b. Rumusan Maslah
Rumusan masalah pada tulisan ini adalah bagaimanakah struktur dan teknik
menghasilkan karya ilmiah?
* Makalah disampaikan pada Seminar Kepenulisan yang dilaksanakan di FKIP Unram pada tanggal 21 Mei 2017
** Dosen pada Jurusan PBS FKIP Unram
1
II. Pembahasan
Karangan ilmiah adalah karangan ilmu pengetahuan yang menyajikan fakta dan
ditulis menurut metodelogi penulisan yang baik dan benar (Wardani, dkk 2007). Sejalan
dengan pandangan ini, Pateda (1993: 93) menyatakan bahwa karya ilmiah merupakan
hasil pemikiran ilmiah tentang disiplin ilmu tertentu yang disusun secara sistematis,
benar, logis, utuh, bertanggung jawab, serta menggunakan bahasa yang benar. Menurut
beberapa ahli, karya ilmiah dapat dibedakan atas: (1) paper, (2) makalah, (3) modul, (4)
diktat, (5) skripsi, (6) tesis, (7) disertasi, (8) buku, dan (9) laporan penelitian. Di
samping itu ada pula kritik, timbangan buku, dan tulisan ilmah populer (Brotowidjoyo,
1993; Pateda, 1993; Tompkins, 1995; Wardani, 2007).
Berdasarkan konsep di atas, sebuah tulisan disebut ilmiah jika memenuhi
beberapa kriteria, yaitu sistematis, benar, logis, utuh, bertanggung jawab, serta
menggunakan bahasa yang benar. Untuk menghasilkan karya jenis ini, dibutuhkan
kecermatan dan ketelitian yang lebih. Dalam kontek ini, pemahaman tentang sistematika
atau komponen karya ilmiah sangat diperlukan. Hal ini agar lebih mudah memahami
teknik-teknik dalam menghasilkan karya ilmiah.
2
Bagian Isi
Bagian isi merupakan inti dari karya ilmiah. Bagian ini terdiri atas tiga bagian
yaitu pendahuluan, pembahasan, dan simpulan. Tujuan utama dari pendahuuan adalah
untuk menarik perhatian pembaca terhadap masalah yang akan dibicarakan. Oleh karena
itu, pendahuluan harus memuat: (a) latar belakang masalah; (b) alasan memilih topik;
(c) uraian mengenai pentingnya masalah; (d) pembatasan ruang lingkup masalah; dan
(e) jika perlu ditutup dengan harapan penulis.
Bagian pembahasan merupakan bagian utama dari bagian isi karya ilmiah. Di
sinilah terletak penjelasan mengenai segala persoalan yang telah dibahas secara
sistematis dan utuh. Sementara itu, simpulan merupakan sari dari pokok-pokok yang
telah diuraikan dalam pembahasan. Simpulan harus dirumuskan dengan tegas sebagai
pendapat penulis terhadap masalah yang telah diuraikan. Namun demikian, ada pula
pemakalah yang tidak memberi simpulan pada makalahnya, untuk mengakhiri
makalahnya ia menggunakan istilah penutup. Konsekuensinya ia tidak perlu
menyarikan kembali masalah yang telah diuraikan, tetapi cukup dengan memberikan
harapan yang diinginkan. Pada konteks ini, tidak dibenarkan menggunakan kedua cara
ini secara bersamaan.
3
penulisan berisi kegiatan berupa penentuan topik, penentuan maksud dan tujuan
penulisan, mempertimbangkan target pembaca, mengumpulkan informasi pendukung,
dan membuat kerangka tulisan. Tahap saat penulisan berisi kegiatan mengembangkan
kerangka tulisan, sedangkan tahap pasca-penulisan berisi kegiatan penyuntingan, revisi,
dan publikasi (bandingkan dengan Tompkins, 1995: 216-222).
Menghasilkan tulisan ilmiah berarti menyusun kalimat yang tepat, merangkai
kalimat sehingga menjadi paragraf yang baik, menjaga keterkaitan antara kata dengan
kata yang menghasilkan kalimat, kalimat dengan kalimat yang menghasilkan paragraf
termasuk penggunaan tanda bacanya dan lain sebagainya (Semi, 2003). Untuk dapat
dengan mudah menghasilkan tulisan ilmiah, beberapa cara atau teknik dalam
menghasilkannya perlu dikuasai. Masing-masing bagian tulisan ilmiah membutuhkan
cara tersendiri dalam menghasilkannya. Berikut dipaparkan beberapa teknik dalam
menghasilkan tulisan ilmiah.
5
Perlu dipahami bahwa uraian latar belakang yang baik dapat dilihat dari 2 segi,
yaitu judul dan masalah. Dari segi judul, latar belakang memberi jawaban mengapa
penulis memilih judul tertentu (jawaban harus rasional-objektif bukan emosional-
subyektif). Dari segi masalah, latar belakang mengantarkan pembaca pada pokok
masalah yang akan dibahas. Oleh karena itu, untuk menghasilkan latar belakang yang
baik dapat dilakukan dengan membuat pemetaan menggunakan matriks seperti contoh
di atas. Dari matriks tersebut disusun latar belakangnya dengan mengeksplorasi
kesenjangan antara harapan dan kenyataan, yang kemudian didukung oleh teori-tori
yang berkembang. Menurut Tim Pengembang BIK (2005), UM (2007), dan Suparno
(2007), beberapa teknik yang dapat digunakan untuk menguraikan latar belakang
adalah: (1) teknik telaah kasus negatif dikaitkan dengan masalah tulisan; (b) teknik
telaah kasus positif dikaitkan dengan masalah tulisan; (c) teknik kutipan menarik dari
opini pakar, slogan, atau idiom tertentu dikaitkan dengan masalah yang akan dibahas;
dan (d) teknik informasi familier bagi pembaca.
6
Perlu diingat bahwa untuk penulisan nama ahli (untuk kedua kalinya) apabila dalam
buku yang sama, cukup nama terakhirnya saja.
3. Apabila kutipan itu dari surat kabar/majalah, nama besar penulis tetap ditulis. Kata
dalam majalah tidak perlu dicantumkan karena keterangan lengkap tentang judul
tulisan akan diperoleh melalui daftar pustaka. Apabila data atau keterangan yang
diperoleh bukan berupa artikel, nama surat kabar/majalah yang disebut diikuti tanda
kurung yang berisi: tahun terbit, tanggal dan bulan terbit, lalu halaman. Contoh:
Menurut KOMPAS (1990, 24/12: 1) “Jakarta menapaki perjalanan waktu ...”.
Apabila sumber keterangan tidak mencantumkan nama penulis, nama penerbit
(bukan pencetak) yang dicantumkan. Contoh . Berbicara tentang penyetandaran
tata ... , Depdikbud (1988: 17) mengatakan “belum pernah dilakukan secara
resmi”. Penerbit yang bernama Depdikbud dan judul buku serta keterangan lain
yang diperlukan dapat ditemukan pada daftar pustaka.
Kenyataan menunjukkan bahwa sebagian besar bahasan dalam karya ilmiah
diuraikan dengan teknik memberi ilustrasi berupa contoh-contoh atau alternatif solusi,
membuat perbandingan, atau melakukan pengelompokan. Menurut Tim Pengembang
BIK (2005) dan Suparno (2007), beberapa teknik atau pola yang dapat digunakan untuk
menguraikan bahasan adalah: (1) teknik ilustratif, terdiri atas: pola pemberian contoh
dan perbandingan; (2) teknik analitis, terdiri atas: pola klasifikasi, proses, sebab-akibat,
dan pola pemecahan masalah; dan (3) teknik argumentatif, terdiri atas: pola deduktif-
induktif, kausalitas, dan pola analogi.
7
3. Apabila seorang penulis banyak bukunya dijadikan sumber, maka dibawahnya
cukup digunakan tanda hubung (-) sebanyak sembilan buah, atau digunakan
sembilan ketukan. Contoh:
Keraf, Gorys. 1979. Komposisi, Sebuah Pengantar Kemahiran Berbahasa.
Ende: Nusa Indah
. 1991. Diksi dan Gaya Bahasa. Jakarta: PT Gramedia
Musaddat, Syaiful. 2006. Aplikasi Bahasa Indonesia: Pemahaman Kearah
Penulisan Karya Ilmiah. Mataram: Unram Press
Sedangkan jika nama penulisnya tiga orang atau lebih, cukup disebutkan satu saja
kemudian ditambahkan dkk (yang berarti dan kawan-kawan). Penulisan sumber
yang belum berupa buku, judul tulisannya tidak boleh digaris bawah, dicetak
miring atau dicetak tebal, tetapi cukup diberi tanda petik (“...”).
III. Penutup
Beberapa hal yang perlu dicermati dalam menulis, lebih-lebih menulis karya
ilmiah adalah: (1) menulis adalah keterampilan produktif yang harus dilatih dan diasah
secara berkelanjutan; (2) menulis adalah proses sehingga tidak ada tulisan berkualitas
yang biasa selesai sekali jadi; (3) perlu metode terbimbing, jurnal, dan mandiri dalam
meningkatkan keterampilan menulis. Demikianlah catatan penutup dari tulisan ini.
Semoga tulisan ini bermakna. Untuk sukses dalam setiap sisi kehidupan termasuk
menulis karya ilmiah, Anda harus mempunyai visi, motivasi, dan aksi. Jika hanya
mempunyai visi dan motivasi, tanpa aksi, Anda akan melamun. Jika hanya mempunyai
visi dan aksi, tanpa motivasi Anda akan serba tanggung. Jika hanya mempunyai
motivasi dan aksi, tanpa visi Anda akan sampai di tempat yang salah.
Daftar Pustaka
Brotowidjoyo, M. D. 1993. Penulisan Karangan Ilmiah. Jakarta: Akademika Pressindo
Keraf, G. 2001. Komposisi, Sebuah Pengantar Kemahiran Berbahasa. Ende: Nusa
Indah
Marahimin, I. 2001. Menulis Secara Populer. Jakarta : Pustaka Jaya
Musaddat, S. 2006. Aplikasi Bahasa Indonesia; Pemahaman ke Arah Penyusunan
Karya Ilmiah. Mataram: Unram Press
Pateda, M.1993. Aplikasi Bahasa Indonesia; Sebuah Pengantar. Flores: Nusa Indah
Semi, M. A. Menulis Efektif. Padang: Angkasa Raya
Suparno dan Muh. Yunus. 2007. Keterampilan Dasar Menulis. Jakarta: UT
Tim Pengembang BIK. 2005. Bahasa Indonesia Keilmuan Berbasis Area Isi Karya
Keilmuan. Malang: UM Press
Tompkins, G. E. 1993. Teaching Writing: Balancing Process and Product. New York:
Macmillan Pubishing
UM. 2001. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Malang: UM Press
Wardani, I. G. A. K., dkk. 2007. Teknik Menulis Karya Ilmiah. Jakarta: UT