MAKALAH
Untuk memenuhi tugas matakuliah
Keperawatan Komplementer
yang dibina oleh Ibu Nurul Hidayah, S.Kep.,Ns. M.Kep
Oleh
JURUSAN KEPERAWATAN
D3 KEPERAWATAN LAWANG
Agustus 2020
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, atas segala rahmat dan hidayahnya
yang telah di limpahkan sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“HERBAL ANTI GANGGUAN PERFUSI JARINGAN AKIBAT HIPERTENSI“ makalah
ini di susun untuk memenuhi tugas Keperawatan Komplementer.
Adapun makalah ini dari buku. Dalam penyusunan makalah ini tentunya tidak lepas dari
adanya bantuan dari pihak tertentu, oleh karena itu kami tidak lupa mengucapkan banyak
terima kasih kepada dosen pembimbing yang telah membantu kami menyelesaikan makalah
ini .
Kami menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan dan kelemahanya serta
jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu harapan kami agar tulisan ini dapat di terima dan
berguna bagi semua pihak. Untuk itu kami mengharapkan adanya kritik dan saran yang
membangun dari para pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
Kata Pengantar...............................................................................................................i
Daftar Isi.......................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.....................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah...............................................................................................2
1.3 Tujuan..................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Definisi Hipertensi.............................................................................................3
2.2 Etiologi dan factor resiko Hipertensi.................................................................3
2.3 Patofisiologi Hipertensi......................................................................................5
2.4 Manifestasi Klinis Hipertensi.............................................................................6
2.5 Komplikasi Hipertensi.......................................................................................6
2.6 Penatalaksanaan medis Hipertensi.....................................................................7
BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan......................................................................................................21
4.2 Saran.................................................................................................................22
Daftar Rujukan............................................................................................................23
Lampiran
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Hipertensi merupakan salah satu penyakit yang mengakibatkan angka kesakitan yang
tinggi. Hipertensi adalah suatu peningkatan abnormal tekanan darah dalam pembuluh
arteri secara terus menerus lebih dari suatu periode. Seseorang dikatakan hipertensi
apabila tekanan darah sistolik sama dengan atau di atas 140 mmHg dan/atau tekanan
darah diastolik sama dengan atau di atas 90 mmHg (WHO, 2015). Masih tingginya
penderita hipertensi merupakan salah satu masalah yang berpengaruh terhadap derajat
kesehatan masyarakat. Sustrani, dkk (2009, h.12) mengatakan hipertensi seringkali
disebut sebagai pembunuh gelap (silent killer) karena termasuk yang mematikan tanpa
disertai dengan gejala – gejalanya lebih dahulu sebagai peringatan. Menurut data
Rikesdas (2013) Propinsi Jawa timur prevalensi penyakit hipertensi mencapai 26,2%
(BPPK Kemenkes,2013).
Berbagai macam therapy komplementer dapat diberikan pada pasien
kardiovaskuler/hipertensi diantaranya adalah therapy herbal, meditasi, hipnotis, yoga,
taichi, kepercayaan, doadan sembahyang, latihan(exercise), therapy nutrisi dan
supplement (Synder dan Kreitzer, 2002). Pengobatan komplementer - alternatif yang
salah satunya adalah therapi herbal lebih sesuai untuk penyakit metabolik dan
degeneratif, walau penggunaannya lama, tapi efek sampingnya relatif kecil jika
digunakan secara tepat, sehingga menjadi pilihan masyarakat untuk mengatasi hipertensi.
Khusus untuk obat herbal, pemerintah mengeluarkan Keputusan Menkes RI Nomor
121 Tahun 2008 tentang Standar Pelayanan Medik Herbal.
Beberapa herbal yang telah melalui penelitian dan terbukti menurunkan tekanan
darah tinggi diantaranya adalah seledri (Apium graveolens), kumis kucing (Orthosiphon
Stamineus), daun salam (Syzygium polyanthum), manggis (Gracinia Mangostana),
Valerian (Valeriana officiale) (hallo Internist, 2011, edisi 18, h.7). Sedangkan menurut
Sustarni Alam Hadibroto (2005, h.74-105), jenis herbal yang dapat menurunkan tekanan
darah tinggi yaitu seledri atau celery (Apium graveolens), bawang putih (Allium
Sativum), bawang merah (Allium cepa), belimbing manis (Averrhoa carambola L),
1
mentimun (Cucumis sativus), jeruk nipis (Citrusaurantifolia), tomat (Lyocopercison
lycopersicum),
2
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah pada makalah ini sebagai berikut:
1. Apa yang dimaksud dengan Hipertensi ?
2. Apa etiologi dan factor resiko Hipertensi ?
3. Bagaimana patofisiologi Hipertensi ?
4. Apa manifestasi klinis Hipertensi ?
5. Apa saja pemeriksaan penunjang untuk Hipertensi?
6. Apa saja penatalaksanaan medis untuk Hipertensi ?
7. Apa saja herbal untuk Hipertensi ?
C. TUJUAN
Berdasarkan rumusan masalah di atas, berikut tujuan penulisan makalah ini.:
1. Untuk mengetahui yang dimaksud dengan Hipertensi
2. Untuk mengetahui etiologi dan factor resiko Hipertensi
3. Untuk mengetahui patofisiologi Hipertensi
4. Untuk mengetahui apa saja manifestasi klinis Hipertensi
5. Untuk mengetahui apa saja pemeriksaan penunjang untuk Hipertensi
6. Untuk mengetahui penatalaksanaan medis untuk Hipertensi
7. Untuk mengetahui apa saja herbal untuk Hipertensi
BAB II
PEMBAHASAN
A. DEFINISI Hipertensi
Hipertensi adalah suatu peningkatan abnormal tekanan darah dalam pembuluh
darah arteri secara terus menerus lebih dari satu periode. Penyakit hipertensi telah
membunuh 9,4 juta warga dunia setiap tahunnya dari jumlah penduduk dunia 7,4 miliar.
Hipertensi mempunyai hubungan erat dengan risiko kejadian penyakit kardiovaskuler
lain dan mengganggu sistem tubuh lainnya. Penatalaksanaan hipertensi bisa dilakukan
dengan terapi farmakologis dan terapi komplementer.
Hipertensi merupakan salah satu penyakit yang mengakibatkan angka kesakitan
yang tinggi. Hipertensi adalah suatu peningkatan abnormal tekanan darah dalam
pembuluh arteri secara terus menerus lebih dari suatu periode. Seseorang dikatakan
hipertensi apabila tekanan darah sistolik sama dengan atau di atas 140 mmHg dan/atau
tekanan darah diastolik sama dengan atau di atas 90 mmHg (WHO, 2015).
a. Etiologi
Penyebab pasti dari hipertensi esensial belum dapat diketahui, sementara penyebab
sekunder dari hipertensi esensial juga tidak ditemukan. Pada hipertensi esensial tidak
ditemukan penyakit renivaskuler, gagal ginjal maupun penyakit lainnya, genetik
serta ras menjadi bagian dari penyebab timbulnya hipertensi esensial termasuk stress,
intake alkohol moderat, merokok, lingkungan dan gaya hidup (Triyanto, 2014)
2) Hipertensi sekunder
3
4
b. Faktor resiko
Faktor risiko hipertensi terdiri atas faktor yang dapat diubah dan tidak dapat diubah.
Faktor Risiko Yang Tidak Dapat Diubah
Faktor risiko yang tidak dapat diubah meliputi faktor genetik dan penuaan.
Genetik: Studi genomic terbaru menemukan 107 lokus gen yang berperan dalam regulasi
tekanan darah.[11] Studi genomik dengan sampel meliputi populasi Eropa, Asia
Tenggara dan Asia Timur menunjukkan polimorfisme pada 12 lokus gen secara
signifikan berkontribusi terhadap fenotip hipertensi.[12] Pada populasi Asia, studi
terhadap 1136 etnis china menyimpulkan polimorfisme nukleotida gen SORBS1 secara
signifikan berasosiasi dengan timbulnya hipertensi.[13]
Penuaan : Pada populasi lanjut usia studi menunjukkan TD diastolik menetap atau mulai
menurun sedangkan TD sistolil meningkat. Hal ini menunjukkan kekakuan progresif
pada pembuluh darah yang mungkin mengakibatkan hipertensi. Kekakuan diduga terkait
fragmentasi serta penurunan kadar serat elastin dan peningkatan deposisi kolagen yang
lebih kaku, penurunan kadar nitrit oxide, peradangan, serta disfungsi neurohormonal
(peningkatan sensitivitas terhadap garam, peningkatan aldosterone, peningkatan saraf
simpatis).[14]
Faktor Risiko Yang Dapat Diubah
Faktor risiko yang dapat diubah meliputi faktor sosioekonomi, serta perilaku dan pola
hidup.
Sosioekonomi : Faktor sosioekonomi meliputi globalisasi, urbanisasi, tingkat stress,
pendidikan serta pendapatan.[15]
Perilaku dan Pola hidup : Pola hidup meliputi diet tinggi garam, inaktivitas fisik hingga
obesitas. Perilaku terkait kebiasaan merokok serta konsumsi alkohol berlebihan.[15]
Usia
Rokok
Lingkungan
Obesitas
Kopi
5
C. Patofisiologi
Mekanisme yang mengontrol kontriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak dipusat
vasomotor medulla otak. Rangsangan pusat vasomotor yang dihantarkan dalam bentuk
impuls bergerak menuju ganglia simpatis melalui saraf simpatis. Saraf simpatis bergerak
melanjutkan ke neuron preganglion untuk melepaskan asetilkolin sehingga merangsang
saraf pascaganglion bergerak ke pembuluh darah untuk melepaskan norepineprin yang
mengakibatkan kontriksi pembuluh darah. Mekanisme hormonal sama halnya dengan
mekanisme saraf yang juga ikut bekerja mengatur tekanan pembuluh darah (Smeltzer &
Bare, 2008). Mekanisme ini antara lain :
a. Mekanisme vasokonstriktor norepineprin-epineprin
Perangsangan susunan saraf simpatis selain menyebabkan eksitasi pembuluh
darah juga menyebabkan pelepasan norepineprin dan epineprin oleh medulla
adrenal ke dalam darah. Hormon norepineprin dan epineprin yang berada di
dalam sirkulasi darah akan merangsang pembuluh darah untuk vasokonstriksi.
Faktor seperti kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi respon pembuluh
darah terhadap rangsang vasokonstriktor (Saferi & Mariza, 2013).
b. Mekanisme vasokonstriktor renin-angiotensin
Renin yang dilepaskan oleh ginjal akan memecah plasma menjadi substrat renin
untuk melepaskan angiotensin I, kemudian dirubah menjadi angiotensin II yang
merupakan vasokonstriktor kuat. Peningkatan tekanan darah dapat terjadi selama
hormon ini masih menetap didalam darah (Guyton, 2012).
D. Manifestasi Klinis
Manisfestasi klinikmenurut Ardiansyah (2012)muncul setelah penderita mengalami
hipertensi selama bertahun-tahun, gejalanya antara lain :
a. Terjadi kerusakan susunan saraf pusat yang menyebabkan ayunan
langkah tidak mantap.
b. Nyeri kepala oksipital yang terjadi saat bangun dipagi hari karena
peningkatan tekanan intrakranial yang disertai mual dan muntah.
c. Epistaksis karena kelainan vaskuler akibat hipertensi yang diderita.
E. Komplikasi
Komplikasi pada penderita hipertensi menurut Corwin (2009) menyerang organ-
organ vital antar lain :
7
a. Jantung
b. Ginjal
c. Otak
Tekanan tinggi di otak disebabkan oleh embolus yang terlepas dari pembuluh darah di
otak, sehingga terjadi stroke. Stroke dapat terjadi apabila terdapat penebalan pada arteri yang
memperdarahi otak, hal ini menyebabkan aliran darah yang diperdarahi otak berkurang.
F. Penatalaksanaan
a. Penatalaksanaan Nonfarmakologi
Modifikasi gaya hidup dalam penatalaksanaan nonfarmakologi sangat penting untuk mencegah
tekanan darah tinggi. Penatalaksanaan nonfarmakologis pada penderita hipertensi bertujuan
untuk menurunkan tekanan darah tinggi dengan cara memodifikasi faktor resiko yaitu :
Mempertahankan berat badan yang ideal sesuai Body Mass Index dengan rentang 18,5 – 24,9
kg/m2. BMI dapat diketahui dengan rumus membagi berat badan dengan tinggi badan yang telah
dikuadratkan dalam satuan meter. Obesitas yang terjadi dapat diatasi dengan melakukan diet
rendah kolesterol kaya protein dan serat. Penurunan berat badan sebesar 2,5 – 5 kg dapat
menurunkan tekanan darah diastolik sebesar 5 mmHg(Dalimartha, 2008).
Mengurangi asupan sodium dilakukan dengan melakukan diet rendah garam yaitu tidak lebih
dari 100 mmol/hari (kira-kira 6 gr NaCl atau 2,4 gr garam/hari), atau dengan mengurangi
konsumsi garam sampai dengan 2300 mg setara dengan satu sendok teh setiap harinya.
Penurunan tekanan darah sistolik sebesar 5 mmHg dan tekanan darah diastolik sebesar 2,5
mmHg dapat dilakukan dengan cara mengurangi asupan garam menjadi ½ sendok
teh/hari(Dalimartha, 2008).
Mengonsumsi alkohol lebih dari 2 gelas per hari pada pria atau lebih dari 1 gelas per hari pada
wanita dapat meningkatkan tekanan darah, sehingga membatasi atau menghentikan konsumsi
alkohol dapat membantu dalam penurunan tekanan darah (PERKI, 2015).
Kalium menurunkan tekanan darah dengan cara meningkatkan jumlah natrium yang terbuang
bersamaan dengan urin. Konsumsi buah-buahan setidaknya sebanyak 3-5 kali dalam sehari dapat
membuat asupan potassium menjadi cukup. Cara mempertahankan asupan diet potasium (>90
mmol setara 3500 mg/hari) adalah dengan konsumsi diet tinggi buah dan sayur.
5) Menghindari merokok
Merokok meningkatkan resiko komplikasi pada penderita hipertensi seperti penyakit jantung dan
stroke. Kandungan utama rokok adalah tembakau, didalam tembakau terdapat nikotin yang
membuat jantung bekerja lebih keras karena mempersempit pembuluh darah dan meningkatkan
frekuensi denyut jantung serta tekanan darah(Dalimartha, 2008).
6) Penurunan stress
Stress yang terlalu lama dapat menyebabkan kenaikan tekanan darah sementara. Menghindari
stress pada penderita hipertensi dapat dilakukan dengan cara relaksasi seperti relaksasi otot, yoga
atau meditasi yang dapat mengontrol sistem saraf sehingga menurunkan tekanan darah yang
tinggi (Hartono, 2007).
7) Aromaterapi (relaksasi)
Aromaterapi adalah salah satu teknik penyembuhan alternatif yang menggunakan minyak
esensial untuk memberikan kesehatan dan kenyamanan emosional, setelah aromaterapi
digunakan akan
9
membantu kita untuk rileks sehingga menurunkan aktifitas vasokonstriksi pembuluh darah,
aliran darah menjadi lancar dan menurunkan tekanan darah(Sharma, 2009).
Masase atau pijat dilakukan untuk memperlancar aliran energi dalam tubuh sehingga
meminimalisir gangguan hipertensi beserta komplikasinya, saat semua jalur energi terbuka dan
aliran energi tidak terhalang oleh tegangnya otot maka resiko hipertensi dapat
diminimalisir(Dalimartha, 2008).
b. Penatalaksanaan Farmakologi
Diuretik (Hidroklorotiazid)
Diuretik bekerja dengan cara mengeluarkan cairan berlebih dalam tubuh sehingga daya
pompa jantung menjadi lebih ringan.
Penghambat simpatetik (Metildopa, Klonidin dan Reserpin) Obat-obatan jenis
penghambat simpatetik berfungsi untuk menghambat aktifitas saraf simpatis.
Betabloker (Metoprolol, Propanolol dan Atenolol)
Fungsi dari obat jenis betabloker adalah untuk menurunkan daya pompa jantung, dengan
kontraindikasi pada penderita yang mengalami gangguan pernafasan seperti asma
bronkial.
Vasodilator (Prasosin, Hidralasin)
Vasodilator bekerja secara langsung pada pembuluh darah dengan relaksasi otot polos
pembuluh darah.
Angiotensin Converting Enzyme (ACE) inhibitor (Captopril) Fungsi utama adalah untuk
menghambat pembentukan zat angiotensin II dengan efek samping penderita hipertensi
akan mengalami batuk kering, pusing, sakit kepala dan lemas.
Penghambat Reseptor Angiotensin II (Valsartan)
Daya pompa jantung akan lebih ringan ketika obat-obatan jenis penghambat reseptor
angiotensin II diberikan karena akan menghalangi penempelan zat angiotensin II pada
reseptor.
10
Seledri (Apium Graveolens L.) pertama kali dijelaskan oleh Carolus Linaeus
(dalam Species Plantarum). Di Sunda dikenal dengan nama saladri dan di Jawa dikenal
dengan nama seledri. Seledri (Apium Graveolens L.) berasal dari Eropa Selatan, dan
sekarang sudah tersebar di seluruh dunia. Seledri (Apium Graveolers dulce) adalah
sayuran untuk dimakan yang pertama kali dijelaskan oleh orang Yunani dan populer pada
abad pertengahan digunakan dalam pengobatan tradisional dan aroma terapi karena
banyak manfaat kesehatan.
11
farmakologis.
12
C. Manfaat seledri
Selain untuk masakan, juga bermanfaat untuk kesehatan antara lain :
a. Menurunkan tekanan darah
b. Meringankan nyeri sendi
c. Menjaga kesehatan pencernaan
d. Menurunkan berat badan
D. Efektifitas Daun Seledri Untuk Hipertensi
Hipertensi merupakan salah satu penyakit degeneratif. Umumnya tekanan darah
13
Terapi herbal termasuk kedalam terapi komplementer, salah satu terapi herbal yang dapat
menurunkan tekanan darah adalah konsumsi bawang putih. Efek anti vasospastik bawang putih
dapat mengurangi spasme arteri kecil serta mencegah pembentukan dan perkembangan bekuan
darah.
Ramuan bawang putih (Allium sativum L.) secara tradisional telah digunakan untuk
meningkatkan 'kesehatan jantung'. Tujuan dari tinjauan sistematis ini adalah untuk mengevaluasi
bukti yang tersedia untuk kemanjuran dan keamanan bawang putih dalam pengelolaan hipertensi
dan dislipidemia dan kualitas.
Pada bawang putih setelah dikonsumsi, komponen allicin (didapatkan setelah alliin
berinteraksi dengan enzim alliinase) dilepas ke pembuluh darah, pada beberapa studi, allicin
mampu mencetuskan sel darah merah untuk menghasilkan H2S yang mempunyai efek
vasodilator. Suplementasi bawang putih berhubungan dengan penurunan tekanan darah yang
cukup signifikan pada pasien hipertensi.
15
Salam adalah nama pohon penghasil daun rempah yang digunakan dalam
masakan Nusantara. Dalam bahasa Inggris dikenal sebagai Indonesian bay-leaf atau
Indonesian laurel, sedangkan nama ilmiahnya adalah Syzygium polyanthum.
Tanaman salam (Eugenia polyantha) di Indonesia dikenal sebagai tanaman obat.
Tanaman ini juga digunakan oleh masyarakat sebagai obat tradisonal dan penyedap
masakan. Daun salam dikenal juga sebagai bay leaf, mengandung sedikit minyak atsiri
0,2%, mengandung utama senyawa utamametil khavicol, eugenol, dan citral. Kegiatan ini
bertujuan pemanfaatan tanaman salam (Eugenia polyanthaWight)untuk kesehatan dan
makanan. Sosialisasi dilakukan pada masyarakat di sekitar keraton Surakarta. Hasilnya
diperoleh bahwa salam bermanfaat terutama untuk penyedap makanan sekaligus sebagai
obat herbal.
bukti bahan aktif tanaman salam maka tanaman salam mempunyai efek farmakologis.
1. Mencegah komplikasi diabetes
Antioksidan di dalamnya juga dapat membantu tubuh dalam proses memproduksi insulin.
Ini adalah salah satu manfaat besar minum air rebusan daun salam. Jika menderita batu
ginjal, maka cobalah minum rebusan daun salam.
3. Membakar lemak tubuh
Kombinasi kayu manis dan daun salam merupakan minuman yang cepat menurunkan
berat badan. Kayu manis mengandung minyak esensial, antioksidan, dan nutrisi yang
mempercepat metabolisme tubuh sehingga meningkatkan pengeluaran energi dan
meningkatkan penurunan berat badan.
Sedangkan daun salam mengandung zat diuretik yang merangsang pengeluaran cairan
yang disimpan dalam jaringan tubuh, yang terkait dengan kesulitan penurunan berat
badan.
18
Selain itu, senyawa aktif dalam daun salam dapat mengempiskan perut, melawan
penumpukan gas dan mengurangi kambuhnya gangguan pencernaan.
Minum rebusan daun salam dua kali sehari dapat mengurangi kadar asam urat dan
masalah yang berkaitan dengan asam urat.
5. Meredakan peradangan
Nyeri karena keseleo, tegang atau radang sendi dapat hilang jika memijat daerah yang
sakit dengan minyak yang diekstrak dari daun salam.
Air rebusan daun salam dapat mengurangi tekanan darah dan meningkatkan
sirkulasi. Bahkan, kadar kolesterol jahat dalam tubuh juga akan menurun.
Air rebusan daun salam dapat mencegah stroke dan juga meningkatkan kinerja
jantung. Hal ini karena daun salam mengandung fitonutrient, asam caffeic,
serta salicyclate.
9. Mengobati batuk
Minum air rebusan daun salam dan menghirup uapnya dapat membantu menyembuhkan
batuk dan masalah pernapasan. Dapat juga menyembuhkan pilek bahkan flu.
Daun salam mengandung flavonoid yang berfungsi sebagai antioksidan yang mampu
mencegah terjadinya oksidasi sel tubuh. Semakin tinggi oksidasi sel dalam tubuh, maka semakin
tinggi seseorang untuk menderita penyakit degeneratif. Kandungan flavonoid pada daun salam
dapat digunakan untuk mencegah terjadinya hipertensi, menurunkan kadar kolesterol tubuh,
menurunkan kadar gula darah, dan mnurunkan kadar asam urat (Ali, et al, 2011). Di dalam
tubuh, flavonoid ini bekerja pada ginjal. Menurut Kwon, dkk (2010), flavonoid berguna untuk
mengambat ACE, sehingga dari angiotensin I tidak dapat diubah menjadi angiotensin II yang
berfungsi untuk menaikkan aktivitas sistem saraf simpatis, vasokontriksi otot polos vascular dan
meningkatkan retensi air dan natrium. Sehingga dengan adanya flavonoid tekanan darah dapat
turun.
Penelitian Vania (2012) , yang berjudul Pengaruh Air Rebusan Daun Salam (Syzygium
Polyanthum (Wight) Walp.) Terhadap Tekanan Darah Laki- Laki Dewasa mendapatkan hasil
bahwa rata-rata tekanan darah setelah meminum air rebusan daun salam sebesar 105,20/71,80
mmHg, lebih rendah daripada sebelum meminum air rebusan daun salam sebesar 118,83/7,93
mmHg (p<0,01).
Hal serupa juga diungkapkan Tetra (2014) , yang berjudul Pengaruh Pemberian Daun
Salam (Eugenia Polyantha) Terhadap Penderita Hipertensi mendapatkan hasil bahwa ada
pengaruh yang signifikan pemberian air seduhan daun salam (Eugenia polyantha) terhadap
penurunan tekanan darah penderita hipertensi baik pada tekanan darah sistolik maupun tekanan
darah diastolic (p < 0,005).
sampai terbentuk buih yang mantap selama 10 menit. Terbentuknya buih tersebut
sebagai indikator reaksi positif adanya saponin.
Uji tanin: Sejumlah 0,1 gram ekstrak daun salam ditambahkan dengan 5 mL etanol
absolut kemudian ditetesi dengan FeCl3 1%. Terbentuk warna biru tua menunjukkan reaksi
positif adanya tanin.
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Hipertensi merupakan salah satu penyakit yang mengakibatkan angka
kesakitan yang tinggi. Hipertensi adalah suatu peningkatan abnormal tekanan
darah dalam pembuluh arteri secara terus menerus lebih dari suatu periode.
Seseorang dikatakan hipertensi apabila tekanan darah sistolik sama dengan atau
di atas 140 mmHg dan/atau tekanan darah diastolik sama dengan atau di atas 90
mmHg (WHO, 2015). Masih tingginya penderita hipertensi merupakan salah satu
masalah yang berpengaruh terhadap derajat kesehatan masyarakat. Sustrani, dkk
(2009, h.12) mengatakan hipertensi seringkali disebut sebagai pembunuh gelap
(silent killer) karena termasuk yang mematikan tanpa disertai dengan gejala –
gejalanya lebih dahulu sebagai peringatan. Menurut data Rikesdas (2013)
Propinsi Jawa timur prevalensi penyakit hipertensi mencapai 26,2% (BPPK
Kemenkes,2013).
Seledri (Apium Graveolers dulce) adalah sayuran untuk dimakan yang
pertama kali dijelaskan oleh orang Yunani dan populer pada abad pertengahan
digunakan dalam pengobatan tradisional dan aroma terapi karena banyak manfaat
kesehatan salahh satunya untuk hipertensi dengan cara di rebus dan airnya
diminum.
Bawang putih yang dikenal sebagai bumbu dapur mempunyai efek anti
hipertensi yang sudah dapat dibuktikan oleh penelitian medis. Efek anti
vasospastic bawang putih dapat mengurangi spasme arteri kecil serta mencegah
pembentukan dan perkembangan bekuan darah. Ramuan bawang putih (Allium
sativum L.) secara tradisional telah digunakan untuk meningkatkan 'kesehatan
jantung'. Tujuan dari tinjauan sistematis ini adalah untuk mengevaluasi bukti yang
tersedia untuk kemanjuran dan keamanan bawang putih dalam pengelolaan
hipertensi dan dislipidemia dan kualitas.
21
22
B. Saran
1. Institusi pendidikan
Semoga makalah ini dapat menjadi referensi dan sumber ilmu baru bagi
yang mempelajari ilmu keperawatan khususnya herbal anti gangguan
perfusi jaringan anti hipertensi.
2. Mahasiswa
Semoga dengan makalah ini mahasiswa dapat memahami dan mempelajari
lebih dalam lagi tentang herbal anti gangguan perfusi jaringan anti
hipertensi.
DAFTAR RUJUKAN
Fitria & Oktadoni,S. (2016). Khasiat Daun Seledri Terhadap Tekanan Darah Tinggi Pada
Pasien
Hiperkolestrolemia.hhtp://www.jukeunila.com/wpcontent/uploads/2016/04/5.2_Triola_Fitria_do
ne.pdf
Chan, W. J. J., McLachlan, A. J., Luca, E. J., & Harnett, J. E. (2020). Garlic (Allium sativum L.)
in the management of hypertension and dyslipidemia–A systematic review. Journal of
Herbal Medicine, 19, 100292.
Kaur, H., Manjunath, G. S., & Revanth, R. (2019). An Experimental Study to Evaluate the
Effectiveness of Garlic Therapy on Hypertension among Hypertensive Clients. International
Journal of Scientific Research And Education, 7(7).
Sugiarti, S., Tjahjani, E., & Wilujeng, R. D. (2018). Perbedaan Efektivitas Pemberian Seduhan
Bawang Putih Dan Teh Rosella (Hibiscus Sabdarifa Linn) Terhadap Penurunan Tekanan
Darah Pada Penderita Hipertensi Di Posyandu Lansia Kelurahan Dukuh Pakis Wilayah Kerja
Puskesmas Dukuh Kupang Surabaya Tahun 2018. Jurnal Kebidanan, 7(1).
23
24
Fitria, C. N., & Setianti, S. N. (2018). Manfaat Air Seduhan Bawang Putih Terhadap Penurunan
Hipertensi. Profesi (Profesional Islam): Media Publikasi Penelitian, 16(1), 40-46.
Jeanelle, Boyer and Hai, Liu Rui. 2004. Apple phytochemical and their health benefits.
Nutrition journal. 3:5.
Dorland WA. Kamus Kedokteran Dorland, 24thed. Huriawati Hartanto, editor. Jakarta: EGC.
2002.
Ariviani, S. (2010). Anti radical capacity of anthosianin extract from fresh salam(Syzygium
polyanthum [Wight.] Walp) fruits with varied solvent Proportion. Caraka Tani, 25(1), 43-49.
Diunduh kembali dari http://fp.uns.ac.id/jurnal/ download.php?file=caraka%20XXV_1-43- 49.pdf
Ghulamahdi, M., Aziz, S. A., & Nirwan. (2008). Peningkatan laju pertumbuhan dan kandungan
flavonoid klon daun dewa (Gynura pseudochina (L.) DC) melalui periode pencahayaan. Bul.
Agron, 36(1), 40- 48. Diunduh kembali dari http://journal.
ipb.ac.id/index.php/jurnalagronomi/ article/download/1343/441
25
Andoko., Pangesti, D.N. 2016. Efektifitas Rebusan Daun Salam Terhadap Penurunan
Tekanan Darah Pada Penderita Hipertensi. Jurnal Kesehatan Holistik (The Journal of
Holistic Healthcare), Volume 10, No.2, April 2016: 1-4
Dafriani P. 2016. Pengaruh Rebusan Daun Salam (Syzigium Polyanthum Wight Walp)
terhadap Tekanan Darah Pasien Hipertensi di Sungai Bungkal Kerinci 2016. Jurnal
Medika Saintika. Volume 7, Nomor 2, Desember 2016.
Darussalam M., Rukmi D.K. 2016. Peran Rebusan Daun Salam(Syzgium Polyanthum)
dalam Menurunkan Kadar Asam Urat. Media Ilmu Kesehatan Vol.5, Agustus 2016.
Hamidi M.N.S. 2014. Hubungan Pola Makan dengan Kejadian Penyakit Hipertensi di
Puskesmas Kuok Tahun 2014. Jurnal Keperawatan STIKes Tuanku Tambusai Riau. Vol
5, ed 2, Oktober 2014.
Ardiansyah, M. (2012). Mrdikal Bedah Untuk Mahasiswa. (Dion, Ed.) (1st ed.). Jogjakarta:
DIVA Press.
Guyton A.C., Hall J.E.2012. Buku ajar fisiologi kedokteran. Edisi 11. Jakarta : Penerbit
Buku Kedokteran EGC.H.