Anda di halaman 1dari 19

Anatomi Karya Ilmiah

Disusun untuk memenuhi tugas karya ilmiah


yang dibina oleh Dr. Nurul Zuriah, M.Si
Makalah

Disusun oleh :
Lailatul Fitriyah 201410440211007
Lutfiatul Naimah

Universitas Muhammadiyah Malang


Magister Psikologi Sains
Malang, Oktober 2014
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Perguruan tinggi dan mahasiswa sebagai akademisi memiliki kedekatan pada hal-hal
di bidang keilmuan. Sejalan dengan kedekatan tersebut, proses keilmuan di perguruan tinggi
dilengkapi pula dengan adanya kegiatan penulisan karya-karya atau teks yang bersifat
ilmiah / keilmuan. Utamanya, keberadaan karya atau teks keilmuan ini berfungsi sebagai
wadah para akademisi untuk menyampaikan ide-pikiran seputar hal-hal keilmuan. Teks-teks
ini dapat berfungsi sebagai sumber informasi, pedoman / panduan, laporan, atau catatan yang
memuat konten-konten keilmuan.
Karya ilmiah atau karya keilmuan adalah segala hasil pemikiran baik dalam bentuk
lisan maupun tulis yang ditujukan untuk dan ditulis berdasarkan hal-hal yang ilmiah dan
bersifat keilmuan. Salah satu karakteristik yang menonjol dalam penyusunan karya ilmuan
adalah adanya aturan penyusunan yang baku, baik terkait penggunaan bahasa maupun
struktur pembentuk teks. Sebuah teks ilmuah dapat dikategorikan layak jika telah memenuhi
kaidah-kaidah kebakuan dalam penyusunannya. Dengan adanya aturan yang baku,
permasalahan utama yang muncul adalah kesulitan penulis dalam mengembangkan tulisan
yang sesuai dengan kaidah-kaidah baku penulisan teks ilmiah. Maka, segala hal yang terkait
kaidah penyusunan, problematika, dan pemecahan permasalahan dalam memenuhi kaidah
penulisan ilmiah perlu untuk dipelajari, utamanya oleh akademisi perguruan tinggi sebagai
kelompok sosial yang dikenal sangat berdekatan dengan hal-hal keilmuan.
Salah satu jenis teks keilmuan / ilmiah yang acap kali ditulis oleh akademisi
perguruan tinggi adalah artikel ilmiah. Artikel ilmiah adalah karya ilmiah yang
dipublikasikan melalui jurnal, surat kabar, atau majalah. Seperti halnya karya ilmiah lain,
artikel dituntut untuk memenuhi persyaratan isi dan sistematika (Nurhadi, 2012).
Dalam bab ini, penulis akan mendeskripsikan berbagai hal terkait struktur / anatomi
karya tulis. Penjelasan akan mengarah pada definisi, ciri-ciri, problematika, dan solusi dalam
penulisan dari setiap bagian atau struktur teks ilmiah. Dengan adanya fakta dan permasalahan
di atas, penulis menentukan judul penulisan makalah “Anatomi Artikel Ilmiah” sebagai
langkah untuk menjawab bagaimana kaidah-kaidah penyusunan artikel ilmiah sebagai sebiah
teks ilmiah / keilmuan.

1.2. Rumusan Masalah


Dengan adanya fakta dan permasalahan dalam latar belakang di atas, penulis
menentukan beberapa rumusan pembahasan dalam makalah ini sebagai berikut :
1. Bagaimana definisi, ciri-ciri, problem, dan solusi dalam menyusun bagian judul, baris
kepemilikan, abstrak, dan kata kunci dalam teks / artikel ilmiah?
2. Bagaimana definisi, ciri-ciri, problem, dan solusi dalam menyusun bagian
pendahuluan, materal, pendekatan, dan metode dalam teks / artikel ilmiah?
3. Bagaimana definisi, ciri-ciri, problem, dan solusi dalam menyusun bagian hasil,
pembahasan, dan simpulan dalam teks / artikel ilmiah?
4. Bagaimana definisi, ciri-ciri, problem, dan solusi dalam menyusun bagian teknik
ilustrasi dalam teks / artikel ilmiah?
BAB II
ISI PEMBAHASAN

Sesuai dengan perumusan masalah yang telah ditentukan pada Bab I, pada Bab II Isi
Pembahasan ini, penulis akan menguraikan keempat rumusan masalah secara sistematis
dengan rincian subjek pembahasan sebagai berikut : 1) Judul, Baris Kepemilikan, Abstrak,
dan Kata Kunci ; 2) Pendahuluan, Materal, Pendekatan, dan Metode ; 3) Bagian Hasil,
Pembahasan, dan Simpulan ; dan 4) Bagian Teknik Ilustrasi. Masing masing subjek tersebut
akan dijelaskan dengan rincial penjelasan definisi, ciri-ciri, problem, dan solusi. Secara
umum, bagian-bagian anatomi karya ilmiah terbagi dalam tiga kelompok bagian besar yaitu
pendahuluan, pembahasan, dan penutup. Pendahuluan mengisi 20% bagian teks. Pembahasan
mengisi 65% sampai 70% bagian teks. Sedangkan penutup pengisi 10% dampai 15% bagian
teks.

1.1. Judul, Baris Kepemilikan, Abstrak, dan Kata Kunci


1.1.1. Judul
Terkait dengan judul akan dijelaskan definisi, ciri-ciri, problem, dan solusi sebagai
berikut :
a) Definisi
Secara sederhana, judul adalah ide pokok tulisan. Jika memungkinkan, judul juga
memuat adanya gaya penulis dalam mengungkapkan secara sederhana dan singkat mengenai
apa yang ditulisnya. Judul meringkas pernyataan topik utama. Judul mungkin pula
mengidentifikasi variabel dan hubungan antarvariabel yang diteliti, atau persoalan teoritis
yang sedang ditelusuri. Judul dapat secara utuh menjelaskan secara keseluruhan isi teks
meski berdiri sendiri. Sesungguhnya, secara prinsip fungsi judul adalah untuk
menginformasikan kepada pembaca mengenai studi / ranah ilmu (APA,2010).
Judul dalam tulisan ilmiah menggambarkan masalah yang akan dibahas. Hal ini
berbeda dengan judul dalam tulisan nonkeilmuan, misalnya fiksi. Dalam fiksi, judul tidak
selalu menggambarkan apa yang dibahas. Dengan begitu, judul dalam karya keilmuan lebih
tepat diturunkan dari pernyataan tematis (Suwignyo,2013).
b) Ciri-ciri
Setelah mendefinisikan judul, selanjutnya dapat ditetapkan beberapa ciri-ciri judul
dalam karya ilmiah diantaranya :
- Ditulis dalam ragam bahasa baku dan formal
- Ditulis secara jelas mencakup ranah keilmuan sebagai sumber topic keilmuan yang
(×) (√)
rinci dan spesifik (contoh : Gaya Kelekatan ; Jenis-jenis Gaya Kelekatan ; Gaya
Kelekatan pada Remaja (√))
- Memuat variabel-variabel yang sedang dibahas
- Memuat penanda hubungan antarvariabel jika terdapat lebih dari satu variabel
pembahasan (“korelasi antara…”)
- Memuat populasi secara kuantitatif, seperti jumlah kumpulan (bila ada dan
diperlukan)
- Memuat populasi secara kualitatif, seperti keterangan lokatif (bila ada dan
diperlukan)
- Dirumuskan secara singkat, padat, dan jelas tanpa menyertakan kata-kata yang tidak
memiliki maksud / tujuan penting (contoh : Hubungan Korelatif Tendensi Gaya
Kelekatan dengan Penyesuaian Sosial Kelompok Umur Remaja ; kata bergaris
bawah tidak perlu ditulis)
- Dirumuskan secara jelas dan akurat tanpa menyertakan singkatan
- Dirumuskan sebagai klausa (bukan kalimat)
- Secara umum direkomendasikan panjang klausa judul adalah 5 s.d 15 kata perklausa
judul (atau tidak lebih dari 12 kata perjudul; versi APA)
- Ditulis dengan mode huruf besar dan kecil untuk setiap kata dasar nonfungsi (bukan
kata fungsi), ditengah-tengah halaman antara margin kanan dan kiri, dan diletakkan
di bagian paling atas tengah halaman.
- Dapat menarik perhatian pembaca degan adanya penyelasan singkat mengenai isi
teks, disesuaikan dengan tujuan pembacaan pembaca.
c) Problem
Problem yang sering dihadapi penulis dalam menyusun judul teks ilmiah seringkali
terletak pada penetapan ‘sesuatu yang dibahas’. Dalam hal ini, yang dimaksud ‘sesuatu yang
dibahas’ adalah segala informasi konseptual, prosedural, atau faktual yang dibahas dan
menjadi urgensi dalam isi tulisan (Suwignyo, 2013). Sebagai sesuatu yang urgen (penting),
‘sesuatu tersebut harus ada dalam judul tulisan, sehingga judul tersebut dapat secara utuh
menjelaskan secara keseluruhan isi teks meski berdiri sendiri. Sebagai contoh dari seorang
peneliti yang ingin melihat korelasi antara tendensi gaya kelekatan dan penyesuaian sosial
pada remaja, bentuk kesalahan tersebut dapat dicontohkan sebagai berikut :
(√) Hubungan Tendensi Gaya Kelekatan dengan Penyesuaian Sosial Remaja
Kelas VII SMP Islam Paiton yang Tinggal di Pesantren
(X) Tendensi Gaya Kelekatan dan Penyesuaian Sosial Remaja Kelas VII SMP
Islam Paiton yang Tinggal di Pesantren
(X) Hubungan Tendensi Gaya Kelekatan dengan Penyesuaian Sosial Remaja
Contoh pertama menyertakan secara lengkap segala sesuatu yang berkaitan dengan
subjek keilmuan, variabel, hubungan variabel, dan populasi secara lengkap dan rinci. Contoh
kedua tidak menyertakan hubungan antarvariabel, artinya peneliti melihat keduanya tanpa
menentukan hubungan. Contoh ketiga tidak menyertakan populasi secara lengkap, sehingga
dikhawatirkan pembaca menganggap pembahasan diberikan secara general untuk semua
remaja dimanapun.
Problem lain terkait penulisan judul adalah bagaimana penulis dapat membatasi
penulisan judul yang ringkas, padat, dan jelas namun masih pada jumlah kata yang
diperbolehkan (5 s.d 15 / kurang dari 12 kata perjudul).
d) Solusi
Untuk mengatasi problem di atas, maka dapat dilakukan dengan cara merumuskan poin-
poin berikut untuk menjadi isi judul :
- Hal keilmuan / subjek keilmuan apa yang dibahas?
- Variabel apa saja yang dibahas?
- Apa hubungan antar variabel? (jika lebih dari satu)
- Apa / siapa / dimana populasi pembahasan?

1.1.2. Baris kepemilikan


Terkait dengan baris kepemilikan akan dijelaskan definisi, ciri-ciri, problem, dan
solusi sebagai berikut :
a) Definisi
Baris kepemilikan adalah kumpulan informasi menyangkut nama penulis,
keanggotaan institusional, dan catatan kepengarangan. Nama penulis ditulis mulai dari nama
depan, inisial nama tengah (jika ada), dan nama belakang. Formasi ini akan mengurangi
kesalahan identitas penulis. Hindari penulisan gelar agar tidak mengganggu identitas dan
proses kepustakaan yang terkait dengan penyebutan nama pengarang. Jika penulis telah
memiliki jejak pengalaman menulis yang banyak, ada baiknya jika penulis menetapkan nama
yang telah dan akan familiar dan mudah dikenal. Hal ini akan memudahkan dalam proses
kepustakaan dan pengidentifikasian indeks kepustakaan pengarang.
Keanggotaan institusional mengidentifikasikan lokasi dimana pengarang berada untuk
mengonstruk tulisannya secara institusional atau yang biasanya terkait dengan institusi
tertentu. Pengarang dapat menyertakan dua institusi jika memang keduany memiliki andil
utama dalam pelaksanaan penulisan karya, namun disarankan untuk tidak menyertakan lebih
dari dua institusi. Ketika pengarang tidak memiliki keanggotaan institusi, dapat digantikan
dengan hanya mendaftar kota dan provinsi atau negara tempat tinggal pengarang. Berikut
contoh penulisan identitas nama dan institusi pengarang (APA,2010) :
Variasi pengarang Contoh
Satu pengarang tanpa institusi Lalilatul F. Rokhmawan
Malang, Jawa Timur
Satu pengarang dengan institusi Lalilatul F. Rokhmawan
Universitas Muhammadiyah Malang
Dua pengarang dalam satu institusi Lailatul F. Rokhmawan dan Tristan R. Roawad
Universitas Muhammadiyah Malang
Dua pengarang dalam dua institusi Lailatul F. Rokhmawan
berbeda Universitas Muhammadiyah Malang, Malang
Tristan R. Roawad
Universitas Negeri Malang, Malang
Tiga pengarang dalam dua institusi Lailatul F. Rokhmawan dan May D. Rokhmawati
berbeda Universitas Muhammadiyah Malang, Malang
Tristan R. Roawad
Universitas Negeri Malang, Malang
Catatan kepengarangan adalah bagian yang mengidentifikasi keanggotaan departemen
yang dimilikioleh setiap pengarang, memberikan penjelasan, menempatkan penolakan atau
perasaan terkait konflik kepentingan seperti perbedaan pendapat dan sudut pandang dengan
publikasi lain, dan menyediakan sarana kontak personal bagi pembaca yang tertarik untuk
melakukan pertemuan atau pembahasan langsung.
b) Ciri-ciri
Dengan penjelasan di atas, baris kepemilikan atau kepengarangan dapat dicirikan
sebagai berikut :
- Memuat nama jelas pengarang
- Mengubah nama tengah menjadi inisial, jika terdapat lebih dari dua potong bagian
nama atau menuliskan format inisial sesuai dengan kebiasaan publikasi penulis (jika
sudah populer dengan bentuk nama tertentu
- Memuat keanggotaan institusi dan kota institusi (jika ada)
- Memuat keterangan kota dan provinsi atau negara tempat tinggal (jika tidak memiliki
keanggotaan institusi
- Memuat bagian catatan kepengarangan yang memuat : 1) penjelasan lengkap
mengenai keanggotaan pengarang dalam institusi atau departemen tertentu ; 2)
menjelasakan kronologi perumabah keanggotaan (jika terjadi) ; 3) penjelasan ringkas
mengenai proses penyusunan dan personal yang mendukung dibalik tercapainya
hasil tulisan ; 4) penjelasan mengenai hal-hal istimewa yang terjadi seperti
penjelasan mengenai tulisan sebelum dan sesudahnya (jika tulisan berkelanjutan)
atau mengenai tulisan lain yang berhubungan (jika ada) ; 5) konflik sudut pemikiran
dengan pihak-pihak lain dan penjelasan penyelesaiannya ; dan 6) kontak personal
(dapat berupa alamat, nomor telepon, dan atau e-mail) yang dapat dihubungi jika
pembaca tertarik untuk melakukan diskusi lanjutan.
c) Problem
Problematika yang muncul dalam penulisan baris kepemilikan diantaranya dalam
bentuk kesalahan dalam menginisialkan salah satu bagian nama. Masyarakat Indonesia lebih
terbiasa untuk menyingkat nama belakang. Hal ini bertolak belakang dengan penulisan
kepengarangan dalam hal ilmiah yang bahkan lebih mementingkan nama belakang sebagai
rujukan utama. Problematika lain yang muncul adalah ketika teks ditulis atas nama instansi
yang lebih dari satu. Hal ini jelas bergantung pada gaya selingkung yang melingkupi kaidah
penulisan teks ilmiah yang bersangkutan, apakah jumlah instansi yang lebih dari dua untuk
satu karya diperbolehkan keberadaannya.
Catatan kepengarangan seringkali tidak disertakan. Hal ini akan menyulitkan pembaca
jika memang ada yang perlu dijelaskan seperti hubungan teks dengan teks lain yang mungkin
berkaitan atau adanya hubungan nontras pemahaman antara pengarang dengan penulis teks
keilmuan lainnya. Terlebih jika tidak disediakan kontak personal agar pembaca bisa
menghubungi pengarang untuk membahas persoalan keilmuan melalui pertemuan langsung.
d) Solusi
Dalam memberikan inisial pada bagian nama, sebaiknya pengarang karya ilmiah
mencoba untuk membiasakan diri menginisialkan nama tengah dan atau depan. Hal ini terkait
dengan karakteristik umum kepustakaan dalam merujuk nama pengarang. Untuk aturan
batasan jumlah institusi dalam satu karya, bergantung pada gaya selingkung institusi yang
memiliki teks ilmiah yang bersangkutan. Selain itu, sebaiknya penulisan teks ilmiah disertai
catatan kepengarangan yang lengkap.

1.1.3. Abstrak dan kata kunci


Terkait dengan abstrak dan kata kunci akan dijelaskan definisi, ciri-ciri, problem, dan
solusi sebagai berikut :
a) Definisi
Abstraksi adalah penerangan atau uraian yang ringkas, berupa ringkasan
komprehensif dari isi artikel / tulisan ilmiah dengan panjang antara 150 s.d 250 kata
(Ketentuan Jurnal APA). Selain ketentuan panjang tersebut, ketentuan lain juga berlaku
bergantung pada gaya selingkung penulisan ilmiah yang ditentukan oleh setiap institusi atau
departemen yang meingkupi pengarang karya keilmuan. Abstraksi memungkinkan pembaca
untuk memantau isi teks secara cepat dan , seperti sebuah judul, memungkinkan seseorang
untuk menjadi tertarik pada dokumen ketika sedang mengabstraksi atau mengindeks daftar
judul kepustakaan. Beberapa lingkup jurnal keilmiahan mempersyaratkan adanya abstrak
(APA, 2010).
Sebuah abstrak yang tersiapkan dengan baik dapat menjadi paragraf tunggal yang
terpenting dalam sebuah artikel. Sebagian besar orang melakukan kontak pertama mereka
dengan artikel dengan hanya melihat abstrak. Bahkan, terkadang orang hanya
membandingkan abstrak dari kedua sumber literatur dalam usaha studi kepustakaan.
Pembaca lebih memilih untuk memulai dengan membaca abstrak daripada membaca kedalam
artikel. Maka dari itu, sebuah abstrak membutuhkan keberadaan informasi yang padat.
Terlebih dengan adanya tempelan kata kunci pada abstrak, akan meningkatkan kemampuan
pembaca dalam menemukan apa yang dicarinya secara cepat (APA,2010).
Terkait kata kunci, kata kunci adalah kumpulan kata-kata atau frasa yang secara
dominan muncul dalam teks. Kata kunci muncul secara dominan dikarenakan keberadaannya
sebagai kata kunci yang membentuk topik dan kalimat tematik utama pada teks. Penggunaan
kata kunci sangat berguna agar pembaca dapat dengan cepat mengidentifikasi isi
pembicaraan dalam teks. Lebih dari itu, beberapa orang, mode pencarian kepustakaan, dan
atau mode pencarian dalam internet memanfaatkan kata kunci sebagai rujukan utama dalam
menemukan berbagai teks dengan konten yang dibutuhkan pencarinya.
b) Ciri-ciri
Penulisan abstrak memiliki beberapa ciri-ciri keberadaan ketentuan penulisan sebagai
berikut :
- Dituliskan antara 150 s.d 250 kata
- Dituliskan dalam satu paragraf tanpa lekukan paragraf
- Abstrak dapat dimulai pada halaman baru yang dilengkapi dengan judul utama atau
singkatan judul pada bagian header dan nomor halaman
- Label abstrak dapat ditulis dengan huruf besar-kecil, ditengah-tengah, pada bagian
teratas halaman
Beberapa ketentuan di atas adalah ketentuan yang tercantum dalam model penulisan teks
keilmuan versi APA. Pada lembaga, institusi, departemen, atau media publikasi lain mungkin
memiliki ketentuan-ketentuan yang berbeda sebagai bentuk gaya selingkung dalam mengatur
model penulisan teks keilmuan.
Selain adanya ketentuan di atas, sebuah abstrak yang baik juga akan memenuhi
beberapa cirri kebaikan diantaranya :
- Akurat : benar-benar dapat merefleksikan maksud, isi, dan tujuan dari seluruh isi
tulisan
- Nonevaluatif : tidak memuat pendapat
- Koheren dan terbaca : ditulis dengan jelas dan padat dengan cara menggunakan kata
(√)
kerja nyata daripada padan kata benda (contoh : remaja berkembang / remaja
(x)
melalui proses perkembangan ) dan menggunakan kalimat aktif (contoh : remaja
mengembangkan kemampuan (√) / kemampuan dikembangkan remaja (x))
- Ringkas : bersifat singkat dan memuat setiap kalimat yang sarat informasi utamanya
pada kalimat pertama. Abstrak dimulai dengan sebuah informasi yang paling
penting, tidak menyia-nyiakan ruang hanya untuk mengulang penulisan judul, dan
memasukkan empat atau lima konsep, temuan, atau implikasi penting.
- Dilengkapi kata kunci yang spesifik sesuai dengan cakupan isi teks
c) Problem
Problematika yang sering muncul dalam menyusun abstrak adalah kesulitan dalam
menyusun abstrak yang baik. Penulis seringkali kesulitan dalam menentukan bagaimana cara
menulis abstrak dengan singkat namun sarat dengan informasi. Terlebih jika penulis
mengalami kesulitan dalam menentukan empat atau lima konsep, temuan, atau implikasi
terpenting dalam teks utama.
d) Solusi
Penyusunan abstraksi dapat dimulai dengan mendaftar berbagai konsep, temuan, atau
implikasi penting dalam teks, memilah empat atau lima yang terpenting, dan memadatkannya
dalam kalimat-kalimat yang singkat. Penyusunan dapat dilakukan dengan melakukan proses
menulis seperti biasa tanpa memerhatikan panjang-pendek penggunaan kalimat. Setelah
semua informasi utama dirangkum, barulah dilakukan pemampatan panjang paragraf dengan
menyelaraskan padan kata, penjelas, dan keterangan yang biasanya memadati kalimat.

1.2. Pendahuluan, Materal, Pendekatan, dan Metode


1.2.1. Pendahuluan
a) Definisi
b) Ciri-ciri
c) Problem
d) Solusi
1.2.2. Material
a) Definisi
b) Ciri-ciri
c) Problem
d) Solusi
1.2.3. Pendekatan
a) Definisi
b) Ciri-ciri
c) Problem
d) Solusi
1.2.4. Metode
a) Definisi
b) Ciri-ciri
c) Problem
d) Solusi

1.3. Bagian Hasil, Pembahasan, dan Simpulan


1.3.1. Bagian hasil
Terkait dengan bagian hasil akan dijelaskan definisi, ciri-ciri, problem, dan solusi
sebagai berikut :
a) Definisi
Bagian hasil memuat ringkasan data yang telah terkumpul dan analisis yang dilakukan
pada semua data yang relevan dengan teks yang sedang ditulis. Untuk menyertakan data, kita
harus : 1) melaporkan data dengan cukup detail untuk mendukung konklusi, 2) menyebutkan
setiap hasil yang relevan termasuk yang berlawanan dengan ekspektasi dan hasil-hasil
dengan efek yang kecil atau nonsignifikan (ketika secara teoretis atau hipotesis diprediksi
mejnadi hal yang signifikan), 3) tidak menyembunyikan data hasil yang tidak mengenakkan
dengan alasan kelalaian, 4) tidak menyertakan data individual atau data mentah, terkecuali
sebagai sebagai contoh desain permasalahan tunggal atau ilustrasi, 5) proses berbagi data,
data mentah, dan penjelasan karakteristik studi dan efek individual dalam meta-analisis dapat
disampaikan melalui dokumen supplemental berbasis online.
b) Ciri-ciri
Penulisan bagian hasil dapat dicirikan dengan adanya rincian bagian-bagian berikut :
- Pengerahan sumber data : memberikan informasi mengenai tanggal, periode, dan
tindak lanjut terhadap sumber data utama berbeda dari subjek yang potensial. Jika
terdapat lebih dari satu tanggal pengambilan data dan kelompok sumber data yang
berbeda, tuliskan semuanya.
- Statistik dan analisis data : analisis data dan melaporkan hasilnya adalah aspek
fundamental sebuah penelitian. Komponen hasil analisis laporan penelitian aruslah
akurat, tidak bias, lengkap, dan penuh wawasan dalam melaporkan tindakan analisis
data (baik dalam kualitatif maupun kuantitatif).
- Analisis pendukung : laporkan pula hasil analisis lain yang pernah dilakukan,
termasuk analisis subkelompok dan analisis kecocokan.
- Arus partisipan : untuk desain penelitian eksperimental dan kuasi-eksperimental,
harus dideskripsikan keberadaan arus partisipan dalam studi (manusia, hewan, unit
kelas, unit rumah sakit, atau yang lain sebagainya). Tunjukkan jumlah total unit yang
dikerahkan dalam studi dan jumlah partisipan yang dituju/ditunjuk pada setiap grup.
Tunjukkan jumlah partisipan yang tidak menyelesaikan eksperimen atau
menyimpang pada kondisi yang lain, dan jelaskan alasannya. Terakhir, catat jumlah
partisipan yang diikutsertakan dalam analisis utama.
- Intervensi atau manipulasi kebenaran : menjelaskan intervensi atau proses
manipulasi terhadap sumber data saat diadakannya pengumpulan.
- Garis dasar / basis data : yakinkan untuk menyediakan garis dasar demografis dan
atau karakteristik klinis data dari setiap kelompok data.
- Statistik dan analisis data : berbeda dengan bagian yang sama sebelumnya, pada
bagian ini statistik dan analisis data diarahkan pada penyimpulan dan klarifikasi
statistik hasil penelitian. Disertakan pula berbagai bukti statistik mengenai kondisi
penerimaan partisipan terkait proses penelitian.
- Kejadian-kejadian yang berlawanan : dalam bagian hasil, dapat pula disertakan
penjelasan mengenai kejadian-kejadian yang mungkin terjadi dan menyebabkan efek
samping dalam proses intervensi terhadap grup partisipan tertentu. Dalam hal ini,
kejadian yang dimaksud adalah kejadian yang benar-benar memiliki konsekuensi
serius baik bagi peneliti, keakuratan hasil penelitian, maupun terhadap partisipan
baik secara individu maupun kelompok.
c) Problem
Problem yang sering muncul dalam penulisan bagian hasil adalah terkait kejujuran
dan keakuratan penulis dalam menuliskan setiap rincian data analisis. Sebagian peneliti
melakukan kesalahan dalam mendaftar data-data penting yang menunjang analisis dan
kesimpulannya. Terlebih ketika terjadi kesalahan, kegagalan, atau ketidaksesuaian hasil
dengan prediksi awal, dalam proses analisis. Hal ini menyebabkan peneliti memilih untuk
menuliskan data fiktif yang mendukung secara pasti dan benar apa yang diasumsikannya
pada awal penelitian. Selain itu, problem lain muncul ketika beberapa peneliti enggan untuk
menemukan faktor X dari data dan hasil analisis data yang menunjukkan penyimpangan hasil
kearah prediksi hasil penelitian.
d) Solusi
Seharusnya peneliti lebih bijak dalam melakukan dan melaporkan penelitian. Terlebih
ketika hasil penelitian menemukan titik kesalahan, kegagalan, atau ketidaksesuaian dengan
prediksi hasil penelitian. Hal ini dapat disiasasati dengan mendari sejauh mana kesalahan
terjadi, apa penyebab kesalahan tersebut, dan mungkin, jika memang tidak terjadi kesalahan
dalam proses penelitian namun terjadi ketidaksesuaian hasil dengan prediksi, maka dapat
disimpulkan bahwa ada factor X diluar perhatian peneliti yang mengakibatkan masalah
tersebut. Kalaupun peneliti mendapati kesalahan dalam proses penelitiannya, maka sebaiknya
peneliti memilih untuk bersikap jujur dengan mengulag kembali rangkaian penelitian secara
benar, tanpa harus merumuskan data fiktif.
1.3.2. Pembahasan dan kesimpulan
Terkait dengan pembahasan dan kesimpulan akan dijelaskan definisi, ciri-ciri,
problem, dan solusi sebagai berikut :
a) Definisi
Pembahasan / Diskusi
Setelah menjelaskan hasil secara statistikal, peneliti ditempatkan pada posisi untuk
mengevaluasi dan menginterpretasi implikasi data yang telah ditunjukkannnya. Utamanya,
dalam membahas peneliti harus lebih memperhatikan hipotesis yang semula telah ditetapkan.
Di sini peneliti akan memeriksa, menginterpretasi, dan mengualifikasikan hasil dan
menggambarkan kesimpulan dari setiap hal tersebut. Selain itu, peneliti juga menekankan
pada konsekuensi teoritik dan praktik atas hasil yang telah ditentukan (APA,2010).
Teks utama karya keilmuan terdapat pada bagian pembahasan. Dalam bagian ini,
penulis tidka perlu lagi mengaji teori atau konsep dari berbagai referensi seperti pada bagian
pendahuluan. Istilah ‘pembahasan’ diartikan sebagai kegiatan mengidentifikasi,
mengklasifikasikan, mengilustrasikan, menguraikan, dan atau menganalisis dan memberikan
alasan dan bukti yang dapat dipercaya secara keilmuan. Permasalahan dalam penelitian
dibahas secara detail, konkret, sistematis, dan mendalam.
Dalam melakukan pembahasan, penulis sebaiknya menyediakan sesi diskusi yang
terbuka dengan pernyataan-pernyataan yang gamblang atas setiap hal yang mendukung
ataupun tidak mendukung hipotesis awal. Hal ini dapat dilakukan dengan cara membedakan
hipotesis primer dan sekunder. Jika hipotesis tidak terdukung, maka berikanlah penjelasan
khusus sebagai tambahan. Kesamaan dan perbedaan antara hasil penelitian penulis dan hasil
penelitian penulis lain (pada kepustakaan / teks yang berbeda) dapat digunakan untuk
mengontekstualisasikan, mengonfirmasi, dan mengklarifikasi kesimpulan yang dibuat.
Namun, jangan dengan mudah untuk memformulasikan dan mengulang poin-poin yang telah
atau pernah dibuat orang lain. Setiap pernyataan yang baru seharusnya berkontribusi pada
interpretasi penulis dan pemahaman pembaca atas problem yang disajikan (APA,2010).
Interpretasi penulis terhadap hasil harus memperhitungkan beberapa hal diantaranya :
1) sumber bias yang potensial dan ancama-ancaman dari luar pada validitas internal, 2)
ketidaktepatan pengukuran, 3) jumlah dan cakupan pengujian terhadap hasil tulisan, 4)
besaran efek pada objek yang telah diobservasi, dan 5) keterbatasan atau kelemahan lain dari
studi yang dilakukan. Jika penulis membahas adanya intervensi (nonalamiah) yang
dilakukannya pada subjek, diskusikan jika hal tersebut berhasil dan mekanisme yang
dilakukan bekerja secara wajar dan atau digunakan sebagai mekanisme alternative (tidak
sepenuhnya). Diskusikan pula batasan dalam mengimplementasikan intervensi atau
manipulasi kondisi subjek.
Pembahasan berkaitan dengan pengembangan gagasan penulis. Penulis dapat
menjelaskan batasan dan keterbatasan penelitiannya, dan merujuk sebuah alternatif
penjelasan hasil. Diskusi dalam pembahasan harus memiliki kemampuan secara general atau
memiliki validitas eksternal atas temuan-temuan. Untuk itu, penulis dapat memanfaatkan
pendapat-pendapat pakar yang memiliki otoritas keilmuan di bidangnya. Wujudnya dapat
berupa hasil merujuk, kompilasi, atau refleksi. Meski demikian, pendapat ahli hanya
digunakan sebagai penyokong dalam memberikan argumentasi keilmuan. Argumen utama
dari penulis secara orisinal masih sangat diperlukan dan menjadi hal yang lebih penting
dalam pembahasan.
Untuk keperluan pembahasan, setidaknya ada tiga pola yang dapat digunakan untuk
membahas, yakni : 1) pola ilustratif, 2) pola analitis, dan 3) pola argumentatif
(Suwignyo,2013).
1) Pola ilustratif
Pola ilustratif banyak dipilih untuk mengembangkan pembahasan karena
kemudahannya. Pola ini member wawasan pada pembaca untuk mengaitkan konsep-konsep
abstrak ke dalam gambaran atau ilustrasi konkret. Pola ini memiliki beberapa teknik
pembahasan diantaranya pemberian contoh dan perbandingan. Pemberian contoh dilakukan
dengan merumuskan tesis dan pemberian contoh terkait tesis (T + C1 + C2 + C3 + Cn).
Perbandingan dilakukan dengan merumuskan penjelasan perbandingan, yakni persamaan dan
perbedaan dari satu benda yang sederajat dengan rumus tesis, persamaan, dan perbedaan (T +
S + B)
2) Pola analitis
Pola analitis terbagi atas empat jenis teknik pembahasan, yakni : klasifikasi, proses,
sebab-akibat, dan pemecahan masalah. Teknik klasifikasi dilakukan dengan menjelaskan
melalui pembagian klasifikasi pada subjek pembahasan. Teknik proses dilakukan dengan
mendaftar dan menguurutkan proses pada subjek yang bersifat prosedural. Teknik sebab-
akibat dilakukan dengan menjabarkan berbagai hubungan sebab dan akibat pada subjek.
Teknik pemecahan masalah dilakukan dengan memanfaatkan hubungan kausal (sebab-akibat)
yang terjadi kemudian menentukan alternatif solusi.
3) Pola argumentatif
Pola argumentatif mencakup teknik penalaran deduktif-induktif, kausalitas, dan
analogi. Serupa dengan pola analitis, penalaran dalam pola argumentatif dilakukan dengan
menguraikan subjek secara luas. Secara deduktif, penulis memulai dengan sebuah subjek
utama yang kemudian dijelaskan secara rinci secara argumentatif. Secara induktif, penulis
memulai dengan berbagai kasus yang dipecahkan dengan satu kesimpulan argumentatif yang
bersifat umum. Secara kausalitas, penulis memberikan berbagai hubungan sebab-akibat
(seperti halnya pola analitis) untuk menyisipkan argumen-argumennya mengenai setiap
hubungan. Secara analogis, penulis memberikan beberapa hal diluar subjek dengan rasio
persamaan dan kesetaraan sebagai bandingan analogis.
Ketiga pola di atas dapat digunakan secara bersamaan maupun terpisah dalam satu
pembahasan. Bagaimanapun, penggunaan pola pembahasan ditentukan sesuai dengan tujuan
dan core permasalahan yang ingin diulas oleh penulis.
Penutup
Di akhir diskusi dalam pembahasan, dapat diakhiri dengan komentar yang beralasan
dan dapat dibenarkan terkait hal yang penting dalam temuan penelitian. Sesi penyimpulan ini
mungkin merangkun alasan yang jelas, berdiri sendiri, dan tidak berlebihan. Akhir diskusi ini
dilengkkapi pula oleh kesimpulan penulis.
Dalam bagian akhir pembahasan ini, penulis mungkin dapat kembali pada diskusi
mengenai mengapa problem yang ditelitinya menjadi penting, hal apa yang besar, dan
proposisi apa yang diterima dan atau tidak diterima dari adanya eksplorasi temuan terhadap
hal yang sedang dikaji. Selanjutnya, penulis dapat mengarahkan pada beberapa hal
diantaranya : 1) apa signifikasi teoretis, klinikal, atau praktikal dari hasil yang diperoleh, dan
apa basis interpretasinya? ; 2) jika temuan bersifat valid dan terjawab, fenomena psikologis
dalam kehidupan nyata mana yang dapat dijelaskan atau diperagakan dengan hasil tersebut? ;
3) apakah aplikasi tersebut dijamin oleh dasar keilmuan dari penelitian yang dilakukan? ; dan
4) problem apa yang belum terpecahkan atau memunculkan problem baru karena temuan
yang ada?. Respon atas setiap pertanyaan ini adalah kontribusi utama studi yang dilakukan.
Dengan begitu, pembaca akan menerima jawaban yang jelas, tidak ambigu, dan langsung.
Untuk menyusun penutup, ada beberapa teknik yang dapat dilakukan, di antaranya
dengan teknik 1) ringkasan dan 2) simpulan. Teknik ringkasan dipilih untuk mengerucutkan
terlebih dahulu kasus-kasus yang tersebar dalam pembahasan sebelumnya. Hal ini dilakukan
untuk membantu pembaca dalam merangkun setiap pemahaman. Teknik simpulan dilakukan
untuk memberikan jawaban atas setiap permasalahan yang dicari dengan menariknya dari
kesimpulan yang telah diberikan. Kedua teknik ini pada kenyataannya saling berkaitan dan
dibutuhkan dalam proses penutup pembahasan.
b) Ciri-ciri
Dengan penjelasan di atas, pembahasan diskursif dalam penulisan karya ilmian /
keilmua artikel dapat dicirikan sebagai berikut :
- Menjelaskan permasalahan dengan detail, konkret, sistematis, dan mendalam
- Menjelaskan analisis data secara evaluatif dan interpretatif dengan rinci, lengkap,
dan memenuhi setiap fokus pembahasan yang dituju.
- Lebih memperhatikan hipotesis yang semula telah ditetapkan dengan tetap mencoba
untuk semaksimal mungkin mencari dukungan atas hipotesis tersebut tanpa bersikap
subjektif, artifisial, atau fiktif.
- Menyediakan sesi diskusi yang terbuka dengan pernyataan-pernyataan yang
gambling
- Memberi penjelasan khusus sebagai tambahan untuk data-data yang menyimpang
dari hipotesis
- Setiap pernyataan yang baru seharusnya berkontribusi pada interpretasi penulis dan
pemahaman pembaca atas problem yang disajikan.
- Diakhiri dengan komentar yang beralasan dan dapat dibenarkan terkait hal yang
penting dalam temuan
- Dilengkapi kesimpulan penulis
- Pembaca akan menerima jawaban yang jelas, tidak ambigu, dan langsung atas
pertanyaannya terkait isi teks
- Ditutup dengan ringkasan dan kesimpulan yang tuntas

c) Problem
Problematika yang muncul dalam pembahasan muncul dalam beberapa bentuk
diantaranya :
- Kecenderungan penulis sebagai peneliti untuk tidak bersikap objektif atas kesalahan-
kesalahan dalam proses penafsiran yang diakibatkan oleh hasil analisis yang salah.
- Kecenderungan penulis untuk menutupi setiap kesalahan dalam proses penafsiran
yang diakibatkan oleh hasil analisis yang salah dengan cara memberikan interpretasi
yang dibuat-buat atau dengan sengaja menghilangkan beberapa hasil interpretasi
yang mendatangkan kerancuan atau penyimpangan.
- Kesalahan dalam menyusun penjelasan-penjelasan yang sistematis dan menyeluruh
terhadap permasalahan yang sedang diulas hingga menyebabkan tidak tercapainya
tujuan pembahasan sesuai dengan perumusan masalah yang telah ditetapkan.
- Kesalahan dalam menarik kesimpulan yang sistematis dan spesifik untuk menjawab
apa yang sedang dipermasalahkan. Terkadang, apa yang disimpulkan penulis secara
bertele-tele bahkan menimbulkan pertanyaan baru, sehingga membingungkan
pembaca. Sebaiknya, kesimpulan menjadi jawaban dan keputusan akhir atas
interpretasi penulis.
d) Solusi
Terkait problem di atas, maka penulis artikel atau tulisan keilmuan / ilmiah secara
umum disarankan untuk :
- Menghindari keenderungan untuk tidak bersikap objektif atas kesalaha-kesalahan
dalam proses penafsiran dengan menyempurnakan dan mempersiapkan hasil analisis
yang baik sebelum masuk pada pembahasan
- Menghindari kecenderungan penulis untuk menutupi setiap kesalahan dalam proses
penafsiran dengan merancang tabel penafsiran yang berisi setap penafsiran akuran
pada setiap hasil analisis. Tetunya, cara ini mempersyaratkan kebenaran hasil
analisis.
- Menghindari kesalahan dalam menyusun penjelasan-penjelasan yang sistematis dan
menyeluruh dengan menyusun tabel penjelasan untuk setiap kasus, mulai dari yang
sederhana hingga kompleks dan dari yang konkret hingga abstrak.
- Menghindari kesalahan dalam menarik kesimpulan yang sistematis dan spesifik
dengan menyusun tabel kesimpulan dari setiap kasus yang dibahas, mulai dari yang
sederhana hingga kompleks dan dari yang konkret hingga abstrak.
Berikut contoh tabel yang dapat digunakan :
TOPIK UTAMA SUBTOPIK / KASUS PEMBAHASAN KESIMPULAN
(dalam RM)
RM 1 Subtopik 1 RM 1 Pembahasan subtopik 1 RM 1 Kesimpulan subtopik 1 RM 1
Subtopik 2 RM 1 Pembahasan subtopik 2 RM 1 Kesimpulan subtopik 2 RM 1
RM 2 Subtopik 1 RM 2 Pembahasan subtopik 1 RM 2 Kesimpulan subtopik 1 RM 2
Subtopik 2 RM 2 Pembahasan subtopik 2 RM 2 Kesimpulan subtopik 2 RM 2
RM 3 Subtopik 1 RM 3 Pembahasan subtopik 1 RM 3 Kesimpulan subtopik 1 RM 3
Subtopik 2 RM 3 Pembahasan subtopik 2 RM 3 Kesimpulan subtopik 2 RM 3
Ringkasan Kesimpulan umum
Saran
Daftar pustaka
American Psychological Association. 2010. Publication Manual of the American
Psythological Association. : Washington, DC.
Suwignyo, heri. 2013. Bahasa Indonesia Keilmuan Perguruan Tinggi. Aditya Media: Malang
Pedoman Penulisan Karya Ilmia Edisi Kelima. 2000. UM Press: Malang

Anda mungkin juga menyukai