Anda di halaman 1dari 2

Surga di Balik Bukit

Identitas Buku :
 Judul Buku : Hikayat Buah
Gedumbo
 Judul Cerita : Dari Pertapa
yang
Sombong Sampai
Penyamun yang
Santun
 Judul Resensi : Surga di Balik
Bukit
 Penulis : Samson Rambah
Pasir (Pemenang
Sayembara
Penulisan Naskah
Buku Bacaan Fiksi)
 Penerbit : PT Dian Ariesta
Jakarta Bekerja
sama dengan Pusat
Perbukuan
 Cetakan : Tahun 2001
 Tebal Buku : vii + 115
halaman ;
21cm
 Tebal Resensi : 13 halaman
(halaman 33-46)

Ada seorang anak Raja yang karena rasa setia kawan terhadap sahabatnya yang
menghilang entah kemana, berusaha mencari ke berbagai penjuru dengan menyamar sebagai
seorang pengembara tanpa pernah menyebutkan asal-usul maupun namanya.
Dalam pengembaranya, ia selalu saja menjumpai aneka kejadian salah satunya yaitu saat
pengembara itu terus saja mencari Komba (sahabatnya) kemana kakinya hendak melangkah.
Hingga suatu hari, ia bertemu seorang lelaki tua kumal berbaju dan berjenggot putih yang
sedang bertapa di atas batu semedinya. Lelaki tua itu begitu angkuh dengan menyatakan
bahwa dia adalah pertapa suci yang sangat yakin bahwa kelak dirinya akan masuk surga.
Bahkan lelaki tua itu melarang sang pengembara melanjutkan perjalanannya apalagi jika
pengembara pergi ke balik bukit mencari pemilik surga karena setiap yang menuju kesana tak
ada yang kembali.
Tetapi pengembara itu tetap ingin melanjutkan perjalanan untuk mencari Komba.
Akhirnya lelaki tua itu menitipkan pesan untuk Sang Takdir agar dia segera dicabut nyawanya
dan menyisihkan surga terbaik untuknya.
Pengembara itupun melanjutkan perjalanannya. Ia pun bertemu dengan sekawanan
penyamun yang meminta pundi-pundi emas yang dimiliki sang pengembara. Pengembara
memberikan pundi-pundi emas yang sebenarnya adalah palsu. Ia juga mengatakan bahwa ia
akan menemui Sang Takdir. Pemimpin penyamu itu menitipkan pesan agar Sang Takdir
menyiapkan neraka paling panas untuknya.
3 tahun kemudian, pengembara bertemu kembali dengan pertapa itu dan mengatakan
bahwa Sang Takdir tidak menyiapkan surga terbaik, malah neraka terpanaslah yang
disediakan Sang Takdir. Mendengar hal itu, pertapa tua itu pingsan.
Saat melanjutkan perjalanannya, ia dihadang lagi oleh sekawanan penyamun yang dulu
pernah menghadangnya. Sang pegembara menyampaikan pesan bahwa Sang Takdir berjanji
akan menyediakan surga terbaik untuk mereka, karena Sang Takdir menghargai para
penyamun yang tahu diri. Mendengar perkataan itu pun para penyamun khilaf dan bersimpuh
di hadapan pengembara. Para penyamun pun memperbolehkan sang pengembara melanjutkan
perjalanannya.
Sudah banyak hutan rimba yang ia masuki. Entah sudah berapa negeri ia lalui. Tapi ia
tetap belum menemukan Komba.
Hikayat Buah Gedumbo yang ditulis oleh Samson Rambah Pasir ini lahir di
Pasirpengaraian, Rokanhulu, Riau, 19 Agustus 1968. Setelah menyelesaikan pendidikan di
kampung halaman sampai SMA, ia meneruskan ke Universitas Riau, Pekanbaru. Ia pernah
menjadi wartawan dan sekarang menjadi Cik Gu alias guru di SLTP Negeri 2 Batam, Riau.
Selain itu, dia juga penulis dan juga aktif sebagai Ketua I Dewan Kesenian Batam, serta
membacakan puisi di berbagai kota seperti Batam, Pekanbaru, Jakarta, dan Kuala Lumpur
(Malaysia).
Penulisan cerita tersebut disajikan secara ringan, dengan menyisipkan cukup banyak
kosakata dai bahasa daerah. Meskipun terdapat kata-kata yang susah dimengerti, akan tetapi
kata-kata tersebut mengandung nilai-nilai ajaran budi pekerti. Cerita tersebut juga dilengkapi
dengan gambar yang membuatnya menjadi lebih menarik jika dibaca oleh anak-anak.

Anda mungkin juga menyukai