Anda di halaman 1dari 37

HERBAL ANTI GANGGUAN

PERFUSI JARINGAN AKIBAT HIPERTENSI

MAKALAH
Untuk memenuhi tugas matakuliah
Keperawatan Komplementer
yang dibina oleh Ibu Nurul Hidayah, S.Kep.,Ns. M.Kep

Oleh

1.) Rinda Saviera (P17220184058)

2.) Rendra Bragaswara (P17220184073)

3.) Fitria Dwi Aidha (P17220184080)

POLITEKNIK KESEHATAN MALANG

JURUSAN KEPERAWATAN

D3 KEPERAWATAN LAWANG

Agustus 2020
ii

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, atas segala rahmat dan hidayahnya
yang telah di limpahkan sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“HERBAL ANTI GANGGUAN PERFUSI JARINGAN AKIBAT HIPERTENSI“ makalah
ini di susun untuk memenuhi tugas Keperawatan Komplementer.

Adapun makalah ini dari buku. Dalam penyusunan makalah ini tentunya tidak lepas dari
adanya bantuan dari pihak tertentu, oleh karena itu kami tidak lupa mengucapkan banyak
terima kasih kepada dosen pembimbing yang telah membantu kami menyelesaikan makalah
ini .
Kami menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan dan kelemahanya serta
jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu harapan kami agar tulisan ini dapat di terima dan
berguna bagi semua pihak. Untuk itu kami mengharapkan adanya kritik dan saran yang
membangun dari para pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Malang, 11 Agustus 2020

Penyusun
ii

DAFTAR ISI

Kata Pengantar...............................................................................................................i
Daftar Isi.......................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.....................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah...............................................................................................2
1.3 Tujuan..................................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN
2.1 Definisi Hipertensi.............................................................................................3
2.2 Etiologi dan factor resiko Hipertensi.................................................................3
2.3 Patofisiologi Hipertensi......................................................................................5
2.4 Manifestasi Klinis Hipertensi.............................................................................6
2.5 Komplikasi Hipertensi.......................................................................................6
2.6 Penatalaksanaan medis Hipertensi.....................................................................7

BAB III HERBAL ANTI HIPERTENSI


3.1 Herbal Daun Seledri.........................................................................................11
3.2 Herbal Bawang Putih.......................................................................................14
3.3 Herbal Daun Salam..........................................................................................16

BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan......................................................................................................21
4.2 Saran.................................................................................................................22

Daftar Rujukan............................................................................................................23
Lampiran
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Hipertensi merupakan salah satu penyakit yang mengakibatkan angka kesakitan yang
tinggi. Hipertensi adalah suatu peningkatan abnormal tekanan darah dalam pembuluh
arteri secara terus menerus lebih dari suatu periode. Seseorang dikatakan hipertensi
apabila tekanan darah sistolik sama dengan atau di atas 140 mmHg dan/atau tekanan
darah diastolik sama dengan atau di atas 90 mmHg (WHO, 2015). Masih tingginya
penderita hipertensi merupakan salah satu masalah yang berpengaruh terhadap derajat
kesehatan masyarakat. Sustrani, dkk (2009, h.12) mengatakan hipertensi seringkali
disebut sebagai pembunuh gelap (silent killer) karena termasuk yang mematikan tanpa
disertai dengan gejala – gejalanya lebih dahulu sebagai peringatan. Menurut data
Rikesdas (2013) Propinsi Jawa timur prevalensi penyakit hipertensi mencapai 26,2%
(BPPK Kemenkes,2013).
Berbagai macam therapy komplementer dapat diberikan pada pasien
kardiovaskuler/hipertensi diantaranya adalah therapy herbal, meditasi, hipnotis, yoga,
taichi, kepercayaan, doadan sembahyang, latihan(exercise), therapy nutrisi dan
supplement (Synder dan Kreitzer, 2002). Pengobatan komplementer - alternatif yang
salah satunya adalah therapi herbal lebih sesuai untuk penyakit metabolik dan
degeneratif, walau penggunaannya lama, tapi efek sampingnya relatif kecil jika
digunakan secara tepat, sehingga menjadi pilihan masyarakat untuk mengatasi hipertensi.
Khusus untuk obat herbal, pemerintah mengeluarkan Keputusan Menkes RI Nomor
121 Tahun 2008 tentang Standar Pelayanan Medik Herbal.
Beberapa herbal yang telah melalui penelitian dan terbukti menurunkan tekanan
darah tinggi diantaranya adalah seledri (Apium graveolens), kumis kucing (Orthosiphon
Stamineus), daun salam (Syzygium polyanthum), manggis (Gracinia Mangostana),
Valerian (Valeriana officiale) (hallo Internist, 2011, edisi 18, h.7). Sedangkan menurut
Sustarni Alam Hadibroto (2005, h.74-105), jenis herbal yang dapat menurunkan tekanan
darah tinggi yaitu seledri atau celery (Apium graveolens), bawang putih (Allium
Sativum), bawang merah (Allium cepa), belimbing manis (Averrhoa carambola L),

1
mentimun (Cucumis sativus), jeruk nipis (Citrusaurantifolia), tomat (Lyocopercison
lycopersicum),
2

semangka (Citrullus vulgaris).

B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah pada makalah ini sebagai berikut:
1. Apa yang dimaksud dengan Hipertensi ?
2. Apa etiologi dan factor resiko Hipertensi ?
3. Bagaimana patofisiologi Hipertensi ?
4. Apa manifestasi klinis Hipertensi ?
5. Apa saja pemeriksaan penunjang untuk Hipertensi?
6. Apa saja penatalaksanaan medis untuk Hipertensi ?
7. Apa saja herbal untuk Hipertensi ?

C. TUJUAN
Berdasarkan rumusan masalah di atas, berikut tujuan penulisan makalah ini.:
1. Untuk mengetahui yang dimaksud dengan Hipertensi
2. Untuk mengetahui etiologi dan factor resiko Hipertensi
3. Untuk mengetahui patofisiologi Hipertensi
4. Untuk mengetahui apa saja manifestasi klinis Hipertensi
5. Untuk mengetahui apa saja pemeriksaan penunjang untuk Hipertensi
6. Untuk mengetahui penatalaksanaan medis untuk Hipertensi
7. Untuk mengetahui apa saja herbal untuk Hipertensi
BAB II

PEMBAHASAN

A. DEFINISI Hipertensi
Hipertensi adalah suatu peningkatan abnormal tekanan darah dalam pembuluh
darah arteri secara terus menerus lebih dari satu periode. Penyakit hipertensi telah
membunuh 9,4 juta warga dunia setiap tahunnya dari jumlah penduduk dunia 7,4 miliar.
Hipertensi mempunyai hubungan erat dengan risiko kejadian penyakit kardiovaskuler
lain dan mengganggu sistem tubuh lainnya. Penatalaksanaan hipertensi bisa dilakukan
dengan terapi farmakologis dan terapi komplementer.
Hipertensi merupakan salah satu penyakit yang mengakibatkan angka kesakitan
yang tinggi. Hipertensi adalah suatu peningkatan abnormal tekanan darah dalam
pembuluh arteri secara terus menerus lebih dari suatu periode. Seseorang dikatakan
hipertensi apabila tekanan darah sistolik sama dengan atau di atas 140 mmHg dan/atau
tekanan darah diastolik sama dengan atau di atas 90 mmHg (WHO, 2015).

B. ETIOLOGI DAN FAKTOR RESIKO

Penyebab hipertensi sesuai dengan tipe masing-masing hipertensi, yaitu :

a. Etiologi

1) Hipertensi esensial atau primer

Penyebab pasti dari hipertensi esensial belum dapat diketahui, sementara penyebab
sekunder dari hipertensi esensial juga tidak ditemukan. Pada hipertensi esensial tidak
ditemukan penyakit renivaskuler, gagal ginjal maupun penyakit lainnya, genetik
serta ras menjadi bagian dari penyebab timbulnya hipertensi esensial termasuk stress,
intake alkohol moderat, merokok, lingkungan dan gaya hidup (Triyanto, 2014)

2) Hipertensi sekunder

Hipertensi sekunder penyebabnya dapat diketahui seperti kelainan


pembuluh darah ginjal, gangguan kelenjar tiroid (hipertiroid),
hiperaldosteronisme, penyakit parenkimal (Buss & Labus, 2013).

3
4

b. Faktor resiko
Faktor risiko hipertensi terdiri atas faktor yang dapat diubah dan tidak dapat diubah.
Faktor Risiko Yang Tidak Dapat Diubah
Faktor risiko yang tidak dapat diubah meliputi faktor genetik dan penuaan.
 Genetik: Studi genomic terbaru menemukan 107 lokus gen yang berperan dalam regulasi
tekanan darah.[11] Studi genomik dengan sampel meliputi populasi Eropa, Asia
Tenggara dan Asia Timur menunjukkan polimorfisme pada 12 lokus gen secara
signifikan berkontribusi terhadap fenotip hipertensi.[12] Pada populasi Asia, studi
terhadap 1136 etnis china menyimpulkan polimorfisme nukleotida gen SORBS1 secara
signifikan berasosiasi dengan timbulnya hipertensi.[13]
 Penuaan : Pada populasi lanjut usia studi menunjukkan TD diastolik menetap atau mulai
menurun sedangkan TD sistolil meningkat. Hal ini menunjukkan kekakuan progresif
pada pembuluh darah yang mungkin mengakibatkan hipertensi. Kekakuan diduga terkait
fragmentasi serta penurunan kadar serat elastin dan peningkatan deposisi kolagen yang
lebih kaku, penurunan kadar nitrit oxide, peradangan, serta disfungsi neurohormonal
(peningkatan sensitivitas terhadap garam, peningkatan aldosterone, peningkatan saraf
simpatis).[14]
Faktor Risiko Yang Dapat Diubah
Faktor risiko yang dapat diubah meliputi faktor sosioekonomi, serta perilaku dan pola
hidup.
 Sosioekonomi : Faktor sosioekonomi meliputi globalisasi, urbanisasi, tingkat stress,
pendidikan serta pendapatan.[15]
 Perilaku dan Pola hidup  : Pola hidup meliputi diet tinggi garam, inaktivitas fisik hingga
obesitas. Perilaku terkait kebiasaan merokok serta konsumsi alkohol berlebihan.[15]
 Usia
 Rokok
 Lingkungan
 Obesitas
 Kopi
5

C. Patofisiologi
Mekanisme yang mengontrol kontriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak dipusat
vasomotor medulla otak. Rangsangan pusat vasomotor yang dihantarkan dalam bentuk
impuls bergerak menuju ganglia simpatis melalui saraf simpatis. Saraf simpatis bergerak
melanjutkan ke neuron preganglion untuk melepaskan asetilkolin sehingga merangsang
saraf pascaganglion bergerak ke pembuluh darah untuk melepaskan norepineprin yang
mengakibatkan kontriksi pembuluh darah. Mekanisme hormonal sama halnya dengan
mekanisme saraf yang juga ikut bekerja mengatur tekanan pembuluh darah (Smeltzer &
Bare, 2008). Mekanisme ini antara lain :
a. Mekanisme vasokonstriktor norepineprin-epineprin
Perangsangan susunan saraf simpatis selain menyebabkan eksitasi pembuluh
darah juga menyebabkan pelepasan norepineprin dan epineprin oleh medulla
adrenal ke dalam darah. Hormon norepineprin dan epineprin yang berada di
dalam sirkulasi darah akan merangsang pembuluh darah untuk vasokonstriksi.
Faktor seperti kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi respon pembuluh
darah terhadap rangsang vasokonstriktor (Saferi & Mariza, 2013).
b. Mekanisme vasokonstriktor renin-angiotensin
Renin yang dilepaskan oleh ginjal akan memecah plasma menjadi substrat renin
untuk melepaskan angiotensin I, kemudian dirubah menjadi angiotensin II yang
merupakan vasokonstriktor kuat. Peningkatan tekanan darah dapat terjadi selama
hormon ini masih menetap didalam darah (Guyton, 2012).

Perubahan struktural dan fungsional pada sistem pembuluh darah perifer


memiliki pengaruh pada perubahan tekanan darah yang terjadi pada lanjut usia
(Smeltzer & Bare, 2008). Perubahan struktural dan fungsional meliputi
aterosklerosis, hilangnya elastisitas jaringan ikat dan penurunan kemampuan
relaksasi otot polos pembuluh darah akan menurunkan kemampuan distensi dan
daya regang pembuluh darah, sehingga menurunkan kemampuan aorta dan arteri
besar dalam mengakomodasi volume darah yang dipompa oleh jantung (volume
sekuncup), mengakibatkan penurunan curah jantung dan peningkatan tahanan
perifer(Saferi & Mariza, 2013).
6

D. Manifestasi Klinis
Manisfestasi klinikmenurut Ardiansyah (2012)muncul setelah penderita mengalami
hipertensi selama bertahun-tahun, gejalanya antara lain :
a. Terjadi kerusakan susunan saraf pusat yang menyebabkan ayunan
langkah tidak mantap.
b. Nyeri kepala oksipital yang terjadi saat bangun dipagi hari karena
peningkatan tekanan intrakranial yang disertai mual dan muntah.
c. Epistaksis karena kelainan vaskuler akibat hipertensi yang diderita.

d. Sakit kepala, pusing dan keletihan disebabkan oleh penurunan


perfusi darah akibat vasokonstriksi pembuluh darah.
e. Penglihatan kabur akibat kerusakan pada retina sebagai dampak
hipertensi.
f. Nokturia (peningkatan urinasi pada malam hari) akibat dari
peningkatan aliran darah ke ginjal dan peningkatan filtrasi oleh
glomerulus.
Hipertensi sering ditemukan tanpa gejala (asimptomatik),
namun tanda-tanda klinis seperti tekanan darah yang menunjukkan
kenaikan pada dua kali pengukuran tekanan darah secara berturutan
dan bruits (bising pembuluh darah yang terdengar di daerah aorta
abdominalis atau arteri karotis, arteri renalis dan femoralis disebabkan
oleh stenosis atau aneurisma) dapat terjadi. Jika terjadi hipertensi
sekunder, tanda maupun gejalanya dapat berhubungan dengan
keadaan yang menyebabkannya. Salah satu contoh penyebab adalah
sindrom cushing yang menyebabkan obesitas batang tubuh dan striae
berwarna kebiruan, sedangkan pasien feokromositoma mengalami
sakit kepala, mual, muntah, palpitasi, pucat dan perspirasi yang
sangat banyak(Kowalak, Weish, & Mayer, 2011).

E. Komplikasi
Komplikasi pada penderita hipertensi menurut Corwin (2009) menyerang organ-
organ vital antar lain :
7

a. Jantung

Hipertensi kronis akan menyebabkan infark miokard, infark miokard menyebabkan


kebutuhan oksigen pada miokardium tidak terpenuhi kemudian menyebabkan iskemia
jantung serta terjadilah infark.

b. Ginjal

Tekanan tinggi kapiler glomerulus ginjal akan mengakibatkan kerusakan progresif


sehingga gagal ginjal. Kerusakan pada glomerulus menyebabkan aliran darah ke unit
fungsional juga ikut terganggu sehingga tekanan osmotik menurun kemudian hilangnya
kemampuan pemekatan urin yang menimbulkan nokturia.

c. Otak

Tekanan tinggi di otak disebabkan oleh embolus yang terlepas dari pembuluh darah di
otak, sehingga terjadi stroke. Stroke dapat terjadi apabila terdapat penebalan pada arteri yang
memperdarahi otak, hal ini menyebabkan aliran darah yang diperdarahi otak berkurang.

F. Penatalaksanaan

a. Penatalaksanaan Nonfarmakologi

Modifikasi gaya hidup dalam penatalaksanaan nonfarmakologi sangat penting untuk mencegah
tekanan darah tinggi. Penatalaksanaan nonfarmakologis pada penderita hipertensi bertujuan
untuk menurunkan tekanan darah tinggi dengan cara memodifikasi faktor resiko yaitu :

1) Mempertahankan berat badan ideal

Mempertahankan berat badan yang ideal sesuai Body Mass Index dengan rentang 18,5 – 24,9
kg/m2. BMI dapat diketahui dengan rumus membagi berat badan dengan tinggi badan yang telah
dikuadratkan dalam satuan meter. Obesitas yang terjadi dapat diatasi dengan melakukan diet
rendah kolesterol kaya protein dan serat. Penurunan berat badan sebesar 2,5 – 5 kg dapat
menurunkan tekanan darah diastolik sebesar 5 mmHg(Dalimartha, 2008).

2) Mengurangi asupan natrium (sodium)


8

Mengurangi asupan sodium dilakukan dengan melakukan diet rendah garam yaitu tidak lebih
dari 100 mmol/hari (kira-kira 6 gr NaCl atau 2,4 gr garam/hari), atau dengan mengurangi
konsumsi garam sampai dengan 2300 mg setara dengan satu sendok teh setiap harinya.
Penurunan tekanan darah sistolik sebesar 5 mmHg dan tekanan darah diastolik sebesar 2,5
mmHg dapat dilakukan dengan cara mengurangi asupan garam menjadi ½ sendok
teh/hari(Dalimartha, 2008).

3) Batasi konsumsi alkohol

Mengonsumsi alkohol lebih dari 2 gelas per hari pada pria atau lebih dari 1 gelas per hari pada
wanita dapat meningkatkan tekanan darah, sehingga membatasi atau menghentikan konsumsi
alkohol dapat membantu dalam penurunan tekanan darah (PERKI, 2015).

4) Makan K dan Ca yang cukup dari diet

Kalium menurunkan tekanan darah dengan cara meningkatkan jumlah natrium yang terbuang
bersamaan dengan urin. Konsumsi buah-buahan setidaknya sebanyak 3-5 kali dalam sehari dapat
membuat asupan potassium menjadi cukup. Cara mempertahankan asupan diet potasium (>90
mmol setara 3500 mg/hari) adalah dengan konsumsi diet tinggi buah dan sayur.

5) Menghindari merokok

Merokok meningkatkan resiko komplikasi pada penderita hipertensi seperti penyakit jantung dan
stroke. Kandungan utama rokok adalah tembakau, didalam tembakau terdapat nikotin yang
membuat jantung bekerja lebih keras karena mempersempit pembuluh darah dan meningkatkan
frekuensi denyut jantung serta tekanan darah(Dalimartha, 2008).

6) Penurunan stress

Stress yang terlalu lama dapat menyebabkan kenaikan tekanan darah sementara. Menghindari
stress pada penderita hipertensi dapat dilakukan dengan cara relaksasi seperti relaksasi otot, yoga
atau meditasi yang dapat mengontrol sistem saraf sehingga menurunkan tekanan darah yang
tinggi (Hartono, 2007).

7) Aromaterapi (relaksasi)
Aromaterapi adalah salah satu teknik penyembuhan alternatif yang menggunakan minyak
esensial untuk memberikan kesehatan dan kenyamanan emosional, setelah aromaterapi
digunakan akan
9

membantu kita untuk rileks sehingga menurunkan aktifitas vasokonstriksi pembuluh darah,
aliran darah menjadi lancar dan menurunkan tekanan darah(Sharma, 2009).

8) Terapi masase (pijat)

Masase atau pijat dilakukan untuk memperlancar aliran energi dalam tubuh sehingga
meminimalisir gangguan hipertensi beserta komplikasinya, saat semua jalur energi terbuka dan
aliran energi tidak terhalang oleh tegangnya otot maka resiko hipertensi dapat
diminimalisir(Dalimartha, 2008).

b. Penatalaksanaan Farmakologi

Penatalaksanaan farmakologi menurut Saferi & Mariza (2013) merupakan penanganan


menggunakan obat-obatan, antara lain :

 Diuretik (Hidroklorotiazid)
Diuretik bekerja dengan cara mengeluarkan cairan berlebih dalam tubuh sehingga daya
pompa jantung menjadi lebih ringan.
 Penghambat simpatetik (Metildopa, Klonidin dan Reserpin) Obat-obatan jenis
penghambat simpatetik berfungsi untuk menghambat aktifitas saraf simpatis.
 Betabloker (Metoprolol, Propanolol dan Atenolol)
Fungsi dari obat jenis betabloker adalah untuk menurunkan daya pompa jantung, dengan
kontraindikasi pada penderita yang mengalami gangguan pernafasan seperti asma
bronkial.
 Vasodilator (Prasosin, Hidralasin)
Vasodilator bekerja secara langsung pada pembuluh darah dengan relaksasi otot polos
pembuluh darah.
 Angiotensin Converting Enzyme (ACE) inhibitor (Captopril) Fungsi utama adalah untuk
menghambat pembentukan zat angiotensin II dengan efek samping penderita hipertensi
akan mengalami batuk kering, pusing, sakit kepala dan lemas.
 Penghambat Reseptor Angiotensin II (Valsartan)
Daya pompa jantung akan lebih ringan ketika obat-obatan jenis penghambat reseptor
angiotensin II diberikan karena akan menghalangi penempelan zat angiotensin II pada
reseptor.
10

 Antagonis Kalsium (Diltiasem dan Verapamil) Kontraksi jantung (kontraktilitas) akan


terhambat.
BAB III
HERBAL ANTI HIPERTENSI
1. Seledri
A. Herbal Daun Seledri

Seledri (Apium Graveolens L.) pertama kali dijelaskan oleh Carolus Linaeus
(dalam Species Plantarum). Di Sunda dikenal dengan nama saladri dan di Jawa dikenal
dengan nama seledri. Seledri (Apium Graveolens L.) berasal dari Eropa Selatan, dan
sekarang sudah tersebar di seluruh dunia. Seledri (Apium Graveolers dulce) adalah
sayuran untuk dimakan yang pertama kali dijelaskan oleh orang Yunani dan populer pada
abad pertengahan digunakan dalam pengobatan tradisional dan aroma terapi karena
banyak manfaat kesehatan.

B. Kandungan Daun Seledri

Masih tingginya penderita hipertensi merupakan salah satu masalah yang


berpengaruh terhadap derajat kesehatan masyarakat. Sebagai akibat banyaknya
perubahan gaya hidup, umur, ras, riwayat keluarga, jenis kelamin, kegemukan, stress,
dan sikap yang mendorong timbulnya penyakit hipertensi. Menurut Sukmono (2009) jika
hipertensi tidak dikendalikan, dalam jangka panjang akan berdampak pada timbulnya
komplikasi penyakit lain. Komplikasi penyakit hipertensi sangat berbahaya bagi tubuh
dan mempersulit proses kesembuhan. Komplikasi hipertensi meliputi kerusakan pada
otak, kerusakan pada jantung, ginjal dan mata. Tekanan darah yang tinggi merupakan
salah satu factor resiko untuk stroke, serangan jantung, gagal jantung, aneurisma arterial,
dan Merupakan penyebab utama gagal jantung kronis. Untuk mencegah agar hipertensi
tidak menyebabkan komplikasi lebih lanjut maka diperlukan penanganan yang tepat dan
efisien. penanganan hipertensi secara umum yaitu secara farmakologis dan non

11
farmakologis.
12

Salah satu penanganan non farmakologis yang dipergunakan untuk menurunkan


tekanan darah tinggi adalah seledri (Muzakar, 2012). Daun seledri banyak mengandung
apiin, suatu senyawa yang bersifat diuretik dan diduga mampu melebarkan pembuluh
darah. Seledri telah banyak digunakan di masyarakat dan telah banyak dilakukan
penelitian mengenai efek farmakologinya dan telah terbukti mampu menurunkan tekanan
darah tinggi (Muzakar, 2012). Kandungan Apigenin, dalam seledri berfungsi sebagai beta
blocker yang dapat memperlambat detak jantung dan menurunkan kekuatan kontraksi
jantung sehingga aliran darah yang terpompa lebih sedikit dan tekanan darah menjadi
berkurang. Manitol dan apiin, bersifat diuretic yaitu membantu ginjal mengeluarkan
kelebihan cairan dan garam dari dalam tubuh, sehingga berkurangnya cairan dalam darah
akan menurunkan tekanan darah (Asmadi, 2012). Selain itu selederi juga mengandung
pthalides dan magnesium yang baik untuk membantu melemaskan otot sekitar pembuluh
darah arteri dan membantu menormalkan penyempitan pembuluh darah serta dapat
mereduksi hormone stress yang dapat meningkatkan tekanan darah.
Terjadinya perbedaan tekanan darah sebelum dan sesudah diberikan rebusan
seledri adalah dikarenakan kandungan seledri yang berperan penting menurunkan
tekanan darah, antara lain magnesium, pthalides, apigenin kalium dan asparagin.
Magnesium dan pthalides berperan melenturkan pembuluh darah. Apegenin berfungsi
untuk mencegah penyempitan pembuluh darah dan tekanan darah tinggi. Kalium dan
asparagin bersifat diuretik, yaitu memperbanyak air seni sehingga volume darah
berkurang. Disamping itu faktor pengalaman menurunkan tekanan darah sebelumnya
sangat berpengaruh pada penelitian ini karena dapat menjadi tolak ukur untuk penurunan
tekanan darah yang tepat.

C. Manfaat seledri
Selain untuk masakan, juga bermanfaat untuk kesehatan antara lain :
a. Menurunkan tekanan darah
b. Meringankan nyeri sendi
c. Menjaga kesehatan pencernaan
d. Menurunkan berat badan
D. Efektifitas Daun Seledri Untuk Hipertensi
Hipertensi merupakan salah satu penyakit degeneratif. Umumnya tekanan darah
13

bertambah secara perlahan dengan bertambahnya umur. Risiko untuk menderita


hipertensi pada populasi ≥55 tahun yang tadinya tekanan darahnya normal adalah 90%.
Penyakit kardiovaskuler merupakan penyakit kematian terbesar dan disabilitas pada
lanjut usia terutama usia 65 ke atas.
Pengobatan komplementer-alternatif yang salah satunya adalah terapi herbal walau
penggunaannya lama, tapi efek sampingnya relatif kecil jika digunakan secara tepat,
sehingga menjadi pilihan masyarakat untuk mengatasi hipertensi. Beberapa herbal yang
telah melalui penelitian dan terbukti menurunkan tekanan darah tinggi diantaranya
adalah seledri, belimbing manis, mentimun, bunga rosella, kumis kucing, daun dewa,
lidah buaya, tempuyung, sambilato dan brotowali (Soeryoko, 2010:91). Dalam
hubungannya dengan penyakit tekanan darah tinggi , beberapa kandungan seledri yang
berperan penting menurunkan tekanan darah, antara lain magnesium, pthalides, apigenin
kalium dan asparagin. Magnesium dan pthalides berperan melenturkan pembuluh darah.
Apegenin berfungsi untuk mencegah penyempitan pembuluh darah dan tekanan darah
tinggi. Kalium dan asparagin bersifat diuretik, yaitu memperbanyak air seni sehingga
volume darah berkurang (Soeryoko, 2010:94).

E. Proses Pembuatan Air Rebusan Seledri


Mengolah Daun Seledri :
Cucilah 1 ikat daun seledri sampai bersih, lalu potong menjadi kecil-kecil. Rebuslah
potongan daun seledri selama 10 menit. Setelah itu, tuang air rebusan daun seledri ke
dalam botol. Anda dapat menyimpan air rebusan ini di dalam kulkas dan minum 1 gelas
setiap hari.
14

2. Herbal Bawang Putih

Terapi herbal termasuk kedalam terapi komplementer, salah satu terapi herbal yang dapat
menurunkan tekanan darah adalah konsumsi bawang putih. Efek anti vasospastik bawang putih
dapat mengurangi spasme arteri kecil serta mencegah pembentukan dan perkembangan bekuan
darah.

Ramuan bawang putih (Allium sativum L.) secara tradisional telah digunakan untuk
meningkatkan 'kesehatan jantung'. Tujuan dari tinjauan sistematis ini adalah untuk mengevaluasi
bukti yang tersedia untuk kemanjuran dan keamanan bawang putih dalam pengelolaan hipertensi
dan dislipidemia dan kualitas.

A. Kandungan Bawang Putih


Bawang putih yang dikenal sebagai bumbu dapur mempunyai efek anti hipertensi yang
sudah dapat dibuktikan oleh penelitian medis. Efek anti vasospastic bawang putih dapat
mengurangi spasme arteri kecil serta mencegah pembentukan dan perkembangan bekuan darah.
Bawang putih juga mempunyai efek anti mikroba, anti karsinogenik, dan hipolipidemik. Bawang
putih mengandung banyak kandungan kimia (Meilina, 2013).

Pada bawang putih setelah dikonsumsi, komponen allicin (didapatkan setelah alliin
berinteraksi dengan enzim alliinase) dilepas ke pembuluh darah, pada beberapa studi, allicin
mampu mencetuskan sel darah merah untuk menghasilkan H2S yang mempunyai efek
vasodilator. Suplementasi bawang putih berhubungan dengan penurunan tekanan darah yang
cukup signifikan pada pasien hipertensi.
15

B. Manfaat Bawang Putih


1. Mampu mengurangi ketegangan otot dan emosional
2. Mengurangi resiko terkena hipertensi atau berdampak positif terhadap tekanan
darah.
3. Efek yang baik bagi Kesehatan jantung (kardiovaskuler) dan sistem peredaran
darah.
4. Mencegah pengerasan pembuluh darah,
5. Mencegah penimbunan lemak dalam peredaran darah,
6. Menurunkan kolesterol jahat, dan
7. Manfaat lainnya adalah menurunkan kadar gula darah

C. Efektifitas Bawang Putih Terhadap Hipertensi

Efektivitas pemberian seduhan bawang putih mempunyai pengaruh terhadap penurunan


tekanan darah. Uji klinis terhadap bawang putih yang dilakukan sebanyak 17 kali telah
menunjukkan bahwa bisa menurunkan tekanan darah. Para peneliti Universitas Oxford di Inggris
menganalisis percobaan tredahulu ini dan mereka menyimpulkan bahwa bawang putih bisa
menurunkan tekanan darah hanya secara moderat. Penurunan yang tipikal adalah 7,7 poin
tekanan sistolik dan 5 poin diastolic. Hal ini dicapai dengan dosis bubuk bawang putih sebanyak
600 mg atau sampai dari sepertiga siung sehari (Liu, 2006).
Seduhan bawang putih lebih mempengaruhi pembuluh darah sehingga terjadi vasodilatasi
yang dapat menyebabkan pelebaran pembuluh darah sehingga tekanan darah menurun.
Terapi bawang putih 600 mg bubuk bawang putih per hari selama 1 bulan hanya
diberikan untuk klien hipertensi kelompok eksperimen. Posttest telah dilakukan setelah 1 bulan
untuk kedua kelompok. Hasil: Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada kelompok eksperimen
rata-rata tekanan darah pretest adalah 160,80 ± 10,58 (sistolik), 96,33 ± 6,68 (diastolik) yang
berkurang menjadi 152,30 ± 9,74 (sistolik), 90,00 ± 6,16 (diastolik) setelah pemberian bawang
putih. terapi dan signifikan secara statistik pada P≤0.001. Pada kelompok kontrol, rata-rata
tekanan darah pretest adalah 159,47 ± 10,31 (Sistolik), 96,00 ± 6,74 (Diastolik) yang hampir
konstan 158,93 ± 9,55 (Sistolik), 95,50 ± 5,30 (Diastolik) pada posttest. Ada hubungan umur dan
lama hipertensi dengan tekanan darah Sistolik dan Diastolik pada kelompok eksperimen yang
bermakna secara statistik pada taraf signifikansi p≤0,05.
16

3. Herbal Daun Salam

Salam adalah nama pohon penghasil daun rempah yang digunakan dalam
masakan Nusantara. Dalam bahasa Inggris dikenal sebagai Indonesian bay-leaf atau
Indonesian laurel, sedangkan nama ilmiahnya adalah Syzygium polyanthum.
Tanaman salam (Eugenia polyantha) di Indonesia dikenal sebagai tanaman obat.
Tanaman ini juga digunakan oleh masyarakat sebagai obat tradisonal dan penyedap
masakan. Daun salam dikenal juga sebagai bay leaf, mengandung sedikit minyak atsiri
0,2%, mengandung utama senyawa utamametil khavicol, eugenol, dan citral. Kegiatan ini
bertujuan pemanfaatan tanaman salam (Eugenia polyanthaWight)untuk kesehatan dan
makanan. Sosialisasi dilakukan pada masyarakat di sekitar keraton Surakarta. Hasilnya
diperoleh bahwa salam bermanfaat terutama untuk penyedap makanan sekaligus sebagai
obat herbal.

A. Kandungan Daun Salam


Tanaman salam mempunyai kandungan kimia minyak atsiri 0,2% (sitral,
eugenol), flavonoid (katekin dan rutin), tannin dan metil kavicol (methyl chavicol) yang
dikenal juga sebagai estragole atau p-allylanisole.

Senyawa tersebut mempunyai aktivitas sebagai antioksidan. Tanin dan


flavonoidmerupakan bahan aktif yang mempunyai efek anti inflamasi dan antimikroba
(Adjirni, 1999; Katzer, 2001; Sumono dan Wulan, 2009; Lelono, dkk, 2013). Minyak atsiri
secara umum mempunyai efek sebagai antimikroba, analgesik, dan meningkatkan kemampuan
fagosit. Minyak atsiri daun salam terdiri dari fenol sederhana, asam fenolat misal asam galat
(Gambar 2), seskuiterpenoid, dan lakton. Juga mengandung saponin, lemak, dan karbohidrat.
Dari beberapa
17

bukti bahan aktif tanaman salam maka tanaman salam mempunyai efek farmakologis.

Eugenia polyantha mengandung tanin, minyak atsiri, seskuiterpen, triterpenoid, steroid,


sitral, saponin, dan karbohidrat (Moeloek, 2006). Daun salam juga mengandung beberapa
vitamin, di antaranya vitamin C, vitamin A, vitamin E, thiamin, riboflavin, niacin, vitamin B6,
vitamin B12, dan folat. Beberapa mineral pada daun salam yaitu selenium, kalsium,
magnesium, seng, sodium, potassium, besi, dan phospor (asiamaya.com).Untuk mendapatkan
minyak atsiri, simplisia salam disuling dengan distilasi air dan uap selama 10 jam (Sembiring
dkk, 2003 dan Wartini, 2009).

B. Manfaat Daun Salam

1. Mencegah komplikasi diabetes

Air rebusan daun salam dapat mengontrol kadar gula darah dan kolesterol.

Antioksidan di dalamnya juga dapat membantu tubuh dalam proses memproduksi insulin.

2. Mengobati batu ginjal

Ini adalah salah satu manfaat besar minum air rebusan daun salam. Jika menderita batu
ginjal, maka cobalah minum rebusan daun salam.

Namun, konsultasikan dengan dokter lebih dulu sebelum mencobanya.

3. Membakar lemak tubuh

Kombinasi kayu manis dan daun salam merupakan minuman yang cepat menurunkan
berat badan. Kayu manis mengandung minyak esensial, antioksidan, dan nutrisi yang
mempercepat metabolisme tubuh sehingga meningkatkan pengeluaran energi dan
meningkatkan penurunan berat badan.

Sedangkan daun salam mengandung zat diuretik yang merangsang pengeluaran cairan
yang disimpan dalam jaringan tubuh, yang terkait dengan kesulitan penurunan berat
badan.
18

Selain itu, senyawa aktif dalam daun salam dapat mengempiskan perut, melawan
penumpukan gas dan mengurangi kambuhnya gangguan pencernaan.

4. Mengobati asam urat

Minum rebusan daun salam dua kali sehari dapat mengurangi kadar asam urat dan
masalah yang berkaitan dengan asam urat.

5. Meredakan peradangan

Nyeri karena keseleo, tegang atau radang sendi dapat hilang jika memijat daerah yang
sakit dengan minyak yang diekstrak dari daun salam.

 6. Bersifat anti-inflamasi.

Agar lekas pulih, kita juga boleh minum air rebusan daun salam.

7. Mencegah darah tinggi

Air rebusan daun salam dapat mengurangi tekanan darah dan meningkatkan
sirkulasi. Bahkan, kadar kolesterol jahat dalam tubuh juga akan menurun.

8. Meningkatkan kinerja jantung

Air rebusan daun salam dapat mencegah stroke dan juga meningkatkan kinerja
jantung. Hal ini karena daun salam mengandung fitonutrient, asam caffeic,
serta salicyclate.

9. Mengobati batuk

Minum air rebusan daun salam dan menghirup uapnya dapat membantu menyembuhkan
batuk dan masalah pernapasan. Dapat juga menyembuhkan pilek bahkan flu.

10. Mengatasi sembelit


Air rebusan daun salam juga bisa menenangkan sistem pencernaan dan membebaskan
kita dari sembelit.
19

C. Efektifitas Daun Salam Untuk Hipertensi

Daun salam mengandung flavonoid yang berfungsi sebagai antioksidan yang mampu
mencegah terjadinya oksidasi sel tubuh. Semakin tinggi oksidasi sel dalam tubuh, maka semakin
tinggi seseorang untuk menderita penyakit degeneratif. Kandungan flavonoid pada daun salam
dapat digunakan untuk mencegah terjadinya hipertensi, menurunkan kadar kolesterol tubuh,
menurunkan kadar gula darah, dan mnurunkan kadar asam urat (Ali, et al, 2011). Di dalam
tubuh, flavonoid ini bekerja pada ginjal. Menurut Kwon, dkk (2010), flavonoid berguna untuk
mengambat ACE, sehingga dari angiotensin I tidak dapat diubah menjadi angiotensin II yang
berfungsi untuk menaikkan aktivitas sistem saraf simpatis, vasokontriksi otot polos vascular dan
meningkatkan retensi air dan natrium. Sehingga dengan adanya flavonoid tekanan darah dapat
turun.
Penelitian Vania (2012) , yang berjudul Pengaruh Air Rebusan Daun Salam (Syzygium
Polyanthum (Wight) Walp.) Terhadap Tekanan Darah Laki- Laki Dewasa mendapatkan hasil
bahwa rata-rata tekanan darah setelah meminum air rebusan daun salam sebesar 105,20/71,80
mmHg, lebih rendah daripada sebelum meminum air rebusan daun salam sebesar 118,83/7,93
mmHg (p<0,01).

Hal serupa juga diungkapkan Tetra (2014) , yang berjudul Pengaruh Pemberian Daun
Salam (Eugenia Polyantha) Terhadap Penderita Hipertensi mendapatkan hasil bahwa ada
pengaruh yang signifikan pemberian air seduhan daun salam (Eugenia polyantha) terhadap
penurunan tekanan darah penderita hipertensi baik pada tekanan darah sistolik maupun tekanan
darah diastolic (p < 0,005).

D. Identifikasi Senyawa Bioaktif Pada Daun Salam


Uji alkaloid: Sejumlah 0,1 gram ekstrak daun salam ditambahkan dengan 5 mL etanol
absolut, kemudian ditambahkan dengan Reagen Mayer setetes demi setetes.
Terbentuknya endapan yang berwarna merah sebagai indikator reaksi positif adanya
alkaloid. Uji flavonoid: Sejumlah 0,1 gram ekstrak daun salam ditambahkan dengan 5
mL etanol absolut kemudian ditambahkan lagi dengan 0,1 gram logam Mg. Jika terbentuk
warna kuning jingga menunjukkan reaksi positif adanya
flavonoid.
Uji saponin: Sejumlah 0,1 gram ekstrak daun salam ditambahkan dengan 5 mL aquades
panas lalu didinginkan. Setelah itu campuran dikocok sampai muncul buih dan
didiamkan selama 2 menit. Selanjutnya campuran ditambahkan dengan 2 tetes HCl 2 N
dan dikocok lagi
20

sampai terbentuk buih yang mantap selama 10 menit. Terbentuknya buih tersebut
sebagai indikator reaksi positif adanya saponin.
Uji tanin: Sejumlah 0,1 gram ekstrak daun salam ditambahkan dengan 5 mL etanol
absolut kemudian ditetesi dengan FeCl3 1%. Terbentuk warna biru tua menunjukkan reaksi
positif adanya tanin.
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Hipertensi merupakan salah satu penyakit yang mengakibatkan angka
kesakitan yang tinggi. Hipertensi adalah suatu peningkatan abnormal tekanan
darah dalam pembuluh arteri secara terus menerus lebih dari suatu periode.
Seseorang dikatakan hipertensi apabila tekanan darah sistolik sama dengan atau
di atas 140 mmHg dan/atau tekanan darah diastolik sama dengan atau di atas 90
mmHg (WHO, 2015). Masih tingginya penderita hipertensi merupakan salah satu
masalah yang berpengaruh terhadap derajat kesehatan masyarakat. Sustrani, dkk
(2009, h.12) mengatakan hipertensi seringkali disebut sebagai pembunuh gelap
(silent killer) karena termasuk yang mematikan tanpa disertai dengan gejala –
gejalanya lebih dahulu sebagai peringatan. Menurut data Rikesdas (2013)
Propinsi Jawa timur prevalensi penyakit hipertensi mencapai 26,2% (BPPK
Kemenkes,2013).
Seledri (Apium Graveolers dulce) adalah sayuran untuk dimakan yang
pertama kali dijelaskan oleh orang Yunani dan populer pada abad pertengahan
digunakan dalam pengobatan tradisional dan aroma terapi karena banyak manfaat
kesehatan salahh satunya untuk hipertensi dengan cara di rebus dan airnya
diminum.

Bawang putih yang dikenal sebagai bumbu dapur mempunyai efek anti
hipertensi yang sudah dapat dibuktikan oleh penelitian medis. Efek anti
vasospastic bawang putih dapat mengurangi spasme arteri kecil serta mencegah
pembentukan dan perkembangan bekuan darah. Ramuan bawang putih (Allium
sativum L.) secara tradisional telah digunakan untuk meningkatkan 'kesehatan
jantung'. Tujuan dari tinjauan sistematis ini adalah untuk mengevaluasi bukti yang
tersedia untuk kemanjuran dan keamanan bawang putih dalam pengelolaan
hipertensi dan dislipidemia dan kualitas.

Tanaman salam (Eugenia polyantha) di Indonesia dikenal sebagai tanaman


obat. Tanaman ini juga digunakan oleh masyarakat sebagai obat tradisonal dan

21
22

penyedap masakan. Daun salam dikenal juga sebagai bay leaf,


mengandung sedikit minyak atsiri 0,2%, mengandung utama senyawa utamametil
khavicol, eugenol, dan citral. Kegiatan ini bertujuan pemanfaatan tanaman salam
(Eugenia polyanthaWight)untuk kesehatan dan makanan. Sosialisasi dilakukan
pada masyarakat di sekitar keraton Surakarta. Hasilnya diperoleh bahwa salam
bermanfaat terutama untuk penyedap makanan sekaligus sebagai obat herbal salah
satunya yaitu hipertensi.

Tidak hanya lansia saja yang dapat mengonsumsi atau menggunakan


tanaman herbal sebagai altrnatif dalam kesehatan, tanaman herbal baik untuk
digunakan dalam semua kalangan, seperti anak kecil, remaja, dewasa, dan bahkan
ibu hamil yang sangat rentan terhadap pengonsumsian obat oral.

B. Saran
1. Institusi pendidikan
Semoga makalah ini dapat menjadi referensi dan sumber ilmu baru bagi
yang mempelajari ilmu keperawatan khususnya herbal anti gangguan
perfusi jaringan anti hipertensi.
2. Mahasiswa
Semoga dengan makalah ini mahasiswa dapat memahami dan mempelajari
lebih dalam lagi tentang herbal anti gangguan perfusi jaringan anti
hipertensi.
DAFTAR RUJUKAN

Asmadi. 2012. Seledri Dapat Menurunkan Hipertensi. http://artikelkesehatan.com/ html. Diakses


tanggal 25 mei 2018 jam 14.00 WIB.
Muzakar, 2012, Jurnal Pengaruh Pemberian Air Rebusan Seledri
Terhadap Penurunan Hipertensi. http://muzakar.jurnalpengar uhpemberianairrebusansele
driterhadappenurunanhipert ensi.html. Diakses tanggal 24 mei 2018 jam 20.35 WIB.
Sukmono, R.J, 2009. Mengatasi Aneka Penyakit Dengan Terapi Herbal. Jakarta: Argo
Media Pustaka.

Soeryoko, Hery (Ed). 2010. 20 Tanaman Obat Terpopuler Penurun Hipertensi.


Yogyakarta: C.V Andi Offset. 130 halaman.

Fitria & Oktadoni,S. (2016). Khasiat Daun Seledri Terhadap Tekanan Darah Tinggi Pada
Pasien
Hiperkolestrolemia.hhtp://www.jukeunila.com/wpcontent/uploads/2016/04/5.2_Triola_Fitria_do
ne.pdf

Chan, W. J. J., McLachlan, A. J., Luca, E. J., & Harnett, J. E. (2020). Garlic (Allium sativum L.)
in the management of hypertension and dyslipidemia–A systematic review. Journal of
Herbal Medicine, 19, 100292.

Kaur, H., Manjunath, G. S., & Revanth, R. (2019). An Experimental Study to Evaluate the
Effectiveness of Garlic Therapy on Hypertension among Hypertensive Clients. International
Journal of Scientific Research And Education, 7(7).
Sugiarti, S., Tjahjani, E., & Wilujeng, R. D. (2018). Perbedaan Efektivitas Pemberian Seduhan
Bawang Putih Dan Teh Rosella (Hibiscus Sabdarifa Linn) Terhadap Penurunan Tekanan
Darah Pada Penderita Hipertensi Di Posyandu Lansia Kelurahan Dukuh Pakis Wilayah Kerja
Puskesmas Dukuh Kupang Surabaya Tahun 2018. Jurnal Kebidanan, 7(1).

ALLBELLA PUTRI, ALLBELLA PUTRI (2016) Pengaruh konsumsi bawang putih terhadap


penurunan tekanan darah pada penderita hiprtensi diwilayah kerja puskesmas gulai
bancah bukittinggi 2015. Skripsi thesis, STIKes PERINTIS PADANG.

23
24

Rahayuningrum, D. C., & Herlina, A. (2020). PENGARUH PEMBERIAN AIR PERASAN


BAWANG PUTIH (ALLIUM SATIVUM) TERHADAP TEKANAN DARAH PADA
PENDERITA HIPERTENSI. Jurnal Kesehatan Saintika Meditory, 2(2), 18-26.

Fitria, C. N., & Setianti, S. N. (2018). Manfaat Air Seduhan Bawang Putih Terhadap Penurunan
Hipertensi. Profesi (Profesional Islam): Media Publikasi Penelitian, 16(1), 40-46.

Adjirni. 1999. Warta Tumbuhan Obat Indonesia. Volume 5, Nomor 3. Jakarta:Kelompok


Kerja Nasional Tumbuhan Obat Indonesia.

Jeanelle, Boyer and Hai, Liu Rui. 2004. Apple phytochemical and their health benefits.
Nutrition journal. 3:5.

Dalimartha, S. 2005, Tanaman Obat di Lingkungan Sekitar. Jakarta: Puspa Swara.

Dorland WA. Kamus Kedokteran Dorland, 24thed. Huriawati Hartanto, editor. Jakarta: EGC.

2002.

Fitri, A. 2007. Pengaruh penambahan daun salam (Eugenia polyantha Wight)terhadap


kualitas mikrobiologis, kualitas organoleptis dan daya simpan telur asin pada suhu
kamar. skripsi. Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Sebelas Maret Surakarta, Surakarta. core.ac.uk/download/pdf/12347922.pdf.
Diakses 24 Nov 2015.

Arianti, Harsojo, Syafria, Y., & Ermayanti, T.


M. (2007). Isolasi dan uji antibakteri batang sambung nyawa (Gynura procumbens Lour)
umur panen 1, 4 dan 7 bulan. Jurnal Bahan Alam Indonesia, 6(2), 43-45. Diunduh kembali
dari http://jbai.iregway.com/index. php/jurnal/article/viewFile/80/72

Ariviani, S. (2010). Anti radical capacity of anthosianin extract from fresh salam(Syzygium
polyanthum [Wight.] Walp) fruits with varied solvent Proportion. Caraka Tani, 25(1), 43-49.
Diunduh kembali dari http://fp.uns.ac.id/jurnal/ download.php?file=caraka%20XXV_1-43- 49.pdf

Ghulamahdi, M., Aziz, S. A., & Nirwan. (2008). Peningkatan laju pertumbuhan dan kandungan
flavonoid klon daun dewa (Gynura pseudochina (L.) DC) melalui periode pencahayaan. Bul.
Agron, 36(1), 40- 48. Diunduh kembali dari http://journal.
ipb.ac.id/index.php/jurnalagronomi/ article/download/1343/441
25

Andoko., Pangesti, D.N. 2016. Efektifitas Rebusan Daun Salam Terhadap Penurunan
Tekanan Darah Pada Penderita Hipertensi. Jurnal Kesehatan Holistik (The Journal of
Holistic Healthcare), Volume 10, No.2, April 2016: 1-4

Dafriani P. 2016. Pengaruh Rebusan Daun Salam (Syzigium Polyanthum Wight Walp)
terhadap Tekanan Darah Pasien Hipertensi di Sungai Bungkal Kerinci 2016. Jurnal
Medika Saintika. Volume 7, Nomor 2, Desember 2016.

Darussalam M., Rukmi D.K. 2016. Peran Rebusan Daun Salam(Syzgium Polyanthum)
dalam Menurunkan Kadar Asam Urat. Media Ilmu Kesehatan Vol.5, Agustus 2016.

Hamidi M.N.S. 2014. Hubungan Pola Makan dengan Kejadian Penyakit Hipertensi di
Puskesmas Kuok Tahun 2014. Jurnal Keperawatan STIKes Tuanku Tambusai Riau. Vol
5, ed 2, Oktober 2014.

WHO. World Health Statistics 2015: World Health Organization; 2015.

Ardiansyah, M. (2012). Mrdikal Bedah Untuk Mahasiswa. (Dion, Ed.) (1st ed.). Jogjakarta:
DIVA Press.

Triyanto, Endang. 2014. Pelayanan Keperawatan Bagi Penderita Hipertensi Secara


Terpadu. Yogyakarta: Graha Ilmu

Buss, J. S., & Labus, D. (2013). Buku saku patofisiologi menjadi sangat mudah edisi 2.


Diterjemahkan oleh Huriawati Hartanto. Jakarta: EGC.

Corwin. (2009). Buku Saku Patofisiologi Corwin. Jakarta: Aditya. Media.

Andra Saferi Wijaya & Yessie Mariza Putri. (2013). KMB 2 Keperawatan. Medikal Bedah


Keperawatan Dewasa. Yogyakarta: Nuha Medika.

  Guyton A.C., Hall J.E.2012. Buku ajar fisiologi kedokteran. Edisi 11. Jakarta : Penerbit
Buku Kedokteran EGC.H.  

Anda mungkin juga menyukai