bangsa, suku bangsa, dan bahasa yang dipakai
sebagai bentuk dasar kata turunan.
Misal: mengindonesiakan kata asing
keinggris-inggrisan
10. Huróf pertama nama tahun, bulan, hari, hari raya, dan peristiwa sejarah.
Misal: Bulan Agustus
Bulan Maulid
Hari Jum’at
Tahun Hijriah
11. Huróf pertama nama geografi.
Misal: Asia Tenggara
Pegunungan Jayawijaya
Danau Toba
Jalan Lubis
Terusan Suez
12. Huróf kapital tida’ dipakai sebagai huróf pertama istilah geografi yang tida’ menjadi unsór nama diri.
Misal: berlayar ke teluk
pergi ke arah tenggara
13. Huróf pertama semua unsór nama negara, lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, serta nama dokumen
resmi, kecuali kata berjenis partikel seperti “dan”.
Misal: Républik Indonésia
Majelis Permusyawaratan Rakyat
Kementerian Pendidikan dan Kebudaya’an
Keputusan Présiden Républik Indonesia Nomor 57 Tahun 1995
14. Huróf kapital tida’ dipakai sebagai huróf pertama kata yang bukan nama resmi negara, lembaga
pemerintah dan ketatanegaraan, serta nama dokumen resmi.
Misal: negara berbentuk republik
beberapa badan hukum
kerja sama antara pemerintah dan rakyat
menurut undang-undang yang berlaku
15. Huróf pertama setiap unsór bentuk ulang sempurna yang terdapat pada nama badan lembaga
pemerintah dan ketatanegaraan, serta dokumen resmi.
Misal: Perserikatan Bangsa-Bangsa
Yayasan Ilmu-Ilmu Sosial
Undang-Undang Dasar Republik Indonesia
Rencana Undang-Undang Kepegawaian
16. Huróf pertama kata penunjuk hubungan kekerabatan seperti bapa’, ibu, adik, kaka’, paman, saudara yang
dipakai dalam penyapa’an dan pengacuan.
Misal: “Kapan Bapa’ berangkat?” kata Polan.
Surat Saudara sudah saya terima.
“Silakan duduk, Dik,” kata dia.
Besok Paman akan datang.
Mereka mengunjungi rumah Ibu Hasan.
17. Huróf kapital tida’ dipakai sebagai huróf pertama kata penunju; hubungan kekerabatan yang tida’ dipakai
dalam penyapaan atau pengacuan.
Misal: Kita harus menghormati bapak dan ibu kita.
Semua kakak saya sudah berkeluarga.

B. Huróf Miring
1. Huróf miring dipakai untó’ menuliskan nama buku, majalah, surat kabar, kantor berita, judul film, yang
dikutip dalam tulisan.
Misal: Majalah Tempo
Buku Gila ala Suharto karangan Prapanca
Surat kabar Suara Karya
2. Nama ilmiah atau kata asing yang belum dimelayukan.
Misal: Nama ilmiah buah manggis adalah Carcinia mangostana.
Politik divide et impera pernah merajalela di negeri ini.

16. PENULISAN KATA TURUNAN


A. Imbuhan (awalan dan akhiran) ditulis serangkai dengan kata dasarnya.
Misal: bergetar
dikelola
penetapan
menengok
mempermainkan
B. Jika suatu kata diikuti kata berhuróf awal besar, di antara kedua unsór itu diberi tanda hubung (-).
Misal: non-Indonesia
pan-Afrikanisme

17. KATA ATAU ISTILAH YANG TIDA’ DIPAKAI


a. Kata-kata atau istilah yang dianggap memojokkan, menghilangkan eksistensi, dan atau kerap menjadi
proyeksi kekuasaan tertentu dan bersifat sentralistik.
Misal: Primitif
Terbelakang
Terasing
Suku liar
Non-Jawa (dapat dikecualikan jika kontekstual seperti saat mudik)
Suku pedalaman (dalam konteks yang ta’ merujuk pada ruang yang konkret).
Gerakan Pengacau Keamanan (GPK)
Nusantara, istilah yang seringkali dimanipulasi sebagai satuan entitas yang sudah ada sebelum
Belanda ada di Kepulauan Melayu atau India Belanda
Penambang liar
Kulit berwarna

SUMBER:
Lafal orang Melayu pada umumnya, kata asli, standar penulisan di media Tempo, Metro TV, perkuliahan
jurnalistik.

Anda mungkin juga menyukai