net/publication/341279946
CITATIONS READS
0 1,378
1 author:
SEE PROFILE
All content following this page was uploaded by Haleluya Timbo Hutabarat on 10 May 2020.
Mei, 2020
Abstrak
Menulis akademis bukan sesuatu yang bisa dimiliki tiba-tiba. Dibutuhkan pengetahuan, latihan,
mental pantang menyerah, sekaligus kerendahan hati, demi diterimanya proposal atau rencana
penelitian untuk dapat diteruskan ke jenjang penelitian. Artikel ini merupakan alat bantu yang
filosofis sekaligus praktis terkait menulis proposal. Artikel ini lahir dari refleksi dan pengalaman
tutorial di kelas tehnik menulis. Selayaknya modul tutorial, penggunaan ilustrasi diharapkan
akan lebih banyak berbicara untuk memetakan ide-ide pokok, dan agar lebih praktikal
penjabarannya. Artikel ini mendukung mahasiswa tingkat akhir atau peneliti pemula atau setiap
2
A. Pengantar
Menurut Olivia Valdes sebuah tulisan akademis sekurangnya memiliki empat karakter:1
Sebuah makalah akademis yang baik seharusnya memiliki pernyataan tesis (thesis
statement) yang jelas sejak awal, baik itu yang berbentuk argumen maupun dalam
bentuk pertanyaan penelitian. Dan thesis statement inilah yang harus menjadi
fokus. Setiap paragraf dan kalimat dari makalah tersebut harus terhubungkan pada
fokus utama tersebut. Isi makalah harus mencakup informasi latar belakang atau
konteks, dan semua konten yang melayani tujuan mendukung thesis statement.
dan arah dari esai, dan menyatakan tesis. Paragraf tubuh makalah mendukung
dan menyoroti implikasi dari temuan makalah ini. Setiap kalimat dan paragraf
1 Olivia Valdes, "An Introduction to Academic Writing: Characteristics and Common Mistakes to Avoid",
ThoughtCo. Diakses pada 23 Oktober 2019 di https://www.thoughtco.com/what-is-academic-writing-1689052
3
secara logis terhubung ke kalimat berikutnya untuk menyajikan argumen yang
jelas.
Pernyataan harus didukung oleh bukti, baik dari sumber ilmiah (seperti dalam
makalah penelitian), hasil penelitian atau percobaan, atau kutipan dari teks primer
(seperti dalam esai analisis sastra). Penggunaan bukti memberi kredibilitas pada
argumen.
Tujuan penulisan akademik adalah untuk menyampaikan argumen logis dari sudut
atau bias. Apakah Anda secara pribadi setuju atau tidak setuju dengan suatu ide,
itu harus disajikan secara akurat dan obyektif dalam makalah Anda.
Untuk menghadirkan ciri-ciri akademis yang benar dan menarik, seperti penjelasan
Valdes di atas, pada rencana penulisan atau biasa dikenal dengan istilah proposal, tidak jarang
muncul kendala-kendala.
Kendala umum. Tidak sedikit mahasiwa atau calon peneliti yang bingung saat akan
memulai sebuah rencana penelitian. Bagaimana membuat sebuah usulan atau proposal
penelitiannya, agar bisa diterima. Tidak jarang mahasiswa, setelah bersusah payah
menyelesaikan kelas perkuliahan, malah berfikir untuk mengakhiri studinya setelah berada di
awal fase menulis tesis atau disertasi. Tentu ada banyak faktor penyebab, tetapi signifikasi dari
tulisan ini memberi sumbangsih penjelasan pada bagian-bagian yang umumnya mengganggu
4
proses pembuatan proposal tesis atau disertasi atau rancangan penelitian. Jika disadari oleh calon
Kendala kembar. Dalam tulisan ini, kendala dalam menulis proposal, sengaja dipaparkan
secara berpasangan. Berdasarkan pengalaman, kebingungan muncul karena ada kendala 'kembar'
yang sulit dibedakan. Karena mirip, pasangan kendala ini akan disebut twins of the problems.
Umumnya para penulis atau peneliti kesulitan membedakan narasi apa, yang diinginkan ada,
pada bagian yang mana. Inti kendalanya adalah, soal tata letak narasi, sistematisasi logika
Demi menjaga tujuan dan kemanfaatannya, tulisan ini menjaga karakter penulisan yang:
Filosofis dan praktis. Isi makalah ini, di satu sisi, ingin memberi penjelasan yang bersifat
filosofis agar tidak sekedar menjadi hafalan tanpa pemahaman. Di sisi lain, ingin menjadi
petunjuk yang aplikatif praktis dan operasional dalam proses pembuatan proposal.
Terminologi etimologis dan teknis. Dalam menulis artikel ini, akan sering disejajarkan
istilah berbahasa Indonesia dengan terminologi etimologis dan tehnis asali, yang umumnya
dengan bahasa Inggris. Ada alasan untuk itu. Alasan pertama bersifat etimologis. Harus disadari
bahwa budaya menulis makalah ilmiah, lahir dan berkembang di dunia Barat. Unsur-unsur dalam
setiap makalah ilmiah memiliki nama yang memiliki maksud dan filosofi di baliknya. Ketika
berkecimpung dalam dunia literasi di Indonesia, ditemukan banyak istilah yang telah
diterjemahkan tetapi tidak berhasil mengusung filosofisnya, bahkan tidak sedikit yang
menambah bingung karena kemudian banyak istilah yang bermunculan. Setelah menyadari ini,
penjelasan dalam artikel ini terlupakan setelah ini, setidaknya jika pembaca dapat mengingat
5
istilah asalinya, akan lebih mudah menemukan kembali nilai filosofisnya dari sumber-sumber
Alasan kedua lebih bersifat tehnis, praktis dan operasional, tetapi sama mendasarnya.
Harus disadari bahwa budaya menulis di Barat telah terintegrasi sedemikian rupa hingga pada
aplikasi-aplikasi yang mendukung budaya menulis. Sebutlah satu merek dari aplikasi menulis
yang sudah terkenal itu, Microsoft Office. Mempertahankan penggunaan istilah internasional ini,
dalam prakteknya akan membantu pembaca untuk terhubung dengan menu-menu dalam aplikasi-
aplikasi menulis dan meneliti seperti Microsoft office. Jadi, perhatikanlah istilah-istilah
Ilustratif. Artikel ini adalah catatan pengalaman dan praktek selama memberi tutorial
pada kelas technical writing mahasiswa Teologi. Sebagaimana biasanya sebuah tutorial,
keberadaan gambar dan ilustrasi dengan harapan akan lebih berbicara ketika penjelasan tertulis
memperlihatkan keterbatasannya.
Secara khusus, makalah ini bertujuan memberikan solusi guna mengatasi kendala
menulis pada bagian proposal. Tulisan ini bersumber dari pengalaman menulis, membaca,
mendampingi proses penulisan dan melakukan pelatihan menulis bagi mahasiswa yang akan
mulai menulis proposal. Secara umum, makalah ini menawarkan informasi filosofis reflektif
tentang technical writing yang akademis sekaligus memberikan pedoman praktis. Artikel ini
diharapkan mendukung kebutuhan mahasiswa tingkat akhir atau peneliti pemula atau setiap
orang yang gemar dan ingin mengembangkan kemampuan menulis akademis. Versi yang mirip
sudah pernah diterbitkan. Alasan diterbitkan lagi adalah kebaharuan informasi bagi pembaca.
6
Semoga informasi yang dibagikan inspiratif sekaligus operatif bagi sebuah penulisan proposal
a. “What is happening”
menjabarkan sebuah fenomena3 dari apa yang terjadi sesuai hasil pengamatannya. Fenomena itu
dapat berupa sebuah situasi yang memprihatinkan menurut perspektif mahasiswa jurusan
tertentu, atau wacana kegelisahan sebagai seorang ahli di bidang tertentu, atau sebagai praktisi di
bidang tertentu. Wilayah kejadiannya bisa terjadi di media cetak, diskusi maya di media sosial,
di wilayah terdekat kita, di sebuah institusi keagamaan, atau pada komunitas politis dimana kita
berada. Kurun waktunya bisa "tempo doeloe", bisa "kekinian", bisa berupa "ramalan futuristik
imajiner" yang akan terjadi. Bentuknya bisa berupa sebuah mitologi budaya, bisa catatan empiris
historis dari suatu lembaga, bisa catatan berspektif ekonomis, bisa realitas sosial, bisa ajaran
teologis, prilaku kotra ekologis, atau bentuk lainnya. Cakupan fenomena yang dimaksud, bisa
2 Bandingkan dengan Arya Hadi Dharmawan, Menyusun Problem Statement dan State of the Art. Diakses
dari http://www.forda-mof.org/files/arya.pdf
3 Prashant Kumar Astalin, "Qualitative Research Designs: A Conceptual Framework" dalam International
Journal of Social Science & Interdisciplinary Research Vol.2 (1), January (2013).
7
jadi sangat personal, bersifat institusional, regional, nasional, atau bahkan berskala internasional.
John Latham menggunakan istilah "the real world problem" dan "undesireable symtoms".4
Situasi empiris yang terpilih, harusnya yang akan menjadi stimulus dari penelitian yang
sedang dirancang. Jika dihubungkan dengan rencana studi, biasanya inilah alasan mengapa
seseorang memutuskan untuk studi lanjut. Bagi seorang mahasiswa penerima beasiswa, sangat
mungkin bahwa hal empiris ini merupakan latar belakang mengapa institusi mengutusnya untuk
studi lanjut.
Narasi kedua, yang harus ada dalam latar belakang masalah adalah “What should be”.
Narasi tentang “What should be” adalah paragraf yang berisi ide pokok yang mengambarkan
situasi ideal yang menurut sudut pandang akademis peneliti harusnya terjadi, sebuah susunan
rangkaian idealisme (mind set) tentang dunia yang lebih baik, apa yang peneliti impikan
seharusnya terjadi, atau mungkin gambaran hal-hal yang disukai agar dilakukan semua orang.
Situasi ideal yang menjadi angan-angan ini, merupakan reaksi reflektif atas fenomena yang
sudah disoroti sebelumnya. Baik sekali jika ini adalah keprihatinan pribadi penulis. Contoh yang
baik atau menarik, jika itu adalah sebuah promosi atas local geniuses and genuineness dari
tradisi leluhur. Di sinilah letak otentisitas dan sekaligus subjektifitas akademis penulis atau
peneliti. Dengan demikian, bagian ini menjadi bagian yang penting, yang membedakan sebuah
penelitian dibanding dengan yang lain. Bagian ini adalah sesuatu yang bernilai dalam karya
ilmiah, karena itu adalah sudut pandang akademis yang unik (paper standpoint). Bagiana ini
menunjukkan keyakinan penulis akan nilai atau visi tertentu. Biasanya, perancang penelitian
akan tergoda membicarakan sebuah teori. Itu bisa saja. Memang, bisa saja "sweet dreams" itu
4 Lihat bagia "Problem" dalam John Latham, Research Methods Framework. Dapat diakses pada
https://www.drjohnlatham.com/frameworks/research-methods-framework/
8
merujuk atau mendasar pada teori ideal tokoh tertentu, tetapi sebaiknya jangan buru-buru ke
sana, sebab bagian itu memiliki wilayah membahasnya sendiri, yaitu di landasan terori.
Berfokuslah pada fenomena ideal yang diinginkan. Fenomena itu bisa berwujud empiris, bisa
konseptual filosofis.
"Worst will be", juga adalah narasi yand dihasilkan oleh reasi reflektif terhadap fenomena
buruk yang kita soroti. Bagian ini berisi prediksi-hipotetis logis akan hal-hal terburuk jika
Tiga main idea di atas adalah hal pokok yang harus ada sebagai latar belakang penelitian
mahasiswa. Jika kita dapat menunjukkan hubungan secara logis antar unsur-unsur pokok ini,
maka paragraf-paragraf artikel kita akan bener-benar menjadi sebuah latar belakang penelitian
yang masuk akal. Itulah sebabnya bagian ini dalam bahasa Inggris dikenal dengan istilah
rationale background. Dalam Google Translate kata rasionale dimaknai sebagai "a set of
Hubungan antar narasi utama atau main idea di dalam bagian latar belakang masalah
9
Intinya, baiklah selalu dibayangkan bahwa sebuah latar belakang masalah (rasionale
backgroud), minimal yang berisi pasangan narasi "What is happening" dan narasi "What should
be" atau satu pasangan narasi "What is happening" dengan narasi "Worst will be". Atau bisa
juga, jika dirasa perlu membuat latar belakang yang agak padat, pasangan narasi rangkap tiga
Sebuah tips penting tentang sebuah paragraf, buatlah sebuah paragraf yang hanya berisi
satu main idea, satu ide pokok saja. Bahwa itu dilengkapi oleh supporting details, itu sebuah
keharusan. Tetapi, yang harus dihindari, dan ini yang sering menyebabkan kacaunya
sistematisasi sebuah tulisan ilmiah, menumpuknya beberapa main idea dalam satu paragraf. Lalu
menjelaskan supporting detailnya pada paragraf lain. Sebaiknya lakukan cross-check apakah
paragraf-paragraf dari proposal yang ditulis itu terlalu panjang. Jika terlalu panjang, curigailah
bahwa ide pokok paragraf itu terlalu banyak. Jika demikian, pecahlah menjadi kelompok
paragraf yang masing-masing memiliki fakta-fakta pendukung. Tulisan yang menarik terdiri
paragraf-paragraf yang mudah dicerna logikanya. Sebuah proposal yang terdiri dari paragraf
sederhana dengan kalimat singkat, akan lebih menarik ketimbang yang terdiri dari paragraf yang
Kata kunci penting dalam membuat sebuah artikel ilmiah, termasuk proposal, harus
berkarakter ABC, yaitu accurate, brief, and concise. Artinya sebuah proposal penelitian harus
singkat-padat-jelas. Hindari penjelasan yang cenderung emosional atau puitis. Menulis ilmiah
tidak sama dengan menulis sebuah buku populer. Agar proposal sistematis, pastikan satu
penjelasan tidak dijelaskan berulang pada tempat yang lain. Pastikan setiap narasi ide pokok
10
Jika hal-hal di atas diperhatikan, sebuah proposal penelitian atau studi, umumnya tidak
lebih dari 15 halaman. Jika sebuah pendahuluan, nama lain dari proposal penelitian, adalah 10
persen dari keseluruhan halaman, maka sebuah prososal 15 halaman mencerminkan sebuah hasil
penelitian dengan panjang kira-kira 150 halaman. Jika tidak bermaksud menulis sepanjang itu,
Usulan lain, agar mudah memeriksa sistematisasi dan konsistensi sebuah proposal adalah
dengan menaruh sub-heading atau sub judul. Disiplin mengenakan sub-judul di atas sebuah
paragraf akan sangat membantu penulis sendiri untuk mempertegas ide pokok paragrafnya.
Apakah ide pokok dan data pendukungnya sudah jelas dan nyambung.
Pada saat yang bersamaan pemberian sub-judul juga akan bermanfaat bagi pembaca,
terutama dosen pembimbing, yang umumnya super sibuk dan sering tergoda untuk tidak
membaca proposal yang masih "acak-acakan". Bayangkan bahwa seorang dosen membimbing
lebih dari tiga orang. Bayangkan bagaimana dia membagi waktu dan perasaan (frustasi!) dengan
rencana penelitian mahasiswanya yang kacau. Logisnya, dosen pembimbing itu akan mudah
memahami sebuah paragraf dan lebih tertarik pada artikel yang sudah diberi sub-heading. Tehnik
menulis dengan model APA Style bahkan mewajibkan penggunaan running head pada tiap
halaman sebuah artikel, termasuk proposal, dengan asumsi bahwa itu akan sangar memantu
Apa yang dan bagaimana membedakan "latar belakang masalah" dengan "rumusan
masalah"?
Rumusan Masalah
11
Sebuah rumusan masalah, yang dalam terminologi Inggris biasa disebut problem/s of the
study atau problem statement, akan benar dan valid nyata, ketika kita berhasil memunculkan
pertanyaan setelah melihat ruang kosong di antara "What is happening" dengan "What should
be". Ketika terlihat nyata adanya "jurang" (gab) atau "kesenjangan" (discrepancy) antara "apa
yang terjadi" dengan "apa yang seharusnya", di situlah "masalah untuk diteliti" berpotensi hadir.
Sebuah rumusan masalah, ingat frase kuncinya problem/s of study, dinyatakan valid, bila sebuah
proposal dapat menggambarkan urgentnya atau mendesaknya sebuah penelitian dilakukan agar
jurang antara apa yang terjadi dengan apa yang ideal dapat dijembatani. 5 Telah ditemukan
pertanyaan terkait menemukan kemungkinan bagaimana situasi yang ideal itu dapat terwujud
sesuai konteksnya.
Pertanyaan Penelitian. Sebuah rumusan masalah harus diekspresikan secara jelas dalam
bentuk pertanyaan. Sebagai contoh, untuk latar belakang "Limbah plastik makanan di kantin
kampus U dan "Level polusif yang makin meningkat", rumusan masalah yang dipilih bisa sebuah
pertanyaan "Bagaimana mengurangi polusi limbah plastik di kantin kampus U" atau "Dengan
prilaku yang bagaimana mahasiswa dapat mengurangi polusi dari limbah plastik makanan di
lingkup kampus berinisial U". Dalam rangkaian itu, tujuan penelitian mungkin adalah
"Menemukan jenis prilaku tertentu oleh mahasiswa di kampus berinisial U, guna mengurangi
dampak buruk dari limbah plastik industri makanan di kantin kampus". Ini bisa menjadi sebuah
penelitian atas spiritualitas tokoh C, bisa menjadi kajian atas etika model G, bisa menjadi
penerapan selogan budaya lokal yang bernama J, dan kemungkinan studi-studi lainnya. Kita bisa
5 Bandingkan dengan bagian "Problem" John Latham, Research Methods Framework. Dapat diakses pada
https://www.drjohnlatham.com/frameworks/research-methods-framework/
12
melihat bahwa, dari sebuah pertanyaan penelitian akan muncul indikasi operasionalisasi dari
Mari melihat contoh yang lain. Misalkan saja fenomenanya adalah budaya populer
berbusana anak remaja gereja X saat beribadah. Rumusan masalah yang dipilih mungkin "Motif
narcisism remaja gereja X dalam pola berbusana saat beribadah" atau "apakah ada teologi yang
dapat mengatasi prilaku "narsir" remaja di jemaat X". Dan tujuan penelitian adalah, menemukan
dasar teori bagi teologi budaya populer tertentu yang mampu mengubah prilaku konsumtif
jemaat X. Ini bisa menjadi sebuah studi teologi operasional gereja X, bisa merupakan studi
teologi tubuh perspektif perempuan, atau bisa menjadi studi terhadap teologi solidaritas kaum
muda.
Jadi jelaslah bahwa sebuah pertanyaan penelitian yang baik secara akademis, adalah
rumusan pertanyaan yang jelas sehingga memberi petunjuk (clue) pada operasionalisasi
bagaimana unsur-unsur penelitian akan dikerjakan. Misalnya mengarah pada tujuan penelitian
tertentu (yaitu untuk menemukan jawaban tertentu), atau memberi clue terhadap metode dan
tahapan-tahapan penelitian tertentu, atau mengarahkan peneliti pada konteks penelitian tertentu,
atau akan mempersempit batasan-batasan penelitian dan tentunya membimbing penulis pada
sistematika logis penelitian tertentu. Tentunya, sebuah pertanyaan penelitian yang baik,
mengarahkan penelitian pada relevansi yang bermanfaat terhadap situasi real di lapangan. 6
Inilah mengapa rumusan masalah sangat menentukan sebuah proposal yang baik dan menarik.
13
Jika pasangan narasi di latar belakang masalah adalah "What is happening" dan "Worst
Will Be" maka pertanyaan penelitian yang mencerminkan rumusan masalah untuk diteliti, adalah
"Apakah ada pendekatan tertentu yang dapat digunakan untuk menggagalkan situasi terburuk
Tentang pemetaan area sumber, dari mana sebuah rumusan masalah atau pertanyaan
Dengan pola, dimana kesenjangan, gap7 atau discrepancy menganga, di situ pertanyaan
penelitian akan tercipta, maka filosofinya, dimana krisis terjadi, yaitu ketika terlihat jurang
antara yang real (nyata) dan yang ideal (seharusnya), disitulah misi untuk melakukan sebuah
studi harus disuarakan. Inilah mentalitas yang harus dimiliki seorang akademisi atau peneliti,
selalu kritis pada situasi krisis, optimis pada suara pengharapan, bukan pesimis. Kata kunci yang
14
selalu menolong mengawali pertanyaan kritis antara lain: bagaimana, apa, dimana, kapan, dan
lainnya.
Sejauh ini, apakah sudah dapat melihat perbadaan antara "masalah fenomenologis yang
dipotret" sebagai latar belakang masalah dengan "masalah akademis yang ingin diteliti"? Untuk
membantu membedakannya, sebuah tips, kembalilah pada terminologi aslinya agar menemukan
sedangkan masalah yang akan diteliti akan menjadi bagian dari problem of the study. Lihatlah
Latar Belakang
Masalah
(Rasionale
Backgroud)
15
2. Bedakan Tujuan Studi dan Manfaat Studi
Kedua frase "tujuan studi" dan "manfaat studi" juga sering seperti masalah kembar yang
sering tidak dapat dibedakan. Dalam prakteknya, saat menarasikan salah satu atau keduanya,
isinya sama, mirip, atau saling terbalik. Karena hal ini, mahasiswa atau peneliti pemula mungkin
akan keluar dari ruang konsutasi dengan wajah frustasi dan salah sangka bahwa dosennya tidak
memahami pemikirannya. Dalam pengalaman kelas tutorial tehnik menulis, ini juga merupakan
hal yang sering membuat para peserta, peneliti pemula tertawa sendiri, karena ternyata mereka
Tujuan Studi
Tujuan studi, atau lebih sering disebut tujuan penelitian berasal dari frase objective/s of
the study. Tujuan sebuah penelitian sebenarnya merupakan “hal yang kita mau dicapai atau
dijawab dalam penelitian". Pastinya, sebuah tujuan penelitian adalah target yang harus
Secara operasional, jika pertanyaan penelitian ada tiga, maka tujuan penelitian juga akan ada
tiga. Dan acap kali jumlah tujuan penelitian akan mencerminkan jumlah bab di antara bab
pendahuluan dan bab kesimpulan. Hampir pasti bahwa jumlah main idea dari kesimpulan harus
berfokus pada jumlah ide pokok pertanyaan penelitian. Ketika terjadi konsisensi isi mulai dari
pendahuluan sampai pada kesimpulan, maka saat itulah terjadi demonstrasi dari sebuah penulisan
Manfaat penelitian
Manfaat penelitian berasal dari frase significancy of the study. Manfaat dari studi adalah
sesuatu yang akan dihasilkan setelah penelitian selesai. Bedakan dengan 'tujuan penelitian' yang
16
harus dicapai dalam proses penulisan. Hasil studi biasanya bermanfaat sebagai rekomendasi
akademis bagi peneliti secara personal, keluarga peneliti, masyarakat yang diteliti, institusi
tertentu, atau suatu komunitas dengan cakupan tertentu. Manfaat penelitian adalah juga sebagai
Secara nasional, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi rekomendasi bagi terciptanya
kerjasama damai antar pemeluk agama di Indonesia. Secara lebih khusus bagi di kota Jogjakarta.
Secara keilmuan, penelitian ini diharapkan dapat menambah perbendaharaan pendekatan teori
pendampingan perdamaian. Dalam dunia praktisi bidang perdamaian, diharapkan penelitian ini
Agar jelas bedanya dengan tujuan penulisan, jika dilihat dari letaknya, tujuan studi atau
penulisan, wilayahnya ada di dalam dan selama proses penelitian, sedang manfaat penelitian
adalah sesuatu yang berada di luar dan terjadi setelah penelitian selesai dilakukan. Jika tujuan
penelitian harus dipenuhi agar penelitian dapat dinyatakan selesai, maka manfaat penelitian
adalah sesuatu yang dampaknya baru dapat terjadi setelah penelitian dinyatakan layak
dipublikasikan.
penelitian sebelum dan selama penelitian. Menjaga kejelasan schematic framework dalam
pikiran peneliti, akan mempengaruhi kelancaran proses penelitian berlangsung, juga terkait
kejelasan hasilnya. Dalam berbicara tentang schematic framework, dua frase yang sering
membingungkan adalah membedakan kerangka teori dan kerangka konseptual. Sering kali
keduanya dianggap kembar beda nama atau dipahami saling terbalik. Maka penting untuk
17
Kerangka kerja teori (theoretical framework)8 adalah sesuatu yang dihasilkan jika kita
sudah memilih sebuah teori. Sebuah teori dipilih karena diasumsikan dapat dipakai untuk
Jika laporan penelitian ini ingin dipublikasikan dalam jurnal sebuah jurnal bergensi,
pemilihan sebuah teori dasar, harus melalui literatures review dan gap analysis terhadap teori-
teori yang pernah ada, guna menemukan celah kebaharuan untuk dipelajari dan posisi unik dari
teori yang akan dipilih. Sebuah teori layak dipilih jika dianggap memberi sumbangsih baru
dalam menutupi celah studi yang pernah ada, area yang belum terpecahkan secara teoretis dan
dunia ilmiah. Ini yang disebut dengan kebaharuan (novelty). Itulah sebabnya dapat juga
dikatakan bahwa sebuah teori yang terpilih adalah hasil dari analisis celah terhadap teori-teori
serumpun yang pernah ada. Narasi dari sebuah literatures riview, yang merupakan demonstrasi
dari proses gap analis, yang akhirnya menemukan sebuah temuan baru ini sering juga sebut
korelasi, maka teori yang bersifat dugaan (hipotesa) yang perlu dibuktikan. Hipotesa berada di
antara independen variabel dan dependent variabel (lihat gambar 4). Sebagai contoh, untuk
memberi gambaran, akan dimulai dengan pertanyaan, apakah self awareness berpengaruh pada
prilaku kecanduan gadget pada anak-anak? Dari pertanyaan penelitian di atas, terkandung
8 Shyam Guragain, "Theoretical and Conceptual Framework" dalam Social Research. Diakses pada
Oktober 2019 dari https://shyamguragain.com.np/2019/07/25/259/
9 Bandingkan dengan Arya Hadi Dharmawan, Menyusun Problem Statement dan State of the Art. Diakses
dari http://www.forda-mof.org/files/arya.pdf. Pedoman Akreditasi Jurnal Ilmiah (Jakarta: Direktorat Jenderal
Penguatan Riset dan Pengembangan-Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi, 2018), 11. Diakses dari
http://arjuna.ristekdikti.go.id/index.php/akreditasi/pedoman
18
hipotesa bahwa teori self awareness berhubungan dengan fenomena prilaku kecanduan gadget
pada anak-anak. Dugaan inilah yang kemudian yang menjadi tujuan dari studi, membuktikan
apakah kebenaran teori yang dipilih, sebagai sebuah hipotesa, terbukti atau tidak.10
Kerangka kerja teori yang dipilih dapat berasal dari satu orang tokoh saja atau hasil
konstruksi tematis, dari banyak tokoh. Contoh teori berdasarkan tokoh: Hermeneutik Gadamer,
Injil menurut Paulus, Pendidikan yang membebaskan menurut Paulo Freire, dan lain-lain.
Contoh teori yang tematis misalnya: ekologi feminis, ecclesiologi gereja urban, teologi publik
Sebuah kerangka kerja teoretis dapat dikatakan sukses dibangun, jika kerangka kerja teori
sudah berhasil menampilkan indikator-indikator dari teori tersebut. Indikator adalah unsur-unsur
dari teori, yang harus diperhatikan karena teori itu ingin diterapkan, dalam suatu kasus atau
menjelaskan bahwa ada empat kriteria atau ciri-ciri dari pemimpin yang transformasional yang ia
maksud. Melalui proses literature riview, dihasilkanlah gambaran teori utuh yang disebut
kerangka teori. Maka keempat ciri inilah yang kemudian akan menjadi indikator dalam
menganalisa persoalan kepemimpinan yang ingin diteliti. Dalam prakteknya, ringkasan teori
Bass, dalam contoh di atas, akan diurai lengkap dalam Bab II sebuah tesis, dan diperkenalkan
19
Jadi, dari sebuah teoretical framework yang baik, akan lahir definsi-definsi yang
konseptual, dan definisi operasional yang terukur. Sebuah teoretical framework yang baik akan
memberi gambaran tentang opersionalisasi dari penelitian, sekaligus inspirasi bagi batasan-
batasan masalahya. Bentuk dari kerangka teori ini dapat berupa matriks tabel atau bagan-bagan.
Lebih lanjut, indikator-indikator dari kerangka teori inilah yang kemudian secara operasional
akan menjadi struktur dan alat ukur dari instrumen penelitian, spesifiknya pada struktur
observasi, struktur pertanyaan wawancara, ataupun struktur angket. Kerangka teori ini juga dapat
bermanfaat dalam menganalisa hasil penelitian. Kerangka teori ini harus ditetapkan sejak awal
agar proses penelitian dapat dilihat, sudah pantas atau belum untuk dilakukan.
Kerangka kerja konseptual (conceptual framework) adalah sesuatu yang terkait erat
dengan kerangka kerja teori. Seperti yang dapat diwakili oleh pendapat Latham, yang terpenting
dimiliki dalam kerangka kerja konseptual adalah menemukan variabel dan hubungan antar
keduanya. 12 Gambar 4 di bawah merupakan contoh dimana letak sebuah conceptual framework
Situasi
Theoretica
dimana teori
l akan
Framework didaratkan
20
Ada banyak hal yang dapat dirinci lebih lanjut untuk membedakan theoretical framework
dan conceptual framework. Yang disebut di sini adalah hal-hal pokok saja (lihat tabel 2).13
Hal lain yang kerap membuat mahasiswa kebingungan adalah model tradisi atau tehnik
menulis mana yang harus digunakan atau disyaratkan institusi. Dalam dunia tulis-menulis
akademis, secara umum, ada dua tradisi atau model yang digunakan.
APA Style. Yang tertua, sekaligus lebih sederhana adalah model yang sekarang dikenal
dengan istilah APA Style, dengan sebutan model "(Author, date)".16 Dalam Wikipedia.org
diceritakan bahwa orang pertama sekali membuat catatan kutipan adalah Edward Laurens Mark
untuk keperluan akademis di Universitas Harvard. Dan sejak itu, model "Author-Date" ini terus
13 Bandingkan dengan tabel Dickson Adom, Emad Kamil Hussein dan Joe Adu Agyem, "Theoretical and
Conceptual Framework: Mandatory Ingredients of a Quality Research" dalam International Journal of Scientific
Research Volume-7, Issue-1, Januari 2018. Dapat diakses pada
https://www.researchgate.net/publication/322204158_THEORETICAL_AND_CONCEPTUAL_FRAMEWORK_M
ANDATORY_INGREDIENTS_OF_A_QUALITY_RESEARCH
14 Itulah sebabnya theoretical framework dikategorikan sebagai independent variable, karena dalam
conceptual framework, sebuah teori bebas untuk diterapkan dalam situasi penelitian lain. Berbeda dengan suatu
situasi yang ingin diubah atau dicapai, dimana sebuah teori akan didaratkan, selalu tergantung pada landasan
teorinya.
15 Fely P. David menyebutkan, the conceptual framework is anchored on the theoretical framework. Fely P.
David, Understanding and Doing Research: A Handbook for Beginners (Iloilo City: Panorama Printing Inc., 2005),
60.
16 APA, About APA Style. Diakses dari https://www.apastyle.org/about-apa-style.
21
dipakai di Harvard University. Tetapi kemudian secara formal dan global, model ini diterbitkan
pertama kali pada tahun 1929 dengan sebutan APA Style.17 Karena catatan kutipannya ditaruh di
dalam kalimat, maka secara tehnis menulis disebut sebagai model in-text-citation. Atau karena
menggunakan "dalam kurung" sering disebut model parenthetical citation. Format lengkap APA
Style yang terbaru tertuang dalam Publication Manual of the American Psychological
Association, (6th ed., 2nd printing). Ringkasan bahkan turunan dan adaptasi dari format menulis
dengan model ini bisa ditemukan di banyak tempat. Salah satu contoh format umum dari APA
CMOS atau Turabian Style. Model yang kedua, sering disebut Chicago Style, yang
secara resmi muncul pertama tahun 1937, merupakan writing style yang berasal dan sampai
sekarang dipakai dari Universitas Chicago. Informasi tentang format menulis model ini ada
ditulis dalam buku The Chicago Manual of Style: The Essential Guide for Writers, Editors, and
Publishers (17th ed.) Model ini saling mengisi dengan model Turabian. Disebut Turabian karena
penulis sekaligus perancang awal model ini, bernama Kate L. Turabian, yang sepanjang karirnya
bekerja sebagai sekretaris disertasi pada Universitas Chicago. Buku yang memuat informasi
tentang model Turabian ini adalah A Manual for Writers of Research Papers, Theses, and
Model APA dan CMOS/ Turabian inilah yang umum digunakan dunia akademis untuk
menulis dan dan menerbitkan hasil penelitian, baik berupa buku maupun jurnal. Harus dipahami
17 Untuk informasi lebih dalam, lihat APA, APA History. Dapat diakses pada
https://www.apa.org/about/apa/archives/apa-history.
18 Link Purdue Writing Lab, General Format. Diakses dari
https://owl.purdue.edu/owl/research_and_citation/apa_style/apa_formatting_and_style_guide/general_format.html
19 "Preface" dalam Kate L. Turabian, A Manual for Writers of Research Papers, Theses, and Dissertations,
9th Edition (Chicago: The University of Chicago Press, 2018).
22
bahwa sekarang kedua model ini telah muncul dalam banyak versi dan format karena telah
diadopsi dan beradaptasi dengan tradisi institusi atau bahkan bagian dari selera dosen. Tetapi
sangatlah penting untuk mengenali standar asli dari dua writing culture ini seperti yang terdapat
Selain model di atas ada model lain seperti Vancouver, yang dipakai dalam studi
demikian akan lebih mudah mengikuti maunya dosen atau model-model penulisan lain yang
Mentalitas Peneliti
argumentasi temuan, semua mahasiswa memerlukan bimbingan, revisi dan kritik. Tekanan
Sesudah mendapat ijin untuk melanjutkan ke tahap ujian pun, akan ada kegalauan lainnya.
Demikian juga setelah ujian, dalam proses revisi, akan ada koreksi dan tantangan mental lainnya.
Karena itu sebaiknya tiap tahapan, sejak proses pembuatan proposal, tiap penelitian atau
mahasiswa pasca sarjana, tidak ingin buru-buru melalui tiap tahapan hanya karena takut dikritik
atau mendapat koreksi. Sebaliknya, tiap tahapan harus dinikmati dengan berfikir positif dan
Dalam Google Translate dijelaskan bahwa kata 'koheren' bermakna jelas, terang, masuk
akal, bertalian secara logis, mudah dimengerti, terkoordinasi dan saling cocok. 21 Maka lebih baik
20 David Evans, Paul Gruba, Justin Zobel, How to Write a Better Thesis (Switzerland: Springer
International Publishing, 2014), ix.
21 Google Translate. Diakses pada 20 Oktober 2019 dari
https://translate.google.co.id/?hl=id#view=home&op=translate&sl=en&tl=id&text=coherent
23
menata segenap emosi, tenaga dan pikiran positif kita pada upaya memperkaya tulisan kita pada
aspek-aspek yang terkandung dalam watak peneliti yang koheren tersebut. Seseorang yang sudah
berpengalaman sebagai pembimbing penulisan menyimpul "From the start, good students tend to
Penutup
Merancang sebuah studi atau penelitian, dan melaporkan hasil penelitian adalah soal
cermat mengkalimatkan logika yang terukur dengan sistematika tertentu. Sistematisasi kata yang
terukur dan logis ini akan menjadi rangkaian kata bermakna dan dengan demikian bisa menjadi
inspirasi bagi situasi dunia yang lebih baik dan berpengharapan. Cita-cita mulia ini adalah bagian
dari spiritualitas akademisi yang ingin memberi sumbangsih akademis bagi masyarakat di
sekitarnya.
menggunakan kata-kata, logos, adalah bagian dari spiritualitas akademis yang harus dimiliki
intelektual sejati. Dengan semangat dan ketekunan melatih karunia merangkai kata-kata seorang
akademisi berperan sebagai agen inspiratif bagi dunia dan makna hidup yang lebih baik. Dan
peran akademis adalah peran yang sangat mungkin dan masuk akal.
antara lain budaya baca, budaya menulis, motivasi studi, kendala ekonomi, budaya akademis tiap
institusi, dan kemungkinan lainnya. Budaya menulis ilmiah sendiri bukanlah sesuatu yang
mudah menjadi sebuah habit, tanpa kerja keras dan air mata. Dibutuhkan keberanian untuk
22 David Evans, Paul Gruba, Justin Zobel, How to Write a Better Thesis (Switzerland: Springer
International Publishing, 2014), ix.
24
mencoba, sekaligus kerendahan hati untuk membongkar pasang, hingga sebuah proposal atau
laporan penelitian yang baik, menarik dan dapat dipertahankan ketika dipresentasikan di depan
penguji. Karena itu jangan mudah menyerah. Teruslah mencoba yang terbaik.
Sebagai yang memberi prioritas pada kendala-kendala umum, penjelasan dalam makalah
ini terasa sangat minim dan umum. Sebaiknya dimaknainya sebagai alat bantu dan perkenalan
pertama terhadap dunia menulis proposal dan memperlihatkan prioritas pada ide kunci tertentu
saja yang mungkin terlalu umum. Dari kata-kata kunci yang ada, diharapkan calon peneliti dapat
menemukan clue dan lebih terdorong pada upaya pencarian pejelasan yang lebih mendalam dan
lebih rinci, sesuai minat studi dan metode penelitian yang ingin digeluti.
25
Daftar Pustaka
Adom, Dickson, Emad Kamil Hussein dan Joe Adu Agyem, "Theoretical and Conceptual
Framework: Mandatory Ingredients of a Quality Research" dalam International Journal
of Scientific Research Volume-7, Issue-1, Januari 2018. Dapat diakses pada
https://www.researchgate.net/publication/322204158_THEORETICAL_AND_CONCEP
TUAL_FRAMEWORK_MANDATORY_INGREDIENTS_OF_A_QUALITY_RESEA
RCH
Fely P. David. Understanding and Doing Research: A Handbook for Beginners. Iloilo City:
Panorama Printing Inc., 2005.
Google Translate. Dapat diakses di https://translate.google.co.id/?hl=id
Latham, John. Research Methods Framework. Diakses dari
https://www.drjohnlatham.com/frameworks/research-methods-framework/
Pedoman Akreditasi Jurnal Ilmiah (Jakarta: Direktorat Jenderal Penguatan Riset dan
Pengembangan-Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi, 2018). Diakses
dari http://arjuna.ristekdikti.go.id/index.php/akreditasi/pedoman
Purdue Writing Lab. General Format diakses dari
https://owl.purdue.edu/owl/research_and_citation/apa_style/apa_formatting_and_style_g
uide/general_format.html
Shyam Guragain, "Theoretical and Conceptual Framework" dalam Social Research. Diakses
pada Oktober 2019 dari https://shyamguragain.com.np/2019/07/25/259/
Turabian, Kate L. A Manual for Writers of Research Papers, Theses, and Dissertations, 9th
Edition. Chicago: The University of Chicago Press, 2018.
Valdes, Olivia, "An Introduction to Academic Writing: Characteristics and Common Mistakes to
Avoid", ThoughtCo. Diakses pada 23 Oktober 2019 di https://www.thoughtco.com/what-
is-academic-writing-1689052
26