Bab II
Bab II
2.1 Pendahuluan
Jika suatu struktur balok menerus menerima beban kerja atau penurunan
pada tumpuan, rotasi pada sumbu batang yang tidak diketahui (unknown
member-axis rotation) tidak terjadi dalam respon perubahan bentuknya.
Akan tetapi, titi buhul portal dapat atau mungkin tidak mempunyai
kebebasan dari jumlah translasi yang tidak diketahui. Meskipun metode
distribusi momen dapat digunakan untuk untuk menganalisis portal dengan
translasi yang tidak diketahui, namun diperlukan proses bertahap untuk
menyelesaikannya. Oleh karena itu, berikut ini diberikan konsep dasar
tentang dasar pemikiran bahwa suatu struktur tidak mempunyai rotasi
sumbu batang yang tidak ketahui.
Respon perubahan bentuk dari suatu balok menerus atau portal tanpa
translasi titik buhul yang tidak diketahui dinyatakan dengan rotasi titik
buhul yang belum diketahui yaitu θB, θC, dan θD seperti ditunjukkan pada
Gambar 2.1(a) dan (c). Secara fisika, hal ini dapat dimungkinkan bahwa
momen pengunci (locking moment) dapat dikerjakan pada titik buhul B, C
II-1
II-2
E
A
B θB C θC D θD
(a)
E
A
B C D
(b)
B
E
A
B’ C θC D θD
θB
(c)
B
E
A
B’ C D
(d)
Gambar 2.1 Kondisi jepit dalam metode distribusi momen
II-3
MA θA
A MB
EI = konstan B
(a)
M AL M AL
3EI θA1 θB1 6 EI
MA
(b)
MB
θA2 θB2
MBL M BL
6 EI 3 EI
(c)
Gambar 2. 2 Penentuan angka kekakuan dan angka induksi ujung jepit
1
MB = MA (2.1)
2
Selanjutnya dengan teorema balok konjugasi pula :
M AL M B L
θA = − θA1 + θA2 = − + =0
3 EI 6 EI
Substitusi persamaan 2.1 ke dalam persamaan di atas akan diperoleh :
⎛ 4 EI ⎞
MA = ⎜ ⎟θ A (2.2)
⎝ L ⎠
Jika selanjutnya ujung jauh jepit pada balok Gambar 2.2(a) diganti
dengan ujunng sendi seperti pada hambar 2.3, dimana MB = 0 maka :
⎛ 3 EI ⎞
MA = ⎜ ⎟θ A (2.3)
⎝ L ⎠
MA θA θB
A B
EI = konstan
Selanjutnya, nilai dalam kurung dalam persamaan 2.2 dan 2.3 adalah
angka kekakuan (stiffness factor) masing-masing untuk ujung jepit dan
ujung sendi. Angka kekakuan ini didefinisikan sebagai momen di dekat
ujung jauh (far-end moment) untuk menyebabkan satu unit rotasi di dekat
1
ujung jauh. Kemudian nilai + dalam persaman 2.1 adalah angka induksi
2
(carry-over factor) yang mana didefinisikan sebagai perbandingan momen
pada ujung jauh jepit terhadap momen pada ujunng dekat yang mengalami
rotasi.
II-5
Angka distribusi dapat didefinsikan sebagai hasil bagi dari kekakuan suatu
batang terhadap jumlah kekakuan batang-batang lainnya pada titik buhul
yang bersangkutan.
Jika terdapat beberapa batang suatu struktur pada titik buhul tertentu
(gambar 2.4), akibat adanya rotaasi ujung-ujung batangnya akibat beban
yang bekerja, momen pengunci (Mo) yang bekerja harus didistribusikan
secara proporsional ke masing-masing batang sesuai dengan angka
kekakuannya.
θA Mo C
Α θA
θA
4(EI ) AC
MAC = θA
L AC
II-6
4 (EI ) AD
MAD = θA
L AD
Jika bahan struktur tersebut adalah sama, maka momen pengunci, Mo, dapat
ditulis :
⎛I I I ⎞
Mo = 4EθA ⎜⎜ AB + AC + AD ⎟⎟
⎝ L AB L AC L AD ⎠
I
Jika diambil bahwa = K, maka persamaan di atas dapat ditulis :
L
Mo = 4EθAΣK
Atau :
Mo
= 4EθA
∑K
Sehingga momen ujung masing-masing batang yang melalui titik buhul A
adalah :
K AB
MAB = M o = (DF)AB Mo
∑K
K ABC
MAC = M o = (DF)AC Mo (2.4)
∑K
K AD
MAD = M o = (DF)AD Mo
∑K
K AB K AC K AD
Nilai , , selanjutnya disebut dengan angka distribusi
∑K ∑K ∑K
(distribution factor/DF) masing-masing untuk batang AB, AC dan AD.
Untuk memenuhi persyaratan keseimbangan pada titik buhul, jumlah angka
distribusi pada suatu titik buhul adalah harus sama dengan satu.
(DF)AB + (DF)AC + (DF)AD = 1
Jika suatu balok yang tumpuannya adalah jepit-jepit untuk melawan rotasi
atau translasi menerima beban luar arah transversal, maka balok tersebut
II-7
dinamakan dengan balok ujung jepit (fixed-end beam). Momen yang bekerja
akibat beban luar ini disebut dengan momen ujung jepit (fixed-end moment).
Beberapa nilai momen ujung jepit untuk balok prismatis diberikan pada
Tabel 2.1.
P
Pab 2 A
a b Pa 2 b
B -
L2 L L2
wL2 w wL2
A B -
12 L 12
w
wL2 wL2
A B -
30 L 30
wL2 ⎛ a a2 ⎞ w wL2 ⎛ a⎞
⎜6 − 8 + 3 ⎟ - ⎜4 − 3 ⎟
⎜ L2 ⎟ A B 12 ⎝ L⎠
12 ⎝ L ⎠ a (L – a)
w
wa 3 ⎛ a⎞ wa 2 ⎛ a a2 ⎞
⎜5 − 3 ⎟ - ⎜ 16 − 10 + 3 ⎟
60 L ⎝ L⎠ A B ⎜ L2 ⎟
(L – a) a 60 ⎝ L ⎠
w
5 wL2 5 wL2
A -
96 B 96
(L/2) (L/2)
M
- b(2 a − b ) 2 - a (2b − a )
M a b M
L A B L2
L
P P
Pa
(L − a ) A
a a
B -
Pa
(L − a )
L L – 2a L
II-8
( )
P
Pb L2 − b 2 A
a b
B
2 L2 L
wL2 w
A B
8 L
w
9 wL2 A
L/2 L/2
128
w
7 wL2 A
128 L/2 L/2
Contoh 1. Tentukan diagram momen lentur dan gaya lintang dari struktur
balok menerus seperti pada Gambar 2.5.
3 t/m 24 t
A C
(3EI) (2EI)
B
20 m 10 m 10 m
Gambar 2.5 Contoh aplikasi metode distribusi momen untuk struktur balok menerus
FEMAB = +
1
12
(3 × 20 2 ) = 100 t.m (berlawanan arah jarum jam)
FEMBA = -
1
12
( )
3 × 20 2 = 100 t.m (searah jarum jam)
FEMBC = +
(24 × 10 ) (20 2 − 10 2 ) = 90 t.m (berlawanan arah jarum jam)
2 × 20 2
FEMCB = 0(sendi)
Angka Kekakuan
Untuk memudahkan dalam penghitungan angka kekakuan dapat dilakukan
dengan cara membandingkan relative antara angka kekakuan satu batang
dengan batang-batang lainnya, sehingga disebut juga angka kekakuan
relative. Dalam hal ini cukup hanya menghitung angka kekakuan dari
batang-batang yang bertemu pada satu titik buhul.
4(3 EI ) 3(2 EI ) 12(EI ) 6 (EI )
SFBA : = SFBC = : = : =2:1
20 20 20 20
Angka Distribusi
2
DFBA = = 0.67
(2 + 1)
1
DFBC = = 0.33
(2 + 1)
Selanjutnya momen-momen pada tiap-tiap batang dihitung seperti
disajikan dalam Tabel 2.2.
3 t/m 24 t
A B B C
30 30 12 12
(a)
103.3 93.4 93.4
A B B C
(b)
Gambar 2. 6 Diagram benda bebas struktur balok menerus (a) akibat beban luar (b) akibat
momen ujung
Reaksi gaya pada tumpuan dan momen lentur dihitung dengan cara
superposisi dari Gambar 2.6(a) dan (b).
RA,V = 30 + 0.495 = 30.495 t.m
RB,V = 30 – 0.495 +12 + 4.67 = 46.175 t.m
RC,V = 12 – 4.67 = 7.33 t.m
Kontrol resultante keseimbangan gaya arah vertikal :
30.495 + 46.175 + 7.33 – (30 x 20) – 24 = 0 Æ OK!
30.495 16.67
(+) D (+)
C
A (-) B E (-)
x 7.33
29.505
(a)
103.3 93.4
(-) (-)
(+) (+)
51.69 (b) 73.3
Gambar 2. 7 (a) Diagram gaya lintang (b) Diagram momen lentur
R A ,V 30.495
SFx = RA,V – q.x = 0 Æ x = = = 10.165 m (dari tumpuan A)
q 3
Maka :
q.x 2
Mx = RA,V.x – + MAB
2
= (30.495 x 10.165) -
(3 × 10.165 ) - 103.3 = +51.691 T.m
2
2
Sedangkan momen lentur positif pada bentang BC (titik E : ditengah
bentang) ditentukan sebagai berikut :
L
ME = RB,V(kanan). + MAB = (16.67 x 10) – 93.4 = +73.3 T.m
2
2.6.2 Struktur balok menerus pada perletakan elastis
Bila suatu struktur balok dengan konstruksi seperti pada Gambar 2.8
dimana pada perletakan diujung C dapat dianalogikan bahwa balok
tersebut didukung oleh perletakan elastik seperti pada Gambar 2.9.
P1 P2
A B
D, E D E
LAB
LBC LDE
(a)
P1 P2
A B
LAB LBC
(b)
Gambar 2. 8 Struktur balok menerus di atas perletakan elastik
Dalam hal ini letak ujung C akan dipengaruhi oleh defleksi batang DE.
Bila ujung C terletak di tengah batang DE, maka angka pegas (spring
II-12
t=
( AE ) (2.5b)
L
P1 P2
A C
t ∆C
B
(a)
P1 P2 RC
A C
B
ROC
(b)
A
∆'C
B C
(c) R’C
Contoh 2. Tentukan momen dan reaksi pada tumpuan dari struktur balok
menerus seperti pada Gambar 2.10.
10 kN/m 30 kN
A C
(EI) B (EI) t = 5 x103 kN/m
6m 3m 3m
FEMBA = −
1
8
( )
10 × 6 2 = -45 kN.m
FEMBC = +
1
(30 × 6 ) + 1 ⎡⎢ 1 (30 × 6 )⎤⎥ = +33.75 kN.m
8 2 ⎣8 ⎦
Angka kekakuan :
3(EI ) 3(EI )
SFBA : SFBC = : =1:1
6 6
Angka distribusi :
1
DFBA = = 0.5
1+1
1
DFBC = = 0.5
1+1
II-14
FEMBC = +
3(EI )∆' C
=+
( )( )
3 20 × 10 6 2 × 10 −3 (0.01)
= +33.33 kN.m
2
L 62
16.667 16.667
A B B C
16.667
R’C = − = -2.778 kN
6
II-15
P1 Pn
A B C
(EI) ∆v (EI)
B’
D
E
∆v E’
∆h
LAB LBC
A V B
(EI) ∆
MA(+) V
MB(+)
L
(a)
B (EI) C
∆
MB(-)
L
(b)
Gambar 2. 14 Konsep balok akibat penurunan pada perletakan
6 (EI )∆
MA = MB = + (2.8a)
L2
3(EI )∆
MB = − (2.8b)
L2
Angka kekakuan :
4(2 EI ) 8 EI
SFAD = =
6 6
II-17
q = 10 kN/m
A C
(2EI) B ∆v (2EI)
B’
6m (2EI) (EI)
D E
D’ ∆v
∆h E’
12 m 12 m
4(2 EI ) 4 EI
SFAB = SFBA = =
12 6
3(2 EI ) EI
SFBC = =
12 6
4(EI ) EI
SFBE = =
6 6
SFAD : SFAB : SFBA : SFBC : SFBE = 8 : 4 : 4 : 1 : 4
Angka distribusi :
8 4
DFAD = = 0.7; DFAB = = 0.3
8+4 8+4
4 1
DFBA = = 0.44; DFBC = = 0.12
4 +1+ 4 4 +1+ 4
4
DFBE = = 0.44
4 +1+ 4
FEMDA = FEMAD = +
6 (2 EI )∆h
=
( )
6 2 × 2 × 10 8 × 6 × 10 −5 0.025
h2 62
II-18
= + 100 kN.m
qL2 6 (2 EI )∆v
FEMAB = + +
12 L2
=+
(100 × 12 ) + 6 (2 × 2 × 10
2 8
)
× 6 × 10 −5 0.10
12 12 2
= + 220 kN.m
qL2 6 (2 EI )∆v
FEMBA = − +
12 L2
=−
(100 × 12 ) + 6 (2 × 2 × 10
2 8
)
× 6 × 10 −5 0.10
12 12 2
= -20 kN.m
qL2 3(2 EI )∆v
FEMBC = + −
8 L2
=+
(100 × 12 ) − 3(2 × 2 × 10
2 8
)
× 6 × 10 −5 0.10
8 12 2
= +130 kN.m
61.7 128.5
61.7 58.3 70.2 49.8
20.2 114.1 7.1 28.2
20.2 7.1
7.04 14.2
61.7 128.5
(a)
70.2
61.7
x2 = 4.98 m
(+) (+)
A B C
(-) (-)
x1 = 6.17 m 49.8
58.3
(-) (-)
D E 7.1
20.2
(b)
122.3
114.1
94.1
(-)
(-)
114.1 A C
(+) B 28.2 (+)
(-)
(-) 76.24
124..1
(+) (+)
7.04 14.2
D E
(c)
II-20
A B C
(-) (-)
7.1
20.2
(-) (-)
D E 128.5
61.7
(d)
Gambar 2. 16 (a) Diagram benda bebas (b) Diagram gaya lintang (c) Diagram momen lentur
(d) Diagram gaya normal Contoh 3
q P1 P1 q
D
A (EI) B (EI) C (EI)
L1 L2 L1
(a)
q P1 P1 q
A E
(EI) B (EI) (EI) D (EI)
C
L1 L2 L2 L1
(b)
Gambar 2.17 Contoh aplikasi metode distribusi momen untuk struktur balok menerus
Pada Gambar 2.17(a) dan (b), struktur dapat ditinjau setengah bentang.
Sehingga nilai angka kekakuan batang BC pada Gambar 2.17(a) adalah
II-21
2(EI )BC
. Sedangkan untuk Gambar 2.18(b), titik C dapat dimisalkan
L2
4 (EI )BC
sebgai jepit dengan angka kekakuan normal ( ).
L2
Contoh 4. Distribusikan momen-momen ujung dari konstruksi portal
seperti pada Gambar 2.19.
24 kN/m 40 kN 24 kN/m
D
A (3EI) B (2EI) C (3EI)
8m 4m 4m 8m
FEMBA = -
(24 )(8 )2 = - 192 kN.m
8
FEMBC = +
(40 )(4 )(4 )2 =+40 kN.m
82
Pelu diperhatikan bahwa, dalam penghitungan momen ujung, bentang
yang diperhitungkan adalah tetap bentang penuh (bukan setengah bentang
BC).
II-22
a P P
A B
(2EI)
(EI) (EI)
D E
(a) q
A C
(2EI) B (2EI)
(EI) (EI)
D E (b)
Gambar 2. 19 Kontruksi portal yang tidak menyebabkan goyangan (tanpa translasi titik
buhul)
II-23
36 kN 64.8 kN/m
A B (2EI)
C
(EI) 5m
1.5 m 5m
Gambar 2. 20 Contoh 5
Angka kekakuan :
4(2 EI ) 8 EI
SFBC = =
5 5
4(EI ) 4 EI
SFBD = =
5 5
8 EI 4 EI
SFBC : SFBD = : =8:4
5 5
Angka distribusi:
8 4
DFBA = = 0.67; DFBC = = 0.33
8+4 8+4
Momen ujung jepit :
FEMBA = - (36 × 1.5 ) = -54 kN.m (overhang)
II-24
FEMBC =- FEMCB =
(64.8 )(5 )2 =+135 kN.m
12
(a)
8.1
D 13.5
181.8
145.8 162
81
54
(+) (-)
B x (-) x
A C A C
(-) 27 (-) B (+)
2.25 m (-)
36
(-) 83.025
178.2
D 8.1 13.5
D
(b) (c)
145.8
x= = 2.25 m
64.8
II-25
B
A C
(-)
8.1
q = 45 kN/m
A C
(4EI) B (4EI)
D E F
8m 8m
(a)
q = 45 kN/m
A B
(4EI)
(EI)
(b)
D
Gambar 2. 22 Contoh 6
dalam keseimbangan, dimana tidak terjadi lentur pada batang BE. Dalam
analisisnya, keseimbangan momen pada titik buhul A dan C adalah sama
tetapi berbeda arah momen yang bekerja.
Angka kekakuan :
4(EI ) 2 EI
SFAD = =
6 3
4(4 EI ) 16 EI
SFAB = = = 2EI
8 8
2 EI
SFAD : SFAB = : 2 EI = 2 : 6
3
Angka distribusi:
2 6
DFAD = = 0.25; DFAB = = 0.75
2+6 2+8
Momen ujung jepit :
FEMAB = - FEMBA =+
1
(45 )(8 )2 = +256 kN.m
12
16 16
32 D 32
E F
156 456 156
(a)
II-27
228
156
3.25 m
(+) (+)
x
A C
B (-)
3.25 m (-)
156
(-) (-)
228
D 16 E 16 F
(b)
352
64 64
(-) (-)
(-) (-)
64 64
(-) A (+) B (+) C
(-)
189.5 189.5
228
(+) (+)
D 32 E 32 F
(c)
A B
C
(-) (-)
16 16
D E F
156 456 156
(d)
Gambar 2. 23 (a) Diagram benda bebas (b) Diagram gaya lintang dan (c) Diagram momen
lentur (d) Diagram gaya normal Contoh 6
Aplikasi dari metode distribusi momen untuk analisis portal statis tak tentu
dimana terdapat titik buhul yang mengalami translasi yang belum
II-28
W2
B C
W1
A HA
D HD
(a)
∆' ∆'
W2
B C Ro B C R’
W1 C’
Mo M’
A HA1 A HA2
D HD1 D HD2
(b) (c)
Gambar 2. 24 Portal dengan goyangan satu derajat kebebasan
P1 P1
B R1o
A B A
P2 P2
D R2o
C D C
E F E F
(a) (b)
∆1’ ∆1’
B R1’ B R1’’
A A
∆2’ ∆2’
R2’
C C R2’’
D D
E F E F
(c) (d)
30 kN/m ∆’ ∆’
60 kN Ro
C
B (3EI) B
C
4m
A (EI) (3EI) A
8m
D D
8m
(a) (b)
Gambar 2. 26 Contoh 7
Angka kekakuan :
4(EI )
SFBA = = EI
4
4(3 EI ) 12 EI 3 EI
SFBC = SFCB = = =
8 8 2
4(3 EI ) 12 EI 3 EI
SFCD = = =
8 8 2
3 EI 3 EI 3 EI
SFBA : SFBC : SFCB : SFCD = EI : : : = 2 : 3 :3 : 3
2 2 2
Angka distribusi:
2 3
DFBA = = 0.40; DFBC = = 0.60
2+3 2+3
3 3
DFCB = = 0.50; DFCD = = 0.50
3+3 3+3
Tahap I : Menentukan Mo akibat beban luar yang bekerja
Momen ujung jepit :
FEMBC = - FEMCB =+
1
(30 )(8 )2 = +160 kN.m
12
Tabel 2.9 Distribusi momen akibat beban luar yang bekerja Contoh 7
Titik Buhul A B C D
Batang AB BA BC CB CD DC
DF - 0.50 0.60 0.50 0.50 -
FEM 0 0 +160 -160 0 0
+40 +80 +80 +40
-40 -80 -120 -60
+15 +30 +30 +15
-3.0 -6.0 -9.0 -4.5
+1.125 +2.25 +2.25 +1.1
-.0.2 -0.45 -0.675 -0.34
+0.084 +0.17 +0.17 0.084
-0.017 -0.034 -0.050
32.43
43.22 A
116.76
21.08 56.18
D
123.24
Gambar 2. 27 Diagram benda bebas akibat beban yang bekerja untuk menentukan Ro
6 (3 EI )∆' 9 EI∆'
FEMDC = FEMCD =+ =
82 32
Momen yang serasi diambil berdasarkan perbandingan :
3 EI∆' 9 EI∆'
FEMAB : FEMDC = : =12 : 9
8 32
Dan ∆’ diasumsikan sebesar 1 satuan, maka momen-momen serasinya
adalah :
FEMAB = FEMBA = +12 kN.m
FEMDC = FEMCD = +9 kN.m
Tabel 2.10 Distribusi momen akibat beban luar yang bekerja Contoh 7
Titik Buhul A B C D
Batang AB BA BC CB CD DC
DF - 0.50 0.60 0.50 0.50 -
FEM +12 +12 0 0 +9 +9
-2.25 -4.5 -4.5 -2.25
-1.95 -3.9 -5.85 -2.93
+0.73 +1.46 +1.46 +0.73
-0.15 -0.29 -0.44 -0.22
+0.055 +0.11 +0.11 +0.055
-0.011 -0.022 -0.033
7.79 6.08
1.73
1.73 B C
4.42 1.70 R’ = 6.12
7.79 1.73 1.73 C
B 6.08
4.42 1.70
4.42 A 9.89
1.73
1.70
7.54 D
1.73
Gambar 2. 28 Diagram benda bebas akibat beban yang bekerja untuk menentukan R’
II-35
19.1
A 72.1
96.5
40.9 144.
D
(a) 143.5
183.3
96.5
B (+) x (-)
C 40.9 B 4.4 C 183.3
19.1
4.4
(-) (+) (-)
3.22 m
(+)
(-)
19.1 A (+) A
143.5 72.1 143.5
(+)
D D
(b) 40.9 (c) 144.1
B 96.5 143.5 C
40.9 (-)
40.9
(-)
A
96.5 (-)
D
143.5
(d)
Gambar 2. 29 (a) Diagram benda bebas (b) Diagram gaya lintang (c) Diagram momen lentur
dan (d) Diagram gaya normal Contoh 7
II-36
90 kN 90 kN
B B RBo
A A
(2EI)
4m (EI) (EI)
120 kN 120 kN
D RDo
C D C
(3EI)
4m (EI) (EI)
E F E F
2m 6m
(a) (b)
∆1’ ∆1’
B RB’ B RB’’
A A
∆2’ ∆2’
RB’
C C RD’’
D D
E F E F
(c) (d)
Gambar 2. 30 Contoh 8
3 4
DFCE = = 0.23; DFCA = = 0.31
3+4+6 3+4+6
6 3
DFCD = = 0.46; DFDDF = 0.23
3+4+6 3+4+6
4 6
DFDB = = 0.31; DFDC = = 0.46
3+4+6 3+4+6
FEMAB = +
(90 × 2 × 6 )(6 ) = + 101.25 kN.m
82
FEMBA =-
(90 × 2 × 6 )(2 ) = -33.75 kN.m
82
FEMCD = +
(120 × 2 × 6 )(6 ) = + 135 kN.m
82
FEMDC =-
(120 × 2 × 6 )(2 ) = -45 kN.m
82
Selanjutnya distribusi momen akibat beban yang bekerja pada portal
diberikan pada Table 2.12.
Tabel 2.12 Distribusi momen akibat beban luar yang bekerja Contoh 8
Joint C A B D
Batang CE CD CA AC AB BA BD DB DC DF
DF 0.23 0.46 0.31 0.50 0.50 0.50 0.50 0.31 0.46 0.23
FEM 0 135.00 0 0 101.25 -33.75 0 0 -45.00 0
-31.15 -62.31 -41.54 -20.77 -31.15
-20.12 -40.24 -40.24 -20.12
13.47 26.94 26.94 13.47
14.47 9.64 19.29 28.93 14.47
1.30 2.61 1.74 0.87 1.30
-3.58 -7.17 -7.17 -3.58
-1.51 -3.03 -3.03 -1.51
0.05 0.03 0.06 0.10 0.05
0.82 1.63 1.09 0.54 0.82
0.24 0.49 0.49 0.24
-0.07 -0.14 -0.14 -0.07
-0.17 -0.11 -0.23 -0.34 -0.17
-0.016 -0.032 -0.022 -0.01 -0.016
0.04 0.04 0.02
0.05 0.05 0.024
0.002 0.003 0.002
Mo -29.05 91.24 -62.19 -66.25 66.25 -33.38 33.38 31.03 -45.37 14.34
Diagram benda bebas dari distribusi momen akibat beban yang bekerja
diberikan pada Gambar 2.31. Besar dan arah reaksi pada tumpuan buatan
di B dan D dapat diketahui sebagai berikut :
RBo = (32.11) – (16.10 ) = 16.01 kN (ke kiri)
RDo = (32.11 + 3.60) – (16.10 + 7.26 ) = 12.34 kN (ke kanan)
66.25 90 kN 33.38
32.11 A B
16.10 RBo = 16.01 kN
A B
32.11 66.25 33.38 16.10
32.11 16.10
62.19 31.03
C 91.24 120 kN 45.37 D
32.11 16.10
C D
7.26 3.60 RDo = 12.31 kN
C D
29.05 14.39
7.26 3.60
7.26 3.60
E F
Gambar 2. 31 Penentuan besar dan arah reaksi horizontal pada tumpuan buatan B dan D
akibat beban yang bekerja
6 EI∆'
FEMAC = FEMCA = -
42
6 EI∆'
FEMBD = FEMDB = -
42
Dan momen-momen serasinya adalah :
FEMAB = FEMBA = -60 kN.m
FEMDC = FEMCD = -60 kN.m
Selanjutnya distribusi momen akibat beban yang bekerja pada portal
diberikan pada Table 2.13 di atas.
32.31 32.31
17.31 A B
17.31 RB’ = 34.6233
A B
32.31 32.31
17.31 17.31
17.31 17.31
36.92 36.92
C 27.69 D
27.69
17.31 17.31
C D
2.31 2.31 RD’ = 39.23 kN
9.23 C D
9.23
2.31 2.31
2.31 2.31
E F
Gambar 2. 32 Penentuan besar dan arah reaksi horizontal pada tumpuan buatan B dan D
akibat goyangan ke kiri pada titik buhul B
Besar dan arah reaksi pada tumpuan buatan di B dan D dapat diketahui
sebagai berikut :
RB’ = (17.31 + 17.31) = 34.62 kN (ke kiri)
RD’ = (17.31 + 17.31) + (2.31 + 2.31) = 39.23 kN (ke kanan)
II-41
34.61 34.61
19.61 A B
19.61 RB’’ = 39.23 kN
A B
34.61 34.61
16.61 19.61
8.36 8.36
E F
Gambar 2. 33 Penentuan besar dan arah reaksi horizontal pada tumpuan buatan B dan D
akibat goyangan ke kiri pada titik buhul D
Besar dan arah reaksi pada tumpuan buatan di B dan D dapat diketahui
sebagai berikut :
RB’’ = (19.62 + 19.62) = 39.24 kN (ke kanan)
RD’’ = (19.62 + 19.62) + (8.36 + 8.36) = 22.52 kN (ke kiri)
M -21.7 67.8 -46.1 -50.3 50.3 -49.3 49.3 47.1 -68.8 21.7
50.3 90 kN 49.3
24.10 24.10
A B
67.625 22.375
67.625 22.375
A B
24.11 50.3 49.3 24.10
24.10 24.10
46.1 47.1
C D
67.625 22.375
67.8 120 kN 68.8
24.10 24.10
C D
5.42 5.42
89.875 89.875 30.125
30.125
C D
21.7 21.7
5.42 5.42
5.42 5.42
E F
89.875 30.125
67.625
(+)
A B
24.1
(-)
(-)
89.875 22.375
(+)
(+)
D
C 24.1
24.1
(-)
30.125
(-) (-)
5.42 5.42
E F
(a)
50.3 49.3
(-) (-)
A B 49.3
(-) (+) (-)
68.8
84.95
111.95
E F
(b)
II-45
67.625 22.375
A B
(-)
24.1
(-) (-)
18.7
(+)
C D
(-) (-)
E F
89.875 30.125
(c)
Gambar 2. 35 (a) Diagram gaya lintang (b) Diagram momen lentur dan (c) Diagram gaya
normal Contoh 8